KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
KOTA MARTAPURA 2008
Laporan Akhir IV - 1
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Domestik Regional Bruto sebagian besar berada di sektor pertanian. Dalam hal ini
juga pada kenyataannya dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian di Kota
Martapura masih didominasi oleh sektor pertanian.
e. Sebagai ibukota Kabupaten Banjar peranan Kota Martapura yang sangat menonjol
terutama sebagai pusat pemerintahan bagi seluruh wilayah kahupaten. Dan secara
spasial Kota Martapura mempunyai peran sebagai sub pusat pengembangan dalam
lingkup propinsi dan dalam lingkup kabupaten berada pada sub pusat
pengembangan BI yang berpusat di Kecamatan Martapura.
Kebijaksanaan pengembangan Kota Martapura seperti yang dijelaskan dalam RUTRK Kota
Martapura 2008, terutama yang menyangkut pengaturan Tata Ruang Kota Martapura
sebagai berikut :
Laporan Akhir IV - 2
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
tersebut belum maksimal tercapai, sehingga akan berpengaruh pula terhadap
kegiatan pemerintah.
Diharapkan dengan meningkatnya kegiatan pelayanan pemerintahan, terutama
perijinan sesuai dengan maksud yang terkandung dalam pemberian otonomi kepada
daerah Kabupaten termasuk tingkat Kecamatan diharapkan mampu mendorong
pembangunan fisik dan sosial ekonomi sekaligus pula memacu pertumbuhan
ekonomi.
b). Pusat Perdagangan dan Jasa.
Mengingat letak Kota Martapura yang strategis, maka untuk kegiatan perdagangan
dan jasa ini cukup berkembang pesat baik yang berskala regional maupun lokal,
sehingga dapat mengembangkan tingkat pendapatan masyarakat.
Kemudian kegiatan perdagangan dan jasa ini mampu memberikan alternatif bagi
penduduk dalarn mencari lapangan kerja dan kegiatan jasa lainnya.
Untuk menunjang kegiatan perdagangan ini, diharapkan peranan koperasi dan
lembaga keuangan mampu memberikan andil yang besar disamping, penyediaan
fasilitas pasar yang tetap.
c). Pusat Pelayanan Umum.
Salah satu sektor penunjang pengembangan kota, apabila tersedianya fasilitas
pelayanan umum. Saat ini fasilitas pelayanan umum di Kota Martapura sudah cukup,
seperti : fasilitas pendidikan, kesehatan, olah raga, dan lain sebagainya. Selanjutnya
dengan tersedianya fasilitas umum yang cukup lengkap akan memberikan semakin
berperannya Kota Martapura sebagai Ibukota Kabupaten
d). Pusat Industri Kerajinan Rakyat dan Pariwisata.
Salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarkat, maka
perlu dipacu kegiatan ekonomi secara menyeluruh, dimana sektor industri kerajinan
rakyat dan pariwisata diharapkan dapat menjadi andalan selain usaha perdagangan
dan jasa, pertanian. Peningkatan usaha rakyat di bidang industri kerajinan dan
pariwisata merupakan target tantangan yang harus dicapai, tahap demi tahap serta
perlu didukung oleh keterpaduan program dam pendanaan baik pemerintah, swasta
maupun swadaya masyarakat saat ini.
e). Pusat Pembinaan dan Pendidikan Islam
Fasilitas pendidikan merupakan faktor penunjang pengembangan kota. Saat ini Kota
Martapura telah dijuluki sebagai Kota Serambi Mekkah dimana sebagian besar
Laporan Akhir IV - 3
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
penduduknya memeluk agama Islam sehingga di kota ini banyak fasilitas-fasilitas
pendidikan Islam seperti : Pondok Pesantren dan Madrasah-Madrasah.
Selanjutnya dengan banyaknya tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan Agama Islam ini
akan memberikan motivasi penduduk kota, agar dapat menikmati pembinaan dan
pendidikan Islam. Dengan berkembangnya pembinaan dan pendidikan Islam di Kota
Martapura diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor jasa dan
sektor ekonomi, sektor perdagangan/sektor non formal lainnya.
