Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana mekanisme reaksi terang pada proses fotosintesis?
2. Bagaimana proses konservasi energy pada tahapan reaksi terang
fotosintesis?
3. Apa pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan?
4. Apa perbedaan reaksi gelap pada tumbuhan C3, C4, dan CAM?
5. Apa peran enzim dalam proses fotosintesis?
6. Bagaimana menentukan laju pertumbuhan tanaman, laju asimilasi bersih
pada tumbuhan?
7. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui mekanisme reaksi terang pada proses
fotosintesis.
2. Mahasiswa mampu proses konservasi energy pada tahapan reaksi terang
fotosintesis.
3. Apa pengaruh cahaya matahari terhadap tumbuhan.
4. Apa perbedaan reaksi gelap pada tumbuhan C3, C4, dan CAM.
5. Apa peran enzim dalam proses fotosintesis.
6. Bagaimana menentukan laju pertumbuhan tanaman, laju asimilasi bersih
pada tumbuhan.
7. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Reaksi Terang Pada Proses Fotosintesis
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua
bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap
(tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). Reaksi terang
terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam
stroma. CO2. Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari
reaksi terang (Campbell, 2002).
Reaksi terang menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2, reaksi ini
memerlukan molekul air dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan
dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem
I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal
menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II
(PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang
gelombang 680 nm (Campbell, 2002).
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap di mana fotosistem II
menyerap cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi
dan menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali,
PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya.
Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai
enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid
(Campbell, 2002).
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan
mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan
molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid.
Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+
yang disebut sitokrom b6-f kompleks (Campbell, 2002).
2.2 Proses Konversi Energy Pada Tahapan Reaksi Terang Fotosintesis.
Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi
kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi
seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2. Energi yang
digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang. Pada
fotosintesis okesigen, air adalah donor elektron, karena merupakan hidrolisis
melepaskan oksigen, persamaan untuk proses ini adalah:
2n CO2 + 4n H2O + foton → 2(CH2O)n + 2n O2 + 2n H2O
Karbondioksida + air + energi cahaya → karbohidrat + oksigen + air
(Elida Purba. 2012)
Proses lainnya menggantikan senyawa lainnya (Seperti arsenit)
dengan air pada peran suplai-elektron; mikroba menggunakan cahaya
matahari untuk mengoksidasi arsenit menjadi arsenat: Persamaan untuk
reaksinya adalah sebagai berikut:
CO2 + (AsO33–) + foton → (AsO43–) + CO
Karbondioksida + arsenit + energi cahaya → arsenat +
karbonmonoksida (digunakan untuk membuat senyawa lainnya dalam reaksi
berikutnya) (Elida Purba, 2012).
2.3 Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Tumbuhan
Intensitas cahaya akan berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman,
hal ini dapat dilihat dari keadaan morfologinya. Ketika intensitas cahaya
tinggi sel-sel daun akan berukuran lebih kecil, jumlah klorofil lebih sedikit,
serta tilakoid pada daun menggumpal sehingga hal ini menyebabkan ukuran
daun lebih kecil dan lebih besar serta jumlah daun pada tanaman lebih
banyak. Sedangkan ketika tanaman mempunyai ukuran daun lebih kecil, daun
lebih tebal serta ruas batang lebih pendek menandakan bahwa tanaman
mendapatkan cukup intensitas cahaya matahari (Buntoro, 2014).
Menurut Salisbury dan Ross (1992) cahaya matahari mempunyai
peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi,
pertumbuhan dan perkembangan, menutup dan membukanya stomata, dan
perkecambahan tanaman, metabolisme tanaman hijau, sehingga ketersediaan
cahaya matahari menentukan tingkat produksi tanaman. Tanaman hijau
memanfaatkan cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Chozin (1998)
melaporkan bahwa intensitas cahaya di bawah tegakan karet umur dua dan
tiga tahun setara dengan intensitas cahaya di bawah paranet 25% dan 50%,
sedangkan pada tegakan karet berumur empat tahun sudah melebihi intensitas
cahaya dalam paranet 75%.
Pendapat di atas diperkuat oleh Baharsyah dkk, (1985) bahwa cahaya
matahari sangat besar peranannya dalam proses fisiologis yaitu fotosintesis,
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, pembukaan dan penutupan
stomata, berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Penyinaran
matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui
proses fotosintesis. Hubungan antara penyinaran matahari dengan hasil adalah
kompleks terutama untuk tanaman kedelai yang memang pada dasarnya
merupakan tanaman yang menyukai cahaya matahari penuh.
2.4 Perbedaan Reaksi Gelap Pada Tumbuhan C3, C4, dan CAM.
Tanaman dibedakan berdasarkan perbedaan fiksasi karbondioksida
menjadi tiga golongan tanaman, yaitu tanaman C3, C4, dan CAM
(Crassulacean Acid Metabolism). Umumnya tanaman C4 dan CAM lebih
adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tanaman C3. Pada
dasarnya tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer
tinggi. Contoh tanaman C3 adalah, leguminosae, durian, dan aglonema.
Tanaman C3 dan C4 dibedakan oleh cara mengikat CO2 dari atmosfir dan
produk awal yang dihasilkan dari proses asimilasi. Pada tanaman C3, RuBP
(substrat untuk pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis) juga
dapat mengikat O2 pada saat yang bersamaan sebagai fotorespirasi. Jika
konsentrasi CO2 di atmosfir ditingkatkan, hasil dari kompetisi antara CO2
dan O2 akan lebih menguntungkan CO2, sehingga fotorespirasi terhambat
dan asimilasi akan bertambah besar (Taiz & Zeiger 2002).
Pada tanaman C4, CO2 diikat oleh PEP (enzim pengikat CO2 pada
tanaman C4) yang tidak dapat mengikat O2 sehingga tidak terjadi kompetisi
antara CO2 dan O2. Lokasi terjadinya asosiasi awal ini adalah di sel-sel
mesofil (sekelompok sel-sel yang mempunyai klorofil yang terletak di bawah
sel-sel epidermis daun). CO2 yang sudah terikat oleh PEP kemudian
ditransfer ke sel-sel "bundle sheath" (sekelompok sel-sel di sekitar xylem dan
phloem) dimana kemudian pengikatan dengan RuBP terjadi. Karena
tingginya konsentasi CO2 pada sel-sel bundle sheath ini, maka O2 tidak
mendapat kesempatan untuk bereaksi dengan RuBP, sehingga fotorespirasi
sangat kecil, PEP mempunyai daya ikat yang tinggi terhadap CO2, sehingga
reaksi fotosintesis terhadap CO2 di bawah 100 m mol m -2 s1 sangat tinggi,
laju asimilasi tanaman C4 hanya bertambah sedikit dengan meningkatnya
CO2 sehingga, dengan meningkatnya CO2 di atmosfir, tanaman C3 akan
lebih beruntung dari tanaman C4 dalam hal pemanfaatan CO2 yang
berlebihan (Taiz & Zeiger 2002).
Berbeda dengan gerakan stomata yang lazim, stomata tumbuhan CAM
membuka pada malam hari, tetapi menutup pada siang hari. Pada malam hari
jika kondisi udara kurang menguntungkan untuk transpirasi, stomata
tumbuhan CAM membuka, karbon dioksida berdifusi ke dalam daun dan
diikat oleh sistem PEP karboksilase untuk membentuk oksaloasetat (OAA)
dan malat. Malat lalu dipindahkan dari sitoplasma ke vakuola tengah sel-sel
mesofil dan di vakuola asam ini terkumpul dalam jumlah besar. Sepanjang
siang hari stomata menutup, karena itu ketersediaan air berkurang, dan malat
serta asam organik lain yang terkumpul didekarboksilasi agar mempunyai
persediaan karbon dioksida yang langsung akan diikat oleh sel melalui daur
Calvin (Taiz & Zeiger 2002).
2.5 Peran Enzim Dalam Proses Fotosintesis.
2.6 Laju Pertumbuhan Tanaman, Laju Asimilasi Bersih Pada Tumbuhan
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Fotosintesis.
BAB II
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari,
R. et al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Erlangga, Jakarta.
Elida Purba, Ade Citra Khairunisa. 2012. Kajian Awal Laju Reaksi Fotosintesis
untuk Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Mikroalga Tetraselmis Chuii.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 6, No. 1.
Buntoro, B. H, R. Regomulyo, S. Trisnowati. 2014. Pengaruh takaran pupuk
kandang dan intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan hasil temu putih
(Curcuma zedoaria L.). Vegetika. 3(4):29-39.
Sallisbury,F.B. dan Ross,C.W. 1992. Plant Physiology. Wadsworth Publishing.
Company Belmont, California.
Baharsyah, J. S, Suwardi,D dan Irsal Las. 1985. Hubungan Iklim dengan
Pertumbuhan Kedelai. Badan penelitian dan pengembangan tanaman
pangan. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Bogor.
Taiz L, Zeiger E. 2002. Plant Physiology. New York(US): The
Benjamin/Cummings Publishing Co. Inc.

Anda mungkin juga menyukai