Anda di halaman 1dari 14

Bab 4.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
KOTA MARTAPURA 2008

4.1. KEDUDUKAN DAN PERAN KOTA MARTAPURA.


Pertumbuhan dan perkembangan Kota Martapura pada dasarnya tidak berjalan dengan
sendirinya, tetapi selalu terkait dengan daerah sekitarnya (belakang/ Hinterland), maupun
terhadap Kota Banjarmasin sebagai pusat wilayah pengembangan I Propinsi Kalimantan
Selatan. Keterkaitan tersebut adalah interaksi kegiatan sosial-ekonomi, dan pemerintahan.
Sebagai Ibukota Kabupaten Banjar, Kota Martapura memiliki peran sebagai pusat kegiatan
kota yang secara tidak langsung menjadi daya tarik penduduk untuk menetap di Kota
Martapura.
Ditinjau dari lingkup pelayanannya terhadap kota dan daerah belakangnya, maka Kota
Martapura akan bereperan sebagai pusat pelayanan berbagai kegiatan untuk seluruh
penduduk di Kabupaten Banjar.
Berdasarkan hasil penilaian dalam RUTRK Kota Martapura 2008 terhadap struktur ekonomi
regional, struktur tata ruang regional dan konsepsi pengembangan wilayah, maka
kedudukan peranan dan fungsi kota Kota Martapura dalam konstelasi regional adalah
sebagai berikut :
a. Kedudukan Kota Martapura sebagai pusat orientasi pembangunan bagi wilayah
yang dipengaruhinya akan tetap dominan, terutama bila ditinjau dalam lingkup
Kabupaten Banjar.
b. Kota Martapura yang rnemiliki aksesibilitas tinggi terhadap kota-kota lain akan
memudahkan usaha-usaha didalam kegiatan pemasaran dan pengembangan
kegiatan koleksi dan distribusi barang dan jasa.
c. Sebagai pusat orientasi pembangunan Kabupaten Banjar maka cenderung akan
menarik berbagai kegiatan usaha di Kota Martapura. Hal ini terlihat dengan makin
meningkatnya jumlah penduduk di Kota Martapura yang pada akhirnya dapat
merangsang tumbuhnya interaksi antar wilayah serta percepatan pertumbuhan
daerah belakang sekitarnya.
d. Peranan "Economie Base" regional Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa peran
sektor kegiatan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja untuk menunjang Produk

Laporan Akhir IV - 1
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Domestik Regional Bruto sebagian besar berada di sektor pertanian. Dalam hal ini
juga pada kenyataannya dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian di Kota
Martapura masih didominasi oleh sektor pertanian.
e. Sebagai ibukota Kabupaten Banjar peranan Kota Martapura yang sangat menonjol
terutama sebagai pusat pemerintahan bagi seluruh wilayah kahupaten. Dan secara
spasial Kota Martapura mempunyai peran sebagai sub pusat pengembangan dalam
lingkup propinsi dan dalam lingkup kabupaten berada pada sub pusat
pengembangan BI yang berpusat di Kecamatan Martapura.

4.2. KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN KOTA MARTAPURA.

Kebijaksanaan pengembangan Kota Martapura seperti yang dijelaskan dalam RUTRK Kota
Martapura 2008, terutama yang menyangkut pengaturan Tata Ruang Kota Martapura
sebagai berikut :

4.2.1. Kebijaksanaan Penetapan Fungsi Kota.


Dengan melihat kedudukan, peranan, dan potensi yang dimiliki Kota Martapura, serta
kebijaksanaan pembangunan jangka panjang, yang telah ditetapkan Pemerintah
Kabupaten Banjar, maka kebijaksanaan dalam penentuan fungsi Kota Martapura sebagai
antisipasi untuk mencapai tujuan, maka fungsi utama kota (tahun 2000-2008) diarahkan
menjadi :
a. Pusat Pemerintahan Kabupaten Banjar dan Pusat Pemerintahan Kecamatan.
b. Pusat Perdagangan dan Jasa.
c. Pusat Pelayanan Umum.
d. Pusat Industri Kerajinan Rakyat dan Pariwisata.
e. Pusat Pembinaan dan Pendidikan Islam.
Kemudian untuk lebih jelas tentang maksud dari sasaran dari kebijaksanaan kota
tersebut di atas akan dibahas sebagai berikut :
a). Pusat Pemerintahan Kabupaten Banjar dan Pusat Pemerintahan Kecamatan
Martapura.
Sebagai ibukota Kabupaten dari Ibukota Kecamatan, maka secara langsung Kota
Martapura ini merupakan pusat kegiatan administrasi pemerintah tingkat Kabupaten
dan Kecamatan, sehingga disini akan timbul berbagai pelayanan administrasi yang
dibutuhkan bagi masyarakat yang tercakup di wilayah tersebut. Saat ini fungsi

