1
Sistem Drainase Perkotaan
Adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban). Sistem
tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan
kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak
mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia.
Terdapat 2 (dua) pola yang umum dipakai untuk mengelola drainase yang berwawasan
lingkungan:
a. Pola detensi (menampung air sementara), misalnya dengan membuat kolam
penampungan kolam detensi.
b. Pola retensi (meresapkan), antara lain dengan membuat sumur resapan, saluran resapan,
bidang resapan atau kolam resapan kolam retensi.
Sungai adalah alur di permukaan tanah tempat mengalirnya aliran permukaan yang mempunyai
Daerah Aliran Sungai (DAS), yang mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke muara laut.
Sungai mengalirkan sebagian air sebagai aliran dasar (base flow) dari kumpulan mata-air di
dalam DAS-nya mulai dari daerah pegunungan sampai ke pantai (laut).
Satuan Wilayah Sungai adalah hamparan permukaan bumi yang dialiri oleh sungai yang
ditetapkan dengan peraturan.
2
1.4. Sistem Drainase Perkotaan
Dapat ditinjau dari 2 sisi berikut:
a. Satuan Wilayah Sungai adalah kumpulan anak-anak sungai yang berada di dalam Satuan
Wilayah Sungai yang tergolong mikro pada orde sungai tingkat 2 atau 3 yang sepenuhnya
berada di dalam batas administratif Perkotaan.
b. Administratif Perkotaan adalah kumpulan jaringan anak-anak sungai dan saluran pada
masing-masing Daerah Alirannya dimana penanganannya menjadi kewenangan
Pemerintahan Kabupaten atau Pemerintahan Kota sekalipun sebagai ibukota Provinsi.
Badan Air
Adalah tempat pengolahan air yang terakhir, yang dapat melakukan proses self purification
(memperbaiki diri sendiri). Dapat berupa sungai, danau, rawa dan laut yang menerima aliran
dari sistem drainase perkotaan.
3
Sistem Drainase Lokal (Minor Urban Drainage)
Sistem drainase lokal (minor) adalah suatu jaringan sistem drainase yang melayani suatu
kawasan kota tertentu seperti kompleks permukiman, daerah komersial, perkantoran dan
kawasan industri, pasar dan kawasan pariwisata. Sistem ini melayani area sekitar kurang lebih
10 Ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggungjawab masyarakat, pengembang atau
instansi pada kawasan masing-masing (lihat Gambar 1.1 dan 1.2).
Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, tersier sebagai
berikut:
Sistem Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran sekunder.
Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran primer langsung
dialirkan ke badan air.
4
Untuk Kota-kota air seperti Palembang, Banjarmasin dan Pontianak agak sulit menentukan dan
membedakan mana sungai dan saluran drainase. Sebab aliran yang dipengaruhi pasang laut
yang tinggi terkadang berputar arah alirannya.
LEGENDA
LEGENDA
Gambar 1.2. Skematik lay-out dari drainase minor dan mayor sistem drainase
Perkotaan
5
“Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang
berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak
mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi
kegiatan kehidupan manusia”
Topografi
Kondisi topografi yang bergelombang, maka untuk kota yang berada pada bagian yang
rendah akan rawan terkena bajir dan genangan.
6
Kondisi Alam (Dinamis)
Curah Hujan dengan intensitasnya yang tinggi merupakan faktor penyebab terjadinya
banjir dan genangan.
Tingginya pasang surut laut merupakan faktor penyebab banjir untuk kota di daerah
pantai.
Data curah hujan di Indonesia dikumpulkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). Jika dikaitkan dengan perencanaan drainase, maka penggunaan data curah hujan
adalah untuk :
a. Perhitungan dimensi saluran drainase
b. Perhitungan dimensi bangunan-bangunan drainase
Air hujan sebagian meresap ke dalam tanah, menguap dan sebagian lagi dialirkan ke permukaan
yang lebih rendah. Hal ini tergantung dari porositas tanah tadah hujannya (kondisi geologi
setempat), disamping kerapatan vegetasi/tanaman. Besarnya aliran dinyatakan dalam istilah
debit air (Q) dalam satuan volume per satuan waktu.
7
1.7.2. Catchment Area
Catchment area atau daerah tangkapan air adalah kesatuan area dimana air permukaannya
mengalir ke badan air yang sama baik berupa sungai atau danau, mengikuti arah kontur
topografi area tersebut.
Penerapan peraturan serta perkuatan aspek hukum sangat diperlukan, agar lahan sepanjang
sungai atau saluran dapat dibebaskan dari hunian penduduk sehingga memudahkan untuk
pelebaran atau peningkatan kapasitas saluran di masa mendatang dan kegiatan operasi dan
pemeliharaan saluran.
8
b. Kestabilan tanah: Pembangunan drainase di daerah lereng pegunungan harus
memperhatikan masalah longsor yang disebabkan oleh kandungan air tanah.
c. Pengempangan: Pada daerah yang terkena pengaruh pengempangan dari waduk atau laut
perlu memperhatikan pembendungan atau pengempangan yang diakibatkan oleh aliran balik
(back water).
9
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi meliputi :
a. menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional sumber daya air dengan memperhatikan kepentingan provinsi
sekitarnya;
b. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
c. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
d. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
e. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota
dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;
f. mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan,
dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
g. mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan,
peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas
kabupaten/kota;
h. membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi dan/atau
pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
i. memfasilitasi penyelesaian sengketa antarkabupaten/kota dalam pengelolaan sumber
daya air;
j. membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat atas air;
k. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; dan
l. memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah
kabupaten/kota.
10
e. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
f. mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan
pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya air pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota;
g. membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat kabupaten/kota
dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
h. memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di
wilayahnya; dan
i. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.
Pembagian urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum sub bidang drainase disajikan dalam
tabel berikut.
11
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah
Sub-sub Bidang Pemerintah
Provinsi Kabupaten/ Kota
2. Pembinaan 1. Fasilitas bantuan 1. Bantuan teknis 1. -
teknis pembangunan, pembangunan,
pemeliharaan dan pemeliharaan dan
pengelolaan drainase pengelolaan.
2. Peningkatan kapasitas 2. Peningkatan 2. Peningkatan kapasitas
teknik dan manajemen kapasitas teknik dan teknik dan manajemen
penyelenggaraan manajemen penyelenggara drainase
drainase dan penyelenggaraan dan pematusan
pematusan genangan drainase dan genangan di wilayah
secara nasional pematusan genangan kabupaten/ kota.
di wilayah provinsi.
12
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah
Sub-sub Bidang Pemerintah
Provinsi Kabupaten/ Kota
4. Pengawasan 1. Evaluasi kinerja 1. Evaluasi di provinsi 1. Evaluasi terhadap
penyelenggaraan terhadap penyelenggaraan sistem
sistem drainase dan penyelenggaraan drainase dan pengendali
pengendali banjir sistem drainase dan banjir di wilayah
secara nasional pengendali banjir di kabupaten/kota
wilayah provinsi
2. Pengawasan dan 2. Pengawasan dan 2. Pengawasan dan
pengendalian pengendalian pengendalian
penyelenggaraan penyelenggaraan penyelenggaraan
drainase dan drainase dan drainase dan
pengendalian banjir pengendaliaan banjir pengendalian banjir di
secara lintas provinsi. lintas kabupaten/kota kabupaten/kota.
3. Pengawasan dan 3. Pengawasan dan 3. Pengawasan dan
pengendalian pengendalian atas pengendalian atas
pelaksanaan NSPK. pelaksanaan NSPK pelaksanaan NSPK.
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kota
13
3. PENUTUP
Sebagai penutup uraian tentang pengetahuan Dasar-dasar Teknik dan Manajemen tentang
drainase perkotaan dan permasalahannya ini, maka perlu ditekankan bahwa permasalahan-
permasalahan drainase yang diuraikan di atas akan sangat menentukan keberhasilan dalam
penanganan drainase perkotaan
Tekad untuk menangani permasalahan drainase tersebut di atas haruslah dilandasi oleh indikasi
bahwa tingkat kebutuhan drainase perkotaan sudah sangat tinggi terutama pada kota-kota yang
pesat perkembangannya, sehingga pada musim hujan tidak terjadi musibah banjir yang
menimbulkan kerugian moril dan materil yang sangat besar dan tidak menimbulkan putusnya
hubungan lalu lintas yang dengan sendirinya mengancam perputaran roda perekonomian kota
tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
Gambar Tipe-tipe Saluran Drainase Perkotaan
17
Beton
Bertulang
Plat Penutup
Pasangan batu kali (Beton Bertulang)
Beton
Bertulang
Pasir urug
18
Gambar Peresapan pada Sistem Drainase Lokal
19
Peresapan Pada Lubang
Resapan Dengan Pipa Infiltrasi
Pada Lapangan Parkir
Peresapan Melalui
Penyimpanan
Bawah Tanah
Gambar Peresapan pada Sistem Drainase Lokal
20
Peresapan Pada
Pekarangan Belakang
Industri / Sekolah
Penampungan
Lokal
21