Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

Percobaan Ingenhousz

Disusun oleh:

KLARA TRI MEIYANA (20/XII IPA3)

SMA NEGERI 2 WATES,


KULON PROGO, YOGYAKARTA
2012/ 2013
A. Latar Belakang
Setiap makhuk hidup memiliki beberapa ciri atau sifat dasar. Salah satu yang utama adalah
makhluk hidup perlu makanan dan mengeluarkan zat sisa. Apabila kita cermati, sifat dasar
tersebut mengarahkan kita kepada suatu mekanisme yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup
yang disebut dengan metabolisme.
Metabolisme yang terjadi pada setiap jenis makhluk hidup tentunya tidak sama. Bergantung
komponen penyusun makhluk hidup tersebut dari tingkat seluler hingga organisme. Dalam
proses metabolisme terjadi berbagai reaksi kimia baik untuk menyusun maupun menguraikan
senyawa tertentu. Proses penyusunan tersebut disebut anabolisme, sedang proses penguraiannya
disebut katabolisme.
Salah satu contoh proses metabolisme (anabolisme) yang sering kita dengar adalah proses
fotosintesis. Proses tersebut terjadi pada tumbuhan berklorofil, tepatnya pada jaringan
tiang/palisade dan bunga karang pada mesofil daun. Pada sel palisade atau bunga karang, proses
ini terjadi di dalam sebuah organel yaitu kloroplas. Seperti yang telah diketahui, proses ini hanya
dapat terjadi pada saat ada cahaya. Cahaya itu dapat berupa cahaya matahari maupun cahaya
lampu, yang penting dalam cahaya tersebut terdapat sinar putih yang merupakan spektrum
cahaya dari cahaya mejikuhibiniu (merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu). Selain cahaya
matahari, proses fotosintesis juga membutuhkan karbon dioksida dan air. Pada proses
fotosintesis ini akan dihasilkan dua senyawa yaitu glukosa dan oksigen.
Untuk mengetahui kandungan oksigen dilakukan dengan percobaan Ingenhousz.

B. Tujuan
1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi fotosintesis.
2. Mengamati zat yang dihasilkan dari proses fotosintesis.

C. Landasan Teori
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu
glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat
hara, karbon dioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua
makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya,
fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa
menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang
mneghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas
dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang
mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak
mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Ingenhousz, dapat diketahui bahwa
intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat terjadi karena
perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di sampng adanya perbedaan
energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan daun dalam menyerap
berbagai spektrum cahaya berbeda tersebut. Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap
berbagai spektrum cahaya berbeda tersebut disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang
terkandung pada jaringan daun. Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga
karang dan jaringan pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen
hijau klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting
dalam menyerap energi matahari.
Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang dan
buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan dalam
proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang yang disebut
stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran. Membran stoma ini disebut tilakoid,
yang di dalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut lokuli. Di dalam stroma
juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk membentuk grana (kumpulan granum).
Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang
dan ruang tilakoid yang merupakan ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah granum
disayat maka akan dijumpai beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid,
dan lipid. Secara keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom,
vitamin-vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun tembaga (Cu).
Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid. Sedangkan, pengubahan energi cahaya
menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa glukosa yang
dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan sebagian dari perangkat
dalam fotosintesis yang dikenai sebagai fotosistem.
Tumbuhan hijau bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari
senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula
dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk menjalankan proses ini berasal
dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini :
Cahaya matahari

6H2O + 6CO2 C6H12O6 + 6O2


Klorofil

Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat
pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi seluler yang terjadi
baik pada hewan mauapun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler
berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada repirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan
bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah
yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut
kloropas. Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh
bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar
energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang
mengandung setengah juta kloroplas setiap millimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan
epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar
proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti
air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang
berlebihan.
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini
memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh
pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu
fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem
ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II)
berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi
tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O yang
ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai
enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan
elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2.
Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid.
Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom
b6-f kompleks. Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah :
2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H 4H+ + O2 +2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan
mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan mengandung
tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga menyebabkan terjadinya pompa
H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah :
2PQH2 + 4PC(Cu2+) 2PQ + 4PC(Cu+) + 4H+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini
menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan, yang
menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai
sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan
memindahkan elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada
PS I adalah :
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
Selanjutnya elekton dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron
untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam stroma oleh
enzim feredoksin NADP+ reduktase. Reaksinya adalah :
4Fd(Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ 4Fd(Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase.
ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+
melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP sintase bekerja
mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP. Reaksi keseluruhan yang terjadi pada
reaksi terang adalah sebagai berikut :
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O ATP + NADPH + 3H+ + O2
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson dan
siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa 1,5
bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3- phosphogliserat.
Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan
tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim
rubisco. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4
karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki
empat atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.
Proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor yang dapat memengaruhi secara
langsung seperti kondisi lingkungan maupun faktor yang tidak memengaruhi secara langsung
seperti terganggunya beberapa fungsi organ yang penting bagi proses fotosintesis. Proses
fotosintesis sebenarnya peka terhadap beberapa kondisi lingkungan meliputi kehadiran cahaya
matahari, suhu lingkungan, konsentrasi karbon dioksida (CO2). Faktor lingkungan tersebut
dikenal juga sebagai faktor pembatas dan berpengaruh secara langsung bagi laju fotosintesis.
Faktor pembatas tesebut dapat mencegah laju fotosintesis mencapai kondisi optimum meskipun
kondisi lain untuk fotosintesis telah ditingkatkan, inilah sebabnya faktor-faktor pembatas
tersebut sangat memengaruhi laju fotosintesis yaitu dengan mengendalikan laju optimum
fotosintesis. Selain itu, faktor-faktor seperti translokasi karbohidrat, umur daun, serta
ketersediaan nutrisi memengaruhi fungsi organ yang penting pada fotosintesis sehingga secara
tidak langsung ikut memengaruhi laju fotosintesis.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis :
1. Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
2. Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat
digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3. Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintess hanya dapat bekerja pada suhu
optmalnya. Umumnya laju fotosintesis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
hingga batas toleransi enzim.
4. Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila
kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan
berkurang.
6. Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang
sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan
tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk
tumbuh.

D. Alat dan Bahan


Gelas kimia
Corong kaca
Tabung reaksi
Termometer
Stopwatch
Kawat
Ember
Tumbuhan Hydrilla sp.
NaHCO3
Air
Es batu

E. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Memasukkan tanaman Hydrilla sp. ke dalam corong. Diusahakan agar tanaman


Hydrilla sp. tidak keluar dari corong.

3. Menutup bagian tabung corong dengan tabung reaksi.

4. Memasukkan tiga kawat penyangga ke dalam gelas kimia untuk menjaga


keseimbangan dari corong yang telah diisi dengan Hydrilla sp. Sebaiknya, jarak
antara bawah corong dengan dasar gelas kimia tidak terlalu jauh.
5. Memasukkan gelas kimia ke dalam ember yang berisi air, diikuti dengan
memasukkan corong yang di dalamnya berisi tanaman Hydrilla sp. ke dalam gelas
kimia tersebut. Selanjutnya tutup bagian tabung corong dengan tabung reaksi,
diusahakan tidak terbentuk ruang udara.

6. Mengulangi langkah 3 sampai 5 untuk 3 corong berikutnya.

7. Menandai masing-masing gelas kimia sebagai gelas kimia (1), (2), (3), dan (4).

8. Meletakkan gelas kimia (1) di tempat yang teduh.

9. Meletakkan gelas kimia (2), (3) dan (4) di tempat yang terbuka (terkena sinar
matahari langsung).

10. Menuangkan larutan NaHCO3 secukupnya pada gelas kimia (3) dan (4).

11. Menuangkan beberapa bongkahan es batu pada gelas kimia nomor (4). Atur suhunya
agar serendah mungkin dari suhu lingkungan.

12. Mengukur suhu awal masing-masing gelas kimia.

13. Menunggu hingga muncul gelembung-gelembung udara yang tampak pada tabung
reaksi.

14. Mengamati dan mencatat banyaknya gelembung yang muncul lalu memasukkan data
ke tabel.

15. Setelah banyak rongga udara yang terbentuk di tabung reaksi, lalu angkat tabung
reaksi perlahan dan tutup rapat agar gas di dalamnya tidak keluar.

16. Memasukkan bara api dari lidi ke atas mulut masing-masing tabung reaksi dan
melihat apa yang terjadi. Ini dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya
oksigen.

17. Mencatat hasil pengamatan.


F. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Waktu Suhu Gelembung
1. Tempat teduh 5 menit 28 +
2. Cahaya langsung 5 menit 29 ++
3. Cahaya langsung + 5 gram 5 menit 30 ++++
NaHCO3
4. Cahaya langsung + 5 gram 5 menit 26 +++
NaHCO3 + es batu

*) Keterangan : beri tanda untuk jumlah gelembung yang muncul


(-) bila tidak ada gelembung
(+) bila sedikit gelembung
(++) bila sedang gelembung
(+++) bila banyak gelembung
(++++) bila banyak sekali gelembung

G. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan Ingenhousz, jawablah pertanyaan berikut ini :
1) Dari kegiatan yang kamu lakukan, tentukan :
a) Variabel manipulasi :
b) Variabel kontrol :
c) Variabel respon :
2) Pada perlakuan manakah antara (1) dengan (2) yang lebih banyak gelembung udara?
Mengapa demikian?
3) Jika dibandingkan antara perlakuan (2) dan (3) adakah pengaruh suhu terhadap laju
fotosintesis? Jelaskan!
4) Apakah tujuan penambahan NaHCO3 pada perlakuan (4)? Jelaskan berdasarkan hasil
percobaan setelah dibandingkan dengan perlakuan (2)!
5) Gelembung gas apakah yang dihasilkan dari percobaan tersebut? Bagaimanakah cara
membuktikannya?
6) Faktor apakah yang mempengaruhi kecepatan fotosintesis?
Berdasarkan hasil percobaan Ingenhousz, diperoleh jawaban sebagai berikut :

1) Dari kegiatan yang saya lakukan,


a) Variabel manipulasi : suhu ,cahaya, pemberian NaHCO3, dan pemberian es batu
b) Variabel kontrol : Hydrilla sp.
c) Variabel respon : oksigen (CO2)
2) Pada perlakuan antara (1) dengan (2) yang lebih banyak gelembung udara adalah (2)
karena cahaya matahari merupakan salah satu faktor penentu laju fotosintesis.
3) Jika dibandingkan antara perlakuan (2) dan (3) pengaruh suhu terhadap laju
fotosintesis adalah fotosintesis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga
batas toleransi enzim.
4) Tujuan penambahan NaHCO3 pada perlakuan (4) sebagai sumber CO2. NaHCO3 akan
terurai menjadi NaOH dan CO2. Karbon dioksida digunakan dalam proses fotosintesis
CO2 + H2O C6H12O6 + O2 .Berdasarkan hasil percobaan setelah dibandingkan
dengan perlakuan (2), penambahan NaHCO3 pada perlakuan (4) mengakibatkan
pertambahan laju fotosintesis. Karena bertambahnya sumber karbon dioksida. Tetapi,
penambahan es batu pada perlakuan (4) mengakibatkan penurunan laju fotosintesis
karena terjadi penurunan suhu. Suhu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi laju
fotosintesis. Sedangkan pada perlakuan (2), gelembungnya lebih sedikit dibandingkan
dengan perlakuan (4) karena pada perlakuan (4) ditambahkan NaHCO3.
5) Gelembung gas yang dihasilkan dari percobaan tersebut adalah oksigen (O2). Cara
membuktikannya dengan memasukkan bara api dari lidi ke atas mulut masing-masing
tabung reaksi dan melihat apa yang terjadi. Jika bara api semakin terang maka gas
tersebut adalah oksigen (O2).
6) Faktor yang mempengaruhi kecepatan fotosintesis adalah
Intensitas cahaya
Laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya.
Konsentrasi karbon dioksida
Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang
dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintess hanya dapat bekerja pada
suhu optmalnya. Umumnya laju fotosintesis meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim.
Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat
penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik.
Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan
berkurang.
Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan
yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin
dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan
makanan untuk tumbuh.

Pada gelas kimia (1) yang diletakkan di tempat dengan intensitas cahaya rendah, proses
fotosintesisnya ternyata lambat (diketahui dari sedikitnya jumlah gelembung yang dihasilkan).
Hal ini terjadi karena walaupun di dalam air terdapat CO2 terlarut tetapi energi yang tersedia
(cahaya) untuk melakuan proses fotosintesis oleh Hydrilla sp. sangat sedikit. Sehingga,
walaupun ada bahan baku, tetapi bila energi untuk mengolah tidak ada maka tidak akan
terbentuk hasil.