Laporan Akhir IV - 2
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
tersebut belum maksimal tercapai, sehingga akan berpengaruh pula terhadap
kegiatan pemerintah.
Diharapkan dengan meningkatnya kegiatan pelayanan pemerintahan, terutama
perijinan sesuai dengan maksud yang terkandung dalam pemberian otonomi kepada
daerah Kabupaten termasuk tingkat Kecamatan diharapkan mampu mendorong
pembangunan fisik dan sosial ekonomi sekaligus pula memacu pertumbuhan
ekonomi.
b). Pusat Perdagangan dan Jasa.
Mengingat letak Kota Martapura yang strategis, maka untuk kegiatan perdagangan
dan jasa ini cukup berkembang pesat baik yang berskala regional maupun lokal,
sehingga dapat mengembangkan tingkat pendapatan masyarakat.
Kemudian kegiatan perdagangan dan jasa ini mampu memberikan alternatif bagi
penduduk dalarn mencari lapangan kerja dan kegiatan jasa lainnya.
Untuk menunjang kegiatan perdagangan ini, diharapkan peranan koperasi dan
lembaga keuangan mampu memberikan andil yang besar disamping, penyediaan
fasilitas pasar yang tetap.
c). Pusat Pelayanan Umum.
Salah satu sektor penunjang pengembangan kota, apabila tersedianya fasilitas
pelayanan umum. Saat ini fasilitas pelayanan umum di Kota Martapura sudah cukup,
seperti : fasilitas pendidikan, kesehatan, olah raga, dan lain sebagainya. Selanjutnya
dengan tersedianya fasilitas umum yang cukup lengkap akan memberikan semakin
berperannya Kota Martapura sebagai Ibukota Kabupaten
d). Pusat Industri Kerajinan Rakyat dan Pariwisata.
Salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarkat, maka
perlu dipacu kegiatan ekonomi secara menyeluruh, dimana sektor industri kerajinan
rakyat dan pariwisata diharapkan dapat menjadi andalan selain usaha perdagangan
dan jasa, pertanian. Peningkatan usaha rakyat di bidang industri kerajinan dan
pariwisata merupakan target tantangan yang harus dicapai, tahap demi tahap serta
perlu didukung oleh keterpaduan program dam pendanaan baik pemerintah, swasta
maupun swadaya masyarakat saat ini.
e). Pusat Pembinaan dan Pendidikan Islam
Fasilitas pendidikan merupakan faktor penunjang pengembangan kota. Saat ini Kota
Martapura telah dijuluki sebagai Kota Serambi Mekkah dimana sebagian besar

Laporan Akhir IV - 3
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
penduduknya memeluk agama Islam sehingga di kota ini banyak fasilitas-fasilitas
pendidikan Islam seperti : Pondok Pesantren dan Madrasah-Madrasah.
Selanjutnya dengan banyaknya tersedia fasilitas-fasilitas pendidikan Agama Islam ini
akan memberikan motivasi penduduk kota, agar dapat menikmati pembinaan dan
pendidikan Islam. Dengan berkembangnya pembinaan dan pendidikan Islam di Kota
Martapura diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor jasa dan
sektor ekonomi, sektor perdagangan/sektor non formal lainnya.
Untuk mendukung penetapan fungsi kota tersebut diatas, maka didalam RUTRK
menyatakan perlu adanya peningkatan pendayagunaan potensi daerah belakang
hinterlandnya antara lain dengan :
1. Peningkatan pelayanan transportasi darat dari Kota Martapura ke daerah
belakangnya/ hinterlandnya.
2. Pengembangan sektor pertanian dan peternakan serta perikanan untuk
menunjang fungsi Kota Martapura sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil
pertanian dan peternakan dari daerah belakangnya.
3. Pengembangan lahan untuk sektor industri, guna menampung kegiatan industri
terutama industri kerajianan dan industri yang mengolah hasil-hasil pertanian yang
akan tumbuh dan berkembang di Kota Martapura.

