Dasar yang penting dalam penanganan pascapanen adalah buah dan sayuran
yang dipanen adalah struktur "hidup". Salah satu alasan yang dapat diterima bahwa
produk hortikultura tersebut hidup adalah entitas biologis ketika melekat pada
tanaman induk yang tumbuh di lingkungan pertaniannya. Tetapi bahkan setelah
panen, produk tersebut masih hidup karena terus melakukan reaksi metabolik dan
mempertahankan fisiologi yang ada sama seperti melekat pada tanaman.
Fitur penting dari tanaman, termasuk buah dan sayuran, adalah mereka
bernafas dengan mengambil oksigen (O 2 ) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2)
dan panas. Selain itu, terjadi kehilangan air (transpirasi). Sementara melekat pada
tanaman, kehilangan karena respirasi, transpirasi dan fotosintesis. Respirasi dan
transpirasi berlanjut terus setelah produk dipanen. Setelah panen produk tidak ada
sumber air dan tidak terjadi fotosintesis, maka produk tersebut sepenuhnya
bergantung pada cadangan makanannya sendiri dan kelembaban tidak ada akhirnya
kerusakan mulai terjadi.
Metabolisme merupakan reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel. Hal yang
penting dari proses ini pada produk pascapanen adalah komponen metabolisme yang
menguntungkan dan yang merugikan bagi kualitas produk pascapanen. Energi yang
dihasilkan, disimpan, serta pemanfaatannya merupakan proses utama yang
mengontrol metabolisme tanaman. Perbedaan proses pembentukan energi yang
melalui fotosintesis dan pendaur-ulangannya melalui respirasi dapat dilihat dalam
Tabel 5.
Fotosintesis Respirasi
Fungsi Pembentukan energi Pemanfaatan energi dan pembentukan
kerangka karbon
Lokasi Kloroplas Mitokondria dan sitoplasma
Peranan cahaya Penting Tidak diperlukan
Substrat CO 2 , H2 O, cahaya Cadangan karbon, O 2
Produk akhir O 2 , cadangan karbon CO 2 , H2 O, energy
Pengaruh Meningkatkan energi Menurunkan berat
keseluruhan berat
Reaksi 6CO 2 + 6H2 O + cahaya C 6 H12 O 6 + 6O 2 6CO 2 + 6H2 O +
C 6 H12 O 6 energi
Sumber: Kays dan Paull (2004).
3.2. Fotosintesis
Fotosintesis merupakan proses dimana tanaman hijau menangkap energi
matahari dan mengubahnya menjadi energi kimia. Fotosintesis bukan merupakan
proses metabolik pascapanen yang penting karena kebanyak produk yang dipanen
mengandung sedikit kloroplas dan biasanya disimpan dalam tempat yang gelap.
Namun demikian, beberapa produk pascapanen berpotensi untuk berfotosintesis dan
mendapat keuntungan dari proses tersebut pada waktu dipanen. Produk-produk
tersebut dapat digolongkan dalam 2 kelompok: 1) tanaman utuh seperti tanaman hias,
daun, dan kultur jaringan, dan 2) produk tanaman yang mengandung klorofil seperti
apel hijau, kecambah, sayuran daun dan lain-lain.
Pada produk-produk yang berfotosintesis, kebutuhan energi eksternal sebelum
panen berbeda dari produk sesudah panen. Perbedaan ini terjadi karena kebutuhan
energi sebelum panen adalah untuk pertumbuhan sehingga karbon dan pembentukan
energi haruslah lebih besar daripada yang digunakan untuk respirasi. Sebaliknya,
setelah panen, energi digunakan untuk menjaga kondisi produk agar tetap sesegar saat
dipanen yaitu meminimalkan perubahan. Jadi, fotosintesis setelah panen merupakan
proses untuk menjaga keseimbangan energi dalam produk tanaman tersebut dan
bukan untuk menyimpan karbon.
Fotosintesis terjadi dalam kloroplas yang terutama terdapat pada daun. Pigmen
utama dalam kloroplas adalah klorofil selain karotenoid dan fikobilin yang juga
berperan dalam fotosintesis. Fotosintesis terbagi atas 2 proses yang saling
berhubungan: reaksi terang yang menyerap energi cahaya dan melepaskan oksigen
dari air, dan reaksi gelap (siklus Calvin) yang menggunakan energi untuk mengikat
karbon dioksida (Gambar 4)
Gambar 4. Proses fotosintesis: reaksi terang dan reaksi gelap (siklus Calvin)
di dalam kloroplas.
