Anda di halaman 1dari 20

AB-K/RE-RI/TC/002/98

TATA CARA SURVAI DAN PENGKAJIAN


SUMBER DAYA AIR BAKU

BAB I
DESKRIPSI
1.1 Ruang Lingkup
Menurut ruang lingkup, pengertian-pengertian yang digunakan dalam
pelaksanaan survai dan pengkajian, ketentuan-ketentuan dan prosedur
yang perlu dilakukan bagi palaksanaan Survai Sumber Daya Air Baku serta
produk-produk kegiatan yang diperlukan.

1.2 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air yang perlu atau
tidak perlu diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga;
2) Air Tanah Bebas adalah air tanah yang tidak dibatasi oleh dia
laporan kedap air atau semi kedap air;
3) Air Tanah Dangkal adalah air tanah bebas yang terdapat dalam tanah
dengan kedalaman muka air kurang atau sama dengan dua puluh
meter;
4) Air Tanah Dalam adalah air tanah yang terdapat di dalam tanah yang
kedalaman muka airnya lebih besar dari dua puluh meter atau air
tanah yang terdapat di dalam akifer tertekan dimana akifer ini
berada dalam kedalaman lebih dari dua puluh meter;
5) Air Permukaan adalah air baku yang berasal dari sungai saliran
irigasi, waduk kolam atau dana;
6) Debit Minimum adalah debit terkecil yang dapat memenuhi
kebutuhan air bagi masyarakat pedesaan;
7) Mata Air adalah air tanah yang muncul kepermukaan tanah secara
alami;
8) Penangkap Mata Air adalah tempat penampungan air hujan yang
digungakan sebagai tempat penyediaan air minum;
9) Sumur Bor adalah lubang yang dibuat sampai kedalaman tertentu
dengan menggunakan alat bor yang digerakkan oleh tenaga manusia
atau tenafa mesin;
10)Sumur Dangkal adalah lubang sumur dengan kedalaman muka air
minimal 7 meter dari permukaan tanah. Kedalaman dasar pada
umumnya berkisar antara 12-15 meter;
11)Sumur Dalam adalah lubang sumur dengan kedalaman di atas 30
meter, dengan menggunakan alat bor yang direkan tenaga mesin;

1
12)Sungai adalah air permukaan yang mengalir secara alami;
13)Saluran Irigasi adalah air permukaan yang mengalir melalui saluran
buatan dengan atau tanpa perluasan kedaerah pertanian;

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN
2.1 Umum
Survai sumber daya air baku harus dilaksanakan sesuai ketentuan-
ketentuan umum sebagai berikut :
1) Dilaksanakan oleh tenaga ahli yang sudah berpengalaman;
2) Melaksanakan survai lapangan yang seksama dan terkirdinasi
dengan pihak-pihak terkait;
3) Membuat laporan tertulis mengenai hasil survai yang memuat :
a. foto lokasi;
b. jenis sumber air baku;
c. perkiraan kapasitas air baku;
d. kualitas, kuantitas & kontinuitas;
e. fungsi saat ini;
f. kajian hidrologi, morfologi
4) Mengirimkan data dan laporan-lapporan tersebut di atas kepada
pemberi tugas instansi yang terkait;
2.2 Teknis
Dalam pelaksanaan survai lapangan bidang air baku harus dipenuhi
ketentuan-ketentuan teknis sebagai berikut :
1) Gambar-gambar sketsa lokasi, peta-peta dengan ukuran gambar
sesuai ketentuan yang berlaku;
2) Sumber air baku harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. debit minimum dari sumber air baku;
b. kuantitas sumber air baku harus terjamin kontinuitasnya;
c. kualitas air baku harus memenuhi ketentutan baku mutu air
yang berlaku;
d. jarak sumber air baku ke daerah pelayanan maksimum sesuai
dengan ketentuan untuk masing-masing sumber air baku;

2.3 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan dalam survai sumber daya air baku
adalah sebagai berikut :

1) peta-peta (topografi, Geologi dan Hid regeologi)


2) kompas dan dinometer (atau kompas geologi);
3) alat pengukur debit (current meter, pelimpah);
4) pita ukur;
5) roda ukur;

2
6) stop watch (pengukur waktu)
7) termometer;
8) theodolit;
9) rambu ukur;
10)EC meter;
11)pH meter;
12)tempat contoh air;
13)calculator;
14)tustel;
15)garam (NaC1);
16)ember;
17)alat tulis;
18)foto udara;
19)suspendedload;
20)altimeter;

Lampiran B 1

PETUNJUK PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

1. Umum
Pengukuran aliran dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1) Dengan sekat trapesiodal atau dinamai sekat Cipolefti;
2) Dengan sekat V-notch atau dinamai sekat Thomson;
3) Dengan metoda pembubuhan garam;
4) Dengan cara sederhana seperti akan diterangkan kelak;
2. Sekat Cipoletti
Alat yang diperlukan :
1) Sekat Trapesiodal yang sisi-sisi dalam sekat itu meruncing, seperti
pada gambar IV-1, dibuat dari pelat logam (baja, auminium, dll) atau
dari kayu lapis sekat ini tetap dipasang pada lokasi pengukuran atau
hanya sementara saja.
2) Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur

Cara pengukuran :
1. Tempatkan sekat pada aliran (sungai kecil, pelimpahan mata air,
dsb), yang akan diukur , pada posisi yang baik sehingga sekat
betul-betul mendatar atau ”h” pada kedua sisinya adalah sama;
2. Ukur”h” dengan penggaris, tongkat ukur atau pita ukur.

3
Perhitungan debit
Debit dihitung dengan persamaan :
Q = 0.0186 bh
Dimana : Q dalam l/d
b dalam cm
h dalam cm

Kedaan untuk pengukuran :


1) Aliran di hlu dan dihilir sekat harus tenang;
2) Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian
atas atau samping sekat;
3) Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada sekat
(lihar Gambar IV-1)
BAB III
CARA PENGERJAAN
3.1 Persiapan
Dalam persiapan survai sumber daya air baku perlu di lakukan
persiapan sebagai berikut :
1) Mempersiapan surat-surat pengantar yang diperlukan dalam
pelaksanaan survai lapangan;
2) Formulir lapangan yang digunakan untuk menyusun data-data
yang dibutuhkan agar mempermudah pelaksanaan pengumpulan
data di lapangan
3) Menyiapkan peta-peta lokasi, topografi, geologi, hidrogeologi dan
data-data sekunder yang diperlukan;
4) Tata cara survai dan manual mengenai peralatan yang dipakai;
5) Menginterpretasi peta-peta, foto udara dan data mengenai lokasi
yang akan di survai;
6) Menyiapkan estimasi lamanya survai dan skedul pelaksanaan
survai serta perkiraran biaya yang diperlukan;
7) Mengusulkan skedul pelaksanaan survai kepada pemberi tugas;
8) Mengecek ketersediaan peralatan dan perlengkapan yang akan
digunakan di lapangan;
3.2 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian

3.2.1 Pelaksanaan survai dan Pengkajian Mata Air

1) Pelaksanaan survai air tanah dangkal :

4
1) dapatkan informasikan dari masyarakat setempat tentang
lokasi sumber fluktuasi, pemunculan, serta pemanfaatan mata
air tersebut;
2) pastikan sumber mata air yang akan di survai;
3) dengan menggunakan altimeter ukur ketinggian sumber mata
air dari daerah pelayanan dengan menggunakan theodolit,
kompas dan dinometer atau altimeter;
4) ukur debit mata air;
5) uji kualitas air untuk parameter :
1. temperatur dengan termometer;
2. derajat keasaman dengan pH meter;
3. daya hantar listrik dengan electro conduktiviti meter;
4. kekeruhan, warna, rasa dan bau
6) ukur jarak sumber mata air ke daerah pelayanan dengan pita
ukur atau roda ukur;
7) gambar sketsa mata air dan sekitarnya secara horizontal dan
dilengkapi dengan ukuran dan skala;
8) buat sketsa penampang sumber mata air dan daerah
sekitarnya;
9) catat kondisi dan pemanfaatan lahan dilokasi sumber mata air;
10)tentukan jenis mata air berdasarkan cara pemunculannya di
permukaan tanah;
11)tentukan jenis batuan yang menyusun daerah sekitar mata air;
12)ambil contoh air untuk diperiksa di laboratorium lengkapi
dengan data lokasi, nomor contoh dan waktu pengambilan yang
ditulis pada label dan ditempel pada tempat contoh air.
2. Pengkajian hasil survai mata air :
(1) pengkajian debit mata air sesuai tabel 1;
(2) pengkajian lokasi mata air terhadap daerah pelayanan lihat
tabel 2;
(3) pengkajian kualitas air sesuai tabel 3.
3.2.2 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian Air Tanah Dangkal
3.2.2.1 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian Air Tanah Dangkal

1) Pelaksanaan survai air tanah dangkal :


1) lakukan survai pada beberapa sumur gali yang ada di daerah
tersebut yang mewakili kondisi air tanah dangkal desa
tersebut;

2) isi semua data dan kondisi sumur yang ada, dengan :

5
(1) ukur jarak sumur gali dengan rumah;
(2) ukur diameter sumur;
(3) ukur kedalaman sumur
(4) ukur kedalaman muka air tanah;
(5) ambil contoh air untuk diperiksa di laboratorium
3) ambil contoh air lokasi berbeda, untuk diuji di lapangan
dengan parameter temperatur, pH, daya hantar listrik,
warna, kekeruhan, bau dan rasa
2) Pengkajian hasil survai air tanah dangkal :
(1) pengkajian jarak sumur terhadap pelayanan meliputi :
(1) jarak kurang dari 100 m berarti sumber air tanah
dangkal tersebut masih sangat layak digunakan;
(2) jarak 100-150 m berarti sumber air tanah dangkal
tersebut masih layak di gunakan;
(3) Jarak lebih dari 150 m berarti sumber air tanah
dangkal tersebut kurang layak digunakan.
(2) pengkajian muka air tanah atau ketebalan muka air tanah
pada musim kemarau meliputi :
(1) air tanah masih ada dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan satu rumah tangga berarti potensi air tanah
dangkal baik;
(2) air tanah masih ada tapi masih memerlukan
penambahan kedalaman untuk mendapatkan tambahan
air tanah sehingga masih dapat mencukupi kebutuhan
sebuah rumah tangga berarti potensi air tanah dangkal
cukup baik;
(3) air tanah tidak ada meskipun sudah dibiarkan selama
waktu tertentu dipendam berarti air tanah dangkal
kurang baik;
(3) pengkajian kualitas air tanah dangkal sesuai tabel 3.

3.2.2.2 Pelaksanaan Survai dan pengkgajian Air tanah Dalam


1) Pelaksanaan Survai Air Tanah Dalam :
(1) analisa peta geologi dan hidrogeologi, hindari rendana lokasi
titik bor pada jalur patahan;
(2) identifikasi jenis aquifer yang akan diambil;
(3) dapatkan informasi dari penduduk setempat mengenai data
sumur dalam pada radius tiga kilo meter dari pusat desa
dan dari lokasi air permukaan;

6
(4) dapatkan informasi tentang data sumur dalam yang ada
mengenai tahun pembuatan, kedalam sumur, kualitas
airnya, dan konstruksinya;
(5) ukur diameter sumur dan kedalaman muka air serta
kedalaman sumur;
(6) ukur contoh air untuk diamati dan diukur suhum pH, daya
hantar listrik, warna, kekeruhan, bau, dan rasa lengkapi
dengan data lokasi, waktu pengambilan dan nomor sampel;
2) Pengkajian Hasil Survai Air Tanah Dalam :
(1) Analisa peta hidrologi pada lokasi tersebut dengan ketentuan
sebagai berikut :
(1) ada air yang potensinya baik berarti potensi air tanah
dalam tersebut baik;
(2) ada air sumur bor lebih dari kebutuhan air masyarakat
berarti potensi air tanah dalam tersebut kurang baik;
(3) debit air sumur bor sangat kecil dibanding kebutuhan air
masyarakat berarti tidak ada potensi air tanah dalam;
(2) Konfirmasikan besarnya debit dari sumur bor yang sudah ada
di sekitar lokasi tersebut. Dari hasil konfirmasi tersebut ada
beberapa kondisi sebagai berikut :
1) debit air sumur bor lebih besar atau masih dapat
mencukupi kebutuhan masyarakat berarti potensi air
tanah dalam tersebut baik;
2) debit sumur bor lebih kecil dari kebutuhan air masyarakat
berarti potensi air tanah dalam tersebut kurang baik;
3) pengkajian air sumur bor sangat kecil dibanding
kebutuhan air masyarakat berarti tidak ada potensi air
tanah dalam;
(3) Pengkajian kualitas air tanah dalam sesuai tabel 3;
(4) Tentukan sumber air tanah dalam yang paling layak
digunakan;

3.2.3 Pelaksanaan Survai dan Pengkgajian Air Permukaan


3.2.3.1 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian Sungai
1) Pelaksanaan Survai Air Sungai :
(1) dapatkan informasi masyarakat dan atau pengelola setempat
lokasi, muka air minumum, pemanfaatan, debit aliran dan
kualitas air sungai;
(2) Dapatkan informasi untuk saluran irigasi :
(1) lamanya pengeringan atau pengurasan saluran;

7
(2) Periode pengeringan atau pengurasan dalam satu
tahun ;
(3) Ukru debit sungai dan saluran irigasi sesuai SK. SNI M-17-
1989 tentang metode pengukuran debit sungai dan
saluran terbuka;
(4) Ambil contoh air sesuai dengan SK SNI M -02 1989- F
tentang metode pengambilan contoh uji kualitas air;
(5) Uji kualitas air sungai untuk parameter :
3) Temperatur dengan termometer;
4) Derajad keasaman dengan pH meter;
5) Daya hantar listrik dengan elektro konduktifiti;
(6) Temukan lokasi bangunan sadap pada bagian yang tidak
pernah kering, hindari bahaya erosi dan sedimentasi
serta mudah dilaksanakan;
(7) Ukur ketinggian rencana lokasi bangunan sadap dan
sekitarnya dengan rambu ukur dan alat ukur tedolit
serta buatlah sketsa;
(8) Ukur jarak tempat bangunan sadap ke desa dengan puta
ukur atau roda ukur;
(9) Tentukan apakah sumber air sungai atau saluran irigasi
tersebut layak digunakan;
(10) Cari sumber air sungai atau saluran irigasi di atas tidal
laayak dan ulangi tahapan cara pengerjaan survai air
sungai sesuai tahapan di atas;
(11) Bawa contoh air untuk diperiksa di laboratorium;

2) Pengkajian Hasil Survai Air Sungai :


(1) Pengkajian lokasi sungai sesuai tabel 2;
(2) Pengkgajian kualitas air sesuai tabel 3;

3.2.2.2 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian Air Danau dan Embung


1) Pelaksanaan Survai Air Dana dan Embung :
(1) dapatkan informasi dari penduduk setempat tentang
perubahan permukaan air, kedalaman, pemanfaatan,
pencemaran terhadap danau dan, embung;
(2) ukur ketinggian danau dan embung dari daerah pelayanan
dengan menggunakan theodolit atau rambu ukur;
(3) uji kualitas air danau dan embung untuk parameter :
(1) temperatur dengan thermometer;
(2) derajat keasaman dengan pH meter;
(3) daya listrik dengan elektrokonduktifiti meter;
(4) ukur jarak danau/embung ke daerah pelayanan dengan pita
ukur atau roda ukur;

8
(5) buat sketsa lokasi daerah bangunan digunakan.
(6) tentukan apakah air air danau dan embung tersebut layak
digunakan;

2) Pengkgajian Hasil Survai Air Danau dan Embung :


(1) pengkgajian lokasi danau sesuai label 2;
(2) pengkajian kualitas air danau sesuai tabel 3;

3.2.3.3 Pelaksanaan Survai dan Pengkajian Waduk


1) Pelaksanaan Survai Air Waduk :
(1) dapatkan informasi tentang instansi pengelola waduk;
(2) dapatkan informasi dari pengelola mengenai fungsi waduk,
managemen pengelolaan, lay-out konstruksi bendungan;
(3) dapatkan informasi tentang data genangan, tinggi air dan
kontinuitas ketersediaan debit;
(4) dapatkan informasi tentang pencemaran terhadap waduk;
(5) ukur ketinggian waduk dari derah pelayanan dengan
menggunaan theodolit atau rambu ukur;
(6) uji kualitas air waduk untuk parameter;
(1) temperatur dengan thermometer;
(2) derajat keasaman dengan pH meter;
(3) daya hantar listrik dengan elektrokonduktifiti meter;
(7) ukur jarak waduk kedaerah pelayanan dengan pita ukur
atau roda ukur;
(8) buat sketsa lokasi dan foto lokasi layak diginakan sadap;
(9) tentukan apakah air waduk tersebut layak digunakan.
(2) Pengkajian Hasil Survai Air Waduk :
(1) Pengkajian lokasi Waduk sesuai tabel 2;
(2) Pengkajian kualitas air Waduk sesuai tabel 3;

9
TABEL 1
EVALUASI DEBIT SUMBER AIR

ALIRAN L/DT FLUKTUASI MUSIM


MUSIMAN Musim basah Musim basah > Akhir musim
Permulaan
sesaat 2 hari yang kemarau
setelah lalu musim kemarau
hujan
<1 Lebih kurang Aliran cukup Aliran cukup Kemungkinan Hanya
konstan kecil kecil liran tidak memungkin
mencukupi, jika lebih besar
pengukuran dari kebutuhan
pada akhir
musim kemarau