4.2.2. Kebijaksanaan Pengembangan Fisik dan Tata Ruang.


Pertumbuhan dan perkembangan Kota Martapura ditandai dengan makin meningkatnya
kegiatan pembangunan, pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai
kegiatan kota Kenyataan ini memberi petunjuk bahwa Kota Martapura memiliki
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Keadaan tersebut akan membawa
konsekuensi tumbuhnya konflik antara kebutuhan perluasan lahan kota dengan batas
kemampuan fisik kota dalam menampung perkembangannya.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan lahan bagi pengembangan Kota Martapura sampai
tahun 2008, serta dengan mempertimbangkan kemampuan daya dukung tanah dan
aspek-aspek lainnya, seperti kelestarian lingkungan hidup kota, lahan pertanian yang
potensial, dan tanah-tanah rawa-rawa sebagai kendala, maka lahan di Kota Martapura
masih memungkinkan untuk dapat menampung penduduk dan berbagai kegiatannya
sampai tahun 2008, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kota yang tetjadi.

Laporan Akhir IV - 4
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, maka
diperlukan beberapa kebijaksanaan pengembangan fisik tata ruang Kota Martapura,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Laporan Akhir IV - 5
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
1. Mengatur kembali struktur tata ruang kota Martapura secara optimal, dalam rangka
mengintegrasikan kawasan terbangun dengan semua kawasan yang direncanakan/
dikembangkan, agar tercapai kondisi yang serasi dan nyaman. Kebijaksanaan ini
meliputi usaha menata kembali penempatan elemen-elemen fungsional pembentuk
struktur tata ruang kota.
2. Memaanfaatkan lahan perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna, yaitu dengan
menempatkan elemen-elemen fungsional pembentuk struktur tata ruang kota pada
lokasi yang strategis.
3. Pengendalikan dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kota secara
intensif dan ekstensif.
a) Pengendalian dan pengarahan perkembangan kota secara intensif merupakan
optimasi penranfaatan lahan, terutama pada kawasan terbangun. lntensifikasi ini
mencakup hal-hal sebagai berikut :
 Pola tata ruang Kota Martapura pada masa mendatang diarahkan sesuai
dengan kecendrungan perkembangannya, yaitu: wilayah pusat kota sebagai
sentral kegiatan, sedangkan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk
berkembang dan memiliki aksesibilitas tinggi akan diarahkan sebagai sub
pusat kota atau pusat lingkungan.
 Pusat-pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, dan beberapa
fasilitas lainnya akan dikembangkan di sekitar wilayah pusat kota. karena
dinilai telah cukup kompak terutama bila dikaitkan dengan jarak
pencapaiannya ke berbagai tempat di wilayah kota.
b) Pengendalian dan pengarahan perkembangan kota secara ekstensif merupakan
tuntutan kebutuhan ruang yang menghendaki adanya perluasan kawasan
terbangun. Perluasan wilayah diprioritaskan pada lahan-lahan yang memiliki daya
dukung fisik baik, serta menghindari kawasan konservasi dan lahan pertanian
yang potensial.
Dengan demikian pengembangan fisik Kota Martapura akan diarahkan kebagian Timur
dan Barat. Berdasarkan arahan pertumbuhan dan tuntutan perkembangan kota tersebut
di atas, maka Kota Martapura pada masa mendatang akan dikembangkan pola
menyebar. Untuk beberapa kegiatan kota yang lokasinya dinilai sudah tidak sesuai lagi
dengan struktur tata ruang kota, seperti pusat pemerintahan, pusat
perdagangan/pertokoan, terminal selain lokasi yang ada akan dikembangkan lokasi baru
yaitu lahan eks PKM yang dialokasikan untuk terminal, pasar, dan Rumah Sakit Umum
Laporan Akhir IV - 6
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
(RSU), eks Rumah Sakit Umum akan menjadi daerah perencanaan "Open Space" (daerah
terbuka) serta sebagian perkantoran kabupaten dialihkan ke bagian Timur.
Selanjutnya pengaturan kegiatan industri di Kota Martapura perlu dipertegas, antara lain
kegiatan industri polutif yang akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan kota, diarahkan untuk berlokasi di luar kota, minimum radius 10 Kecamatan
Martapura dari batas kota.

