Anda di halaman 1dari 11

SURVEY LAPANGAN TIM HIDROLOGI

A. Pengumpulan Data

Dalam melakukan kajian Studi AMDAL Adaro, tim hidrologi melakukan pengukuran data di lapangan
(data primer) dan data sekunder. Pengukuran data di lapangan antara lain : pengukuran debit sungai
dan pengukuran infiltrasi. Untuk pengukuran data sekunder yang didapatkan dari PT. Adaro antara lain :
data curah hujan, data catchment area tambang Paringin, Wara dan Tutupan, data luas dan kapasitas
maksimum Settling Pond di area tambang Paringin, Wara dan Tutupan, data run off area tambang
Paringin, Wara dan Tutupan, data debit aliran outlet Settling Pond dan data debit sungai di sekitar area
tambang.

Tim hidrologi melakukan pengumpulan data lapangan (data primer) dan data sekunder selama 5 hari di
area pertambangan PT. Adaro. Adapun jadwal detail pengumpulan data lapangan dapat dilihat pada
table sebagai berikut :

Tabel 1.1. Jadwal pengumpulan data lapangan

1
Pengukuran data di lapangan berupa pengukuran debit sungai dan infiltrasi dilakukan berdasarkan
pembagian DAS yang melewati area pertambangan PT. Adaro. Dari hasil delineasi DAS yang telah
dilakukan, terdapat 6 DAS yang berpengaruh terhadap area pertambangan PT. Adaro, yaitu DAS 1 (
Sungai Tabalong Kanan), DAS 2 (Sungai Jaing), DAS 3 (Sungai Tabalong), DAS 4 (Sungai Balangan), DAS 5
(Sungai Pitap) dan DAS 6 (Sungan Nagara) (Gambar 1.1.).

Gambar 1.1. Peta pembagian DAS area sekitar pertambangan PT. Adaro

2
B. Dasar Teori

B.1. Pengukuran Debit Sungai (Saluran Terbuka)

Pada pengukuran debit di saluran terbuka, diperlukan peralatan dan cara pengukuran debit air yang
sederhana tetapi cukup teliti dan mudah dilaksanakan. Ada 2 cara yang diterapkan di sini, kesemuanya
berdasarkan prinsip luas penampang aliran dan kecepatan aliran. Cara tersebut menggunakan alat
current meter. Alat current meter ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang
diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat
merupakan jumlah putaran dari propeler maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis
yang tidak langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran di hitung terlebih dahulu dengan
memasukkan dalam rumus yang sudah di buat oleh pembuat alat untuk tiap-tiap propeler.

Debit aliran dihitung dari rumus : Q = V.A, dengan V = kecepatan aliran, dan A = luas penampang.
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut di samping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula
luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi
kecepatan tergantung pada : (i) bentuk saluran, (ii) kekasaran saluran, dan (iii) kondisi kelurusan saluran.
Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini
berkaitan dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada
bidang tersebut.

Dari hasil penelitian United States Geological Survey (USGS) aliran air di saluran (stream) dan sungai
mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut :

1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.

2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari
permukaan aliran.

3. Kecepatan rata-rata berada  0,6 kedalaman di bawah permukaan air.

4. Kecepatan rata-rata  85 % kecepatan permukaan.

5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail ke arah
vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran-pengukuran tersebut dapat dihitung
kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan :

a. mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan rata-rata = kecepatan pada
titik tersebut

3
b. mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman, dengan kecepatan rata-rata =
0,5 (kecepatan pada 0,2 h + kecepatan pada 0,8h)

c. mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6h dan 0,8h., dengan kecepatan
rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2 kecepatan pada 0,6 + kecepatan pada 0,8h)

Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran, dimana jumlah titik pengukuran pada
berbagai kedalaman sesuai dengan daftar berikut :

Tabel 1.2 Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman

Kedalaman saluran Jumlah titik Titik kedalaman


(h) dalam m pengukuran pengukuran

0,0 – 0,6 1 0,6 h

0,6 – 3,0 2 0,2 h; 0,8 h

3,0 – 6,0 3 0,2 h; 0,6 h; 0,8 h

> 6,0 4 0,2 h; 0,6 h; 0,8 h dan pada


dasarnya

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya dengan
cara mengadakan pengukuran kearah horizontal (lebar aliran) dan kearah vertikal (kedalam aliran). Luas
aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segment) dari profil yang terbuat. Pada tiap bagian tersebut
diukur kecepatan alirannya (sesuai dengan yang telah diterangkan dimuka).