Untuk mendukung penetapan fungsi kota tersebut diatas, maka didalam RUTRK
menyatakan perlu adanya peningkatan pendayagunaan potensi daerah belakang
hinterlandnya antara lain dengan :
1. Peningkatan pelayanan transportasi darat dari Kota Martapura ke daerah
belakangnya/ hinterlandnya.
2. Pengembangan sektor pertanian dan peternakan serta perikanan untuk
menunjang fungsi Kota Martapura sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil
pertanian dan peternakan dari daerah belakangnya.
3. Pengembangan lahan untuk sektor industri, guna menampung kegiatan industri
terutama industri kerajianan dan industri yang mengolah hasil-hasil pertanian yang
akan tumbuh dan berkembang di Kota Martapura.
Laporan Akhir IV - 4
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, maka
diperlukan beberapa kebijaksanaan pengembangan fisik tata ruang Kota Martapura,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Laporan Akhir IV - 5
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
1. Mengatur kembali struktur tata ruang kota Martapura secara optimal, dalam rangka
mengintegrasikan kawasan terbangun dengan semua kawasan yang direncanakan/
dikembangkan, agar tercapai kondisi yang serasi dan nyaman. Kebijaksanaan ini
meliputi usaha menata kembali penempatan elemen-elemen fungsional pembentuk
struktur tata ruang kota.
2. Memaanfaatkan lahan perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna, yaitu dengan
menempatkan elemen-elemen fungsional pembentuk struktur tata ruang kota pada
lokasi yang strategis.
3. Pengendalikan dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kota secara
intensif dan ekstensif.
a) Pengendalian dan pengarahan perkembangan kota secara intensif merupakan
optimasi penranfaatan lahan, terutama pada kawasan terbangun. lntensifikasi ini
mencakup hal-hal sebagai berikut :
Pola tata ruang Kota Martapura pada masa mendatang diarahkan sesuai
dengan kecendrungan perkembangannya, yaitu: wilayah pusat kota sebagai
sentral kegiatan, sedangkan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk
berkembang dan memiliki aksesibilitas tinggi akan diarahkan sebagai sub
pusat kota atau pusat lingkungan.
Pusat-pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, dan beberapa
fasilitas lainnya akan dikembangkan di sekitar wilayah pusat kota. karena
dinilai telah cukup kompak terutama bila dikaitkan dengan jarak
pencapaiannya ke berbagai tempat di wilayah kota.
b) Pengendalian dan pengarahan perkembangan kota secara ekstensif merupakan
tuntutan kebutuhan ruang yang menghendaki adanya perluasan kawasan
terbangun. Perluasan wilayah diprioritaskan pada lahan-lahan yang memiliki daya
dukung fisik baik, serta menghindari kawasan konservasi dan lahan pertanian
yang potensial.
Dengan demikian pengembangan fisik Kota Martapura akan diarahkan kebagian Timur
dan Barat. Berdasarkan arahan pertumbuhan dan tuntutan perkembangan kota tersebut
di atas, maka Kota Martapura pada masa mendatang akan dikembangkan pola
menyebar. Untuk beberapa kegiatan kota yang lokasinya dinilai sudah tidak sesuai lagi
dengan struktur tata ruang kota, seperti pusat pemerintahan, pusat
perdagangan/pertokoan, terminal selain lokasi yang ada akan dikembangkan lokasi baru
yaitu lahan eks PKM yang dialokasikan untuk terminal, pasar, dan Rumah Sakit Umum
Laporan Akhir IV - 6
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
(RSU), eks Rumah Sakit Umum akan menjadi daerah perencanaan "Open Space" (daerah
terbuka) serta sebagian perkantoran kabupaten dialihkan ke bagian Timur.
Selanjutnya pengaturan kegiatan industri di Kota Martapura perlu dipertegas, antara lain
kegiatan industri polutif yang akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan kota, diarahkan untuk berlokasi di luar kota, minimum radius 10 Kecamatan
Martapura dari batas kota.
Laporan Akhir IV - 8
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Kondisi ini terutama ditinjau dari aspek topografi, hidrologi, alur sungai, dan daya
dukung lahan.
Laporan Akhir IV - 9
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
2. Kondisi Fisik Buatan.
Kondisi ini meliputi sistem jaringan jalan, distribusi dan kepadatan bangunan, sistem
jaringan dan prasarana kota, dan penggunaan lahan maupun fasilitas perkotaan.
