PEMBUATAN BIOPLASTIK
Ahmad Roisus Syifa (011200304)
Pembuatan Bioplastik
I.
Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan bioplastik
2. Menghitung tingkat kelenturan bioplastik
II.
Dasar Teori
Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara alamiah dapat dengan mudah
Plastik pada umumnya berasal dari minyak bumi. Plastik ini lebih mengandalkan
bahan bakar fosil yang langka dan menghasilkan efek gas rumah kaca. Beberapa,
bioplastik dirancang untuk mudah terurai. Bioplastik yang dirancang untuk terurai dapat
memecah baik dalam lingkungan anaerobik atau aerobik, tergantung pada bagaimana
mereka diproduksi. Ada berbagai bioplastik yang dibuat, mereka dapat terdiri dari pati,
selulosa, atau biopolimer lainnya. Beberapa aplikasi umum bioplastik adalah kemasan
bahan, peralatan makan, kemasan makanan, dan isolasi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bioplastik)
BIOPLASTIK, adalah benda yang berbentuk hampir menyerupai plastic konvensional.
Bioplastik ini memiliki manfaat dan kepraktisan sama seperti plastik namun lebih mudah
diuraikan oleh bakteri pengurai. Bioplastik ini dapat terurai lebih cepat dari plastik biasa.
Bioplastik ini hanya membutuhkan waktu penguraian 100 sampai 120 hari saja,
berbeda dengan plastik yang membutuhkan waktu beratus-ratus bahkan berjuta-juta
tahun. c
Page 2
Bioplastik ini termasuk benda yang ramah lingkungan karena bahan pembuatnya juga
dari bahan-bahan biotik, seperti jagung, singkong, ataupun mikrobiota. Berbeda dengan
plastik yang sering kita gunakan yang terbuat dari minyak bumi dan gas alam. Alasan
mengapa bioplastik ini lebih mudah diuraikan oleh bakteri karena bakteri-bakteri
pengurai itu telah mengenal benda-benda penyusun bioplastik ini.
Untuk membuat bioplastik tidaklah rumit hanya membutuhkan empat bahan pokok saja
dan proses pembuatannya juga mudah dan dapat dikatakan santai-santai saja. Jika
kalian ingin mencoba membuat bioplastik, inilah bahan dan cara pembuatannya yakni
tepung kanji, tepung singkong, atau tepung kentang yang dapat kita beli di pasar, air,
Gliserin, dan cuka. Pertama-tama untuk membuat adonan kita campurkan keempat
bahan aduk rata, setelah itu kita masak dalam api sedang, setelah mengental seperti
lem kanji, tuang adonan ke dalam cetakan sesuaikan dengan ketebalan yang
diinginkan, setelah itu kita jemur tunggu lima belas menit, dan jadi deh bioplastik yang
ramah lingkungan!
saat ini teknologi pemproses bioplastik lebih mahal 20% dibandingkan plastik
biasa atau plastik konvensional karena pembuatan bioplastik ini melalui tahap-tahapan
yang agak lebih rumit dan belum banyak industri mesin yang membuat mesin otomatis
pembuat bioplastik. Sedangkan plastik konvensional telah tercipta mesin otomatis
pembuatnya
Bioplastik atau yang sering disebut plastik biodegradable, merupakan salah satu
jenis plastik yang hampir keseluruhannya terbuat dari bahan yang dapat diperbarui,
seperti pati, minyak nabati, dan mikrobiota. Ketersediaan bahan dasarnya di alam
Ahmad Roisus Syifa
Page 3
sangat melimpah dengan keragaman struktur tidak beracun. Bahan yang dapat
diperbarui ini memiliki biodegradabilitas yang tinggi sehingga sangat berpotensi untuk
dijadikan bahan pembuat bioplastik (Stevens, 2002).
Permintaan bioplastik yang meningkat menyebabkan bioplastik berkembang cepat
dalam
produk
termoplastik
global,
baik
yang
biodegradable. Permintaan bioplastik global diperkirakan akan mencapai lebih dari satu
milyar pon pada 2012. Saat ini, segmen bioplastik biodegradable adalah segmen
terbesar dari kategori bioplastik, tetapi diperkirakan akan digeser oleh kelompok produk
bioplastiknon-biodegradable, yang
paling
tidak
100%
berasal
dari
biomassa.
Sri
Widia
(2010),
skala
industri
dalam
bentuk
PCL (poli--
kaprolakton), PHB (poli-- hidroksi butirat), PBS (poli butilena suksinat), dan PLA
(polilactic acid). Bahannya pun dapat berupa bahan yang dapat diperbarui seperi pati
dalam pembuatan PLA atau minyak bumi seperti pada pembuatan PCL (Pusporini,
2011). Cara lain yang lebih mudah adalah dengan membuat bioplastik dari nata.
Pembuatan bioplastik dengan cara ini membutuhkan bahan dasar seperti dari air cucian
beras (Budi Haryono, 2011), air kelapa (Lisbeth Tampubolon, 2009), air limbah tahu
dan sari buah (Ani S., Erliza H., dan Prayoga S., 2005).
2. Pati dalam Air Cucian Beras
Beras merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia. Konsumsi beras
tertinggi adalah beras putih. Beras jenis ini diolah menjadi nasi yang merupakan ikon
makanan di Indonesia. Beras yang mengalami pengolahan lebih lanjut, akan melalui
proses pencucian. Proses pencucian ini menghasilkan limbah berupa air cucian beras.
Air cucian beras ini mengandung karbohidrat jenis pati sebanyak 76% pada beras
pecah kulit. Karbohidrat sebagai perantara hormon auksin dan giberelin dalam
pertumbuhan tanaman. Selain karbohidrat, air cucian beras juga mengandung vitamin
B1, fosfor, dan nitrogen sehingga digunakan untuk menyiram tanaman. Kandungan
karbohidrat ini memenuhi syarat pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam
Ahmad Roisus Syifa
Page 4
pembuatan nata. Bakteri akan mensintesa selulosa dari karbohidrat yang terkandung
dalam air cucian beras (M. Nur Chamsyah dan Yoga Adesca, 2012).
9 Jenis karbohidrat dalam beras berupa pati. Pati dapat terbuang bersama air
ketika proses pencucian. Pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer molekul
glukosa yaitu amilosa (amylose) dan amilopektin
(amylopectin).
Amilosa memiliki struktur linier, dengan berat molekul sekitar 30.000-1juta,
namun yang umum memiliki berat molekul 200.000- 300.000. Perbedaannya dengan
selulosa ada pada ikatan glikosidanya, amilosa merupakan polimer linier dari -Dglukopiranosa, sedangkan selulosa dari-D-glukopiranosa (Fessenden dan Fessenden,
1986).
Amilopektin memiliki struktur bercabang melalui karbon 6 dan memiliki berat
molekul di atas 1 juta. Amilopektin terdiri dari 20-25 unit glukosa yang terikat pada
karbon 1 dan 4, sebagaimana dalam amilosa, tetapi denganrantai-rantai yang
tersambungkan satu sama lain melalui ikatan 1,6. Jumlah amilopektin sekitar tiga kali
lebih banyak dibandingkan amilosa di alam, meskipun terdapat juga proposi salah
satunya yang jauh lebih tinggi pada beberapa tumbuhan (Stevens, 2007). Struktur
amilosa dapat dilihat pada Gambar 1 dan amilopektin pada Gambar 2.
Page 5
3. Nata
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang diterjemahkan dalam bahasa Latin
sebagai nature. Nata berarti terapung-apung. Wujudnya berupa sel berwarna putih
hingga abu-abu muda dan teksturnya kenyal seperti kolang-kaling. Nata dapat dibuat
dari air kelapa, limbah cair tahu, atau sari buah (Ani S., Erliza H., dan Prayoga S.,
2005). Prinsipnya, bahan dasar pembuatan nata harus memiliki kadar karbohidrat yang
cukup untuk pertumbuhan bakteri.
Nata dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan fungsional untuk keperluan
diet, memperbaiki proses pencernaan karena sebagai sumber serat yang baik, dan
mengurangi kadar kolesterol. Tidak mengherankan kebutuhan akan nata tinggi.
Beberapa inovasi pengolahan nata ditekankan pada bahan dasarnya. Pemilihan bahan
dasar yang murah bahkan dari limbah mulai muncul. Penelitian Umi Chulifah (2010),
menggunakan limbah air cucian beras untuk membuat nata. Penelitian yang dilakukan
11 Heru Pratomo dan Eli Rohaeti (2010), menggunakan limbah rumah tangga untuk
membuat nata dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum.
Nata merupakan material selulosa yang terbentuk diduga berasal dari pelepasan
lendir Acetobacter xylinum yang merupakan hasil sekresi metabolisme gula yang
Ahmad Roisus Syifa
Page 6
ditambahkan pada pembuatan nata. Baik pati maupun sukrosa yang ditambahkan
dalam pembuatan nata, akan dihidrolisis menjadi glukosa dan diubah oleh bakteri
melalui proses biokimia menjadi selulosa.
Selulosa
yang
terbentuk
polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus- menerus menjadi lapisan
nata. Pelikel (lapisan tipis nata) mulai dapat terlihat di permukaan media cair setelah 24
jam inkubasi, bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan di bawahnya.
Sebagian bakteri terbawa dalam jaringan halus dan transparan yang terbentuk di
permukaan. Menurut Endang S. (1993), gas CO2 yang dihasilkan secara
lambat oleh Acetobacter xylinum menyebabkan pengapungan ke permukaan (Eddy S.
dan Das S., 2008).
Nata merupakan selulosa bakteri yang memiliki manfaat lain selain untuk
konsumsi. Selulosa bakteri yang disintesis oleh Acetobacter xylinummenunjukkan
kinerja baik untuk menutup luka. Selulosa bakteri mempunyai kerangka jaringan yang
cukup baik dan hidrofilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pembuluh
darah buatan yang sesuai untuk pembedahan mikro (N. Hoenich, 2006). Menurut
12 Krystinowich (2001), selulosa yang dihasilkan dari bakteri Acetobacter
xylinum yang terbentuk memiliki keunggulan yaitu, kemurnian tinggi,
derajat kristalinitas tinggi, mempunyai kerapatan antara 300-900 kg/m3, kekuatan tarik
tinggi, elastis dan dapat terdegradasi (Lisberth Tampubolon, 2008).
Selulosa bakteri merupakan polimer alam yang sifatnya menyerupai hidrogel yang
diperoleh dari polimer sintetik. Selulosa bakteri menunujukkan kadar air yang tinggi (9899%), daya serap cairan yang baik, bersifatnon-allergenik, dan dapat disterilisasi tanpa
mempengaruhi karakteristik bahan. Selulosa memiliki karakteristik yang mirip dengan
kulit manusia, sehingga baik untuk pengobatan luka bakar serius (D. Ciechanska,
2004).
4. Tahap Pembentukan Selulosa Bakteri
Page 7
Pembentukan selulosa bacteri oleh Acetobacter xylinum tidak lepas dari peran
gula sebagai sumber nutrisi bagi bakteri. Gula pasir merupakan sukrosa yang
bersumber dari tebu. Sukrosa dapat mengalami hidrolisis dan terpecah menjadi
fruktosa dan glukosa. Hasil dari hidrolisis ini merupakan gula invert (Anna P., 1994).
Adanya enzim sukrase akan mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Reaksi
hidrolisis sukrosa dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Reaksi hidrolisis sukrosa dengan bantuan enzim sukrase (Budi Haryono,
2011)
Setelah proses hidrolisis berlangsung, glukosa akan diubah menjadiglukosa-6fosfat dengan adanya ATP (adenosine triphosphat). ATP yang kehilangan satu
Ahmad Roisus Syifa
Page 8
fosfatnya akan berubah menjadi ADP (adenosine diphosphat). Reaksi ini melibatkan
enzim heksokinase, seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Alur pembentukan selulosa (Stanislaw B. et al., 2002) Heksokinase yang
berasal dari ragi dapat menjadi katalis pada
glukosa, fruktosa, manosa, dan glukosamina. Enzim heksokinase dapat dihambat
sendiri oleh produk yang dihasilkan. Enzim heksokinase untuk fosforilasi glukosa
disebut
glukokinase
(GK)
(Stanislaw
B.
et
al.,
2002).Glukosa-6-fosfat akan
mengalami
isomerasi
dengan
melibatkan enzim fosfoglukosisomerase. Reaksi ini bersifat bolak-balik.Glukosa-6fosfat yang terbentuk baik dari hasil isomerasi maupun hasil fosforilasi akan berubah
menjadi glukosa-1-fosfat dengan
melibatkan
enzim
fosfoglukomutase. Glukosa-1-
Page 9
diperoleh, maka sintesis kitin dan kitosan lebih banyak memanfaatkan limbah udang
(Yurnaliza, 2002).
Gambar 5. Struktur Kitosan (Hanfa Z., Quanzhou L., Dongmei Z., 2001)
Kitosan merupakan polimer kationik yang bersifat nontoksik, dapat mengalami
biodegradasi dan bersifat biokompatibel. Sifat ini yang menyebabkan kitosan
diaplikasikan sebagai bahan penutup luka dan material hemostatik dalam bentuk gel
atau spon. Muatan positif kitosan membuatnya bersifat antibakteri. Uji aktivitas
antibakteri menggunakan kitosan yang diperoleh secara enzimatis. Uji pada bakteri
Ahmad Roisus Syifa
Page 10
patogen dengan menggunakan metode difusi agar menunjukkan hasil yang positif
dengan indeks penghambatan berturut-turut adalah sebagai berikut: 2,47; 3,23; 3,26;
2,23; 2,3; dan 2,07 unit per milligram kitosan per jam
Salmonella typhimurium, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, dan
Bacillus cereus (Meidina dkk., 2004).
Penelitian tentang kitosan dikembangkan menjadi bahan aditif dalam pembuatan
material selulosa. Kitosan ditambahkan untuk membuat material selulosa yang dapat
digunakan sebagai pembalut luka dan bersifat antibakteri. Campuran keduanya juga
diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik dan kimia dari material yang dihasilkan.
Jaehwan Kim et al.
(2010) melakukan penelitian tentang material selulosa dengan
merendamnya dalam campuran asam asetat dengan kitosan 1%. Perubahan fisik dan
kimia terlihat pada material selulosa sebelum dan sesudah perendaman.
6. Karakterisasi Bioplastik
a.Sifat Mekanik
Sifat mekanik dari bahan polimer dapat diketahui dengan
mengaplikasikan gaya pada sampel tersebut. Pengaplikasian gaya dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu dengan mengaplikasikan gaya searah atau gaya bolakbalik pada sampel. Gaya searah biasa diaplikasikan pada sampel untuk mengetahui
kekuatan
tekan.
Untuk
melakukan
pengujian
ini,
sampel
dibuat
menjadi
bentuk dumbbell berdasarkan ketebalannya (Ike Nur P., 2011). Bentuk dumbbell dapat
dilihat pada Gambar 6. Sifat mekanik tersebut meliputi kuat putus (strength at break)
dan perpanjangan saat putus.
1) Kuat Putus (strength at break)
Page 11
Perpanjangan didefinisikan sebagai persentase perubahan panjang film pada saat film
ditarik sampai putus. Kekuatan regang putus merupakan tarikan maksimum yang dapat
dicapai sampai film dapat tetap bertahan sebelum film putus atau robek. Pengukuran
kekuatan regang putus berguna untuk mengetahui besarnya gaya yang dicapai untuk
mencapai tarikan maksimum pada setiap satuan luas film untuk
merenggang atau memanjang.
Perbandingan antara kuat putus dan perpanjangan saat putus dikenal dengan modulus
elastisitas. Modulus elasitas bahan disebut modulus Young. Moduluds Young memiliki
satuan sama seperti kuat putus karena unuit regangan merupakan bilangan tanpa
dimensi (Ricky Kristyanto dkk, 2011).
Page 12
III.
IV.
Cara Kerja
1. Adonan dibuat dengan variasi komposisi
2. Adonan dibuat diatas pemanas
3. Kemudian di cetak dalam wadah kaca
4. Didiamkan beberapa hari
5. Cetakan di buat seperti cetakan standar ASTM
6. Kemudian dilakukan uji kelenturan terhadap adonan yang telah di cetak
V.
Data Pengamatan
Page 13
Sampel 1
Komposisi
:
1. Tepung
: 5 gram
2. PVA
: 5 gram
3. Gliserol
: 5 mL
4. Air
: 25 mL
1. Tepung
: 5,0309 gram
2. PVA
: 10,0669 gram
3. Gliserol
: 16 mL
4. Air
: 40 mL
1. Tepung
: 10 gram
2. PVA
: 5 gram
3. Gliserol
: 12,3 mL
4. Air
: 25 mL
1. Tepung
: 15,0254 gram
2. PVA
: 15,0203 gram
3. Gliserol
: 49 mL
4. Air
: 30 mL
Sampel 2
Komposisi
Sampel 3
Komposisi
Sampel 4
Komposisi
Sampel kentang
Komposisi
Ahmad Roisus Syifa
:
Page 14
1. Tepung
: 5,0300 gram
2. PVA
: 5,0275 gram
3. Gliserol
: 4,9 mL
4. Air
: 30 mL
Analisis sampel
No
Panjang mula-mula
Pertambahan
Beban
Keterangan
g = 9,8 m/s2
Panjang
1
15 cm
1,6 cm
5 kg
15 cm
0,4 cm
2,5 kg
15 cm
15 cm
15 cm
0,3 cm
3,5 kg
VI.
Perhitungan
A. Menghitung luas penampang
A0
Ahmad Roisus Syifa
Page 15
1/4
)
(
)
)
B. Pengukuran stress
Dimana:
F = massa bandul x gravitasi (9,8 m/s2)
A = luas total
Sampel 1
Page 16
Dengan cara yang sama maka didapat kan hasil sebagai berikut
NO
Sampel
Stress
Keterangan
Sampel 1
3,29 Pa
Masi kuat
Sampel 2
1,64 Pa
Masi kuat
Sampel 3
Putus
Sampel 4
Putus
Sampel 5
2,3 Pa
Masi kuat
C. Pengukuran strain
Sampel 1
Dengan cara yang sama maka akan didapatkan hasil sebagai berikut:
NO
Sampel
Strain
Keterangan
Sampel 1
0,04
Masi kuat
Sampel 2
0,026
Masi kuat
Sampel 3
Putus
Sampel 4
Putus
Sampel 5
0,02
Masi kuat
Page 17
(
(
)
)
Sampel 1
Dengan cara yang sama maka akan didapatkan hasil sebagai berikut:
NO
Sampel
Stress
Strain
Modulus young
Sampel 1
3,29 Pa
0,04
82,25
Sampel 2
1,64 Pa
0,026
63,076
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
2,3 Pa
0,02
115
Modulus Young
3.5
3
Strees
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
Strain
Dengan :
Ahmad Roisus Syifa
Page 18
X = strain
Y = Stress
VII.
Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul pembuatan bioplastik dengan variasi starch dan komposisi.
Bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan bioplastik dan menghitung tingkat
kelenturan plastik . Bioplastik merupakan bentuk plastik yang berasal dari sumbersumber biomassa yang dapat diperbarui,misalnya lemak dan minyak nabati, pati
jagung, pati kacang, atau mikrobiota, plastik umum, seperti bahan bakar fosil plastik,
yang berasal dari minyak bumi
Papa percobaan kali ini kami melakukan percobaan terhadap 4 sampel dari
bahan starch tepung beras dan 1 sampel dari bahan starch kentang. Sampel 1
dilakukan dengan perbandungan tepung : PVA : Gliserol adalah 1 : 1 : 1 kemudian
sampel 2 hingga sampel 4 berturut turut adalah 1 : 2 : 3, 2 :1 :2, 1 : 1 : 3. Serta
kompoosisi starch kentang adalah 1: 1 : 1.
Secara teknis perbaikan dapat dilakukan dalam hal pemilihan Bahan yang sesuai
dengan ukuran cetakan, memperhatikan struktur lapisan yang pas untuk penuangan
lapisan berikutnya serta jumlah penabahan yang sebaiknya dikurangi di setiap
lapisannya agar memiliki komposisi yang sesuai selain itu Hasil dari beberapa
percobaan yang telah dilakukan dalam pembuatan bioplastik ternyata mengalami
beberapa kendala dikarenakan polimer plastik (PLA) tidak terbentuk secara sempurna
sehingga hasilnya tidak elastis dan tidak kuat kaena kami tidak mengetahui komposisi
yang sesuai pada praktium kali ini kami menggunting mengggunakan ATSM tapi tidak
mengetahui apakah itu benar karena kami mengguntingnya secara manual Namun
ukuran strobilus masih cukup tebal dan kami harus membuat lapisan keempat untuk
menutupi seluruh bagian dan hasilnya bioplastik menjadi terlalu tebal.
Ahmad Roisus Syifa
Page 19
. pada praktikum kali ini hasil plastic yang di dapat tidak terlalu kuat dikarenakan
sesuai di table yaitu
Modulus Young
3.5
3
Strees
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
Strain
Page 20
VIII.
Kesimpulan
1. melakukan perencanaan yang baik dapat mencegah terjadinya kesalahan, selain
itu keseriusan, ketelatenan dan kesabaran juga diperlukan saat pembuatan
bioplastik.
2. Modulus elastisitas dari bahan bioplastik berdasarkan komposisi dari yang
terkecil adalah:
Sampel 2, sampel 1 dan kemudian sampel kentang.
IX.
Daftar Pustaka
1. Swantomo, Deny.Petunjuk Praktikum Ilmu Bahan-Bioplastik. STTN-BATAN
Yogyakarta
2. http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besi-baja-iron-steel/pengujian-sifatmekanik-bahan-logam/pengertian-perhitungan-modulus-elastisitas-modulusyoung/
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Bioplastik
4. http://muktafakhri.blogspot.com/2014/01/bab-i-pendahuluan-a_21.html
5. https://zaifbio.wordpress.com/category/contoh-pkm/
Page 21
Deny Swantomo
X.
Praktikan,
Lampiran
Page 22
Sampel 2
Sampel kentang
Page 23