BAB I
DESKRIPSI
1.1 Ruang Lingkup
Menurut ruang lingkup, pengertian-pengertian yang digunakan dalam
pelaksanaan survai dan pengkajian, ketentuan-ketentuan dan prosedur
yang perlu dilakukan bagi palaksanaan Survai Sumber Daya Air Baku serta
produk-produk kegiatan yang diperlukan.
1.2 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air yang perlu atau
tidak perlu diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga;
2) Air Tanah Bebas adalah air tanah yang tidak dibatasi oleh dia
laporan kedap air atau semi kedap air;
3) Air Tanah Dangkal adalah air tanah bebas yang terdapat dalam tanah
dengan kedalaman muka air kurang atau sama dengan dua puluh
meter;
4) Air Tanah Dalam adalah air tanah yang terdapat di dalam tanah yang
kedalaman muka airnya lebih besar dari dua puluh meter atau air
tanah yang terdapat di dalam akifer tertekan dimana akifer ini
berada dalam kedalaman lebih dari dua puluh meter;
5) Air Permukaan adalah air baku yang berasal dari sungai saliran
irigasi, waduk kolam atau dana;
6) Debit Minimum adalah debit terkecil yang dapat memenuhi
kebutuhan air bagi masyarakat pedesaan;
7) Mata Air adalah air tanah yang muncul kepermukaan tanah secara
alami;
8) Penangkap Mata Air adalah tempat penampungan air hujan yang
digungakan sebagai tempat penyediaan air minum;
9) Sumur Bor adalah lubang yang dibuat sampai kedalaman tertentu
dengan menggunakan alat bor yang digerakkan oleh tenaga manusia
atau tenafa mesin;
10)Sumur Dangkal adalah lubang sumur dengan kedalaman muka air
minimal 7 meter dari permukaan tanah. Kedalaman dasar pada
umumnya berkisar antara 12-15 meter;
11)Sumur Dalam adalah lubang sumur dengan kedalaman di atas 30
meter, dengan menggunakan alat bor yang direkan tenaga mesin;
1
12)Sungai adalah air permukaan yang mengalir secara alami;
13)Saluran Irigasi adalah air permukaan yang mengalir melalui saluran
buatan dengan atau tanpa perluasan kedaerah pertanian;
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Umum
Survai sumber daya air baku harus dilaksanakan sesuai ketentuan-
ketentuan umum sebagai berikut :
1) Dilaksanakan oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman;
2) Melaksanakan survai lapangan yang seksama dan terkirdinasi
dengan pihak-pihak terkait;
3) Membuat laporan tertulis mengenai hasil survai yang memuat :
a. foto lokasi;
b. jenis sumber air baku;
c. perkiraan kapasitas air baku;
d. kualitas, kuantitas & kontinuitas;
e. fungsi saat ini;
f. kajian hidrologi, morfologi
4) Mengirimkan data dan laporan-lapporan tersebut di atas kepada
pemberi tugas instansi yang terkait;
2.2 Teknis
Dalam pelaksanaan survai lapangan bidang air baku harus dipenuhi
ketentuan-ketentuan teknis sebagai berikut :
1) Gambar-gambar sketsa lokasi, peta-peta dengan ukuran gambar
sesuai ketentuan yang berlaku;
2) Sumber air baku harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. debit minimum dari sumber air baku;
b. kuantitas sumber air baku harus terjamin kontinuitasnya;
c. kualitas air baku harus memenuhi ketentutan baku mutu air
yang berlaku;
d. jarak sumber air baku ke daerah pelayanan maksimum sesuai
dengan ketentuan untuk masing-masing sumber air baku;
2.3 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan dalam survai sumber daya air baku
adalah sebagai berikut :
2
6) stop watch (pengukur waktu)
7) termometer;
8) theodolit;
9) rambu ukur;
10)EC meter;
11)pH meter;
12)tempat contoh air;
13)calculator;
14)tustel;
15)garam (NaC1);
16)ember;
17)alat tulis;
18)foto udara;
19)suspendedload;
20)altimeter;
Lampiran B 1
1. Umum
Pengukuran aliran dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1) Dengan sekat trapesiodal atau dinamai sekat Cipolefti;
2) Dengan sekat V-notch atau dinamai sekat Thomson;
3) Dengan metoda pembubuhan garam;
4) Dengan cara sederhana seperti akan diterangkan kelak;
2. Sekat Cipoletti
Alat yang diperlukan :
1) Sekat Trapesiodal yang sisi-sisi dalam sekat itu meruncing, seperti
pada gambar IV-1, dibuat dari pelat logam (baja, auminium, dll) atau
dari kayu lapis sekat ini tetap dipasang pada lokasi pengukuran atau
hanya sementara saja.
2) Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur
Cara pengukuran :
1. Tempatkan sekat pada aliran (sungai kecil, pelimpahan mata air,
dsb), yang akan diukur , pada posisi yang baik sehingga sekat
betul-betul mendatar atau ”h” pada kedua sisinya adalah sama;
2. Ukur”h” dengan penggaris, tongkat ukur atau pita ukur.
3
Perhitungan debit
Debit dihitung dengan persamaan :
Q = 0.0186 bh
Dimana : Q dalam l/d
b dalam cm
h dalam cm
4
1) dapatkan informasikan dari masyarakat setempat tentang
lokasi sumber fluktuasi, pemunculan, serta pemanfaatan mata
air tersebut;
2) pastikan sumber mata air yang akan di survai;
3) dengan menggunakan altimeter ukur ketinggian sumber mata
air dari daerah pelayanan dengan menggunakan theodolit,
kompas dan dinometer atau altimeter;
4) ukur debit mata air;
5) uji kualitas air untuk parameter :
1. temperatur dengan termometer;
2. derajat keasaman dengan pH meter;
3. daya hantar listrik dengan electro conduktiviti meter;
4. kekeruhan, warna, rasa dan bau
6) ukur jarak sumber mata air ke daerah pelayanan dengan pita
ukur atau roda ukur;
7) gambar sketsa mata air dan sekitarnya secara horizontal dan
dilengkapi dengan ukuran dan skala;
8) buat sketsa penampang sumber mata air dan daerah
sekitarnya;
9) catat kondisi dan pemanfaatan lahan dilokasi sumber mata air;
10)tentukan jenis mata air berdasarkan cara pemunculannya di
permukaan tanah;
11)tentukan jenis batuan yang menyusun daerah sekitar mata air;
12)ambil contoh air untuk diperiksa di laboratorium lengkapi
dengan data lokasi, nomor contoh dan waktu pengambilan yang
ditulis pada label dan ditempel pada tempat contoh air.
2. Pengkajian hasil survai mata air :
(1) pengkajian debit mata air sesuai tabel 1;
(2) pengkajian lokasi mata air terhadap daerah pelayanan lihat
tabel 2;
(3) pengkajian kualitas air sesuai tabel 3.
3.2.2 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian Air Tanah Dangkal
3.2.2.1 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian Air Tanah Dangkal
5
(1) ukur jarak sumur gali dengan rumah;
(2) ukur diameter sumur;
(3) ukur kedalaman sumur
(4) ukur kedalaman muka air tanah;
(5) ambil contoh air untuk diperiksa di laboratorium
3) ambil contoh air lokasi berbeda, untuk diuji di lapangan
dengan parameter temperatur, pH, daya hantar listrik,
warna, kekeruhan, bau dan rasa
2) Pengkajian hasil survai air tanah dangkal :
(1) pengkajian jarak sumur terhadap pelayanan meliputi :
(1) jarak kurang dari 100 m berarti sumber air tanah
dangkal tersebut masih sangat layak digunakan;
(2) jarak 100-150 m berarti sumber air tanah dangkal
tersebut masih layak di gunakan;
(3) Jarak lebih dari 150 m berarti sumber air tanah
dangkal tersebut kurang layak digunakan.
(2) pengkajian muka air tanah atau ketebalan muka air tanah
pada musim kemarau meliputi :
(1) air tanah masih ada dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan satu rumah tangga berarti potensi air tanah
dangkal baik;
(2) air tanah masih ada tapi masih memerlukan
penambahan kedalaman untuk mendapatkan tambahan
air tanah sehingga masih dapat mencukupi kebutuhan
sebuah rumah tangga berarti potensi air tanah dangkal
cukup baik;
(3) air tanah tidak ada meskipun sudah dibiarkan selama
waktu tertentu dipendam berarti air tanah dangkal
kurang baik;
(3) pengkajian kualitas air tanah dangkal sesuai tabel 3.
6
(4) dapatkan informasi tentang data sumur dalam yang ada
mengenai tahun pembuatan, kedalam sumur, kualitas
airnya, dan konstruksinya;
(5) ukur diameter sumur dan kedalaman muka air serta
kedalaman sumur;
(6) ukur contoh air untuk diamati dan diukur suhum pH, daya
hantar listrik, warna, kekeruhan, bau, dan rasa lengkapi
dengan data lokasi, waktu pengambilan dan nomor sampel;
2) Pengkajian Hasil Survai Air Tanah Dalam :
(1) Analisa peta hidrologi pada lokasi tersebut dengan ketentuan
sebagai berikut :
(1) ada air yang potensinya baik berarti potensi air tanah
dalam tersebut baik;
(2) ada air sumur bor lebih dari kebutuhan air masyarakat
berarti potensi air tanah dalam tersebut kurang baik;
(3) debit air sumur bor sangat kecil dibanding kebutuhan air
masyarakat berarti tidak ada potensi air tanah dalam;
(2) Konfirmasikan besarnya debit dari sumur bor yang sudah ada
di sekitar lokasi tersebut. Dari hasil konfirmasi tersebut ada
beberapa kondisi sebagai berikut :
1) debit air sumur bor lebih besar atau masih dapat
mencukupi kebutuhan masyarakat berarti potensi air
tanah dalam tersebut baik;
2) debit sumur bor lebih kecil dari kebutuhan air masyarakat
berarti potensi air tanah dalam tersebut kurang baik;
3) pengkajian air sumur bor sangat kecil dibanding
kebutuhan air masyarakat berarti tidak ada potensi air
tanah dalam;
(3) Pengkajian kualitas air tanah dalam sesuai tabel 3;
(4) Tentukan sumber air tanah dalam yang paling layak
digunakan;
7
(2) Periode pengeringan atau pengurasan dalam satu
tahun ;
(3) Ukru debit sungai dan saluran irigasi sesuai SK. SNI M-17-
1989 tentang metode pengukuran debit sungai dan
saluran terbuka;
(4) Ambil contoh air sesuai dengan SK SNI M -02 1989- F
tentang metode pengambilan contoh uji kualitas air;
(5) Uji kualitas air sungai untuk parameter :
3) Temperatur dengan termometer;
4) Derajad keasaman dengan pH meter;
5) Daya hantar listrik dengan elektro konduktifiti;
(6) Temukan lokasi bangunan sadap pada bagian yang tidak
pernah kering, hindari bahaya erosi dan sedimentasi
serta mudah dilaksanakan;
(7) Ukur ketinggian rencana lokasi bangunan sadap dan
sekitarnya dengan rambu ukur dan alat ukur tedolit
serta buatlah sketsa;
(8) Ukur jarak tempat bangunan sadap ke desa dengan puta
ukur atau roda ukur;
(9) Tentukan apakah sumber air sungai atau saluran irigasi
tersebut layak digunakan;
(10) Cari sumber air sungai atau saluran irigasi di atas tidal
laayak dan ulangi tahapan cara pengerjaan survai air
sungai sesuai tahapan di atas;
(11) Bawa contoh air untuk diperiksa di laboratorium;
8
(5) buat sketsa lokasi daerah bangunan digunakan.
(6) tentukan apakah air air danau dan embung tersebut layak
digunakan;
9
TABEL 1
EVALUASI DEBIT SUMBER AIR
10
TABEL 2
EVALUASI LOKASI SUMBER AIR
11
TABEL 3
EVALUASI KUALITAS AIR
PARAMETER MASALAH KUALITAS PENGOLAHAN KESIMPULAN
BAU Bau tanah Kemungkinan dengan Mungkin bisa dipakai;
saringan karbon aktif perlu pengolahan
percobaan dulu
Bau besi Aerasi + Saringan pasir Bisa dipakai dengan
lambat pengolahan
Bau sulfur Kemungkinan Aerasi Kalau bau sekali tidak
bisa dipakai; kalau bau
sedikit bisa dipakai
dengan pengolaghgan
Bau lain Tergantung jenis bau Tidak bisa dipakai
kecuali percobaan
pengolahan berhasil
RASA Rasa asin/payau Tidak mungkin Tergantung kadar CL
dan pendapat peng-
olahan berhasil
Rasa besi Aerasi + Saringan pasir Bisa dipakai dengan
lambat pengolahan
Rasa tanah tanpa ke- Sama dengan ke- Sama dengan ke-
keruhan keruhan keruhan
Coklat bersama ke- Sama dengan ke- Sama dengan ke-
keruhan keruhan keruhan
Rasa lain Tergantung jenis rasa Tidak bisa dipakai
kecuali percobaan
pengolahan berhasil
KEKERUHAN Kekeruhan sedang Saringan pasir lambat Bisa dipakai dengan
coklat dari sumur pengolahan
Kekeruhan tinggi Dengan pembubuhan Bisa dipakai dengan
coklat dari lumpur PAC pengolahan, peng-
olahan agak mahal
Putih Dengan pembubuhan Bisa dipakai dengan
PAC pengolahan, pengolah
dulu
Agak kuning sesudah Dengan +sistem Mungkin bisa dipakai;
air sebentar di ember saringan pasir perlu pengolaghgan
percobaan dulu
WARNA Coklat tanpa ke- Kemungkinan dengan Mungkin bisa dipakai;
keruhan saringan karbon aktif perlu pengolahan per-
cobaan dulu
Coklat bersama dng Sama dengan ke- Sama dengan
kekeruhan keruhan kekeruhan
Putih Mungkin dengan pem- Tidak bisa dipakai
bubuhan PAC kecuali pengolahan
berhasil
Lain Tergantung jenis Tidak bisa dipakai
warnra kecuali percobaan
peng-olahan berhasil
12
3. Sekat thompson
Alat yang diperlukan :
(1) Sekat V-nocth, seperti terlihat pada Gambar IV-2. dibuat dari
pelat logam (baja, aluminium dll) atau dari kayu lapis;
(2) Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur
Cara Pengukuran :
1) Tempatkan sekat pada aliran yang akan diukur, pada posisi
yang baik sehingga sekat betul-betul mendatar atau ”h” pada
keduda sisinya adalah sama
2) Ukur h dengan penggaris, tongkat ukur dan pita ukur.
Perhitungan debit :
Debit dihitung dengan persamaan
Q = 0.0134 h5/2
Dengan : Q dalam l/d
H dalam cm
Keadaan untuk pengukuran :
1) Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang
2) Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian
atas atau samping sekat.
3) Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada
sekat (lihat Gambar IV-2)
4. Metoda Pembubuhan Garam
Metoda ini bisa dipergunakan pada keadaan dimana badan air
mudah didekati pada dua lokasi yang berjarak 30 m, dan aliran
dibagian hulu bersifat turbujen (bergolak)
Garam yang sudah dilarutkan di dalam seember air, di
tumpahkan dibagian hulu aliran.
Keadaan aliran yang bergolak dan jarak antara dua titik
pengamatan dihulu dan dihilir harus cukup menjamin terjadinya
percampuran garam yang merata diseluruh penampang aliran.
Pada bagian hilir EC (Electrical Conductivity) atau Daya Hantar
Listrik diukur setiap 15 detik, dan hasilnya dicatat pada Formulir
S14
Ketika larutan garam seluruhnya telah melewati titik
pengamatan dibagian hilir, EC akan kembali ke keadaan normal,
EC nilainya naik pada saat awal pengukuran.
Setelah dikurangi oleh nilai EC dari air, maka nilai EC inilah
yang digunagkan untuk menentukan debit aliran.
4.1 Alat dan Zat Kimia yang diperlukan
- Satu ember dengan volume 10 liter
- Garam meja (Nacl) yang diketahui banyaknya.
13
4.2 Metoda Pengukuran
- Buat larutan garam dengan melarutkan sejumlah garam
(misalnya 1 kg) kedalam seember air.
- Tumpahkan kedalam aliran dibagian hilir
- Dari saat ditumpahkan ukur EC dibagian hilir pada selang
waktu 15 detik, catat hasilnya pada kolom-kolom
FORMULIR S14
- Hentikan pengukuran EC, ketika nilai EC kembali ke nilai
normal
4.3 Perhitungan debit
- Pada kolom 3 FORMULIR S14 masukan nilai EC yang benar,
yaitu nilai pada kolom-kolom 2 dikurangi EC asli dari air;
- Jumlah nilai EC pada kolom 3;
- Debit dari aliran ini dihitung dengan persamaan
Q= 2.1 x S
Ext
14
15 487 0
30 487 0
45 497 10
60 497 0
75 589 102
90 718 231
105 786 299
120 898 411
135 1.024 537
150 1.108 621
165 1.342 855
180 1.504 1.017
195 1.680 1.193
210 1.667 1.180
225 1.586 1.099
240 1.403 916
255 1.074 587
270 854 367
285 604 117
300 499 12
315 487 0
330 490 0
345 487 0
360 487 0
JUMLAH : E 9.557 us/cm
Q= 2.1 x S
= 2.1 x 700.000
= 10.25 l/d
15 x E 15 x 9557
Cara pengukuran :
Metoda ini hanya bisa digunakan bila seluruh aliran bisa
ditampung dalam wadah atau ember itu, misalnya air yang
keluar dari mata air melalui sebuah pipa.
- Hidupkan ”stop wacth” tepat pada saat ember atau wadah
disimpan untuk menampung aliran air.
- Matikan ”stop watch” tepat pada saat ember atu wadah
penuh
Perhitungan debit :
Q= V
15
V = volume ember atau wadah
Contoh : ember dengan isi 4o l, dalam waktu 8 detik
Q= 40
= 5 l/d
8
Gambar B 3
Sketsa Penampang melintang aliran
Perhitungan debit :
Jika daun menempuh jarak L dalam waktu t detik, kecepatan muka
air adalah :
V = L (m/d)
t
V = L (m/d)
t
16
Luas penampang : V x A (m³/d)
Atau = 1000 x V x A (l/d)
TABEL B.1
INTERVAL PENGUKURAN DALAMNYA AIR
17
V 0,2 D + 2X V 0.6 D + V 0-8 D
4
TABEL B.2
INTERVAL PENGUKURAN KECEPATAN AIR
LAMPIRAN B. 2
PETUNJUK PENENTUAN KUALITAS AIR
1. Umum
Ada dua penentuan yang berbeda :
- Keadaan fisis (jernih/keruh, berwarna/tidak)
- Keadaan kimiawi (pH, EC, dan lain-lain
18
Seluruh sumber air harus ditentukan keadaankedua ketentuan itu. Untuk
air juga perlu diukur suhunya. Hasil dari penentutan-penentuan ini
dicatat pada Formulir yang sesuai (Formulir S7 sampai Formulir S11)
Suhu
- Masukkan termometer pada air, pada lokasi dimana air itu keluar
- Baca termometer, manakala alat itu masih dalam air atau sesaat
setelah diangkat dari dalam air
3.1 pH
pH diukur untuk menentukankeasaman atau kebasaan dari air baku,
Hal ini diukur di lokasi, untuk air tanah pada lokasi tempat air
keluar.
Petunjuk Penggunaan
A. Peneraan
1. Bersihkan elektroda dengan membasuhnya memakai air suling (lepas
dulu tutup karetnya);
2. Ukur suhu larutan ”penyangga” dan sesuaikan pH meter pada suhu ini
(pada Gambar V-1 : putar tombol ”2”);
3. Hubungan elektroda dengan pH meter dan masukan kedalam
larutan”penyangga”;
4. Jarum atau indikator pH meter harus diatur (pada Gambar V-1 dengan
memutar tombol 3), sehingga pH larutan ”penyangga” bisa diketahui
(contohnya pH 6.9);
5. Bersihkan elektroda dengan membasuhnya memakai air suling dan
masukan kedalam larutan ”penyangga: kedua (contohnya pH = 4)
6. Sesuaikan pH meter (pada Gambar V-1 dengan tombol 3) sehingga pH
larutan ”penyangga” kedua bisa diketahui;
19
7. Bersihkan elektroda dengan membasuhnya memakai air suling, isi
dengan air suling dan tutup dengan karetnya.
B. Pengukuran
1. Ukur suhu contoh air;
2. Periksa bahwa baterai pada pH meter masih bagus (lihat petunjuk
pemakaian pH meter dari pabriknya);
3. Hubungan elektroda ke pH meter dan buka tutup karetnya;
4. Sesuai pH meter dengan suhu yang dibaca pada langkah (1) (pada
Gambar V-1, putar tombol 2);
5. Masukkan elektroda ke dalam contoh air atau langsung ke sumbernya,
bacalah berapa pHnya;
6. Lepaskan elektroda dan cuci dengan air suling
7. Penuhi elektroda dengan air suling dan tutup dengan karet
penutupnya.
20