Jelas Aliran cukup Aliran cukup Aliran terlalu Hanya


berkurang kecil kecil kecil memungkin
pada musim kan jika > 50 %
kemarau lebih besar
dari kebutuhan
1-3 Lebih kurang Aliran cukup Kemungkinan Hanya Jelas
konstan kecil terlalu kecil; memungkinkan berkurang
pengukuran jika > 50 % lebih pada musim
pada akhir besar dari kemarau
musim kebutuhan
kemarau
Jelas Aliran cukup Aliran cukup Jelas berkurang Jelas
berkurang kecil kecil liran pada musim berkurang
pada musim kemarau pada musim
kemarau kemarau
3-5 Lebih kurang Aliran cukup Hanya Hanya Hanya
konstan kecil memungkinkan memungkinkan memungkinkan
jika 100 % jika 50 % lebih jika lebih besar
lebih besar besar dari dari kebutuhan
dari kebutuhan; jika
kebutuhan; lebih kecil
jika lebih kecil pengukuran
pengukuran pada akhir
pada akhir musim kemarau
musim
kemarau
Jelas Aliran cukup Kemungkinan Hanya Hanya
berkurang kecil terlalu kecil; memungkinkan memungkin
pada musim pengukuran jika 100 % lebih kan jika > 25%
kemarau pada akhir besar dari lebih besar
musim kebutuhan; jika dari kebutuhan
kemarau lebih kecil
pengukuran
pada akhir
musim kemarau

10
TABEL 2
EVALUASI LOKASI SUMBER AIR

No. Beda tinggi antara Sumber Jarak Penilaian


air dan daerah Pelayanan
1. Lebih besar dari 30 m Lebih kecil dari 2 km Baik, sistem gravitasi

2. 10-30 m Lebih kecil dari 1 km Berpotensi, tapi detail


disain rinci diperlukan
untuk sistem gravitasi,
pipa berdiameter besar
mungkin diperlukan

3. 3-10 m Lebih kecil dari 0,2 km Kemungkinan


diperlukan pompa
kecuali untuk sistem
yang sangat kecil

4. Lebih kecil dari 3 m - Diperlukan pompa

11
TABEL 3
EVALUASI KUALITAS AIR
PARAMETER MASALAH KUALITAS PENGOLAHAN KESIMPULAN
BAU Bau tanah Kemungkinan dengan Mungkin bisa dipakai;
saringan karbon aktif perlu pengolahan
percobaan dulu
Bau besi Aerasi + Saringan pasir Bisa dipakai dengan
lambat pengolahan
Bau sulfur Kemungkinan Aerasi Kalau bau sekali tidak
bisa dipakai; kalau bau
sedikit bisa dipakai
dengan pengolaghgan
Bau lain Tergantung jenis bau Tidak bisa dipakai
kecuali percobaan
pengolahan berhasil
RASA Rasa asin/payau Tidak mungkin Tergantung kadar CL
dan pendapat peng-
olahan berhasil
Rasa besi Aerasi + Saringan pasir Bisa dipakai dengan
lambat pengolahan
Rasa tanah tanpa ke- Sama dengan ke- Sama dengan ke-
keruhan keruhan keruhan
Coklat bersama ke- Sama dengan ke- Sama dengan ke-
keruhan keruhan keruhan
Rasa lain Tergantung jenis rasa Tidak bisa dipakai
kecuali percobaan
pengolahan berhasil
KEKERUHAN Kekeruhan sedang Saringan pasir lambat Bisa dipakai dengan
coklat dari sumur pengolahan
Kekeruhan tinggi Dengan pembubuhan Bisa dipakai dengan
coklat dari lumpur PAC pengolahan, peng-
olahan agak mahal
Putih Dengan pembubuhan Bisa dipakai dengan
PAC pengolahan, pengolah
dulu
Agak kuning sesudah Dengan +sistem Mungkin bisa dipakai;
air sebentar di ember saringan pasir perlu pengolaghgan
percobaan dulu
WARNA Coklat tanpa ke- Kemungkinan dengan Mungkin bisa dipakai;
keruhan saringan karbon aktif perlu pengolahan per-
cobaan dulu
Coklat bersama dng Sama dengan ke- Sama dengan
kekeruhan keruhan kekeruhan
Putih Mungkin dengan pem- Tidak bisa dipakai
bubuhan PAC kecuali pengolahan
berhasil
Lain Tergantung jenis Tidak bisa dipakai
warnra kecuali percobaan
peng-olahan berhasil

12
3. Sekat thompson
Alat yang diperlukan :
(1) Sekat V-nocth, seperti terlihat pada Gambar IV-2. dibuat dari
pelat logam (baja, aluminium dll) atau dari kayu lapis;
(2) Penggaris, tongkat ukur atau pita ukur
Cara Pengukuran :
1) Tempatkan sekat pada aliran yang akan diukur, pada posisi
yang baik sehingga sekat betul-betul mendatar atau ”h” pada
keduda sisinya adalah sama
2) Ukur h dengan penggaris, tongkat ukur dan pita ukur.
Perhitungan debit :
Debit dihitung dengan persamaan
Q = 0.0134 h5/2
Dengan : Q dalam l/d
H dalam cm
Keadaan untuk pengukuran :
1) Aliran di hulu dan di hilir sekat harus tenang
2) Aliran hanya melalui sekat, tidak ada kebocoran pada bagian
atas atau samping sekat.
3) Air harus mengalir bebas dari sekat, tidak menempel pada
sekat (lihat Gambar IV-2)
4. Metoda Pembubuhan Garam
Metoda ini bisa dipergunakan pada keadaan dimana badan air
mudah didekati pada dua lokasi yang berjarak 30 m, dan aliran
dibagian hulu bersifat turbujen (bergolak)
Garam yang sudah dilarutkan di dalam seember air, di
tumpahkan dibagian hulu aliran.
Keadaan aliran yang bergolak dan jarak antara dua titik
pengamatan dihulu dan dihilir harus cukup menjamin terjadinya
percampuran garam yang merata diseluruh penampang aliran.
Pada bagian hilir EC (Electrical Conductivity) atau Daya Hantar
Listrik diukur setiap 15 detik, dan hasilnya dicatat pada Formulir
S14
Ketika larutan garam seluruhnya telah melewati titik
pengamatan dibagian hilir, EC akan kembali ke keadaan normal,
EC nilainya naik pada saat awal pengukuran.
Setelah dikurangi oleh nilai EC dari air, maka nilai EC inilah
yang digunagkan untuk menentukan debit aliran.
4.1 Alat dan Zat Kimia yang diperlukan
- Satu ember dengan volume 10 liter
- Garam meja (Nacl) yang diketahui banyaknya.

13
4.2 Metoda Pengukuran
- Buat larutan garam dengan melarutkan sejumlah garam
(misalnya 1 kg) kedalam seember air.
- Tumpahkan kedalam aliran dibagian hilir
- Dari saat ditumpahkan ukur EC dibagian hilir pada selang
waktu 15 detik, catat hasilnya pada kolom-kolom
FORMULIR S14
- Hentikan pengukuran EC, ketika nilai EC kembali ke nilai
normal
4.3 Perhitungan debit
- Pada kolom 3 FORMULIR S14 masukan nilai EC yang benar,
yaitu nilai pada kolom-kolom 2 dikurangi EC asli dari air;
- Jumlah nilai EC pada kolom 3;
- Debit dari aliran ini dihitung dengan persamaan
Q= 2.1 x S
Ext

Dimana : Q = debit (l/det)


S = berat kering NaCL (mg)
E = jumlah E pada kolom 3 formulir S14 (uS/cm)
T = selang waktu antara dua pengukuran yang
berturutan.
Contoh :
Sejumlah garam seberat 0,7 kg (700 gram atau 700.000 mg)
dimasukkan kedalam sungai. Bersamaan dengan itu juga EC
dibagikan hilir diukur dan nilainya (dalam micro Siemens/cm atau
micro ohmos/cm) ditulis pada kolom ”nilai kotor” Formulis S14
(lihat contoh)
Pada awalanya EC tetap pada nilai 487 us/cm, beberapa saat
kemudian mulai meningkat, mencapai nilai maximum 1680 us/cm
setelah 1195 detik kemudian menurun lagi dan akhirnya tetap
stabil pada 487 us/cm. Sampai disini hentikanlah penukuran.
EC asli dari air adalah : 487 us/cm, dan harga ini dipakai untuk
mengurangi angka pada ”nilai kotor”. Hasil pengurangan ini
dituliskan pada kolom ”nilai bersih”, kemudian jumlahkan
seluruhnya.
Pada contoh, jumlahnya : E = 9557 us/cm sehingga debit aliran
itu bisa dihitung :
Q= 2.1 x S
= 2.1 x 700.000
= 10.25 l/d
15 x E 15 x 9557

PENGUKURAN DEBIT FORMULIR S.14


(METODE LARUTAN GARAM)
Berat NaCL total : S = 700.000 mg
(700 gr)
Waktu sejak EC (u S/cm)
Pembubuhan Nacl
Nilai kotor Nilai bersih
(detik)
0 487 0

14
15 487 0
30 487 0
45 497 10
60 497 0
75 589 102
90 718 231
105 786 299
120 898 411
135 1.024 537
150 1.108 621
165 1.342 855
180 1.504 1.017
195 1.680 1.193
210 1.667 1.180
225 1.586 1.099
240 1.403 916
255 1.074 587
270 854 367
285 604 117
300 499 12
315 487 0
330 490 0
345 487 0
360 487 0
JUMLAH : E 9.557 us/cm
Q= 2.1 x S
= 2.1 x 700.000
= 10.25 l/d
15 x E 15 x 9557

5. Cara Sederhana Pengukuran Debit


5.1 Metoda ember
Peralatan yang dibutuhkan
1) Ember atau wadah lainnya yang volumenya diketahui
2) Stop watch

Cara pengukuran :
Metoda ini hanya bisa digunakan bila seluruh aliran bisa
ditampung dalam wadah atau ember itu, misalnya air yang
keluar dari mata air melalui sebuah pipa.
- Hidupkan ”stop wacth” tepat pada saat ember atau wadah
disimpan untuk menampung aliran air.
- Matikan ”stop watch” tepat pada saat ember atu wadah
penuh
Perhitungan debit :

Q= V

Dimana : Q dalam l/detik


T = waktu saat stop watch dihidupkan dan dimatikan, dalam
detik

15
V = volume ember atau wadah
Contoh : ember dengan isi 4o l, dalam waktu 8 detik
Q= 40
= 5 l/d
8

5.2 Metoda Benda Apung


Peralatan yang dibutuhkan :
1) pita ukur
2) stop watch
3) daun atau benda apung lainnya
Cara pengukuran :
Pilih lokasi yang baik pada beban air dengan lebar, kedalaman,
kemiringan dan kecepatannya yang dianggap tetap, sepanjang 2 meter.
Harus diperhatikan agar tidak ada rintangan, halangan atau gangguan
lainnya sampai tempat pengamatan dihilir
Jatuhkan daun ditengah sungai, pada bagian hulu bersamaan dengan
itu hidupkan stop wacth
Hentikan stop wacth manakala daun melewati titik pengamatan
dihilir, Jarakn antara bagian hulu dan bagian hilir juga harus diukur (katakan
Lm)
Ukur kedalaman air pada beberapa titik penampang aliran, Juga lebar
penampang itu.

Gambar B 3
Sketsa Penampang melintang aliran
Perhitungan debit :
Jika daun menempuh jarak L dalam waktu t detik, kecepatan muka
air adalah :

V = L (m/d)
t

Kecepatan aliran rata-rata diseluruh penampangan adalah 2/3 dari


harga ini, jadi :

V = L (m/d)
t

Tentukan kedalaman air rata-rata h = a+b+c


(m)
3

luas penampang : A = d x h (m²)

16
Luas penampang : V x A (m³/d)
Atau = 1000 x V x A (l/d)

6. Pengukuran Dengan Current Meter


Alat ukur harus digunakan untuk mengukur aliran pada
kecepatan air air rendah, tidak pada saat banjir. Ada beberapa jenis
alat ukur kecepatan arus, pemeliharaan jenis pelatanan disesuaikan
dengan kecepatan aliran air dankedalam air yang akan diukur.
Pengukuran kecepatan air ada beberapa cara, cara satu titik,
cara dua titik dan cara tiga titik tergantung dari kedalam air yang
akan diukur. Kecepatan aliran air dihitung dengan pengambilan harga
rata-rata. Untuk mengukur kecepatan aliran di samping memakai alat
current meter dapat pula diukur memakai pelampung.
Untuk menghitung debit sungai, diperlukan luas penampang
melintang sungai.
Besarnya debit adalah hasil kali kecepatan harus dipasang
melintang sungai.
Untuk mengukur penampang melintang sungai harus dipasang
titik tetapi lakukan survai lokasi pengukuran penampang melintang
sungai sebelum diadakan pengukuran.
Berikut ini disajikan interval pengukuran dalamnya air;

TABEL B.1
INTERVAL PENGUKURAN DALAMNYA AIR

Lebar Sungai (m) 100 100-200 Di atas 200


Interval (m) Di atas tanah Kurang dari 5 Kurang dari 10 Kurang dari 20
Dalamnya air Kurang dari 5 Kurang dari 10 Kurang dari 20

CONTOH MENGHITUNG KECEPATAN AIR


DENGAN CURRENT METER

1) Kecepatan aliran cara mengukur satu titik dilakukan sebagai berikut :


a) Ukur kecepatan aliran pada kedalam 0,6 D
D adalah kedalaman total air di sungai
b) Kecepatan rata-rata adalah sama dengan kecepatan pengukuran pada
a)
2) Kecepatan aliran dengan cara dua titik dilakukan sebagai berikut :
a) ukuran kecepatan aliran pada kedalaman 0,2 D, 0,6 D dan 0,8 D
Kecepatan rata-rata adalah sama dengan pengukuran :

17
V 0,2 D + 2X V 0.6 D + V 0-8 D
4

V 0,2 D adalah kecepatan air pada kedalam 0,2 D .