Reaksi terang
Pada reaksi terang terjadi pemecahan molekul air untuk pelepasan oksigen:
dan pembentukan ATP dari ADP dan Pi (fotofosforilasi). Energi cahaya (foton) diserap dan
diangkut ke NADP dalam bentuk elektron dari air melalui serangkaian reaksi dihasilkan
NADPH.
Energi yang dihasilkan dari reaksi terang sebagai NADPH dan ATP dapat digunakan
untuk sejumlah reaksi dalam tanaman tapi yang terutama digunakan untuk fiksasi karbon
dari atmosfir dalam bentuk CO 2 . Pada produk pascapanen, terdapat 3 jalur fiksasi CO 2
yaitu C 3 , C 4 , dan CAM.
3.3. Respirasi
Proses metabolisme utama yang terjadi pada produk yang dipanen atau dalam
produk tanaman hidup adalah respirasi. Respirasi dapat digambarkan sebagai pemecahan
oksidatif dari bahan yang lebih kompleks yang biasanya ada dalam sel, seperti pati, gula,
dan asam organik, menjadi molekul yang lebih sederhana, seperti karbon dioksida dan air,
dengan produksi energi dan molekul lain secara bersamaan yang dapat digunakan oleh sel
untuk reaksi sintetis. Respirasi dapat terjadi dengan adanya oksigen (respirasi aerob) atau
tanpa oksigen (respirasi anaerob, kadang-kadang disebut fermentasi).
Semua organisme hidup membutuhkan pasokan energi terus-menerus. Energi ini
memungkinkan organisme tersebut untuk melakukan reaksi metabolisme yang diperlukan
untuk mempertahankan organisasi seluler, untuk mengangkut metabolit di sekitar jaringan
dan untuk mempertahankan permeabilitas membran
Hasil dalam reaksi ini adalah karbon dioksida, air, dan energi yang dibutuhkan
untuk proses seluler yang penting. Sebagian energi yang dihasilkan dari proses respirasi
pada produk pascapanen hilang dalam bentuk panas dan sebagian lagi disimpan dalam sel
sebagai energi kimia. Laju reaksi ditentukan oleh substrat (misalnya, glukosa), ketersediaan
O 2 dan yang terpenting adalah suhu.
Respirasi pada dasarnya adalah kebalikan dari fotosintesis dimana energi yang
berasal dari matahari disimpan sebagai energi kimia, terutama dalam karbohidrat yang
mengandung glukosa. Pemanfaatan glukosa melibatkan dua tahap reaksi utama, yaitu:
1). Glukosa piruvat; melalui jalur EMP (Embden-Meyerhof-Parnas), terjadi
dalam stiplasma (Gambar 5).
2). Pivurat Karbon dioksida; melalui siklis asam sitrat terjadi di mitokondria
(Gambar 6).
Gambar 5. Reaksi Perubahan Glukosa menjadi piruvat, jalur EMP (Lehninger, 1982)
menjadi C02 , H2O dan energi. Empat elektron ditransfer ke NAD+ (Nicotinamide
Adenine Dinucleotide) dan FAD (Flavine Adenine Dinucleotide) untuk setiap
gugus asetil yang dioksidasi dengan disertai sedikit pembebasan energi.
4. Tingkat terakhir merupakan reaksi transport elektron dan fosforilasi oksidatif. Pada
transport, elektron yang diikat oleh NADH2 dan FADH2 ditransfer ke oksigen
disertai dengan pembebasan sejumlah energi. Energi ini dipergunakan untuk memacu
pembentukan ATP dengan proses fosforilasi oksidatif.
Protein dan lemak dapat pula berperan sebagai substrat dalam proses respirasi. Gambar 7,
menjelaskankeseluruhan reaksi respirasi dengan berbagai substrat.
Fotorespirasi:
Pembentukan karbon melalui fotosintesis dan hilangnya karbon melalui respirasi
dapat dilihat sebagai 2 proses berbeda pada jaringan tanaman yang mengandung klorofil.
Pertumbuhan terjadi ketika karbon yang terbentuk lebih banyak daripada yang hilang, yang
disebut sebagai titik kompensasi CO 2 . Pada kebanyakan spesies tumbuhan berklorofil, laju
respirasi, yang diukur dari hilangnya CO 2 , terjadi lebih cepat dalam keadaan terang
daripada dalam keadaan gelap.
Tujuan utama dalam periode pascapanen adalah menjaga kondisi produk agar
perubahan yang terjadi seminimal mungkin. Untuk itu, keseimbangan antara fotosintesis
dan respirasi merupakan hal yang lebih penting daripada laju masing-masing proses.
Gambar 7. Katabolisme protein, lemak, dan karbohidrat dalam tiga tahap respirasi sel
(Lehninger, 1982)
Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat yang
hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan dan panas yang dihasilkan / energi yang
timbul. Senyawa yang teroksidasi selama respirasi dapat diketahui dengan menganalisis
bahan tersebut. Jarang hanya gula saja yang dipakai sebagai substrat selama respirasi.
Berbagai bentuk zat lain dapat pula digunakan sebagai substrat dalam respirasi.. Zat
lainnya misalnya pati, selulosa, pektin, lemak, bahkan protein dapat sebagai substrat.
Respirasi ditentukan dengan pengukuran CO2 dan O2 yaitu dengan pengukuran laju
penggunaan O2 atau dengan penentuan laju pengeluaran CO2. Proses respirasi dengan
mengukur perubahan kandungan gula, jumlah ATP, jumlah CO2 yang dilkeluarkan, dan
jumlah O2 yang digunakan secara praktis sukar dapat diukur.
Terjadinya perubahan kandungan gula, karena gula yang terdapat dalam bahan
jumlahnya tidak tetap dan pembentukan gula yang merupakan pemecahan pati
(karbohidrat) dapat bersamaan dengan proses glikolisis ( pemecahan gula) sehingga sukar
dieketahui banyaknya gula yang terdapat.
Pengukuran kandungan ATP secara teoritis dapat dilakukan, tetapi secara praktis
jarang dilakukan. Untuk mengukur jumlah ATP yang terbentuk, dan diperlukan waktu
lama, ketelitian yang tinggi, dan alat-alat yang baik.
Produksi CO2 yang terbentuk dalam proses respirasi mudah diukur. Pengukuran
proses respirasi dengan mengukur terbentuknya CO2 tidak diketahui apakah berasal dari
proses aerob atau anaerob. Jumlah O2 yang digunakan di dalam proses respirasi relatif
sedikit, sukar dilakukan dalam pratek dan memerlukan peralatan yang dapat digunakan
untuk mengukur dengan teliti, misalnya dengan gas khromatografi. Di antara cara
pengukuran di atas cara yang paling praktis adalah dengan mengukur CO2 yang tebentuk.
6 CO2 6
RQ = = = 1
6 O2 6
J di
Jadi, apabila substratnya adalah karbohidrat, maka RQ = 1
Apabila lemak sebagai substratnya, maka RQ nya lebih rendah dari satu sebab
jumlah oksigen lebih rendah daripada jumlah molekul karbon dalam substratnya sehingga akan
lebih banyak diperlukan oksigen dari luar untuk mengoksidasi lemak tersebut. Misalnya,
oksidasi tristearin:
Oksidasi protein tidak dapat dinyatakan dengan tepat karena struktur kimia
protein bervariasi dan akan menghasilkan RQ sekitar 0,8. Apabila RQ antara 0,70 - 1,0, itu
berarti bahwa yang dioksidasi adalah campuran. Bila RQ lebih besar dari satu menunjukan
bahwa substrat yang digunakan untuk respirasi adalah asam-asam organik.
Jika RQ kurang dari satu ada beberapa kemungkinannya:
1. Substrat yang digunakan mempunyai jumlah molekul oksigen yang lebih rendah daripada
molekul karbonnya, sehingga diperlukan oksigen yang banyak dalam oksidasinya.
2. Oksidasi belum tuntas, misalnya terhenti pada pembentukan asam suksinat atau zat- zat
intermedier lainnya.
3. CO2 yang dikeluarkan digunakan dalam proses sintesis/pembentukan misalnya untuk
pembentukan asam oksaloasetat dan asam malat dari piruvat dan CO2
Karena laju respirasi berubah dengan cepat, maka pengukuran RQ dilakukan pada saat
respirasi berlangsung dengan laju yang tetap. Pada waktu terjadinya proses fotosintesis baik
terjadi pada jaringan bagian luar maupun terjadi pada jaringan di bagian dalam. Gas-gas yang
dikeluarkan dapat mengganggu perimbangan O2 dan CO2 jadi mengganggu RQ nya. RQ dapat
berubah menurut perlakuan seperti gangguan masuknya O2 , suhu, dan pengikatan CO2.
DAFTAR PUSTAKA
Hullme, A.C.. !971. The Biochemistry of Fruits and Their Products. Vol. 1 and 2.
Acadenmic Press, London and New York.
Paliyath, G., D.P. Murr, A.K. Handa, and S. Lurir, 2008. Postharvest biology and technologyof
fruit, vegertables, and flowers. Wiley-Blackwell
Wills, R. H., T. H. Lee, D. Graham, W. B. Mc. Glasson and E.G. Hall. 1981. Postharvest, An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. New South
Wales University Press Limited, Australia.