Abstrak
Pengemasan merupakan suatu teknologi untuk menjamin terpenuhinya perlindungan dan keamanan hasil
pascapanen hortikultura selama pengiriman dari produsen ke konsumen. Pengemasan dapat melindungi hasil
hortikultura dari kerusakan serta berperan secara tidak langsung dalam menurunkan laju respirasi dan
transpirasi. Memudahkan penanganan, dan meningkatkan pelayanan. Pengemasan dengan menggunakan
kertas adalah salah satu cara pengemasan untuk mempertahankan daya simpan dari kubis. Perlakuan dan
jenis pengemasan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kemasan : kontrol, kemasan kertas
perkamen, kemasan kertas kraft, kemasan kertas koran, dan kemasan kertas laminasi. Peubah yang diamati
adalah Kadar Air (KA) akhir, Daya Susut Bobot dan Organoleptik tentang tekstur, aroma, kelayuan,
kesukaan dan warna. Untuk test organoleptik melibatkan 20 orang responden. Sedangkan hasil test
organoleptik kami bisa tampilkan pada laporan akhir ini. Test organoleptik meliputi : penilaian terhadap
tekstur; penilaian terhadap kelayuan; penilaian terhadap kesukaan; penilaian terhadap aroma; dan penilaian
terhadap warna. Untuk organoleptik ini tidak ada pengujian khusus, hanya menginventarisir dan merata-
ratakan pendapat dari 20 (dua puluh responden). Untuk menguji terhadap tekstur, rerata responden memilih
kemasan kertas kraft dengan rerata nilai (2,41), sedangkan untuk menguji terhadap kelayuan, rerata responen
memilih kemasan kertas perkamen dengan rerata nilai (3,17). Selanjutnya untuk menguji terhadap aroma,
rerata responden memilih kemasan kertas perkamen dengan rerata nilai (3,31). Sementara itu untuk menguji
terhadap kesukaan, rerata responen memilih kertas perkamen yang sama nilai reratanya tanpa kemasan
dengan nilai (2,67). Akhirnya untuk menguji terhadap warna, rerata responen memilih kemasan kertas
perkamen dengan rerata nilai (3,57).
Abstract
Packaging is a technology to ensure the protection and security of horticultural postharvest results during
shipment from producer to consumer. Packaging can protect horticultural outcomes from damage and play
an indirect role in decreasing respiration and transpiration rates. Facilitate handling, and improve service.
Paper packaging is one way of packaging to maintain the savings of cabbage. The treatment and type of
packaging used in this research are packaging type: control, parchment paper packaging, kraft paper
packaging, newspaper packaging, and laminated paper packaging. The observed variables are the water
content (KA) final, weights loss and Organoleptic on texture, flavour, withered, favoritism and color. For
organoleptic test involving 20 respondents. While the results of our organoleptic tests can show in this final
report. Organoleptic tests include: assessment of texture; assessment of timber; assessment of likes; scent
assessment; and an assessment of color. For this organoleptic there is no special test, only inventory and
average opinion of 20 (twenty respondents). To test the texture, the respondent's average chooses kraft paper
packaging with the mean value (2,41), whereas to test against withered, the respondent's average selects
parchment paper packaging with mean value (3.17). Furthermore, to test against the scent, the average of
respondents chose parchment paper packaging with the mean value (3.31). Meanwhile, to test for favorites,
respondent's average selects the same parchment paper without packaging with value (2.67). Finally, to test
for color, the respondent's average selects parchment paper packaging with mean values (3.57).
222
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi
223
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi
Mengamati kadar air dan susut bobot sebelum pengamatan dan setelah disimpan selama 8 hari.
Melakukan uji organoleptik tekstur, kelayuan, aroma, perubahan warna dan tingkat penerimaan.
Pengamatan penunjang adalah pe- ngamatan Untuk pengukuran suhu maximum dan
yang datanya tidak dianalisis secara statistik dan minimum, kami gunakan termometer yang ada
digunakan sebagai data pe nunjang pada pengamatan fasilitas untuk mengu kur suhu minimum dan suhu
utama. maksimum. Adapun hasil pengamatan suhu
minimum dan maksimum tertera pada Tabel 1.
1. Pengukuran suhu : Pengamatan ini dila kukan berikut ini.
dengan memeriksa suhu tempat penyimpanan
kubis selama 8 hari.
Data hasil pengamatan suhu selama penelitian,
kami catat adalah suhu maximum dan suhu
Tabel 1. Data mengenai suhu ruangan tempat penelitian dilaksanakan dengan Judul : “Penga ruh
berbagai macam kemasan kertas terhadap daya simpan kubis” di Laboratorium Proteksi
Fakultas Pertanian Unsil
Suhu
Hari ke- Tanggal
Minimum (oC) Maksimu (oC)
1 05 - 06 - 2017 25 32
2 06 - 06 - 2017 25 32
3 07 - 06 - 2017 25 31
4 08 - 06 - 2017 25 31
5 09 - 06 - 2017 24 29
224
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi
6 10 - 06 - 2017 24 30
7 11 - 06 - 2017 24 27
8 12 - 06 - 2017 24 26
Sumber : Data primair yang dicatat selama penelitian di laboratorium (Juni 2017)
Tabel 2. Data mengenai Kelembaban ruangan tempat penelitian dilaksanakan dengan Judul :
“Penga ruh berbagai macam kemasan kertas terhadap daya daya simpan kubis” di
Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Unsil
Kelembaban (RH)
Hari ke- Tanggal
Minimum (%) Maksimum (%)
1 05 - 06 - 2017 80 88
2 06 - 06 - 2017 81 88
3 07 - 06 - 2017 85 89
4 08 - 06 - 2017 75 89
5 09 - 06 - 2017 80 90
6 10 - 06 - 2017 83 90
7 11 - 06 - 2017 92 95
8 12 - 06 - 2017 87 93
Sumber : Data primair yang dicatat selama penelitian di laboratorium (Juni 2017)
Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Kemasan Kerta terhadap Susut Bobot Kubis (g)
Perlakuan (kemasan) Ulangan Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 150 140 150 160 180 156 a
Perkamen 100 100 100 100 50 90 c
Kraft 90 120 140 40 40 86 c
Koran 100 150 90 100 50 98 b
Laminasi 30 40 40 50 15 35 d
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut
Uji Djarak Berganda Duncant taraf alpha = 5%
226
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi
Peubah Tanpa kemasan Kertas Perkamen Kertas Kraft Kertas Koran Kertas Laminasi
Tekstur 2,18 2,33 2,41 2,38 2,75
Kelayuan 3,10 3,17 3,13 2,91 2,85
Aroma 2,84 3,31 2,99 2,4 2,15
Warna 3,57 3,57 3,42 3,37 3,16
Kesukaan 2,67 2,67 2,57 2,42 2,03
Keterangan: Angka rerata yang dicetak hurup tebal adalah nilai rerata tertinggi dari 20 responden,
rentang penilaian dari 1 sampai 5.
229
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
Lia Umi Khasanah, Windi Atmaka, Dewi Kurniasari, K. Kawiji, Danar Praseptiangga, Rohula Utami
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur
(0 %, 2 %, 4 %, dan 6 % b/b) terhadap karakteristik kemasan kertas aktif (analisis sensoris, kadar air, ketebalan,
ketahanan tarik, ketahanan lipat, dan aktifitas antimikroba), mengetahui gugus fungsi kemasan kertas aktif kontrol
dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih, mengetahui pengaruh waktu penyimpanan (0, 5, 10,
15, dan 20 hari) terhadap karakteristik kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh
dapur terpilih (uji ketahanan lipat dan ketahanan tarik), dan mengetahui aktivitas antimikroba kemasan kertas aktif
kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih sebelum dan setelah penyimpanan selama 20 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi oleoresin berpengaruh nyata terhadap warna, overall (penerimaan
keseluruhan), ketahanan tarik, ketahanan lipat, dan aktivitas antimikroba tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap aroma,
tekstur, kadar air, dan ketebalan kemasan kertas aktif. Penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur meningkatkan
kadar air, ketebalan, dan aktivitas antimikroba serta menurunkan ketahanan tarik, ketahanan lipat, dan penerimaan
panelis. Kemasan kertas aktif mengandung gugus fungsi selulosa, kitosan, dan tween 80 serta pada kemasan kertas
aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % terdapat gugus fungsi oleoresin sereh dapur. Waktu penyimpanan tidak
berpengaruh secara nyata terhadap ketahanan tarik dan ketahanan lipat kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi
terpilih. Kemasan kertas aktif kontrol dengan kemasan kertas aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % berbeda
nyata di setiap 5 hari penyimpanan. Namun, penyimpanan selama 20 hari tidak berpengaruh secara nyata terhadap
aktivitas antimikroba kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi terpilih.
ABSTRACT
The aims of this research were to determine the effect of lemongrass distillation dregs oleoresin concentration (0
%, 2 %, 4 %, and 6 % b/b) on the active paper packaging characteristics (sensory, water content, thickness, tensile
strength, fold endurance and antimicrobial activity), to determine the functional groups of the control and selected
active paper packaging, to determine the effect of days of storage (0, 5, 10, 15, and 20 day) on the control and selected
active paper packaging characteristics (tensile strength, and fold endurance), and to determine antimicrobial activity
of the control and selected active paper packaging during 20 days storage. The result showed that the concentration
of lemongrass distillation dregs oleoresin significantly affected the color, overall, tensile strength, fold endurance,
and antimicrobial activity while did not significantly affected the flavor, texture, water content, and thickness of the
59
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
active paper packaging. The addition of lemongrass distillation dregs oleoresin increased the water content, thickness,
microbial activity, while decreased the panelists preference, tensile strength and fold endurance of the active paper
packaging. The spectrum of functional groups of the active paper packaging showed the presence of chitosan, cellulose,
tween 80, and lemongrass oleoresin. The storage days had no significant effect on tensile strength and fold endurance
of the control and selected active paper packaging. The control and selected active paper packaging were significantly
different at each 5 days storage. However the 20 day of storage showed no significant effect on the antimicrobial
activity of the control and selected active paper packaging.
60
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
digunakan adalah hot plate, labu leher tiga, termometer, rotary Rancangan Penelitian
vacuum evaporator IKA RV-10 Basic, blender “Cosmos”, alat Penelitian ini terdiri dari empat tahapan. Tahapan
pencetak kertas ukuran 20 x 30 cm, MIT Folding Endurance pertama untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleoresin
Tester, Tensile Tester – Kao Tieh (Model KT-7010-A2), IR ampas destilasi sereh dapur (0 %, 2 %, 4 %, dan 6 % b/b)
spectrometer Nicolet Magna 4R/ Avatar-360, alat gelas, dan terhadap karakteristik kemasan kertas aktif (analisis sensoris,
alat analisis. kadar air, ketebalan, ketahanan tarik, dan ketahanan lipat,
Tahapan Penelitian dan aktifitas antimikroba) (Table 1). Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
Ampas destilasi sereh dapur berasal dari limbah satu faktor. Data dianalisis menggunakan ANOVA dengan
destilasi uap sereh dapur. Ampas destilasi sereh dapur taraf signifikansi 5 %. Jika berpengaruh nyata dilanjutkan
dikeringanginkan selama 24 jam dan diekstraksi maserasi dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf
dengan pelarut etanol 96 % pada perbandingan bahan dengan siginifikansi yang sama. Tahapan kedua untuk mengetahui
pelarut adalah 1:5 (b/v) (Danlami dkk., 2011). Ekstraksi gugus fungsi kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi
dilakukan pada suhu 78 °C selama 5 jam 14 menit (Khasanah oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih. Tahapan ketiga
dkk., 2013). Penyaringan dilakukan untuk memisahkan untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan (0, 5, 10,
ampas dengan ekstrak. Pemisahan antara oleoresin dengan 15, dan 20 hari) terhadap karakteristik kemasan kertas aktif
pelarut dilakukan menggunakan rotary evaporator 90 rpm kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur
suhu 60 °C. terpilih (uji ketahanan lipat dan ketahanan tarik). Rancangan
Pembuatan kertas aktif mengacu pada metode yang percobaan tahapan ini menggunakan RAL. Data dianalisis
dikembangkan oleh Manuhara (2013) dan Hadi (2008). menggunakan ANOVA dengan taraf signifikansi 5 %. Jika
Potongan kertas saring (2 mm x 2 mm) sebanyak 15 g berpengaruh nyata dilanjutkan dengan (DMRT) dengan
direndam dalam 250 mL aquades selama 24 jam. Rendaman taraf siginifikansi yang sama. Sedangkan untuk mengetahui
potongan kertas ditambah dengan 250 mL aquades dan perbedaan karakteristik kemasan kertas aktif kontrol dan
dihancurkan dengan blender selama 5 menit hingga menjadi konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih
pulp. Pati tapioca 30 % (b/b) dilarutkan ke dalam 50 mL selama penyimpanan data dianalisis menggunakan t-test
aquades dan dicampur dengan pulp menggunakan blender dengan taraf signifikansi 5 %. Tahapan keempat untuk
selama 5 menit. mengetahui aktivitas antimikroba kemasan kertas aktif
Bubuk kitosan sebanyak 0,45 g ditambahkan ke dalam kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur
gelas beker berisi 100 mL asam asetat 1 % dan diaduk hingga terpilih sebelum dan setelah penyimpanan selama 20 hari.
terbentuk larutan kitosan dalam asam asetat. Larutan kitosan Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan t-test dengan
tersebut dicampur dengan blender selama 5 menit. Dalam taraf signifikansi 5 %.
tiga gelas beker lain yang telah terisi 50 mL aquades, masing-
masing ditambahkan oleoresin ampas destilasi sereh dapur
dengan konsentrasi 2 %, 4 %, dan 6 % (b/b) terhadap kertas HASIL DAN PEMBAHASAN
saring, ditambahkan tween 80 dan dilakukan pengadukan
Analisis Sensoris Kemasan Kertas Aktif
menggunakan magnetic stirrer pada suhu ruang hingga
terbentuk emulsi oleoresin ampas destilasi sereh dapur dalam Penambahan oleoresin berpengaruh tidak nyata
aquades. Sedangkan konsentrasi 0 % (tanpa penambahan terhadap penerimaan panelis pada parameter aroma dan
oleoresin) tidak ditambahkan tween 80. Emulsi oleoresin tekstur tetapi berpengaruh nyata pada parameter warna dan
dalam aquades diblender selama 5 menit. overall (penerimaan keseluruhan). Pada parameter warna,
Pencetakan dilakukan secara manual di atas alat konsentrasi 2 % (b/b) memiliki warna yang lebih disukai
pencetak kayu 20 cm x 30 cm. Adonan kertas dituang ke dibandingkan konsentrasi 4 % dan 6 %. Semakin tinggi
permukaan saringan dalam alat pencetak hingga rata dan konsentrasi oleoresin yang ditambahkan maka warna kertas
terbentuk lembaran kertas basah. Lembaran kertas basah di semakin tidak disukai oleh panelis. Hal ini dikarenakan
atas permukaan saringan ditekan di antara permukaan kaca semakin tinggi konsentrasi oleoresin yang ditambahkan maka
dengan beban 2 kg selama 10 menit. Lembaran kertas basah warna kertas semakin hijau sesuai dengan warna oleoresin,
dikeringkan pada suhu 30 oC selama 48 jam dengan diselingi sedangkan panelis lebih menyukai kertas yang berwarna
pembalikan kertas setelah 24 jam pengeringan. putih. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sucipto dkk.
(2009) tentang kertas dari pelepah pisang yang menunjukkan
bahwa panelis lebih menyukai warna kertas yang cerah.
61
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
Tabel 1. Hasil uji sensoris kemasan kertas aktif dengan penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur
Parameter
Kertas aktif
Warna Aroma Tekstur Penerimaan keseluruhan
Kontrol 4,17c ± 0,75 3,40a ± 0,62 3,43a ± 0,90 3,83c ± 0,83
Oleoresin 2 % 3,50b ± 0,82 3,43a ± 0,50 3,07a ± 0,64 3,43b ± 0,57
Oleoresin 4 % 3,00a ± 0,74 3,30a ± 0,54 3,07a ± 0,98 3,17ab ± 0,70
Oleoresin 6 % 2,87a ± 0,90 3,20a ± 0,76 3,07a ± 0,83 2,93a ± 0,87
Keterangan:
Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5 %
Nilai 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 = suka, 5 = sangat suka
Tabel 2. Karakteristik fisik kemasan kertas aktif dengan penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur
Parameter
Kertas aktif
Kadar air (%) Ketebalan (mm) Ketahanan tarik (N/mm) Ketahanan lipat
Kontrol 8,845a ± 0,569 8,540 ± 0,226
a
1,689b ± 0,023 1,010b ± 0,042
Oleoresin 2 % 8,996a ± 0,720 8,725a ± 0,092 0,723a ± 0,070 0,540a ± 0,000
Oleoresin 4 % 8,375a ± 0,228 8,864a ± 0,529 0,624a ± 0,103 0,544a ± 0,062
Oleoresin 6 % 9,125a ± 0,791 9,125 ± 0,120
a
0,571a ± 0,095 0,571a ± 0,044
Keterangan:
Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf signifikansi 5 %
62
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
(Maizura dkk., 2007). Menurut SNI 7273:2008 tentang Kertas oleh kitosan yaitu kitosan mempunyai gugus fungsional
Koran, ketahanan tarik minimal kertas adalah 1,18 kN/m. amina (-NH2) yang bermuatan positif yang sangat reaktif,
Penambahan oleoresin berpengaruh nyata terhadap sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri yang
ketahanan lipat kertas (Tabel 2). Pengaruh tersebut disebabkan bermuatan negatif. Ikatan ini terjadi pada situs elektronegatif
oleh adanya tween 80 yang ditambahkan ke dalam kemasan di permukaan dinding sel bakteri. Oleh karena itu, kertas
kertas aktif dengan penambahan oleoresin 2 %, 4 %, dan 6 %. aktif kontrol memiliki aktivitas penghambatan terhadap
Menurut Prasetyo dan Vincentius (2005), penambahan tween Pseudomonas fluorescens karena adanya kitosan. Menurut
80 berfungsi sebagai pembuat busa. Busa yang dihasilkan Nurainy (2008), kitosan dapat berikatan dengan lipid
tersebut menyebabkan permukaan kertas berpori yang yang ada pada permukaan dinding sel bakteri. Pengikatan
menyebabkan kertas mudah putus saat dilipat, sedangkan tersebut mengakibatkan lipid pada dinding sel bakteri rusak
antara kemasan kertas aktif penambahan oleoresin 2 %, 4 %, sehingga pertahanan sel bakteri juga rusak. Hal ini lah yang
dan 6 % berbeda tidak nyata karena jumlah tween 80 yang menyebabkan kertas aktif kontrol menghasilkan zona bening.
ditambahkan sama yaitu sebanyak tiga tetes. Berdasarkan Aktivitas antimikroba terhadap Aspergillus niger (103
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesi Nomor sel/mL) menunjukkan beda tidak nyata di semua perlakuan
30 tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Kertas untuk (Tabel 3). Menurut Elifah (2010), diameter zona hambat tidak
Arsip/Dokumen Permanen, ketahanan lipat kertas arsip selalu naik sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri,
dengan menggunakan metode MIT adalah minimal 2,18 atau kemungkinan ini terjadi karena perbedaan kecepatan difusi
setara dengan 150 jumlah lipatan. senyawa antibakteri pada media agar. Fitriani dkk. (2013)
menyebutkan bahwa kecepatan difusi ekstrak ke dalam
Uji Antimikroba media agar dipengaruhi oleh kekentalan ekstrak. Ekstrak
Hasil pengujian aktivitas antimikroba terhadap yang terlalu kental menyebabkan sukar berdifusi ke dalam
Psedomonas flourescens (Tabel 3) menunjukkan bahwa medium agar dan masuk ke dalam dinding sel jamur sehingga
penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur ke dalam mempengaruhi ukuran zona hambat yang terbentuk.
kemasan kertas aktif berpengaruh nyata terhadap aktivitas Menurut Matasyoh dkk. (2011), minyak atsiri sereh
antimikroba kertas aktif. Semakin tinggi konsentrasi oleoresin dapur memiliki kemampuan sebagai antijamur dengan
yang ditambahkan maka penghambatan terhadap bakteri adanya senyawa aktif neral dan geranial. Neral dan geranial
Pseudomonas fluorescens semakin meningkat. Peningkatan merupakan isomer aldehida monoterpena asiklik dari sitral.
aktivitas antimikroba dikarenakan dalam kertas aktif terdapat Aktivitas antimikroba minyak sereh dapur sebanyak 11,8 µg
senyawa aktif dari oleoresin sereh dapur yaitu sitral. Menurut x 102 dan 5,9 µg x 102 memberikan penghambatan terhadap
Utami dkk. (2013), ketika oleoresin ditambahkan ke dalam Aspegillus niger dengan zona bening sebesar berturut-turut
kemasan kertas aktif, senyawa aktif yang terkandung yaitu 10,67 ± 0,58 mm dan 10,33 ± 0,58 mm (Matasyoh dkk.,
dalam oleoresin tersebut akan terdifusi ke media agar dan 2011).
menghasilkan zona bening pada media pertumbuhan mikroba. Pada kertas aktif penambahan oleoresin 0 % memiliki
Menurut Rahman dkk. (2013) minyak atsiri sereh dapur zona bening karena dalam kertas tersebut terdapat kitosan
lebih efektif dalam menghambat bakteri gram positif yaitu yang juga dapat berfungsi sebagai antikapang. Sifat kitosan
Staphylococcus aureus dibandingkan dengan bakteri gram sebagai antikapang disebabkan oleh interaksi gugus aktif
negatif yaitu Escherichia coli. Hal ini dikarenakan bakteri dari kitosan (-NH2+) dengan lipid di plasma membran yang
gram positif lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri menyebabkan perubahan morfologi dan gangguan permukaan
karena struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sel kapang (Chasanah, 2013).
sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri masuk Berdasarkan uji antimikroba, kemasan kertas aktif
ke dalam sel gram positif. Sedangkan bakteri gram negatif penambahan oleoresin konsentrasi 0 %, 2 %, 4 %, dan 6 %
memiliki dinding sel yang lebih kompleks. memiliki daya hambat sedang terhadap bakteri Pseudomonas
Selain adanya senyawa aktif dari oleoresin, zona fluorescens dan memiliki daya hambat kuat terhadap jamur
hambat kertas aktif juga disebabkan oleh adanya kitosan yang Aspergillus niger. Davis dan Stout (1971) menyatakan bahwa
juga berperan sebagai agen antimikroba. Bakteri gram negatif ketentuan kekuatan antibakteri sebagai berikut: daerah zona
dengan lipopolisakarida di lapisan luarnya memiliki kutup bening 20 mm atau lebih termasuk sangat kuat, daerah zona
negatif yang sangat sensitif terhadap kitosan (Killay, 2013). bening 10-20 mm termasuk kategori kuat, daerah zona bening
Menurut Pebriani dkk. (2012), kitosan memiliki polikation 5-10 mm termasuk kategori sedang, dan daerah zona bening
bermuatan positif yang mampu menekan pertumbuhan bakteri kurang dari sama dengan 5 mm termasuk kategori lemah.
dan kapang. Adapun mekanisme penghambatan mikroba
63
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
Tabel 3. Hasil pengujian aktivitas antimikroba Tabel 4. Gugus fungsi kemasan kertas aktif
64
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
Tabel 5. Nilai ketahanan tarik dan ketahanan lipat kemasan kertas aktif selama penyimpanan
65
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
66
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
Program. Izmir Institute of Technology. Manurung, R. (2013). Pembuatan selulosa asetat dari
Amaliya, R.R. dan Putri, W.D.R. (2014). Karakteristik α-selulosa tandan kosong kelapa sawit. Jurnal Teknik
edible film dari pati jagung dengan penambahan filtrat Kimia. 2(3): 33-39.
kunyit putih sebagai antibakteri. Jurnal Pangan dan Hadi, M. (2008). Pembuatan kertas anti rayap ramah
Agroindustri. 2(3): 43-53. lingkungan dengan memanfaatkan ekstrak daun
Caulfield, D.F. dan Gunderson (1988). Paper Testing and kirinyuh. BIOMA 6(2): 12-18.
Strength Characteristics. Technical Association for the Kamsiati, E. (2006). Pembuatan bubuk sari buah tomat
Pulp and Paper Industry Press. Washington DC. (Licopersicon esculentum Mill.) dengan metode “foam-
Chasanah, E., Fawzya, Y.N., Ariani, F. dan Maruli (2013). mat drying”. Jurnal Teknologi Pertanian 7(2): 113-119.
Bioaktivitas kitooligosakarida yang diproduksi dari Kawiji, Khasanah, L.U. dan Pramani, C.A. (2010). Pengaruh
kitosan menggunakan kitosanase microminospora perlakuan awal bahan baku dan waktu destilasi serai
T5a1 sebagai antikapang. Jurnal Pascapanen dan dapur (Cymbopogon citratus) terhadap karakteristik
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 8(1): 65-72. fisikokimia minyak serai dapur (Lemongrass oil).
Danlami, U., Rebecca, A., Machan, D.B. dan Asuquo, T.S. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 1(1): 59-71.
(2011). Comparative study on the antimicrobial activities Khasanah, L.U., Kawiji, Utami, R., Anandito, B.A. dan
of the ethanolic extract of Lemongrass and Polyalthia Achmad, F. (2013). Karakterisasi oleoresin ampas
longifolia. Journal of Applied Pharmaceutical Science destilasi minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix
01(09): 174-176. DC), hal. 404-408. Prosiding Seminar Nasional
Dobrucka, R. dan Cierpiszewski, R. (2014). Active and Agribisnis.
intelligent packaging food-research and development-a
Killay, A. (2013), Kitosan sebagai anti bakteri pada bahan
review. Polish Journal Food Nutrition Sciences 64(1):
pangan yang aman dan tidak berbahaya (review), hal.
7-15.
200-205. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura.
Elifah, E. (2010). Uji Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak
Kurniasih, M. dan Kartika, D. (2011). Sintesis dan
Metanol Daun Senggani (Melastoma candidum, D.Don)
karakterisasi fisika-kimia kitosan. Jurnal Inovasi 5 (1):
terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis Serta
42-48.
Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Kusumayadi, Hendra, I.W., Sukewijaya, I.M., Sumiartha, I.K.
Sebelas Maret (UNS), Surakarta. dan Antara, N.S. (2013). Pengaruh ketinggian tempat.
Ella, M.U., Sumiartha, K., Suniti, N.W., Sudiarta, I.P. dan mulsa dan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan
Antara, N.S. (2013). Uji efektivitas konsentrasi minyak rendemen minyak sereh dapur (Cymbopogon citratus).
atsiri sereh dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) E-Jurnal Agroteknologi Tropika 2(1): 49-55.
terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus Sp. secara in Manuhara, G.J. (2013). Pengaruh Suhu dan Lama Waktu
vitro. E-Jurnal Agroteknologi Tropika 2(1): 39-48. Penyimpanan terhadap Aktivitas Antimikroba, Sifat
Fan, M.D.D. dan Huang, B. (2012). Fourier Transform- Kimia dan Fisik Kertas Aktif yang Mengandung
Material Analysis. Intech China. Sinamaldehid. Tesis. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Fauzi, I. (2006). Evaluasi Permeansi Uap Air pada Kemasan
Fleksibel dan Metode Penentuan Umur Simpan Wafer Matasyoh, J.C., Wagara, I.N., Nakavuma, J.L. dan Kiburai,
Stick di PT Arnott’s Indonesia, Bekasi. Skripsi. Fakultas A.M. (2011). Chemical composition of cymbopogon
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. citratus oil and its effect on mycotoxigenic Aspergillus
niger. African Journal of Food Science 5(3): 138-142.
Fitriah, H., Mahatmanti, F.W. dan Wahyuni, S. (2012).
Pengaruh konsentrasi pada pembuatan membran kitosan Nurainy, F., Rizal, S. dan Yudiantoro (2008). Pengaruh
terhadap selektivitas ion Zn (II) dan Fe (II). Indonesian konsentrasi kitosan terhadap aktifitas antibakteri dengan
Journal of Chemical Science 1(2): 104-109. metode difusi agar (sumur). Jurnal Teknologi Industri
dan Hasil Pertanian 13(2): 117-125.
Fitriani, E., Alwi, M. dan Umrah. (2013). Studi efektivitas
ekstrak daun sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) Pebriani, R.H., Rilda, Y. dan Zulhadjri (2012), Modifikasi
sebagai anti fungi Candida albicans. Biocelebes komposisi kitosan pada proses sintesis komposit TiO2-
7(2):15-20. Kitosan. Jurnal Kimia 1(1): 40-47.
Gaol, M.R.L.L., Sitorus, R., Yanthi, S., Surya, I. dan Prasetyo, S. dan Vincentius (2005). Pengaruh penambahan
67
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017
tween 80, dekstrin, dan minyak kelapa pada pembuatan Tapia-Blácido, D., Sobral, P.J. dan Menegalli. (2005).
kopi instan menggunakan metode pengering biasa. Effects of drying temperature and relative humidity
Jurnal Teknik Kimia Indonesia 4(3): 296-303. on the mechanical properties of amaranth flour films
Rahman, H., Husain, D.R., dan Abdullah, A. (2013). plasticized with glycerol. Brazilian Journal of Chemical
Bioaktifitas Minyak Atsiri Sereh Cymbopogon citratus Engineering 22(02): 249-256.
DC. terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Tongnuanchan, P., Benjakul, S. dan Prodpran, T. (2014).
dan Staphylococcus aureus. Skripsi. Jurusan Biologi. Comparative studies on properties and antioxidative
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. activity of fish skin gelatin films incorporated
Universitas Hasanuddin, Makasar. with essential oils from various sources. Journal
Ren, W., Tian, G., Jian, S., Gu, Z., Zhou, L., Yan, L., Jin, S., International Aquatic Research 6(62): 1-12.
Yin, W. dan Zhao, Y. (2012). Tween coated NaYF4:Yb,Er/ Utami, R., Nurhartadi, E. dan Putra, A.Y.T. (2013). Pengaruh
NaYF4 core/shell upconversion nanoparticles for penambahan minyak atsiri kunyit putih (Kaempferia
bioimaging and drug delivery. Electric Supplementary rotunda) pada edible film pati tapioka terhadap aktivitas
Material (ESI) for RSC Advances. China. antimikroba dan sensoris. Jurnal Teknosains Pangan
Rodriguez, A., Nerin, C. dan Batlle, R. (2008). New Cinnamon- 2(2): 51-56.
based active paper packaging against rhizopus
stolonifer food spoilage. Journal of Agricultural and
Food Chemistry. 56: 6364-6369.
Sucipto, Wijana, S. dan Wahyuningtyas, E. (2009). Optimasi
penggunaan NaOH dan tapioka pada produksi kertas
seni dari pelepah pisang. Jurnal Teknologi Pertanian 10
(1): 46-53.
68
PENELITIAN SIFAT BERBAGAI BAHAN KEMASAN
PLASTIK DAN KERTAS SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP BAHAN YANG DIKEMAS
MIMI NURMINAH
Fakultas Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan:
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai
dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari
pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari
segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk
tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan
gelombang karton.
Hasil-hasil pertanian yang dapat dimakan oleh manusia berasal dari
sumber hewani dan nabati. Hasil pertanian itu dapat dikonsumsi dalam bentuk
bahan mentah atau matang. Persiapan suatu hasil pertanian menjadi bentuk
yang dapat dimakan melibatkan pengolahan. Di dalam proses pengolahan
makanan terjadi perubahan-perubahan fisik maupun kimiawi yang dikehendaki
atau tidak dikehendaki. Disamping itu setelah melalui proses pengolahan,
makanan tadi tidak tetap stabil, dia akan terus mengalami perubahan, sehingga
sangat diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat untuk itu sehingga masa
simpan bahan pangan dapat ditingkatkan dan nilai gizi bahan pangan masih
dapat dipertahankan.
B. BAHAN-BAHAN KEMASAN
1. PLASTIK
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi (Syarief, et al., 1989).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer,
yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa
monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut
dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan
jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan
sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988).
Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur
kimianya terbagi atas dua macam yaitu:
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan
terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu
tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible)
kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi
berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti
perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali.
Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai
tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom
karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang
dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan
Trojan, 1975)
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik
memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan
dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna.
Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang
terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan
makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya
polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara
tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan
lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang
a. POLYETHYLEN
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat
resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik,
akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis
plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya dan
kurang terasa berlemak.
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai
antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,
sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan
hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik
(Harper, 1975).
d. POLYPROPILENA
B. Metode
Gramatur adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan luas
bahan (g/m2), sedangkan densitas atau bobot jenis adalah nilai yang
menunjukkan bobot bahan per satuan volume (g/m3). Untuk penentuan
gramatur dan densitas bahan kemasan plastik dan kertas digunakan contoh
bahan berukuran 10 x 10 cm. Gramatur ditentukan dengan menimbang contoh
bahan dan membagi bobot dengan luasannya melalui persamaan berikut:
Gramatur (g/m2) = bobot contoh (g) x 10000 cm2
100 cm2 1 m2
Densitas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan dengan tebal
bahan. Tebal bahan diukur menggunakan mikrometer sekrup di lima tempat
yang berbeda pada satu lembar contoh bahan dan diambil nilai rata-ratanya.
Ketika alat bekerja tidak hanya beban tarik yang dukur, pada saat yang
bersamaan diukur pula perpanjangan putus (elongasi) contoh bahan.
Perpanjangan putus dapat dilihat pada skala piringan di bagian kanan atas alat.
Persentase perpanjangan putus dihitung dengan persamaan berikut:
Perpanjangan putus (%) = Perpanjangan contoh uji (mm)
Panjang contoh uji (180 mm)
Nilai 180 mm adalah jarak antara kedua klem penjepit (atas dan bawah)
sehingga contoh uji
yang mendapat beban tarik adalah sepanjang 180 mm.
Satu lembar contoh plastik digulung dan dibakar pada salah satu
ujungnya. Pengamatan dilakukan terhadap kemudahan terbakar, kecepatan
rambat nyala api, pembakaran jika sumber api dijauhkan, warna nyala api,
pembentukan asap, warna asap dan bau yang timbul.
e. Penyerapan Air
Dari hasil percobaan didapat rataan penyerapan air berturut-turut, kertas
karton, dupleks, kertas nasi, kertas sak, kertas roti, kertas minyak, yaitu:
0.004083309, 004021373, 0.000615192, 0.000613908, 0.000386638,
0.000304226 (g/cm2.menit). Adanya perbedaan ini mungkin disebabkan ada
perbedaan metode sizing (sizer). Sizing umumnya digunakan untuk memberikan
ketahanan resistensi air (Saltman, 1991). Menurut Casey (1981) sizer adalah
bahan penolong yang ditambhkan sebelum atau sesudah pembentukan lembaran
kertas yang ditujukan terutama untuk meningkatkan ketahanan kertas terhadap
cairan. Menurut Casey (1981) berdasarkan pemberian sizer dapat dibedakan dua
macam, yaitu internal sizer dan surface sizer. Internal sizer merupakan proses
untuk memberikan ketahanan penetrasi cairan pada kertas dengan memberikan
bahan tambahan internal yang basah. Surface sizer umumnya merupakan
penggunaan bahan berselaput tipis seperti tepung, getah dan polimer sintetis.
B. PLASTIK
DAFTAR PUSTAKA
Bierley, A.W., R.J. Heat and M.J. Scott, 1988, Plastic Materials Properties and
Aplications. cations. Chapman and Hall Publishing, New York.
Brody. A.L. 1972. Aseptic Packaging of Foods. Food Technology. Aug. 70-74.
Brydson J.A. 1975. Platic Materials. 3th. Newnes-Butterworths. London
Casey, J.P. 1961. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. International Publisher Inc.
NewYork
Crompton, T.R. 1979. Additive Migration from Plastic into Food. Pergamon Press.
Oxford.
Davidson A., 1970. HandBook of Precision Engineering. Mc. Graw Hill Book
Co. Great Britain
Flin R.A. and P.K. Trojan. 1975. Engineering Materials and Their Aplications.
HonhTonMifflinCo.Boston.
Moavenzadeh F. and H.F. Taylor. 1995. Recycling and Plastics. Center for
Construction Research and Education Departement of Civil and
Environtmental Engineering Massachuett Institute of Technology.
Cambridge. Massachuett. USA.
Peleg. K. 1985. Produce Handling Packaging and Distribution. The AVI Publishing.
Co. Inc. Westport. Connecticut.
Ryall. A.L. dan Lipton. W.J. 1972. Handling, Transportation and Storage of
Fruits And Vegetables. The The AVI Publishing. Co. Westport.
Sacharow. S. and R.C. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI
Publishing. Co. Inc. Westport. Connecticut.
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia.
Jakarta. Winarno, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar
Teknologi Pangan. Penerbit PT. Media. Jakarta.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu sebagai makanan pemenuhan gizi
aspek penting yang harus dipenuhi pada masyarakat. Beraneka ragam
dalam kehidupan manusia. Selain makanan selingan yang disukai
pangan pokok, manusia semua kalangan usia. Salah satunya
mengkonsumsi pangan selingan. makanan selingan yang disukai
Pangan pokok merupakan makanan adalah kukis. Kukis adalah jenis
utama yang dikonsumsi. Pangan biskuit dari adonan lunak, berkadar
selingan merupakan makanan lemak tinggi, renyah dan bila
tambahan selain pangan pokok. dipatahkan memiliki potongan
Pangan selingan dapat dimanfaatkan
Abstract
This study aims to determine the effect of the packaging types on ubika chips products, product physical
resistance and nutritional value after packaging by organoleptic testing. Non factorial randomized block
design (RBD) with 3 treatments, using thick plastic packaging, paperboard packaging and standing pouch
packaging with three replications. The method used was the Analysis of Variance method (ANOVA). The
parameters analysed included: dry basis, organoleptic test of aroma, taste, texture and preference. The results
of this study indicated that the results of dry basis testing of packaging types were very significant, whereas
the highest dry basis was found in the treatment of paperboard packaging of 9.01%, while the lowest dry basis
was found in the treatment of thick plastic packaging of 6.21%. Based on the SNI, the water content of cassava
chips in thick plastic packaging treatment was 6.21%, almost similar to the chip’s quality requirements of SNI
01-4305-1996 with the standard dry basis of 6.0%. From the results of the organoleptic test there were
significant differences in colour, aroma and level of preference. The most preferred treatment was thick plastic
packaging which has the highest level.
ketahanan fisik dan nilai gizi produk keripik ubika bulan dilakukan pengujian kadar air dan
setelah pengemasan dengan pengujian organoleptik (aroma, tekstur, rasa dan Kesukaan)
organoleptik. Rancangan Penelitian
Rancangan acak kelompok (RAK) non
2. METODE factorial dengan 3 perlakuan yaitu dengan kemasan
plastik tebal, kemasan kertas karton dan Kemasan
Bahan
standing puoch dengan tiga ulangan. Metode yang
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian
digunakan adalah metode analisis variance
ini adalah keripik ubika, kemasan plastik tebal,
(ANOVA), jika terdapat perbedaan antar sampel
kemasan kertas karton dan kemasan standing
maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata
puoch.
menggunakan analisis Tukey’s pada taraf
Alat
signifikansi 1% dan 5%. Parameter yang dianalisis
Adapun alat yang digunakan pada
meliputi: kadar air, uji organoleptik aroma, rasa,
pengemasan keripik adalah timbangan/timbangan
tekstur dan kesukaan.
analitik, baskom, sendok dan alat pengemasan
Analisis Data
hand sealer.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan
Metode
dianalisa menggunakan Analysis of Variance
Langkah awal persiapan keripik ubika yang
(ANOVA). Jika terdapat perbedaan antar sampel
telah siap untuk dikemas, dan siapakan jenis-jenis
maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata
kemasan yaitu kemasan plastik tebal kemudian
menggunakan analisis Tukey’s pada taraf
kemasan kertas karton dan kemasan standing
signifikansi 1% dan 5%. Pengujian terdiri dari
puoch selanjutnya keripik ubika dikemas dengan
pengujian kadar air, uji organoleptik terdiri dari uji
masing-masing kemasan tersebut dan disimpan
skoring dan uji hedonik.
pada suhu kamar selama ± 1 -2 bulan, setelah 2
Maret 2019 24
Welly Deglas : Jurnal Pertanian dan Pangan 1 (1) : 23-27
penelitian ini pada perlakuan kemasan plastik tebal pengujian nilai F Hitung sampel untuk rasa adalah
sudah memenuhi standar. 0,31 sedangkan F tabel 1 % dan 5 % sebesar 3,23
dan 5,18, sehingga tidak perlu dilakukan uji
tukey’s.
Aroma Berdasarkan hasil pengujian dari ketiga sampel
Berdasarkan uji skoring terhadap aroma keripik ubika tersebut memiliki rasa yang sama-
keripik ubika dengan perlakuan jenis-jenis sama berasa khas ubika. Rata-rata hasil pengujian
kemasan yaitu dengan kemasan plastik tebal (234),
skoring terhadap rasa pada tiga perlakuan jenis-
kemasan kertas karton (335) dan Kemasan standing
puoch (436). Berdasarkan hasil pengujian terhadap jenis kemasan yaitu dengan kemasan plastik tebal
aroma keripik ubika terdapat perbedaan sangat (234) adalah 4,67, kemasan kertas karton (335)
nyata diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil adalah 4,52 dan kemasan standing puoch (436)
perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang adalah 4,57. Pada penelitian ini pembuatan keripik
menunjukkan F Hitung ˃ F tabel. Diperoleh hasil ubika dari tiga perlakuan tersebut menggunakan
pengujian nilai F Hitung sampel untuk aroma formula dan perlakuan yang sama, namun
adalah 12,87 sedangkan F tabel 1 % dan 5 %
menggunakan perlakuan pengemasan yang
sebesar 3,23 dan 5,18, sehingga perlu dilakukan uji
tukey’s. berbeda, sehingga untuk pengujian skoring
Dari hasil uji tukey’s ternyata diantara perlakuan terhadap rasa pada penelitian ini tidak terdapat
kemasan plastik tebal (234) dan kemasan kertas perbedaan nyata.
karton (335), perlakuan kemasan plastik tebal
(234) dan Kemasan standing puoch (436) tidak Tekstur
berbeda nyata, sedangkan perlakukan antara Berdasarkan uji skoring terhadap tekstur
kemasan kertas karton (335) dan Kemasan standing keripik ubika dengan perlakuan jenis-jenis
puoch (436) berbeda nyata. kemasan yaitu dengan kemasan plastik tebal (234),
Berdasarkan perhitungan rerata aroma pada kemasan kertas karton (335) dan Kemasan standing
kemasan plastik tebal (234) beraroma khas ubika puoch (436). Berdasarkan hasil pengujian terhadap
(4,52) karena karena dikemas menggunakan plastik tekstur keripik ubika terdapat perbedaan sangat
tebal dan di simpan dengan baik sehingga aroma nyata diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil
pada produk ubika tetap terjaga. Menurut pendapat perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang
Syarief dan Halid (1993), selama penyimpanan, menunjukkan F Hitung ˃ F tabel. Diperoleh hasil
parameter-parameter mutu seperti kadar air, cita pengujian nilai F Hitung sampel untuk aroma
rasa, tekstur, warna dan mikrobiologi akan berubah adalah 8,18 sedangkan F tabel 1 % dan 5 % sebesar
karena pengaruh lingkungan seperti suhu, 3,23 dan 5,18, sehingga perlu dilakukan uji
kelembaban dan tekanan udara atau karena faktor tukey’s.
komposisi makanan itu sendiri. Sehingga, dengan Dari hasil uji tukey’s ternyata diantara perlakuan
penyimpanan pada suhu dingin (suhu 10oC) bisa kemasan plastik tebal (234) dan kemasan kertas
mempengaruhi cita rasa, tekstur, dan warna ubika. karton (335) berbeda nyata, kemasan kertas karton
Rasa (335) dan Kemasan standing puoch (436) berbeda
Rasa merupakan salah satu komponen utama nyata, sedangkan perlakukan antara kemasan
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Nilai atau plastik tebal (234) dan Kemasan standing puoch
tingkat penerimaan pada bahan pangan sangat (436) tidak berbeda nyata.
tergantung dengan rasa bahan pangan tersebut. Berdasarkan analisis keragaman
Rasa merupakan adanya rangsangan kimiawi yang menunjukkan bahwa perlakukan jenis-jenis
sampai diindera pengecap, komponen-komponen kemasan kemasan plastik tebal (234) dan Kemasan
rasa yaitu rasa manis, asam, asin dan pahit. standing puoch (436) pada produk ubika rata-rata
Pengujian uji skoring terhadap rasa keripik ubika antara 4,05-4,19 renyah. Sedangkan pada
dengan perlakuan jenis-jenis kemasan dengan perlakuan dengan kemasan kertas karton (335)
kemasan plastik tebal (234), kemasan kertas karton adalah 3,84 cukup renyah. hal ini disebabkan
(335) dan Kemasan standing puoch (436). karena pengemasan menggunakan kemasan kertas
Berdasarkan hasil pengujian terhadap rasa keripik karton sifatnya menyerap air, bahan yang dikemas
ubika tidak terdapat perbedaan sangat nyata dengan kemasan kertas karton akan menyerap pada
diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil dinding-dinding kemasan dan udara di sekitar yang
perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang penuh dengan uap air. Udara atau gas (dalam hal
menunjukkan F Hitung < F tabel. Diperoleh hasil ini uap air) menempati seluruh ruangan, termasuk
Maret 2019 25
Welly Deglas : Jurnal Pertanian dan Pangan 1 (1) : 23-27
rongga makanan sehingga semakin lama dibiarkan, air terendah terdapat pada perlakuan kemasan
semakin banyak uap air yang masuk ke dalam plastik kertas karton sebesar 5,8 %.
bahan yang dikemas yang mengakibatkan bahan 3. Jika dilihat dari SNI kadar air keripik
tidak renyah. singkong perlakuan kemasan palstik tebal
adalah 6,1%, ini memenuhi syarat mutu
Kesukaan keripik SNI 01-4305-1996 kadar airnya
Uji hedonik merupakan uji kesukaan yang sebesar 6,0%.
dilakukan meliputi uji warna, rasa, aroma dan 4. Dari hasil uji organoleptik terdapat perbedaan
tekstur terhadap bahan pangan yang akan diuji. Uji nyata terhadap warna, aroma dan tingkat
kesukaan akan mempengaruhi apakah pengaruh kesukaan. Perlakuan yang palinh disuka
jenis-jenis kemasan terhadap produk keripik ubika adalah kemasan plastik tebal (234) memiliki
dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. tingkat kesukaan konsumen paling tinggi
Berdasarkan hasil pengujian terhadap kesukaan dibandingkan lainnya.
keripik ubika terdapat perbedaan sangat nyata
diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil 5. REFERENSI
perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang Aaker, David 1991. Managing Brand Equity:
menunjukkan F Hitung ˃ F tabel. Diperoleh hasil Capitalizing on the Value of a Brand Name.
pengujian nilai F Hitung sampel untuk kesukaan New York: The Free Press.
adalah 5,29 sedangkan F tabel 1 % dan 5 % sebesar Fellows, P. J. 1990. Food Processing Technology
3,23 dan 5,18, sehingga perlu dilakukan uji Principles And Practise. Woodhead
tukey’s. Dari hasil uji tukey’s ternyata diantara Publishing Ltd. England
perlakuan kemasan plastik tebal (234) dan Gomez, K. A. and A. A. Gomez, 1984. Statistical
kemasan kertas karton (335), kemasan kertas Procedures For Agricultural Research. John
karton (335) dan Kemasan standing puoch (436) Will and Sons, New York.
berbeda nyata. Sedangkan kemasan plastik tebal Marianne Rosner Klimchuk, & Sandra A.
(234) dan Kemasan standing puoch (436) tidak Krasovec. (2007). Desain Kemasan. Jakarta:
berbeda nyata. Berdasarkan perhitungan rerata Erlangga.
pada perlakuan kemasan plastik tebal (234) tingkat Meilgaard, M., Civille G.V., Carr B.T. 2000.
kesukaan nya adalah disukai (6,19), sedangkan Sensory Evaluation Techniques. Boca Raton,
pada kemasan kertas karton (335) tingkat Florida: CRC Press.
kesukaan nya adalah cukup disukai (5,24) dan pada Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisis Untuk
perlakuan kemasan standing puoch (436) adalah Bahan Makanan dan Pertanian.Penerbit
disukai (5,95). Leberty, Yogyakarta.
Jika dibandingkan perlakuan kemasan plastik tebal Shinta, D. S., Susilowati dan Buhasor, T. K. 1995.
(234) memiliki tingkat kesukaan konsumen paling Pengaruh Penggunaan Minyak Goreng Secara
tinggi dibandingkan lainnya dan hal ini Berulang Terhadap Mutu Keripik Ubi Kayu.
menunjukkan bahwa kesukaan konsumen pada Warta Industri Hasil Pertanian. Balai
pada produk ubika dengan kemasan palstik tebal Penelitian dan Pengembangan Industri Kecil
berada pada skala penilaian disukai yaitu memiliki hasil Pertanian. Bogor.
aroma khasa ubika dan bertekstur renyah. Dari Sulistyowati Tuminah. 2004. Teh Sebagai Salah
hasil pengujian ini menunjukkan bahwa pengaruh Satu Sumber Antioksidan.
jenis-jenis kemasan pada produk ubika memiliki http://www.cerminduniakedokteran.com.
tingkat kesukaan panelis yang berbeda. Valentina,Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi
Kayu sebagai Bahan Baku Keripik Singkong
4. KESIMPULAN di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB
Dari hasil penelian jenis-jenis kemasan Wanita Tani Makmur. Skripsi. Fakultas
terhadap produk ubika dapat disimpulkan sebagai Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
berikut : Surakarta.
1. Jenis-jenis kemasan sangat berpengaruh Winarno F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
terhadap ketahanan fisik dan nilai gizi produk Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
keripik ubika setelah pengemasan.
2. Dari hasil pengujian kadar air jenis-jenis
kemasan sangat berpengaruh, dimana kadar
air tertinggi terdapat pada perlakuan kemasan
standing puoch sebesar 7,2% sedangkan kadar
Maret 2019 26
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4
Lies Indriati 1, Hana Rachmanasari, Nina Elyani, Taufan Hidayat, Sonny Kurnia Wirawan
Balai Besar Pulp dan Kertas
Jl. Raya Dayeuhkolot no. 132 Bandung 40258
1
liesinag@gmail.com
ABSTRACT
The usage of paper/paperboard as primary food packaging has been grew fast. As other food
packaging materials, paper/paperboard used for primary food packaging should meet the requirements,
which facilitate the run ability of papermaking process in paper industries, converting processes, as
well as for consumer’s health and safety and environmental concern. The health and safety aspect of
primary food packaging used in Indonesia recently are not fully guaranteed yet. Therefore, this review
is carried out to obtain the data and information which can be used in preparing the standard draft of
paper/paperboard for primary food packaging as well as the recommendations for its’ implementation.
ABSTRAK
Penggunaan kertas/karton sebagai pengemas primer produk makanan dan minuman telah
berkembang pesat. Sebagaimana bahan kemasan lainnya, kertas/karton yang digunakan untuk maksud
ini harus memenuhi persyaratan baik untuk kepentingan kelancaran proses produksi di industri kertas,
proses konverting di konverter, maupun kepentingan keamanan, kesehatan, dan kebersihan bagi
konsumen, serta lingkungan. Kemasan primer produk makanan yang beredar dan digunakan di Indonesia
saat ini masih belum sepenuhnya terjamin keamanannya.Untuk itulah kajian ini dilakukan, yaitu dalam
rangka mendapatkan data dan informasi guna penyusunan rancangan standar kertas kemasan makanan
serta sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam penetapan regulasi teknis penerapannya.
digunakan sebagai kemasan makanan. Pada Tabel Sifat K3L Kertas Kemasan Pangan
2 dapat dilihat persyaratan kualitas untuk jenis
kertas kemasan makanan yang ditetapkan dalam Khusus untuk kertas yang digunakan
SNI. Secara umum, terlihat bahwa parameter yang sebagai kemasan primer dimana kertas akan
dipersyaratkan baru mencakup sifat fisik lembaran bersentuhan langsung dengan pangan yang
kertas; belum mengakomodir persyaratan yang dikemas, karakteristik kertas yang terkait dengan
berkaitan dengan unsur keamanan, kesehatan dan aspek kesehatan, keamanan, keselamatan dan
lingkungan. Persyaratan ini penting dalam rangka lingkungan sangatlah penting. Beberapa peraturan
perlindungan konsumen yang mengkonsumsi perundang-undangan yang berkaitan dengan hal
makanan yang dikemas dalam kertas kemasan tersebut dijelaskan dalam uraian berikut ini.
tersebut.
Kertas yang digunakan sebagai kemasan Peraturan Nasional
makanan seyogyanya tidak mengandung bahan
berbahaya, tidak terjadi migrasi baik dari kertas Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
kemasan ke makanan maupun sebaliknya. Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor
Migrasi komponen berbahaya yang terkandung HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang
dalam kertas kemasan ke dalam produk makanan Pengawasan Kemasan Pangan (BPOM, 2011)
yang dikemas tentu saja sangat berbahaya bagi mengatur tentang pengklasifikasian komponen
konsumen. Sebaliknya migrasi dari produk dalam bahan kemasan pangan yang dibagi atas :
makanan yang dikemas ke dalam kertas 1. Bahan yang dilarang
pengemas pada umumnya adalah kandungan 2. Bahan yang diijinkan
air atau minyak, dapat menyebabkan kertas 3. Bahan yang dinilai dulu keamanannya
kemasan makanan kehilangan kekuatannya dan sebelum digunakan
mengalami sobek atau retak sehingga fungsi
kertas sebagai pengemas menjadi hilang dan Lampiran 1 peraturan tersebut mengatur
makanan yang dikemas menjadi tercemar (www. tentang bahan-bahan yang dilarang digunakan
shamba.worldpossible.org). dalam kertas kemasan makanan; Lampiran 2
Dengan demikian SNI tersebut diatas tidak menjelaskan tentang bahan-bahan yang diijinkan;
dapat langsung diadopsi sebagai persyaratan serta ada pula daftar bahan yang harus dinilai
kertas kemasan makanan. Namun demikian SNI terlebih dahulu keamanannya sebelum digunakan
tersebut dapat dijadikan acuan dalam perumusan sebagai bahan aditif kertas kemasan makanan
SNI kertas kemasan untuk makanan. (BPOM, 2011).
Persyaratan
No. Bahan Kontak Pangan
Parameter Batas Maks.
1 Komponen kertas dan Migrasi Ekstrak larut kloroform (ter- 0,078 mg/cm2
karton yang kontak den- total koreksi untuk lilin, petrolatum,
gan pangan berair dan minyak mineral dan ekstrak seng
berlemak sebagai seng oleat) diekstraksi
dengan pelarut yang sesuai den-
gan tipe pangannya pada kondisi
yang disebut dalam Lampiran 2C
tabel 2.2.1 dan 2.2.2
B. Non-alkohol
B. Roti lembab dengan permukaan tanpa mengandung minyak atau lemak bebas
VIII Padat kering dengan permukaan tanpa mengandung minyak atau lemak bebas
IX Padat kering dengan permukaan mengandung minyak atau lemak bebas
Dari Tabel 8 terlihat bahwa kadar logam berat Pengawasan Kemasan Pangan.Guna
yang teruji seluruhnya lebih tinggi dibandingkan memberikan perlindungan yang lebih baik
dengan batas maksimum yang diperkenankan kepada konsumen serta produsen dalam negeri,
oleh EFSA (European Food Safety Authority) direncanakan pemberlakuan SNI wajib atau
untuk kertas/karton kemasan makanan. Hal ini regulasi teknis untuk kertas kemasan makanan.
dikarenakan pada uji yang dilakukan, sampel Saat ini cukup banyak jenis kertas dan karton
kertas/karton didestruksi dalam campuran asam yang digunakan sebagai kemasan makanan
nitrat dan asam sulfat sehingga kandungan berupa lapisan tunggal dan berupa komposit.
logam berat yang ada dalam sampel seluruhnya Hasil kajian menunjukkan bahwa untuk dapat
terekstraksi dan menyebabkan tingginya kadar memenuhi fungsinya dengan baik, kertas kemasan
logam yang terbaca oleh alat. Pada regulasi pangan harus memiliki sifat fisik yang cukup baik
EFSA, batas maksimal nilai kadar logam yang serta sifat yang mendukung aspek keamanan,
ditetapkan adalah yang terekstraksi oleh air. Oleh kesehatan, keselamatan dan lingkungan (K3L).
karenanya hasil uji sampel yang telah dilakukan Persyaratan sifat fisik yang disarankan
tidak dapat dibandingkan dengan batas maksimal untuk kertas/karton kemasan makanan adalah
yang ditetapkan oleh EFSA. Untuk mendapatkan garamatur, densitas, porositas, daya serap air
data migrasi logam, selanjutnya diambil beberapa (Cobb-60) sertasifat ketahanan tarik untuk kertas
sampel uji untuk diuji di Laboratorium di luar atau kekakuan untuk jenis karton. Sedangkan
Laboratorium Uji BBPK. Sampel tersebut adalah untuk persyaratan yang terkait dengan aspekK3L
dengan kode 6, 7, 8 dan 10. Hasil uji tersebut yang diusulkan adalah migrasi total dan migrasi
disajikan dalam Tabel 9. logam berat. Sifat lain yang dianggap perlu akan
Dari Tabel 9 terlihat bahwa migrasi logam dipertimbangkan lebih lanjut pada saat perumusan
berat Pb, Cd, Cr, dan Hg seluruhnya dibawah Rancangan SNI kertas kemasan makanan.
batas deteksi. Hal ini bisa berarti bahwa tidak
ada migrasi logam berat dari sampel kertas/ DAFTAR PUSTAKA
karton yang diuji, atau metode pengujian yang
digunakan tidak mampu mendeteksi kadar ----------------, 2002, WHO global strategy for
migrasi logam dari sampel yang diuji. Untuk itu food safety: safer food for better health,
masih perlu dilakukan pengujian dengan metode WHO, Geneva
yang tepat. ----------------, 2007, Buku Pedoman Kemasan
Flexible,Direktorat Jendral Industri Kecil
KESIMPULAN Menengah -Departemen Perindustrian,
Jakarta.
Indonesia telah memiliki aturan tentang ----------------, 2010, Good Manufacturing
kertas kemasan makanan yaitu Peraturan Practice for the Manufacture of Paper and
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Board for Food Contact,Confederation
Makanan Republilk Indonesia Nomor of European Paper Industries (CEPI),
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Brussels.
----------------, 2010, Industry Guideline for the Holik, H., 2006,Handbook of Paper and Board,
Compliance of Paper & Board Materials Wiley VCH Verlag GmbH & Co. KGaA,
and Articles for Food Contact, International Weinheim
Confederation of Paper and Board Converters http://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan (21
- CITPA, Brussel Januari 2014)
----------------, 2011, Food Packaging Made From http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/cermat-
Recycled Paper and Board, www.eupia.org memilih-kemasan-pangan.pdf (21 Januari
(April 2014) 2014)
----------------, 2011, Peraturan Kepala Badan h t t p : / / w w w. s h a m b a . w o r l d p o s s i b l e . o r g /
Pengawas Obat Dan Makanan Republik practicalanswers/Food%20processing/
Indonesia Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664, Packaging%20and%20bottling/KnO-
tentang Pengawasan Kemasan Pangan,Badan 100270_Packaging_materials_for_foods.pdf
Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta (20 Januari 2014)
----------------, 2012, Scientific opinion on https://lordbroken.wordpress.com/2011/01/10/
mineral oil hydrocarbons in food, EFSA bahan-pengemas-makanan
Journal.10(6):2704 %E2%80%9Ckertas%E2%80%9D/ (20
----------------, 2012, XXXVI. Paper and Januari 2014)
Board for Food Contact, Bundesinstitut für https://www.accessdata.fda.gov, 21 CFR Food
Risikobewertung and Drugs Administration for Paper and
----------------, Consumer Health Protection Paperboard Part 176.170 and 176.180
Committee.(2009).Paper and Board Materials https://www.fsai.ie/uploadedFiles/News_Centre/
and Articles Intended to Come Iinto Contact Events/Events_Listing/Rhod%20Evans.pdf
with Foodstuffs, version 4.Council of Europe (4 April 2014)
DGCCRF Information Notice 2004 / 64 on Rahimah, S., 2011, Kemasan Kertas dan Karton,
Materials In Contact With Foodstuffs. General Jurusan Teknologi Industri Pangan, FTIP –
Directorate Of Competition, Consumption UNPAD, Bandung
And Fraud Repression 59, Bd Vincent Auriol Teknologi Pengemasan Pangan Lanjut ; Dosen
Télédoc 051 75703 Paris Cedex 13 : Prof. Dr. Ir. Rizal Syarif, DESS ; http://
Gellerstedt, E.M., Henriksson, G., 2009, Pulp ocw.stikom.edu/course/nlod/2013/05/28-
and Paper Chemistry and Technology Vol. 4. 03-2013.11.51.31_802_390903040_Kimia-
Paper Products Physic & Technology.Walter Teknik-D3-KGC_P1_Pert6_2.pdf (22 Januari
de Gruyter GmbH & Co. KG.10785, Berlin 2014)