Debit aliran di segment (Qi) = Ai.Vi

dimana : Qi = debit aliran pada segment i

Ai = luas aliran pada segment 2i

Vi = kecepatan aliran pada segment i

Debit aliran (Qtot) = jumlah debit untuk tiap segment


n
Qtot   Qi ……………………………………… (1.1)
i 1

4
Pengukuran luas penampang tergantung pada stabilitas dasar sungai. Pada dasar sungai yang stabil,
hasil suatu pengukuran dapat dipakai untuk 3 – 5 kali pengukuran debit. Apabila dasar sungai tidak
stabil, pengukuran luas penampang harus dilakukan setiap kali pengukuran debit. Jika dasar sangat tidak
stabil dimana deformasi terjadi pada waktu pengukuran kecepatan aliran, maka pengukuran dilakukan 2
kali, yaitu sebelum dan sesudah pengukuran kecepatan aluran dan kedalaman di tentukan dari hasil
rata-rata kedua pengukuran tersebut.

B.2. Pengukuran Infiltrasi

Laju infiltrasi adalah laju air yang meresap kedalam tanah, yang besarnya dinyatakan dalam mm/jam.
Laju infiltrasi ini sangat besar pengaruhnya di dalam rancangan-rancangan untuk cara pemberian air,
periode dan lamanya pemberian air beserta besarnya air yang harus diberikan.

Laju infiltrasi sangat dipengaruhi :


a. Keadaan permukaan tanah
Hal ini meliputi kemiringan tanah, keadaan erosi, perlakuan terhadap permukaan tanah, macam
tanaman penutup, dll
b. Keadaan profil tanah
Hal ini meliputi struktur tanah, tekstur tanah, lapisan kedap air dan keadaan fauna dalam tanah
c. Kandungan lengas tanah
d. Suhu di dalam tanah
e. Kandungan garam yang ada dalam tanah dan air, terutama garam sodium (Na) dan jenis bahan
yang tersuspensi dalam air.

Kemampuan tanah menyerap air akan semakin berkurang dengan makin bertambahnya waktu. Pada
tingkat awal kecepatan penyerapan air cukup tinggi dan pada tingkat waktu tertentu kecepatan
penyerapan air ini akan mendekati konstan. Hubungan antara waktu dan infiltrasi kumulatif air ke dalam
tanah dapat dituliskan sebagai persamaan 1.2.

I  at b .......................................................................... (1.2)

dimana : I = infiltrasi kumulatif; t = waktu; a,b = konstanta

5
Laju infiltrasi merupakan besarnya infiltrasi tiap satuan waktu. Untuk waktu sesaat (Δt ≈ O) laju infiltrasi
merupakan turunan dari kapasitas infiltrasi. Dengan demikian persamaan laju infiltrasi dapat diturunkan
dari persamaan 1.2 menjadi persamaan 1.3.

i  ct b 1 …………………………………. (1.3)

dimana : i = laju infiltrasi; c = konstanta

a
c=
b 1

Harga-harga konstanta dapat dicari dengan analisis regresi. Untuk mengukur laju infiltrasi ada banyak
cara yang dapat digunakan. Cara yang digunakan pada pengukuran saat ini adalah Metode infiltrometer
tabung (cylinder infiltrometer method), dimana laju infiltrasi ditentukan dengan mengukur penurunan
air di dalam silinder tabung infiltrometer.

6
C. Pengukuran Data Lapangan

Berdasarkan jadwal di table 1.1, pengukuran data lapangan dilakukan selama 4 hari. Titik-titik lokasi
pengukuran data di lapangan dapat terlihat pada table 1.3 dan gambar 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.3. Lokasi dan koordinat titik pengukuran debit dan infiltrasi

7
Gambar 1.2. Peta Lokasi titik pengukuran debit dan infiltrasi

8
Gambar 1.3. Lokasi Pengukuran Debit di S. Tabalong Kanan dan Infiltrasi di daerah Padang Lumbu

Gambar 1.4. Lokasi Pengukuran Debit di S. Jaing dan Infiltrasi di daerah Murung Pudak

Gambar 1.5. Lokasi Pengukuran Debit di S. Tabalong dan Infiltrasi di daerah Murung Baru

9
Gambar 1.6. Lokasi Pengukuran Debit dan Infiltrasi di daerah S. Balangan

Gambar 1.7. Lokasi Pengukuran Debit di S. Pitap dan Infiltrasi di daerah Muara Pitap

Gambar 1.8. Lokasi Pengukuran Debit di S. Nagara dan Infiltrasi di daerah Amuntai

10
Gambar 1.9. Lokasi Pengukuran Debit di S. Dahai dan S. Padangpanjang

Gambar 1.10. Lokasi Pengukuran Debit di S. Tutupan dan S. Belerang

Gambar 1.11. Lokasi Pengukuran Infiltrasi di daerah Padangpanjang dan Tutupan

11

Anda mungkin juga menyukai