4.2.3. Kebijaksanaan Kependudukan.


Masalah utama kependudukan yang dihadapi Kota Martapura adalah tingginya laju
pertumbuhan penduduk, pola penyebaran penduduk yang tidak merata, serta masalah
kesempatan kerja dan lapangan kerja yang masih terbatas dan masalah kesehatan
penduduk.
1. Jumlah dan Perkernbangan Penduduk.
Kota Martapura yang mempunyai luas sebesar 49,53 Km 2 atau 4.953 Ha, pada tahun
1995 berpenduduk sebanyak 7.947 jiwa yang dalam waktu lima tahun terakhir (tahun
1993-1995) memiliki laju perkembangan penduduk rata-rata sebesar 1,154 %
pertahun.
2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk.
Penduduk di Kota Martapura menunjukkan penyebaran yang tidak merata ke
seluruh wilayah kota. Hal ini dapat dipahami karena terdapat desa/kelurahan yang
memiliki daya tampung, dan daya tarik yang kuat untuk menarik penduduk
bertempat tinggal di wilayahnya, dan ada juga sebagian desa/Kelurahan karena
memiliki kendala fisik (seperti tanah rawa dan daerah genangan) menyebabkan
penduduk tidak dapat bertempat tinggal di wilayah tersebut.
Melihat adanya ketimpangan dalam distribusi kepadatan penduduk tersebut, maka di
dalam RUTRK 2008 telah menetapkan kebijakan pendistribusian kepadatan penduduk.
Distribusi kepadatan penduduk tersebut berdasarkan pada perkiraan jumlah penduduk
dan kebutuhan lahan, serta kebijaksanaan distribusi fasilitas dan utilitas kota pada masa
mendatang, dengan konsep penyebaran sebagai berikut :
1. Prioritas arah penyebaran penduduk adalah ke bagian Timur dan Barat.
2. Menarik perkembangan kegiatan dari tepi-tepi jalan primer ke arah dalam melalui
peningkatan dan pengadaan fasiitas dan utilitas kota.
3. Membentuk pola-pola lingkungan yang nyaman dan bersih pada lahan-lahan kosong
dengan terlebih dahulu membentuk po!a pelayanan jaringan jalan sekunder.
Laporan Akhir IV - 7
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Adapun kebijaksanaan distribusi kepadatan penduduk dalam RUTRK 2008 lebih diarahkan
pada pola pengaturan kepadatan penduduk yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Lebih dari 100 jiwa/ha diperuntukkan bagi lingkungan kepadatan tinggi.
2. Antara 50 - 100 jiwa/ha diperuntukkan bagi lingkungan kepadatan sedang.
3. Antara 0 - 50 jiwa/ha dipetuntukan bagi lingkungan dengan kepadatan rendah.

4.2.4. Kebijaksanaan Pengembangan fasilitas dan Utilitas.


Kebijaksanaan pengembangan fasilitas dan utilitas terkait pada kebijaksanaan penetapan
fungsi kota, distribusi jumlah penduduk, serta disesuaikan dengan hirarki/tingkat
pelayanan fasilitas dan utilitas. Penyebaran fasilitas dan utilitas perlu diusahakan secara
merata sesuai dengan penduduk yang membutuhkan, dengan maksud untuk
memudahkan pencapaian dan mengurangi beban fasilitas agar tidak melebihi kapasitas.
1. Berdasarkan hasil analisa dan pertimbangan di atas, maka beberapa kebijakan dalam
pengembangan fasilitas dan utilitas adalah :
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas pelayanan dari faslitas dan utilitas yang ada.
3. Menata kembali peruntukan lahan fasilitas dan utilitas yang diperkirakan sangat
menggangu atau tidak menunjang pengembangan kota pada masa mendatang.
4. Pembangunan baru maupun peningkatan pelayanan dari fasilitas dan utilitas harus
disesuaikan dengan perkembangan jumlah penduduk dan aktivitasnya.
5. Yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kesadaran dan menumbuhkan rasa
memiliki pada masyarakat terhadap fasilitas dan utilitas yang disediakan.

4.2.5. Kebijaksanaan Peningkatan Kualitas Lingkungan Perkotaan.


Dalam rangka penataan struktur tata ruang Kota Martapura, maka pada masa
mendatang dalam RUTRK 2008 ditetapkan beberapa kebijaksanaan mengenai
peningkatan kualitas lingkungan perkotaan di Kota Martapura. Hal ini mengingat bahwa
di Kota Martapura saat ini masih banyak terdapat lingkungan pemukiman yang tidak
memenuhi syarat kesehatan, terutama di sepanjang sisi aliran sungai dan masih
bercampurnya antara beberapa kegiatan yang saling bertentangan satu sama lain dalam
suatu kawasan.
4.2.6. Rencana Struktur Tata Ruang Kota Martapura.
Dalam penyusunan struktur tata ruang kota yang menjadi pertimbangan adalah :
1. Kondisi Fisik Dasar.

Laporan Akhir IV - 8
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Kondisi ini terutama ditinjau dari aspek topografi, hidrologi, alur sungai, dan daya
dukung lahan.

Laporan Akhir IV - 9
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
2. Kondisi Fisik Buatan.
Kondisi ini meliputi sistem jaringan jalan, distribusi dan kepadatan bangunan, sistem
jaringan dan prasarana kota, dan penggunaan lahan maupun fasilitas perkotaan.
3. Kondisi Sosial E.konomi.
Kondisi ekonomi yang perlu dipertimbangkan adalah faktor terpusatnya kegiatan
perdagangan dan kondisi sosialnya, yaitu faktor distribusi penduduk, pola kegiatan
penduduk, pertumbuhan dan sistem pergerakannya.
4. Volume lalu-lintas.
Hal ini mengingat semua jenis kendaraan bermotor termasuk angkutan berat
melewati tengah kota yang menyebabkan rawannya tingkat kecelakaan serta
kebisingan lalu lintas kota.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas dan upaya untuk pemerataan
dan percepatan pengembangan Kota Martapura, maka dalam RUTRK 2008 konsep
pengembangan ruang Kota Martapura akan diarahkan menjadi 4 (empat) Bagian Wilayah
Kota (BWK), yang setiap bagiannya mengemban fungsi masing-masing. Fungsi tersebut
diberikan pula dalam rangka memenuhi kebutuhan hubungan fungsional antar kawasan
di setiap BWK. Oleh karena itu agar terjadi intensitas yang cukup tinggi di antara
kawasan maupun antara elemen dalam kawasan tersebut perlu adanya jaringan
penghubung yang sesuai dengan tingkatannya dengan fungsi dari setiap elemen kota
tersebut, maka perlu adanya jalan penghubung yang dapat memudahkan pencapaian
setiap BWK, yaitu jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antara elemen kegiatan
pusat kota dengan sub pusat kota.
Selain itu dalam memberikan pelayanan kebutuhan lokal setiap BWK perlu adanya sistem
pusat lingkungan di setiap BWK yang dicirikan dengan lapangan terbuka dan pusat
kegiatan lainnya atau dengan sistem pelayanan kebutuhan perekonomian maupun
pelayanan lainnya yang setingkat dengan pelayanan lokal.

4.2.7. Rencana Pemanfaatan Ruang Untuk Kawasan Perumahan sampai tahun


2008.
Jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun akan membawa implikasi
terhadap perubahan struktur pemanfaatan lahan di Kota Martapura. Pada 2000, jumlah
penduduk Kota Martapura sebesar 73.947 Jiwa dan diperkirakan pada akhir tahun 2003
akan mencapai 78.313 jiwa, sedang pada akhir tahun 2008 diperkirakan akan mencapai
sebesar 82.938 liwa.
Laporan Akhir IV - 10
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Meningkatnya jumlah penduduk tersebut, akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan
lahan untuk perumahan. Berdasarkan hasil analisa, kebutuhan lahan untuk perumahan
sampai dengan tahun 2003 adalah sebesar 4.230.900 M2 atau 423,09 ha pada akhir
tahun 2008 sebesar 5.285.800 m2 atau 528,58 ha untuk menampung rumah sebanyak
20.735 unit (dengan asumsi 1 keluarga 4 jiwa ).
Kawasan perumahan ini sebagian besar diarahkan ke bagian Timur dengan
memanfaatkan lahan yang belum terbangun dan sebagian kecil diarahkan ke bagian
Barat yang diarahkan secara linier mengikuti jalan kolektor sekunder yang terbentuk.
Kawasan perumahan yang akan dikembangkan diperkirakan akan menyebabkan
kebangkitan lalu lintas yang mungkin mengganggu lalu lintas pada jalan arteri dan
menimbulkan kepadatan lalu lintas pada jalan jalan kolektor. Oleh karena itu,
permasalahan yang harus diselesaikan di kawasan perumahan ini adalah memberi
kemungkinan jalan jalan baru yang setingkat dengan jalan kolektor dan jalan lokal.
Kawasan perumahan yang dikembangkan di bagian Timur ini ditujukan untuk penduduk
yang terkait dengan kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, transportasi dan
pemerintahan. Sedangkan perumahan yang dikembangkan di bagian Barat dan Utara
ditujukan untuk penduduk yang terkait dengan kegiatan pertanian mengingat kawasan
ini akan tetap mempertahankan lahan sawah sampai dengan akhir perencanaan.
Permasalahan khusus yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kawasan perumahan,
yaitu kegiatan-kegiatan perumahan yang ada di sekitar sungai, namun dengan adanya
pengembangan kawasan baru diharapkan mengatasi persoalan tersebut.

4.2.8. Rencana Jaringan Air Bersih.


PDAM Unit pelayanan Banjarbaru mempunyai 2 (dua) wilayah pelayanan, yaitu : Wilayah
Kota Banjarbaru dan Kota Martapura. Jenis pelayanan yang diberikan saat ini adalah :
1. Jenis pelayanan sambungan langsung (rumah), yaitu pelayanan yang diberikan
kepada konsumen secara langsung menuju fixture unit yang berada di dalam
rumah.
2. Jenis peyanan sambungan halaman, yaitu pelayanan yang ditujukan kepada
konsumen yang tidak dilayani oleh sambungan langsung. Yang termasuk jenis
pelayanan ini adalah kran umum (KU) dengan radius pelayanan antara 50 – 100
meter bagi penduduk di sekitarnya.

Laporan Akhir IV - 11
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Sedangkan untuk memperkirakan kebutuhan kota martapura yang harus dilayani oleh
PDAM akan digunakan asumsi seperti yang digunakan dalam RUTRK adalah sebagai
berikut :
1. Tingkat pelayanan yang dapat diberikan sampai akhir 2003 adalah 70% jumlah
penduduk.
2. Pelayanan melalui sambungan langsung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
digunakan standart 90 liter/orang/hari dengan tingkat pelayanan 80 % dapat
terlayani oleh sambungan langsung dan 20 % oleh kran umum (KU).
3. Untuk kebutuhan non rumah tangga (perkantoran, perdagangan, dan pendidikan)
adalah 20% dari kebutuhan rumah tangga.
4. Untuk kebutuhan pelayanan umum adalah 10% dari kebutuhan rumah tangga.
5. Tingkat kebocoran diperkirakan mencapai 20% dari total kebutuhan air.
Berdasarkan asumsi diatas maka kebutuhan air bersih di Kota Martapura hingga tahun
2016 dengan skala pelayanan sebesar 70% .
Standart buangan tinja di kota martapura adalah 0,12 m3/orang/hari
Standart air limbah dari air bersih adalah 70% dari jumlah kebutuhan air bersih.

4.2.9. Rencana Jaringan Drainase.


Dalam perencanaan sistem jaringan drainase di Kota Martapura perlu
mempertimbangkan prinsip-prinsip aliran air dengan kriteria :
1. Saluran harus dapat menyalurkan air secepat mungkin ke dalam saluran pembuangan
akhir.
2. Saluran harus sependek mungkin dan dapat berupa saluran terbuka atau tertutup
sesuai dengan lokasinya.
3. Kecepatan aliran air di dalam saluran tidak boleh merusak badan saluran dan
menimbulkan erosi.
4. Daerah yang relatif datar, maka kemiringan dasar saluran harus dibuat sesuai dengan
kemiringan batas.
Sedangkan pada prinsipnya , saluran drainase di wilayah Kota Martapura ialah :
1. Aliran air yang terjadi di wilayah kota selama ini masih belum berbahaya, namun
demikian perlu dihambat agar ada kesempatan untuk infiltrasi sebesar-besarnya
sehingga dapat mengurangi limpasan.
2. Saluran sebesar mungkin memberikan pengurangan debit limpasan melalui proses
infiltrasi, untuk mengendalikan besarnya profil saluran.
Laporan Akhir IV - 12
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
3. Kecepatan aliran tidak boleh terlalu besar agar tidak terjadi pergesaran.
4. Profil saluran mampu menampung debit maksimum dari daerah pengaliran.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilaksanakan dalam penanganan permasalahan
drainase di Kota Martapura, yailu :
1. Membenahi dan memperbaiki saluran-saluran alami seperti sungai atau kali-kali yang
ada, yang didukung oleh peraturan atau pengawasan yang ketat agar penduduk tidak
membuang sampah sembarang ke sungai.
2. Memperbaiki dan menyempurnakan saluran-saluran drainase terutama di pusat kota
sehingga saluran yang tidak berfungsi dapat berfungsi kembali sebagaimana
mestinya.
3. Diadakan penyuluhan dan penerangan pada masyarakat secara kontinyu agar
kesadaran dan disiplin terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan semakin
meningkat.
4. Diadakan peningkatan kapasitas serta kualitas saluran terutama pada lokasi-lokasi
rawan banjir, serta prioritas pembuatan saluran drainase yang berhubungan langsung
dengan saluran sekunder atau pembuangan akhir.
5. Pembuatan pintu pengatur pada pertemuan antara saluran primer dengan badan
sungai tempat pembuangan agar pada saat air sungai pasang naik saluran drainase
tetap dapat berfungsi dengan baik.
Sedangkan bentuk saluran serta ketentuan teknis saluran drainase yang dapat
diterapkan di Kota Martapura adalah sebagai berikut :
1. Saluran Terbuka.
a) Saluran terbuka berbentuk trapesium di luar daerah perkotaan yang padat.
b) Perbandingan kedalaman air dan lebar saluran ialah 1: 2.
c) Saluran berbentuk setengah lingkaran cocok untuk debit yang kecil terutama pada
musim kemarau.
2. Saluran tertutup.
Sistem ini disarankan hanya untuk diterapkan pada kawasan-kawasan tertentu seperti
kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan yang tinggi, kawasan perdagangan,
perkantoran. Hal ini dikarenakan biaya pembangunan dengan sistem saluran tertutup
ini sangat mahal, sehingga perlu perencanaan yang lebih optimal.

4.2.10. Rencana Penglolaan limbah Kota.

Laporan Akhir IV - 13
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura
Penataan struktur tata ruang kota seperti disinggung sebelumnya akan memerlukan
suatu kebijakan tentang pengingkatan kualitas lingkungan kota. Namun di dalam RUTRK
2008 Kota Martapura belum di bahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kualitas
lingkungan itu sendiri, misalnya : komponen kualitas lingkungan dan parameter-
parameter kualitas lingkungan apa saja yang ditetapkan. Sudah semestinya didalam
RUTRK dibahas detail tentang hal tersebut, terutama sekali akan sangat diperlukan saat
sekarang dimana masalah pencemaran lingkungan sudah menjadi isu sentral dalam
setiap persoalan perkotaan. Salah satunya adalah kebijakan tentang pengelolaan limbah
kota, baik limbah dari kegiatan domestik maupun kegiatan non domestik, misalnya :
industri besar maupun kecil dan rumah sakit.

Laporan Akhir IV - 14
Penyusunan Outline Plan Air Limbah Kota Martapura

Anda mungkin juga menyukai