3. Kondisi Sosial E.konomi.
Kondisi ekonomi yang perlu dipertimbangkan adalah faktor terpusatnya kegiatan
perdagangan dan kondisi sosialnya, yaitu faktor distribusi penduduk, pola kegiatan
penduduk, pertumbuhan dan sistem pergerakannya.
4. Volume lalu-lintas.
Hal ini mengingat semua jenis kendaraan bermotor termasuk angkutan berat
melewati tengah kota yang menyebabkan rawannya tingkat kecelakaan serta
kebisingan lalu lintas kota.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas dan upaya untuk pemerataan
dan percepatan pengembangan Kota Martapura, maka dalam RUTRK 2008 konsep
pengembangan ruang Kota Martapura akan diarahkan menjadi 4 (empat) Bagian Wilayah
Kota (BWK), yang setiap bagiannya mengemban fungsi masing-masing. Fungsi tersebut
diberikan pula dalam rangka memenuhi kebutuhan hubungan fungsional antar kawasan
di setiap BWK. Oleh karena itu agar terjadi intensitas yang cukup tinggi di antara
kawasan maupun antara elemen dalam kawasan tersebut perlu adanya jaringan
penghubung yang sesuai dengan tingkatannya dengan fungsi dari setiap elemen kota
tersebut, maka perlu adanya jalan penghubung yang dapat memudahkan pencapaian
setiap BWK, yaitu jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antara elemen kegiatan
pusat kota dengan sub pusat kota.
Selain itu dalam memberikan pelayanan kebutuhan lokal setiap BWK perlu adanya sistem
pusat lingkungan di setiap BWK yang dicirikan dengan lapangan terbuka dan pusat
kegiatan lainnya atau dengan sistem pelayanan kebutuhan perekonomian maupun
pelayanan lainnya yang setingkat dengan pelayanan lokal.
Laporan Akhir IV - 11
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Sedangkan untuk memperkirakan kebutuhan kota martapura yang harus dilayani oleh
PDAM akan digunakan asumsi seperti yang digunakan dalam RUTRK adalah sebagai
berikut :
1. Tingkat pelayanan yang dapat diberikan sampai akhir 2003 adalah 70% jumlah
penduduk.
2. Pelayanan melalui sambungan langsung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
digunakan standart 90 liter/orang/hari dengan tingkat pelayanan 80 % dapat
terlayani oleh sambungan langsung dan 20 % oleh kran umum (KU).
3. Untuk kebutuhan non rumah tangga (perkantoran, perdagangan, dan pendidikan)
adalah 20% dari kebutuhan rumah tangga.
4. Untuk kebutuhan pelayanan umum adalah 10% dari kebutuhan rumah tangga.
5. Tingkat kebocoran diperkirakan mencapai 20% dari total kebutuhan air.
Berdasarkan asumsi diatas maka kebutuhan air bersih di Kota Martapura hingga tahun
2016 dengan skala pelayanan sebesar 70% .
Standart buangan tinja di kota martapura adalah 0,12 m3/orang/hari
Standart air limbah dari air bersih adalah 70% dari jumlah kebutuhan air bersih.
Laporan Akhir IV - 13
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Penataan struktur tata ruang kota seperti disinggung sebelumnya akan memerlukan
suatu kebijakan tentang pengingkatan kualitas lingkungan kota. Namun di dalam RUTRK
2008 Kota Martapura belum di bahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kualitas
lingkungan itu sendiri, misalnya : komponen kualitas lingkungan dan parameter-
parameter kualitas lingkungan apa saja yang ditetapkan. Sudah semestinya didalam
RUTRK dibahas detail tentang hal tersebut, terutama sekali akan sangat diperlukan saat
sekarang dimana masalah pencemaran lingkungan sudah menjadi isu sentral dalam
setiap persoalan perkotaan. Salah satunya adalah kebijakan tentang pengelolaan limbah
kota, baik limbah dari kegiatan domestik maupun kegiatan non domestik, misalnya :
industri besar maupun kecil dan rumah sakit.
Laporan Akhir IV - 14
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura