Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM IILMU BAHAN

PEMBUATAN BIOPLASTIK
Ahmad Roisus Syifa (011200304)

Tanggal Praktikum : Desember 2014


Asisten

: Deni Swantomo S.S.T


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASONAL

Pembuatan Bioplastik
I.

Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan bioplastik
2. Menghitung tingkat kelenturan bioplastik

II.

Dasar Teori
Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan mudah

terdegradasi baik melalui serangan mikroorganisme maupun oleh cuaca (kelembaban


dan radiasi sinar matahari). Bioplastik terbuat dari sumber biomassa seperti minyak
nabati, amilum jagung, klobot jagung, amilum ercis, atau mikrobiota.

Plastik pada umumnya berasal dari minyak bumi. Plastik ini lebih mengandalkan
bahan bakar fosil yang langka dan menghasilkan efek gas rumah kaca. Beberapa,
bioplastik dirancang untuk mudah terurai. Bioplastik yang dirancang untuk terurai dapat
memecah baik dalam lingkungan anaerobik atau aerobik, tergantung pada bagaimana
mereka diproduksi. Ada berbagai bioplastik yang dibuat, mereka dapat terdiri dari pati,
selulosa, atau biopolimer lainnya. Beberapa aplikasi umum bioplastik adalah kemasan
bahan, peralatan makan, kemasan makanan, dan isolasi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bioplastik)
BIOPLASTIK, adalah benda yang berbentuk hampir menyerupai plastic konvensional.
Bioplastik ini memiliki manfaat dan kepraktisan sama seperti plastik namun lebih mudah
diuraikan oleh bakteri pengurai. Bioplastik ini dapat terurai lebih cepat dari plastik biasa.
Bioplastik ini hanya membutuhkan waktu penguraian 100 sampai 120 hari saja,
berbeda dengan plastik yang membutuhkan waktu beratus-ratus bahkan berjuta-juta
tahun. c

Ahmad Roisus Syifa

Page 2

Bioplastik ini termasuk benda yang ramah lingkungan karena bahan pembuatnya juga
dari bahan-bahan biotik, seperti jagung, singkong, ataupun mikrobiota. Berbeda dengan
plastik yang sering kita gunakan yang terbuat dari minyak bumi dan gas alam. Alasan
mengapa bioplastik ini lebih mudah diuraikan oleh bakteri karena bakteri-bakteri
pengurai itu telah mengenal benda-benda penyusun bioplastik ini.
Untuk membuat bioplastik tidaklah rumit hanya membutuhkan empat bahan pokok saja
dan proses pembuatannya juga mudah dan dapat dikatakan santai-santai saja. Jika
kalian ingin mencoba membuat bioplastik, inilah bahan dan cara pembuatannya yakni
tepung kanji, tepung singkong, atau tepung kentang yang dapat kita beli di pasar, air,
Gliserin, dan cuka. Pertama-tama untuk membuat adonan kita campurkan keempat
bahan aduk rata, setelah itu kita masak dalam api sedang, setelah mengental seperti
lem kanji, tuang adonan ke dalam cetakan sesuaikan dengan ketebalan yang
diinginkan, setelah itu kita jemur tunggu lima belas menit, dan jadi deh bioplastik yang
ramah lingkungan!
saat ini teknologi pemproses bioplastik lebih mahal 20% dibandingkan plastik
biasa atau plastik konvensional karena pembuatan bioplastik ini melalui tahap-tahapan
yang agak lebih rumit dan belum banyak industri mesin yang membuat mesin otomatis
pembuat bioplastik. Sedangkan plastik konvensional telah tercipta mesin otomatis
pembuatnya

Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu
jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui,
seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Ketersediaan bahan dasarnya di alam
Ahmad Roisus Syifa

Page 3

sangat melimpah dengan keragaman struktur tidak beracun. Bahan yang dapat
diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga sangat berpotensi untuk
dijadikan bahan pembuat bioplastik (Stevens, 2002).
Permintaan bioplastik yang meningkat menyebabkan bioplastik berkembang cepat
dalam

produk

termoplastik

global,

baik

yang

bersifatbiodegradable atau non-

biodegradable. Permintaan bioplastik global diperkirakan akan mencapai lebih dari satu
milyar pon pada 2012. Saat ini, segmen bioplastik biodegradable adalah segmen
terbesar dari kategori bioplastik, tetapi diperkirakan akan digeser oleh kelompok produk
bioplastiknon-biodegradable, yang

paling

tidak

100%

berasal

dari

biomassa.

Penggunaan utama bioplastik ditujukan untuk kemasan, pelayanan makanan sekali


pakai, dan serat aplikasi (Phil S. dan Stephen W., 2008).
Bioplastik dapat dibuat dengan berbagai teknik dan metode sesuai dengan tujuannya.
Menurut

Sri

Widia

(2010),

skala

industri

dalam

bentuk

PCL (poli--

kaprolakton), PHB (poli-- hidroksi butirat), PBS (poli butilena suksinat), dan PLA
(polilactic acid). Bahannya pun dapat berupa bahan yang dapat diperbarui seperi pati
dalam pembuatan PLA atau minyak bumi seperti pada pembuatan PCL (Pusporini,
2011). Cara lain yang lebih mudah adalah dengan membuat bioplastik dari nata.
Pembuatan bioplastik dengan cara ini membutuhkan bahan dasar seperti dari air cucian
beras (Budi Haryono, 2011), air kelapa (Lisbeth Tampubolon, 2009), air limbah tahu
dan sari buah (Ani S., Erliza H., dan Prayoga S., 2005).
2. Pati dalam Air Cucian Beras
Beras merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia. Konsumsi beras
tertinggi adalah beras putih. Beras jenis ini diolah menjadi nasi yang merupakan ikon
makanan di Indonesia. Beras yang mengalami pengolahan lebih lanjut, akan melalui
proses pencucian. Proses pencucian ini menghasilkan limbah berupa air cucian beras.
Air cucian beras ini mengandung karbohidrat jenis pati sebanyak 76% pada beras
pecah kulit. Karbohidrat sebagai perantara hormon auksin dan giberelin dalam
pertumbuhan tanaman. Selain karbohidrat, air cucian beras juga mengandung vitamin
B1, fosfor, dan nitrogen sehingga digunakan untuk menyiram tanaman. Kandungan
karbohidrat ini memenuhi syarat pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam
Ahmad Roisus Syifa

Page 4

pembuatan nata. Bakteri akan mensintesa selulosa dari karbohidrat yang terkandung
dalam air cucian beras (M. Nur Chamsyah dan Yoga Adesca, 2012).

9 Jenis karbohidrat dalam beras berupa pati. Pati dapat terbuang bersama air
ketika proses pencucian. Pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer molekul
glukosa yaitu amilosa (amylose) dan amilopektin
(amylopectin).
Amilosa memiliki struktur linier, dengan berat molekul sekitar 30.000-1juta,
namun yang umum memiliki berat molekul 200.000- 300.000. Perbedaannya dengan
selulosa ada pada ikatan glikosidanya, amilosa merupakan polimer linier dari -Dglukopiranosa, sedangkan selulosa dari-D-glukopiranosa (Fessenden dan Fessenden,
1986).
Amilopektin memiliki struktur bercabang melalui karbon 6 dan memiliki berat
molekul di atas 1 juta. Amilopektin terdiri dari 20-25 unit glukosa yang terikat pada
karbon 1 dan 4, sebagaimana dalam amilosa, tetapi denganrantai-rantai yang
tersambungkan satu sama lain melalui ikatan 1,6. Jumlah amilopektin sekitar tiga kali
lebih banyak dibandingkan amilosa di alam, meskipun terdapat juga proposi salah
satunya yang jauh lebih tinggi pada beberapa tumbuhan (Stevens, 2007). Struktur
amilosa dapat dilihat pada Gambar 1 dan amilopektin pada Gambar 2.

Ahmad Roisus Syifa

Page 5

3. Nata
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang diterjemahkan dalam bahasa Latin
sebagai nature. Nata berarti terapung-apung. Wujudnya berupa sel berwarna putih
hingga abu-abu muda dan teksturnya kenyal seperti kolang-kaling. Nata dapat dibuat
dari air kelapa, limbah cair tahu, atau sari buah (Ani S., Erliza H., dan Prayoga S.,
2005). Prinsipnya, bahan dasar pembuatan nata harus memiliki kadar karbohidrat yang
cukup untuk pertumbuhan bakteri.
Nata dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan fungsional untuk keperluan
diet, memperbaiki proses pencernaan karena sebagai sumber serat yang baik, dan
mengurangi kadar kolesterol. Tidak mengherankan kebutuhan akan nata tinggi.
Beberapa inovasi pengolahan nata ditekankan pada bahan dasarnya. Pemilihan bahan
dasar yang murah bahkan dari limbah mulai muncul. Penelitian Umi Chulifah (2010),
menggunakan limbah air cucian beras untuk membuat nata. Penelitian yang dilakukan
11 Heru Pratomo dan Eli Rohaeti (2010), menggunakan limbah rumah tangga untuk
membuat nata dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum.
Nata merupakan material selulosa yang terbentuk diduga berasal dari pelepasan
lendir Acetobacter xylinum yang merupakan hasil sekresi metabolisme gula yang
Ahmad Roisus Syifa

Page 6

ditambahkan pada pembuatan nata. Baik pati maupun sukrosa yang ditambahkan
dalam pembuatan nata, akan dihidrolisis menjadi glukosa dan diubah oleh bakteri
melalui proses biokimia menjadi selulosa.
Selulosa

yang

terbentuk

berupa benang-benang yang bersama-samadengan

polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus- menerus menjadi lapisan
nata. Pelikel (lapisan tipis nata) mulai dapat terlihat di permukaan media cair setelah 24
jam inkubasi, bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan di bawahnya.
Sebagian bakteri terbawa dalam jaringan halus dan transparan yang terbentuk di
permukaan. Menurut Endang S. (1993), gas CO2 yang dihasilkan secara
lambat oleh Acetobacter xylinum menyebabkan pengapungan ke permukaan (Eddy S.
dan Das S., 2008).
Nata merupakan selulosa bakteri yang memiliki manfaat lain selain untuk
konsumsi. Selulosa bakteri yang disintesis oleh Acetobacter xylinummenunjukkan
kinerja baik untuk menutup luka. Selulosa bakteri mempunyai kerangka jaringan yang
cukup baik dan hidrofilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pembuluh
darah buatan yang sesuai untuk pembedahan mikro (N. Hoenich, 2006). Menurut
12 Krystinowich (2001), selulosa yang dihasilkan dari bakteri Acetobacter
xylinum yang terbentuk memiliki keunggulan yaitu, kemurnian tinggi,
derajat kristalinitas tinggi, mempunyai kerapatan antara 300-900 kg/m3, kekuatan tarik
tinggi, elastis dan dapat terdegradasi (Lisberth Tampubolon, 2008).
Selulosa bakteri merupakan polimer alam yang sifatnya menyerupai hidrogel yang
diperoleh dari polimer sintetik. Selulosa bakteri menunujukkan kadar air yang tinggi (9899%), daya serap cairan yang baik, bersifatnon-allergenik, dan dapat disterilisasi tanpa
mempengaruhi karakteristik bahan. Selulosa memiliki karakteristik yang mirip dengan
kulit manusia, sehingga baik untuk pengobatan luka bakar serius (D. Ciechanska,
2004).
4. Tahap Pembentukan Selulosa Bakteri

Ahmad Roisus Syifa

Page 7

Pembentukan selulosa bacteri oleh Acetobacter xylinum tidak lepas dari peran
gula sebagai sumber nutrisi bagi bakteri. Gula pasir merupakan sukrosa yang
bersumber dari tebu. Sukrosa dapat mengalami hidrolisis dan terpecah menjadi
fruktosa dan glukosa. Hasil dari hidrolisis ini merupakan gula invert (Anna P., 1994).
Adanya enzim sukrase akan mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Reaksi
hidrolisis sukrosa dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Reaksi hidrolisis sukrosa dengan bantuan enzim sukrase (Budi Haryono,
2011)
Setelah proses hidrolisis berlangsung, glukosa akan diubah menjadiglukosa-6fosfat dengan adanya ATP (adenosine triphosphat). ATP yang kehilangan satu
Ahmad Roisus Syifa

Page 8

fosfatnya akan berubah menjadi ADP (adenosine diphosphat). Reaksi ini melibatkan
enzim heksokinase, seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Alur pembentukan selulosa (Stanislaw B. et al., 2002) Heksokinase yang
berasal dari ragi dapat menjadi katalis pada
glukosa, fruktosa, manosa, dan glukosamina. Enzim heksokinase dapat dihambat
sendiri oleh produk yang dihasilkan. Enzim heksokinase untuk fosforilasi glukosa
disebut

glukokinase

(GK)

(Stanislaw

B.

et

al.,

2002).Glukosa-6-fosfat akan

menghambat pembentukan enzim. Ketika jumlah glukosaglukosa-6-fosfat menurun,


enzim heksokinase akan aktif kembali (Ana P., 1994).
14 Fruktosa hasil hidrolisis akan mengalami fosforilasi sama seperti glukosa. Enzim
heksokinase untuk fosforilasi fruktosa disebut fruktokinase (FK) (Stanislaw B. et al.,
2002). Enzim ini mengubah fruktosa menjadifruktosa-6-fosfat dengan bantuan ATP.
ATP juga akan
berubah menjadi ADP.
Fruktosa-6-fosfat dapat

mengalami

isomerasi

dengan glukosa-6- fosfat

dengan

melibatkan enzim fosfoglukosisomerase. Reaksi ini bersifat bolak-balik.Glukosa-6fosfat yang terbentuk baik dari hasil isomerasi maupun hasil fosforilasi akan berubah
menjadi glukosa-1-fosfat dengan

melibatkan

enzim

fosfoglukomutase. Glukosa-1-

fosfat bereaksi dengan enzim UGP (pyrophosphorylase uridine diphosphoglucose)


menjadi UDPG (uridine diphosphoglucose). UDPG membentuk rantai menjadi selulosa
dengan melibatkan enzim CS (cellulose synthase).
5. Kitosan
Kitosan adalah turunan kitin yang pertama kali ditemukan pada tahun 1894 oleh Hoppe
Seyler. Proses deasetilasi dilakukan dengan merefluks kitin dalam kalium hidroksida
(Lisbeth Tampubolon, 2008). Kitin dapat diperoleh dari limbah pengolahan hasil laut.
Kandungan kitin pada limbah udang mencapai42-57%, pada limbah kepiting mencapai
50- 60%, cumi-cumi 40% dan kerang14-35%. Karena bahan baku udang lebih mudah

Ahmad Roisus Syifa

Page 9

diperoleh, maka sintesis kitin dan kitosan lebih banyak memanfaatkan limbah udang
(Yurnaliza, 2002).

15 Kitosan memiliki struktur poli -(1,4)-2-amino-2-deoksi-D-glukosa,sedangkan kitin


memiliki struktur -(1,4)-2-asetamida-2-deoksi-D- glukosa. Perbedaan kitin dan kitosan
terletak pada perbandingan gugus amina (-NH2)dengan gugus asetil (CH3CO-) yang
disebut derajat
deasetilasi. Modifikasi kimiawi menyebabkan turunan kitin, seperti kitosan, memiliki sifat
yang lebih baik. Struktur kitosan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Kitosan (Hanfa Z., Quanzhou L., Dongmei Z., 2001)
Kitosan merupakan polimer kationik yang bersifat nontoksik, dapat mengalami
biodegradasi dan bersifat biokompatibel. Sifat ini yang menyebabkan kitosan
diaplikasikan sebagai bahan penutup luka dan material hemostatik dalam bentuk gel
atau spon. Muatan positif kitosan membuatnya bersifat antibakteri. Uji aktivitas
antibakteri menggunakan kitosan yang diperoleh secara enzimatis. Uji pada bakteri
Ahmad Roisus Syifa

Page 10

patogen dengan menggunakan metode difusi agar menunjukkan hasil yang positif
dengan indeks penghambatan berturut-turut adalah sebagai berikut: 2,47; 3,23; 3,26;
2,23; 2,3; dan 2,07 unit per milligram kitosan per jam
Salmonella typhimurium, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, dan
Bacillus cereus (Meidina dkk., 2004).
Penelitian tentang kitosan dikembangkan menjadi bahan aditif dalam pembuatan
material selulosa. Kitosan ditambahkan untuk membuat material selulosa yang dapat
digunakan sebagai pembalut luka dan bersifat antibakteri. Campuran keduanya juga
diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik dan kimia dari material yang dihasilkan.
Jaehwan Kim et al.
(2010) melakukan penelitian tentang material selulosa dengan
merendamnya dalam campuran asam asetat dengan kitosan 1%. Perubahan fisik dan
kimia terlihat pada material selulosa sebelum dan sesudah perendaman.
6. Karakterisasi Bioplastik
a.Sifat Mekanik
Sifat mekanik dari bahan polimer dapat diketahui dengan
mengaplikasikan gaya pada sampel tersebut. Pengaplikasian gaya dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan mengaplikasikan gaya searah atau gaya bolakbalik pada sampel. Gaya searah biasa diaplikasikan pada sampel untuk mengetahui
kekuatan

tekan.

Untuk

melakukan

pengujian

ini,

sampel

dibuat

menjadi

bentuk dumbbell berdasarkan ketebalannya (Ike Nur P., 2011). Bentuk dumbbell dapat
dilihat pada Gambar 6. Sifat mekanik tersebut meliputi kuat putus (strength at break)
dan perpanjangan saat putus.
1) Kuat Putus (strength at break)

Ahmad Roisus Syifa

Page 11

17 Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan suatu bahan terhadap


pembebanan pada titik lentur dan juga untuk mengetahui keelastisan suatu bahan
(Haygreen, 1996).
2)Perpanjangan Saat Putus (elongation at break)

Perpanjangan didefinisikan sebagai persentase perubahan panjang film pada saat film
ditarik sampai putus. Kekuatan regang putus merupakan tarikan maksimum yang dapat
dicapai sampai film dapat tetap bertahan sebelum film putus atau robek. Pengukuran
kekuatan regang putus berguna untuk mengetahui besarnya gaya yang dicapai untuk
mencapai tarikan maksimum pada setiap satuan luas film untuk
merenggang atau memanjang.
Perbandingan antara kuat putus dan perpanjangan saat putus dikenal dengan modulus
elastisitas. Modulus elasitas bahan disebut modulus Young. Moduluds Young memiliki
satuan sama seperti kuat putus karena unuit regangan merupakan bilangan tanpa
dimensi (Ricky Kristyanto dkk, 2011).

Ahmad Roisus Syifa

Page 12

III.

Alat dan Bahan


A. Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Cetakan dari bahan kaca
2. Beban (bandul) terkalibrasi
3. Beker gelas
4. Kompor listrik
5. Steerer
6. Batang pengaduk
B. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
1. PVA (Poly Vinil Alkohol)
2. Gliserol
3. Starch (tepung dan kentang)

IV.

Cara Kerja
1. Adonan dibuat dengan variasi komposisi
2. Adonan dibuat diatas pemanas
3. Kemudian di cetak dalam wadah kaca
4. Didiamkan beberapa hari
5. Cetakan di buat seperti cetakan standar ASTM
6. Kemudian dilakukan uji kelenturan terhadap adonan yang telah di cetak

V.

Data Pengamatan

Ahmad Roisus Syifa

Page 13

Sampel 1
Komposisi

:
1. Tepung

: 5 gram

2. PVA

: 5 gram

3. Gliserol

: 5 mL

4. Air

: 25 mL

1. Tepung

: 5,0309 gram

2. PVA

: 10,0669 gram

3. Gliserol

: 16 mL

4. Air

: 40 mL

1. Tepung

: 10 gram

2. PVA

: 5 gram

3. Gliserol

: 12,3 mL

4. Air

: 25 mL

1. Tepung

: 15,0254 gram

2. PVA

: 15,0203 gram

3. Gliserol

: 49 mL

4. Air

: 30 mL

Sampel 2
Komposisi

Sampel 3
Komposisi

Sampel 4
Komposisi

Sampel kentang
Komposisi
Ahmad Roisus Syifa

:
Page 14

1. Tepung

: 5,0300 gram

2. PVA

: 5,0275 gram

3. Gliserol

: 4,9 mL

4. Air

: 30 mL

Analisis sampel

No

Panjang mula-mula

Pertambahan

Beban

Keterangan
g = 9,8 m/s2

Panjang
1

15 cm

1,6 cm

5 kg

15 cm

0,4 cm

2,5 kg

15 cm

15 cm

15 cm

0,3 cm

3,5 kg

VI.

Perhitungan
A. Menghitung luas penampang

A0
Ahmad Roisus Syifa

Page 15

1/4

)
(

)
)

B. Pengukuran stress

Dimana:
F = massa bandul x gravitasi (9,8 m/s2)
A = luas total
Sampel 1

Ahmad Roisus Syifa

Page 16

Dengan cara yang sama maka didapat kan hasil sebagai berikut

NO

Sampel

Stress

Keterangan

Sampel 1

3,29 Pa

Masi kuat

Sampel 2

1,64 Pa

Masi kuat

Sampel 3

Putus

Sampel 4

Putus

Sampel 5

2,3 Pa

Masi kuat

C. Pengukuran strain
Sampel 1

Dengan cara yang sama maka akan didapatkan hasil sebagai berikut:
NO

Sampel

Strain

Keterangan

Sampel 1

0,04

Masi kuat

Sampel 2

0,026

Masi kuat

Sampel 3

Putus

Sampel 4

Putus

Sampel 5

0,02

Masi kuat

Ahmad Roisus Syifa

Page 17

D. Menghitung modulus young

(
(

)
)

Sampel 1

Dengan cara yang sama maka akan didapatkan hasil sebagai berikut:
NO

Sampel

Stress

Strain

Modulus young

Sampel 1

3,29 Pa

0,04

82,25

Sampel 2

1,64 Pa

0,026

63,076

Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5

2,3 Pa

0,02

115

Modulus Young
3.5
3

Strees

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

Strain

Dengan :
Ahmad Roisus Syifa

Page 18

X = strain
Y = Stress

VII.

Pembahasan

Praktikum kali ini berjudul pembuatan bioplastik dengan variasi starch dan komposisi.
Bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan bioplastik dan menghitung tingkat
kelenturan plastik . Bioplastik merupakan bentuk plastik yang berasal dari sumbersumber biomassa yang dapat diperbarui,misalnya lemak dan minyak nabati, pati
jagung, pati kacang, atau mikrobiota, plastik umum, seperti bahan bakar fosil plastik,
yang berasal dari minyak bumi
Papa percobaan kali ini kami melakukan percobaan terhadap 4 sampel dari
bahan starch tepung beras dan 1 sampel dari bahan starch kentang. Sampel 1
dilakukan dengan perbandungan tepung : PVA : Gliserol adalah 1 : 1 : 1 kemudian
sampel 2 hingga sampel 4 berturut turut adalah 1 : 2 : 3, 2 :1 :2, 1 : 1 : 3. Serta
kompoosisi starch kentang adalah 1: 1 : 1.
Secara teknis perbaikan dapat dilakukan dalam hal pemilihan Bahan yang sesuai
dengan ukuran cetakan, memperhatikan struktur lapisan yang pas untuk penuangan
lapisan berikutnya serta jumlah penabahan yang sebaiknya dikurangi di setiap
lapisannya agar memiliki komposisi yang sesuai selain itu Hasil dari beberapa
percobaan yang telah dilakukan dalam pembuatan bioplastik ternyata mengalami
beberapa kendala dikarenakan polimer plastik (PLA) tidak terbentuk secara sempurna
sehingga hasilnya tidak elastis dan tidak kuat kaena kami tidak mengetahui komposisi
yang sesuai pada praktium kali ini kami menggunting mengggunakan ATSM tapi tidak
mengetahui apakah itu benar karena kami mengguntingnya secara manual Namun
ukuran strobilus masih cukup tebal dan kami harus membuat lapisan keempat untuk
menutupi seluruh bagian dan hasilnya bioplastik menjadi terlalu tebal.
Ahmad Roisus Syifa

Page 19

. pada praktikum kali ini hasil plastic yang di dapat tidak terlalu kuat dikarenakan
sesuai di table yaitu

Modulus Young
3.5
3

Strees

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

Strain

Dimana kekuatanya dan regangan sangat rendah untuk sample 1, 2, 5 sementara


sample 3 dan 4 tidak ad langsung patah etika di tarikdngan menggunakan beban yang
terkuat adalh komposisi ketika awal pembuatan sample 1 dengan komposisi tepung :
PVA : Gliserol adalah 1 : 1 : 1 beban 3,29 Pa harusnya untuk bahan bioplastik
kekuatanya berkisar untuk skala industry 50-70 Pa
Bioplastik yang dihasilkandapat dimanffaatkan, selain itu nilai ekonomi dari
bioplastik yang cukup tinggi juga dapat dijadikan sumber dana tambahan dan menjadi
alternatif usaha yang hasilnya apabila sudah memenuhi standartnya
Ahmad Roisus Syifa

Page 20

VIII.

Kesimpulan
1. melakukan perencanaan yang baik dapat mencegah terjadinya kesalahan, selain
itu keseriusan, ketelatenan dan kesabaran juga diperlukan saat pembuatan
bioplastik.
2. Modulus elastisitas dari bahan bioplastik berdasarkan komposisi dari yang
terkecil adalah:
Sampel 2, sampel 1 dan kemudian sampel kentang.

IX.

Daftar Pustaka
1. Swantomo, Deny.Petunjuk Praktikum Ilmu Bahan-Bioplastik. STTN-BATAN
Yogyakarta
2. http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besi-baja-iron-steel/pengujian-sifatmekanik-bahan-logam/pengertian-perhitungan-modulus-elastisitas-modulusyoung/
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Bioplastik
4. http://muktafakhri.blogspot.com/2014/01/bab-i-pendahuluan-a_21.html
5. https://zaifbio.wordpress.com/category/contoh-pkm/

Ahmad Roisus Syifa

Page 21

Yogyakarta, 20 Desember 2014


Asisten

Deny Swantomo

X.

Praktikan,

Ahmad Roisus Syifa

Lampiran

Ahmad Roisus Syifa


Sampel 1

Page 22
Sampel 2

Sampel kentang

Ahmad Roisus Syifa

Page 23

Anda mungkin juga menyukai