Anda di halaman 1dari 5

Nama : Retno Widiyawati

NIM : 21/485396/PPT/01169
Mata Kuliah : Pakan Ternak Tropis
Jadwal : 09.15 – 10.55
Dosen : Ir. Nafiatul Umami, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.

TUGAS INDIVIDU
Merangkum terkait C3 dan C4 Pathway

Fotosintesis merupakan proses biokimia yang sangat penting bagi tanaman.


Proses tersebut merupakan sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2
dan H2O) pada tanaman berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari.
Substrat karbondioksida dan air dengan dibantu cahaya matahari dan pigmen
fotosintesis (kloril dan pigmen-pigmen lain) dalam fotosintesis menghasilkan
karbohidrat dan melepaskan oksigen dengan rumus kimianya sebagai berikut:
cahaya matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Pigmen fotosintesis

Terdapat dua fase dalam fotosintesis yaitu fase I dan fase II.
a. Fase I (reaksi fotokimia, reaksi fotolisis, reaksi Hill, reaksi fotofosforilasi, reaksi
terang)

Reaksi ini berlangsung di grana dan membutuhkan cahaya. Energi matahari


ditangkap oleh pigmen penyerap cahaya dan diubah menjadi bentuk energi kimia
(ATP) dan senyawa pereduksi (NADPH). Atom hidrogen dari molekul H2O dipakai
untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH dan O2 dilepaskan sebagai hasil sampingan
reaksi fotosintesis. Reaksi juga dirangkaikan dengan reaksi pembentukan ATP dari
ADP dan Pi. Fase ini dapat ditulis sebagai persamaan reaksi:

energi matahari
H2O + NADP+ + ADP + Pi O2 + H+ + NADPH + ATP
Pembentukan ATP dari ADP dan Pi merupakan mekanisme penyimpanan
energi matahari yang diserap dan kemudian diubah menjadi energi kimia, sehingga
fase ini disebut fotofosforilasi (Ai 2012).

b. Fase II (reaksi termokimia, reaksi fiksasi/reduksi CO2, reaksi gelap)

Reaksi ini berlangsung di stroma dan menghasilkan karbohidrat. Reaksi ini


disebut reaksi gelap karena dapat berlangsung tanpa adanya cahaya, walaupun tidak
harus berlangsung dalam keadaan gelap. Enzim-enzim stroma kloroplas tidak
membutuhkan cahaya untuk aktivitasnya, tetapi membutuhkan ATP dan NADPH2.
Dalam reaksi ini senyawa kimia berenergi tinggi yang dihasilkan pada fase I, yaitu
NADPH dan ATP dipakai untuk reaksi reduksi CO2 yang menghasilkan glukosa.
Persamaan reaksi ini yaitu:
CO2 + NADP + H+ + ATP glukosa + NADP+ + ADP + Pi

Berdasarkan tipe fotosintesis, tanaman dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu


tanaman C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tanaman C4 dan CAM
lebih adaptif di daerah panas dan kering jika dibandingkan dengan tanaman C3.
Namun, tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi CO2 di atmosfer tinggi. Sebagian besar
tanaman pertanian termasuk ke dalam kelompok tanaman C3, seperti padi, kentang,
kedelai, kacang-kacangan, dan kapas (Ma’ruf 2016). Tanaman tingkat tinggi di bumi
terdiri dari 5% tanaman C4, 85% tanaman C3 dan 10% tanaman CAM (Ai 2012).
Makalah kali ini akan membahas terkait fotosintesis tanaman C3 dan C4. Kedua jenis
fotosintesis ini merespons perubahan konsentrasi karbondioksida atmosfer (CO 2) dan
suhu yang cukup berbeda. Dari sudut pandang perubahan global, jenis fotosintesis
mempengaruhi besarnya fiksasi karbon oleh ekosistem, kualitas sumber pakan nabati
yang tersedia untuk hewan, dan komposisi isotop CO2 yang dilepaskan ke atmosfer
(Ehleringer dan Cerling 2002). Secara umum, suhu optimal fotosintesis antara 20oC
dan 30oC, sedangkan suhu optimal respirasi terjadi hanya di bawah suhu di mana
inaktivasi panas dari enzim terjadi (misalnya, di atas 45oC) (Yumori dan Way 2014).
1. Tanaman C3
Tanaman C3 merupakan tanaman dimana senyawa yang pertama kali
dihasilkan pada fotosintesisnya adalah senyawa dengan 3 atom karbon yaitu asam
fosfogliserat dari CO2, ribulosa-1,5-bifosfat dan H2O. Satu molekul fosfogliseraldehida
(PGAL) dibentuk dari fiksasi 3 molekul CO2. Reaksi keseluruhan adalah sebagai
berikut: 3 CO2 + 9 ATP + 6 NADPH2 → PGAL + 9 ADP + 8 iP + 6 NADP. Selanjutnya
PGAL akan diubah menjadi glukosa. Contoh tanaman C3 antara lain, gandum, padi
dan bambu (Ai 20212).
Fotosintesis C3 adalah proses beberapa tahap dimana karbon dari CO 2
difiksasi menjadi produk organik yang stabil yang terjadi di hampir semua sel mesofil
daun. Tahap pertama, ribulosa bifosfat (RuBP) karboksilase oksigenase (Rubisco)
menggabungkan RuBP (molekul 5C) dengan CO2 untuk membentuk dua molekul
fosfogliserat (molekul 3C). Rubisco adalah enzim yang mampu mengkatalisis dua
reaksi yang berbeda. Satu mengarah ke pembentukan dua molekul fosfogliserat
ketika CO2 adalah substratnya dan pembentukan satu molekul masing-masing
fosfogliserat dan fosfoglikolat (molekul 2C) ketika oksigen (O2) sebagai substrat.
Terakhir, reaksi oksigenase menghasilkan lebih sedikit fiksasi karbon bersih dan
mengarah pada produksi CO2 (fotorespirasi). Proporsi waktu Rubisco mengkatalisis
CO2 dibandingkan dengan O2 tergantung pada rasio CO2 dan O2, juga tergantung
pada suhu, dengan aktivitas oksigenase meningkat sesuai suhu. Ketergantungan
Rubisco pada rasio CO2:O2 membentuk hubungan yang kuat antara kondisi atmosfer
dan aktivitas fotosintesis. Sebagai akibat dari sensitivitas Rubisco terhadap O2,
efisiensi fotosintesis C3 menurun seiring menurunnya CO2 atmosfer. Pada lingkungan
dengan CO2 tinggi atau pada suhu dingin, efisiensi fotosintesis C3 lebih besar karena
fotorespirasi berkurang (Ehlleringer dan Cerling 2002).

2. Tanaman C4
Tanaman C4 merupakan tanaman dimana sebagian besar senyawa yang
pertama kali dihasilkan pada fotosintesisnya adalah senyawa dengan 4 atom karbon
yaitu asam malat dan asam aspartat. Anatomi daun tanaman C4 dikenal dengan
anatomi Kranz, yaitu terdapat sel-sel seludang parenkim yang mengelilingi ikatan
pembuluh dan memisahkannya dengan sel-sel mesofil. Pada tanaman C4 terdapat
pembagian kerja antara sel-sel mesofil dan sel-sel seludang parenkim, yaitu
pembentukan asam malat dan aspartat dari CO2 terjadi di sel-sel mesofil, sedangkan
siklus Calvin berlangsung di sel-sel seludang parenkim. Tanaman yang termasuk ke
dalam tanaman C4 antara lain dari beberapa spesies gramineae di daerah tropis
termasuk jagung, tebu, sorghum (Ai 2012). Fotosintesis C4 terjadi pada taksa
tanaman yang lebih maju terutama tanaman monokotil, seperti rumput dan gulma
rumput teki-tekian, dan beberapa tanaman dikotil (pohon dan semak) (Ehleringer dan
Cerling 2002).
Fotosintesis C4 merupakan modifikasi biokimia dan morfologi fotosintesis C3
untuk mereduksi Rubisco aktivitas oksigenase dan dengan demikian meningkatkan
laju fotosintesis di lingkungan CO2 rendah. Siklus C3 pada tanaman C4 terbatas pada
sel-sel interior di dalam daun (biasanya bundle sheat cells). Sekeliling bundle sheat
cells adalah sel mesofil di mana enzim jauh lebih aktif yaitu fosfoenolpiruvat (PEP)
karboksilase memfiksasi CO2 (tetapi sebagai HCO3) menjadi oksaloasetat, asam C4.
Asam C4 berdifusi ke bundle sheat cells, di mana ia didekarboksilasi dan direfiksasi
di jalur C3 normal. Akibat semakin tinggi aktivitas PEP karboksilase, CO2
terkonsentrasi secara efektif di tempat di mana Rubisco berada dan ini menghasilkan
rasio CO2/O2 yang tinggi dan aktivitas fotorespirasi yang terbatas. Adenosin trifosfat
(ATP) dibutuhkan untuk regenerasi PEP dari piruvat.
Keuntungan fotosintesis C4 terjadi di lingkungan CO2 yang lebih rendah
dan/atau pada lingkungan bersuhu tinggi, di mana laju fotorespirasi lebih tinggi. Pada
kondisi ini efisiensi fotosintesis C4 lebih besar dibandingkan fotosintesis C3. Namun,
tambahan ATP yang digunakan fotosintesis C4 membuatnya kurang efisien. Tanaman
C4 akan tumbuh baik pada lokasi dengan kadar CO2 di atmosfer kurang dari 600 ppm.
Beberapa hal penting dalam proses fiksasi CO2 pada tanaman C4 jika
dibandingkan dengan tanaman C3 adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan lebih banyak ATP
2. Sintesis glukosa berlangsung lebih luas per satuan luas daun
3. Berlangsung lebih efisien dalam keadaan intensitas cahaya yang tinggi
4. Afinitas enzim fosfoenolpiruvat karboksilase yang besar terhadap CO2
5. Proses fotosintesis dapat berlangsung dengan cukup baik pada saat
konsentrasi CO2 sangat sedikit di udara
6. Tidak terjadi atau sedikit sekali terjadi fotorespirasi (pernafasan dalam keadaan
terang di kloroplas).
Gambar siklus fotosintesis pada tanaman C3 dan C4 adalah sebagai berikut:

Kemajuan teknologi transformasi tanaman sekarang memungkinkan untuk


dilakukan manipulasi fotosintesis dengan mengekspresikan gen tertentu secara
berlebihan untuk mengurangi hambatan fotosintesis (Yumori dan Way 2014).

REFERENSI

Ai, N.S. Evolusi Fotosintesis pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 12 (1): 28-34.
Diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JIS/article/view/398/0

Ehleringer, J. R., dan T. E. Cerling. 1997. C3 and C4 Photosynthesis. Encyclopedia


of Global Environmental Change. Vol 2: 186-190.

Ma’ruf, A. S. R. Safitri, dan A. Sinaga. 2016. Pengaruh Pemanasan Global terhadap


Beberapa Tanaman C3 di Indonesia. Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS. Vol. 12
(2):44-54.

Yumori, W., dan D. A. Way. 2014. Temperature response of photosynthesis in C3, C4,
and CAM plants: temperature acclimation and temperature adaptation.
Photosynthesis Research. Vol. 119:101-17

Anda mungkin juga menyukai