Pada gelas kimia (2) dengan kondisi normal (tempat terkena cahaya matahari langsung),
proses fotosintesis berjalan cepat karena pada air sebenarnya telah terdapat sejumlah CO2 terlarut
dan mendapat energi yang banyak untuk melakukan proses fotosintesis tersebut. Akan tetapi
jumlah gelembung yang terbentuk tidak sebanyak gelas kimia (3). Walaupun keduanya sama-
sama memiliki energi untuk produksi yang melimpah tetapi jumlah bahan baku yang tersedia
tidak sama.
Pada gelas kimia (3) diberi larutan NaHCO3. Penambahan larutan NaHCO3 dimaksudkan
untuk menambah kandungan CO2 yang terdapat dalam air, dengan persamaan reaksi sebagai
berikut :

NaHCO3 + H2O NaOH + CO2 + H2O

Fungsi larutan NaHCO3 disini sebagai katalis dalam reaksi fotosintesis.


Gelas kimia yang diberi larutan NaHCO3 jumlah CO2 terlarutnya menjadi tinggi, di samping itu
gelas kimia tersebut juga diletakkan di tempat yang terang (banyak energi untuk berfotosintesis).
Oleh karena itu proses fotosintesisnya menjadi sangat cepat, karena disamping bahan baku
tersedia banyak, energi untuk mengolahnya menjadi sejumlah produk juga melimpah, sehingga
proses produksi (reaksi) yang berjalan dalam waktu 5 menit mendapatkan hasil yang banyak (gas
O2 pada dasar tabung reaksi).

Pada gelas kimia (4) yang diletakkan di tempat terang dan didalamnya ditambahkan NaHCO3
dan es batu, ternyata gas yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan pada gelas kimia (3), artinya
proses fotosintesis pada gelas kimia (4) berjalan lambat. Hal ini terjadi karena pada suhu yang
rendah enzim enzim banyak yang tidak aktif sehingga banyak reaksi kimia yang dialamikan
oleh enzim menjadi lambat.

Dari hasil percobaan, semua tanaman Hydrilla sp. pada setiap corong mengeluarkan
gelembung-gelembung udara. Gelembung-gelembung ini terkumpul pada dasar tabung reaksi
yang dalam keadaan terbalik, sehingga membentuk rongga udara. Gas yang terkumpul ini akan
diuji coba dengan menggunakan bara api dari lidi. Seperti yang diketahui, api dapat menyala jika
ada oksigen disekitarnya. Untuk membuktikan apakah gelembung udara yang terkumpul tersebut
mengandung oksigen, maka praktikan memasukkan bara api dari lidi ke mulut tabung reaksi.
Ketika bara api dari lidi dimasukkan, ternyata bara api tersebut menyala terang (mengeluarkan
api). Hal tersebut membuktikan bahwa dalam proses fotosintesis gas yang dihasilkan adalah
oksigen. Ini ditunjukan dengan menyalanya bara api yang didekatkan dengan mulut tabung
reaksi yang berisi gas hasil dari fotosintesis.
H. Kesimpulan
Terbukti bahwa dalam proses fotosintesis menghasilkan gas oksigen. Ini ditunjukan dengan
menyalanya bara api yang didekatkan dengan mulut tabung reaksi yang berisi gas hasil dari
fotosintesis.
Faktor suhu yang rendah akan memperlambat terjadinya proses fotosintesis. Hal ini bukan
berarti suhu yang sangat tinggi akan membuat proses fotosintesis menjadi cepat, justru
tanamannya akan mati. Suhu yang optimallah yang akan membuat proses fotosintesis menjadi
maksimal.
Faktor intensitas cahaya yang terang (cukup/optimal) akan membuat proses fotosintesis
menjadi cepat tetapi bila cahaya yang tersedia sedikit, proses fotosintesis menjadi lambat.
Faktor kadar CO2 terlarut yang melimpah akan mengakibatkan proses fotosintesis berjalan
dengan cepat karena CO2 merupakan bahan baku dari proses fotosintesis.
Suhu, intensitas cahaya, dan kadar karbon dioksida yang tersedia berpengaruh terhadap
kecepatan proses fotosintesis.

I. Daftar Pustaka
http://praktikumbiologi.blogspot.com/2011/08/praktikum-fotosintesis-ingenhousz.html
http://www.scribd.com/doc/75402394/Laporan-Praktikum-Percobaan-Ingenhousz
http://www.google.co.id/imgres?q=percobaan+ingenhousz
http://umbletask.wordpress.com/2011/11/02/praktik-biologi-percobaan-ingenhousz/

J. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai