Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I

PEMURNIAN SECARA REKRISTALISASI


(PERCOBAAN V)
OLEH:
KELOMPOK II

DAYAN IKHSANUDDIN : A1C4 13 008


MUSLIMA RAMADANI : A1C4 11 013
JUMIARTI : A1C4 13 018
MUHAMMAD NURHADI : A1C4 13 028
SYAMSUL : A1C4 13 040
ALFAHRU MANGIDI : A1C4 13 050
AGRY SAPUTRADANI : A1C4 13 060
USMAN BIN AMIN : A1C4 13 068
RAMLI SARMAN : A1C4 13 080

ASISTEN PEMBIMBING : MOH. TISAN (A1C4 11 078)

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

ABSTRAK
Rekristalisasi adalah teknik pemunian suatu zat padat dari pengotornya dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.Telah
dilakukan percobaan dengan judul Pemurnian Secara Rekristalisasi yang bertujuan agar
praktikan dapat memurnikan zat padat dengan cara rekristalisasi. Pada percobaan kali ini
digunakan metode rekristalisasi. Metode ini berdasarkan pada perbedaan daya larut antara zat
yang dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu Karena konsentrasi total
pengotor biasanya lebih kecil dari konsentrasi yang dimurnikan dalam kondisi dingin
konsentrasi yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan
mengendap.Pada dasarnya peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan.
Endapan merupakan suatu zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar kedalam
larutannya. Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil rendemen
sebesar 54,3% dan zat pengotor sebesar 45,7%.

Kata kunci :rekristalisasi, rendemen.

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal

yang sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu padatan yang umum

yaitu rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Metode ini pada dasarnya

mempertimbangkan perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya

dalam pelarut tertentu maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan yang lain yang hanya

melarutkan zat-zat pengotor saja. Pemurnian demikian ini banyak dilakukan pada industri-

industri (kimia) maupun laboratorium untuk meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan.

Pada penggunaan teknik rekristalisasi biasanya dilatarbelakangi karena senyawa organik

padat yang diisolasi dari reaksi organik jarang berbentuk murni. Senyawa tersebut biasanya

terkontaminasi dengan sedikit senyawa lain (impuritis) yang dihasilkan selama reaksi

berlangsung. Pemurnian padatan dengan kristalisasi didasarkan pada perbedaan dalam

kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut. Bila suatu kristal sangat larut dalam

satu pelarut dan sangat tak larut dengan pelarut lain maka akan memberikan hasil rekristalisasi

yang memuaskan.

Ternik pemisahan atau pemurnian dari suatu zat yang telah tercemar atau mengalami

percampuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya :penyaringan, rekristalisasi,

dekantansi, absorpsi, sublimasi, dan ekstraksi. Penyaringan adalah proses pemisahan yang

didasarkan pada perbedaan ukuran partikel. Contohnya penyaringan suspensi kapur dalam air.

Rekristalisasi adalah proses keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristalkannya

kembali. Contohnya adalah pemurnian garam dapur. Dekantasi adalah proses pemisahan suatu

zat dari campurannya dengan mengendapkan zat lain, didasarkan pada massa jenis yang lebih

besar akan berada pada lapisan bagian bawah. Contohnya campuran pasir dan air. Absorpsi

adalah proses pemisahan suatu zat dengan menggunakan teknik penyerapan. Contohnya sirup

yang disaring dengan menggunakan norit. Sublimasi adalah proses pemisahan dan pemurnian
zat yang dapat menyublim dari suatu partikel atau zat yang bercampur. Contohnya adalah

pemisahan naftalena dari campurannya dengan garam. Ekstraksi adalah proses pemurnian zat

bercampur dengan menggunakan sifat kepolaran suatu zat yang menggunakan corong pisah.

Contohnya adalah pemisahan minyak goreng dari campurannya. Namun pada praktikum ini

melakukan pemurnian zat padat dengan metode rekristalisasi.

Asam benzoat, C7H6O2 (atau C6H5COOH), adalah padatan kristal berwarna putih dan

merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari gum

benzoin (getah kemenyan), yang dahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam

lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat

adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya. Untuk semua

metode sintesis, asam benzoat dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dari air, karena asam

benzoat larut dengan baik dalam air panas namun buruk dalam air dingin. Penghindaran

penggunaan pelarut organik untuk rekristalisasi membuat eksperimen ini aman. Pelarut lainnya

yang memungkinkan diantaranya meliputi asam asetat, benzena, eter petrolium, dan campuran

etanol dan air.

Berdasarkan pernyataan-pertnyataan di atas maka perlunya mengetahui cara pemurnian

zat padat secara rekristalisasi, dengan menggunakan suatu senyawa sebagai sampel, sehingga

dapat membedakan proses pemisahan melalui metode rekristalisasi dengan metode lainnya.

Untuk itu, dilakukan percobaan pemurnian secara rekristalisasi ini.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memurnikan zat padat dengan cara rekristalisasi.

C. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan dari praktikum ini yaitu melakukan pemurnian asam benzoat

tercemar dengan prinsip rekristalisasi berdasarkan daya larutnya dalam suatu pelarut tertentu

(air).
BAB II

TEORI PENDUKUNG

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya

yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam

pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat

digunakan dalam proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar

antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal,

dan mudah dipisahkan dari kristalnya. Dalam kasus pemurnian garam NaCl dengan teknik

rekristalisasi pelarut (solven) yang digunakan adalah air. Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah

perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau

pencemarnya. Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang

diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondidi supersaturasi atau

larutan lewat jenuh). Secara toritis ada 4 metoda untuk menciptakan supersaturasi dengan

mengubah temperatur, menguapkan olvens, reaksi kimia, dan mengubah komposisi solven

(Agustina, 2013).

Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada

permukaan kristal dan pengotor yang ada di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaa

n Kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses

pemisahan padatan dari larutan induknya (retentionliquid). Pengotor pada permukaan kristalini

dapat dipisahkan hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan untuk mencuci harus
mempunyai sifat dapat melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal. Salah satu

cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci,

namun dapa juga dipakai pelarut pada umumnya yang memenuhi krteria tersebut. Adapun

pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah

satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah dengan jalan

rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian mengkristalkannya kembali.

Salah satu kelebihan proses kristalisasi dibandingkan dengan proses pemisahan yang lain

adalah bahwa pengotorhanya bisa terbawa dalam kristal jika terorientasi secara bagus dalam

kisi Kristal (Puguh, 2003).

Bahan pengikat pengotor adalah bahan atau zat yang dapat digunakan untuk mengikat

zat-zat asing yang keberadaannya tidak dikehendaki dalam zat murni. Secara teori garam yang

beredar di masyarakat sebagai garam konsumsi harus mempunyai kadar NaCl minimal 94,7%

untuk garam yang tidak beriodium . Sesuai SNI nomor 01-3556-2000, garam beriodium

adalah garam konsumsi yang mengandung komponen utama NaCl (Natrium

Klorida/mineral) 94,7%, air maksimal 7 % dan Kalium Iodat (KIO3) mineral 30 ppm,

serta senyawa-senyawa lain sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, namun pada

kenyataannya kadar NaCl pada garam dapur jauh di bawah standar.Oleh karena itu penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kadar NaCl yang dimurnikan tanpa

penambahan bahan pengikat pengotor, dengan penambahan bahan pengikat pengotor

Na2C2O4dan Na2CO3 atau penambahan Na2C2O4 dan NaHCO3 dengan konsentrasi yang

bervariasi pada pembuatan garam dapur dari air tua (Sulistyaningsih, 2010)

Tingginya nilai rendemen antosianin yang diperoleh dari ektraksi menggunakan

metanol danHCl 1% dan metanol 95% yang ditambahkan asam sitrat 3% dibandingkan

menggunakan pelarut lain disebabkan adanya kecocokan kepolaran antara pelarut dengan

bahan yang dilarutkan, sehingga campuran pelarut tersebut mampu melarutkan lebih banyak
antosianin keluar dari protoplasma sel kubis merah dan menghasilkan rendemen lebih banyak.

Pendapat ini didukung oleh Pifferi dan Voccari (1983 dalam Sari 2003) yang menjelaskan

bahwa jumlah rendemen dipengaruhi oleh efektifitas pelarut untuk mengekstraksi antosianin,

yang pada akhirnya akan mempengaruhi stabilitas antosianin selamaproses ekstraksi (Wirda,

2011).

Padatan berwarna kuning yang terdapat pada fraksi A dan D direkristalisasi

mengunakan pelarut yang sama yaitu n-heksana aseton. Pemilihan pelarut tersebut didasarkan

pada prinsip rekristalisasi yaitu sampel yang tidak larut dalam suatu pelarut pada suhu kamar

tetapi dapat larut dalam pelarut pada suhu kamar. Jadi rekristalisasi meliputi tahap awal yaitu

melarutkan senyawa yang akan dimurnikan dalam sedikit mungkin pelarut atau campuran

pelarut dalam keadaaan panas atau bahkan sampai suhu pendidihan sehingga diperoleh larutan

jernih dan tahapan selanjutnya yaitu mendinginkan larutan yang akan dapat menyebabkan

terbentuknya kristal, lalu dipisahkan melalui penyaringan (Lukis, 2010).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Gelas piala 100 mL 1 buah

b. Corong Buchner 1 buah

c. Spatula 1 buah

d. Pompa vakum 1 buah

e. Batang pengaduk 1 batang


f. Botol semprot 1 buah

2. Bahan

a. Asam Benzoat tercemar

b. Air Suling

c. Air es

d. Kertas saring 2 lembar

B. Prosedur Kerja

1. Memanaskan air suling hingga mendidih

2. Menimbang Asam Benzoat tercemar sebanyak 1 gram

3. Memasukkan Asam Benzoat tercemar ke dalam gelas kimia

4. Melarutkan Asam Benzoat tercemar dengan air panas

5. Menyaring larutan Asam Benzoat tersebut dalam keadaan panas dengan corong Buchner

6. Memisahkan antara residu (zat pengotor) dengan filtratnya

7. Mendinginkan filtrat dengan es batu hingga terbentuk Kristal

8. Menyaringkristal yang terbentuk

9. Memisahkan antara Kristal Asam Benzoat dengan pelarut (air)

10. Memperoleh Kristal Asam Benzoat sebanyak 0,543 gram

11. Menentukan berat rendemennya (%)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Praktikum

No Perlakuan Pengamatan
1. Air suling dipanaskan hingga air mendidih
Mendidih
2. 1 gram Asam Benzoat tercemar larutan berwarna bening dan
dilarutkan dengan air panasterdapat endapan putih
3. Larutan disaring dengan meng- diperoleh filtrate dan residu
gunakan corong Buchner
4. Filtrat didinginkan dan disaring terbentuk kristal
5. Kristal Asam benzoat dipisahkan diperoleh Kristal Asm Benzoat
dari pelarutnya bersih dari pengotornya
6. Kristal tersebut ditimbang Kristal Asam Benzoat sebanyak
0,543 gram
7. Ditentukan berat rendemennya hasil rendemen sebesar 54,3%

B. Perhitungan

Dik : Berat kertas saring kosong = 0,76 gram

Berat sampel (asam benzoate tercemar) = 1 gram

Berat Kristal dalam kertas saring = 1,303 gram


Berat Kristal asam benzoat = 1,303 gram 0,76 gram

= 0,543 gram

Dit : Kadar Rendemen ?

Penyelesaian :

Rendemen =

= 54,3%

Zat pengotor = 100% - 54,3%

= 45,7%

C. Pembahasan

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling

bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau
tercampur.Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak

digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut

kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu

di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi

zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan

sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.

Tahap-tahap dalam rekristalisasi yaitu (1) Pelarutan (2) Penyaringan (3) Pemanasan (4)

Pendinginan. Beberapa syarat pelarut yang baik untuk rekristalisasi antara lain : a) Memiliki

daya pelarut yang tinggi pada suhu tinggi dan daya pelarut yang rendah; b) Menghasilkan

kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan; c) Dapat melarutkan senyawa lain; d)

Mempunyai titik didih relatif rendah (mudah terpisah dengan kristal murni); e) Pelarut tidak

bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan.

Suatu endapan mudah disaring dan dicuci sebagian besar tergantung pada struktur

morfologi endapan, yang terdiri dari bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya.Semakin besar

kristal-kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, semakin mudah proses

penyaringannya dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun

keluar dari larutan, yang akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur

yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena

mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung

lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah

dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal demikian, pemisahan

kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai.

Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting

yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti

tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi
terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan

inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin

besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti.

Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang

terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan

terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh.

Asam benzoat yang digunakan dalam percobaan ini merupakan asam benzoat yang belum

murni atau masih kotor. Karena itu dilakukan pemurnian terhadap asam benzoat tersebut agar

terbebas dari zat pengotor melalui pemanasan bersama pelarutnya. Pelarut yang digunakan

adalah air. Air digunakan sebagai pelarut asam benzoat karena titik didih air lebih rendah dari

pada titik leleh asam benzoat yang sebesar 249 C. Sesuai dengan persyaratan sebagai pelarut

yang sesuai yaitu titik didih pelarut harus rendah untuk mempermudah proses pengeringan

kristal yang terbentuk.

Berdasarkan syarat ini, titik didih air sebagai pelarut lebih rendah dari pada titik didih asam

benzoat sehingga kristal yang diinginkan pada saat pengeringan dapat terbentuk, penggunaan

air sebagai pelarut asam benzoat juga berhubungan dengan kelarutan. Sesuai dengan syarat

pelarut yang kedua yaitu pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak

melarutkan zat pencemarnya. Reaksi antara air dan asam benzoat menyebabkan terbentuknya

ikatan hidrogen, inilah yang menyebabkan air dapat melarutkan asam benzoat.

Langkah pertama yang dilakukan adalah proses pelarutan asam benzoat yang

berbentuk padatan agar menjadi suatu larutan. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan asam

benzoat ini adalah pelarut yang cocok. Hal ini ditujukan agar asam benzoat yang dilarutkan

dapat melarut dengan sempurna. Asam benzoat yang dilarutkan dalam air panas tersebut akan

terurai menjadi ion-ionnya Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah pemanasan adalah

menyaring larutan kedalam suatu wadah dengan menggunakan kertas saring. Penyaringan ini
bertujua untuk memisahkan antara zat yang telah larut dengan zat pengotornya agar diperoleh

zat yang lebih murni, namun untuk memperoleh hasil yang maksimal maka perlakuan ini

dilakukan dengan menggunakan suatu alat yang dikenal dengan nama corong buchner.

Langkah selanjutnya lagi yaitu melakukan pendinginan. Jika belum terbentuk kristal

maka larutan di jenuhkan dengan cara penguapan, agar endapan dapat terbentuk dengan

mudah. Tapi jika kristal sudah mulai terbentuk, maka dilakukan penyaringan dengan

menggunakan kertas saring. Hal ini bertujuan untuk memisahkan endapan dari larutannya.

Filtrat hasil penyaringan tersebut akan digunakan untuk proses kristalisasi pada tahap

berikutnya. Agar proses rekristalisasi ini dapat berjalan dengan baik, kotoran mempunyai

kelarutan lebih besar dari senyawa yang diinginkan. Jika hal ini tidak terpenuhi maka kotoran

akan ikut mengkristal bersama senyawa yang diinginkan. Dampaknya menyebabkan kristal

yang diperoleh tidak murni lagi, dimana kemurnian suatu zat ditentukan oleh rendemen yang

diperoleh, semakin tinggi rendemen suatu zat maka tingkat kemurnian akan semakin tinggi

sedangkan semakin kecil nilai rendemen yang diperoleh dari suatu zat maka tingkat kemurnian

semakin rendah dan dari hasil percobaan ini diperoleh berat asam benzoate yang murni sebesar

0,543 gram. Sehingga rendemen kristal asam benzoat yang diperoleh dari perbandingan asam

benzoat murni denagan asam benzoat tercemar sebesar 54,3 %. Sehinga zat pengotor (residu)

yang berada dalam sampel asam benzoat tercemar pada percobaan ini sebesar 45,7 %.

Sedikinya hasil rendemen yang diperoleh, dapat disebabkan karena pada saat melarutkan asam

benzoat dan dilanjutkan dengan menyaring suhu air tidak terlalu panas sehingga asam benzoat

tidak terlalu larut (larut secara sempurna).

BAB V

PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa pemurnian secara rekristalisasi didasarkan pada perbedaan daya larut antara zat yang

dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu. Kristal Asam Benzoat murni

dapat kita pisahkan dan diperoleh kembali dari zat pengotornya (Asam Benzoat tercemar).

Kristal Asam Benzoat secara murni yang dapat diperoleh kembali yaitu sebanyak 0,543 gram

dengan jumlah rendemen sebanyak 54,3%.

B. Saran

Saran yang dapat kami ajukan dalam percobaan ini yaitu agar lebih memperhatikan

bahan-bahan yang akan digunakan untuk disimpan sesuai dengan tempatnya masing-masing

agar tidak membuat bingung para praktikan yang akan melakukan percobaan selanjutnya saat

mencari bahan yang diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

Lukis, Prima Agusti. (2010). Dua Senyawa Mangostin dari Ekstak n-Heksan padaKayu Akar Manggis
( Garcinia mangostana, Linn). Institut Teknologi Sepuluh September. Surabaya. Diakses
tanggal 8 Desember 2014
Rositawati, Agustina Leokrist., Dkk, (2013). Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk
Mencapai SNI Garam Industri.Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. Vol. 2, No.4.Universitas
Diponegoro. Semarang. Diakses tanggal 8 Desember 2014
Setyopratomo, Puguh. Dkk, (2003). Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan
CaraRekristalisasi. Universitas Surabaya
Sulistyaningsih, Triastuti.Dkk, (2010). Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Kristalisasi Air Tua
dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan Na2C2O4-Na2CO3.Vol.8, No.
1Universitas Negri Semarang
Wirda, Zurrahmi. dkk. (2011). Pengaruh Berbagai Jenis Pelarut dan Asam Terhadap Rendemen
Antosianin dari Kubis Merah (Brassica Oleraceae Capitata). Vol 18. No 2.Universitas
Malikussaleh Reuleut-Aceh utara.Banjarbaru

PEMISAHAN CAMPURAN (KRISTALISASI DAN KROMATOGRAFI)

A. Tujuan
1. Melakukan pemurnian air garam
2. Memisahkan zat warna dalam serbuk fanta grape dari zat-zat penyusun

B. Dasar Teori
1. Pemisahan campuran kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt
(campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga
merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa
(mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. (Anonim,
2013) Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahan zat padat dari larutannya
dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan
membentuk kristal. (Ayuningtyas, 2011)
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya
dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya.
Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri,
karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
Berikut mekanisme pembentukan kristal;
1. Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat terbentuk secara cara
memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi atau dengan menambahkan benih
kristal ke dalam larutan lewat jenuh.
2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di kristalisasikan) dalam
larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini berlangsung semakin cepat jika
derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total permukaan
kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal persatuan waktu. (Niwa,
2013)

Pembentukan kristal dapat juga terjadi bila suatu larutan telah melampaui titik jenuhnya. Titik
jenuh larutan adalah suatu titik ketika penambahan partikel terlarut sudah tidak dapat
menyebabkan partikel tersebut melarut, sehingga terbentuk larutan jenuh. Larutan jenuh adalah
larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel terlarut pada suatu larutan pada suhu
tertentu. Contohnya adalah NaCl ketika mencapai titik jenuh maka akan terbentuk kristal.
Berkurangnya air karena penguapan, menyebabkanlarutan melewati titik jenuh dan
mempercepat terbentuknya kristal. (anonim, 2012)

Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dan titik
bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut. Selain dengan cara distilasi, garam juga bisa
dipisahkan dari air dengan cara menguapkan airnya sampai habis sehingga yang tertinggal
sebagai residu hanyalah garamnya. Kristalisasi penguapan dilakukan oleh para petani garam.
Pada saat air pasang, tambak-tambak garam akan terisi air laut. Pada saat air surut maka air
laut yang sudah mengisi tambak garam akan tetap berada di tempat itu. Adanya pengaruh sinar
matahari mengakibatkan komponen air dari air laut dalam tambak akan menguap dan
komponen garamnya akan tetap dalam larutan. Jika penguapan ini terus berlangsung, lama-
kelamaan garam tersebut akan membentuk kristal-kristal garam tanpa harus menunggu sampai
airnya habis.

Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada saat suhu larutan
turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku terlebih dahulu,
sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat, sedangkan zat padat tetap tinggal di atas
saringan sebagai residu. (Fatimah, 2013)

2. Pemisahan campuran kromatografi


Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen campuran yang ada di dalam sampel di antara dua fase,
yakni fase diam (padat atau cair) dan fase gerak. (Anton, 2013)
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu
senyawa pada dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran
senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis
kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom. (Patarihan, 2012)
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak
dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul
campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik,
kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan
solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang
dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh
daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak
hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang
berhasil, solut-solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan
kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa
berwarna, tentu saja noda-nodanya dapat terlihat. (Day & Underwood, 1990).
Dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa.
Fasa diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas. fasa
gerak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang
kolom kapiler. Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara
membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention (tR)
atau volume retention (VR). (Patarihan, 2012)
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan pengembang.
Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf
didefinisikan oleh hubungan:

Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona
campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama
baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang
dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran
konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990)
Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran antara dua
fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisi cairan dan pertukaran ion.
Sistem utama yang digunakan dalam kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang
menggunakan alas tak bergerak (misalnya komatografi kolom), kromatografi kertas dan
lapisan tipis ( Svehla, 1979).

C. Alat dan Bahan


Kristalisasi
1. Alat:
- Gelas kimia
- Pemanas spirtus
- Kassa
- Kaki tiga
2. Bahan
- Garam
- Air
Kromatografi
1. Alat
- Gelas kimia
- Kertas saring
- Pengaduk
- Pipet tetes
2. Bahan:
- Serbuk fanta grape
- Air mineral

D. Langkah Kerja
Pemisahan campuran kristalisasi
1. Diambil 1 sendok makan garam dapur (NaCl) dan dilarutkan ke dalam gelas kimia yang berisi
40 ml air
2. Larutan dipanaskan diatas api sampai semua airnya habis
3. Diamati dasar gelas kimia tersebut
Pemisahan campuran kramotografi
1. Serbuk fanta grape dilarutkan sampai kental atau dengan perbandinngan serbuk fanta grape
dan air 2:1
2. Kertas saring dipotong berukuran 10 cm x 5 cm
3. Kemudian dibuat garis dengan pensil 2 cm dari ujung kertas saring
4. Fanta grape kental ditotolkan pada garis tersebut
5. Kertas saring digantung pada gelas kimia yang berisi air, air dibiarkan membuat sampai
kira0kira tinggi gelas kimia.

E. Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan pemisahan campuran kristalisasi
Sebelum Pemanasan Seelah Pemanasan
Warna Larutan Bentuk Larutan Warna Kristal Bentuk Kristal
Bening Cair Putih Kristal/padat,
saat pemanasan
terjadi
penguapann/gas
dan endapan

Tabel pengamatan pemisahan campuran kromatografi


Komponen warna ke Yang timbul
Warna merah ke kuningan Merah muda

Komponen warna ke Warna yang timbul


Hitam Ungu
Pink
Orange
Coklat
Biru

= 0,61
= 0,81
= 0,90
= 0,96
=1

Komponen warna ke Warna zat yang timbul


Hijau Hijau
Biru
Kuning

= 0,78
=1
= 0,64

F. Pembahasan
Pada percobaan pemisahan dan pemurnian zat padat dapat dilakukan dengan cara
kristalisasi dan komatografi. Percobaan pertama yaitu mengenai kristalisasi garam (NaCl)
dalam air. Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahan zat padat dari larutannya
dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan
membentuk kristal. (Ayuningtyas, 2011). Pada pembuatan Kristal dari garam yaitu dengan
cara melarutkan garam ke dalam pelarut (air) panas yang bertujuan mempercepat proses
kelarutan sehingga akan terbentuk suatu kristal. ketika mencapai titik jenuh maka akan
terbentuk kristal. Berkurangnya air hingga habis karena penguapan, menyebabkan larutan
melewati titik jenuh dan mempercepat terbentuknya kristal. Kristal yang terbentuk pada dasar
gelas kimia berwarna putih.
Percobaan kedua yaitu mengenai kromatografi minuman fanta grape. Percobaan
kromatografi adalah pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari
komponen campuran antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak Karena perbadaan sifat
kepolaran antara fase gerak dengan noda cuplikan yang akan dipisahkan.
Pada Kromatografi terdapat teknik pemisahan dengan menggunakan media kertas
saring. Kertas saring di beri noda dan dilarutkan pada larutan yang ada. Kertas yang sudah
ditetesi larutan fanta grape dan dicelupkan ke air, molekul-molekul bergerak ke atas dan
menghasilkan warna. Namun, ketika percobaan dilakukan sedikit terbentuk warna, hal ini
mungkin dikarnakan sempel tetesan fanta grape yang terlalu kental. Warna yang bergerak
adalah merah muda. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, Nilai Rf pada
kromatografi pada kromatografi kertas adalah jarak rasio yang ditempuh oleh senyawa dan
jarak yang ditempuh oleh pelarut. Pada fanta grape memiliki nilai Rf adalah 0,047.
Untuk percobaan tinta pada spidol hitam dan hiijau terlihat beberapa pigmen warna,
hal ini karena penyusun pigmen warna dari spidol tersebut bermacam, yaitu spidol hijau yang
menimbulkan warna biru dan kuning. Berbeda yang hanya menggunakan pensil, warna yang
timbul hanya dari sempel yang ditetesi. Warna yang menggunakan pewarna alami biasanya
daya serap terhadap pelarut sangat lambat sehingga kelarutan kecil. Sedangkan warna bahan
tertentu (spidol) mempunyai daya serapnya tinggi terlihat dari penyebaran warna.
Perbedaan jarak yang ditempuh zat terlarut disebabkan karena dipengaruhi oleh
kepolaran masing-masing tinta tersebut sehingga harga Rf yang dihasilkan juga bebeda.
Larutan yang bersifat non-polar akan memperlambat proses kromatografi komponennya,
karena komponennya bersifat polar, sehingga akan mempengaruhi harga Rf, karena perbedaan
kelarutan serta sifat dari campuran tersebut.

G. Kesimpulan
1. Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahan zat padat dari larutannya dengan
jalan menguapkan pelarutnya, zat padat dalam keadaan lewat jenuh akan membentuk kristal.
2. Kromatografi kertas merupakan kromatografi dengan menggunakan kertas penyaring sebagai
penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang terserap di antara struktur pori
kertas.
3. Warna yang timbul menggunakan spidol lebih banyak dibandingkan menggunakan pensil.
4. Perbedaan jarak yang ditempuh zat terlarut dipengaruhi oleh kepolaran masing-masing
tinta sehingga harga Rf yang dihasilkan juga bebeda.

Daftar Pustaka
Anonim. 2012. http://dcycheesadonna.wordpress.com/2012/12/15/
kromatografi-kertas/ di akses 30/11/13 21:52

Ayuningtyas, Deswita. http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/080


7596/author.html pukul 23:14

Niwa, Anggita 2013. http://kimiacorner.blogspot.com/2013/04/


kristalisasi.html diakses pada 25/11/13 pukul23:21

anonim, http://dennifa.wordpress.com/sains/kimia/pemisahan-campuran/kristalisasi/.
Diakses 25/11/13 pukul 23:22

Fatimah, Miftakhul Riska. http://miftakhulriska.blogspot.com/p/


kristalisasi.html 25/11/13 pukul 23:25

Anton, 2013. http://antonchemical.blogspot.com/2013/01/


kromatografi_24.html diakses pada 25/11/13 pukul 8:00

Patarihan, Rudolfo. 2012 http://yuma-patarihan.blogspot.


com/2012/05/definisi-kromatografi-kertas.html diakses pada 30/11/13 22:01

Patarihan, Rudolfo. 2012 http://yuma-patarihan.blogspot.com/2012/05/


definisi-kromatografi-kertas.html diakses pada 30/11/13 pukul 22:01
Anonim, 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalisasi diakses pada
25/11/13 pukul 23:12

Praktikum Kristalisasi

PRATIKUM PEMURNIAN GARAM MELALUI REKRISTALISASI


PENDAHULUAN
Jika kita gunakan definisi konvensional yang menyatakan bahwa hablur atau kristal adalah
padatan homogen yang dibatasi oleh bidang muka rata yang terbentuk secara alamiah, maka
adalah benar bahwa kebanyakan padatan yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari tidak
nampak sebagai kristal. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh salah satu dari dua hal
berikut : pada satu pihak, banyak padatan merupakan campuran dari berbagai senyawa yang
biasanya terdiri dari banyak molekul besar dengan berbagai ukuran. Tetapi kalau bahan
tersebut dipisah-pisahkan untuk menghasilkan senyawa murni, maka cenderung terjadi
struktur kristal. Misalnya, beberapa jenis protein dan selulosa, yang keduanya adalah bahan
penyusun padatan yang terjadi secara alamiah telah diperoleh dalam tahanan kristal,
walaupun kedua zat tersebut tidak ditemukan di alam dalam tahanan kristal.
Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat
padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah
lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun
secara simetris .
Kita tak boleh menyimpulkan begitu saja penataan partikel dalam sebuah kristal besar,
semata-mata dari penampilan luarnya. Bila suatu zat dalam keadaan cair atau larutan
mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh lebih ke satu arah daripada ke lain arah.
Sebagaimana sebuah kubus kecil dapat berkembang menjadi salah satu dari tiga bentuk yang
mungkin sebuah kubs besar, sebuah lempeng datar atau struktur panjang mirip jarum. Ketiga
zat padat ini mempunyai struktur kristal kubik yang sama, namun bentuk keseluruhannya
berbeda.
Struktur kristal ditentukan oleh gaya antar atom dan ukuran atom yang terdapat dalam kristal.
Untuk menyederhanakan persoalan, kita dapat menganggap ion atau atom sebagai bola padat
berjari-jari r. Struktur ada yang hexagonal close packing. Cara penyusunan bola dalam kristal
tidak dapat sesederhana pada kristal logam, karena kristal ionic terdiri dari ion-ion yang
bermuatan dan memiliki jenis yang berbeda.
Dua senyawa santon telah berhasil diisolasi dari fraksi etil asetat kayu batang Mundu
Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz., yaitu 1,3,4,5,8-pentahidroksisanton (1) dan 1,4,5,8-
tetrahidroksisanton (2). Senyawa (1) menunjukkan aktivitas yang tinggi sebagai antioksidan
terhadap radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Isolasi senyawa-senyawa
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etil asetat, pemisahan komponen-
komponen menggunakan berbagai cara kromatografi. Pemurnian dilakukan dengan metode
rekristalisasi menggunakan campuran dua pelarut Etil asetat dan aseton menghasilkan 59
fraksi kemudian digabung menghasilkan enam fraksi gabungan yaitu fraksi X1, X2, X3, X4,
X5 dan X6. Padatan pada fraksi gabungan X5 sama dengan fraksi X6 sehingga dapat
digabung yang selanjutnya direkristalisasi. Rekristalisasi dilakukan sebanyak tiga kali dengan
menggunakan campuran pelarut etil asetat pa dan n-heksana pa menghasilkan padatan kuning
(250 mg) dengan titik leleh 231 232oC yang kemudian disebut senyawa (1) Fraksi
gabungan Y6 (144mg) direkristalisasi menggunakan campuran pelarut etil asetat pa dan n-
heksana pa menghasilkan padatan kuning (84 mg) dengan titik leleh 223224oC yang
kemudian disebut senyawa (2) [4].
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana
zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini
bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena
konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila
dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap [5].
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur
morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-kristal
yang terbentuk selamaberlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring dan
mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari
larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur
yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum sangat menguntungkan, karena
mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang
mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid),
bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal
demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai [6].
Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat
yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk jika
larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan
merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan,
konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya [6].
Dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk),
contohnya NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4, dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat
isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu partikel tidak
dapat menggantikan kedudukan partikel lain. Contohnya, Na+ tidak dapat menggantikan K+
dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua
kristal atau lebih disebut polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang.
Karbon mempunyai struktur grafit dan intan, belerang dapat berstruktur rombohedarl dan
monoklin.
Selama pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua faktor
penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju
pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang
terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh
dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk
membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti [6].
Garam dapur atau natrium klorida atau NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh
dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl dengan
NaOH berair. NaCl nyaris tak dapat larut dalam alkohol , tetapi larut dalam air sambil
menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal, suatu
garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang dapat digusur. Larutan-
larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator semisal lakmus. Garam
rangkap; yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau
lebih garam tertentu. Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4Al4(SO4)3.24H2O.
Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion
jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion
kompleks dalam larutan[5].
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah beaker glass, gelas arloji, kertas saring, corong, pipet tetes,
kertas lakmus, pemanas listrik, labu takar dan pengaduk gelas, neraca analitik, dan botol
semprot.
Bahan-bahan yang digunakan adalah garam dapur, HCl encer, CaO, Ba(OH)2, amonium
karbonat, dan akuades.
B. Prosedur Kerja
1. Perlakuan Awal
250 ml aquades dipanaskan (diukur dengan labu ukur) dalam gelas beaker yang telah
ditimbang terlebih dahulu, sampai mendidih untuk beberapa saat. 80 gram garam dapur
ditimbang. Dimasukkan kedalam air panas sambil diaduk, dan dipanaskan lagi sampai
mendidih, kemudian disaring. Larutan dibagi menjadi dua bagian untuk dilakukan kristalisasi
menurut prosedur dibawah ini.
2. Kristalisasi melalui penguapan
Sekitar 1 gram kalsium oksida (CaO) ditambahkan ke dalam bagian larutan garam dapur
diatas. Larutan Ba(OH)2 encer ditambahkan tetes demi tetes sampai tetes berakhir tidak
membentuk endapan lagi. Secara terus menerus tetes demi tetes ditambahkan sambil diaduk
larutan 30 gram per liter (NH4)2CO3. Larutan tersebut disaring dan dinetralkan filtratnya
dengan HCl encer, dites kenetralan larutan dengan kertas lakmus. Larutan diuapkan sampai
kering, sehingga akan diperoleh kristal NaCl yang berwarna lebih putih dari pada garam
dapur asal. Kristal tersebut ditimbang dan dihitung rendeman rekristalisasi NaCl yang telah
dilakukan.

A. Hasil
1. Prosedur Awal

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1.
2.
3. Diambil 50 mL akuades yang telah dipanaskan dan dimasukkan ke dalam gelas beker
Dimasukkan 16 gram garam dapur ke dalam gelas beker tersebut, sambil diaduk dan
dipanaskan kembali.
Disaring dengan kertas saring Larutan bening
Massa gelas beker = 101,88 gram
Garam melarut dan sedikit mengendap.
Filtrat bening.
2. Kristalisasi Melalui Penguapan

No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Ditambahkan dengan 0,2 g CaO pada filtrat dari hasil percobaan.
Ditambahkan Ba(OH)2 encer sampai tidak ada endapan lagi.
Ditambahkan (NH4)2CO3.
Disaring dengan kertas saring
Dinetralkan filtrat dengan menambahkan HCl.
Diuapkan larutan sampai kering
Ditimbang berat kristal yang diperoleh Larutan menjadi putih keruh atau putih susu.
Diperlukan sekitar 50 tetes Ba(OH)2 sampai tidak ada endapan
V = 5 mL
Larutan menjadi jernih.
Diperlukan beberapa mL HCl sampai filtrat menjadi netral.
Terbentuk kristal NaCl yang berwarna putih bersih.
m gelas beker + kristal = 116,03 g
m kristal NaCl = 14,15 g
Perhitungan
Diketahui : masssa kristal = 14,15 g
massa garam dapur = 16 g
Ditanya : rendemen ?
Jawab : = 88,43 %
Pembahasan
1. Perlakuan Awal
Dalam tahap ini dilakukan proses pelarutan garam dapur cap kapal yang berbentuk padatan
menjadi suatu larutan. Akuades yang digunakan untuk melarutkan garam ini adalah akuades
yang panas. Hal ini ditujukan agar garam yang dilarutkan dapat melarut dengan sempurna.
Garam dapur yang dilarutkan dalam akuades panas tersebut terurai menjadi ion-ionnya yakni,
ion natrium (Na+) dan ion klorida (Cl-). Garam dapur yang digunakan dalam percobaan ini
merupakan garam yang belum murni. Karena itulah dalam percobaan ini dilakukan
pemurnian terhadap garam dapur tersebut yang bebas dari zat pengotor. Garam dapur yang
telah dilarutkan dalam akuades tersebut, dipanaskan sampai mendidih, setelah itu disaring
dengan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan tersebut akan digunakan untuk
proses kristalisasi pada tahap berikutnya.
2. Kristalisasi Melalui Penguapan
Filtrat yang diperoleh dari tahap pertama, ditambahkan 0,2 gram kalsium oksida (CaO).
Fungsi dari penambahan kalsium oksida ini adalah untuk mengendapkan zat-zat pengotor
seperti zat pengotor yang di dalamnya mengandung ion Ca2+, Fe3+, dan Mg2+ yang terdapat
dalam garam dapur cap kapal. Cara kerja kalsium oksida ini pada prinsipnya sama dengan
tawas yakni sebagai kougulan. Pada akhirnya nanti diharapkan larutan yang diperoleh lebih
murni dari garam yang semulanya belum dimurnikan. Selanjutnya ke dalam filtrat tadi juga
ditambahkan larutan barium hidroksida Ba(OH)2. Penambahan ini bertujuan untuk
menghilangkan endapan atau mencegah terbentuknya endapan lagi, akibat penambahan
kalsium oksida tadi.
Pada filtrat tadi juga ditambahkan amonium karbonat (NH4)2CO3. Penambahan ini ditujukan
agar larutan tersebut menjadi jenuh. Tahap berikutnya adalah dilakukan penyaringan untuk
memisahkan endapan yang merupakan zat pengotor yang terdapat dalam larutan tersebut.
Kemudian filtrat yang diperoleh (bersifat basa), dinetralisasi dengan larutan yang bersifat
asam yaitu HCl encer.
Setelah larutan tersebut netral, maka pada larutan itu dilakukan penguapan atau pemanasan
hingga terbentuk kristal garam dapur kembali (rekristalisasi). Bentuk kristal garam dapur
setelah dilakukannya proses rekristalisasi adalah strukturnya lebih lembut dan warnanya putih
bersih. Kristal yang diperoleh ini kemudian ditimbang. Dari hasil penimbangan diperoleh
berat kristal sebesar 14,15 gram. Sedangkan rendemen yang diperoleh dari percobaan ini
memiliki nilai sebesar 88,43 %.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa garam dapur yang dimurnikan pada percobaan
ini, menggunakan prinsip rekristalisasi dengan penguapan, rekristalisasi adalah metode
pemurnian bahan dalam hal ini adalah garam dapur dengan pembentukan kristal kembali
guna menghilangkan zat pengotor, daya larut dari zat yang akan dimurnikan dengan
pelarutnya akan mempengaruhi proses rekristalisasi ketika suhu dinaikkan atau ditambahkan
kalor/panas, garam dapur cap kapal yang direkristalisasi menghasilkan kristal yang
berwarna putih bersih dan strukturnya lebih halus/lembut dari semula, garam dapur cap
kapal hasil rekristalisasi yang diperoleh sebesar 14,15 gram dan rendemennya sebesar 88,43
%.
REFERENSI
1. Day, R.A dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
2. Keenan, C.W. 1999. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
3. Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.
4. Sukamat dan Ersam. 2006. Dua Senyawa Santon Dari Kayu Batang Mundu Garcinia
Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan. ITS. Surabaya.
5. Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.
Svehla, S. 1985. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro.
Jilid I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.
enin, 12 Maret 2012

Laporan Pembuatan Garam dari air laut secara sederhana

A. JUDUL

PEMBUATAN GARAM DARI AIR LAUT

B. TUJUAN

Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Pembuatan Garam dari Air Laut

C. DASAR TEORI

Air laut adalah air dari laut atau samudera. Air laut memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya
dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 gram garam (terutama, namun tidak seluruhnya, garam
dapur/NaCl).(Wikipedia,2011)

Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar 3,5 %, air laut juga berbeda-
beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk
Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi
dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar
garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi.Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi
dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium,
kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang
memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air
laut menjdai asin karena banyak mengandung garam.(Wikipedia,2011)

Natrium klorida atau sodium klorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki
tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses perlakuan penyimpanan benih realsitran
berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih
sehingga perkecambahan pada benih realsitran dapat terhambat (Anonim, 2010).

Natrium klorida juga dikenal dengan garam dapur atau halit adalah senyawa kimia dengan unsur
kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam yang mempengaruhi salinitas laut dan cairan ekstrakulikuler
pada banyak organisme multiseluler. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida
sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan (Anonim, 2010).

Tubuh manusia tidak dapat berfungsi tanpa garam. Tidak mengherankan, garam telah berperan
penting dalam pembangunan manusia dan peradabannya.

Garam adalah pengawet pertama untuk makanan, yang memungkinkan manusia bisa melakukan
perjalanan dan perdagangan jauh. Garam juga merupakan alat pertama pembayaran. Istilah "salary"
atau "gaji" berasal dari bahasa Romawi "salarium," ketika itu para tentara dibayar ( sebagiannya)
dengan garam (salt).

Kita beruntung karena lebih dari 70 persen permukaan bumi berupa air. Dari 70% itu 97 persennya
mengandung garam, sedangkan sisanya air tawar 3 %.

Istilah yang tepat untuk proses pembuatan garam yang dimaksud di sini adalah pengambilan /
pemisahan garam dari air laut.

Untuk itu harus terlebih dahulu mengumpulkan air laut di kolam, tambak, danau atau penampung
(reservoir) khusus lainnya. Ini agar air yang sudah dikumpulkan tidak terganggu oleh pasang air laut.

Reservoir dapat berupa buatan manusia maupun ciptaan alam, seperti kolam, tambak, waduk
atau danau. Tapi tanah yang pori-porinya halus akan lebih baik karena memiliki dasar yang dapat
mencegah air laut serta kandungan mineralnya agar tidak banyak meresap ke dalam tanah.

Berikutnya, hamparan air laut dijemur oleh panas matahari sampai warna air berubah merah.
Dalam skala luas, lebih murah menggunakan penguapan matahari untuk membuat garam. Tentu
dibutuhkan cuaca yang panas, karena di musim hujan prosesnya akan sulit. Untuk skala kecil, bisa saja
menggunakan tungku dan panci.

Berikutnya, mengeringkan air garam. Beberapa pembuat garam mengetahui sudah waktunya
untuk menguras air garam ketika air berubah menjadi merah. Warna merah berasal dari alga yang
berubah warna akibat konsentrasi garam yang semakin tinggi.

Berikutnya pengurasan air garam ke kolam kristalisasi atau tempat pengasinan. Di sinilah natrium
klorida - garam - akhirnya mengkristal di dasar kolam.

Setelah garam mengkristal di bagian bawah reservoir, garam lalu dipanen/dikumpulkan dengan
alat garuk. Garam kristal ini masih harus diproses agar bersih dan bisa dipakai, dikemas kemudian
dipasarkan.(laporan garam, 2011)

D. METODE PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan

a). Alat

- Kompor minyak tanah

- Panci

- Pengaduk

- Botol aqua 60 ml

- Piring kecil

a). Bahan

- minyak tanah

- air laut sebanyak 60 ml

2. Prosedur Kerja

a) Mengambil dan memasukkan air laut kedalam botol aqua berukuran 60 ml.

b) Menyiapkan kompor dan panci yang akan digunakan untuk memanaskan air laut.

c) Menuangkan air laut sebanyak 60 ml ke dalam panci,

d) Memanaskan air laut yang bertujuan untuk menguapkannya selama sekiar 45 menit sampai 1 jam.

e) Setelah garam terlihat terbentuk , ambil hasi garam tersebut.

f) Menimbang garam yang diperoleh.

E. HASIL PENGAMATAN

NO BAHAN PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN

1. Air Laut (60 ml) Dipanaskan dalam panci Saat proses pemanasan
dengan menggunakan volumenya berkurang
kompor minyak disebabkan karna air laut
tanah,yang bertujuan menguap, dan lama kelamaan
untuk menguapkan air terlihat endapan putih (garam),
laut agar supaya dan sekitar 45 menit 1 jam,
terbentuk garam. endapan putih semakin banyak
dan volume air semakin
berkurang, hingga akhirnya
terbentuk Kristal garam yang
halus.

F. PEMBAHASAN

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan garam dari air laut yang
dilakukan sendiri dirumah dengan alat dan bahan yang digunakan adalah peralatan rumah tangga, air
laut yang digunakan berasal dari air laut di pantai daulasi akehuda. Volume air laut yang digunakan
sebanyak 60 ml. proses pembuatan garam ini dilakukan dengan cara memanaskan air laut yang
bertujuan untuk menguapkan air agar supaya Kristal garam yang ingin didapatkan terbentuk.

Pada saat pemanasan dilakukan membutuhkan waktu yang lumayan lama , dan pada saat
proses pmanasan pada percobaan ini panci yang digunakan adalah panci penggorengan sehingga luas
permukaan panci cukup luas dan mempengaruhi proses pengendapan garam karna pada saat mulai
terlihat endapan putih , endapan putih itu melekat di permukaan panci dan sangat sulit untuk di korek
sehingga warna endapan putih tersebut warnanya menjadi kekuning-kuningan. Air laut pun cukup
lama sampai semuanya menguap dan hanya tersisa endapan putih yang merupakan Kristal halus
berwarna putih.

Setelah proses penguapan , Kristal halus tersebut dipindahkan kepiring kecil Kristal garam
yang diperoleh sangat sedikit hal ini disebabkan karna volume air laut yang hanya 60 ml, serta waktu
proses penguapan banyak endapan atau Kristal yang tersisa di panci yang tidak bisa diambil karna
sangat keras disebabkan karna dia mengendap dan hanya bisa hilang jika dilarutkan lagi dengan air.

Hasi Kristal halus putih yang didapatnya kemudian di panaskan di matahari karna terlihat
masih banyak air yang merupakan hidrat yang masih terkandung, setelah dipanaskan dimatahari
kemudian ditimbang dan diperoleh garam sebanyak 6, 64 gram, hasil yang di peroleh sangat sedikit
dan warnanya kekuning-kuningan dan terlihat banyak zat-zat pengotor yang diramalkan Mg2+, Al+ dls.

Dalam proses pembuatan garam ini dilakuakan dengan cara pemanasan dengan bantuan
kompor dan dilanjutkan dengan pemanasan dengan matahari langsung untuk menghilangkan Hidrat
yang masih terkandung, biasanya masyarakat yang memiliki profesi petani garam mebuat garam dari
air laut dengan cara menguapkan dengan matahari langsung jadi kemungkinan sedikitnya garam yang
diperoleh disebabkan karna penguapan yang dilakukan dengan cara memanaskan di panci dengan
kompor jadi masih banyak garam yang tersisa di panci yang mengendap.

G. KESIMPULAN
Pembuatan garam dari air laut sebanyak 60 ml yang dilakukan dengan cara proses penguapan
dengan menggunakan pemanasan dengan kompor dan dilanjutkan dengan pemanasan matahari
menghasilkan garam seberat 6,64 gram.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kalium Nitrat. http://id.wikipedia.org/wiki/kalium-nitrat diakses pada 4 Mei 2010.

Anonim. 2010. Natrium Klorida. http://id.wikipedia.org/wiki/natrium-klorida diakses pada 4 Mei 2010.

James, Brady. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Sugiyarto, Kristian. H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNJ.

Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I. Jakarta : PT Kalman
Media Pustaka.

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMURNIAN GARAM DAPUR SECARA KRISTALISASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Judul Percobaan : Pemurnian Garam Dapur Secara Kristalisasi

Tujuan Percobaan : Mempelajari pemurnian garam dapur secara kritalisasi melalui


penguapan dan pengendapan

Tinjauan Teoritis :

Garam Dapur ( NaCl)


Natrium Klorida atau garam dapur sudah menjadi bagian penting didalam makanan
manusia. Garam merupakan bahan baku dasar untuk berbafai macam ragam bahan kimia
seperti Natrium Posfat, Natrium Sulfat, dan juga merupakan bahan lain adalah turunan atau
derivatifnya. Boleh dikatakan bahwa seluruh klor yang dihasilkan didunia dibuat melalui
elektrolisis Natrium klorida . garam digunakan untuk regenerasi natrium yang digunakan
sebagai pelunak air dan banyak pula dipakai dalam pembuatan berbagai bahan kimia organik.
Garam hasil tambang berbeda beda dalam komposisinya, bergantung kepada lokasinya,
namun biasanya mengandung lebih dari 95%. Beberapa garam batu dapat mencapai
kemurnian 99,5%. Larutan yang didapat dari sumur biasanya mencapai kemurnian 38% dan
lebih banyak bergantung pada kemurnianair yang diinjeksikanke dalam sumur untuk
melarutkan garam dari lapisan bawah. Garam yang diperolehdari penguapan dan
penambangan biasanya cukup murni untuk digunakan berbagai penerapan., tetapi sebagian
besar dimurnikan untuk menyingkirkan bahan bahan seperti magnesium atau kalsium yang
ada dikandungnya.
Garam dapur mengandung komponen utama natrium klorida dengan berbagai pengotor yang
umum yaitu ion ion, Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42--, I--, dan Br--, yang kesemuanya
mudah larut dalam air. Untuk memperoleh NaCl dengan kemurnian tinggi dari garam dapur
maka dapat ditempuh metode rekristalisasi dengan pelarut air. Namun, untuk
melenyapkan/mengurangi kehadiran ion ion pengotor perlu ditambahkan ion ion tertentu
yang mampu mengikat ion ion pengotor menjadi senyawa senyawa yang kelarutannya
dalam air menjadi sangat rendah, sehingga dapat dipisahkan melalui penyaringan
sebelumnya.
Garam adalah suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri dari atom-atom yang membawa
ion positif maupun ion negatif . Misalnya garam meja (natrium klorida) terdiri dari ion positif
natrium dan ino negatif dari klorida. Natrium klorida membentuk kristal pada keadaan kering,
tetapi seperti garam lainnya dalam tubuh, mudah dilarutkan dalam air. Jika garam larut dalam
air, komponennya terpisah sebagai partikel yang disebut ion.
Partikel ion terlarut ini dikenal sebagai larutan elektrolit. Kadar (konsentrasi) setiap elektrolit
dalam larutan dari garam terlarut dapat diukur dan biasanya dihitung dalam satuan
miliekuivalen dalam setiap volume larutan (meq/l). ( www.medicastore.com )
Struktur kristal natrium klorida. Setiap atom mempunyai enam jiran terdekat, dengan
geometri oktahedron. Natrium klorid membentuk kristal dengan kiub simetri. Di dalamnya,
ion klorin, ditunjukkan di sebelah kiri sebagai sfera hijau, disusun dalam bentuk padatan
rapat kuib, sementara ion-ion yang lebih kecil adalah natrium, ditunjukkan di sebelah kiri
sebagai (sfera biru, memenuhi jurang oktahedron di antara mereka). Setiap ion dikelilingi
oleh enam ion yang berlainan jenis. Struktur asas ini boleh dijumpai dalam banyak mineral
lain, ianya dikenali sebagai struktur halit. Susunan ini dikenali sebagai padatan rapat kuib
(ccp).Ianya dipegang bersama oleh satu ikatan ion dan daya elektrostatik. (
http://ms.wikipedia.org/wiki/Nat/ Klorida )
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion
negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk
dari hasil reaksi asam basa. Natrium klorida , bahan utama garam dapur adalah suatu garam.
Larutan garam dalam air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam,
misalnya sitoplasma dalam darah. Reaksi kimia untuk menghasilkan garam antara lain :
1.Reaksi antara asam dan basa, misalnya HCl + NH3 NH4Cl
2.Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya
Mg + 2 HCl ----> MgCl2 + H2 ( http://id.wikipedia.org )

Pemurnian Garam
Senyawa NaCl banyak terdapat pada air laut 2,8%. Dilautan diperkirakan terdapat 100.000
ino Natrium Klorida. Air laut merupakan bahan baku pembuatan garam dapur. Didalam
garam dapur selain terdapat NaCl sebagai komponen utama juga terdapat pengotor lain
seperti ion Ca, Mg, Al, Fe, sulfat, ion Idan Br -. Ada dua cara untuk mendapatkan NaCl
murni dari garam dapur kasar yaitu metode kristalisasi melalui penguapan dan pengendapan.
Metode pengendapan didasarkan pada perbedaan daya larut antara zat yang akan dimurnikan
dengan kotoran dalam pelarut tertentu.Dalam pemurnian dengan cara penguapannya
umumnya dilakukan dengan rekristalisasi. Pemurnian ini didasarkan pada kelarutan ion- ion
dalam suatu garam dalam pelarut tertentu ataupun campuran pelarut dalam bentuknya yang
sederhana. Proses rekristalisasi terdiri dari:
Melarutkan zat tak murni dalam terlarut tertentu pada atau dekat tiik leleh.
Menyaring larutan panas dari partikel bahan tak larut
Mendinginkan larutan panas sehingga zat terlarut menjadi kristal
Memisahkan kristal kristal dari larutan.
Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang
sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu padatan yang umumyaitu
rekristalisasi (pembentukan kristal berulang ). Metode ini pada dasarnya mempertimbangkan
perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut
tertentu maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan yang lain yang hanya melarutkan zat
zat pengotor saja. Pemurnian demikian banyak dilakukan pada industri industri (kimia)
maupun laboratorium untuk meningkatkan kualitas zat yang bersangkutan.

Persyaratan suatu pelarut yang baik untuk dipakai dalam proses rekristalisasi, antara lain
yaitu:
1.Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat yang akan dimurnikan
dengan pengotornya.
2.Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan suatu fungsi temperatur, umumnya menurun
dengan menurunnya temperatur
3.Mudah dipisahkan dari kristalnya
4.Tidak meninggalkan zat pengotor di dalam kristal zat yang dimurnikan
5.Bersifat inert terhadap zat yang dimurnikan.

Dalam reaksi NaOH dengan HCl hanya ada satu garam yang mungkin dapat dibentuk, tetapi
bila suatu basa bereaksi dengan asam poliprotik. Mungkin terbentuknya dua garam atau lebih
yang bergantung pada jauhnya asam itudapat dinetralkan. Reaksi NaOH dengan HCl akan
menghasilkan garam NaCl berdasarkan dengan reaksi:
NaOH (aq) + HCl (aq ) -----> NaCl (aq) + H2O (l)

Umumnya garam garam yang terbentuk dikatakan tidak larut jika terbentuk endapan.
Konsentrasi ion ionnya sangat rendah tetapi jika produk reaksi itu mempunyai kelarutan
sedang konsentrasiion ionnya haruslah besar agar tercapaikelewat kejenuhan bagi garam
yang terbentuk. Jika suatu reaksi diamati dan kelarutan pereaksi itu cukup pekat, umumnya
garam garam yang larut adalah semua garam garam alkali, semua garam amonium, semua
garam garam halogen kecuali pada senyawanya dengan kation Ag+, Pb2+, dan Hg2+.
Garam garam yang tidak larut pada umumnya dengan beberapa kekecualian adalah semua
hidroksida kecuali pada senyawanya dengan alkali dan alkali tanah khususnya kation Ca2+,
Sr2+ dan Ba2+.

Alat dan Bahan yang diperlukan:

Alat yang digunakan adalah: Bahan yang digunakan adalah :


No Nama Alat Jumlah No Nama Bahan Jumlah
1 Beaker Gelas 500 ml 1 buah 1 Garam dapur 16 gr
2 Erlenmeyer 100 ml 2 buah 2 Garam murni 10,53 gr
3 Pengaduk 1 buah 3 Kristal CaO 0,2 gr
4 Pemanas 1 buah 4 Larutan Ba(OH)2 15 tetes
5 Corong kaca 1 buah 5 Larutan (NH4)CO3 5 tetes
6 Pipa bengkok 1 buah 6 Larutan HCl encer 4 tetes
7 Lakmus ` 1 buah
8 Larutan H2SO4 5 ml
9 Kertas saring 1 lembar
10 Aquades 50 ml

Prosedur Kerja :
No Prosedur Kerja Pengamatan

1 16 gram garam dapur + 50 ml air


Larutan putih keruh

Kemudian dipanaskan sampei sampel garam dapur melarut.

Kemudian larutan didinginkan dan disaring.

Kemudian larutan dibagi 2 ke dalam 2 erlenmeyer dengan jumlah yang sama


( Tabung A dan tabung B)

2 Kristalisasi dari larutan A secara Penguapan.

Berat beaker gelas : 179,47 gram

Larutan garam + 0,2 gr CaO


Larutan putih keruh

Kemudian ditambahkan larutan Ba(OH)2 Sampai hilang endapan

Kemudian ditambahkan larutan (NH4)2CO3 Larutan putih

Kemudian disaring, dihasilkan filtrat bening dan residu putih.

Kemudian ditambahkan beberapa tetes HCl encer untuk menetralkan.

Setelah diuapkan sampai kering, garam murni ditimbang.


Berat garam dan beaker gelas: 193, 79 gram

Maka berat garam murni:

193,79 gr 179, 47 gr = 14, 32 gram

Anda mungkin juga menyukai