Dasar yang penting dalam penanganan pascapanen adalah bahwa buah dan sayuran
yang dipanen adalah struktur yang hidup. Kehidupan buah dan sayuran dapat dengan mudah
dibagi menjadi tiga tahap fisiologis utama setelah inisiasi atau perkecambahan. Tahapan
tersebut adalah pertumbuhan, pematangan, dan penuaan. Namun, perbedaan yang jelas
antara berbagai tahap tidak mudah dibuat. Pernyataan lain menyebutkan bahwa
perkembangan produk hortikultura adalah suatu seri dari proses mulai dari awalnya
pertumbuhan atau inisiasi pertumbuhan sampai pada kematian tanaman atau bagian
tanaman.
Pemasakan (ripening): Proses yang terjadi dari tahap akhir pertumbuhan dan
perkembangan sampai pada awal stadia pelayuan yang mengakibatkan timbulnya
karakteristik mutu. Diperlihatkan dengan adanya perubahan komposisi, warna, tekstur atau
atribut-atribut sensoris lainnya.
Pemasakan adalah hasil dari perubahan yang kompleks, banyak di antaranya
mungkin terjadi secara independen satu sama lain. Daftar perubahan yang secara bersama-
sama merupakan pemasakan buah disajikan pada tabel 6. Perjalanan waktu dari beberapa
perubahan ini ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8 untuk pisang dan tomat, masing-masing,
keduanya merupakan buah klimaterik. Perbedaan utama antara buah-buahan ini dan nanas
non-klimaterik adalah adanya puncak respirasi yang merupakan karakteristik dari buah-
buahan klimaterik. Peningkatan tajam dalam respirasi ditunjukkan oleh peningkatan
produksi karbon dioksida atau penurunan konsentrasi oksigen internal. Dua dari perubahan
yang terdaftar, yaitu respirasi dan produksi etilena, telah mendapatkan prioritas dalam
upaya untuk mengembangkan penjelasan mekanisme pemasakan buah.
Pelayuan (senescence): Proses yang mengikuti kematangan fisiologis atau
kematangan hortikultura dan mengarah pada kematian jaringan.
Pada masa kelayuan, terjadi penurunan total volume sel. Pada proses kelayuan, terjadi
berbagai perubahan pada sel; dinding sel menjadi lebih tipis, terjadi degradasi khlorofil, dan
turunnya kadar protein. Pada daun, menurunnya kadar khlorofil dan protein umumnya
berlangsung bersamaan. Pada waktu kelayuan, kegiatan respirasi menurun karena terjadinya
kerusakan mitokondria. Pada proses kelayuan, jaringan sel melemah, sehingga terjadi
perubahan permeabelitas dari membran sel. Karena terhambatnya sintesis protein, proses
kelayuan dapat dipercepat. Untuk mengetahui hubungan proses pertumbuhan dan jumlah CO 2
yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Hubungan antara proses pertumbuhan dan jumlah O 2 (Winarno, 2002)
Gambar 13. Perubahan Fisiko-kimia Pisang (A) dan Tomat (B) selama pemasakan
4.4.1. Warna
Perubahan warna terjadi pada sebagian besar buah-buahan dan ini sering
dijadikan kriteria oleh konsumen untuk membedakan buah masak dan yang belum masak.
Perubahan warna terjadi dengan berkurangnya atau hilangnya warna hijau. Buah alpokat
dan buah apel varietas Grain Smith yang bersifat klimakterik, warna hijaunya hilang
dengan cepat setelah matang. Warna pada buah dan sayuran disebabkan oleh pigmen yang
dikandungnya. Pigmen tersebut yaitu: klorofil, antosianin, flavonoid, dan karotenoid.
Klorofil
Klorofil yang terdapat pada buah dan sayur-sayuran adalah khlorofil a dan khlorofil
b. Warna hijau disebabkan karena adanya khlorofil yang mengandung Mg. Hilangnya
warna hijau adalah karena terjadi degradasi struktur khlorofil. Penyebab terjadinya
degradasi adalah karena terjadi perubahan pH, perubahan enzim oksidatif, dan adanya
enzim khlorofilase. Khlorofil dipecah oleh enzim khlorofilase menjadi fitol dan inti
forfirin. Khlorofil dapat kehilangan Mg nya yang terdapat pada gugus porfirinnya,
sehingga akan berubah menjadi feofitin.
Setelah panen, klorofil mengalami degradasi, hal ini mengakibatkan warna buah
dan sayuran yang hijau berubah menjadi kuning. Karena itu dalam penentuan kesegaran
sayuran, warna hijau tersebut sering digunakan sebagai tanda atau indeks kesegaran.
Meskipun warna hijau dari sayuran dapat digunakan sebagai indeks kesegaran ternyata
tidak berlaku untuk semua jenis sayuran, misalnya, wortel, tomat, dan kentang.
Kentang yang tersimpan di tempat yang kena sinar matahari akan mengalami
pembentukan khlorofil. Kentang yang berwarna hijau tidak disenangi karena terasa
pahit dan biasanya beracun. Racun yang terdapat pada kentang adalah solanin. Rasa pahit
tersebut mempunyai sifat stabil dan sukar dihilangkan. Racun solanin terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya khlorofil. Faktor yang merangsang pembentukan
khlorofil merangsang pula pembentukan solanin. Dengan demikian, faktor yang
merangsang pembentukan warna hijau pada kentang harus dicegah.
4.4.2. Karbohidrat
Perubahan turgor disebabkan komposisi dinding sel berubah. Dinding sel terdiri
dari selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Pada buah atau sayuran yang telah dipanen,
akan terjadi pelunakan dinding sel karena terjadinya degradasi selulosa, hemiselulosa
dan protopektin. Selulosa akan dipecah oleh enzim selulase dan hemiselulosa dipecah
oleh enzim hemiselulase. Aktivitas selulase meningkat selama proses pematangan buah
tomat, tetapi pengaruhnya terhadap pelunakan tidak kelihatan.
Terjadinya degradasi pada selulosa oleh keaktifan tanaman sendiri sangat
terbatas, tetapi beberapa jenis kapang dan bakteri mengeluarkan enzim yang dapat
meghidrolisis selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana. Selulosa akan dirombak
oleh enzim selulase menjadi selobiosa. Selanjutnya selubiosa oleh enzim selubiosa akan
diubah menjadi glukosa.
Protopektin merupakan pektin yang tidak larut sedangkan pektin merupakan
senyawa yang dapat larut dalam cairan buah-buahan. Protopektin akan dipecah oleh
enzim protopektinase menjadi pektin yang selanjutnya akan dipecah menjadi asam
pektinat, asam pektat, dan kemudian asam galakturonat. Terjadinya degradasi
hemiselulosa dan perubahan protopektin menjadi pektin yang larut menyebabkan
terjadi keempukan pada buah. Hal ini dapat terjadi misalnya pada buah apel yang
disimpan selama empat bulan terjadi perubahan hemiselulosa dan protopektin. Laju
degradasi zat-zat pektat pada buah berkaitan langsung dengan terjadinya
pelunakan pada buah.
4.4.3. Protein
Pada umumnya, buah-buahan mempunyai kadar protein sangat rendah. Misalnya buah
apel mengandung protein 0,1% (dari berat basah) dan sebanyak 80-90% protein tersebut
terletak di kulit. Pada buah apel, kenaikan kandungan protein disertai dengan kenaikan
proses respirasi. Apabila sintesis protein itu dapat dicegah, maka kecepatan respirasinya dapat
dicegah yang berarti klimakteriknya juga dapat dicegah.
Pada buah mangga, selama pematangan terjadi kenaikan kandungan asam amino seperti
alanin, triptofan isoleusin, valin, dan glisin, sedangkan lisin, prolin, dan treonin mengalami
katabolisme ( degradasi). Pada waktu klimakterik, pada buah mangga terjadi kenaikan asam
glutamat, glutamin, leusin dan arginin. Akan tetapi, pada awal klimakterik kandungan asam-
asam amino tersebut menurun.
4.5. Indeks kematangan
Pengukuran kematangan yang dilakukan oleh produsen, penangan, personel
sederhana, siap digunakan dilapangan atau kebun dan murah. Pengukuran hendaknya
objektif dan konsisten berhubungan dengan mutu dan masa simpan pascapanennya dan
dapat berlaku luas atau umum. Bila memungkinkan Indeks tersebut adalah non-destruktif.
Berbagai indeks telah digunakan dalam usaha untuk mengestimasi kematangan.
Daftar Pustaka
Lehninger, A. L., 1982. Principles of Biochemistry. Worth Publishing, Inc.
Utama, M.S dan N. S. Antara, 2013. Pascapanen Tanaman Tropika: Buah dan Sayur. Tropical
Plant Curriculum Project Udayana University.
Wills, R.H.H., T.H. Lee, D. Graham, W.B. McGlasson, and E.G. Hall, 1981. Postharvest: An
Introduction to the Physiology and Hnadling of Fruit and Vegetables. New South Wales
University Press. Australia.
Winarno, F.G., 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. M-Brio Press.