Anda di halaman 1dari 65

Jurnal Siliwangi Vol.3. No.

2, 2017 ISSN 2477-3891


Seri Sains dan Teknologi

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS KEMASAN KERTAS


TERHADAP DAYA SIMPAN KUBIS ( Brassica oleracea)

Suhartono1), Rakhmat Iskandar2)


1,2
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
e-mail: suhartono1959@yahoo.co.id2, rakhmatiskandar@unsil.ac.id2

Abstrak
Pengemasan merupakan suatu teknologi untuk menjamin terpenuhinya perlindungan dan keamanan hasil
pascapanen hortikultura selama pengiriman dari produsen ke konsumen. Pengemasan dapat melindungi hasil
hortikultura dari kerusakan serta berperan secara tidak langsung dalam menurunkan laju respirasi dan
transpirasi. Memudahkan penanganan, dan meningkatkan pelayanan. Pengemasan dengan menggunakan
kertas adalah salah satu cara pengemasan untuk mempertahankan daya simpan dari kubis. Perlakuan dan
jenis pengemasan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis kemasan : kontrol, kemasan kertas
perkamen, kemasan kertas kraft, kemasan kertas koran, dan kemasan kertas laminasi. Peubah yang diamati
adalah Kadar Air (KA) akhir, Daya Susut Bobot dan Organoleptik tentang tekstur, aroma, kelayuan,
kesukaan dan warna. Untuk test organoleptik melibatkan 20 orang responden. Sedangkan hasil test
organoleptik kami bisa tampilkan pada laporan akhir ini. Test organoleptik meliputi : penilaian terhadap
tekstur; penilaian terhadap kelayuan; penilaian terhadap kesukaan; penilaian terhadap aroma; dan penilaian
terhadap warna. Untuk organoleptik ini tidak ada pengujian khusus, hanya menginventarisir dan merata-
ratakan pendapat dari 20 (dua puluh responden). Untuk menguji terhadap tekstur, rerata responden memilih
kemasan kertas kraft dengan rerata nilai (2,41), sedangkan untuk menguji terhadap kelayuan, rerata responen
memilih kemasan kertas perkamen dengan rerata nilai (3,17). Selanjutnya untuk menguji terhadap aroma,
rerata responden memilih kemasan kertas perkamen dengan rerata nilai (3,31). Sementara itu untuk menguji
terhadap kesukaan, rerata responen memilih kertas perkamen yang sama nilai reratanya tanpa kemasan
dengan nilai (2,67). Akhirnya untuk menguji terhadap warna, rerata responen memilih kemasan kertas
perkamen dengan rerata nilai (3,57).

Kata Kunci: Kubis, kemasan kertas, perkamen, kraf, koran, laminasi

Abstract
Packaging is a technology to ensure the protection and security of horticultural postharvest results during
shipment from producer to consumer. Packaging can protect horticultural outcomes from damage and play
an indirect role in decreasing respiration and transpiration rates. Facilitate handling, and improve service.
Paper packaging is one way of packaging to maintain the savings of cabbage. The treatment and type of
packaging used in this research are packaging type: control, parchment paper packaging, kraft paper
packaging, newspaper packaging, and laminated paper packaging. The observed variables are the water
content (KA) final, weights loss and Organoleptic on texture, flavour, withered, favoritism and color. For
organoleptic test involving 20 respondents. While the results of our organoleptic tests can show in this final
report. Organoleptic tests include: assessment of texture; assessment of timber; assessment of likes; scent
assessment; and an assessment of color. For this organoleptic there is no special test, only inventory and
average opinion of 20 (twenty respondents). To test the texture, the respondent's average chooses kraft paper
packaging with the mean value (2,41), whereas to test against withered, the respondent's average selects
parchment paper packaging with mean value (3.17). Furthermore, to test against the scent, the average of
respondents chose parchment paper packaging with the mean value (3.31). Meanwhile, to test for favorites,
respondent's average selects the same parchment paper without packaging with value (2.67). Finally, to test
for color, the respondent's average selects parchment paper packaging with mean values (3.57).

Keywords: cabbage, paper packaging, perkamen, kraft, newspaper, laminated.

222
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi

rusak, mudah busuk dan tidak tahan lama. Hal ini


I. PENDAHULUAN
menyebabkan pemasarannya sangat terbatas dalam
Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman waktu maupun jang kauan pasarnya sehingga butuh
buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman penanganan pascapanen yang baik dan benar[5].
obat-obatan merupakan komoditas yang sangat
Dengan sifatnya yang tidak tahan lama dan
prospektif untuk di kembangkan, mengingat potensi
mudah rusak, maka dilakukan upaya un tuk
serapan pasar di dalam negeri dan pasar
memperpanjang daya simpannya, dengan
internasional terus meningkat. Seiring dengan laju
meminimalkan kerusakan kualitas yang mungkin
pertambahan jumlah penduduk, yang dibarengi
terjadi selama proses pasca panen. Salah satu cara
dengan peningkatan pendapatan, dan ber
adalah melalui tek nologi pengemasan.
kembangnya pusat kota industri dan wisata,
merupakan faktor potensial bagi peningka tan Pengemasan merupakan suatu teknologi untuk
permintaan produk hortikultura. Potensi pasar menjamin terpenuhinya perlindung an dan keamanan
produk hortikultura terutama sayuran cukup tinggi, hasil pascapanen hortikultura selama pengiriman
sebagai contoh : Permintaan kubis di pasar dari produsen ke konsumen. Pengemasan dapat
Cikurubuk saja mencapai 2 ton/hari. Tingkat melindungi hasil hortikultura dari kerusakan serta
produksi kubis di Indonesia pun cukup tinggi, pada ber peran secara tidak langsung dalam menurun kan
tahun 2015 tercatat luas area penanaman 63.561 Ha laju respirasi dan transpirasi. Memudahkan
de ngan total produksi 1.433.344 ton, dan rata-rata penanganan, dan meningkatkan pelayanan.
produktivitas 22,55 ton/ha (Badan Pusat Statistik,
Macam pengemasan yang selama ini dikenal di
2015). Kubis merupakan sayuran yang mempunyai
masyarakat petani, diantaranya kertas perkamen,
peran penting untuk kesehatan manusia. Kubis
kertas koran, kertas laminasi dan kertas kraft. Lama
banyak mengandung vitamin dan mineral yang
dan umur pengemasan macam-macam kertas ini
sangat dibu tuhkan tubuh manusia. Sebagai sayuran
khususnya di Tasikmalaya, masih belum bisa
kubis dapat membantu pencernaan, menetral kan
dikenali. Maka dengan demikian kami tim Peneliti
zat-zat asam[1].
dari Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Pada saat baru diproduksi atau saat panen, mutu Tasikmalaya, akan melakukan pengujian, macam
produk dianggap dalam keadaan 100%, dan akan kertas yang mana yang mempu nyai daya simpan
menurun sejalan dengan lamanya penyimpanan atau yang paling baik. Karena kertas yang mempunyai
distribusi. Selama penyimpanan dan distribusi, daya simpan yang lama, akan memudahkan petani
produk pangan akan mengalami kehilangan bobot, sayuran untuk mengemas hasil panen di lapangan
nilai pangan, mutu, nilai uang, daya tumbuh, dan akan lebih leluasa. Sehingga produk holtikultura
kepercayaan[2]. Penggunaan indikator mutu dalam tersebut sampai ke konsumen masih layak olah dan
penentuan umur simpan produk siap guna atau siap layak makan. Selain kemasan yang akan diteliti
saji bergantung pada kondisi saat percobaan kekuatan daya simpannya, juga pemilihan komoditas
penentuan umur simpan tersebut dilakukan[3]. hortikulturanya yang mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi, dian taranya tanaman kubis. Tanaman
Karena sifat dan kandungan gizinya, sayuran
kubis ini sudah sangat familiar di masyarakat, seba
seperti kubis digolongkan sebagai bahan pangan
gai pangan olahan dengan jenis makanan lainnya
yang mudah rusak atau busuk (perishable). Usaha
penanganan pascapa nen sayuran harus dilakukan
II. METODE PENELITIAN
secara hati-ha ti untuk menekan kehilangan (loss)
mutu. Menurut Muchtadi dalam[4], di Indonesia Rancangan penelitian ini dilakukan dengan
kehilangan atau susut kualitas dan kuantitas sayuran menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
mencapai 25-40%. yang disusun secara sederhana terdiri dari 5
perlakuan, yakni:
Pascapanen merupakan salah satu ke giatan
penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis. P0 : Tanpa pengemasan (kontrol).
Meskipun hasil panennya melimpah dan baik, tanpa P1 : Kertas Perkamen.
penanganan pasca panen yang benar maka resiko P2 : Kertas Kraft.
kerusakan dan menurunnya kualitas produk akan sa P3 : Kertas Koran.
ngat besar. Produk hortikultura bersifat mudah P4 : Kertas Laminasi.

223
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi

Setiap perlakuan di ulang 5 kali sehingga secara Yij = µ + Ti + Eij


keseluruhan terdapat 25 kelompok percobaan, Keterangan :
setiap perlakuan terdiri dari 6 kemasan. Sehingga Yij = Respon (nilai pengamatan) perlakuan ke-I dan
jumlah kemasan yang diperlukan 150 kemasan ulangan ke-j.
kubis. Untuk mengukur penurunan kualitas kubis µ = Nilai tengah umum (rata-rata respon).
secara normal digunakan perbandingan dengan perla Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.
kuan tanpa kemasan (kontrol). Eij =Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-I
dan ulangan ke-j.
Metode linier untuk setiap parameter yang
diamati dengan rancangan acak lengkap sebagai
berikut:

Kubis Panen Sortasi Di bungkus kertas

Penyimpanan dilakukan pada suhu ruangan dengan waktu 8 hari

Mengamati kadar air dan susut bobot sebelum pengamatan dan setelah disimpan selama 8 hari.
Melakukan uji organoleptik tekstur, kelayuan, aroma, perubahan warna dan tingkat penerimaan.

Gambar 1. Alur Penelitian

minimum dimulai hari pertama peng amatan tanggal


III. HASIL DAN PEMBAHASAN 05-06-2017 sampai dengan tanggal 12-06-2017
A. Pengamatan Penunjang (selama 8 hari sesuai dengan perlakuan).

Pengamatan penunjang adalah pe- ngamatan Untuk pengukuran suhu maximum dan
yang datanya tidak dianalisis secara statistik dan minimum, kami gunakan termometer yang ada
digunakan sebagai data pe nunjang pada pengamatan fasilitas untuk mengu kur suhu minimum dan suhu
utama. maksimum. Adapun hasil pengamatan suhu
minimum dan maksimum tertera pada Tabel 1.
1. Pengukuran suhu : Pengamatan ini dila kukan berikut ini.
dengan memeriksa suhu tempat penyimpanan
kubis selama 8 hari.
Data hasil pengamatan suhu selama penelitian,
kami catat adalah suhu maximum dan suhu

Tabel 1. Data mengenai suhu ruangan tempat penelitian dilaksanakan dengan Judul : “Penga ruh
berbagai macam kemasan kertas terhadap daya simpan kubis” di Laboratorium Proteksi
Fakultas Pertanian Unsil
Suhu
Hari ke- Tanggal
Minimum (oC) Maksimu (oC)
1 05 - 06 - 2017 25 32
2 06 - 06 - 2017 25 32
3 07 - 06 - 2017 25 31
4 08 - 06 - 2017 25 31
5 09 - 06 - 2017 24 29
224
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi

6 10 - 06 - 2017 24 30
7 11 - 06 - 2017 24 27
8 12 - 06 - 2017 24 26
Sumber : Data primair yang dicatat selama penelitian di laboratorium (Juni 2017)

Pengukuran dan pencatatan suhu tempat pe 2. Pengukuran kelembaban : Pengamatan ini


nelitian di laboratorium Fakultas Pertanian, dilakukan dengan cara memeriksa kelembaban
laboratorium Proteksi ini, karena suhu ruangan ruangan penyimpanan kubis selama 8 hari.
mempengaruhi cepat dan lambatnya penguapan air Data hasil pengamatan suhu selama penelitian,
(tranpirasi) pada komoditas yang kami teliti. kami catat adalah kelembaban maxi mum dan
Semakin tinggi suhu ruang an maka semakin tinggi kelembaban minimum dimulai hari pertama
transpirasi yang dialami tanaman kubis. Hal ini pengamatan tanggal 05-06-2017 sampai dengan
sesuai dengan pendapat[6], hubungannya dengan tanggal 12-06-2017 (selama 8 hari sesuai dengan
suhu yang tinggi proses kehilangan air yang perlakuan). Untuk pengukuran kelembaban
berlebih (sekitar 5% sampai 10% dari bobot awal) maximum dan minimum, kami menggunakan alat pe
akan menyebabkan susut pasca panen yaitu ngukur kelembaban yang ada fasilitas untuk
penurunan bobot, penurunan kualitas (kenampakan). mengukur kelembaban minimum dan kelembabap
Pengemasan adalah salah satu cara yang dapat maksimum. Adapun hasil pengamatan kelembaban
dilakukan masyarakat untuk menjaga kesegaran dan minimum dan maksi mum tertera pada Tabel 2
umur simpan produk makanan. berikut ini.

Tabel 2. Data mengenai Kelembaban ruangan tempat penelitian dilaksanakan dengan Judul :
“Penga ruh berbagai macam kemasan kertas terhadap daya daya simpan kubis” di
Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Unsil

Kelembaban (RH)
Hari ke- Tanggal
Minimum (%) Maksimum (%)
1 05 - 06 - 2017 80 88
2 06 - 06 - 2017 81 88
3 07 - 06 - 2017 85 89
4 08 - 06 - 2017 75 89
5 09 - 06 - 2017 80 90
6 10 - 06 - 2017 83 90
7 11 - 06 - 2017 92 95
8 12 - 06 - 2017 87 93
Sumber : Data primair yang dicatat selama penelitian di laboratorium (Juni 2017)

Dalam penelitian ini kegunaan penguku ran B. Pengamatan Utama


kelembaban ini ada kaitannya dengan suhu ruangan, Pengamatan utama adalah penga matan yang
dimana kalau suhu ruangan tinggi, maka datanya dianalisis secara statistik. Parameter
kelembaban menurun (berkurang), akibatnya pengamatan utama adalah:
transpirasi (penguapan air kubis) meningkat yang
akhir nya akan menurunkan bobot kubis. Kehilangan 1. Kadar air : pengamatan ini dilakukan sebelum
air yang berlebih (sekitar 5% sampai 10% dari bobot pengemasan dan pada akhir pengamatan atau
awal) akan menyebabkan susut pasca panen yaitu setelah kubis disimpan selama 8 hari. Kadar air
penurunan berat, penurunan kualitas/ kenampakan dapat dihitung dengan rumus :
[6]. Pengemasan ada lah salah satu cara yang dapat Mo= (Wo-Wn)/Wo x 100%
dilakukan masyarakat untuk menjaga kesegaran dan
umur simpan produk makanan. Keterangan :
Mo = Kadar air (%).
225
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi

Wo = Berat sampel awal


Wn = Berat sampel akhir.
Hasil Pengamatan pengujian analisis akhir
statistik mengenai kadar air kubis dengan berbagai
jenis kemasan kertas adalah menunjukkan hasi yang
berbeda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
berikut ini.
Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Kemasan Kerta terhadap Kadar Air Kubis (%)
Perlakuan (kemasan) Ulangan Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 92.84 93.23 92.64 91.64 92.84 92.64 a
Perkamen 93.71 94.97 93.94 93.88 94.53 94.21 c
Kraft 94.25 93.42 93.02 94.61 94.62 93.98 b
Koran 94.08 93.61 94.41 94.63 94.42 94.23 c
Laminasi 95.16 95.18 95.16 94.58 95.41 95.10 d
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata
menurut Uji Djarak Berganda Duncant taraf alpha = 5%

di sekitar bahan pertanian untuk menurun kan gera


Dengan memperhatikan hasil uji statistik seperti
kan undara pada permukaan bahan, menurunkan
yang tertera pada Tabel 3, menunjukkan bahwa
aliran udara pada penghambat, menurunkan aliran
berbagai jenis kemasan kertas, berpengaruh nyata
udara pada permukaan bahan, menurun kan aliran
terhadap kadar air (KA) yang dikandung kubis pada
udara berarti pula menghambat proses kehilangan
akhir percobaan. Jenis kemasan menunjukkan
air[6]. Kehilangan air yang berlebih (sekitar 5%
perbedaan yang nyata bermakna, apabila dibanding
sampai 10% dari bobot awal) akan me nyebabkan
kan dengan kontrol (tanpa kemasan). Begitu juga
susut pasca panen yaitu penurunan berat, penurunan
berbagai macam kemasan juga memberikan
kualitas (kenam pakan). Pengemasan adalah salah
perbedaan yang nyata bermakna, dimana jenis
satu cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk
kemasan kertas laminasi sedikit banyak bisa
menjaga kesegaran dan umur simpan produk
menahan kadar air cukup tinggi dibandingkan
makanan.
dengan kemasan kertas per kamen, kertas koran dan
kertas kraft. Pengemasan adalah salah satu cara yang 2. Susut Bobot
dapat dilakukan masyarakat untuk menjaga
Hasil Pengamatan pengujian analisis akhir
kesegaran dan mencegah menurunnya mutu hasil
statistik mengenai susut bobot kubis dengan
panen, menekan ting kat kerusakan dan memper
berbagai jenis kemasan kertas adalah menunujukkan
panjang daya simpan produk makanan. Menurut [7],
hasil yang berbeda nyata bermakna seperti yang
dengan menggunakan kemasan kertas pada produk
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini.
pertanian, sejatinya me nempatkan penghambat fisik

Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Kemasan Kerta terhadap Susut Bobot Kubis (g)
Perlakuan (kemasan) Ulangan Rata-rata
1 2 3 4 5
Kontrol 150 140 150 160 180 156 a
Perkamen 100 100 100 100 50 90 c
Kraft 90 120 140 40 40 86 c
Koran 100 150 90 100 50 98 b
Laminasi 30 40 40 50 15 35 d
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut
Uji Djarak Berganda Duncant taraf alpha = 5%
226
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi

Susut bobot : Pengamatan ini dilakukan se belum Menurut[9], keuntungan–keuntungan yang


pengemasan dan diakhir pengamatan atau setelah diperoleh dari pengemasan banyak sekali
kubis disimpan 8 hari. Dengan membandingkan diantaranya adalah:
bobot awal kubis dan bobot setelah disimpan selama 1. Merupakan unit penanganan yang efisien.
8 hari, adapun yang diuji adalah berapa penyusutan
dengan berbagai kemasan kertas pembungkus. Bo 2. Merupakan unit penyimpanan yang mudah
bot awal kubis sebelum pengemasan bobot nya disimpan di gudang - gudang atau rumah.
diseragamkan yakni 500 g. Setelah di beri perlakuan 3. Melindungi mutu dan mengurangi
dengan berbagai jenis kerta pembungkus/kertas pemborosan.
kemasan, maka ditimbang akhir pelaksanaan. Se
lisih bobot awal dan bobot akhir, dilanjutkan dengan 4. Memungkinkan penggunaan udara
menguji secara statistik, yang akhir pengujian termodifikasi yang mengun tungkan.
ditunjukkan pada Tabel 4. pada halaman sebe 5. Memberi barang yang bersih dan memenuhi
lumnya. persyaratan kesehatan.
Dengan memperhatikan Tabel 4. diatas bisa Maka dari itu perlunya penanganan pasca panen
ditarik kesimpulan bahwa berbagai macam kemasan yang tepat sehingga dapat mencegah kebobot yang
kertas pembungkus produk kubis berpengaruh berlebih. Pengepakan krop kubis dengan peti
terhadap susut bobot sayur ku bis. Tanpa kemasan berlubang atau keranjang serta pengemasan tiap
nilai susut bobotnya tertinggi dan mencapai rerata krop kubis dengan kemasan kertas dapat mencegah
susut bobot tertinggi dan mencapai rerata susut kehilangan berat bobot kubis yang berlebih. Selama
bobot sebesar 156 g, dibandingkan dengan berbagai proses penyim panan terjadi perubahan kimiawi
macam kemasan kertas kraft, perkamen, koran dan yang dapat merubah penampilan, citarasa, dan
kertas laminasi dengan rerata susut bobotnya kualitasnya. Perubahan yang disebabkan oleh kerja
berkisar antara 35 g sampai 98 g. Begitu juga enzim yang mengakibatkan perubahan semakin
kemasan terbaik yang mempunyai nilai susut bobot cepat terjadi berbeda dengan yang dipanen dalam
kubis terkecil, adalah kemasan kertas laminasi kondisi belum terlalu tua sehingga perubahan agak
dengan nilai susut bobot sebesar 35 g. Hal ini didu lambat disebabkan karena mengandung gula yang
ga karena jenis kemasan kertas l minasi tidak berpori rendah dan lebih tinggi zat tepung[10].
dan kedap air dan kedap udara. Kertas laminasi
adalah kertas yang permukaannya dilaminasi dengan 3. Aplikasi selanjutnya.
menggunakan bahan lain. Bahan untuk melaminasi Aplikasi selanjutnya adalah : penelitian
yang biasanya digunakan adalah plastik, alumunium organoleptik meliputi :
foil, lilin, dan sebagainya. Kertas ini mempunyai
a. Tekstur : Pengamatan ini dilakukan
warna kecoklatan. Pada penggunaannya sebagai
dengan cara pengujian organoleptik dengan
kemasan, kertas laminasi biasanya direkatkan
responden 20 orang panelis dengan melihat
dengan menggunakan panas dan terdapat dalam
panduan pada lampiran 2. Percobaan ini
bentuk kantung ataupun kotak. Contoh kemasan
dilakukan pada akhir pengamatan yaitu ketika
yang terbuat dari bahan kertas lapis adalah tetra pack
kubis telah disimpan selama 8 hari
yang terdiri dari lilin, karton, alumunium foil, dan
polietilen. b. Kelayuan : Pengamatan ini dilakukan dengan
cara pengujian organoleptik dengan responden
Dengan sifat yang dipunyai pada kertas laminasi,
20 orang panelis dengan melihat panduan pada
pengemasan dalam bungkus ker tas tersebut dapat
lampiran 3. Percobaan ini dilakukan pada akhir
timbul udara termodifikasi yang dapat
pengamatan yaitu ketika kubis telah disimpan
menguntungkan. Udara yang telah mengalami
selama 8 hari
perubahan itu menghambat pematangan dan
memperpanjang umur simpan hasil. Pengemasan c. Aroma : Pengamatan ini dilakukan dengan cara
memberkan keuntungan dari segi kesehatan. Setiap pengujian organoleptik dengan responden 20
wadah tertutup dapat ikut membantu meng orang panelis dengan melihat panduan pada
hindarkan barang dari debu atau terhindar dari lampiran 4. Percobaan ini dilakukan pada akhir
kontaminasi zat‐zat yang merugikan[8].
227
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi

pengamatan yaitu ketika kubis telah disimpan e. Penerimaan/Kesukaan : Pengamatan ini


selama 8 hari. dilakukan dengan cara pengujian organoleptik
dengain responden 20 orang panelis dengan
d. Perubahan warna : Pengamatan ini dilakukan
melihat panduan pada lampiran 6. Percobaan ini
dengan cara pengujian organoleptik dengan
dilakukan pada akhir pengamatan yaitu ketika
responden 20 orang panelis dengan melihat
kubis telah disimpan selama 8 hari
panduan pada lampiran 5. Percobaan ini
dilakukan pada akhir pengamatan yaitu ketika
kubis telah disimpan selama 8 hari.
.
Tabel 5. Hasil rekapitulasi Nilai rerata organoleptik terhadap kualitas kubis dari 20 (dua puluh)
orang responden

Peubah Tanpa kemasan Kertas Perkamen Kertas Kraft Kertas Koran Kertas Laminasi
Tekstur 2,18 2,33 2,41 2,38 2,75
Kelayuan 3,10 3,17 3,13 2,91 2,85
Aroma 2,84 3,31 2,99 2,4 2,15
Warna 3,57 3,57 3,42 3,37 3,16
Kesukaan 2,67 2,67 2,57 2,42 2,03
Keterangan: Angka rerata yang dicetak hurup tebal adalah nilai rerata tertinggi dari 20 responden,
rentang penilaian dari 1 sampai 5.

IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


[1]. Pracaya. 2005. Hama Dan Penyakit Tanaman.
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan,
Penebar Swadaya. Jakarta.
dengan memperhatikan Tabel 5, pada hasil
[2]. Rahayu, W.P., H. Nababan, S. Budijanto, dan
rekapitulasi rerata nilai organoleptik 20 (dua puluh)
D.Syah. 2003. Pengemasan, Penyimpanan dan
orang responden, untuk peubah tekstur kubis jenis
Pelabelan. Badan Pengawasan Obat dan
kertas kemasan yang dipilih jenis kemasan kertas
Makanan, Jakarta.
laminasi (nilai 2,75). Sedangkan untuk peubah
[3]. Kusnandar, F. 2004. Aplikasi program
kelayuan, peubah aroma, peubah warna dan peubah
computer sebagai alat bantu penentuan umur
kesukaan, hampir semua responden memilih
simpan produk pangan: metode Arrhenius.
kemasan kertas perkamen dengan rentang nilai
Pelatihan Pendugaan Waktu Kedaluwarsa
(2,67 - 3,57). Adapun sifat kertas perkamen adalah
(Shelf Life) Bahan dan Produk Pangan. Bogor,
merupakan kertas yang tembus pandang
1−2 Desember 2004. Pusat Studi Pangan dan
(transparan) tetapi kertas jenis perkamen ini
Gizi, Institut Pertanian Bogor.
mempunyai tekstur yang lebih kasar jika
[4]. Sinaga, R.M. dan D. Histifarina. 2000.
dibandingkan dengan kertas glasin dan minyak,
Peningkatan mutu bawang putih instan kering
permukaan yang licin, dan jika terdekorasi
dengan prosedur perendaman dalam larutan
mempunyai efek pewarnaan yang baik. Kertas
natrium bisulfit. Jurnal Hortikultura 9(4).
perkamen biasanya digunakan sebagai kemasan
[5]. Setiadi. 2008. Cabai Rawit Jenis dan Budaya.
mentega, keju dalam bentuk bungkusan, dan juga
Jakarta. Penebar Swadaya.
dapat digunakan sebagai label. Kertas jenis ini
[6]. Ryall, A. L. and Lipton, W. J. 1972. Handling,
dibuat dengan proses sulfiric acid serta proses
Transportation and Storage of Fruits and
pengelantangan (bleaching) sehingga kertas jenis
Vegetables, Vol. I: Vegetables and Melons.
ini mempunyai sifat yang tahan dalam keadaan
AVI Pub., Westport, Connecticut.
basah, mempunyai ketahanan yang baik terhadap
[7]. Mailangkay, Desy Natalia Irwanty, 2002.
lemak, tidak terang (baur).
Pengaruh Kemasan Vakum dan Non Vakum
Terhadap Perubahan Mutu Kimia dan Sifat
Organoleptik Keripik Pisang Selama
Penyimpanan. Institu Pertanian Bogor.
228
Jurnal Siliwangi Vol.3. No.2, 2017 ISSN 2477-3891
Seri Sains dan Teknologi

[8]. Susanto, T. Bambang, H, Suhardi. 1994.


Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen.
Yogyakarta. Akademika.
[9]. Pantastico, E. R. B., 1993. Fisiologi Pasca
Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
Buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika.
Terjemahan Komeriyani. UGM Press,
Yogyakarta.
[10].Sumoprastowo, 2004. Memilih dan
Menyimpan Sayur Mayur, Buah-Buahan, dan
Bahan Makanan. Jakarta. Bumi Aksara.

229
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017, Hal. 59-68


DOI: http://dx.doi.org/10.22146/agritech.17011
ISSN 0216-0455 (Print), ISSN 2527-3825 (Online)
Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/agritech/

Karakterisasi Kemasan Kertas Aktif dengan Penambahan Oleoresin Ampas


Destilasi Sereh Dapur (Cymbopogon citratus)
Characterization of Active Paper Packaging with Addition of Distillation Dregs Oleoresin of Lemongrass
(Cymbopogon citratus)

Lia Umi Khasanah, Windi Atmaka, Dewi Kurniasari, K. Kawiji, Danar Praseptiangga, Rohula Utami

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret


Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Indonesia
Email: liaumikhasanah@yahoo.co.id

Submisi: 5 Agustus 2015; Penerimaan: 30 Maret 2016

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur
(0 %, 2 %, 4 %, dan 6 % b/b) terhadap karakteristik kemasan kertas aktif (analisis sensoris, kadar air, ketebalan,
ketahanan tarik, ketahanan lipat, dan aktifitas antimikroba), mengetahui gugus fungsi kemasan kertas aktif kontrol
dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih, mengetahui pengaruh waktu penyimpanan (0, 5, 10,
15, dan 20 hari) terhadap karakteristik kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh
dapur terpilih (uji ketahanan lipat dan ketahanan tarik), dan mengetahui aktivitas antimikroba kemasan kertas aktif
kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih sebelum dan setelah penyimpanan selama 20 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi oleoresin berpengaruh nyata terhadap warna, overall (penerimaan
keseluruhan), ketahanan tarik, ketahanan lipat, dan aktivitas antimikroba tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap aroma,
tekstur, kadar air, dan ketebalan kemasan kertas aktif. Penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur meningkatkan
kadar air, ketebalan, dan aktivitas antimikroba serta menurunkan ketahanan tarik, ketahanan lipat, dan penerimaan
panelis. Kemasan kertas aktif mengandung gugus fungsi selulosa, kitosan, dan tween 80 serta pada kemasan kertas
aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % terdapat gugus fungsi oleoresin sereh dapur. Waktu penyimpanan tidak
berpengaruh secara nyata terhadap ketahanan tarik dan ketahanan lipat kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi
terpilih. Kemasan kertas aktif kontrol dengan kemasan kertas aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % berbeda
nyata di setiap 5 hari penyimpanan. Namun, penyimpanan selama 20 hari tidak berpengaruh secara nyata terhadap
aktivitas antimikroba kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi terpilih.

Kata kunci: Kemasan kertas aktif; ampas; sereh dapur; oleoresin

ABSTRACT

The aims of this research were to determine the effect of lemongrass distillation dregs oleoresin concentration (0
%, 2 %, 4 %, and 6 % b/b) on the active paper packaging characteristics (sensory, water content, thickness, tensile
strength, fold endurance and antimicrobial activity), to determine the functional groups of the control and selected
active paper packaging, to determine the effect of days of storage (0, 5, 10, 15, and 20 day) on the control and selected
active paper packaging characteristics (tensile strength, and fold endurance), and to determine antimicrobial activity
of the control and selected active paper packaging during 20 days storage. The result showed that the concentration
of lemongrass distillation dregs oleoresin significantly affected the color, overall, tensile strength, fold endurance,
and antimicrobial activity while did not significantly affected the flavor, texture, water content, and thickness of the

59
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

active paper packaging. The addition of lemongrass distillation dregs oleoresin increased the water content, thickness,
microbial activity, while decreased the panelists preference, tensile strength and fold endurance of the active paper
packaging. The spectrum of functional groups of the active paper packaging showed the presence of chitosan, cellulose,
tween 80, and lemongrass oleoresin. The storage days had no significant effect on tensile strength and fold endurance
of the control and selected active paper packaging. The control and selected active paper packaging were significantly
different at each 5 days storage. However the 20 day of storage showed no significant effect on the antimicrobial
activity of the control and selected active paper packaging.

Keywords: Active paper packaging, dregs; lemongrass; oleoresin

PENDAHULUAN destilasi langsung selama 4 jam memiliki rendemen sebesar


0,303% dan kadar sitral 76,3 % (Kawiji dkk., 2010). Selain
Kemasan memegang peranan penting dalam pengawetan minyak atsiri, oleoresin juga dapat dihasilkan dari sereh dapur.
produk pangan. Kemasan dapat mencegah kerusakan produk Oleoresin merupakan campuran dari minyak atsiri dan resin
pangan, melindungi bahan pangan yang dikemas dari bahaya (padatan) yang diperoleh dengan ekstraksi. Dibandingkan
pencemaran dan gangguan fisik seperti gesekan, benturan, minyak atsiri, oleoresin memiliki aroma dan flavor yang lebih
dan getaran. Di samping itu kemasan juga berfungsi untuk kuat dan sama dengan rempah segar. Kandungan oleoresin
memudahkan dalam proses penyimpanan, pengangkutan, sereh dapur yang diperoleh menggunakan metode Pressuried
dan pendistribusian serta sebagai daya tarik pembeli (Fauzi, Liquid Extraction (PLE) dengan pelarut etanol adalah neral
2006). dan geranial berturut-turut sebanyak 6,23 ± 0,7 dan 17,06 ±
Kemasan dapat dikembangkan menjadi kemasan aktif. 0,7 mg/100 g sereh dapur (Ain dkk., 2013).
Menurut Dobrucka dan Cierpiszewski (2014), kemasan aktif Menurut Harris (1993) produksi minyak sereh dapur di
merupakan penggabungan senyawa aditif tertentu ke dalam Indonesia tidak tetap dengan ekspor berkisar antara 2-3 ton
film kemasan dengan tujuan untuk mempertahankan atau minyak/tahun. Rendemen minyak atsiri sereh dapur 0,3-0,5
meningkatkan umur simpan produk. Suatu kemasan dapat %, maka ampas destilasi sereh dapur yang dihasilkan per
dikatakan sebagai kemasan aktif ketika dapat menjalankan tahun di Indonesia berkisar 400-1.000 ton. Pada destilasi
beberapa peran dalam pengawetan makanan dan memberikan sereh dapur hanya mendapatkan komponen volatil yaitu
penghalang inert untuk kondisi eksternal. Salah satu contoh minyak atsiri sereh dapur sedangkan resin yang terkandung
kemasan aktif adalah kemasan kertas aktif. Kemasan kertas dalam sereh dapur belum terambil. Biasanya ampas hasil
memiliki kelebihan yaitu harganya lebih murah, mudah destilasi digunakan sebagai bahan bakar tungku penyulingan
didapat, dan penggunaannya lebih luas. Kemasan kertas padahal dalam ampas tersebut masih terkandung oleoresin
aktif dapat menghambat pertumbuhan mikrobia pada buah- (Budi, 2009). Sehingga ampas destilasi sereh dapur dapat
buahan, sayuran, dan daging. Kertas aktif yang terbuat dari dimanfaatkan untuk menghasilkan oleoresin. Oleoresin yang
kertas yang dilapisi parafin dan diinkorporasi minyak atsiri dihasilkan tersebut dapat ditambahkan ke dalam kemasan
kayu manis sebanyak 2 %, 4 %, dan 6 % dapat menghambat kertas aktif sehingga dapat menunjang perannya sebagai
pertumbuhan R. stolonifer (Rodriguez dkk., 2008). kemasan antimikroba.
Rempah-rempah telah banyak diteliti memiliki Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
kandungan antimikroba dan antioksidan baik dalam minyak mengetahui konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh
atsiri maupun oleoresin. Edible film dengan penambahan 0,1 dapur yang ditambahkan ke dalam kemasan kertas aktif
% (v/v air) minyak atsiri kunyit putih mampu menghambat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan memiliki
Pseudomonas putida dan Pseudomonas fluorescens (Utami karakteristik fisik, kimia, serta sensori yang baik.
dkk., 2013). Minyak atsiri sereh dapur mampu menghambat
pertumbuhan jamur Aspergillus sp. pada konsentrasi METODE PENELITIAN
minimum 0,3 % dengan presentase daya hambat 23,92 % dan
pada konsentrasi 0,5 % dapat menghambat 100 % (Ella dkk., Alat dan Bahan
2013).
Bahan yang digunakan adalah sereh dapur (Pasar Legi,
Sereh dapur (Cymbopogon citratus) merupakan jenis
Surakarta), etanol 96 %, kertas saring, kitosan, asam asetat,
tanaman dari keluarga rumput-rumputan yang mempunyai
aquades, pati tapioka, tween 80, NaCl, KBr, Pseudomonas
aroma yang kuat dan wangi karena mengandung minyak atsiri
flourescens FNCC 0071, Aspergillus niger FNCC 6018,
(Kusumayadi dkk., 2013). Minyak atsiri sereh dapur hasil
Nutrient Agar, Potato Dextrose Agar, dan silica gel. Alat yang

60
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

digunakan adalah hot plate, labu leher tiga, termometer, rotary Rancangan Penelitian
vacuum evaporator IKA RV-10 Basic, blender “Cosmos”, alat Penelitian ini terdiri dari empat tahapan. Tahapan
pencetak kertas ukuran 20 x 30 cm, MIT Folding Endurance pertama untuk mengetahui pengaruh konsentrasi oleoresin
Tester, Tensile Tester – Kao Tieh (Model KT-7010-A2), IR ampas destilasi sereh dapur (0 %, 2 %, 4 %, dan 6 % b/b)
spectrometer Nicolet Magna 4R/ Avatar-360, alat gelas, dan terhadap karakteristik kemasan kertas aktif (analisis sensoris,
alat analisis. kadar air, ketebalan, ketahanan tarik, dan ketahanan lipat,
Tahapan Penelitian dan aktifitas antimikroba) (Table 1). Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
Ampas destilasi sereh dapur berasal dari limbah satu faktor. Data dianalisis menggunakan ANOVA dengan
destilasi uap sereh dapur. Ampas destilasi sereh dapur taraf signifikansi 5 %. Jika berpengaruh nyata dilanjutkan
dikeringanginkan selama 24 jam dan diekstraksi maserasi dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf
dengan pelarut etanol 96 % pada perbandingan bahan dengan siginifikansi yang sama. Tahapan kedua untuk mengetahui
pelarut adalah 1:5 (b/v) (Danlami dkk., 2011). Ekstraksi gugus fungsi kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi
dilakukan pada suhu 78 °C selama 5 jam 14 menit (Khasanah oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih. Tahapan ketiga
dkk., 2013). Penyaringan dilakukan untuk memisahkan untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan (0, 5, 10,
ampas dengan ekstrak. Pemisahan antara oleoresin dengan 15, dan 20 hari) terhadap karakteristik kemasan kertas aktif
pelarut dilakukan menggunakan rotary evaporator 90 rpm kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur
suhu 60 °C. terpilih (uji ketahanan lipat dan ketahanan tarik). Rancangan
Pembuatan kertas aktif mengacu pada metode yang percobaan tahapan ini menggunakan RAL. Data dianalisis
dikembangkan oleh Manuhara (2013) dan Hadi (2008). menggunakan ANOVA dengan taraf signifikansi 5 %. Jika
Potongan kertas saring (2 mm x 2 mm) sebanyak 15 g berpengaruh nyata dilanjutkan dengan (DMRT) dengan
direndam dalam 250 mL aquades selama 24 jam. Rendaman taraf siginifikansi yang sama. Sedangkan untuk mengetahui
potongan kertas ditambah dengan 250 mL aquades dan perbedaan karakteristik kemasan kertas aktif kontrol dan
dihancurkan dengan blender selama 5 menit hingga menjadi konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur terpilih
pulp. Pati tapioca 30 % (b/b) dilarutkan ke dalam 50 mL selama penyimpanan data dianalisis menggunakan t-test
aquades dan dicampur dengan pulp menggunakan blender dengan taraf signifikansi 5 %. Tahapan keempat untuk
selama 5 menit. mengetahui aktivitas antimikroba kemasan kertas aktif
Bubuk kitosan sebanyak 0,45 g ditambahkan ke dalam kontrol dan konsentrasi oleoresin ampas destilasi sereh dapur
gelas beker berisi 100 mL asam asetat 1 % dan diaduk hingga terpilih sebelum dan setelah penyimpanan selama 20 hari.
terbentuk larutan kitosan dalam asam asetat. Larutan kitosan Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan t-test dengan
tersebut dicampur dengan blender selama 5 menit. Dalam taraf signifikansi 5 %.
tiga gelas beker lain yang telah terisi 50 mL aquades, masing-
masing ditambahkan oleoresin ampas destilasi sereh dapur
dengan konsentrasi 2 %, 4 %, dan 6 % (b/b) terhadap kertas HASIL DAN PEMBAHASAN
saring, ditambahkan tween 80 dan dilakukan pengadukan
Analisis Sensoris Kemasan Kertas Aktif
menggunakan magnetic stirrer pada suhu ruang hingga
terbentuk emulsi oleoresin ampas destilasi sereh dapur dalam Penambahan oleoresin berpengaruh tidak nyata
aquades. Sedangkan konsentrasi 0 % (tanpa penambahan terhadap penerimaan panelis pada parameter aroma dan
oleoresin) tidak ditambahkan tween 80. Emulsi oleoresin tekstur tetapi berpengaruh nyata pada parameter warna dan
dalam aquades diblender selama 5 menit. overall (penerimaan keseluruhan). Pada parameter warna,
Pencetakan dilakukan secara manual di atas alat konsentrasi 2 % (b/b) memiliki warna yang lebih disukai
pencetak kayu 20 cm x 30 cm. Adonan kertas dituang ke dibandingkan konsentrasi 4 % dan 6 %. Semakin tinggi
permukaan saringan dalam alat pencetak hingga rata dan konsentrasi oleoresin yang ditambahkan maka warna kertas
terbentuk lembaran kertas basah. Lembaran kertas basah di semakin tidak disukai oleh panelis. Hal ini dikarenakan
atas permukaan saringan ditekan di antara permukaan kaca semakin tinggi konsentrasi oleoresin yang ditambahkan maka
dengan beban 2 kg selama 10 menit. Lembaran kertas basah warna kertas semakin hijau sesuai dengan warna oleoresin,
dikeringkan pada suhu 30 oC selama 48 jam dengan diselingi sedangkan panelis lebih menyukai kertas yang berwarna
pembalikan kertas setelah 24 jam pengeringan. putih. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sucipto dkk.
(2009) tentang kertas dari pelepah pisang yang menunjukkan
bahwa panelis lebih menyukai warna kertas yang cerah.

61
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

Tabel 1. Hasil uji sensoris kemasan kertas aktif dengan penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur

Parameter
Kertas aktif
Warna Aroma Tekstur Penerimaan keseluruhan
Kontrol 4,17c ± 0,75 3,40a ± 0,62 3,43a ± 0,90 3,83c ± 0,83
Oleoresin 2 % 3,50b ± 0,82 3,43a ± 0,50 3,07a ± 0,64 3,43b ± 0,57
Oleoresin 4 % 3,00a ± 0,74 3,30a ± 0,54 3,07a ± 0,98 3,17ab ± 0,70
Oleoresin 6 % 2,87a ± 0,90 3,20a ± 0,76 3,07a ± 0,83 2,93a ± 0,87
Keterangan:
Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5 %
Nilai 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 = suka, 5 = sangat suka

Karakteristik Fisik Penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur


Penambahan oleoresin tidak berpengaruh terhadap tidak berpengaruh terhadap ketebalan kertas. Sejumlah
kadar air kemasan kertas aktif (Tabel 2). Kadar air kertas penelitian menyebutkan bahwa semakin banyak bahan yang
aktif dipengaruhi oleh penambahan Tween 80 dalam bubur ditambahkan maka total padatan yang terkandung dalam
kertas. Menurut Prasetyo (2005), penambahan Tween 80 kertas semakin tinggi sehingga ketebalan kertas semakin
pada pembuatan kopi instan mempengaruhi penurunan tinggi. Amaliya dan Putri (2014) melaporkan bahwa semakin
kadar air. Tween 80 yang berfungsi sebagai emulsifier tinggi konsentrasi pati jagung dan kunyit putih maka ketebalan
dapat memperbanyak terbentuknya busa serta menurunkan edible film akan semakin meningkat. Tongnuanchan dkk.
tegangan permukaan antara dua fasa, sehingga pengeringan (2014) juga menyebutkan bahwa penambahan berbagai jenis
lebih cepat dan akan menghasilkan kadar air yang lebih minyak atsiri dapat meningkatkan ketebalan film. Menurut
rendah dengan lama pengeringan yang sama. Namun, Tween Schuur (1988), kemasan yang digunakan untuk distribusi
80 juga bersifat higroskopis yang berarti bisa menyerap air buah umumnya adalah kotak kardus ber-flute dengan
dari lingkungan. Menurut Kurniasih (2011), kitosan memiliki ketebalan 0,85−3 mm. Kardus ber-flute yaitu kardus yang
sifat higroskopis karena kemampuan gugus amina kitosan bagian tengahnya bergelombang. Ketebalan kemasan kertas
yang mampu mengikat air. Sifat higroskopis dari kitosan ini aktif pada penelitian ini sudah memenuhi standar kemasan
diduga yang membuat kadar air kertas aktif tinggi akibat air untuk distribusi.
yang terikat oleh gugus amina tidak bisa teruapkan secara Penambahan oleoresin berpengaruh nyata terhadap
baik. Penambahan tapioka dalam pembuatan kertas aktif yang ketahanan tarik kemasan kertas aktif. Semakin tinggi oleoresin
berfungsi sebagai perekat juga berpengaruh terhadap kadar yang ditambahkan maka ketahanan tarik kertas semakin
air. Penambahan bahan aditif seperti tapioka dapat mengisi turun. Hal ini sesuai dengan penelitian Tongnuanchan dkk.
celah antar serat sehingga memperkecil kemungkinan (2014) yang menyebutkan bahwa penambahan minyak atsiri
masuknya air ke dalam celah tersebut (Syamsu dkk., 2012). dapat menurunkan ketahanan tarik film karena minyak atsiri
Menurut SNI 0123:2008 tentang karton dupleks, kadar air mengandung molekul non polar yang tinggi sehingga dapat
maksimal yaitu 10 % sehingga kadar air kemasan kertas aktif mengurangi kekompakan jaringan film. Ketahanan tarik
dengan berbagai penambahan konsentrasi oleoresin sudah film berbasis pati-alginat juga mengalami penurunan seiring
sesuai dengan standar. dengan penambahan konsentrasi minyak atsiri sereh dapur

Tabel 2. Karakteristik fisik kemasan kertas aktif dengan penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur

Parameter
Kertas aktif
Kadar air (%) Ketebalan (mm) Ketahanan tarik (N/mm) Ketahanan lipat
Kontrol 8,845a ± 0,569 8,540 ± 0,226
a
1,689b ± 0,023 1,010b ± 0,042
Oleoresin 2 % 8,996a ± 0,720 8,725a ± 0,092 0,723a ± 0,070 0,540a ± 0,000
Oleoresin 4 % 8,375a ± 0,228 8,864a ± 0,529 0,624a ± 0,103 0,544a ± 0,062
Oleoresin 6 % 9,125a ± 0,791 9,125 ± 0,120
a
0,571a ± 0,095 0,571a ± 0,044
Keterangan:
Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf signifikansi 5 %

62
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

(Maizura dkk., 2007). Menurut SNI 7273:2008 tentang Kertas oleh kitosan yaitu kitosan mempunyai gugus fungsional
Koran, ketahanan tarik minimal kertas adalah 1,18 kN/m. amina (-NH2) yang bermuatan positif yang sangat reaktif,
Penambahan oleoresin berpengaruh nyata terhadap sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri yang
ketahanan lipat kertas (Tabel 2). Pengaruh tersebut disebabkan bermuatan negatif. Ikatan ini terjadi pada situs elektronegatif
oleh adanya tween 80 yang ditambahkan ke dalam kemasan di permukaan dinding sel bakteri. Oleh karena itu, kertas
kertas aktif dengan penambahan oleoresin 2 %, 4 %, dan 6 %. aktif kontrol memiliki aktivitas penghambatan terhadap
Menurut Prasetyo dan Vincentius (2005), penambahan tween Pseudomonas fluorescens karena adanya kitosan. Menurut
80 berfungsi sebagai pembuat busa. Busa yang dihasilkan Nurainy (2008), kitosan dapat berikatan dengan lipid
tersebut menyebabkan permukaan kertas berpori yang yang ada pada permukaan dinding sel bakteri. Pengikatan
menyebabkan kertas mudah putus saat dilipat, sedangkan tersebut mengakibatkan lipid pada dinding sel bakteri rusak
antara kemasan kertas aktif penambahan oleoresin 2 %, 4 %, sehingga pertahanan sel bakteri juga rusak. Hal ini lah yang
dan 6 % berbeda tidak nyata karena jumlah tween 80 yang menyebabkan kertas aktif kontrol menghasilkan zona bening.
ditambahkan sama yaitu sebanyak tiga tetes. Berdasarkan Aktivitas antimikroba terhadap Aspergillus niger (103
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesi Nomor sel/mL) menunjukkan beda tidak nyata di semua perlakuan
30 tahun 2011 tentang Pedoman Penggunaan Kertas untuk (Tabel 3). Menurut Elifah (2010), diameter zona hambat tidak
Arsip/Dokumen Permanen, ketahanan lipat kertas arsip selalu naik sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri,
dengan menggunakan metode MIT adalah minimal 2,18 atau kemungkinan ini terjadi karena perbedaan kecepatan difusi
setara dengan 150 jumlah lipatan. senyawa antibakteri pada media agar. Fitriani dkk. (2013)
menyebutkan bahwa kecepatan difusi ekstrak ke dalam
Uji Antimikroba media agar dipengaruhi oleh kekentalan ekstrak. Ekstrak
Hasil pengujian aktivitas antimikroba terhadap yang terlalu kental menyebabkan sukar berdifusi ke dalam
Psedomonas flourescens (Tabel 3) menunjukkan bahwa medium agar dan masuk ke dalam dinding sel jamur sehingga
penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur ke dalam mempengaruhi ukuran zona hambat yang terbentuk.
kemasan kertas aktif berpengaruh nyata terhadap aktivitas Menurut Matasyoh dkk. (2011), minyak atsiri sereh
antimikroba kertas aktif. Semakin tinggi konsentrasi oleoresin dapur memiliki kemampuan sebagai antijamur dengan
yang ditambahkan maka penghambatan terhadap bakteri adanya senyawa aktif neral dan geranial. Neral dan geranial
Pseudomonas fluorescens semakin meningkat. Peningkatan merupakan isomer aldehida monoterpena asiklik dari sitral.
aktivitas antimikroba dikarenakan dalam kertas aktif terdapat Aktivitas antimikroba minyak sereh dapur sebanyak 11,8 µg
senyawa aktif dari oleoresin sereh dapur yaitu sitral. Menurut x 102 dan 5,9 µg x 102 memberikan penghambatan terhadap
Utami dkk. (2013), ketika oleoresin ditambahkan ke dalam Aspegillus niger dengan zona bening sebesar berturut-turut
kemasan kertas aktif, senyawa aktif yang terkandung yaitu 10,67 ± 0,58 mm dan 10,33 ± 0,58 mm (Matasyoh dkk.,
dalam oleoresin tersebut akan terdifusi ke media agar dan 2011).
menghasilkan zona bening pada media pertumbuhan mikroba. Pada kertas aktif penambahan oleoresin 0 % memiliki
Menurut Rahman dkk. (2013) minyak atsiri sereh dapur zona bening karena dalam kertas tersebut terdapat kitosan
lebih efektif dalam menghambat bakteri gram positif yaitu yang juga dapat berfungsi sebagai antikapang. Sifat kitosan
Staphylococcus aureus dibandingkan dengan bakteri gram sebagai antikapang disebabkan oleh interaksi gugus aktif
negatif yaitu Escherichia coli. Hal ini dikarenakan bakteri dari kitosan (-NH2+) dengan lipid di plasma membran yang
gram positif lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri menyebabkan perubahan morfologi dan gangguan permukaan
karena struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sel kapang (Chasanah, 2013).
sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri masuk Berdasarkan uji antimikroba, kemasan kertas aktif
ke dalam sel gram positif. Sedangkan bakteri gram negatif penambahan oleoresin konsentrasi 0 %, 2 %, 4 %, dan 6 %
memiliki dinding sel yang lebih kompleks. memiliki daya hambat sedang terhadap bakteri Pseudomonas
Selain adanya senyawa aktif dari oleoresin, zona fluorescens dan memiliki daya hambat kuat terhadap jamur
hambat kertas aktif juga disebabkan oleh adanya kitosan yang Aspergillus niger. Davis dan Stout (1971) menyatakan bahwa
juga berperan sebagai agen antimikroba. Bakteri gram negatif ketentuan kekuatan antibakteri sebagai berikut: daerah zona
dengan lipopolisakarida di lapisan luarnya memiliki kutup bening 20 mm atau lebih termasuk sangat kuat, daerah zona
negatif yang sangat sensitif terhadap kitosan (Killay, 2013). bening 10-20 mm termasuk kategori kuat, daerah zona bening
Menurut Pebriani dkk. (2012), kitosan memiliki polikation 5-10 mm termasuk kategori sedang, dan daerah zona bening
bermuatan positif yang mampu menekan pertumbuhan bakteri kurang dari sama dengan 5 mm termasuk kategori lemah.
dan kapang. Adapun mekanisme penghambatan mikroba

63
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

Tabel 3. Hasil pengujian aktivitas antimikroba Tabel 4. Gugus fungsi kemasan kertas aktif

Diameter zona bening (mm) Panjang gelombang (cm-1)


Gugus fungsi
Kertas aktif Pseudomonas floure- Kontrol Konsentrasi 2 %
Aspergillus niger
scens O-H 3.168,22 dan 3.440,19
Kontrol 6,009a ± 0,199 12,212a ± 0,274 3.299,38
Oleoresin 2 % 6,931 ± 0,071
b
14,425a ± 2,652 N-H 1.659,82 1.632,81
Oleoresin 4 % 6,941b ± 0,393 15,431a ± 1,043 C-H alkana 2.907,81 2.901,06
Oleoresin 6 % 7,094b ± 0,079 12,925a ± 2,157 C-O 1.033,89; 1.058,97; 1.025,21;
1.120,69; 1.158,3; 1.059,93; 1.113,94;
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata pada taraf signifikansi 5 % 1.199,78; 1.318,4 1.167,95;1.204,6;
1.318,4
Konsentrasi Penambahan Oleoresin Ampas Sereh Dapur C-N 1.033,89; 1.058,97; 1.025,21; 1.059,93;
Terpilih 1.120,69; 1.158,3; 1.113,94; 1.167,95;
Pemilihan konsentrasi penambahan oleoresin ampas 1.199,78 1.204,6
sereh dapur terpilih dilakukan berdasarkan nilai yang C-C 1.427,39; 1.437,03 1.433,17
diperoleh dari hasil pengujian tiap parameter. Kertas aktif C-H alkil 1.158,3; 1.199 1.167,95; 1.204,6
dengan konsentrasi penambahan oleoresin ampas sereh dapur halida
2 % memiliki nilai sensori yang lebih tinggi yang berarti CH2 dan CH3 1.381,4 1.372,41
lebih disukai oleh panelis pada parameter aroma dan overall =C-H 708,87; 898,87; 666,43; 671,26;
dibandingkan 4 % dan 6 %. Aktivitas antimikroba dan sifat 992,42 702,12; 898,87;
fisikokimia kertas aktif dengan konsentrasi penambahan 984,7
oleoresin ampas sereh dapur 2 % berbeda tidak nyata dengan
C=O 1.720,58 1.632,81
4 % dan 6 %. Sehingga konsentrasi penambahan oleoresin
ampas sereh dapur 2 % dipilih karena lebih efisien. C-Br 569,03; 605,67; 565,17; 624; 666,43;
666,43 671,26
Gugus Fungsi Kemasan Kertas Aktif Kontrol dan C-Cl 569,03; 605,67; 565,17; 624; 666,43;
Konsentrasi 2 % 666,43; 708,87; 671,26; 702,12
Gambar 1 dan Tabel 4 menunjukkan gugus fungsi kitosan 898,87
pada kemasan kertas aktif kontrol. Hasil karakterisasi gugus
fungsi kitosan berdasarkan penelitian Fitriah dkk. (2012) cm-1 serta 1.437,03 cm-1 (C-C). Sedangkan untuk kertas aktif
yaitu panjang gelombang 3.448 cm-1 menunjukkan gugus dengan penambahan oleoresin sebanyak 2 %, gugus fungsi
OH, panjang gelombang 1.658 cm-1 dan 902 cm-1 merupakan dari selulosa ditunjukkan pada panjang gelombang 3.440,19
gugus N-H yang menunjukkan gugus amina primer (-NH2), cm-1 (O-H); 2.901,06 cm-1 (C-H); 1.025,21 cm-1; 1.059,93 cm-
senyawa C-H ditunjukkan pada panjang gelombang 2.916 1
; 1.113,94 cm-1; 1.167,95 cm-1; 1.204,6 cm-1; 1.318,4 cm-1
cm-1, dan untuk gugus C-O muncul pada panjang gelombang (C-O); dan 1.433,17 cm-1 (C-C). Kertas aktif baik kontrol
1.072 cm-1. maupun penambahan oleoresin konsentrasi 2 %, mengandung
Menurut Fan dkk. (2012), gugus fungsi selulosa gugus fungsi dari selulosa karena bahan baku dari kertas aktif
terdapat pada panjang gelombang 1.160 cm-1, 1.316 cm- ini merupakan kertas saring yang terbuat dari selulosa.
1
, 1.370 cm-1, dan 1.424 cm-1. Diduga gugus fungsi dalam Menurut Ren dkk. (2012), rumus kimia tween 80 yaitu
selulosa tersebut berturut-turut adalah (C-H, C-O, CH2 dan C7H14CH=CHC8H17. Berdasarkan rumus kimia tersebut,
CH3, dan C-C). Sedangkan gugus fungsi selulosa asetat tween 80 mengandung gugus fungsi C-H (2.901,06 cm-1),
menurut Gaol dkk. (2013) yaitu ditunjukkan pada panjang CH2 dan CH3 (1.372,41 cm-1), =C-H (666,43 cm-1; 671,26 cm-
gelombang 3.400 cm-1 untuk OH, 2.950 cm-1 untuk CH3 1
; 702,12 cm-1; 898,87 cm-1; 984,7 cm-1), dan C-C (1.433,17
asimetrik, 2.860 cm-1 untuk CH3 simetrik, dan 1.235 cm-1 cm-1).
untuk C-C-O asetat. Pada penelitian ini, pada kertas aktif Kertas aktif dengan penambahan oleoresin 2 %
kontrol gugus fungsi selulosa ditunjukkan pada panjang memiliki gugus fungsi dari senyawa aktif dalam oleoresin
gelombang 3.168,22 cm-1 dan 3.299,38 cm-1 (O-H); 2.907,81 tersebut. Gugus fungsi oleoresin sereh dapur pada kemasan
cm-1 (C-H); 1.033,89 cm-1; 1.058,97 cm-1; 1.120,69 cm-1; kertas aktif ditunjukkan dengan adanya gugus hidroksil (O-
1.158,3 cm-1; 1.199,78 cm-1; 1.318,4 cm-1 (C-O); dan 1.427,39 H) pada panjang gelombang 3.440,19 cm-1; gugus alkana (C-

64
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

Ketajaman peak pada kertas konsentrasi 2 % menunjukkan


bahwa kertas aktif konsentrasi 2 % mengandung gugus fungsi
a
O-H, C-H, dan C=O lebih banyak dibandingkan kertas aktif
C-H
C=O kontrol. Hal ini dikarenakan dalam kertas aktif konsentrasi 2
% ditambahkan tween 80 dan oleoresin ampas destilasi sereh
O-H
dapur yang mengandung gugus tersebut.

Karakteristik Fisik Kemasan Kertas Aktif Selama


Penyimpanan
b

Pada Tabel 5, ketahanan tarik kemasan kertas aktif


kontrol pada hari ke-5, 15, dan 20 tidak berbeda nyata
dengan kemasan kertas aktif kontrol pada hari ke-0 dan 10,
Keterangan: namun kemasan kertas aktif kontrol pada hari ke-0 berbeda
a: Kertas aktif konsentrasi 2 % nyata dengan kemasan kertas aktif kontrol pada hari ke-10.
b: Kertas aktif kontrol Sedangkan pada kemasan kertas aktif konsentrasi 2 % memiliki
nilai yang berbeda nyata pada hari ke-0, 5, dan 20 dengan
Gambar 1. FT-IR Gugus Fungsi Kertas Aktif Kontrol dan Konsentrasi 2 %
hari ke-10 dan 15. Namun baik kemasan kertas aktif kontrol
maupun kertas dengan penambahan oleoresin 2 % memiliki
H) pada panjang gelombang 2.901,06 cm-1; gugus karbonil pola yang sama yaitu dari hari ke-0 mengalami peningkatan
(C=O) pada panjang gelombang 1.632,81 cm-1; gugus C-C pada hari ke-5 dan hari ke-10 kemudian turun di hari ke-15
pada panjang gelombang 1.433,17 cm-1; CH2 dan CH3 pada dan 20. Menurut Caulfied dan Gunderson (1988), lama waktu
panjang gelombang 1.372,41 cm-1; dan =C-H pada panjang penyimpanan tidak mempengaruhi nilai ketahanan tarik
gelombang 666,43 cm-1, 671,26 cm-1, 702,12 cm-1, 898,87 kertas. Faktor yang mempengaruhi ketahanan tarik adalah
cm-1, serta 984,7 cm-1. Sedangkan dalam penelitian Ain dkk. kenaikan suhu dan kondisi kelembaban lingkungan yang
(2013), oleoresin sereh dapur mengandung gugus hidroksil menyebabkan perubahan kimia pada kertas sehingga dapat
(O-H) pada panjang gelombang 3.400 cm-1, gugus alkana (C- menurunkan tingkat kekuatan tariknya. Perlakuan suhu yang
H) pada panjang gelombang 2.913 cm-1 dan 2.849 cm-1 serta lebih tinggi, misalnya pada proses pengeringan, maupun laju
terdapat juga pada panjang gelombang 1.463 cm-1, dan gugus pengeringan yang tinggi mengakibatkan struktur film menjadi
karbonil (C=O) pada panjang gelombang 1.738 cm-1. padat dan lebih berpori karena tidak tersedia cukup waktu
Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa antara kemasan bagi jaringan polimer untuk merapat (Alyanak dkk., 2004;
kertas aktif kontrol dan konsentrasi 2 % memiliki pola Tapia-Blácido dkk., 2005). Alyanak dkk. (2004) menjelaskan
spektrum yang hampir sama. Gugus fungsi yang terkandung bahwa struktur yang lebih berpori dapat mengakibatkan
dalam kedua kertas tersebut juga sama. Namun pada kemasan ketahanan tarik film lebih rendah.
kertas aktif konsentrasi 2 % memiliki peak yang lebih Antara kemasan kertas aktif kontrol dengan kemasan
tajam dibandingkan kertas aktif kontrol yaitu pada panjang kertas aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % berbeda
gelombang 3.440,19 cm-1; 2.901,06 cm-1; dan 1.632,81 nyata di setiap 5 hari penyimpanan. Hal ini menunjukkan
cm-1 yang menunjukkan gugus fungsi O-H, C-H, dan C=O. bahwa penambahan tween 80 dalam kemasan kertas aktif

Tabel 5. Nilai ketahanan tarik dan ketahanan lipat kemasan kertas aktif selama penyimpanan

Ketahanan tarik (N/mm) Ketahanan lipat


Penyimpanan hari ke-
Kontrol Konsentrasi 2 % Kontrol Konsentrasi 2 %
0 1,508 b ± 0,139
A
0,725Aa ± 0,093 1,040 a ± 0,056
A
0,540Aa ± 0,088
5 1,591ABb ± 0,086 0,926Aa ± 0,029 1,113Aa ± 0,047 0,900Ba ± 0,077
10 1,898Bb ± 0,197 1,277Ba ± 0,141 1,620Ba ± 0,244 1,263Ca ± 0,083
15 1,675ABb ± 0,049 1,236Ba ± 0,066 1,617Ba ± 0,103 1,256Ca ± 0,201
20 1,673 b ± 0,018
AB
0,935Aa ± 0,069 1,109 a ± 0,095
A
0,866Ba ± 0,124
Keterangan:
Notasi huruf besar yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf signifikansi 5 %, notasi huruf kecil yang sama pada baris yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf signifikansi 5 %

65
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

Tabel 6. Hasil pengujian aktivitas antimikroba kemasan kertas aktif

Diameter zona bening (mm)


Pseudomonas fluorescens Aspergillus niger
Setelah penyimpanan Setelah penyimpanan
Kertas aktif Sebelum penyimpanan Sebelum penyimpanan
(20 hari) (20 hari)
Kontrol 6,010 a ± 0,20
A
5,837 a ± 0,04
A
12,212 a ± 0.27
A
10,086Aa ± 1,14
Konsentrasi 2 % 6,930Aa ± 0,10 6,418 Aa ± 0,10 14,425Aa ± 2.65 12,243Aa ± 2,32
Keterangan:
Notasi huruf besar yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf signifikansi 5 %, notasi huruf kecil yang sama pada baris yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf signifikansi 5 %

mempengaruhi ketahanan tarik kemasan kertas aktif selama KESIMPULAN


penyimpanan. Kertas dengan penambahan oleoresin 2 %
mengandung tween 80 yang dapat membuat kertas bersifat Konsentrasi oleoresin berpengaruh nyata terhadap
porous sehingga lebih rapuh. Selain itu, tween 80 juga warna, overall, ketahanan tarik, ketahanan lipat dan aktivitas
membuat kertas bersifat higroskopis sehingga kandungan antimikroba tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap
air dalam kertas lebih tinggi dan juga membuat kertas lebih aroma, tekstur, kadar air, dan ketebalan kemasan kertas
rapuh. Tween 80 mempunyai banyak gugus hidroksil (OH) aktif. Penambahan oleoresin ampas destilasi sereh dapur
yang dapat mengikat air (Kamsiati, 2006). Kertas yang lebih meningkatkan kadar air, ketebalan, dan aktivitas antimikroba
rapuh akan membuat nilai ketahanan tariknya semakin kecil. serta menurunkan ketahanan tarik, ketahanan lipat, dan
Pada Tabel 5, ketahanan lipat kemasan kertas aktif penerimaan panelis. Kemasan kertas aktif mengandung gugus
kontrol penyimpanan hari ke-0, 5, dan 20 berbeda nyata
fungsi selulosa, kitosan, dan tween 80 serta pada kemasan
dengan penyimpanan hari ke-10 dan 15. Sedangkan pada
kertas aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % terdapat
kemasan kertas aktif konsentrasi 2 % hari ke-0 berbeda
gugus fungsi oleoresin sereh dapur. Waktu penyimpanan
nyata dengan hari ke-5 dan 20 serta berbeda nyata dengan
berpengaruh tidak nyata terhadap ketahanan tarik dan
hari ke-15 dan 20. Namun baik kemasan kertas aktif kontrol
ketahanan lipat kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi
maupun kertas dengan penambahan oleoresin 2 % memiliki
terpilih. Kemasan kertas aktif kontrol dengan kemasan kertas
pola yang sama yaitu dari hari ke-0 mengalami peningkatan
aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % berbeda nyata
pada hari ke-5 dan hari ke-10 kemudian turun di hari ke-15
dan 20. Menurut Caulfied dan Gunderson (1988), selama di setiap 5 hari penyimpanan. Penyimpanan selama 20 hari
penyimpanan nilai ketahanan lipat lebih mudah mengalami berpengaruh tidak nyata terhadap aktivitas antimikroba
perubahan dibanding ketahanan tarik. Selama penyimpanan kemasan kertas aktif kontrol dan konsentrasi terpilih.
ketahanan lipat semakin menurun karena adanya degradasi
kertas yang menyebabkan melemahnya serat-serat dalam UCAPAN TERIMA KASIH
kertas.
Kemasan kertas aktif kontrol dengan kemasan kertas Terima kasih kepada Direktorat Jendral DIKTI atas
aktif penambahan oleoresin konsentrasi 2 % memiliki pembiayaan melalui skema Hibah Penelitian Unggulan
nilai ketahanan lipat yang berbeda tidak nyata selama Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2015 (No 339/UN27.11/
penyimpanan. Ketahanan lipat kemasan kertas aktif dalam PL/2015).
penelitian ini berskisar antara 0,540-1,620.

Aktivitas Antimikroba Setelah Penyimpanan DAFTAR PUSTAKA


Kemasan kertas aktif kontrol dengan konsentrasi 2 %
Ain, N., Zaibunnisa, Zahrah, H. dan Norashikin. (2013).
berbeda tidak nyata dalam penghambatan Pseudomonas
An experimental design approach for the extraction
fluorescens dan Aspergillus niger baik sebelum maupun
of lemongrass (Cymbopogon citratus) oleoresin using
setelah penyimpanan (Tabel 6). Setelah 20 hari penyimpanan,
Pressurised Liquid Extraction (PLE). International
kemasan kertas aktif konsentrasi 2 % dan kontrol memiliki
Food Research Journal 20(1): 451-455.
daya hambat sedang terhadap bakteri Pseudomonas
fluorescens dan memiliki daya hambat kuat terhadap jamur Alyanak, D. (2004). Water Vapour Permeable Edible
Aspergillus niger. Membranes. Tesis. Biotechnology and Bioengineering

66
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

Program. Izmir Institute of Technology. Manurung, R. (2013). Pembuatan selulosa asetat dari
Amaliya, R.R. dan Putri, W.D.R. (2014). Karakteristik α-selulosa tandan kosong kelapa sawit. Jurnal Teknik
edible film dari pati jagung dengan penambahan filtrat Kimia. 2(3): 33-39.
kunyit putih sebagai antibakteri. Jurnal Pangan dan Hadi, M. (2008). Pembuatan kertas anti rayap ramah
Agroindustri. 2(3): 43-53. lingkungan dengan memanfaatkan ekstrak daun
Caulfield, D.F. dan Gunderson (1988). Paper Testing and kirinyuh. BIOMA 6(2): 12-18.
Strength Characteristics. Technical Association for the Kamsiati, E. (2006). Pembuatan bubuk sari buah tomat
Pulp and Paper Industry Press. Washington DC. (Licopersicon esculentum Mill.) dengan metode “foam-
Chasanah, E., Fawzya, Y.N., Ariani, F. dan Maruli (2013). mat drying”. Jurnal Teknologi Pertanian 7(2): 113-119.
Bioaktivitas kitooligosakarida yang diproduksi dari Kawiji, Khasanah, L.U. dan Pramani, C.A. (2010). Pengaruh
kitosan menggunakan kitosanase microminospora perlakuan awal bahan baku dan waktu destilasi serai
T5a1 sebagai antikapang. Jurnal Pascapanen dan dapur (Cymbopogon citratus) terhadap karakteristik
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 8(1): 65-72. fisikokimia minyak serai dapur (Lemongrass oil).
Danlami, U., Rebecca, A., Machan, D.B. dan Asuquo, T.S. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian 1(1): 59-71.
(2011). Comparative study on the antimicrobial activities Khasanah, L.U., Kawiji, Utami, R., Anandito, B.A. dan
of the ethanolic extract of Lemongrass and Polyalthia Achmad, F. (2013). Karakterisasi oleoresin ampas
longifolia. Journal of Applied Pharmaceutical Science destilasi minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix
01(09): 174-176. DC), hal. 404-408. Prosiding Seminar Nasional
Dobrucka, R. dan Cierpiszewski, R. (2014). Active and Agribisnis.
intelligent packaging food-research and development-a
Killay, A. (2013), Kitosan sebagai anti bakteri pada bahan
review. Polish Journal Food Nutrition Sciences 64(1):
pangan yang aman dan tidak berbahaya (review), hal.
7-15.
200-205. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura.
Elifah, E. (2010). Uji Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak
Kurniasih, M. dan Kartika, D. (2011). Sintesis dan
Metanol Daun Senggani (Melastoma candidum, D.Don)
karakterisasi fisika-kimia kitosan. Jurnal Inovasi 5 (1):
terhadap Escherichia coli dan Bacillus subtilis Serta
42-48.
Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Kusumayadi, Hendra, I.W., Sukewijaya, I.M., Sumiartha, I.K.
Sebelas Maret (UNS), Surakarta. dan Antara, N.S. (2013). Pengaruh ketinggian tempat.
Ella, M.U., Sumiartha, K., Suniti, N.W., Sudiarta, I.P. dan mulsa dan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan
Antara, N.S. (2013). Uji efektivitas konsentrasi minyak rendemen minyak sereh dapur (Cymbopogon citratus).
atsiri sereh dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) E-Jurnal Agroteknologi Tropika 2(1): 49-55.
terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus Sp. secara in Manuhara, G.J. (2013). Pengaruh Suhu dan Lama Waktu
vitro. E-Jurnal Agroteknologi Tropika 2(1): 39-48. Penyimpanan terhadap Aktivitas Antimikroba, Sifat
Fan, M.D.D. dan Huang, B. (2012). Fourier Transform- Kimia dan Fisik Kertas Aktif yang Mengandung
Material Analysis. Intech China. Sinamaldehid. Tesis. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Fauzi, I. (2006). Evaluasi Permeansi Uap Air pada Kemasan
Fleksibel dan Metode Penentuan Umur Simpan Wafer Matasyoh, J.C., Wagara, I.N., Nakavuma, J.L. dan Kiburai,
Stick di PT Arnott’s Indonesia, Bekasi. Skripsi. Fakultas A.M. (2011). Chemical composition of cymbopogon
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. citratus oil and its effect on mycotoxigenic Aspergillus
niger. African Journal of Food Science 5(3): 138-142.
Fitriah, H., Mahatmanti, F.W. dan Wahyuni, S. (2012).
Pengaruh konsentrasi pada pembuatan membran kitosan Nurainy, F., Rizal, S. dan Yudiantoro (2008). Pengaruh
terhadap selektivitas ion Zn (II) dan Fe (II). Indonesian konsentrasi kitosan terhadap aktifitas antibakteri dengan
Journal of Chemical Science 1(2): 104-109. metode difusi agar (sumur). Jurnal Teknologi Industri
dan Hasil Pertanian 13(2): 117-125.
Fitriani, E., Alwi, M. dan Umrah. (2013). Studi efektivitas
ekstrak daun sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) Pebriani, R.H., Rilda, Y. dan Zulhadjri (2012), Modifikasi
sebagai anti fungi Candida albicans. Biocelebes komposisi kitosan pada proses sintesis komposit TiO2-
7(2):15-20. Kitosan. Jurnal Kimia 1(1): 40-47.
Gaol, M.R.L.L., Sitorus, R., Yanthi, S., Surya, I. dan Prasetyo, S. dan Vincentius (2005). Pengaruh penambahan

67
AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017

tween 80, dekstrin, dan minyak kelapa pada pembuatan Tapia-Blácido, D., Sobral, P.J. dan Menegalli. (2005).
kopi instan menggunakan metode pengering biasa. Effects of drying temperature and relative humidity
Jurnal Teknik Kimia Indonesia 4(3): 296-303. on the mechanical properties of amaranth flour films
Rahman, H., Husain, D.R., dan Abdullah, A. (2013). plasticized with glycerol. Brazilian Journal of Chemical
Bioaktifitas Minyak Atsiri Sereh Cymbopogon citratus Engineering 22(02): 249-256.
DC. terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Tongnuanchan, P., Benjakul, S. dan Prodpran, T. (2014).
dan Staphylococcus aureus. Skripsi. Jurusan Biologi. Comparative studies on properties and antioxidative
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. activity of fish skin gelatin films incorporated
Universitas Hasanuddin, Makasar. with essential oils from various sources. Journal
Ren, W., Tian, G., Jian, S., Gu, Z., Zhou, L., Yan, L., Jin, S., International Aquatic Research 6(62): 1-12.
Yin, W. dan Zhao, Y. (2012). Tween coated NaYF4:Yb,Er/ Utami, R., Nurhartadi, E. dan Putra, A.Y.T. (2013). Pengaruh
NaYF4 core/shell upconversion nanoparticles for penambahan minyak atsiri kunyit putih (Kaempferia
bioimaging and drug delivery. Electric Supplementary rotunda) pada edible film pati tapioka terhadap aktivitas
Material (ESI) for RSC Advances. China. antimikroba dan sensoris. Jurnal Teknosains Pangan
Rodriguez, A., Nerin, C. dan Batlle, R. (2008). New Cinnamon- 2(2): 51-56.
based active paper packaging against rhizopus
stolonifer food spoilage. Journal of Agricultural and
Food Chemistry. 56: 6364-6369.
Sucipto, Wijana, S. dan Wahyuningtyas, E. (2009). Optimasi
penggunaan NaOH dan tapioka pada produksi kertas
seni dari pelepah pisang. Jurnal Teknologi Pertanian 10
(1): 46-53.

68
PENELITIAN SIFAT BERBAGAI BAHAN KEMASAN
PLASTIK DAN KERTAS SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP BAHAN YANG DIKEMAS

MIMI NURMINAH
Fakultas Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan:

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai
dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari
pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari
segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli.
Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk
tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan
gelombang karton.
Hasil-hasil pertanian yang dapat dimakan oleh manusia berasal dari
sumber hewani dan nabati. Hasil pertanian itu dapat dikonsumsi dalam bentuk
bahan mentah atau matang. Persiapan suatu hasil pertanian menjadi bentuk
yang dapat dimakan melibatkan pengolahan. Di dalam proses pengolahan
makanan terjadi perubahan-perubahan fisik maupun kimiawi yang dikehendaki
atau tidak dikehendaki. Disamping itu setelah melalui proses pengolahan,
makanan tadi tidak tetap stabil, dia akan terus mengalami perubahan, sehingga
sangat diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat untuk itu sehingga masa
simpan bahan pangan dapat ditingkatkan dan nilai gizi bahan pangan masih
dapat dipertahankan.

1.2. Tujuan Penelitian

Laporan penelitian ini bertujuan untuk:


- Meneliti sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan kemasan yang berasal dari plastik
dan pengaruhnya terhadap bahan yang dikemas.
- Meneliti sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan kemasan yang berasal dari kertas
dan pengaruhnya terhadap bahan yang dikemas.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. KEMASAN
Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu
wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan
wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan
pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi
reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan
lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat
tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari
kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau
dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau
benturan dan transparan (Winarno, 1983).
Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap
mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang

2002 Digitized by USU digital library 1


pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di
dalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh berkurang
kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas
dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak dapat masuk
melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar melalui wadah.
Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat menyebabkan makanan
di dalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno, 1983).
Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan
komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya
tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh
konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan,
komoditi dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan
mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran (Sacharow
dan Griffin, 1980).
Pada bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan
hiasan (dekorasi) yang bertujuan untuk: a) memberikan kemudahan dalam
mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan kuantitasnya, b)
memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya, c) menarik
perhatian pembeli, d) memberikan keterangan pada pembeli tentang cara
menggunakan produk yang dikemas (Sacharow dan Griffin, 1980).
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syarat-
syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus
menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan,
kemudahan membuka dan menutup, kemuadahan dan keamanan dalam
mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan
berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang
ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan
yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk
daerah yang kelembaban tinggi dan daerah kering.
Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu
pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi (shiping/delivery package) dan
pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package).
Pemakaian material dan pemilihan rancangan kemasan untuk pengangkutan dan
distribusi akan berbeda dengan kemasan untuk perdagangan eceran. Kemasan
untuk pengangkutan atau distribusi akan mengutamakan material dan rancangan
yang dapat melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi,
sedangkan kemasan untuk eceran diutamakan material dan rancangan yang
dapat memikat konsumen untuk membeli (Peleg, 1985).
Menurut Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai
tujuan untuk mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran,
warnanya yang tetap, untuk menarik konsumen, memberikan kemudahan
penyimpanan dan distribusi, serta yang lebih penting lagi dapat menekan peluang
terjadinya kontaminasi dari udara, air, dan tanah baik oleh mikroorganisme
pembusuk, mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
maupun bahan kimia yang bersifat merusak atau racun. Beberapa faktor yang
penting diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan
pangan tersebut, keadaan lingkungan dan sifat bahan pengemas. Sifat bahan
pangan antara lain adalah adanya kecendrungan untuk mengeras dalam kadar air
dan suhu yang berbeda-beda, daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan
mikroorganis
Winarno dan Jennie (1982) mengemukakan bahan pengemas harus tahan
serangan hama atau binatang pengerat dan bagian dalam yang berhubungan
langsung dengan bahan pangan harus tidak berbau, tidak mempunyai rasa serta
tidak beracun. Bahan pengemas tidak boleh bereaksi dengan komoditi.

2002 Digitized by USU digital library 2


Adanya pengemasan dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi
terjadinya kerusakan- kerusakan. Menurut Brody (1972) kerusakan terjadi karena
pengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan
yang digunakan menurut Winarno dan Jenie (1983) dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah
dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan
kimia, biokimia, fisik serta mirobiologi; sedangkan golongan kedua, kerusakan
yang ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan
kemasan yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar
air bahan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen.
Berbagai jenis bahan digunakan untuk keperluan kemasan, diantaranya
adalah bahan-bahan dari logam, kayu, gelas, kertas, papan, kertas

B. BAHAN-BAHAN KEMASAN

1. PLASTIK

Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi (Syarief, et al., 1989).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer,
yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa
monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut
dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan
jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan
sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988).
Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur
kimianya terbagi atas dua macam yaitu:
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan
terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu
tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible)
kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi
berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti
perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali.
Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai
tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom
karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang
dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan
Trojan, 1975)

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik
memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan
dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna.
Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang
terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan
makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya
polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara
tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan
lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang

2002 Digitized by USU digital library 3


dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat
yang unik. Contohnya kemasan yang terdiri dari lapisan
kertas/polietilen/aluminium foil/polipropilen baik sekali untuk kemasan makanan
kering. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan
yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium
foil dengan kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan
kekuatan dan kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan
konsep laminasi, masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya
menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, 1994).
Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut
komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,
penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam,
pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton, 1979).
Plastik masih sering sulit dibedakan dengan resin karena tidak jelas benar
bedanya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman, misalnya balsam,
damar, terpentin, oleoresin dan sebagainya. Tapi kini resin tiruan sudah dapat
diproduksi dan dikenal sebagi resin sintetik, contohnya selofan, akrilik seluloid,
formika, nylon, fenol formaldehida dan sebagainya (Winarno, 1994).
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga
terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko
kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut
komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki
berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,
penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).
Sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi permeabilitas
gas dan uap air, bentuk dan permukaannya. Permeabilitas uap air dan gas, serta
luas permukaan kemasan mempengaruhi jumlah gas yang baik dan luas
permukaan yang kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama.
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) plastik dapat dikelompokkan atas dua
tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat
dilunakkan berulangkali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen,
polipropilen, polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastik
yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan
urea formaldehid.
Syarief et al., (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-
sifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu: a) termoplastik: meleleh pada suhu
tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik
(reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan, b)
termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan
yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang
dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel,
seperti jenis-jenis melamin.
Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang
karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar
10%) dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik (Moavenzadeh dan
Taylor, 1995).
Pada kemasan plastik, perubahan fisiko kimia pada wadah dan
makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya
mampu menekan laju perubahan itu hingga tingkat minimum sehingga masih
memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik untuk makanan dan
minuman, beberapa contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren,

2002 Digitized by USU digital library 4


poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida,
polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril dan melamin formaldehid. Plastik
diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis tunggal, ganda maupun komposit,
dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat menghasilkan
ratusan jenis kemasan (Crompton, 1979).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan
dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,
termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall
dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan
yang dapat menarik selera konsumen.

a. POLYETHYLEN

Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,


mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan
pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat
permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen
mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai
pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat
kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970).
Konversi etilen menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan
dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
n(CH2= CH2) (-CH2-CH2-)n
Etilen polimerisasi Polietilen
Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang
diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses
polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi
yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan
molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan
bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40
atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.

b. LOW DENSITY POLYETHYLEN (LDPE)

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat
resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik,
akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis
plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya dan
kurang terasa berlemak.

c. HIGH DENSITY POLYETHYLEN (HDPE).

Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai
antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,
sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan
hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik
(Harper, 1975).

d. POLYPROPILENA

2002 Digitized by USU digital library 5


Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya
juga serupa (Brody, 1972). Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer
polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi
minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan
dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta-
Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al., 1988).

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah beberapa jenis plastik kemasan


(HDPE, LDPE, PP, kling film, dan PVC), beberapa jenis kertas (kertas minyak,
roti, sak, dupleks, nasi). Peralatan yang digunakan meliputi mistar ukur,
mikrometer sekrup, jangka sorong, gelas ukur, pisau pemotong, gunting, korek
api, neraca analitik, paper tensile strength tester, abrasion resistance tester, dan
COBB tester.

B. Metode

1. Penentuan Gramatur dan Densitas Bahan Kemasan Kertas dan Plastik

Gramatur adalah nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan luas
bahan (g/m2), sedangkan densitas atau bobot jenis adalah nilai yang
menunjukkan bobot bahan per satuan volume (g/m3). Untuk penentuan
gramatur dan densitas bahan kemasan plastik dan kertas digunakan contoh
bahan berukuran 10 x 10 cm. Gramatur ditentukan dengan menimbang contoh
bahan dan membagi bobot dengan luasannya melalui persamaan berikut:
Gramatur (g/m2) = bobot contoh (g) x 10000 cm2
100 cm2 1 m2
Densitas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan dengan tebal
bahan. Tebal bahan diukur menggunakan mikrometer sekrup di lima tempat
yang berbeda pada satu lembar contoh bahan dan diambil nilai rata-ratanya.

2. Penentuan Kekuatan Tarik dan Perpanjangan Putus Bahan Kemasan


Kertas dan Plastik

Penentuan kekuatan tarik dan perpanjangan putus kedua jenis bahan


kemasan ini dilakukan menggunakan alat paper tensile strength tester dengan
contoh berukuran panjang minimal 22 cm dan lebar 1,5 cm. Penentuan berguna
untuk mengetahui kekuatan tarik bahan dan panjang elongasinya (pertambahan
panjang ketika mendapat beban). Bagian ujung contoh uji dipasang pada bagian
penjepit (klem) atas dan dikeraskan. Ujung contoh lainnya dipasang pada klem
bawah dan dikeraskan. Selanjutnya pengunci bagian klem atas dikendorkan
sehingga klem atas dapat bergerak bebas untuk mendapatkan penempatan
contoh uji yang benar (vertikal dan tidak terpuntir).
Pengukur kekuatan tarik dilakukan dengan menekan tuas di sebelah kanan
alat ke arah bawah. Alat akan menarik klem ke bawah dan contoh mendapat
beban tarik tertentu. Bersamaan dengan itu jarum penunjuk bergerak ke atas
menunjuk angka tertentu sesuai dengan beban tarik yang bekerja pada contoh
uji. Pada saat contoh uji putus jarum akan berhenti bergerak. Nilai yang

2002 Digitized by USU digital library 6


ditunjukkan oleh jarum pada saat contoh uji putus ditengah dan secara
bersamaan adalah nilai beban tariknya. Pembacaan jarum harus dilakukan
secara cermat karena jarum penunjuk akan cepat bergerak kembali ke posisi
awal ketika contoh putus. Penentuan kekuatan tarik contoh uji dilakukan
sedikitnya dengan dua kali ulangan.
Nilai kekuatan tarik bahan dihitung dengan persamaan:
Kekuatan tarik (kg/cm2) = 16 x nilai beban tarik (kgf)
Dimana: N A (cm2)
N = jumlah contoh uji untuk setiap pengujian
A = luas permukaan yang mendapat beban (1,5 cm x tebal bahan cm)

Ketika alat bekerja tidak hanya beban tarik yang dukur, pada saat yang
bersamaan diukur pula perpanjangan putus (elongasi) contoh bahan.
Perpanjangan putus dapat dilihat pada skala piringan di bagian kanan atas alat.
Persentase perpanjangan putus dihitung dengan persamaan berikut:
Perpanjangan putus (%) = Perpanjangan contoh uji (mm)
Panjang contoh uji (180 mm)
Nilai 180 mm adalah jarak antara kedua klem penjepit (atas dan bawah)
sehingga contoh uji
yang mendapat beban tarik adalah sepanjang 180 mm.

3. Penentuan Ketahanan Gesek Bahan Kemasan Kertas dan Plastik

Ketahanan gesek bahan kemasan berguna untuk menentukan bobot isi


kemasan serta penanganan produk terkemas yang sebaiknya dilakukan.
Ketahanan gesek menunjukan seberapa kuat bahan kemasan digesek dengan
beban tertentu sehingga rusak atau seberapa besar penurunan bobotnya akibat
bergesekan dengan beban tertentu. Pengujian ketahananan gesek
menggunakan contoh uji berbentuk lingkaran berdiameter 10 cm dengan lubang
kecil ditengah berdiameter 0,5 cm untuk memasukkan baut pengencang.
Contoh kemudian ditimbang bobot awalnya. Contoh uji dipasang pada abrasion
resistance tester dengan cara lubang pada contoh uji pada baut di tengah
piringan alat dan contoh dijepit pada bagian tengah dan tepinya. Selanjutnya
alat penghitung putaran diset ke angka nol dan beban 50 g dipasang pada setiap
roda penggesek. Sebelum menghidupkan motor, pompa penghisap debu bekas
gesekan harus dihidupkan terlebih dahulu. Selama alat bekerja dengan cara
contoh uji, dilakukan pengamatan terhadap adanya lubang. Jika sudah terdapat
lubang pada contoh uji, penggesekan dihentikan dan dilihat jumlah putaran pada
alat. Jika contoh uji tidak rusak maka pengujian dilakukan hingga 50 kali
putaran. Bobot bahan setelah pengujian ditimbang dan dilakukan perhitungan
kehilangan bobot bahan per satuan luas bidang gesek (g/cm2).

4. Uji Bakar Plastik

Satu lembar contoh plastik digulung dan dibakar pada salah satu
ujungnya. Pengamatan dilakukan terhadap kemudahan terbakar, kecepatan
rambat nyala api, pembakaran jika sumber api dijauhkan, warna nyala api,
pembentukan asap, warna asap dan bau yang timbul.

5. Penentuan Daya Serap Kertas terhadap Air

Contoh kertas dengan diameter 10 cm ditimbang bobot awalnya, kemudian


diselipkan pada alat COBB tester diantara plat dan tabung. Selanjutnya baut
penahan dipasang rapat agar tidak terjadi kebocoran.Sebanyak 100 ml air
dimasukkan ke dalam alat dan didiamkan selama 10 menit. Air kemudian

2002 Digitized by USU digital library 7


dikeluarkan dari alat dan contoh uji dikering anginkan. Contoh uji ditimbang
kembali
beratnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah air yang diserap oleh kertas
per satuan luas (g/cm2. menit). Pengujian dilakukan senbanyak dua kali ulangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Percobaan
Hasil percobaan dapat dilihat di Lampiran 1 sampai dengan pada halaman
belakang.
2. Pembahasan
A. KERTAS
a. Gramatur
Gramatur kertas didefinisikan sebagai massa lembaran kertas dibagi
luasnya (m2) dinyatakan dalam g/m2. Dari hasil percobaan didapat rataan
gramatur kertas berturut-turut, kertas dupleks, karton, kertas sak, kertas nasi,
kertas roti, kertas minyak yaitu; 377. 500, 339.133, 82.867, 81.200, 35.300,
27.900 g/m2.
Dari hasil penelitian dapat dilihat adanya nilai yang beragam untuk
gramatur pada masing-masing jenis kertas. Gramatur kertas dipengaruhi oleh
kadar air kertas. Menurut Casey (1981) gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar
air pada kelembaban udara relatif di sekitar kertas. Karena gramatur selalu
dinyatakan sebagai total berat kertas termasuk kadar air maka pengukuran harus
dilakukan pada kondisi standart.
Casey (1981) juga menjelaskan bahwa gramatur kertas mempengaruhi
semua sifat-sifat kertas. Dalam hal ini yang terpenting adalah membedakan
antara variasi yang disebabkan oleh berat atau gramatur dan variasi yang
disebabkan oleh perbedaan yang memang ada pada kertas. Pada pengukuran
gramatur kertas pengaruh yang mungkin disebabkan oleh kadar air sangat kecil
karena kertas telah dikondisikan dengan kelembaban tertentu sehingga
kandungan air dalam kertas homogen.
Adanya keragaman dalam gramatur mengindikasikan pada fluktuasi
pemakaian bahan baku kertas per satuan luas. Semakin kecil gramatur
maka penggunaan bahan baku semakin sedikit, konsumsi energi untuk
pengolahan kertas lebih rendah, mengurangi polusi pabrik, biaya penanganan
bahan dan produk rendah, efisiensi ruang penyimpanan, memperkecil
gulungan atau potongan yang nantinya akan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas proses pembuatan kertas (karton) secara keseluruhan (Joedodibroto,
1982).
Keragaman dalam gramatur, ketebalan dan rapat massa memiliki implikasi
yang sangat erat satu sama lain, begitu pula dengan panjang dan lebarnya. Hal
ini disebabkan karena formulasi gramatur didapat dari perbandingan berat kertas
(gram) dengan luasan kertas (m2) ; sedangkan untuk rapat massa merupakan
perbandingan gramatur (gr/m2) dengan ketebalan. Dalam kaitan dengan
rapat massa, ketebalan dan gramatur, maka ketiga faktor tersebut berpengaruh
dalam sifat lembaran kertas (karton). Selain itu pengaruh komposisi pulp serat
pendek dan panjang akan mempengaruhi kerapatan lembaran dan ketebalan
kertas (Casey, 1961).
Sebagai satuan ukuran kertas, ukuran gramatur lebih disukai
dibandingkan densitas. Hal ini disebabkan kertas pada umumnya diperdagangkan
dalam ukuran berat dengan satuan tonase, sedangkan pihak pemakai kertas
menggunakan berdasarkan ukuran luas kertas. Kertas dengan luas tertentu dapat
dibuat dengan berat yang berbeda-beda, biasanya makin berat lembaran kertas
maka makin mahal harganya. Berdasarkan hal tersebut diatas maka digunakan

2002 Digitized by USU digital library 8


satuan gramatur yaitu satuan massa kertas yang dinyatakan dalam gram di
dalam satu meter persegi luas kertas. Menurut Humam (1997), besarnya
gramatur dapat menentukan tinggi rendahnya sifat kertas atau karton, misalnya
dalam standar FEFCO untuk karton gelombang penekanan lebih diutamakan pada
sifat karton gelombang yang diperlukan (misalnya ketahanan retak) sedangkan
gramatur ditentukan kemudian berdasarkan nilai numerik sifat karton gelombang
yang diinginkan.
Dalam pengukuran gramatur, pengukuran tebal dilakukan pada beberapa
titik yang berbeda dan dilakukan lebih dari satu kali pengukuran. Hal ini
disebabkan karena dalam satu lembar kertas nilai ketebalannya tidak merata,
sehingga dilakukan pengukuran pada beberapa titik. Sedangkan pengukuran
dilakukan lebih dari satu kali (pada kertas yang berbeda) dimaksudkan untuk
mendapatkan nilai/data yang cukup valid, karena setiap lembar kertas yang
diproduksi memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Ketidakteraturan ketebalan
lembaran kertas sangat berhubungan dengan bahan baku dan proses produksi
kertas itu sendiri.
b. Densitas
Densitas kertas diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan
dengan tebal bahan. Dari hasil percobaan didapat rataan densitas kertas
berturut-turut, kertas dupleks, karton, kertas minyak, kertas sak, kertas nasi,
kertas roti, yaitu: 0.507, 0.468, 0.186, 0.137, 0.133, 0.065 g/m3.
Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.
Menurut Casey, (1961) secara teknis rapat massa mempunyai hubungan erat
dengan daya ikatan antar serat dan derajat fibrilisasi serat pulp yang nantinya
berpengaruh pada saat pencetakan (opasitas cetak). Dalam prosesnya, peranan
dan pengaruh filler Kaolin (clay) sangat berpengaruh pada sifat fisik lembaran
kertas khususnya rapat massa dan gramatur kertas (karton). Kaolin berfungsi
sebagai bahan pengisi antar serat, menambah berat kertas dan menghaluskan
kertas.
Dari hasil percobaan diperoleh adanya perbedaan ketebalan pada kertas
percobaan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perlakuan komposisi dan
metoda pembuatan, dan juga dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan pada
waktu pembuatan lembaran kertas (Vivi, 1993). Menurut Casey (1981) kertas
bersifat comprissible. Perbedaan tekanan akan menyebabkan perbedaan yang
kecil pada ketebalan. Ketebalan mempengaruhi hampir setiap sifat fisik, optik dan
elektrik kertas.
Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya keragaman untuk sifat
fisik panjang dan lebar adalah adanya kesalahan dalam presisi produksi,
khususnya pada sistem pemotongan lembaran kertas menurut ukuran yang telah
ditentukan berdasarkan spesifikasi tertentu yang berlaku dalam SII (Standart
Industri Indonesia) maupun pabrik pembuatnya, yang umumnya disesuaikan
dengan permintaan pasar (Anonim, 1980b).
c. Kekuatan Tarik dan Perpanjangan Putus
Dari hasil percobaan didapat rataan kekuatan tarik berturut-turut, kertas karton,
dupleks, kertas nasi, kertas sak, kertas minyak, kertas roti, yaitu: 18.433,
15.074, 20.85, 18.43, 17.00, 12.14 (kgf/cm2). Adanya perbedaan kekuatan
tarik pada kertas-kertas yang diteliti disebabkan adanya
perbedaan panjang serat yang menyusun kertas tersebut. Clack dalam Casey
(1981) melaporkan bahwa kekuatan tarik kertas sebanding dengan kuadrat akar
rata-rata perbandingan panjang serat dan berat. Perbedaan kekuatan tarik ini
juga disebabkan adanya pengaruh perbedaan metoda pembuatan kertas. Vivi
(1993) telah meneliti pengaruh metoda pembuatan dan komposisi jenis pulp
terhadap kenaikan indeks tarik pada pembuatan kertas tahan minyak. Vivi
menemukan adanya kenaikan indeks tarik pada metoda surface sizing (metode
mengisi permukaan lembaran kertas, biasanya dengan pati). Kegunaan dari

2002 Digitized by USU digital library 9


surface sizing dari kertas pengemas mencakup ketahanan penetrasi minyak,
lemak dan bahan-bahan pelarut lain dan peningkatan ketahanan retak,
ketahanan tarik dan ketahanan terhadap abrasi (Klass, 1982).
Ikatan serat yang disebabkan karena proses penggilingan akan
mempengaruhi kekuatan serat. Peningkatan ikatan disebabkan oleh peningkatan
penggilingan tetapi penggilingan yang berlebihan cenderung akan sedikit
menurunkan ketahanan tarik karena perusakan struktur serat yang
disebabkannya (Vivi, 1993). Penggilingan pada tingkat tertentu dapat
meningkatkan kekuatan kekuatan tarik. Tapi penggilingan yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan tarik, yang mungkin disebabkan
terjadinya disintegrasi serat. Kekuatan tarik yang dinyatakan dalam kgf/cm2,
memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan karena setiap jenis
kertas dihasilkan dengan penambahan bahan-bahan tertentu untuk
mendapatkan sifat tertentu sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Kertas secara umum tersusun dari serat-serat selulosa. Pada proses
produksi kertas, serat-serat atau fiber akan mengikuti arah mesin atau sering
disebut juga MD (machine direction). Pada MD ini, serat-serat diatur menurut
arah mesin. Nilai kekuatan tarik untuk MD berbeda dengan TD/CD (transverse
direction/cross machine direction) atau yang melintang arah mesin (Heldman dan
Lund, 1992). Nilai kekuatan tarik pada MD lebih tinggi dibandingkan dengan
kekuatan tarik pada CD. Hal ini dapat disebabkan karena pada MD serat-serat
atau fiber tersusun secara teratur dan terkumpul dalam satu arah tarikan
sehingga kekuatan yang dibutuhkan untuk memutuskan kertas tersebut lebih
besar. Sedangkan pada CD serat-serat fiber melintang terhadap arah tarikan,
sehingga kekuatan antar serat menjadi tidak terlalu kuat ketika ditarik.
Menurut Casey (1981) peningkatan kadar air dalam kertas akan
meningkatkan ketahanan tarik sampai pada titik keseimbangan kelembaban
kertas. Menurut Uzair dan Nursyamsu (1991) sifat dan kekuatan kertas
ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling penting adalah
penambahan bahan pengisi dan sizing dalam pembentukan lembaran kertas.
Dari hasil percobaan didapat rataan perpanjangan putus berturut-turut,
kertas dupleks, kertas sak, kertas nasi, karton, kertas roti, kertas minyak, yaitu:
45.67, 21.26, 15.74, 15.71, 11.78, 7.70(%). Adanya perbedaan ini mungkin
disebabkan adanya perbedaan keseragaman susunan kertas. Selain itu kadar air
kertas juga mempengaruhi perpanjangan putus kertas. Menurut Vivi (1993) jika
kertas berada dalam keseimbangan kelembaban udara relatif kurang dari 30
persen maka kertas akan rapuh dan kekuatan retak akan menurun dibandingkan
pada kelembaban relatif 30 sampai 50 persen dan bila kadar air meningkat di
atas keseimbangan 50 persen kelembaban relatif maka akan menyebabkan
penurunan ikatan dan kekuatan retak kertas.
d. Ketahanan Gesek
Karton memiliki kehilangan bobot yang hampir sama dengan kertas
minyak. Hal ini dapat disebabkan karena permukaan karton agak kasar sehingga
banyak bagian yang hilang ketika terjadi gesekan. Oleh karena itu, maka karton
yang digunakan untuk pengemasan dibuat tebal dengan permukaan lebih licin
sehingga lebih tahan terhadap gesekan. Pada kertas lainnya, kehilangan
bobotnya lebih kecil dari karton. Ini dapat disebabkan karena permukan kertas
agak licin sehingga dapat mengurangi kehilangan bobot akibat gesekan dengan
benda lain. Gaya gesek pada permukaan kasar lebih besar dibandingkan dengan
gaya gesek pada permukaan yang lebih licin. Selain itu beban dari benda yang
bergesekan juga berpengaruh. Kehilangan bobot saja belum mengindikasikan
ketahanan gesek suatu jenis kertas. Jumlah gesekan yang diperlukan hingga
dupleks rusak lebih besar dibandingkan dengan jumlah gesekan yang diperlukan
hingga kertas rusak. Hal ini disebabkan karena dupleks lebih tebal daripada

2002 Digitized by USU digital library 10


kertas. Dengan demikian dalam hal ketahanan gesek, dupleks lebih tahan
dibandingkan dengan kertas.
Pada penentuan ketahanan gesek diperlukan penghisap debu untuk
memisahkan debu hasil penggesekan. Hal ini disebabkan karena bila tidak ada
penghisap debu, maka debu hasil penggesekan akan menghalangi bidang
gesekan, sehingga dapat mengganggu hasil pengukuran. Selain itu pada
aplikasinya juga bila kemasan kertas mengalami gesekan pada saat
penanganannya, maka umumnya debu hasil gesekan tidak akan tertinggal pada
permukaan gesekan. Pengujian contoh kertas untuk ketahanan geseknya
dilakukan sampai kertas tersebut rusak. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut
yaitu bila kertas atau karton digunakan untuk mengemas suatu produk, maka ia
harus dapat melindungi produk tersebut dari berbagai gangguan dari luar, antara
lain berupa gesekan, adanya tumpukan yang bisa merusak produk, dan
mencegah kontak dengan bahan atau senyawa lain. Bila kertas atau karton
tersebut telah rusak maka ia tidak berfungsi lagi sebagai pelindung produk
(pengemas). Oleh karena itu dilakukan pengujian daya tahan kertas/karton
terhadap gesekan yang aplikasinya berkaitan dengan ketahanan kemasan digeser
dan ditumpuk selama penyimpanan. Pengujian ini dihentikan bila kertas tersebut
rusak (lubang atau sobek), karena bila kertas telah rusak maka pada aplikasinya
ia tidak berfungsi lagi sebagai kemasan yang melindungi produk. Jumlah gesekan
pada saat kertas rusak mengindikasikan bahwa kertas tersebut dapat rusak pada
sejumlah gesekan dengan beban/bobot tertentu yang bisa ditahan.
Nilai ketahanan gesek pada sisi velt (sisi dalam) dan sisi roll (sisi luar)
berbeda. Ini dapat disebabkan karena permukaan sisi velt lebih kasar
dibandingkan dengan sisi roll, sehingga pada waktu bergesekan gaya geseknya
besar dan demikian juga dengan kehilangan bobot yang terjadi. Untuk keperluan
kemasan, perlu diketahui ketahanan gesek. Hal ini disebabkan sebagai suatu
kemasan, maka kertas/karton harus dapat melindungi produk yang ada di
dalamnya, antara lain dari gesekan. Adanya gesekan selain dapat merusak kertas
(kemasan), juga secara tidak langsung nantinya akan merusak produk di
dalamnya. Uji ketahanan gesek dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan gesek
kertas dengan melihat kehilangan bobot dari kertas akibat sejumlah gesekan
yang diberikan pada bobot tertentu. Dengan mengetahui ketahanan gesek kertas
tersebut maka kita dapat menentukan apakah kertas/karton yang digunakan
sebagai pengemas dapat mengalami gesekan atau tidak, atau sampai seberapa
besar gesekan yang bisa diterima kertas/karton tersebut. Kegunaan dari uji ini
yaitu berhubungan dengan aplikasinya terhadap ketahanan kemasan digeser
selama penggunaan dan transportasi, serta pada saat ditumpuk untuk
penyimpanan.

e. Penyerapan Air
Dari hasil percobaan didapat rataan penyerapan air berturut-turut, kertas
karton, dupleks, kertas nasi, kertas sak, kertas roti, kertas minyak, yaitu:
0.004083309, 004021373, 0.000615192, 0.000613908, 0.000386638,
0.000304226 (g/cm2.menit). Adanya perbedaan ini mungkin disebabkan ada
perbedaan metode sizing (sizer). Sizing umumnya digunakan untuk memberikan
ketahanan resistensi air (Saltman, 1991). Menurut Casey (1981) sizer adalah
bahan penolong yang ditambhkan sebelum atau sesudah pembentukan lembaran
kertas yang ditujukan terutama untuk meningkatkan ketahanan kertas terhadap
cairan. Menurut Casey (1981) berdasarkan pemberian sizer dapat dibedakan dua
macam, yaitu internal sizer dan surface sizer. Internal sizer merupakan proses
untuk memberikan ketahanan penetrasi cairan pada kertas dengan memberikan
bahan tambahan internal yang basah. Surface sizer umumnya merupakan
penggunaan bahan berselaput tipis seperti tepung, getah dan polimer sintetis.

2002 Digitized by USU digital library 11


Menurut Adriana (1998) sifat daya serap air dipengaruhi dipengaruhi oleh
sizer dan filler. Sizer akan akan mengubah sifat hidrofilik selulosa menjadi
hidrofobik sehingga kemampuan penyerapan airnya akan berkurang. Untuk
melindungi kepentingan konsumen juga untuk pengawasan proses dan
pengendalian mutu bagi produsen kertas maka diperlukan batas maksimum berat
air yang terserap selama 45 detik untuk kertas yang bergramatur 45 g/m2
standart pabrik sebesar 25 g/m2 dengan toleransi maksimum hingga 27 g/m2
(Andriana, 1998).

B. PLASTIK

a. Gramature dan Densitas Plastik


Data perhitungan gramature dan densitas plastik dapat dilihat pada
Lampiran 6. Berdasarkan Lampiran 6, plastik PVC lebih tebal dan lebih berat
dibandingkan dengan jenis plastik lain yang diuji. Demikian juga dengan nilai
gramatur dan densitasnya. Hal ini dapat disebabkan karena pada PVC terdapat
formasi rantai lurus, sehingga densitasnya tinggi. PVC dihasilkan dari proses
polimerisasi dengan adisi HCl yang menghasilkan polimer rantai lurus dengan
ikatan ganda. Hal ini meningkatkan derajat kristalinitas dan titik lunak, karena
energi yang diperlukan untuk melepaskan ikatan sekunder antara rantai
(jaraknya tidak jauh dan tidak tersusun secara kuat) adalah besar. Menurut
Suyitno (1990) PVC mempunyai sifat keras, kaku, jernih dan mengkilap, sangat
sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah sehingga sesuai untuk
mengemas makanan yang banyak mengandung air. Menurut Hui (1992), LDPE
mempunyai densitas antara 0,915 sampai 0,939 g/cm3, sedangkan HDPE
mempunyai densitas sebesar > 0,940 g/cm3. Menurut Bachriansyah (1997),
densitas PVC berkisar antara 1,38 – 1,41 g/cm3. Densitas PP menurut Brydson
(1975) berkisar antara 0,90 – 0,91 g/cm3.
Pengukuran nilai densitas pada plastik sangat penting, karena densitas
dapat menunjukkan struktur plastik secara umum. Aplikasi dari hal tersebut yaitu
dapat dilihat kemampuan plastik dalam melindungi produk dari beberapa zat
seperti air, O2 dan CO2. Birley, et al. (1988), mengemukakan bahwa plastik
dengan densitas yang rendah menandakan bahwa plastik tersebut memiliki
struktur yang terbuka, artinya mudah atau dapat ditembusi fluida seperti air,
oksigen atau CO2. Jadi tidak seperti pada kertas, nilai densitas plastik sangat
penting dalam menentukan sifat-sifat plastik yang berhubungan dengan
pemakaiannya. Dalam perdagangan mungkin digunakan satuan gramatur, karena
satuan ini cukup mewakili pihak produsen (berat plastik) dan konsumen (luas
plastik). Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan
dibanding bahan kemasan lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,
termoplastis dan seelktif dalampermeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2 . Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1994).
Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat
mekaniknya yang baik, polietilen banyak digunakan sebagai pengemas makanan,
karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan
derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970).
Menurut Buckle et al. (1987) permeabilitas gas PVC (seperti CO2, O2, N2)
lebih rendah dibandingkan dengan HDPE, LDPE, PP (terlihat pada tabel 1),
sehingga PVC cocok untuk mengemas produk yang banyak mengandung senyawa
volatil (senyawa yang mudah menguap).
b. Kekuatan Tarik dan Perpanjangan Putus Plastik
Plastik HDPE dan LDPE merupakan plastik yang terdiri dari polimer yang
sama dengan densitas yang berbeda. Kekuatan tarik pada plastik HDPE lebih
besar dibandingkan dengan pada plastik LDPE. Hal ini dapat disebabkan karena

2002 Digitized by USU digital library 12


pada HDPE rantai-rantai molekul tersusun lebih teratur dibandingkan dengan
LDPE, sehingga dibutuhkan kekuatan tarik yang lebih besar untuk memutuskan
plastik HDPE dibanding dengan untuk plastik LDPE. Hal ini berkaitan juga dengan
nilai densitas kedua jenis plastik tersebut. HDPE yang memiliki densitas yang
lebih tinggi, maka strukturnya tertutup atau susunan rantai-rantai polimernya
lebih rapat dibandingkan dengan LDPE yang memiliki densitas rendah. Menurut
Harper (1975) pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada
rantai antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang
rendah, sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih
sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian high density memiliki sifat
bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Nilai
kekuatan tarik ini perlu untuk mengetahui kekuatan kemasan bila diberi diberi
tekanan. Semakin tinggi kemampuan suatu bahan kemasan untuk menerima
suatu tekanan yang diberikan, maka semakin tinggi mutu suatu kemasan itu di
dalam melindungi produk dari tekanan yang terjadi selama penyimpanan atau
transportasi, sehingga kerusakan mekanis yang akan terjadi pada produk akan
bisa dikurangi.
Rantai-rantai polimer lurus akan searah mengikuti arah MD. Menurut
Suyitno (1990), atom-atom karbon pada rantai polimer akan bergabung melalui
ikatan kovalen yang kuat. Disamping itu di antara rantai satu dengan yang lain
dihubungkan oleh ikatan van der waals yang sifatnya jauh lebih lemah (ikatan
sekunder) sehingga memberikan sifat-sifat plastis. Walaupun secara individual
ikatan sekunder ini lemah, akan tetapi kekuatan dari total ikatan yang ada
sepanjang rantai dapat memberi andil yang bersar terhadap beberapa macam
sifat fisik plastik yang bersangkutan.
c. Ketahanan Gesek Plastik
Perhitungan ketahanan gesek plastik dapat dilihat pada Lampiran 7. Selain
melihat kehilangan bobot, untuk menentukan ketahanan gesek dilihat juga
jumlah putaran yang menunjukan jumlah gesekan pada plastik. PVC mempunyai
daya tahan gesek yang cukup baik, hal ini dapat dilihat pada jumlah gesekan dan
kehilangan bobot yang terjadi. Pada plastik ini, diperlukan jumlah gesekan yang
lebih banyak dibandingkan dengan jenis plastik lain yang diuji sampai plastik itu
rusak. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kemasan PVC dapat digunakan
untuk mengemas produk yang akan ditransportasikan (ke tempat konsumen yang
jauh). Seperti diketahui mungkin saja ada terjadi benturan mekanis selama
pengangkutan produk dari pabrik ke tempat penjualanan atau konsumen.
e. Uji Bakar
Dari hasil percobaan terlihat bahwa yang paling mudah terbakar dari
semua jenis bahan plastik yang diteliti adalah jenis polietilen (LDPE), bahkan
pada LDPE ini, saat sumber api dijauhkan tidak mati. Hal ini sesuai dengan
tinjauan literatur dari Christopher (1981) yang menyatakan bahwa PE dengan
massa jenis 38 mempunyai konduktivitas thermal 0.046, sedangkan PVC dengan
massa jenis 35 memiliki konduktivitas thermal 0.028. Jadi wajar saja LDPE lebih
mudah terbakar, karena bahan plastik ini mempunyai daya penghantar panas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan PVC.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Gramatur, ketebalan dan densitas pada kertas sangat berpengaruh terhadap
sifat lembaran kertas.

2002 Digitized by USU digital library 13


2. Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat fisik kertas adalah: komposisi pulp
serat pendek dan panjang, metode pembuatan, kadar air, metode sizes dan filler
(bahan pengisi).
3. Ketahanan gesek karton dan dupleks besar karena memiliki ketebalan yang
lebih tinggi dibandingkan jenis kertas yang lain.
4. Sizer akan mengubah sifat hidrofilik selulosa (kertas) menjadi hidrofobik
sehingga kemampuan penyerapan airnya berkurang.
5. Plastik PVC memiliki tebal, berat, nilai gramatur dan densitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis plastik yang lain.
6. Kekuatan tarik HDPE lebih besar dibandingkan dengan LDPE disebabkan rantai-
rantai molekulnya tersusun lebih teratur dibandingkan LDPE.
7. PVC memiliki daya tahan gesek yang paling tinggi dibandingkan dengan plastik
lain.
8. LDPE memiliki konduktivitas termal yang tinggi sehingga mudah terbakar.
2. Saran
1. Sebaiknya dilakukan juga pengamatan secara kimia sehingga kita mendapat
informasi yang lebih lengkap mengenai sifat-sifat bahan kemasan.
2. Melakukan penelitian terhadap bahan kemasan lainnya seperti: kayu, plastik
laminasi, kemasan kotak minuman seperti juice.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1980b. PNKP Padalarang. Laporan Biro Engineering. Padalarang.

Bachriansyah, S. 1997. Identifikasi Plastik. Makalah Pelatihan Teknologi


Pengemasan Industri Makanan dan Minuman, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Bogor 29 November 1997

Bierley, A.W., R.J. Heat and M.J. Scott, 1988, Plastic Materials Properties and
Aplications. cations. Chapman and Hall Publishing, New York.

Brody. A.L. 1972. Aseptic Packaging of Foods. Food Technology. Aug. 70-74.
Brydson J.A. 1975. Platic Materials. 3th. Newnes-Butterworths. London

Casey, J.P. 1961. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. International Publisher Inc.
NewYork

Christopher. H. 1981. Polymer Materials. Mac Millan Publishers LTD. London.

Crompton, T.R. 1979. Additive Migration from Plastic into Food. Pergamon Press.
Oxford.

Davidson A., 1970. HandBook of Precision Engineering. Mc. Graw Hill Book
Co. Great Britain

Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan,


Jurusan TIP. IPB. Bogor.

Flin R.A. and P.K. Trojan. 1975. Engineering Materials and Their Aplications.
HonhTonMifflinCo.Boston.

2002 Digitized by USU digital library 14


Harper. 1975. Handbook of Plastic and Elastomer. Westing House
Electric Corporation. Baltimore. Maryland.

Joedodibroto, H. 1982. Plan Plantation Residues as an Alternative Sourece of


Cellulosaic

Moavenzadeh F. and H.F. Taylor. 1995. Recycling and Plastics. Center for
Construction Research and Education Departement of Civil and
Environtmental Engineering Massachuett Institute of Technology.
Cambridge. Massachuett. USA.

Peleg. K. 1985. Produce Handling Packaging and Distribution. The AVI Publishing.
Co. Inc. Westport. Connecticut.

Ryall. A.L. dan Lipton. W.J. 1972. Handling, Transportation and Storage of
Fruits And Vegetables. The The AVI Publishing. Co. Westport.

Sacharow. S. and R.C. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI
Publishing. Co. Inc. Westport. Connecticut.

Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. PAU. UGM. Yogyakarta.

Syarief.R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan,


PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.

Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia.
Jakarta. Winarno, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar
Teknologi Pangan. Penerbit PT. Media. Jakarta.

Winarno, F.G. 1987. Mutu, Daya Simpan, Transportasi dan Penanganan


Buah-buahan dan Sayuran. Konferensi Pengolahan Bahan Pangan dalam
Swasemba da Eksport. Departemen Pertanian. Jakarta.

2002 Digitized by USU digital library 15


PENGARUH PENGGUNAAN KEMASAN TERHADAP MUTU KUKIS
SUKUN

INFLUENCE THE USE OF PACKAGING FOR THE QUALITY


COOKIES BREADFRUIT

Michael Johnrencius 1, Netti Herawati2 and Vonny Setiaries Johan2


Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru
michaeljohnrencius@rocketmail.com

ABSTRACT

This study aimed to determine the best type of packaging to wrap


breadfruit cookies. Research used a Completely Randomized Design (CRD) with
two factor treatments and three replications. Treatment was different types of
packaging as a first factor consist of A1 (without packaging), A2 (using wax
paper), A3 (using plastic Polyethylene (PE)), and A4 (using plastic Polypropylene
(PP)). As a second factor is the length of storage of B1 (14 days), B2 (28 days),
and B3 (42 days). Parameters were water content, peroxide number, analysis of
total bacterial, fungal identification (at the macro and micro) and organoleptic
(descriptive and hedonic). The results showed interaction of type of packaging
and length of storage significantly affected (P<0,05) the acquisition of the water
content, peroxide number, and analysis of total bacterial. Type of packaging
significantly affected (P<0,05) against the value of water content, peroxide
number, and analysis of total bacterial. Length of storage significantly affected
(P<0,05) against the value of water content, peroxide number, and analysis of
total bacterial. Based on organoleptic assessment descriptively, breadfruit cookies
are packed with plastic Polypropylene and plastic Polyethylene able to suppress
rancidity that occurs during storage. Based on the organoleptic assessment as
hedonic breadfruit cookies are packed with plastic Polypropylene and plastic
Polyethylene preferred by the panelists. The best treatment is using type of
packaging plastic Polypropylene.

Keyword: Type of packaging, length of storage, cookies breadfruit.

PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu sebagai makanan pemenuhan gizi
aspek penting yang harus dipenuhi pada masyarakat. Beraneka ragam
dalam kehidupan manusia. Selain makanan selingan yang disukai
pangan pokok, manusia semua kalangan usia. Salah satunya
mengkonsumsi pangan selingan. makanan selingan yang disukai
Pangan pokok merupakan makanan adalah kukis. Kukis adalah jenis
utama yang dikonsumsi. Pangan biskuit dari adonan lunak, berkadar
selingan merupakan makanan lemak tinggi, renyah dan bila
tambahan selain pangan pokok. dipatahkan memiliki potongan
Pangan selingan dapat dimanfaatkan

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 1
bertekstur kurang padat (Manley, yang dikemas. Kadar peroksida yang
2000). diperbolehkan ada pada produk
Kukis pada umumnya biskuit adalah maksimal dibawah 6
berbahan dasar tepung terigu. Bahan mg E/kg berdasarkan SNI 01-2973-
dasar pada pembuatan kukis dapat 1992.
disubstitusikan dengan bahan lain, Peningkatan jumlah kadar air
salah satunya adalah tepung sukun. pada produk pangan, berbanding
Tepung sukun secara kimiawi lurus pada peningkatan jumlah
memiliki kandungan karbohidrat mikroba yang terdapat pada produk
yang cukup tinggi, sehingga tepung kukis. Kerusakan yang terjadi pada
sukun dapat digunakan sebagai kukis sukun dapat dikurangi dengan
bahan baku dalam pembuatan kukis mengemas kukis sukun dengan
sukun. Kukis sukun merupakan kemasan. Kemasan memiliki peranan
produk diversifikasi dari tepung penting, antara lain untuk membantu
sukun menjadi produk olahan yang mencegah atau mengurangi
dapat memenuhi kebutuhan gizi. kerusakan dan melindungi produk
Penelitian mengenai kukis sukun dari cemaran dan gangguan fisik
telah dilakukan oleh Silitonga, lainnya (Qanytah dan Ambarsari,
(2014) dengan penggunaan tepung 2010).
sukun 28,70 g, tepung udang rebon 1 Kerusakan pangan selama
g, tepung tempe 20 g dan minyak penyimpanan dapat diminimalkan
sawit merah 28,20 g hasil kukis dengan memberikan kondisi tertentu,
terbaik dengan kandungan gizinya seperti jenis kemasan (Sarunggalo
adalah kadar air 6,75%, kadar abu dkk., 2007). Bahan kemasan yang
1,87%, kadar protein 13,12% dan digunakan bervariasi dari bahan
kadar lemak 35,56%. kertas, plastik, gelas, logam dan fiber
Paramater yang digunakan yang dilaminasi. Pemilihan bentuk
untuk melihat kerusakan pada dan jenis kemasan harus disesuaikan
produk kukis adalah terjadinya dengan produk yang akan dikemas.
ketengikan pada kukis, tumbuhnya Kemasan yang digunakan untuk
jamur yang diiringi peningkatan mengemas kukis sukun adalah
kadar air serta meningkatnya jumlah kemasan plastik polietilen, plastik
mikroba pada kukis. Kadar air pada polipropilen dan kemasan kertas
kukis sukun terbaik hasil penelitian lilin. Karakteristik kemasan plastik
Siltonga (2014) melebihi standar polietilen (PE) memiliki sifat kuat,
kadar air menurut SNI 1992 pada kaku dan ringan. Karakteristik kertas
kukis sukun. Kadar air yang tinggi lilin dapat menghambat air dan tahan
menyebabkan kukis cepat rusak dan terhadap minyak (Anonim, 2007).
mudah ditumbuhi jamur. Selain itu, Penggunaan kemasan plastik
terjadi kerusakan bahan pangan polietilen dan plastik polipropilen
selama penyimpanan adalah sebagai bahan pengemas kukis
ketengikan. Ketengikan adalah berdasarkan penelitian Siswanto
proses kerusakan minyak yang (2011). Hasilnya kukis minyak sawit
menyebabkan adanya citarasa dan merah yang dikemas dengan plastik
bau yang tidak enak (Indriyanti, polietilen dan plastik polipropilen
2010). Ketengikan pada kukis lebih disukai panelis. Berdasarkan
diidentifikasi dengan aroma tengik penelitian tersebut, kemasan yang
yang terdapat pada produk kukis digunakan untuk mencegah
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 2
kerusakan pada kukis sukun adalah adalah lama penyimpanan yaitu B1
kemasan plastik polietilen, kemasan (hari ke-14), B2 (hari ke-28), dan B3
plastik polipropilen dan kemasan (hari ke-42).Tiap perlakuan
kertas lilin. Selain kemasan plastik dilakukan tiga kali ulangan dan
polietilen dan plastik polipropilen, disimpan pada suhu kamar.
kertas lilin banyak digunakan untuk
mengemas bahan pangan dan
Pelaksanaan Penelitian
dinyatakan aman oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Tahap dalam pelaksanaan
Republik Indonesia (BPOM RI). penelitian ini meliputi pembuatan
Kemasan-kemasan ini diharapkan tepung sukun, pembuatan tepung
mampu mengurangi kerusakan- tempe, pembuatan tepung udang
kerusakan pada kukis sukun dengan rebon, pembuatan kukis dan
mencegah masuknya udara pada penyimpanan dan pengemasan.
kukis sukun sehingga jumlah kadar
air pada kukis sukun tidak bertambah Pengamatan
dan mencegah terjadinya ketengikan Parameter yang diamati
pada kukis sukun selama adalah kadar air, bilangan peroksida,
penyimpanan pada suhu kamar. identifikasi jamur (secara makro dan
Tujuan dari penelitian ini adalah mikro). Penilaian sensori yang
untuk mengetahui jenis kemasan dilakukan uji deskriptif dan hedonik.
yang terbaik dalam mengemas kukis
sukun selama penyimpanan pada Analisis Data
suhu kamar.
Data kadar air, bilangan
BAHAN DAN METODE peroksida dan total bakteri dianalisis
secara statistik dengan menggunakan
Tempat dan Waktu analisis sidik ragam, apabila Fhitung ≥
Penelitian ini dilaksanakan di Ftabel maka analisis dilanjutkan uji
Laboratorium Pengolahan dan lanjut Tukey. Model yang digunakan
Analisis Hasil Pertanian Fakultas dalam analisis data kadar air,
Pertanian Universitas Riau. bilangan peroksida dan total bakteri
Pelaksanaan penelitian berlangsung adalah rancangan acak lengkap pola
selama tiga bulan yaitu Oktober faktorial sebagai berikut:
hingga Desember 2015. Yijk = µ + Ai + Bj +
ABij + єijk
Rancangan Penelitian Dengan
i = 1, 2, 3,…..a
Metode yang digunakan
j = 1,2, 3.......b
adalah metode eksperimen dengan
k = 1, 2, 3,......c
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial dengan 2 faktor. Perlakuan
Yijk : Pengamatan faktor A taraf ke-I
dalam penelitian ini adalah jenis
faktor B taraf kej dan ulangan ke-k
kemasan yang berbeda sebagai faktor
µ : Rataan umum
A terdiri dari A1 (tanpa kemasan),
Ai : Pengaruh faktor A pada taraf
A2 (Kertas lilin) dan A3 (plastik
ke-i
Polietilen (PE) dan A4 (plastik
Bj : Pengaruh faktor B pada taraf
Polipropilen (PP). Sebagai faktor B
ke-j
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 3
ABij :Interaksi antara faktor A lanjut Tukey pada taraf 5% seperti
dengan faktor B terlihat pada Tabel 1.
єijk :Pengaruh galat pada faktor A Tabel 1 menunjukkan rata-
taraf ke-i, faktor B taraf ke-j rata kadar air kukis sukun tanpa
dan ulangan ke-k dikemas berbeda nyata dengan kadar
air kukis sukun yang dikemas. Antar
Adapun data organoleptik kadar air kukis sukun yang dikemas
dianalisis dengan rancangan acak plastik Polipropilen (PP) dengan
lengkap bukan pola faktorial. plastik Polietilen (PE) menunjukkan
hasil berbeda tidak nyata, namun
HASIL DAN PEMBAHASAN
berbeda nyata dengan kukis yang
Kadar air dikemas kertas lilin.
Rata-rata kadar air pada kukis
sukun yang dihasilkan setelah uji

Tabel 1. Rata-rata kadar air (%) pada kukis sukun


Lama Simpan Jenis
Jenis Kemasan
B1 (14 hari) B2 (28 hari) B3 (42 hari) Kemasan
A1 (Tanpa Kemasan) 11,04cde 15,00b 18,05a 14,69a
A2 (Kertas Lilin) 9,63def 11,50cd 13,08bc 11,40b
A3 (Polietilen) 6,71gh 8,91ef 11,00cde 8,87c
A4 (Polipropilen) 5,83h 8,09fg 10,00def 7,97c
Lama Penyimpanan 8,30c 10,87b 13,03a
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Rata-rata kadar air semakin yang dikemas dengan kemasan


menurun dengan semakin baiknya plastik, hal ini disebabkan oleh
kemampuan permeabilitas bahan karakteristik dari kemasan kertas
kemasan. Kadar air kukis sukun yang memiliki ukuran pori-pori yang
tanpa dikemas (14,69%). Kadar air lebih besar dari kemasan plastik.
kukis sukun yang dikemas dengan Sehingga jumlah kadar air yang
kertas lilin (11,40%) lebih tinggi terdifusi ke dalam produk pangan
dibandingkan kukis sukun yang lebih besar dibanding dengan
dikemas dengan kemasan plastik PE kemasan plastik. Menurut Nurminah
(8,87%) dan PP (7,97%) seiring (2002), kemasan plastik memiliki
dengan lamanya penyimpanan pada karakteristik yang selektif dalam
produk kukis sukun. Hal ini sejalan permeabilitasnya terhadap uap air
penelitian Susilawati dan Dewi dan O2 dibanding kertas lilin.
(2011), kadar air permen karamel Salah satu sifat bahan
susu yang dikemas dengan kertas pengemas yang berhubungan dengan
minyak lebih tinggi dibandingkan kerusakan produk yang dikemas
dengan permen karamel susu yang adalah permeabilitas kemasan.
dikemas dengan kemasan plastik dan Permeabilitas merupakan transfer
kemasan aluminium foil. molekul air atau gas melalui
Kadar air kukis sukun yang kemasan, baik dari dalam kemasan
dikemas dengan kemasan kertas lilin ke lingkungan ataupun sebaliknya.
lebih tinggi dibanding kukis sukun Masing-masing kemasan memiliki

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 4
nilai permeabilitas yang berbeda. penyimpanan kukis sukun, maka uap
Nilai permeabilitas yang kecil air yang diserap meningkat juga.
menunjukkan bahwa kemampuan Kadar air kukis sukun yang
kemasan sebagai barrier terhadap dihasilkan selama penyimpanan hari
uap air lebih baik (Fitria, 2007). ke-14 (8,30%), penyimpanan hari ke-
Plastik PP memiliki kemampuan 28 (10,87%), dan penyimpanan hari
permeabilitias terhadap O2 sebesar ke-42 (13,03%). Hasil ini sejalan
23 (cm3/cm2/mm/dt/cmHg) x 1010 dengan penelitian Siswanto (2011)
dan terhadap H2O sebesar 680 yang menunjukkan peningkatan
(cm3/cm2/mm/dt/cmHg) x 1010. kadar air pada kukis minyak sawit
Sedangkan plastik PE memiliki merah selama masa penyimpanan.
kemampuan permeabilitas terhadap
O2 sebesar 55 Bilangan Peroksida
(cm3/cm2/mm/dt/cmHg) x 1010 dan Rata-rata bilangan peroksida
terhadap H2O sebesar 800 yang dihasilkan setelah uji lanjut
(cm3/cm2/mm/dt/cmHg) x 1010 Tukey pada taraf 5% dapat dilihat
(Buckle, dkk. 1987). Kertas lilin pada Tabel 2.
memiliki densitas sebesar 0,065 g/m3 Tabel 2 menunjukkan rata-
(Nurminah, 2002). rata bilangan peroksida kukis sukun
Tabel 1 menunjukkan bahwa tanpa dikemas berbeda nyata dengan
rata-rata kadar air meningkat sejalan bilangan peroksida kukis sukun yang
dengan peningkatan lama simpan. dikemas. Antar bilangan peroksida
Perlakuan lama penyimpanan kukis sukun yang dikemas plastik PP
menunjukkan hasil yang berbeda dengan plastik PE menunjukkan
nyata. Hal ini disebabkan produk hasil berbeda tidak nyata, namun
kukis sukun menyerap uap air dari berbeda nyata dengan kukis yang
lingkungan. Semakin lama waktu dikemas kertas lilin.

Tabel 2. Rata-rata bilangan peroksida pada kukis sukun (mg ret/1000 g)


Lama Simpan Jenis
Jenis Kemasan
B1 (14 hari) B2 (28 hari) B3 (42 hari) Kemasan
A1 (Tanpa Kemasan) 0,20ef 0,32c 0,57a 0,36a
A2 (Kertas Lilin) 0,15fg 0,29cd 0,41b 0,28b
A3 (Polietilen) 0,10g 0,23de 0,35bc 0,22c
A4 (Polipropilen) 0,08g 0,21ef 0,34c 0,21c
Lama Penyimpanan 0,13c 0,26b 0,41a
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Rata-rata bilangan peroksida plastik PE (0,22), dan plastik PP


semakin menurun dengan semakin (0,21).
baiknya kemampuan permeabilitas Kemasan plastik mampu
bahan kemasan. Hasil bilangan menekan masuknya uap air dan
peroksida pada kukis sukun tanpa oksigen ke dalam bahan pangan.
dikemas lebih tinggi (0,36) Plastik PP lebih baik dalam menekan
dibandingkan kukis sukun yang peningkatan bilangan peroksida
dikemas kemasan kertas lilin (0,28), dibandingkan dengan kemasan
plastik PE, dan kertas lilin. Plastik
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 5
PP memiliki permeabilitas terhadap dihasilkan selama penyimpanan hari
O2 dan uap air lebih rendah ke-14 sebesar (0,13), penyimpanan
dibandingkan plastik PE. Hal ini hari ke-28 sebesar (0,26), dan
sesuai dengan pendapat Pantastico penyimpanan hari ke-42 sebesar
dalam Hartatik (2007), menyatakan (0,41). Bilangan peroksida kukis
plastik PP memiliki permeabilitas sukun selama penyimpanan
yang rendah terhadap uap air dan gas mengalami peningkatan, hal ini
dan dapat mengurangi kontak antara sejalan dengan penelitian Dewita dan
bahan dan O2. Karakteristik kemasan Syahrul (2014), lama penyimpanan
kertas lilin memiliki pori-pori lebih berpengaruh terhadap peningkatan
besar sehingga penyerapan uap air kandungan peroksida pada produk
lebih mudah terjadi, hal ini amplang dan mi sagu instan.
menyebabkan bilangan peroksida Hasil penelitian Siswanto
yang dihasilkan lebih tinggi (2011), peningkatan bilangan
dibandingkan kukis sukun yang peroksida pada kukis minyak sawit
dikemas dengan plastik PE dan PP. merah terjadi pada masing-masing
Kerusakan lemak yang paling utama perlakuan selama masa
adalah terjadinya reaksi ketengikan penyimpanan. Penggunaan minyak
yang ditandai dengan tingginya bau sawit merah dan peningkatan kadar
dan rasa tengik. Reaksi ketengikan air menyebabkan terjadinya
terjadi oleh adanya reaksi ketengikan dalam kukis sukun.
outooksidasi dari radikal asam tidak Minyak mempengaruhi terjadinya
jenuh yang terdapat dalam minyak proses-proses oksidasi (Hutasoit,
(Ketaren, 1986). Reaksi outooksidasi 2009).
diawali dengan periode induksi
dimana sebelum tengik, minyak atau Analisis total bakteri
lemak akan mengikat oksigen dari Rata-rata log jumlah bakteri
udara secara perlahan-lahan yang dihasilkan setelah uji lanjut
(Purnomo, 1995). Tukey pada taraf 5% dilihat pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa Tabel 3.
rata-rata bilangan peroksida Tabel 3 menunjukkan rata-
meningkat sejalan dengan rata bakteri kukis sukun tanpa
peningkatan lama simpan. Perlakuan dikemas dan yang dikemas plastik
lama penyimpanan menunjukkan PP, plastik PE dan kertas lilin
hasil yang berbeda nyata. Bilangan menunjukkan hasil berbeda nyata.
peroksida kukis sukun yang

Tabel 3. Rata-rata log jumlah bakteri pada kukis sukun


Lama Simpan Jenis
Jenis Kemasan
B1 (14 hari) B2 (28 hari) B3 (42 hari) Kemasan
A1 (Tanpa Kemasan) 5,73d 6,59b 7,02a 6,44a
A2 (Kertas Lilin) 5,44e 5,93c 6,47b 5,94b
A3 (Polietilen) 4,55g 5,03f 5,48e 5,02c
A4 (Polipropilen) 4,27h 4,63g 5,29e 4,73d
Lama Penyimpanan 4,99c 5,54b 6,06a
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 6
Rata-rata bakteri semakin kapang, dan khamir (Winarno,
menurun dengan semakin baiknya 1997). Data jumlah bakteri ini
kemampuan permeabilitas bahan sejalan dengan data kadar air (Tabel
kemasan. Hasil jumlah bakteri 1). Hal yang sama juga tampak pada
selama penyimpanan pada kukis hubungan bilangan peroksida dan
sukun tanpa dikemas adalah (6,44), jumlah total bakteri. Bilangan
kukis sukun yang dikemas dengan peroksida kukis sukun yang
kemasan kertas lilin, plastik PE dihasilkan selama penyimpanan hari
(5,02) dan plastik PP (4,73). Plastik ke-14 sebesar (0,13), penyimpanan
PP lebih baik dalam menekan hari ke-28 sebesar (0,26), dan
peningkatan jumlah bakteri penyimpanan hari ke-42 sebesar
dibandingkan dengan kemasan (0,41). Peningkatan ini sejalan
plastik PE dan kertas lilin. dengan total bakteri pada
Plastik PP mempunyai penyimpanan hari ke-14 sebesar
kekuatan tarik dan kejernihan yang (4,99), penyimpanan hari ke-28
lebih baik serta permebealitas uap air sebesar (5,54), dan penyimpanan hari
dan gas lebih rendah dibandingkan ke-42 sebesar (6,06).
dengan plastik PE. PP memiliki sifat Peningkatan jumlah bakteri
yang tidak bereaksi dengan bahan, selama penelitian sejalan dengan
dapat mengurangi kontak antara penelitian Dewita dan Syahrul
bahan dan O2, tidak menimbulkan (2014), lama penyimpanan
racun dan mampu melindungi bahan berpengaruh terhadap peningkatan
dari kontaminan (Pantastico, 1988 jumlah bakteri pada produk amplang
dalam Hartatik, 2007). Perbedaan dan mi sagu instan. Peningkatan
karakteristik antara kemasan kertas jumlah bakteri selama penyimpanan
dan kemasan plastik mempengaruhi disebabkan peningkatan kadar air
jumlah bakteri yang terdapat pada kedalam produk sehingga
kukis sukun. Kemasan kertas lebih memudahkan bakteri dapat tumbuh.
mudah menyerap uap air dari
lingkungan, sehingga jumlah bakteri Identifikasi Jamur
pada kukis sukun yang dikemas Identifikasi jamur pada kukis
dengan kemasan kertas lilin lebih sukun dilakukan dengan mengamati
banyak dibandingkan kukis sukun tumbuhnya jamur selama
yang dikemas kemasan plastik. penyimpanan. Pada hari ke-18
Faktor-faktor yang mempengaruhi ditemukan pertumbuhan jamur
perkembangbiakan bakteri antara terdapat pada perlakuan tanpa
lain: kelembaban, temperatur, pH, kemasan, sedangkan kukis sukun
ketersediaan oksigen dan kadar air. yang dikemas tidak terdapat
Kelembaban dan ketersediaan pertumbuhan jamur pada masing-
oksigen bergantung pada masing kemasan. Kukis sukun yang
karakteristik kemasan. Kemasan tanpa dikemas lebih banyak
yang memiliki daya tembus tinggi menyerap uap air dari lingkungan.
terhadap uap air menyebabkan Sedangkan kukis sukun yang
semakin tinggi jumlah kadar air pada dikemas baik dengan kemasan
bahan pangan yang dikemas sejalan plastik PP dan plastik PE serta
dengan lama penyimpanan. Kadar air kemasan kertas lilin tidak terjadi
yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan jamur selama
mudahnya pertumbuhan bakteri, penyimpanan 42 hari.
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 7
Penilaian Sensori Berdasarkan Tabel 4
Penilaian Sensori Secara menunjukkan ketengikan semakin
Deskriptif Kukis Sukun kuat dengan semakin meningkatnya
Rata-rata penilaian sensori lama simpan.
secara deskriptif terhadap kukis
sukun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penilaian sensori (ketengikan) secara deskriptif kukis sukun.


Deskriptif
Jenis Kemasan
Hari 14 Hari 28 Hari 42
Tanpa kemasan 2,80a 2,60a 2,00a
Kertas Lilin 3,30a 3,07ab 2,60ab
Polietilen 4,27b 3,67bc 2,87b
Polipropilen 4,40b 3,73c 2,93b
Ket: Angka-angka yang dikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata menurut uji Tukey pada taraf 5%. Skor deskriptif 1: ketengikan sangat kuat;
2: ketengikan kuat; 3: ketengikan lemah; 4: ketengikan sangat lemah; 5: tidak tengik

Ketengikan kukis sukun pada produk pangan. Sehingga


tanpa kemasan dan kukis sukun yang membentuk komponen volatil yang
dikemas kertas lilin selama menimbulkan off flavor. Peningkatan
penyimpanan 14 hari berbeda nyata bilangan peroksida (Tabel 2) selama
terhadap kukis sukun yang dikemas penyimpanan, sejalan dengan
plastik PP dan PE, namun perlakuan semakin tengiknya kukis sukun
plastik PP dan PE berbeda tidak selama penyimpanan.
nyata. Rata-rata hasil penilaian Penggunaan minyak sawit
secara deskriptif hari ke-14 adalah merah dan kadar air yang tinggi
2,80-4,40 yang berarti penelis menyebabkan terjadinya ketengikan
memberi nilai ketengikan lemah dalam kukis sukun. Minyak
hingga ketengikan sangat lemah. mempengaruhi terjadinya proses-
Penilaian organoleptik kukis proses oksidasi. Sehingga dengan
sukun tanpa kemasan secara terdapatnya kadar air dan lemak ini,
deskriptif pada hari ke-28 berbeda menyebabkan proses penetrasi gas
nyata terhadap kukis sukun yang oksigen yang akan memacu
dikemas plastik PP. Rata-rata hasil terjadinya hidrolisis dan oksidasi
penilaian secara deskriptif hari ke-28 lemak yang pada akhirnya akan
adalah 2,60-3,73 yang berarti penelis menyebabkan ranciditas atau
memberi nilai ketengikan lemah ketengikan (Hutasoit, 2009). Ketaren
hingga ketengikan sangat lemah. (2008), menyatakan kenaikan
Sedangkan pada penilaian deskriptif bilangan peroksida merupakan
kukis sukun tanpa kemasan hari ke- indikator terjadi ketengikan pada
42 berbeda nyata terhadap kukis produk pangan.
sukun yang dikemas plastik PP dan
PE. Rata-rata hasil penilaian secara Penilaian Sensori Secara Hedonik
deskriptif hari ke-42 adalah 2,00- Rasa Kukis Sukun
2,93 hal ini berarti penelis memberi Rata-rata penilaian panelis
nilai ketengikan kuat hingga rasa kukis sukun secara hedonik
ketengikan lemah. Perubahan flavor setelah dilakukan uji lanjut dapat
merupakan masalah yang sensitif dilihat pada Tabel 5.
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 8
Tabel 5. Penilaian sensori terhadap rasa kukis sukun.
Rasa
Jenis Kemasan
Hari 14 Hari 28 Hari 42
Tanpa kemasan 3,02a - -
Kertas Lilin 2,36b 3,00b 3,02b
Polietilen 2,26b 2,40c 2,46c
Polipropilen 2,20b 2,32c 2,34c
Ket: - Pada hari ke-28 dan 42 tidak dilakukan uji organoleptik rasa karena kukis sudah tidak
aman dikonsumsi
- Angka-angka yang dikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata menurut uji Tukey pada taraf 5%. Skor hedonik 1: sangat Suka; 2: suka;
3: biasa saja; 4: tidak suka; 5: sangat tidak suka

Berdasarkan Tabel 5 perlakuan tanpa kemasan pada hari


penilaian sensori terhadap rasa kukis ke-28 dan ke-42 tidak dilakukan
sukun pada hari 14 menunjukkan pengujian. Hal ini diakibatkan
Kukis sukun tanpa kemasan berbeda tumbuhnya kapang pada permukaan
nyata terhadap kukis sukun yang kukis.
dikemas. Rata-rata hasil penilaian Kapang pada kukis tanpa
terhadap rasa hari ke-14 adalah 3,02- kemasan dapat tumbuh dan
2,20 yang berarti panelis berkembang lebih cepat
memberikan penilaian biasa saja dibandingkan kertas lilin, kemasan
hingga suka. Hal ini menunjukkan plastik PP dan PE. Menurut
bahwa selama proses penyimpanan, Susilawati dan Dewi (2011), gas
reaksi kimia dan aktivitas oksigen dan uap air dibutuhkan oleh
mikrobiologi mempengaruhi rasa mikroba untuk tumbuh dan
dari kukis sukun. Ketaren (1986) berkembang, salah satunya kapang.
menyatakan keterlibatan uap air pada Semakin banyak uap air terdifusi
jenis makanan berlemak akan kedalam kukis sukun maka akan
mempercepat proses perubahan semakin cepat terjadi pertumbuhan
lemak menjadi asam lemak bebas kapang dan terjadinya ketengikan.
dan gliserol yang akan menimbulkan Terjadinya peningkatan kadar air
ketengikan. kukis sukun yang tidak dikemas,
Rasa pada hari ke-28 dan hari dimana uap air terdifusi langsung
ke-42 pada kukis sukun yang kedalam kukis sukun sehingga
dikemas dengan plastik PP dan PE proses pertumbuhan jamur lebih
berbeda tidak nyata, namun berbeda cepat dibandingkan kukis sukun
nyata dengan kukis sukun yang yang dikemas sehingga penilaian
dikemas kertas lilin. Rata-rata hasil terhadap rasa pada kukis sukun
penilaian terhadap rasa hari ke-28 penyimpanan hari ke-28 dan hari ke-
adalah 3,00-2,32 yang berarti panelis 42 tidak dilakukan oleh panelis.
memberikan penilaian biasa saja
hingga suka. Sedangkan rata-rata Penilaian Sensori Secara Hedonik
hasil penilaian terhadap rasa hari ke- Aroma Kukis Sukun
42 adalah 3,02-2,34 yang berarti Rata-rata penilaian sensori
panelis memberikan penilaian biasa aroma kukis sukun setelah dilakukan
saja hingga suka. Atribut sensori rasa uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 6.

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 9
Tabel 6. Penilaian sensori terhadap aroma kukis sukun.
Aroma
Jenis Kemasan
Hari 14 Hari 28 Hari 42
Tanpa kemasan 2,80a 3,94a 3,96a
Kertas Lilin 2,44ab 2,88b 2,94b
Polietilen 2,28b 2,32c 2,34c
Polipropilen 2,26b 2,28c 2,32c
Ket: Angka-angka yang dikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata menurut uji Tukey pada taraf 5%. Skor hedonik 1: sangat Suka; 2: suka; 3:
biasa saja; 4: tidak suka; 5: sangat tidak suka

Tabel 6 menunjukkan terhadap aroma hari ke-28 adalah


penilaian sensori aroma pada hari ke- 3,94-2,28 yang berarti panelis
14 menunjukkan kukis sukun tanpa memberikan penilaian tidak suka
kemasan berbeda nyata terhadap hingga suka. Sedangkan rata-rata
kukis sukun yang dikemas plastik PP hasil penilaian terhadap aroma hari
dan plastik PE. Namun, kukis sukun ke-42 adalah 3,96-2,32 yang berarti
yang dikemas PE dan PP berbeda panelis memberikan penilaian tidak
tidak nyata. Rata-rata penilaian suka hingga suka. Hal ini disebabkan
organoleptik terhadap aroma pada sifat tembus cahaya serta
hari ke-14 adalah 2,80-2,26 yang permeabilitas dari masing-masing
berarti panelis memberikan penilaian kemasan yang berbeda-beda.
biasa saja hingga suka. Peningkatan kadar air menyebabkan
Kukis sukun tanpa dikemas ketengikan pada kukis sukun.
pada penilaian sensori aroma hari ke-
28 dan hari ke-42 berbeda nyata
terhadap kukis sukun yang dikemas. Penilaian Sensori Secara Hedonik
Kukis sukun yang dikemas dengan Warna Kukis Sukun
plastik PP dan PE berbeda tidak Rata-rata penilaian sensori
nyata, namun berbeda nyata dengan warna kukis sukun setelah dilakukan
kukis sukun yang dikemas kertas uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 7.
lilin. Rata-rata hasil penilaian

Tabel 7. Penilaian sensori terhadap warna kukis sukun.


Warna
Jenis Kemasan
Hari 14 Hari 28 Hari 42
Tanpa kemasan 3,06a 3,94a 4,00a
Kertas Lilin 2,42b 2,96b 3,00b
Polietilen 2,26b 2,34c 2,36c
Polipropilen 2,20b 2,28c 2,30c
Ket: Angka-angka yang dikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata menurut uji Tukey pada taraf 5%. Skor hedonik 1: sangat Suka; 2: suka; 3:
biasa saja; 4: tidak suka; 5: sangat tidak suka

Tabel 7 menunjukkan Hasil organoleptik terhadap warna pada


penilaian sensori kukis sukun tanpa hari ke-14 adalah 3,06-2,20 yang
kemasan penyimpanan 14 hari berarti panelis memberikan penilaian
terhadap warna kukis sukun berbeda biasa saja hingga suka.
nyata terhadap kukis sukun yang Kukis sukun tanpa dikemas
dikemas. Rata-rata penilaian pada penilaian sensori warna hari ke-
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 10
28 dan hari ke-42 kukis sukun tanpa berbeda dikarenakan kemasan
kemasan berbeda nyata terhadap memiliki daya tembus cahaya yang
kukis sukun yang dikemas. Kukis berbeda, sehingga penilaian warna
sukun yang dikemas dengan plastik pada kukis sukun yang dikemas
PP dan PE berbeda tidak nyata, plastik PE dan plastik PP
namun berbeda nyata dengan kukis menghasilkan penilaian yang disukai
sukun yang dikemas kertas lilin. panelis. Selain itu, perbedaan nilai
Rata-rata hasil penilaian terhadap warna pada setiap jenis kemasan
warna hari ke-28 adalah 3,94-2,28 dikarenakan setiap jenis kemasan
yang berarti panelis memberikan memiliki daya tembus cahaya yang
penilaian tidak suka hingga suka. berbeda.
Sedangkan rata-rata hasil penilaian
terhadap warna hari ke-42 adalah Penilaian Sensori Secara Hedonik
4,00-2,30 yang berarti panelis Tekstur Kukis Sukun
memberikan penilaian tidak suka Rata-rata penilaian sensori
hingga suka. Susilawati dan Dewi tekstur kukis sukun setelah dilakukan
(2011), menyatakan perbedaan nilai uji lanjut dapat dilihat pada Tabel 8.
warna pada setiap jenis kemasan

Tabel 8. Penilaian sensori terhadap tekstur kukis sukun.


Tekstur
Jenis Kemasan
Hari 14 Hari 28 Hari 42
Tanpa kemasan 3,00a 3,84a 3,92a
Kertas Lilin 2,36b 2,88b 2,90b
Polietilen 2,28b 2,30c 2,34c
Polipropilen 2,20b 2,24c 2,28c
Ket: Angka-angka yang dikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata menurut uji Tukey pada taraf 5%. Skor hedonik 1: sangat Suka; 2: suka; 3:
biasa saja; 4: tidak suka; 5: sangat tidak suka

Tekstur pada kukis meliputi penilaian tekstur pada penyimpanan


kekerasan, konsistensi dan 28 hari 3,84-2,24 yang berarti panelis
kemudahan untuk dipatahkan memberikan penilian tidak suka
(Fellows, 2000). Tekstur kukis sukun hingga suka. Rata-rata penilaian
tanpa kemasan pada penyimpanan tekstur penyimpanan 42 hari 3,92-
hari ke-14 berbeda nyata terhadap 2,28 yang berarti panelis
kukis sukun yang dikemas. Rata-rata memberikan penilaian tidak suka
penilaian tekstur penyimpanan 14 hingga suka.
hari 3,00-2,20 yang berarti panelis Perbedaan tekstur disebabkan
memberikan penilian biasa saja semakin meningkatnya kandungan
hingga suka. air hingga hari ke-42 penyimpanan.
Kukis sukun tanpa kemasan Semakin tinggi jumlah uap air yang
berbeda nyata terhadap tekstur kukis terdifusi kedalam kukis sukun
sukun pada hari ke-28 dan hari ke-42 menyebabkan berkurangnya tekstur
yang dikemas. Kukis sukun yang kukis sukun yang awalnya memiliki
dikemas dengan plastik PP dan PE tekstur yang renyah dan mudah
berbeda tidak nyata, namun berbeda dipatahkan, berubah menjadi lunak
nyata dengan kukis sukun yang selama masa penyimpanan. Kemasan
dikemas kertas lilin. Rata-rata kertas lilin memiliki kemampuan
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 11
menyerap gas oksigen dan uap air lunak dibandingkan dengan permen
yang lebih besar dari pada kemasan karamel susu yang dikemas dengan
plastik PP dan plastik PE, sehingga kemasan plastik dan kemasan
uap air lebih banyak masuk ke dalam aluminium foil.
kukis sukun yang dikemas dengan
kertas lilin, dan mempengaruhi Penilaian Keseluruhan Kukis
tekstur kukis sukun menjadi semakin Sukun
lunak. Hal ini sejalan penelitian Rata-rata penilaian sensori
Susilawati dan Dewi (2011), permen terhadap penerimaan keseluruhan
karamel susu yang dikemas dengan kukis sukun setelah dilakukan uji
kertas minyak lebih menghasilkan lanjut dapat dilihat pada Tabel 9.
tekstur permen karamel yang lebih

Tabel 9. Penilaian sensori secara keseluruhan kukis sukun.


Penilaian Keseluruhan
Jenis Kemasan
Hari 14 Hari 28 Hari 42
Tanpa kemasan 2,72a 3,86a 3,98a
Kertas Lilin 2,42ab 2,88b 2,94b
Polietilen 2,28b 2,30c 2,32c
Polipropilen 2,20b 2,28c 2,30c
Ket: Angka-angka yang dikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata menurut uji Tukey pada taraf 5%. Skor hedonik 1: sangat Suka; 2: suka; 3:
biasa saja; 4: tidak suka; 5: sangat tidak suka

Tabel 9 menunjukkan bahwa kemasan berbeda nyata terhadap


penilaian keseluruhan kukis sukun kukis sukun dikemas. Kukis sukun
pada hari ke-14 berbeda nyata yang dikemas dengan plastik PP dan
terhadap kukis sukun tanpa dikemas PE berbeda tidak nyata, namun
dengan kukis sukun yang dikemas berbeda nyata dengan kukis sukun
plastik PP dan plastik PE, tetapi yang dikemas kertas lilin. Hal ini
berbeda tidak nyata antara yang sesuai dengan pendapat Brody (1972)
dikemas dengan plastik PE dan dalam Siswanto (2011) bahwa
plastik PP. Rata-rata hasil penilaian plastik PP sangat mirip dengan
keseluruhan pada hari ke-14 adalah plastik PE dan sifat-sifat
2,72-2,20 yang berarti panelis penggunaannya juga serupa. Hasil
memberikan penilaian biasa saja penilaian keseluruhan kukis sukun
hingga suka. menunjukkan bahwa perlakuan kukis
Rata-rata penilaian sukun yang dikemas plastik PP dan
keseluruhan pada penyimpanan 28 plastik PE lebih disukai
hari berkisar 3,86-2,28 yang berarti dibandingkan kukis sukun yang
panelis memberikan penilaian tidak disimpan tanpa kemasan dan kertas
suka hingga suka. Rata-rata penilaian lilin. Penentuan kemasan terbaik
tektur penyimpanan 42 hari 3,98- yang dihasilkan dari penilaian secara
2,30 yang berarti panelis kimia dan sensori adalah kemasan
memberikan penilaian tidak suka plastik Polipropilen. Kemasan plastik
hingga suka. Penilaian keseluruhan Polipropilen mampu menekan
pada hari ke-28 dan ke-42 peningkatan kadar air, bilangan
menunjukkan hasil yang sama, yaitu peroksida, dan total bakteri.
perlakuan kukis sukun tanpa
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 12
KESIMPULAN DAN SARAN Dewita dan Syahrul. 2014.
Kesimpulan Fortifikasi konsentrat
Berdasarkan hasil penelitian ini protein ikan patin siam
dapat disimpulkan sebagai pada produk snack
berikut: amplang dan mi
1. Pengunaan keamasan plastik saguinstan sebagai produk
Polipropilen, plastik Polietilen, unggulan daerah Riau.
dan kertas lilin sebagai kemasan JPHPI, volume 17 No 2.
dapat menekan peningkatan kadar
air, bilangan peroksida, dan Fellows, P. 2000. Food Processing
jumlah bakteri. Kemampuan Technology Principle and
bahan pengemas plastik Practice. CRC Press : New
Polipropilen dan plastik Polietilen York.
lebih baik dibanding dengan
Fitria, M. 2007. Pendugaan umur
bahan kemasan kertas lilin. untuk
simpan produk biskuit
menghambat peningkatan kadar
dengan metode akselerasi
air, bilangan peroksida, dan
berdasarkan pendekatan
jumlah bakteri.
air kritis. Skripsi Fakultas
2. Kukis sukun yang dikemas
Teknologi Pertanian. Institut
dengan plastik Polipropilen dan
Pertanian Bogor. Bogor.
plastik Polietilen lebih disukai
dibandingkan kukis sukun yang Hartatik, U. 2007. Penyimpanan
dikemas dengan menggunakan ikan nila dan bandeng
kertas lilin dan kukis sukun tanpa presto pada suhu dingin
dikemas selama penyimpanan 42 dalam wadah polipropilen
hari. rigid kedap udara dan
3. Jenis kemasan yang terbaik dalam plastik polietilen. Skripsi
mengemas kukis sukun selama Fakultas Teknologi
penyimpanan pada suhu kamar Pertanian. Institut Pertanian
adalah plastik Polipropilen. Bogor. Bogor.
Hutasoit, N. 2009. Penentuan umur
Saran simpan fish snack (produk
Berdasarkan hasil penelitian ekstruksi) menggunakan
yang telah dilakukan perlu dilakukan metode akselerasi dengan
pendekatan kadar air
penelitian lebih lanjut tentang
kritis dan metode
penggunaan jenis kemasan lain konvensional. Skripsi
dalam penyimpanan kukis sukun. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
.Anonim. 2007. Pengemasan Bahan Indriyanti, M. 2010. Daya simpan
Pangan. roti manis berbahan dasar
http://tekpan.unimus.ac.id. tepung terigu dan tepung
Diakses pada tanggal 18 sukun dengan
Maret 2015. penambahan minyak
sawit merah dan kalsium

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 13
propionat. Skripsi Fakultas tekstur, dan rasa sagu
Pertanian Universitas Riau. lempeng dalam berbagai
Pekanbaru. kemasan plastik selama
penyimpanan. Jurnal
Ketaren, S. 1986. Peranan Lemak Agroteknologi, volume
dalam Bahan Pangan. 1(2): 102-111.
Teknologi Industri
Pertanian. Institut Pertanian Setyawardhani, R.D. 2008.
Bogor. Bogor. Pengaruh jenis kemasan
dan volume ketan
Ketaren, S. 2008. Minyak dan
Terhadap fermentasi
Lemak Pangan. serta perubahan mutu
Universitas Indonesia. Tape ketan hitam selama
Jakarta. penyimpanan. Skripsi
Fakultas Pertanian Institut
Manley, D. 2000. Technology of Pertanian Bogor. Bogor
Biscuit, Crackers, and
Cookies.Third Edition. Silitonga, H. 2014. Penambahan
Woodhead Publishing tepung tempe dan tepung
Limited. Cambridge. udang rebon dalam
pembuatan kukis sukun.
Nurminah, M. 2002. Penelitian Skripsi Fakultas Pertanian
Berbagai Sifat Bahan Universitas Riau.
Kemasan Palstik dan Pekanbaru.
Kertas serta
Pengaruhnya Terhadap Siswanto, I. 2011. Pengaruh
Bahan yang Dikemas. penggunaan kemasan
http://www.iptek.net.id. plastik polietilen (PE)
Diakses pada tanggal 28 dan polipropilen (PP)
Maret 2015. terhadap mutu kukis
minyak sawit merah
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air selama penyimpanan
dan Peranannya dalam pada suhu kamar. Skripsi
Pengawetan Pangan. Fakultas Pertanian
Universitas Indonesia Universitas Riau.
Press. Jakarta. Pekanbaru.

Qanytah dan I. Ambarsari. 2010. Susilawati dan Dewi, P.C. 2011.


Efisiensi penggunaan Pengaruh jenis kemasan
kemasan kardus dan lama penyimpanan
distribusi mangga terhadap sifat kimia,
arumanis. Jurnal Litbang mikrobiologi dan
Pertanian, volume 30 (1). organoleptik permen
caramel susu kambing.
Sarunggalo, Z. L., B. Santoso, P. Jurnal Teknologi dan
Istalaksana, dan Y.I.M Industri Hasil Pertanian,
Unenor. 2007. Evaluasi volume 16 No.1.
perubahan kadar air,
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 14
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan
dan Gizi. Gramedia.
Jakarta.

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau.


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
JOM FAPERTA UR Vol.4 No. 1 Februari 2017 15
AGROFOOD e-ISSN 2656-7709
Jurnal Pertanian dan Pangan Vol. 1 No. 1, Maret 2019

PENGARUH JENIS-JENIS KEMASAN TERHADAP UMUR SIMPAN


PRODUK KERIPIK UBIKA

Welly Deglas 1) dan Fransiska 2)


1) 2)
Teknologi Pangan, Politeknik Tonggak Equator Pontianak
1)
wellydeglas@yahoo.com
2)
fs.polteq@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the effect of the packaging types on ubika chips products, product physical
resistance and nutritional value after packaging by organoleptic testing. Non factorial randomized block
design (RBD) with 3 treatments, using thick plastic packaging, paperboard packaging and standing pouch
packaging with three replications. The method used was the Analysis of Variance method (ANOVA). The
parameters analysed included: dry basis, organoleptic test of aroma, taste, texture and preference. The results
of this study indicated that the results of dry basis testing of packaging types were very significant, whereas
the highest dry basis was found in the treatment of paperboard packaging of 9.01%, while the lowest dry basis
was found in the treatment of thick plastic packaging of 6.21%. Based on the SNI, the water content of cassava
chips in thick plastic packaging treatment was 6.21%, almost similar to the chip’s quality requirements of SNI
01-4305-1996 with the standard dry basis of 6.0%. From the results of the organoleptic test there were
significant differences in colour, aroma and level of preference. The most preferred treatment was thick plastic
packaging which has the highest level.

Keywords: packaging, cassava, ubika chips

1. PENDAHULUAN yang rendah, merek hanya sekedar membedakan


Penduduk Indonesia yang sangat besar antara satu produk dengan produk lainnya atau
menjadi pasar yang sangat potensial bagi merek sekedar nama. Sedangkan pada tingkat
perusahaan-perusahaan untuk memasarkan persaingan yang tinggi, merek memberikan
produk-produk perusahaan tersebut. Perusahaan kontribusi dalam menciptakan dan menjaga daya
dalam negeri maupun perusahaan asing berusaha saing sebuah produk.
mendirikan usaha bisnis dan menciptakan jenis- Perusahaan mengembangkan strategi-strategi
jenis produk yang nantinya akan digemari oleh mengenai item barang dalam lini produknya
calon pelanggan. Persaingan memperebutkan calon dengan membuat sejumlah keputusan mengenai
pelanggan oleh masing-masing perusahaan pun atribut produk, pemerekan, pengemasan,
akan semakin gencar dan semakin ketat. Minat beli pelabelan, dan jasa pendukung produk. Keputusan
diperoleh dari suatu proses belajar dan proses atribut produk di sini meliputi kualitas, fitur, gaya,
pemikiran yang membentuk suatu. Dalam era jenis dan desain kemasan yang ingin ditawarkan
globalisasi seperti saat ini, perusahan dituntut agar oleh perusahaan. Sehingga para konsumen
bisa menciptakan sebuah produk yang mampu mempunyai ketertarikan untuk menggunakan atau
bersaing dengan produk yang lain apabila ingin membeli produk perusahaan tersebut. Selain itu,
tetap bertahan dalam arus persaingan bisnis. dengan adanya bermacam-macam jenis kemasan
Banyaknya pesaing baru yang bermunculan yang produksi dari perusahan, sehingga perlu
dengan strategi pemasaran yang baru pula akan selektif dalam memilih kemasan sesuai kebutuhan.
membuat persaingan semakin ketat dan memanas. Pengemasan sangat berpengaruh terhadap
Suatu perusahaan dapat menjadi pemenang dalam bahan makanan yang dikemas karena dapat
persaingan bisnisnya apabila perusahaan mampu melindungi ketahanan fisik produk/keripik agar
menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya. tidak hancur dan mengatasi ketengikan keripik
Persaingan perusahaan untuk memperebutkan ubika, melihat kondisi tersebut maka dari ini
konsumen tidak lagi terbatas pada atribut peneliti ingin melihat jenis pengemasan yang
fungsional produk seperti kegunaan produk, cocok dan layak pada suatu produk makanan
melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang terutama keripik ubika.
mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dengan kata lain peranan merek mengalami mengetahui pengaruh jenis-jenis kemasan terhadap
pergeseran (Aaker, 1991). Pada tingkat persaingan produk keripik ubika serta untuk melihat
Maret 2019 23
Welly Deglas : Jurnal Pertanian dan Pangan 1 (1) : 23-27

ketahanan fisik dan nilai gizi produk keripik ubika bulan dilakukan pengujian kadar air dan
setelah pengemasan dengan pengujian organoleptik (aroma, tekstur, rasa dan Kesukaan)
organoleptik. Rancangan Penelitian
Rancangan acak kelompok (RAK) non
2. METODE factorial dengan 3 perlakuan yaitu dengan kemasan
plastik tebal, kemasan kertas karton dan Kemasan
Bahan
standing puoch dengan tiga ulangan. Metode yang
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian
digunakan adalah metode analisis variance
ini adalah keripik ubika, kemasan plastik tebal,
(ANOVA), jika terdapat perbedaan antar sampel
kemasan kertas karton dan kemasan standing
maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata
puoch.
menggunakan analisis Tukey’s pada taraf
Alat
signifikansi 1% dan 5%. Parameter yang dianalisis
Adapun alat yang digunakan pada
meliputi: kadar air, uji organoleptik aroma, rasa,
pengemasan keripik adalah timbangan/timbangan
tekstur dan kesukaan.
analitik, baskom, sendok dan alat pengemasan
Analisis Data
hand sealer.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan
Metode
dianalisa menggunakan Analysis of Variance
Langkah awal persiapan keripik ubika yang
(ANOVA). Jika terdapat perbedaan antar sampel
telah siap untuk dikemas, dan siapakan jenis-jenis
maka akan dilanjutkan dengan uji beda nyata
kemasan yaitu kemasan plastik tebal kemudian
menggunakan analisis Tukey’s pada taraf
kemasan kertas karton dan kemasan standing
signifikansi 1% dan 5%. Pengujian terdiri dari
puoch selanjutnya keripik ubika dikemas dengan
pengujian kadar air, uji organoleptik terdiri dari uji
masing-masing kemasan tersebut dan disimpan
skoring dan uji hedonik.
pada suhu kamar selama ± 1 -2 bulan, setelah 2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Data hasil analisis kadar air dan pengujian organoleptik meliputi aroma, tekstur dan kesukaan pada
keripik singkong.
NO Perlakuan Kadar Air Aroma Rasa Tekstur Kesukaan
1 Kemasan plastik tebal (234) 6,21% 4,52 4,67 4,19 4,52
2 Kemasan kertas karton (335) 9,01% 3,48 4,52 4,76 4,81
3 Kemasan standing puoch (436) 7,32% 4,43 4,57 4,05 4,05

Kadar Air tersebut bisa membuat keripik menjadi tidak


Kadar air merupakan banyaknya air yang renyah. Terjadinya kenaikan kadar air pada
terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam kemasan kertas/karton selama penyimpanan
persen (Winarno, 2002). Berdasarkan hasil disebabkan sifat fisik kertas yang menyerap air dan
penelitian rata-rata nilai kadar air penelitian ini memiliki pori-pori. Diduga ketika terjadi
adalah perlakuan menggunakan plastik tebal penguapan kadar uap air tidak keluar seluruhnya
sebesar 6,21 %, kemasan kertas karton sebesar dan terserap oleh kemasan kertas sehingga kertas
9,01% dan kemasan standing puoch sebesar 7,32%. menjadi lembab dan basah.
Jika dibandingkan antar perlakuan kadar air pada Kadar air pada permukaan bahan dipengaruhi
perlakuan menggunakan kemasan kertas karton oleh kelembaban nisbi (RH) udara sekitarnya, bila
kadar airnya lebih tinggi yaitu sebesar 9,01%, kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi
dibandingkan perlakukan menggunakan kemasan sedangkan RH disekitarnya tinggi maka akan
terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga
plastik tebal dan kemasan standing puoch yaitu
bahan menjadi lembab atau kadar air bahan
sebesar 6,21%-7,32%, tingginya kada air pada menjadi tinggi (Winarno et al. dalam Wigati,
perlakuan menggunakan kemasan kertas karton 2009).
disebabkan karena material menggunakan kertas Syarat mutu keripik singkong mengacu pada SNI
karton akan mudah menyerap air dan udara (tidak 01-4305-1996 adalah maksimal 6,0 %.
hampa udara) sehingga dapat meningkatkan kada Berdasarkan penentuan tersebut kadar air dalam
air pada keripik ubika yang dikemas. Keadaan

Maret 2019 24
Welly Deglas : Jurnal Pertanian dan Pangan 1 (1) : 23-27

penelitian ini pada perlakuan kemasan plastik tebal pengujian nilai F Hitung sampel untuk rasa adalah
sudah memenuhi standar. 0,31 sedangkan F tabel 1 % dan 5 % sebesar 3,23
dan 5,18, sehingga tidak perlu dilakukan uji
tukey’s.
Aroma Berdasarkan hasil pengujian dari ketiga sampel
Berdasarkan uji skoring terhadap aroma keripik ubika tersebut memiliki rasa yang sama-
keripik ubika dengan perlakuan jenis-jenis sama berasa khas ubika. Rata-rata hasil pengujian
kemasan yaitu dengan kemasan plastik tebal (234),
skoring terhadap rasa pada tiga perlakuan jenis-
kemasan kertas karton (335) dan Kemasan standing
puoch (436). Berdasarkan hasil pengujian terhadap jenis kemasan yaitu dengan kemasan plastik tebal
aroma keripik ubika terdapat perbedaan sangat (234) adalah 4,67, kemasan kertas karton (335)
nyata diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil adalah 4,52 dan kemasan standing puoch (436)
perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang adalah 4,57. Pada penelitian ini pembuatan keripik
menunjukkan F Hitung ˃ F tabel. Diperoleh hasil ubika dari tiga perlakuan tersebut menggunakan
pengujian nilai F Hitung sampel untuk aroma formula dan perlakuan yang sama, namun
adalah 12,87 sedangkan F tabel 1 % dan 5 %
menggunakan perlakuan pengemasan yang
sebesar 3,23 dan 5,18, sehingga perlu dilakukan uji
tukey’s. berbeda, sehingga untuk pengujian skoring
Dari hasil uji tukey’s ternyata diantara perlakuan terhadap rasa pada penelitian ini tidak terdapat
kemasan plastik tebal (234) dan kemasan kertas perbedaan nyata.
karton (335), perlakuan kemasan plastik tebal
(234) dan Kemasan standing puoch (436) tidak Tekstur
berbeda nyata, sedangkan perlakukan antara Berdasarkan uji skoring terhadap tekstur
kemasan kertas karton (335) dan Kemasan standing keripik ubika dengan perlakuan jenis-jenis
puoch (436) berbeda nyata. kemasan yaitu dengan kemasan plastik tebal (234),
Berdasarkan perhitungan rerata aroma pada kemasan kertas karton (335) dan Kemasan standing
kemasan plastik tebal (234) beraroma khas ubika puoch (436). Berdasarkan hasil pengujian terhadap
(4,52) karena karena dikemas menggunakan plastik tekstur keripik ubika terdapat perbedaan sangat
tebal dan di simpan dengan baik sehingga aroma nyata diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil
pada produk ubika tetap terjaga. Menurut pendapat perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang
Syarief dan Halid (1993), selama penyimpanan, menunjukkan F Hitung ˃ F tabel. Diperoleh hasil
parameter-parameter mutu seperti kadar air, cita pengujian nilai F Hitung sampel untuk aroma
rasa, tekstur, warna dan mikrobiologi akan berubah adalah 8,18 sedangkan F tabel 1 % dan 5 % sebesar
karena pengaruh lingkungan seperti suhu, 3,23 dan 5,18, sehingga perlu dilakukan uji
kelembaban dan tekanan udara atau karena faktor tukey’s.
komposisi makanan itu sendiri. Sehingga, dengan Dari hasil uji tukey’s ternyata diantara perlakuan
penyimpanan pada suhu dingin (suhu 10oC) bisa kemasan plastik tebal (234) dan kemasan kertas
mempengaruhi cita rasa, tekstur, dan warna ubika. karton (335) berbeda nyata, kemasan kertas karton
Rasa (335) dan Kemasan standing puoch (436) berbeda
Rasa merupakan salah satu komponen utama nyata, sedangkan perlakukan antara kemasan
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Nilai atau plastik tebal (234) dan Kemasan standing puoch
tingkat penerimaan pada bahan pangan sangat (436) tidak berbeda nyata.
tergantung dengan rasa bahan pangan tersebut. Berdasarkan analisis keragaman
Rasa merupakan adanya rangsangan kimiawi yang menunjukkan bahwa perlakukan jenis-jenis
sampai diindera pengecap, komponen-komponen kemasan kemasan plastik tebal (234) dan Kemasan
rasa yaitu rasa manis, asam, asin dan pahit. standing puoch (436) pada produk ubika rata-rata
Pengujian uji skoring terhadap rasa keripik ubika antara 4,05-4,19 renyah. Sedangkan pada
dengan perlakuan jenis-jenis kemasan dengan perlakuan dengan kemasan kertas karton (335)
kemasan plastik tebal (234), kemasan kertas karton adalah 3,84 cukup renyah. hal ini disebabkan
(335) dan Kemasan standing puoch (436). karena pengemasan menggunakan kemasan kertas
Berdasarkan hasil pengujian terhadap rasa keripik karton sifatnya menyerap air, bahan yang dikemas
ubika tidak terdapat perbedaan sangat nyata dengan kemasan kertas karton akan menyerap pada
diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil dinding-dinding kemasan dan udara di sekitar yang
perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang penuh dengan uap air. Udara atau gas (dalam hal
menunjukkan F Hitung < F tabel. Diperoleh hasil ini uap air) menempati seluruh ruangan, termasuk
Maret 2019 25
Welly Deglas : Jurnal Pertanian dan Pangan 1 (1) : 23-27

rongga makanan sehingga semakin lama dibiarkan, air terendah terdapat pada perlakuan kemasan
semakin banyak uap air yang masuk ke dalam plastik kertas karton sebesar 5,8 %.
bahan yang dikemas yang mengakibatkan bahan 3. Jika dilihat dari SNI kadar air keripik
tidak renyah. singkong perlakuan kemasan palstik tebal
adalah 6,1%, ini memenuhi syarat mutu
Kesukaan keripik SNI 01-4305-1996 kadar airnya
Uji hedonik merupakan uji kesukaan yang sebesar 6,0%.
dilakukan meliputi uji warna, rasa, aroma dan 4. Dari hasil uji organoleptik terdapat perbedaan
tekstur terhadap bahan pangan yang akan diuji. Uji nyata terhadap warna, aroma dan tingkat
kesukaan akan mempengaruhi apakah pengaruh kesukaan. Perlakuan yang palinh disuka
jenis-jenis kemasan terhadap produk keripik ubika adalah kemasan plastik tebal (234) memiliki
dapat diterima oleh masyarakat atau tidak. tingkat kesukaan konsumen paling tinggi
Berdasarkan hasil pengujian terhadap kesukaan dibandingkan lainnya.
keripik ubika terdapat perbedaan sangat nyata
diantara sampel, hal ini diketahui dari hasil 5. REFERENSI
perhitungan Analisis of Varian (ANOVA) yang Aaker, David 1991. Managing Brand Equity:
menunjukkan F Hitung ˃ F tabel. Diperoleh hasil Capitalizing on the Value of a Brand Name.
pengujian nilai F Hitung sampel untuk kesukaan New York: The Free Press.
adalah 5,29 sedangkan F tabel 1 % dan 5 % sebesar Fellows, P. J. 1990. Food Processing Technology
3,23 dan 5,18, sehingga perlu dilakukan uji Principles And Practise. Woodhead
tukey’s. Dari hasil uji tukey’s ternyata diantara Publishing Ltd. England
perlakuan kemasan plastik tebal (234) dan Gomez, K. A. and A. A. Gomez, 1984. Statistical
kemasan kertas karton (335), kemasan kertas Procedures For Agricultural Research. John
karton (335) dan Kemasan standing puoch (436) Will and Sons, New York.
berbeda nyata. Sedangkan kemasan plastik tebal Marianne Rosner Klimchuk, & Sandra A.
(234) dan Kemasan standing puoch (436) tidak Krasovec. (2007). Desain Kemasan. Jakarta:
berbeda nyata. Berdasarkan perhitungan rerata Erlangga.
pada perlakuan kemasan plastik tebal (234) tingkat Meilgaard, M., Civille G.V., Carr B.T. 2000.
kesukaan nya adalah disukai (6,19), sedangkan Sensory Evaluation Techniques. Boca Raton,
pada kemasan kertas karton (335) tingkat Florida: CRC Press.
kesukaan nya adalah cukup disukai (5,24) dan pada Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisis Untuk
perlakuan kemasan standing puoch (436) adalah Bahan Makanan dan Pertanian.Penerbit
disukai (5,95). Leberty, Yogyakarta.
Jika dibandingkan perlakuan kemasan plastik tebal Shinta, D. S., Susilowati dan Buhasor, T. K. 1995.
(234) memiliki tingkat kesukaan konsumen paling Pengaruh Penggunaan Minyak Goreng Secara
tinggi dibandingkan lainnya dan hal ini Berulang Terhadap Mutu Keripik Ubi Kayu.
menunjukkan bahwa kesukaan konsumen pada Warta Industri Hasil Pertanian. Balai
pada produk ubika dengan kemasan palstik tebal Penelitian dan Pengembangan Industri Kecil
berada pada skala penilaian disukai yaitu memiliki hasil Pertanian. Bogor.
aroma khasa ubika dan bertekstur renyah. Dari Sulistyowati Tuminah. 2004. Teh Sebagai Salah
hasil pengujian ini menunjukkan bahwa pengaruh Satu Sumber Antioksidan.
jenis-jenis kemasan pada produk ubika memiliki http://www.cerminduniakedokteran.com.
tingkat kesukaan panelis yang berbeda. Valentina,Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi
Kayu sebagai Bahan Baku Keripik Singkong
4. KESIMPULAN di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB
Dari hasil penelian jenis-jenis kemasan Wanita Tani Makmur. Skripsi. Fakultas
terhadap produk ubika dapat disimpulkan sebagai Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
berikut : Surakarta.
1. Jenis-jenis kemasan sangat berpengaruh Winarno F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
terhadap ketahanan fisik dan nilai gizi produk Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
keripik ubika setelah pengemasan.
2. Dari hasil pengujian kadar air jenis-jenis
kemasan sangat berpengaruh, dimana kadar
air tertinggi terdapat pada perlakuan kemasan
standing puoch sebesar 7,2% sedangkan kadar
Maret 2019 26
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4

KAJIAN KARAKTERISTIK KERTAS UNTUK KEMASAN MAKANAN

Lies Indriati 1, Hana Rachmanasari, Nina Elyani, Taufan Hidayat, Sonny Kurnia Wirawan
Balai Besar Pulp dan Kertas
Jl. Raya Dayeuhkolot no. 132 Bandung 40258
1
liesinag@gmail.com

STUDY ON PRIMARY FOOD PACKAGING PAPER CHARACTERISTICS

ABSTRACT

The usage of paper/paperboard as primary food packaging has been grew fast. As other food
packaging materials, paper/paperboard used for primary food packaging should meet the requirements,
which facilitate the run ability of papermaking process in paper industries, converting processes, as
well as for consumer’s health and safety and environmental concern. The health and safety aspect of
primary food packaging used in Indonesia recently are not fully guaranteed yet. Therefore, this review
is carried out to obtain the data and information which can be used in preparing the standard draft of
paper/paperboard for primary food packaging as well as the recommendations for its’ implementation.

Keywords: paper, paperboard, primary packaging, food, standard

ABSTRAK

Penggunaan kertas/karton sebagai pengemas primer produk makanan dan minuman telah
berkembang pesat. Sebagaimana bahan kemasan lainnya, kertas/karton yang digunakan untuk maksud
ini harus memenuhi persyaratan baik untuk kepentingan kelancaran proses produksi di industri kertas,
proses konverting di konverter, maupun kepentingan keamanan, kesehatan, dan kebersihan bagi
konsumen, serta lingkungan. Kemasan primer produk makanan yang beredar dan digunakan di Indonesia
saat ini masih belum sepenuhnya terjamin keamanannya.Untuk itulah kajian ini dilakukan, yaitu dalam
rangka mendapatkan data dan informasi guna penyusunan rancangan standar kertas kemasan makanan
serta sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam penetapan regulasi teknis penerapannya.

Kata kunci: kertas, karton, kemasan primer, makanan, standar

PENDAHULUAN gas, kelembaban/uap air, gesekan, benturan dan


getaran, gangguan kimia seperti oksidasi dan
Suatu produk pangan, walaupun memiliki sinar ultra violet, juga gangguan biologik seperti
citarasa, nilai gizi, atau pun sifat fungsional bakteri dan kapang. Dari segi promosi, kemasan
yang bagus, tetap tidak cukup berarti jika berfungsi sebagai daya tarik pembeli.Berdasarkan
produk tersebut tidak aman untuk dikonsumsi. eksistensinya, kemasan pangan dapat dibedakan
Salah satu faktor yang terkait dengan keamanan menjadi kemasan primer, sekunder dan tersier.
pangan adalah keamanan bahan kemasan pangan/ Yang paling penting diperhatikan adalah kemasan
pembungkusan produk pangan (food grade) pangan sebagai kemasan primer, karena kemasan
(www.ik.pom.go.id). ini bersentuhan langsung dengan pangan,
Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan sehingga memiliki potensi perpindahan (migrasi)
untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan zat/komponen dari kemasan pangan ke dalam
baik yang bersentuhan langsung dengan pangan pangan paling besar. Dalam proses pengolahan
maupun tidak.Kemasan pangan ditujukan untuk pangan dapat terjadi perubahan-perubahan
memberi perlindungan pada pangan, misalnya fisik maupun kimiawi, baik yang dikehendaki
untuk mencegah/mengurangi kerusakan, atau tidak dikehendaki. Setelah melalui proses
melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pengolahan tersebut, pangan tidak tetap stabil,
pencemaran serta gangguan fisik seperti permeasi melainkan dapat terus mengalami perubahan,

Balai Besar Pulp dan Kertas 63


Bandung
Prosiding Seminar Teknologi Pulp dan Kertas
ISBN : 978-602-17761-2-4 Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014

sehingga diperlukan pemilihan pengemasan yang diputihkan dengan cara menambahkan


yang tepat agar masa simpan produk pangan klor (chlorine), bila terkena suhu tinggi akan
dapat ditingkatkan dengan nilai gizi masih dapat menghasilkan dioksin yaitu suatu senyawa racun
dipertahankan (www.ik.pom.go.id). yang berbahaya bagi kesehatan karena bersifat
Indonesia mengatur pengemasan pangan dalam karsinogenik (menyebabkan kanker) (www.
Peraturan Kepala Badan POM tentang Bahan ik.pom.go.id).
Kemasan Pangan nomor HK.03.1.23.07.11.6664 Saat ini penggunaan kertas sebagai bahan
tahun 2011 Tentang Pengawasan Kemasan pengemas pangan sudah sangat luas, baik
Pangan. Dalam peraturan tersebut dinyatakan berupa kemasan primer, sekunder maupun
bahwa kemasan pangan dapat dibuat dari tersier.Kemasan primer adalah kemasan yang
berbagai jenis bahan dasar dan bahan tambahan. bersentuhan langsung dengan produk yang
Bahan dasar kemasan pangan dapat berupa dikemas. Kemasan sekunder adalah kemasan
plastik, logam/paduan logam, kertas/karton, luar setelah produk dikemas menggunakan
karet/elastomer, keramik, selofan dan kaca. kemasan primer; sedangkan kemasan tersier
Bahan pengemas yang berasal kertas dan adalah kemasan terluar setelah produk dikemas
sejenisnya sudah lama dikenal masyarakat, dalam kemasan primer dan sekunder.Umumnya
termasuk kertas tisu, koran bekas, ataupun kertas kemasan tersier merupakan kemasan untuk
bekas lainnya yang telah diputihkan. Bahan dasar keperluan transportasi (http://id.wikipedia.org).
kertas adalah serat selulosa yang setelah melalui Khusus kemasan primer, beberapa jenis
proses pada mesin kertas akan terbentuk jalinan kertas yang dapat digunakan adalah kertas kraft,
serat berupa lembaran. Komponen lain dalam kertas tahan lemak (grease proof), kertas glasin
bahan baku pulp adalah hemiselulosa, fenil propan dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas yang
terpolimerisasi sebagai lem untuk merekatkan dibuat dari modifikasi kertas-kertas ini. Selain itu
serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. wadah kertas yang kaku terdapat dalam bentuk
Pada pembuatan kertas terkadang digunakan klor karton, kotak, kaleng fiber, drum, cawan-cawan
sebagai pemutih pulp yang digunakan sebagai yang tahan air, kemasan tetrahedral dan lain-
bahan baku kertas, bahan penguat, bahan darih lain. Umumnya untuk keperluan ini digunakan
untuk memberi sifat anti air pada kertas, pewarna karton, kertas laminasi, corrugated board dan
dan pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam atau berbagai jenis karton khusus. Wadah kertas
kertas, yang dapat bermigrasi kedalam pangan biasanya dilapisi dengan bahan-bahan lain seperti
antara lain adalah tinta dan klor. Mengingat plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif
penggunaan kemasan kertas dapat memberikan (https://lordbroken.wordpress.com)
ancaman bagi kesehatan, maka pemilihan bahan Di Indonesia produsen kertas glasin dan
pangan yang dikemas, dan penggunaan kertas kertas tahan lemak sebagai kertas dasar
sebagai pengemas harus diperhatikan.Kertas kemasan untuk makanan cukup banyak, namun
bertinta seharusnya tidak digunakan untuk ditemukan pula produk impor yang beredar di
membungkus bahan pangan secara langsung. pasar nasional terutama berasal dari Cina dan
Migrasi bahan kimia berbahaya dari kemasan India.Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk
dapat mengakibatkan terjadinya keracunan kertas glasin sudah diterbitkan oleh BSN, namun
ataupun akumulasi bahan toksik (www.ik.pom. standar tersebut belum memuat persyaratan
go.id). penggunaanya sebagai kertas kemasan makanan.
Salah satu bahaya penggunaan kertas bekas Khususnya pada penggunaan sebagai kemasan
sebagai pengemas pangan adalah adanya primer dimana kertas tersebut akan bersentuhan
kontaminasi mikroorganisme, sehingga dapat langsung dengan produk makanan yang dikemas,
merusak produk pangan dan menimbulkan perlu dipertimbangkan faktor keamananannya
penyakit.Apabila kertas bekas yang mengandung terhadap produk makanan yang dikemas. Untuk
tinta digunakan untuk membungkus produk itu kajian ini dilakukan dalam rangka mempelajari
pangan yang berminyak seperti gorengan, maka karakteristik kertas yang berpengaruh terhadap
minyak dalam keadaan panas dapat melarutkan keamanan makanan yang dikemas.
timbal (Pb) yang terkandung pada tinta dan Kertas kemasan makanan dibagi atas 2
bermigrasi ke produk pangan.Mengkonsumsi kategori, yaitu jenis kertas lapisan tunggal dan
produk pangan yang terkontaminasi timbal jenis komposit. Untuk kedua jenis kertas di atas
dapat membahayakan kesehatan. Kertas bekas yang harus dilapisi terlebih dahulu dengan bahan

64 Balai Besar Pulp dan Kertas


Bandung
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4

lain tergolong dalam kategori komposit dimana Survei Lapangan


permukaan yang bersentuhan langsung dengan
makanan bukanlah permukaan kertas, melainkan Survei lapangan dilakukan guna mendapat
permukaan plastik atau aluminum foil. (http:// sampel produk kertas kemasan pangan untuk
ocw.stikom.edu). diuji di laboratorium dan mendapatkan informasi
Yang tercakup dalam kajian ini adalah dari produsen kertas kemasan pangan, asosiasi,
hanya untuk jenis kertas kategori lapisan lembaga litbang terkait serta konsumen kertas
tunggal yang permukaannya bersentuhan kemasan pangan.
langsung dengan makanan yang dikemas;
belum mempertimbangkan jenis kertas kemasan Pengujian Sampel Kertas/Karton
makanan berbentuk komposit.
Pengujian dilakukan terhadap seluruh sampel
BAHAN DAN METODE yang terkumpul dengan parameter sebagai
berikut :
Bahan 1. Sifat fisik : gramatur, tebal,
kekasaran (Bendtsen), porositas (Bendtsen
Bahan yang dipergunakan untuk pelaksanaan dan Gurley), kilap, ketahanan tarik, ketahanan
kegiatan kajian ini adalah sampel kertas dan karton retak, daya serap air (Cobb-60), ketahanan
yang diperoleh dari industri kertas dan karton di minyak (castor oil).
Indonesia yang umum digunakan sebagai kertas/ 2. Sifat K3L : migrasi total (ekstrak
karton kemasan pangan. Seluruhnya berjumlah kloroform setelah kontak dengan aquabides
14 (empat belas) sampel yang terdiri atas 10 pada suhu 66oC selama 2 jam dan ekstrak
(sepuluh) sampel pertama (butir a – d) merupakan kloroform setelah kontak dengan n-heptana
sampel kertas tipis dengan gramatur kurang dari pada suhu 38oC selama 20 menit); kandungan
100 g/m2, sedangkan 4 (empat) sampel yg lainnya dan migrasi logam berat (Pb, Cr, Cd, Hg).
(butir e) merupakan sampel karton dengan
gramatur lebih dari 300 g/m2. Pengolahan dan Analisis Data
1. 4 (empat) sampel kertas glassin; kode sampel
1a, 2a, 4 dan 5. Sampel 1a dan 2a berasal dari Analisis data yang dilakukan untuk
restoran cepat saji di Indonesia yang biasa mendapatkan gambaran tentang parameter yang
digunakan sebagai pembungkus nasi dalam perlu dipersyaratkan serta persyaratan kualitas
keadaan panas. yang akan diusulkan dalam Rancangan Standar
2. 5 (lima) sampel kertas tahan lemak Nasional Indonesia kertas kemasan pangan
(greaseproof paper) gramatur rendah; kode
sampel 1, 2, 3, 6 dan 7. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 2 (dua) sampel karton greaseproof; kode
sampel 9 dan 10. Standar Kertas Kemasan Pangan
4. 2 (satu) sampel MG (Machine Glazed) kraft;
kode sampel 8 dan 12. Berdasarkan pengamatan pada berbagai
5. 1 (satu) sampel karton dupleks; kode sampel 11. kemasan pangan yang menggunakan kertas
sebagai bahan bakunya terdapat beberapa jenis
Metode kertas dan karton yang digunakan sebagai
kemasan pangan. Jenis kertas/karton tersebut
Studi Literatur beserta spesifikasinya dalam SNI dapat dilihat
pada Tabel 1 dan 2.
Studi literatur dilakukan untukmendapatkan Dari Tabel 1 terlihat bahwa kecuali kertas
informasi tentang peraturan perundang-undangan MG, semua kertas dan karton yang digunakan
yang berlaku dan standar/spesifikasi tentang sebagai kemasan pangan primer dan sekunder
kertas kemasan pangan, baik di dalam negeri telah ditetapkan standar kualitasnya dalam SNI.
maupun dari negara-negara lain. Selain itu, perlu Beberapa diantaranya, seperti kertas dasar untuk
dipelajari pula jenis-jenis kertas/karton yang kertas bungkus berlaminasi plastik dan kantong
lazim digunakan sebagai kemasan pangan serta teh dari kertas kraft, harus dilapisi dengan
SNI yang tersedia untuk kertas tersebut. bahan/lembaran lainnya terlebih dahulu sebelum

Balai Besar Pulp dan Kertas 65


Bandung
Prosiding Seminar Teknologi Pulp dan Kertas
ISBN : 978-602-17761-2-4 Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014

Tabel 1. Jenis Kertas/Karton Kemasan Pangan

No Judul SNI No SNI Penggunaan


1 Kertas dasar untuk kertas 14-6519–2001 Kemasan primer; permukaan yang
bungkus berlaminasi plastik bersentuhan dengan pangan dilapisi plastik
2 Kertas glasin 6021:2009 Kemasan primer
3 Karton dupleks 0123:2008 Kemasan sekunder
4 Kantong teh dari kertas kraft 14-7038-2004 Kemasan primer; bagian dalam yang
bersentuhan dengan produk teh dilapisi
aluminum foil
5 Kertas salut 0154:2010 Kemasan sekunder; kemasan primer untuk
produk pangan kering atau dilapisi bahan
anti air/minyak
6 Karton salut 7723:2011 Kemasan sekunder; kemasan primer untuk
produk pangan kering atau dilapisi bahan
anti air/minyak
7 Kertas MG (Machine Glazed) - Kemasan primer

digunakan sebagai kemasan makanan. Pada Tabel Sifat K3L Kertas Kemasan Pangan
2 dapat dilihat persyaratan kualitas untuk jenis
kertas kemasan makanan yang ditetapkan dalam Khusus untuk kertas yang digunakan
SNI. Secara umum, terlihat bahwa parameter yang sebagai kemasan primer dimana kertas akan
dipersyaratkan baru mencakup sifat fisik lembaran bersentuhan langsung dengan pangan yang
kertas; belum mengakomodir persyaratan yang dikemas, karakteristik kertas yang terkait dengan
berkaitan dengan unsur keamanan, kesehatan dan aspek kesehatan, keamanan, keselamatan dan
lingkungan. Persyaratan ini penting dalam rangka lingkungan sangatlah penting. Beberapa peraturan
perlindungan konsumen yang mengkonsumsi perundang-undangan yang berkaitan dengan hal
makanan yang dikemas dalam kertas kemasan tersebut dijelaskan dalam uraian berikut ini.
tersebut.
Kertas yang digunakan sebagai kemasan Peraturan Nasional
makanan seyogyanya tidak mengandung bahan
berbahaya, tidak terjadi migrasi baik dari kertas Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
kemasan ke makanan maupun sebaliknya. Makanan (BPOM) Republik Indonesia Nomor
Migrasi komponen berbahaya yang terkandung HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang
dalam kertas kemasan ke dalam produk makanan Pengawasan Kemasan Pangan (BPOM, 2011)
yang dikemas tentu saja sangat berbahaya bagi mengatur tentang pengklasifikasian komponen
konsumen. Sebaliknya migrasi dari produk dalam bahan kemasan pangan yang dibagi atas :
makanan yang dikemas ke dalam kertas 1. Bahan yang dilarang
pengemas pada umumnya adalah kandungan 2. Bahan yang diijinkan
air atau minyak, dapat menyebabkan kertas 3. Bahan yang dinilai dulu keamanannya
kemasan makanan kehilangan kekuatannya dan sebelum digunakan
mengalami sobek atau retak sehingga fungsi
kertas sebagai pengemas menjadi hilang dan Lampiran 1 peraturan tersebut mengatur
makanan yang dikemas menjadi tercemar (www. tentang bahan-bahan yang dilarang digunakan
shamba.worldpossible.org). dalam kertas kemasan makanan; Lampiran 2
Dengan demikian SNI tersebut diatas tidak menjelaskan tentang bahan-bahan yang diijinkan;
dapat langsung diadopsi sebagai persyaratan serta ada pula daftar bahan yang harus dinilai
kertas kemasan makanan. Namun demikian SNI terlebih dahulu keamanannya sebelum digunakan
tersebut dapat dijadikan acuan dalam perumusan sebagai bahan aditif kertas kemasan makanan
SNI kertas kemasan untuk makanan. (BPOM, 2011).

66 Balai Besar Pulp dan Kertas


Bandung
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4

Tabel 2. Persyaratan Mutu SNI Kertas Kemasan

Kertas dasar Kertas


Karton Kertas
Parameter laminasi Kertas glassin kantong Karton salut
dupleks salut
plastik teh
Gramatur, g/m2 70 28-73 225-500 70-80 70-180 200-400
pH 7-9
Derajat putih ISO, % > 76 > 80 > 80
Cobb-60, g/m2 20-40 FS : < 27 < 35 < 40
Kekasaran (PPS), µm <3 <3
Pen.minyak IGT, 1000/mm 7-15 7-10 7-15
Ket.cabut IGT, Pm/s > 300 > 300 > 300
Kilap 75o, % > 44; 46; 50 < 75
Kekakuan AM, mNm 68-350 gf.cm 1-10
Internal Bond st. J/m 2
> 120
Tebal, mm 0,11-0,142 0,28-0,63 > 700 kg/m 3
0,12-0,14 > 750 kg/m3
TEA tot 4lbr SM, J/m2
A: > 680
B: > 280

Regang AM, % A: < 7,5


B: > 1,7
Index Tarik basah lbr A: > 15
luarAM, Nm/g B: > 19
Index Sobek AM, mNm2/g AM: > 392
A: > 11
SM: > 416
B: > 8
mN
Porositas Gurley, s > 1000 ml/
> 400 < 13
menit
Kekasaran Bendtsen, ml/
< 1000
menit
Kadarair, % < 6,5; 7,5 < 10 6-8
Opasitas, % < 30;43; 60;72
Kelicinan Bekk, s > 400
Ket.tarik, kN/m AM: >1,96 AM: > 1,64-5,43
SM: >1,63 SM: > 0,85-3,52
Ket.Sobek, mN AM: > 392
SM: > 416

Dalam peraturan tersebut, persyaratan kertas/ Peraturan Kepala BPOM RI No.


karton kemasan pangan diatur pada Butir 2.4, HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 ini harus
yang berisi ketentuan maksimal migrasi total dijadikan dasar pada menetapkan persyaratan
kandungan dalam kertas yang digunakan sebagai SNI kertas kemasan makanan, disamping
kemasan makanan (Tabel 3). parameter lain yang perlu dipersyaratkan baik
Dalam peraturan tersebut diatur jugatentang yang berupa sifat fisik dan juga persyaratan lain
jenis produk pangan yang dikemas, yang dibagi yang dianggap perlu melengkapi aturan tentang
atas 9 kategori, yaitu Tipe I sampai dengan Tipe kemasan makanan yang sudah ada.
IX (Tabel 4). Pelarut yang digunakan dalam
pelaksanaan pengujian parameter migrasi total Peraturan Luar Negeri
yang dipersyaratkan dalam peraturan tersebut
ditetapkan berdasarkan tipe pangan yang dikemas Hampir semua negara, terutama negara-negara
serta penggunaan atau perlakuan yang akan maju, memiliki aturan perundang-undangan
dialami kertas dalam proses pengemasan pangan tentang kemasan pangan yang diberlakukan di
(BPOM, 2011). negaranya masing-masing. Beberapa diantaranya

Balai Besar Pulp dan Kertas 67


Bandung
Prosiding Seminar Teknologi Pulp dan Kertas
ISBN : 978-602-17761-2-4 Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014

Tabel 3. Persyaratan Kertas Kemasan Makanan

Persyaratan
No. Bahan Kontak Pangan
Parameter Batas Maks.
1 Komponen kertas dan Migrasi Ekstrak larut kloroform (ter- 0,078 mg/cm2
karton yang kontak den- total koreksi untuk lilin, petrolatum,
gan pangan berair dan minyak mineral dan ekstrak seng
berlemak sebagai seng oleat) diekstraksi
dengan pelarut yang sesuai den-
gan tipe pangannya pada kondisi
yang disebut dalam Lampiran 2C
tabel 2.2.1 dan 2.2.2

Tabel 4. Klasifikasi Jenis Produk Pangan (BPOM, 2011)

Tipe Bahan Pangan dan Pangan Olahan


I Tidak bersifat asam (pH < 5,0), produk-produk mengandung air, dapat mengandung
garam, gula, atau keduanya
II Bersifat asam, produk-produk mengandung air, dapat mengandung garam atau gula
atau keduanya, termasuk mengandung emulsi minyak dalam air dengan kandungan
lemak rendah atau tinggi
III Produk mengandung air, asam atau tidak asam, mengandung minyak atau lemak bebas
atau berlebih, dapat mengandung garam termasuk mengandung emulsi air dalam min-
yak dengan kandungan lemak rendah atau tinggi
IV Produk susu dan turunannya :

A. Emulsi air dalam minyak, kandungan lemak rendah atau tinggi

B. Emulsi minyak dalam air, kandungan lemak rendah atau tinggi


V Lemak dan mnyak mengandung sedikit air
VI Minuman :

A. Mengandung sampai 8% alkohol

B. Non-alkohol

C. Mengandung lebih dari 8% alkohol


VII Produk roti selain yang disebut pada tipe pangan VIII dan IX :

A. Roti lembab dengan permukaan mengandung minyak atau lemak bebas

B. Roti lembab dengan permukaan tanpa mengandung minyak atau lemak bebas
VIII Padat kering dengan permukaan tanpa mengandung minyak atau lemak bebas
IX Padat kering dengan permukaan mengandung minyak atau lemak bebas

68 Balai Besar Pulp dan Kertas


Bandung
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4

sangat berpengaruh terhadap perdagangan Michler’s ketone, dietilamin benzofenon (DEPB),


produk kertas kemasan pangan dari Indonesia. pewarna azo, dyes and colorants, bahan pemutih
Beberapa peraturan tersebut dijelaskan dalam fluoresen (FWA), hidrokarbon aromatik polosiklik
uraian berikut ini. (PAHs), dibutilftalat (DBP), di(2-etilheksil)ftalat
(DEHP), diisobutilftalat (DIBP), total DBP dan
1. Framework Regulation (EC) No 1935/2004 DIBP, benzilbutilftalat (BBP), diisononilftalat
(https://www.fsai.ie) (DINP), diisodesilftalat (DIDP), benzofenon,
total benzofenon + hidroksi benzofenon +
Framework Regulation (EC) No. 1935/2004 4-metilbenzofenon, diisopropilnaftalen, serta
of the European Parliament and of the Council kandungan bisfenol A.
diterbitkan tanggal 27 Oktober 2004; mengatur Kandungan substansi logam berat, dyes dan
tentang “Materials and articles to come into colourants, bahan pemutih fluoresen (FWAs)
contact with food and repealing Directives hanya diuji bagi kertas yang akan digunakan
80/590/EEC and 89/109/EEC”; berisi tentang untuk kemasan makanan dengan kandungan air
pemberian kewenangan kepada komisi untuk dan lemak tinggi.
mengadopsi parameter khusus atas sekelompok
bahan, pengaturan peran EFSA (European Food 3. EFSA - Paper and Cardboard Criteria
Safety Authority), penetapan prosedur otorisasi, (DGCCRF, 2004).
penetapan persyaratan labeling, penetapan
sistem ketertelusuran, deklarasi kesesuaian yang Dalam ketentuan kemasan pangan yang
diperlukan pada persyaratan khusus, persyaratan ditetapkan oleh EFSA (European Food Safety
prosedur safeguard, persyaratan inspeksi dan Authority), persyaratan ditetapkan berdasarkan
pengendalian (https://www.fsai.ie). tipe kontak kemasan pangan, yaitu kemasan yang
Framework Regulation tersebut diterapkan kontak dengan pangan kering, kemasan kontak
untuk bahan dan bahan/barangyang: dengan pangan basah dan berlemak, kontak
• Kontak dengan pangan dengan pangan dengan penyaringan panas, dan
• Dalam prosesnya akan kontak dengan pangan kontak dengan pangan yang dimasak. Persyaratan
• Diharapkan akan kontak dengan pangan atau yang ditetapkan lebih ketat dibandingkan
memindahkan komponen yang dikandungnya dengan Peraturan Kepala BPOM RI No.
kedalam pangan HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011. Persyaratan
ini diberlakukan untuk kemasan produk makanan
Terlihat bahwa, peraturan ini tidak hanya yang akan masuk ke negara-negara Eropa.
mengatur kemasan pangannya saja, melainkan
termasuk fasilitas dalam setiap tahap proses 4. 21 CFR Ch. I (4-1-00 Edition) (https://www.
produksi yang akan kontak dengan produk accessdata.fda.gov)
pangan, seperti perpipaan, mesin proses pangan,
konveyor, dan lain-lain. Peraturan ini mirip dengan Peraturan Kepala
BPOM RI No. HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun
2. Industry Guideline for the Compliance of 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan yang
Paper & Board Materials and Articles for juga menglasifikasikan kemasan makanan ke
Food Contact (Issue 1 March 2010) (CITPA, dalam 9 tipe. Persyaratan kertas/karton kemasan
2010) pangan yang ditetapkan juga sama, yaitu dalam
bentuk batasan migrasi total maksimal yaitu
Peraturan ini menetapkan persyaratan sebesar 0,5 mg/inch2. Jika dikonversi, nilai
tentang kandungan substansi yang cukup ketat ini setara dengan batasan migrasi total yang
dalam kemasan pangan dari kertas dan karton. dipersyaratkan dalam Peraturan Kepala BPOM,
Persyaratan tersebut mengatur batas maksimum yaitu maksimal 0,078 mg/m2. Prosedur pengujian
substansi dalam makanan serta yang teruji dan simulan pangan yang diatur dalam ketentuan
dalam kertas kemasan. Kandungan substansi ini sama dengan Peraturan Kepala BPOM. Dalam
yang dibatasi adalah logam berat (Cd, Pb, Hg), peraturan ini dijelaskan dengan rinci prosedur
pentaklorofenol (PCP), bahan antimikroba, pengujian migrasi total yang dipersyaratkan.

Balai Besar Pulp dan Kertas 69


Bandung
Prosiding Seminar Teknologi Pulp dan Kertas
ISBN : 978-602-17761-2-4 Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014

Hasil Uji Sampel Kertas Dalam hal penggunaan sebagai kertas


kemasan pangan, adanya porositas pada satu sisi
Uji Sifat Fisik dibutuhkan untuk transportasi uap ketika pangan
dikemas dalam keadaan panas. Namun di sisi
Hasil uji sifat fisik sampel kertas/karton kemas lain adanya pori-pori pada kertas memungkinkan
yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5 dan transportasi oksigen dari luar ke produk makanan
6, sedangkan hasil uji parameter K3L disajikan yang dikemas yang dapat menyebabkan pangan
pada Tabel 7, 8 dan 9. berlemak teroksidasi dan menjadi tengik. Untuk
Dari hasil uji pada Tabel 5 dipilih beberapa persyaratan porositas pada kertas kemasan
sifat fisik yang dapat diusulkan untuk persyaratan pangan perlu dipertimbangkan dengan seksama
kertas kemasan pangan, yaitu gramatur, tebal, agar tujuan untuk menjaga keamanan pangan
porositas, ketahanan terhadap penetrasi cairan dapat tercapai (www.shamba.worldpossible.
(Cobb-60) dan ketahanan tarik. Dari parameter org).
tersebut ditambahkan parameter densitas dan Adanya kandungan air dalam pangan yang
indeks tarik yang merupakan hasil perhitungan dikemas merupakan penyebab utama rusaknya
dari nilai parameter uji lainnya. Data tersebut kertas/karton kemasan apabila kandungan
disajikan dalam Tabel 6. air tersebut terserap ke dalam kertas/karton
Dari Tabel 6 terlihat bahwa kemasan pangan kemasan. Hal ini disebabkan karena kekuatan
dapat menggunakan kertas atau karton dengan kertas/karton pada dasarnya dibangun
kisaran gramatur yang cukup luas, mulai dari berdasarkan adanya ikatan hidrogen antar serat,
kertas tipis dengan gramatur 26 g/m2 sampai sehingga adanya air dapat memutuskan ikatan
dengan karton tebal bergramatur 350 g/m2. Dari antar serat sehingga kertas/karton kehilangan
sampel yang diperoleh, jika dikelompokkan, sifat kekuatannya (Gellerstedt dan Henriksson,
jenis kertas glassin dan kertas MG berada pada 2009). Oleh karena itu, ketahanan kertas/karton
kisaran gramatur 26 – 40 g/m2, kertas/karton pengemas terhadap penetrasi cairan merupakan
greaseproof 30 – 350 g/m2, dan karton dupleks faktor yang perlu diperhatikan. Hasil uji
sekitar 350 g/m2. ketahanan terhadap penetrasi cairan seluruh
Karena paramter tebal kertas sangat dipengaruhi sampel pada umumnya sudah cukup baik, yaitu
oleh gramatur kertas, maka akan lebih obyektif berkisar 0-23 g/m2.
jika pengaruh gramatur ini ditiadakan dengan Sebagaimana halnya tebal kertas, sifat
menghitung nilai densitas/ kepadatan kertas/karton kekuatan kertas yang dalam hal ini adalah
(dalam g/cm3) yang merupakan hasil pembagian ketahanan tarik, juga sangat dipengaruhi oleh
nilai gramatur (g/m2) dengan tebal kertas/karton gramatur kertas/karton. Semakin tinggi gramatur
(mm). Dari data densitas terlihat bahwa nilainya kertas/karton maka ketahanan tariknya semakin
berkisar antara 600 – 1.046 g/cm3 dengan nilai tinggi pula (Gellerstedt dan Henriksson, 2009).
rata-rata 729,9 g/cm3. Untuk itu perlu dilakukan peniadaan pengaruh
Data hasil porositas sangat bervariasi mulai gramatur, dengan menghitung indeks tarik
dari 5 detik (sangat porous) sampai dengan di (dalam kNm/g) yang merupakan hasil pembagian
atas 600.000 detik yang artinya sangat kedap ketahanan tarik (kN/m) dengan gramatur (g/
atau tidak porous. Secara teoritis, untuk jenis m2). Untuk karton, nampaknya tidak relevan
kertas yang sama dengan bahan baku dan menghitung indeks tariknya mengingat karton
gramatur yang sama, ketebalan yang semakin lebih diutamakan sifat kekakuannya; bukan
rendah atau kepadatan yang semakin tinggi ketahanan tariknya. Dari hasil perhitungan
berdampak pada menurunnya sifat porositas untuk sampel kertas dengan gramatur 26 – 51
kertas. Namun dikarenakan sampel yang diterima g/m2 diperoleh kisaran indeks tarik 0,05 – 0,09
berasal dari sumber yang berbeda, yang tentunya kNm/g. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan
menggunakan bahan baku dan diolah dalam persyaratan SNI untuk kertas dasar untuk
kondisi proses yang berbeda pula, maka kaidah laminasi plastik gramatur 70 g/m2 dengan indeks
diatas tidak berlaku. Artinya kertas dengan tarik 0,028 kNm/g; dan hampir setara dengan
gramatur di bawah 50 g/m2 dengan kepadatan persyaratan SNI kertas glassin gramatur 28 – 73
yang hampir sama (sampel nomor 6 dan 12), g/m2 dengan indeks tarik berkisar 0,058 – 0,074
memiliki porositas yang jauh berbeda. kNm/g.

70 Balai Besar Pulp dan Kertas


Bandung
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4

Tabel 5. Hasil Uji Sifat Fisik Sampel Kertas Kemasan

Balai Besar Pulp dan Kertas 71


Bandung
Prosiding Seminar Teknologi Pulp dan Kertas
ISBN : 978-602-17761-2-4 Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014

Tabel 6. Hasil Uji Sifat Fisik Berdasarkan Jenis Kertas/Karton

Jenis Kertas/ No. Ketahanan Indeks


Gramatur Tebal Densitas Porositas Cobb-60
Sampel Tarik Tarik
g/m2 mm g/cm3 detik g/m2 kN/m kNm/g
1a 29,1 0,0409 711,5
2a 40,9 0,0656 623,5
Kertas glassin
4 40,7 0,0389 1.046 452,1 23,1 3,43 0,084
5 26,6 0,0281 946,6 5,5 17,4 1,9 0,071
1 40,9 0,0666 614,1 33,4 18,6 3,78 0,092
2 51,1 0,0792 645,2 43 18,7 4,14 0,081
3 31,8 0,0514 618,7 46,8 2,6 0,082
Kertas grease- 6 41,3 0,0563 733,6 279,8 16,7 2,94 0,071
proof
7 41,1 0,0503 817,1 580,6 15,1 3,16 0,077
9 352,6 0,5781 606,9 5.232 13 >13,3
10 339,5 0,5657 600,1 9.977 23,3 >13,3
8 32,1 0,0481 667,3 35,1 18,2 1,64 0,051
MG paper
12 40,2 0,0511 786,7 627.806 0,4
Karton
11 350,9 0,4378 801,5 32.782 18 >13,3
dupleks

Uji Sifat K3L sampel nomor 5 adalah kertas glassin. Mengingat


jenis-jenis kertas ini memang merupakan jenis
Pengujian sifat K3L yang dilakukan pada kertas yang digunakan untuk kemasan makanan,
sampel kertas/karton kemasan adalah migrasi diperkirakan migrasi totalnya juga rendah,
total, serta kadar dan migrasi logam berat, yaitu memenuhi batas maksimal yang ditetapkan
Pb, Cd, Cr, dan Hg. Hasil uji migrasi total serta dalam Peraturan Kepala BPOM. Bahkan sampel
kadar dan migrasi logam berat dapat dilihat pada nomor 12 yang merupakan sampel karton dupleks
Tabel 7, 8 dan 9. dengan gramatur cukup tinggi (300 g/m2) juga
Uji migrasi total yang dilakukan memenuhi ketentuan Peraturan Kepala BPOM.
menggunakan pelarut air pada suhu 66 C selama
o
Karton dupleks merupakan jenis karton yang
2 jam dan pelarut n-heptana pada suhu 38oC sebagian besar atau seluruh seratnya berasal dari
selama 30 menit. Ekstraksi dilakukan dalam hasil daur ulang kertas bekas.
pelarut kloroform. Penggunaan pelarut, kondisi Dalam uji migrasi, bagian yang berperan
suhu dan waktu uji migrasi didasarkan pada adalah permukaan kertas yang bersentuhan
perlakuan yang akan dialami kertas pada proses secara langsung dengan produk makanan.
pengemasan makanan serta tipe pangan yang Untuk itu perlakuan terhadap permukaan
dikemas. Untuk nilai migrasi total pada Tabel kertas yang akan bersentuhan dengan produk
7, pengujian dilaksanakan untuk kategori kertas makanan yang dikemas harus disesuaikan
kemasan dengan tipe pangan II, III, IV-A, IV- dengan karakteristik makanan yang dikemas
B, V, VI-B, VII-A, VII-B, dan IX, pada kondisi serta perlakuan pengemasan yang akan dialami
penggunaan pengisian panas atau pasteurisasi oleh kertas tersebut ((BPOM, 2011). Perlakuan
dibawah 60oC. Secara keseluruhan, nilai migrasi ini dapat dilaksanakan pada proses pembuatan
total sampel yang diuji telah memenuhi peraturan kertas sehingga permukaan kertas yang
Kepala BPOM tentang kemasan pangan, yaitu di bersentuhan dengan produk makanan tidak
bawah batas maksimal 0,078 mg/cm2. dimungkinkan bermigrasi kedalam produk
Sampel nomor 2, 3, 5 dan 6 tidak diuji, dengan makanan yang dikemas; atau kalaupun ada
rincian sebagai berikut: sampel nomor 2, 3 dan jumlahnya tidak melebihi batas maksimal yang
6 adalah sampel kertas greaseproof, sedangkan diperkenankan.

72 Balai Besar Pulp dan Kertas


Bandung
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4

Tabel 7. Hasil Uji Migrasi Total

Ekstrak kloroform setelah


Ekstrak kloroform setelah kontak dengan n-heptana
Kode
Satuan kontak dengan aquabides pada pada suhu 38°C selama Syarat mutu BPOM
Sampel
suhu 66°C selama 2 jam
30 menit
1a mg/cm 2
0 0
2a mg/cm2 0 0
1 mg/cm2 0 0,006
2 mg/cm2 - -
3 mg/cm2 - -
4 mg/cm2 0 0,003
5 mg/cm2 - -
< 0,078mg/cm2
6 mg/cm2 - -
7 mg/cm2 0 0,0004
8 mg/cm2 0 0,001
9 mg/cm2 0 0,005
10 mg/cm2 0 0,002
11 mg/cm2 0 0,024
12 mg/cm2 0 0

Tabel 8. Hasil Uji Kadar Logam Berat

Kadar logam Batas maksimum*)


Kode Sampel
Pb (mg/kg) Cd (mg/kg) Cr (mg/kg) Logam terekstraksi air
1a Pb ≤ 3 mg/kg kertas
2a Cd ≤ 0,5 mg/kg kertas
1 8,3513 0,3921 0,9802 Cr ≤ 0,25 mg/kg kertas
2 5,5385 0,2600 0,6501 Hg ≤ 0,3 mg/kg kertas
3 7,6347 0,3584 0,8961
4 9,2112 0,4325 1,0811
5 9,1886 0,4314 1,0785
6 9,0159 0,4233 1,0582
7 9,3392 0,4385 1,0962
8 9,3249 0,4378 1,0945
9 6,1668 0,2895 0,7238
10 6,0119 0,2822 0,7056
11 5,7653 0,2707 2,0686
12 7,2091 0,3385 0,8461

Balai Besar Pulp dan Kertas 73


Bandung
Prosiding Seminar Teknologi Pulp dan Kertas
ISBN : 978-602-17761-2-4 Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014

Tabel 9. Hasil Uji Migrasi Logam Berat

Kadar logam Batas maksimum


Kode
Sampel Pb(mg/kg) Cd (mg/kg) Cr (mg/kg) Hg (mg/kg) Logam terekstraksi air
6 ND ND ND ND Pb ≤ 3 mg/kg kertas
7 ND ND ND ND Cd ≤ 0,5 mg/kg kertas
8 ND ND ND ND
Cr ≤ 0,25 mg/kg kertas
10 ND ND ND ND Hg ≤ 0,3 mg/kg kertas

Dari Tabel 8 terlihat bahwa kadar logam berat Pengawasan Kemasan Pangan.Guna
yang teruji seluruhnya lebih tinggi dibandingkan memberikan perlindungan yang lebih baik
dengan batas maksimum yang diperkenankan kepada konsumen serta produsen dalam negeri,
oleh EFSA (European Food Safety Authority) direncanakan pemberlakuan SNI wajib atau
untuk kertas/karton kemasan makanan. Hal ini regulasi teknis untuk kertas kemasan makanan.
dikarenakan pada uji yang dilakukan, sampel Saat ini cukup banyak jenis kertas dan karton
kertas/karton didestruksi dalam campuran asam yang digunakan sebagai kemasan makanan
nitrat dan asam sulfat sehingga kandungan berupa lapisan tunggal dan berupa komposit.
logam berat yang ada dalam sampel seluruhnya Hasil kajian menunjukkan bahwa untuk dapat
terekstraksi dan menyebabkan tingginya kadar memenuhi fungsinya dengan baik, kertas kemasan
logam yang terbaca oleh alat. Pada regulasi pangan harus memiliki sifat fisik yang cukup baik
EFSA, batas maksimal nilai kadar logam yang serta sifat yang mendukung aspek keamanan,
ditetapkan adalah yang terekstraksi oleh air. Oleh kesehatan, keselamatan dan lingkungan (K3L).
karenanya hasil uji sampel yang telah dilakukan Persyaratan sifat fisik yang disarankan
tidak dapat dibandingkan dengan batas maksimal untuk kertas/karton kemasan makanan adalah
yang ditetapkan oleh EFSA. Untuk mendapatkan garamatur, densitas, porositas, daya serap air
data migrasi logam, selanjutnya diambil beberapa (Cobb-60) sertasifat ketahanan tarik untuk kertas
sampel uji untuk diuji di Laboratorium di luar atau kekakuan untuk jenis karton. Sedangkan
Laboratorium Uji BBPK. Sampel tersebut adalah untuk persyaratan yang terkait dengan aspekK3L
dengan kode 6, 7, 8 dan 10. Hasil uji tersebut yang diusulkan adalah migrasi total dan migrasi
disajikan dalam Tabel 9. logam berat. Sifat lain yang dianggap perlu akan
Dari Tabel 9 terlihat bahwa migrasi logam dipertimbangkan lebih lanjut pada saat perumusan
berat Pb, Cd, Cr, dan Hg seluruhnya dibawah Rancangan SNI kertas kemasan makanan.
batas deteksi. Hal ini bisa berarti bahwa tidak
ada migrasi logam berat dari sampel kertas/ DAFTAR PUSTAKA
karton yang diuji, atau metode pengujian yang
digunakan tidak mampu mendeteksi kadar ----------------, 2002, WHO global strategy for
migrasi logam dari sampel yang diuji. Untuk itu food safety: safer food for better health,
masih perlu dilakukan pengujian dengan metode WHO, Geneva
yang tepat. ----------------, 2007, Buku Pedoman Kemasan
Flexible,Direktorat Jendral Industri Kecil
KESIMPULAN Menengah -Departemen Perindustrian,
Jakarta.
Indonesia telah memiliki aturan tentang ----------------, 2010, Good Manufacturing
kertas kemasan makanan yaitu Peraturan Practice for the Manufacture of Paper and
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Board for Food Contact,Confederation
Makanan Republilk Indonesia Nomor of European Paper Industries (CEPI),
HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Brussels.

74 Balai Besar Pulp dan Kertas


Bandung
Seminar Teknologi Pulp dan Kertas Prosiding
Savoy Homann Bidakara Hotel, Bandung, 22 Oktober 2014 ISBN : 978-602-17761-2-4

----------------, 2010, Industry Guideline for the Holik, H., 2006,Handbook of Paper and Board,
Compliance of Paper & Board Materials Wiley VCH Verlag GmbH & Co. KGaA,
and Articles for Food Contact, International Weinheim
Confederation of Paper and Board Converters http://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan (21
- CITPA, Brussel Januari 2014)
----------------, 2011, Food Packaging Made From http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/cermat-
Recycled Paper and Board, www.eupia.org memilih-kemasan-pangan.pdf (21 Januari
(April 2014) 2014)
----------------, 2011, Peraturan Kepala Badan h t t p : / / w w w. s h a m b a . w o r l d p o s s i b l e . o r g /
Pengawas Obat Dan Makanan Republik practicalanswers/Food%20processing/
Indonesia Nomor Hk.03.1.23.07.11.6664, Packaging%20and%20bottling/KnO-
tentang Pengawasan Kemasan Pangan,Badan 100270_Packaging_materials_for_foods.pdf
Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta (20 Januari 2014)
----------------, 2012, Scientific opinion on https://lordbroken.wordpress.com/2011/01/10/
mineral oil hydrocarbons in food, EFSA bahan-pengemas-makanan
Journal.10(6):2704 %E2%80%9Ckertas%E2%80%9D/ (20
----------------, 2012, XXXVI. Paper and Januari 2014)
Board for Food Contact, Bundesinstitut für https://www.accessdata.fda.gov, 21 CFR Food
Risikobewertung and Drugs Administration for Paper and
----------------, Consumer Health Protection Paperboard Part 176.170 and 176.180
Committee.(2009).Paper and Board Materials https://www.fsai.ie/uploadedFiles/News_Centre/
and Articles Intended to Come Iinto Contact Events/Events_Listing/Rhod%20Evans.pdf
with Foodstuffs, version 4.Council of Europe (4 April 2014)
DGCCRF Information Notice 2004 / 64 on Rahimah, S., 2011, Kemasan Kertas dan Karton,
Materials In Contact With Foodstuffs. General Jurusan Teknologi Industri Pangan, FTIP –
Directorate Of Competition, Consumption UNPAD, Bandung
And Fraud Repression 59, Bd Vincent Auriol Teknologi Pengemasan Pangan Lanjut ; Dosen
Télédoc 051 75703 Paris Cedex 13 : Prof. Dr. Ir. Rizal Syarif, DESS ; http://
Gellerstedt, E.M., Henriksson, G., 2009, Pulp ocw.stikom.edu/course/nlod/2013/05/28-
and Paper Chemistry and Technology Vol. 4. 03-2013.11.51.31_802_390903040_Kimia-
Paper Products Physic & Technology.Walter Teknik-D3-KGC_P1_Pert6_2.pdf (22 Januari
de Gruyter GmbH & Co. KG.10785, Berlin 2014)

Balai Besar Pulp dan Kertas 75


Bandung

Anda mungkin juga menyukai