Makin rapat interval gans pengukuran kecepata, makin baik
hasilnya.

TABEL B.2
INTERVAL PENGUKURAN KECEPATAN AIR

Lebar Kurang dr 50-100 100-200 200-400 400-800 Lebih dr


sungai (m) 50 800
Jml. 3 4 5 6 7 8
penampang

Sedangkan tabel di bawah ini menunjukan standar interval


pengukuran dalamnya air dan interval pengukuran kecepatan air
menggunakan alat ukur arus

Lebar permukaan air B (m) Interval garis pengukuran Interval Garis


Dalamnya Air (M) Kecepatan Aliran (m)
Kurang dari 10 0.1 B- 0.15 B
10-20 1 2
20-40 2 4
40-60 3 6
60-80 4 8
80-100 5 10
100-150 6 12
150-200 10 12
Lebih dari 20 15 30
Banyaknya garis pengukuran dalamnya air adalah 2 kali banyaknya garis
pengukuran kecepatan

Untuk meudahkan luas penampang melintang dengan menggunakan rumus


traprezional, perhitungan kecepatan rata-rata dan perhitungan debit.

LAMPIRAN B. 2
PETUNJUK PENENTUAN KUALITAS AIR
1. Umum
Ada dua penentuan yang berbeda :
- Keadaan fisis (jernih/keruh, berwarna/tidak)
- Keadaan kimiawi (pH, EC, dan lain-lain

18
Seluruh sumber air harus ditentukan keadaankedua ketentuan itu. Untuk
air juga perlu diukur suhunya. Hasil dari penentutan-penentuan ini
dicatat pada Formulir yang sesuai (Formulir S7 sampai Formulir S11)

2. Penentuan Kualitas Fisis Air

Penentuan keadaan fisis air dilakukan dengan penelitita di tempat.


Kekeruhan dan warna juga diperiksa
Jika air keruh, pasti mengandung lumpur, koloidal atau zat organik
lainnya.
Warna pada air menunjukkan adanya zat organik
Untuk mudahnya, jika air berwarnra kehijau-hijauan, air pasti
mengandung zat organik atau ganggang.
Suhu hanya diukur pada Air Tanah.

Suhu
- Masukkan termometer pada air, pada lokasi dimana air itu keluar
- Baca termometer, manakala alat itu masih dalam air atau sesaat
setelah diangkat dari dalam air

3. Penentuan Kualitas Kimiawi Air

3.1 pH
pH diukur untuk menentukankeasaman atau kebasaan dari air baku,
Hal ini diukur di lokasi, untuk air tanah pada lokasi tempat air
keluar.

Peralatan yang dibutuhkan terdiri dari :


- pH meter
- elektroda
- baterai

Petunjuk Penggunaan
A. Peneraan
1. Bersihkan elektroda dengan membasuhnya memakai air suling (lepas
dulu tutup karetnya);
2. Ukur suhu larutan ”penyangga” dan sesuaikan pH meter pada suhu ini
(pada Gambar V-1 : putar tombol ”2”);
3. Hubungan elektroda dengan pH meter dan masukan kedalam
larutan”penyangga”;
4. Jarum atau indikator pH meter harus diatur (pada Gambar V-1 dengan
memutar tombol 3), sehingga pH larutan ”penyangga” bisa diketahui
(contohnya pH 6.9);
5. Bersihkan elektroda dengan membasuhnya memakai air suling dan
masukan kedalam larutan ”penyangga: kedua (contohnya pH = 4)
6. Sesuaikan pH meter (pada Gambar V-1 dengan tombol 3) sehingga pH
larutan ”penyangga” kedua bisa diketahui;

19
7. Bersihkan elektroda dengan membasuhnya memakai air suling, isi
dengan air suling dan tutup dengan karetnya.
B. Pengukuran
1. Ukur suhu contoh air;
2. Periksa bahwa baterai pada pH meter masih bagus (lihat petunjuk
pemakaian pH meter dari pabriknya);
3. Hubungan elektroda ke pH meter dan buka tutup karetnya;
4. Sesuai pH meter dengan suhu yang dibaca pada langkah (1) (pada
Gambar V-1, putar tombol 2);
5. Masukkan elektroda ke dalam contoh air atau langsung ke sumbernya,
bacalah berapa pHnya;
6. Lepaskan elektroda dan cuci dengan air suling
7. Penuhi elektroda dengan air suling dan tutup dengan karet
penutupnya.

20

Anda mungkin juga menyukai