Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

LIPIDA

DisusunOleh :

DWI JESICA INKA M. (3201906030)


FITRI CAHYATI (3201906105)
TEGUH BORNEO (3201906018)

PRODI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGRI PONTIANAK

2021
B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mempelajari sifat fisik dan pengaruh perlakuan dingin (10°C) dan hangat (40°C) pada minyak
kacang botol gelap, minyak kacang botol terang, minyak + Cu, minyak +air.

2. Mengetahui adanya ketengikan (kualitatif) dengan metode Kreasi dan Metode TSR serta uji angka
asam (kuantitatif) pada minyak kacang botol gelap, minyak kacang botol terang, minyak + Cu, minyak
+ air.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Lipida merupakan zat apapun yang berlemak, berlilin, atau berminyak dalam mahkluk hidup yang akan
larut dalam pelarut organik seperti kloroform atau eter. Lipida meliputi lemak dan minyak yang
sesungguhnya termasuk senyawa-senyawa lain yang terkait (Robert, 2002).

Lipida merupakan molekul yang tak larut dalam air atau nonpolar, akan tetapi larut dalam pelarut yang
agak polar atau nonpolar, misalnya kloroform. Fungsi utama yang di jalankan oleh lipida pada semua
jenis sel berakar dari kemampuannya yang membentuk membran yang terbentuk seperti lembaran.
Membran plasma pada sel prokariotik maupun sel eukariotik berfungsi memisahkan bagian selular sel
dari lingkungan luarnya sehingga sel dapat menjalankan fungsinya sebagai unit kehidupan. Fungsi lain
lipida adalah sebagai molekul penyimpan energy yang efisienefisien (William, 2003).

Lemak atau lipid adalah zat organik hidrofobik sehingga sukar larut dalam air, namun lemak dapat larut
dalam pelarut organik, seperti kloroform, eter dan benzen. Senyawa-senyawa lemak berdasarkan
komposisi kimia nya dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu lemak sederhana, lemak campuran, dan
derivat lemak. Lemak sederhana tersusun oleh trigliserida, yang terdiri dari satu gliserol dan tiga asam
lemak. Contoh lemak sederhana adalah lilinlilin, malam atau plastisin, dan minyak. Sedangkan Lemak
Campuran merupakan gabungan antara lemak dengan senyawa yang bukan lemak seperti fosfat, protein
dan glukosa. Misalnya lipoprotein yang merupakan gabungan antara lipid dengan protein, fosfolipid
yang merupakan gabungan antara lipid dan fosfat, serta fosfatidilkolin yang merupakan gabungan
antara lipid, fosfat dan kolin. Sementara Devirat lemak ialah senyawa yang dihasilkan dari proses
hidrolisis lipid, misalnya kolestrol dan asam lemak (Diah, 2004).

D. METODE PRAKTIKUM
D.1. ALAT

a. Tabung reaksi (20) + rak (1) i. Erlenmeyer 250 ml (4)

b. Gelas beker 500 ml (1), 250 ml (1) j. Buret (1)

c. Gelas ukur 100 ml (1) k. Penunjuk waktu (1)

d. Pipet tetes (4) l. Propipet (2)

e. Pipet ukur 1 ml (5), 10 ml (2) m. Gelas Arloji (1)

f. Vortex (1) n. Corong (1)

g. Waterbath (1) o. Kapas

h. Termometer (1) p. Karet + Plastik

D.2. BAHAN

1. Minyak kelapa kampung 11. Minyak kacang + Cu

2. Minyak kelapa murni 12. Minyak kacang + air

3. Minyak kelapa baru 13. Minyak jagung

4. Minyak kelapa botol bening 14. Lemak sapi

5. Minyak kelapa botol gelap 15. Larutan HCl

6. Minyak kelapa + Cu 16. Larutan phloroglucinol

7. Minyak kelapa + air 17. Larutan alkohol netral

8. Minyak kacang baru 18. Larutan NaOH

9. Minyak kacang botol bening 19. Indicator pp

10. Minyak kacang botol gelap


D.3. PROSEDUR KERJA

a. Pengaruh suhu terhadap kenampakan minyak/lemak

1. Menyiapkan sampel berupa minyak kelapa kampung, minyak kelapa murni, minyak kacang
baru, minyak jagung, lemak sapi dan mengambil masing-masing sampel sebanyak 10 ml.

2. Memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi.


3. Mengamati warna, bau, kejernihan, dan kondisi pada suhu kamar.

4. Memasukkan tabung reaksi ke dalam beker glass 500 ml yang berisi air dengan suhu <10°C
selama 5 menit.

5. Mengamati warna, bau, kejernihan, dan kondisi pada suhu dingin.

6. Memasukkan tabung reaksi ke dalam beker glass 500 ml berisi air dengan suhu >40°C selama
10 menit.

7. Mengamati warna, bau, kejernihan, dan kondisi pada suhu hangat.


b. Uji Kreiss

1. Menyiapkan sampel berupa minyak botol bening, minyak botol terang, minyak + Cu, dan
minyak + air.

2. Mengambil minyak dari masing-masing sampel sebanyak 1 ml.

3. Memasukkan sampel ke dalam tabung reaksi.

4. Menambahkan 1ml HCl pada sampel sebanyak 1:1 dan dilakukan di ruang asam.

5. Melakukan penggojogan sampai homogen.

6. Menambahkan 1 ml phloroglucinol 1%

7. Dilakukan penggojogan kembali sampai homogen.

8. Mendiamkan sampel selama 10 menit.

9. Peng-Vortex-an sampel selama 3-5 menit dengan kecepatan 1500 rpm.

10. Mengamati terbentuk/tidaknya lapisan berwarna pink dan intensitasnya.


c. Uji modifikasi TSR

1. Menyiapkan sampel berupa minyak botol bening, minyak botol gelap, minyak + Cu, dan minyak
+ air.

2. Mengambil sebanyak 1 ml pada masing-masing sampel dan memasukkan sampel ke dalam


tabung reaksi.

3. Menambahkan HCl sebanyak 1 ml di ruang asam (tak boleh mengenai dinding tabung)

4. Siapkan kapas untuk dimasukkan dalam tabung reaksi.

5. Membasahi ujung kapas dengan 1 ml phloroglucinol 1%.

6. Membasahi kembali ujung kapas dengan 10 tetes HCl 20%.


7. Memasukkan kapas ke dalam tabung reaksi hingga separuh bagian kapas dan lakukan
penggoyangan perlahan selama 1 menit.

8. Memanaskan sampel didalam waterbath dengan suhu <80°C selama 30 menit dan pengamatan
noda merah pada kapas

E. DATA DAN HASIL PENGAMATAN


a. Pengaruh suhu terhadap kenampakan minyak/lemak

Pada perlakuan kali ini, digunakan sampel berupa minyak sawit, minyak kelapa, minyak kacang, dan
minyak jagung. Untuk pengamatan pada suhu kamar, Minyak sawit memiliki warna kuning bening dan
warna tersebut nyaris sama dengan warna minyak kacang, akan tetapi minyak kacang memiliki aroma
yang jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan minyak sawit. Sedangkan minyak kelapa memiliki
warna yang lebih bening dan aroma yang tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan kedua minyak
tersebut. Sementara minyak jagung nyaris tidak memiliki aroma khas meskipun ia memiliki warna
minyak yang jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan ketiga minyak sebelumnya, meskipun keempat
minyak tersebut memiliki warna dan aroma yang berbeda beda, akan tetapi, viscositas dan kejernihan
mereka semua sama.

Sementara, untuk pengamatan minyak pada suhu <10°C, minyak kelapa sawit tidak memiliki bau yang
kuat, viskositas nya juga tetap sama seperti sebelumnya, disertai dengan warna dan tingkat
kejernihan yang tidak mengalami perubahan. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan ketiga
minyak lainnya, pada minyak kelapa, aroma yang di hasilnya nyaris tidak ada, akan tetapi ia
mengalami perubahan warna, minyak kelapa yang sebelumnya berwarna bening kini berubah
berwarna putih disertai dengan kejernihan yang keruh, viskositas minyak kelapa meningkat di level 4
jika di bandingkan dengan viskositas pada suhu kamar sebelumnya. Sementata pada minyak kacang,
aromanya sedikit memudar akan tetapi masih pekat, hal ini dikarenakan, setelah mengalami
penurunan suhu, aroma minyak kacang turun 2 level dari sebelumnya, bukan hanya berdampak pada
aromanya saja, penurunan suhu pada minyak kacang juga berdampak pada perubahan warnanya,
warna minyak kacang kini agak bening dari sebelumnya, meskipun demikian, kejernihan dan
viskositas nya masih tetap sama. Sedangkan minyak jagung mengalami perubahan setelah penurunan
suhu, dimana sebelumnya minyak jagung nyaris tidak memiliki aroma, kini aroma minyak jagung
sudah cukup kuat untuk ditangkap oleh hidung, warna minyak jagung lebih bening dengan kejernihan
yang sedikit lebih keruh dari sebelumnya, pada titik ini, viskositas minyak jagung meningkat pada level
2.

Sedangkan pada suhu >40°C, minyak kelapa sawit memiliki warna yang bening agak kekuning-
kuningan. Aroma minyak kelapa sawit meningkat ke level 2 dengan tingkat kejernihan dan viskositas
yang tak jauh berbeda dari sebelumnya (suhu kamar). Sementara minyak kelapa memiliki warna yang
bening dengan bau yang kurang pekat, kejernihan dan viskositas nya nyaris sama pada saat minyak
kelapa berada pada suhu kamar, selanjutnya yaitu minyak kacang, warna dari minyak kacang memiliki
kesamaan seperti pada suhu kamar, minyak kacang juga tidak berbau, terlebih lagi viskositas dan
kejernihannya tak jauh berbeda dari sebelumnya. Pada minyak jagung, aroma yang di keluarkan jauh
lebih kuat jika dibandingkan dengan minyak jagung pada suhu kamar, jika sebelumnya warna minyak
jagung yaitu kuning terang, kini ia mengalami perubahan warna yaitu bening, meskipun demikian,
kejernihan dan viskositas nya sama seperti sebelumnya.

b. Uji Kreiss

Pada perlakuan kali ini, di uji empat sampel yaitu minyak + air, minyak + Cu, minyak dalam botol
bening dan minyak didalam botol terang, pengujian kali ini bertujuan untuk mengamati terbentuk
atau tidaknya lapisan warna pink dan intensitasnya. Pada sampel minyak + air, setelah vortex
dilakukan, warna yang terbentuk yaitu pink bening dengan intensitas +, sedangkan pada sampel
minyak + Cu, warna yang terbentuk yaitu pink keruh pekat dengan intensitas ++, disisi lain, minyak
botol bening dan minyak botol gelap tidak mengalami pembentukan warna pink, kedua minyak ini
memiliki warna bening dengan intensitas - setelah dilakukan vortex.

c. Uji modifikasi TSR

Perlakuan kali ini menggunakan sampel yang sama seperti sebelumnya, yaitu sampel minyak + air,
sampel minyak + Cu, sampel minyak botol bening dan sampel minyak botol gelap, setelah dilakukan
pemanasan didalam waterbath, kini ke empat sampel dikeluarkan dan dilakukan pengamatan untuk
mengidentifikasi terbentuknya noda merah pada kapas penutup tabung reaksi. Pada sampel minyak +
Cu, warna sampel nya ialah kuning akan tetapi terdapat seperti warna hijau tosca, sementara noda
merah pada kapas sampel minyak + Cu sangat banyak, yakni berada pada +4. Sementara itu pada
sampel minyak + air, warna yang terbentuk ialah bening, akan tetapi, noda merah pada kapas berada
pada +3, selisih +1 jika dibandingkan dengan minyak + Cu. Berikutnya yakni minyak botol gelap, pada
minyak ini tercipta warna kuning keruh pada sampel, disertai dengan noda merah sebanyak +2,
setelah itu pada sampel minyak botol terang, warna sampel minyak yang terbentuk ialah kuning keruh
pekat, akan tetapi noda merah pada kapas nya sangat minim sekali, yakni berada pada level +1.

d. Uji angka asam


Pada perlakuan terakhir kali ini ialah uji angka asam dengan perbandingan jumlah titrat yang
digunakan. pertama-tama, pada sampel minyak botol bening, jumlah NaOH yang digunakan adalah
sekitar 0,5 ml, sedangkan pada sampel minyak botol gelap, NaOH yang terpakai ialah sekitar 0,4 ml,
sementara pada sampel minyak + air, NaOH yang terpakai adalah 0,8 ml, dan pada sampel minyak +
Cu, jumlah NaOH yg terpakai adalah sekitar 1,7 ml.

F. KESIMPULAN

1. Suhu dapat mempengaruhi kenampakan minyak, setiap minyak memiliki perubahan yang berbeda
pula, ketika berada pada suhu kamar ada beberapa minyak yang memiliki aroma yang kuat, akan
tetapi aroma tersebut pudar setelah minyak tersebut dimasukkan di dalam tabung reaksi dengan
suhu yang dingin, adapula minyak yang awalnya tidak berbau, akan tetapi aroma minyaknya akan
mengalami peningkatan disaat minyak tersebut dipanaskan.
2. Pada uji Kreiss, terlihat jelas bahwa hanya minyak yang dicampuri dengan Cu atau Air yang dapat
mengalami perubahan yaitu sampel berwarna pink, perubahan warna sampel tidak terlihat pada
minyak yang tidak memiliki campuran, dikarenakan semakin berwarna pink makan sampel
tersebut mengalami kerusakan yang parah, hal ini dapat terlihat jelas pada sampel minyak+Cu,
dimana warna pink pada sampel cukup banyak yang berarti sampel telah rusak.

3. Sama halnya dengan uji Kreiss, semakin banyak noda pink makan menandakan semakin rusak
sampel nya, pada uji modifikasi TSR, sampel yang memiliki warna pink terbanyak ialah minyak+Cu,
sedangkan sampel yang sedikit mengalami kerusakan ialah pada sampel minyak botol bening, hal
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa campuran pada minyak dapat merusak struktur minyak
tersebut.

4. Untuk pembuktian selanjutnya ialah Uji Angka asam, pada uji kali ini semakin banyak NaOH yang
digunakan untuk men titran minyak, maka hal itu menandakan semakin tinggi kerusakan pada
minyaknya, dari tiap sampel, minyak yang membutuhkan NaOH yang paling banyak ialah minyak +
Cu, hal ini terlihat dengan jelas bahwa kerusakan minyak + Cu sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, diah.dkk.2004.Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Stans field, William.dkk.2006.Biologi Molekuler dan Sel.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Wolke, Robert L.2005.Kalo Einstein Jadi Koki Sains di Balik Dapur.Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai