Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PEMISAHAN KIMIA

DESTILASI 1

OLEH :

KELOMPOK 1 OFF. G

1. Ahmad Fauzan Wilasandi 170332614527

2. Dwi Prisetiya Putri 150332601372

3. Firdaus Assidiqi 170332614562

4. Hamidah 170332614555

5. Fransisca Regita Christian Putri 150332602398

6. Yulia Martasari 180332616597

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang
akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spiritus. Hypathia dari
Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk destilasi dan Zosimus dari
Alexandrialah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses destilasi pada sekitar
abad ke-4. Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih pada tekanan tertentu. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Penerapan proses
ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada hukum Raoult.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah tentang destilasi ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan Diagram Kesetimbangan Uap-Cairan Campuran Biner berdasarkan hukum


Raoult.
2. Mendeskripsikan macam-macam Destilasi diantaranya yaitu Destilasi Sederhana, Destilasi
Fraksional, Destilasi Kolom Tutup Gelembung dan Destilasi Uap.
3. Mendeskripsikan tentang Kolom Fraksionasi dan Refluks Rasio.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Destilasi

Destilasi adalah sebuah metode yang digunakan untuk memisahkan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau volatilitas bahan kimia tersebut. Pengertian destilasi
yang lain yaitu cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan titik didihnya. Tujuan
dilakukan destilasi adalah untuk memurnikan zat cair pada titik didihnya dan memisahkan
cairan dari zat padat. Uap yang yang dikeluarkan dari campuran sebagai uap bebas.
Konsentrat yang jatuh sebagai destilat dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu.
Jika yang diinginkan adalah bagian campurannya yang tidak teruapkan maka proses tersebut
disebut dengan pengentalan dengan evaporasi.

Gambar 1. Contoh Rangkaian Alat Destilasi Sederhana

2.2 Diagram Kesetimbangan Uap-Cairan Campuran Biner

Dalam prinsip destilasi disebutkan bahwa pada suhu tertentu cairan yang setimbang
dengan uapnya mempunyai komposisi yang berbeda-beda. Komposisi uap dan cairannya
akan berbeda pada suhu yang berbeda pula. Dapat disimpulkan bahwa komposisi uap yang
setimbang dengan cairannya akan berubah sejalan dengan perubahan suhu. Hubungan antara
fungsi suhu dalam perubahan komposisi digambarkan sebagai diagram kesetimbangan
komposisi uap dan cairan. Diagram ini dapat diturunkan dari diagram titik didih sebagai
fungsi komposisi.

Gambar 2. Diagram Titik Didih vs Komposisi untuk Sistem n-heksana – n-heptana


Keterangan : kurva atas merupakan komposisi uap, kurva bawah adalah komposisi cairan.
Garis horizontal adalah hubungan antara komposisi uap yang setimbang
dengan cairannya pada berbagai suhu.

Diagram kesetimbangan menggambarkan hubungan titik didih, komposisi uap, dan


komposisi cairannya seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Adanya diagram tersebut akan
memudahkan penggambaran proses destilasi.

2.3 Destilasi Fraksional

Destilasi Fraksional seringkali disebut juga destilasi bertingkat dimana proses pemisahan
parsial diulang berkali-kali. Setiap pengulangan terjadi pemisahan lebih lanjut yang berarti
proses pengayaan dari uap yang lebih volatile juga terjadi berkali-kali sepanjang proses
destilasi fraksional berlangsung.

Gambar 3. Proses Pengayaan Selama Destilasi Fraksionasi Berlangsung Untuk Campuran n-


heksana-n-heptana (pescok,1976:20)

Menurut gambar di atas, larutan dengan komposisi XB,0 jika dipanaskan sampai suhu T0
larutan akan mulai mendidih dan menghasilkan uap dengan komposisi YB,0. Pengembunan
uap ini akan menghasilkan kondensat dengan komposisi XB,1. Komposisi XB,1 ini sama
dengan YB,0, dengan titik didih T1. Kondensat ini dijaga pada suhu T1 dan sejumlah kecil uap
dikumpulkan. Kondensat kedua mempunyai komposisi XB,2 dan titik didihnya di T2.
Langkah-langkah proses ini dapat diulang-ulang sampai didapat destilat murni dari
komponen yang lebih volatile dan residu murni dari komponen yang kurang volatil.

2.4 Destilasi Kolom Tutup Gelembung

Gambar 4. Sistem Kerja Destilasi Kolom Tutup Gelembung


Proses pengayaan destilasi fraksional di muka akan lebih dijelaskan dengan destilasi kolom
tutup gelembung. Sistem kerjanya dapat dilihat seperti gambar 4. Campuran asli dengan
susunan XB,0 dan YB,0 dipanaskan pada bejana dasar (still pot) sampai titik didih. Uap yang
dihasilkan melewati plat I kemudian disimpangkan dan didinginkan pada tutup gelembung. Plat
nomor I dijaga pada suhu titik didih cairan yang ada di dalamnya, yang tentu saja lebih rendah
dari titik didih cairan mula-mula yang ada di bejana dasar. Uap yang ada di plat I didinginkan
pada tutup gelembung plat 2, begitu seterusnya sampai plat ke 4 yang ada dipuncak kolom.
Kelebihan cairan akan mengalir ke plat di bawahnya melalui pipa. Pendingin di tempatkan
dipuncak kolom. Ketika sistem mencapai kesetimbangan, komposisi uap dan cairan yang ada
pada setiap plat akan bersesuaian dengan langkah-langkah yang ditunjukkan oleh gambar 3.
Uap pada setiap plat berangsur-angsur akan diperkaya dengan komponen yang lebih volatil.

Semakin banyak plat semakin banyak campuran yang tertinggal dalam plat. Pada setiap kali
pengambilan hasil destilasi pada ujung kolom akan mengakibatkan terjadinya perubahan
kesetimbangan pada seluruh kolom. Setiap penyimpangan dan keadaan setimbang akan
menghasilkan pemisahan yang kurang efektif. Jumlah plat efektif sama dengan jumlah langkah
pengayaan teoritis dan selalu kurang dari jumlah plat sebenarnya dalam kolom. Keefektifan
kolom ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Pengaturan materi dalam kolom


2. Pengaturan temperatur
3. Panjang kolom
4. Kecepatan penghilangan hasil destilasi
Satuan dasar efisiensi adalah HETP (Height Equivalent to aa Theoritical Plate) atau
disingkat H. Rumusnya adalah

𝐿
𝐻=
𝑛
dimana :

L = Panjang kolom

n = Jumlah plat

Jumlah plat teoritis yang diperlukan untuk memperkaya suatu campuran biner tertentu dapat
dihitung melalui persamaan Fenske, yaitu :
𝑋𝐴,1 (1−𝑋𝐴,0 )
𝑙𝑜𝑔
𝑋𝐴,0 (1−𝑋𝐴,1 )
𝑛+1=
log 𝛼

2.5 Refluks Rasio

Refluks rasio (𝑅𝑟 ) adalah pembagian antara jumlah uap yang kembali sebagai cairan yang
telah di refluks melalui kolom bertingkat dengan jumlah hasil akhir (destilat) persatuan waktu. Harga
refluk rasio bervariasi dari nol hingga tak terhingga. Untuk tujuan industry dengan skala besar,
diinginkan suatu harga 𝑅𝑟 rendah (biasanya lebih kecil dari 1) agar terjadi kenaikan produk dari
destilat. Sedangkan untuk keperluan analisis diperlukan harga 𝑅𝑟 besar (biasanya 10 sampai 50) agar
kondisi kestimbangan dalam kolom tetap terjaga sehingga didapatkan pemisahan yang lebih baik.
Sebagai dasar acuan, harga 𝑅𝑟 kira-kira sama dengan jumlah di dalam kolom.

2.6 Kolom Fraksionasi

Dalam praktek, kolom tutup gelembung kurang efektif untuk pekerjaan di laboratorium.
Hasilnya relative terlalu sedikit bila dibandingkan dengan besar bahan yang terkandung di dalam
kolom. Dengan kata lain kolom tutup gelembung memiliki keluaran yang kecil dengan sejumlah besar
bahan yang masih “tertahan” atau tertinggal di dalam kolom. Perbaikan terhadap hal ini dapat
dilakukan dengan cara memasang perintang, misalnya padatan berpori yang tidak disusun terlalu
padat. Uap akan lebih mudah didinginkan atau diuakan kembali selama perjalanannya di dalam
kolom.

Keefektifan kolom ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara pengaturan materi
di dalam kolom, pengaturan temperature, panjang kolom dan kecepatan penghilangan hasil destilasi.
Satuan dasar efisiensi adalah tinggi setara dengan sebuah lempeng teoritis (HETP atau H). besarnya
H sama dengan panjang kolom dibagi dengan jumlah plat teoritis. Banyaknya plat teoritis H
bergantung pada sifat campuran yang dipisahkan. Pembicaraan mengenai konsep plat teoritis akan
berlanjut pada pembicaraan ekstraksi dan kromatografi.

2.7 Destilasi Uap

Destilasi uap adalah cara untuk mengisolasi dan memurnikan senyawa. Cara destilasi uap
dapat digunakan uap dapat digunakan untuk memisahkan :

a. Senyawa yang tidak mudah menguap atau senyawa yang tidak dikehendaki.

b. Campuran berair yang mengandung garam-gara anorganik terlarut.

c. Senyawa yang secara tidak langsung menguap dalam uap air misalnya; orto nitrofenol dan
para nitrofenol.

d. Hasil samping tertentu yang teruapkan oleh pengaruh uap air.

Dalam destilasi uap, uap yang keluar setelah kontak dengan bahan yang didestilasi merupakan
campuran uap dari masing-masing komponen sebanding dengan volumenya.

Bila komponen A dan B membentuk suatu campuran yang tidak bercampur maka tekanan uap
totalnya sama dengan penjumlahan tekanan uapnya masing-masing . Pt = Pa + Pb. Komposisi uapnya
𝑛𝐴 𝑃𝐴
akan sebanding lurus dengan tekanan uapnya masing-maing jadi = dimana n adalah jumlah
𝑛𝐵 𝑃𝐵
mol dan P adalah tekanan pada volume tertentu dari fasa uap. Penjabaran rumus selanjutnya menjadi
sebagai berikut:
𝑛𝐴 𝑃
= 𝑃𝐴
𝑛𝐵 𝐵

𝑊𝐴
𝑀𝐴 𝑃
𝑊𝐵 = 𝑃𝐴
𝐵
𝑀𝐵

𝑊𝐴 𝑀 ×𝑛 𝑀 ×𝑃
= 𝑀𝐴 × 𝑛𝐴 = 𝑀𝐴 × 𝑃𝐴
𝑊𝐵 𝐵 𝐵 𝐵 𝐵

Dari rumus tersebut dapat dikemukakan 2 hal, yaitu: (1) berat relative dari komponen dalam
fasa uap akan identik dengan berat relatif di dalam destilat; (2) berat zat cair yang tertampung di dalam
penampungan destilat berbanding langsung dengan tekanan uap komponen-komponennya dikalikan
dengan massa molekul relatifnya masing-masing. Dari rumus diatas dapat dihitung berat komponen
yang dicari dan berat air yang diperlukan.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan materi, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :

1. Destilasi adalah teknik pemisahan kimia dan pemurnian zat cair dari campurannya yang
berdasarkan perbedaan volatilitas dan titik didihnya pada tekanan tertentu.
2. Dalam diagram kesetimbangan,komposisi uap yang setimbang dengan cairannya akan
berubah sejalan dengan perubahan suhu. Untuk campuran binern-heksana dan n-
heptanahubungan komposisi uap, tekanan uap dan komposisi dalam keadaan cair pada
tekanan tetap berlaku hukum Raoult. Karena keduanya merupakan larutan ideal.
3. Macam-macam destilasi diantaranya Destilasi Sederhana, Destilasi Fraksional, Destilasi
Kolom Tutup Gelembung dan Destilasi Uap.
4. Kolom Fraksionasi adalah item penting dalam destilasi, keefektifan kolom ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara pengaturan materi di dalam kolom, pengaturan
temperatur, panjang kolom dan kecepatan penghilangan hasil destilasi.
5. Refluks rasio (𝑅𝑟 ) adalah pembagian antara jumlah uap yang kembali sebagai cairan yang
telah di refluks melalui kolom bertingkat dengan jumlah hasil akhir (destilat) persatuan
waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Soebagio dan Kawan - kawan. 2003. KIMIA ANALITIK II. Malang: Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai