Anda di halaman 1dari 11

Nama : Maulina Dinda Putri

NIM : 06101281924066
Kelas : Indralaya

PERTEMUAN 15
FOTOSINTESIS
Fotosintesis adalah suatu proses metabolisme pada tanaman untuk membentuk
karbohidrat yang menggunakan karbondioksida (CO2) dari udara bebas dan air (H 2O) dari
dalam tanah dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil. Pada dasarnya fotosintesis adalah
proses perubahan energi cahaya matahari menjadi energy kimia yang tersimpan dalam sel
berupa gula. Inilah yang membedakan tumbuhan dengan hewan dan manusia. Selain
tumbuhan tingkat tinggi, fotosintesis juga terjadi pada tumbuhan pakis, lumut, ganggang
(hijau, biru, merah, dan coklat), berbagai mikroba (protozoa dari golongan Euglena, bakteri
belerang ungu Thiorhodaceae dan bakteri belerang biru Chlorobacteriaceae).

Proses Fotosintesis

Fotosintesis merupakan proses yang dilakukan oleh organisme autotrof, dengan


menggunakan energi dari cahaya matahari yang diserap oleh klorofil untuk membuat bahan
makanan dari molekul sederhana menjadi molekul yang lebih kompleks. bahan yang
digunakan untuk melakukan fotosintesis yaitu karbondioksida dan air yang kemudian diubah
menjadi karbohidrat dan oksigen dengan bantuan foton yang diserap oleh klorofil.

Pada tumbuhan hijau dan alga, fotosintesis berlangsung di dalam kloroplas yang
mengandung klorofil, sedangkan pada bakteri berlangsung di dalam membrane plasma
bakteri atau dalam invaginations darinya yang disebut kromatofor. Tumbuhan tinggi
mengandung 2 macam klorofil yaitu klorofil a (berwarna hijau tua) dan klorofil b (berwarna
hijau muda).

Rumus Molekul Klorofil a dan b

Pada umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih pigmen klorofil yang
berwarna hijau,tetapi sel fotosintesis lainnya seperti ganggang dan bakteri, berwarna coklat,
merah atau ungu. Hal ini disebabkan oleh adanya pigmen lain disamping klorofil, yaitu
pigmen pelengkap seperti karotenoid yang berwarna kuning, merah atau ungu dan pigmen
fikobilin yang berwarna biru atau merah. Seperti halnya klorofil, karotenoid dan fikobilin
juga mempunyai kemampuan untuk menangkap energy matahari, tetapi pada panjang
gelombang sinar tampak yang tidak tercakup oleh pigmen klorofil. Jadi, pigmen tersebut
berperan sebagai pelengkap penerima cahaya. Energi matahari yang diterima oleh pigmen
pelengkap harus dipindahkan terlebih dahulu ke molekul klorofil sebelum digunakan untuk
fotosintesis.

Karotenoid terdapat dalam jaringan fotosintesis tumbuhan tinggi, ganggang dan


bakteri fotosintesis. Pada tumbuhan tinggi, karotenoid terdapat dalam kloroplas, khususnya di
dalam grana, tersebar dalam buah, bunga, dan akar. Pada bakteri terdapat pada kromofornya.
Daun berbagai tumbuhan hijau mengandung macam karotenoid yang sama, yaitu β-karoten,
lutein, violasantin, dan neosantin. Dari sekitar 300 jenis karotenoid yang telah diketahui ada
di alam, dua diantaranya yang utama terdapat dalam kloroplas adalah karoten dan santofil.
Karoten adalah suatu hidrokarbon isoprenoid yang tidak mengandung atom oksigen,
sedangkan santofil mempunyai struktur yang mirip dengan karoten tetapi mengandung
oksigen pada kedua ujung molekulnya.

β-karoten adalah senyawa karoten yang paling banyak terdapat di alam, terutama
tumbuhan hijau. Karoten lainnya adalah likopen, α-karoten, γ-karoten dan δ-karoten. Likopen
adalah pigmen utama yang terdapat pada buah-buahan, seperti tomat, γ-karoten banyak
terdapat dalam jamur, dan α-karoten bersama β-karoten dalam daun-daunan. Fikobilin
terdapat pada ganggang merah dan biru, tetapi tidak pada tumbuhan tinggi. Sinar yang paling
efektif untuk fotosintesis adalah sinar merah yang bergelombang panjang (lebih dari 680 nm)
dan sinar violet biru yang bergelombang pendek (440 – 480 nm). Sinar yang jatuh pada
permukaan daun hanya sekitar 1–2% digunakan untuk fotosintesis, yang lainnya dipantulkan,
ditransmisikan atau diserap dalam bentuk panas.

Penyerapan sinar oleh klorofil

Pada dasarnya, fotosintesis terjadi dalam dua tahapan. Kedua tahap itu berlangsung
dalam kloroplas, namun pada dua bagian yang berbeda.
Komponen Kloroplas
Tahap I adalah proses penangkapan energi surya atau proses-proses yang bergantung
langsung pada keberadaan cahaya. Seluruh proses pada tahap ini disebut reaksi cahaya.
Tahap II adalah proses-proses yang tidak bergantung langsung pada keberadaan cahaya.
Proses-proses atau reaksi-reaksi pada tahap ini disebut reaksi gelap. Reaksi fotosintesis
secara umum dibagi dua yaitu:

a). Reaksi Terang

Reaksi Terang Yang pertama-tama melihat sepintas peranan cahaya dalam


fotosintesis adalah Van Niel, mikrobiologis dari Amerika. Dia meneliti fotosintesis
pada bakteri belerang ungu dan sampai pada kesimpulan tersebut. Mikroorganisme ini
menghasilkan glukosa dari CO2 seperti halnya tumbuhan hijau, dan untuk memperoleh
hal itu jasad renik terse but memerlukan cahaya. Akan tetapi, air tidak dipakai sebagai
bahan pemula, tetapi bakteri ini menggunakan Hidrogen sulfide (H2S). tambahan pula,
selama fotosintesis ini tidak ada oksigen yang dibebaskan melainkan unsur sulfur. Van
Niel berpendapat bahwa tindakan cahaya menyebabkan dekomposisi H2S menjadi atom
hydrogen dan sulfur. Kemudian dalam reaksi gelap, atom-atom hydrogen dipakai untuk
mereduksi CO2 dalam serangkaian reaksi gelap.

Ia berpendapat bahwa pada tumbuhan hijau, energi cahaya menyebabkan air


pecah menjadi hydrogen dan oksigen. Kemudian atom hydrogen dipakai untuk
mereduksi C02 dalam serangkaian reaksi gelap.
Jika teori ini benar, kesimpulannya ialah bahwa oksigen yang dihasilkan dalam
fotosintesis berasal dari air seperti halnya seluruh sulfur yang diperoleh dalam proses
fotosintesis bakteri diturunkan dari H2S. persamaan reaksi fotosintesis harus diulang:

Penemuan dua pigmen pusat reaksi sangat memuaskan para ahli karena dapat
membantu menjelaskan satu ciri lain dari fotosintesis. Jika kita membandin,gkan
spectrum tindakan pada fotosintesis dengan spectrum absorpsi pada ldoroffi, maka
teijadi pertentangan yang aneh.
Cahaya merah yang panjang gelombangnya lebih besar dari pada kirakira 680
nm tidak memadai untuk melancarkan fotosintesis walau klorofil pada panjang
gelombang terse but masih menyerap. Pada tahun 1956, Robert Emerson dan rekan-
rekannya menunjukkan bahwa penurunan tajam koefisienan fotosintesis pada panjang
gelombang diluar 680 nm dapat ditanggulangi jika kloroplas disinari secara simultan
dengan cahaya berpanjang gelombang lebih pendek.
Dengan penyinaran simultan dari dua berkas cahaya monokromatik, misalnya
670 nm dan 710 nm, koefisienan fotosintetik sungguh lebih besar dari pada
keefisienannya dengan satu panjang gelombang dari intensitas total yang sama.
Pengamatan ini mengarah kepada kesimpulan bahwa reaksi-reaksi terang hams
mencakup dua proses yang berlainan: satu yang diberi energi oleh cahaya den.gan
panjang gelombang lebih besar, dinamai fotosistem I., dan yang satu lagi dinamai
fotosistem II yang mendapat energi dari cahaya berpanjang gelombang lebih pendek.

 Fotosistem I

Energi yang diperoleh pigmen- pigmen antena pada fotosistem I ditransfer ke


molekul P700 Eiektron pada P 700 ditingkatkan keposisi yang sedemikian tingginya
(kira-kira 0,6 volt) hingga dapat mereduksi akseptor elektron yang tampak pada
gambar sebagai X. Sebenamya substansi x menyumbangkan elektronnya kepada
NADP+, kemudian mereduksinya dan membentuk NADPH yang diperlukan untuk
reaksi - reaksi gelap. Dengan ,cara ini, cahaya yang diabsorpsi oleh fotosistem I
menyediakan energi yang diperlukan untuk mengoksidasi P700 dan mereduksi
NADP+ menjadi NADPH. Namun elektron-elektron yang dipakai untuk mereduksi
NADP+ kemudian digunakan dalam reaksi gelap untuk sintesis PGAL. Jika
fotosistem I harus terus beroperasi, harus menggantikan elektron-elektron ini. Hal itu
dilakukannya dengan melibatkan fotosistem II.

 Fotosistem II

Absorpsi cahaya oleh fotosistem II mengarah kepada oksidasi P680 dalam suatu cara
yang sama dengan caranya fotosistem I. Namun P680 terokSidasi merupakan agen
pengoksidasi yang lebih kuat daripada P700 . dengan potensial redoks yang lebih
besar dari pada + 0.82 volt, hal itu cukup elektronegatif untuk memperoleh elektron-
elektron dari (dan oleh sebab itu direduksi oleh) molekul-molekul air. Langkah-
langkah tepat yang terlibat masih bel urn pasti, tetapi untuk setiap 4 elektron yang
diperoleh P680 • maka molekul oksigen dilepaskan.

Absorpsi cahaya meningkatkan elektron-elektron ini ke atas energi yang cukup


tinggi sehingga elektron itu dapat mereduksi P700 dalam fotosistem I. Jadi telah
diketahui satu di antara dua senyawa yang amat penting pada reaksi gelap, suatu
mekanisme yang menyediakan energi sebagai elektronelektron dan mampu bergerak
dalam lintasan tak terputus dari molekul air ke NADP.
Kedua fotosistem ini dihubungkan oleh pembawa electron yang lain. Ketika
disusun menurut potensial redoksnya, berbagai komponen tersebut terlihat seperti huruf
Z sehingga disebut sebagai skema Z.
Skema Z
Urutan reaksi selama absorpsi cahaya yakni:

 Cahaya dipanen oleh klorofil kompleks antenna dari fotosistem II dan energinya
disalurkan ke arah pusat reaksi dimana P680 berada.
 P680 yang tereksitasi memancarkan electron berenergi tinggi yang diberikan ke
plastoquinon (Pq), suatu kuinon bergerak dalam membrane tilakoid. Hal ini
meninggalkan P680 sebagai kation (P680+). Plastokuinon menerima total dua elektron
dan dua ion H+ untuk membentuk PqH2.
 P680+ mengektrak elektron dari air sehingga kembali ke keadaan tak tereksitasi.
 Elektron selanjutnya diberikan oleh PqH2 ke plastosianin (Pc) melalui kompleks
sitokrom bf (disebut juga kompleks sitokrom b6f). Plastosianin merupakan protein
mengandung tembaga yang menerima electron dengan tembaga yang berubah-ubah
antara keadaan Cu2+ dan Cu+.
 Energi cahaya yang jatuh pada kompleks antenna fotosistem I disalurkan ke pusat
reaksi. Disini P700 tereksitasi dan memancarkan elektron berenergi tinggi ke
feredoksin (Pd), suatu kumpulan protein yang mengandung setidaknya satu kumpulan
FeS, menjadi kation P700+. P700+ menerima electron dari plastosianin sehingga kembali
ke keadaan tak tereksitasi.
 Dua elektron berenergi tinggi dari dua molekul peredoksin tereduksi kini ditransfer ke
NADP+ untuk membentuk NADPH. Reaksi ini dilakukan oleh NADP reduktase.

b). Reaksi Gelap

Reaksi gelap pada fotosintesis itu sebenamya merupakan serangkaian reaksi yang
melibatkan pengambilan CO2 oleh tumbuhan dan reduksi CO2 oleh atom hydrogen. Dr.
calvin dan rekan-rekannya di Universitas California bertahun-tahun menyelidiki urutan
langkah demi langkah reaksi-reaksi kimia yang terlibat.

Prosedur percobaan dasamya ialah mengekspos suspensi ganggang hijau


uniseluler terhadap cahaya dan karbon dioksida radioaktif. Penggunaan karbon radioaktif
(14C) pada karbon dioksida "membuntuti" atom tersebut sehingga memungkinkan
meneliti transformasi kimianya.

Untuk menentukan substansi mana, jika ada yang terpisah pada kromatogram itu
yang radioaktif, maka sehelai film sinar X ditempatkan dekat kromatogram. Jika muncul
titik-titik hi tam pada film itu (karena ada radiasi yang dipancarkan oleh atom-atom 14C),
maka posisinya dapat dikorelasikan dengan posisi zat kimia pada kromatogram. Dengan
teknik autoradiografi ini, Calvin menemukan bahwa 14C muncul dalam molekul-molekul
glukosa 30 detik setelah dimulainya fotosintesis. Bila ini dibiarkan fotosintesis itu hanya
berlangsung lima detik, dia menemukan radioaktivitas itu pada molekul-molekullain
yang lebih kecil. Secara bertahap, lintasan fiksasi karbon dapat ditentukan. Salah satu
substansi penting dalam proses ini ialah gula lima karbon yang difosforilasi yaitu
ribulosafosfat.

Bila dimasukkan ke dalam molekul itu gugus fosfat kedua oleh ATP, maka
senyawa yang dihasilkan ialah ribulosa difosfat, yang dapat bergabung dengan col. Lalu
molekul gula enam karbon yang terbentuk itu pecah menjadi dua molekul asam 3-
fosfogliserat. Masing-masing menerima gugus fosfat yang ked ua ( dari molekul ATP),
sehingga terbentuklah 2 molekul asam 1,3-difosfogliserat (DPGA). Kemudian zat ini
direduksi menjadi 3-fosfogliseraldehidaa (PGAL). Dalam proses terse but, dikeluarkan
gugus fosfat. Agen pereduksinya ialah bentuk tereduksi koenzim NADP. NADP ini sama
seperti NAD kecuali pada gugus fosfat yang ketiga. Sebagaimana NAD, koenzim itu
dapat direduksi dengan perolehan dua elektron bentuk tereduksi itu yang kita sebut
NADPH karena (sebagaimana NAD), hanya satu proton yang menyertai reduksi itu. Bila
teroksidasi, itu harus dispesifikasi, maka akan tampak sebagai NADP+.
Fakta mengenai reaksi-reaksi gelap fotosintetik yaitu dari asam 3- fosfogliserat ke
PGA. Secara sederhananya siklus calvin atau reaksi gelap ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Siklus Calvin

 Tahapan pertama: Fiksasi karbon


Proses yang terjadi pada tahapan pertama ini adalah penangkapan karbondioksida
(CO2) dari udara bebas. CO2 yang berhasil ditangkap kemudian akan disatukan
dengan Ribulosa Bifosfat (RuBp) oleh enzim rubisco yang paling banyak terdapat di
dalam kloroplas. Hasil dari pengikatan 3 molekul RuBp dan 3 molekul CO2 berupa 3
molekul yang memiliki 6 karbon tidak stabil dan segera pecah menjadi 2 molekul 3
fosfogliserat (PGA).
 Tahapan kedua: Reduksi
Masing – masing molekul 3 PGA akan menerima fosfat dari ATP sehingga berubah
menjadi 1,3 difosfogliserat. Dibutuhkan 6 ATP untuk merubah 6 molekul 3 PGA
menjadi 6 molekul 1,3 difosfogliserat. Molekul 1,3 difosfogliserat akan mengalami
reduksi oleh NADPH sehingga berubah menjadi gliseraldehida 3 fosfat, dibutuhkan 6
molekul NADPH dalam sekali siklus Calvin. Hasil dari tahap reduksi adalah 6
molekul gliseraldehida 3 fosfat dengan 1 molekul tersebut akan dikeluarkan untuk
bahan baku glukosa sehingga tersisa 5 molekul gliseraldehida 3 fosfat.
 Tahapan ketiga: Regenerasi
Proses yang terjadi pada tahapan regenari adalah pembentukan glukosa dan
pembuatan kembali RuBp. Satu molekul gliseraldehida 3 fosfat dari tahapan reduksi
akan dikeluarkan untuk bahan baku glukosa. Sedangkan 5 molekul gliseraldehida 3
fosfat lainnya digunakan dalam pembuatan RuBp. Pada tahapan ini 5 molekul
gliseraldehida 3 fosfat akan diubah menjadi 3 molekul RuBp yang dapat digunakan
kembali untuk menangkap karbondioksida. Dalam reaksi ini terdapat 3 molekul ATP
yang mendonorkan fosfatnya. Molekul glukosa (C6H12O6) terdiri atas 6 karbon. Hasil
dari proses fiksasi pada satu kali siklus Calvin adalah 1 molekul PGAL (memiliki 3
atom karbon). Sehingga, jalannya proses Siklus Calvin yang diperlukan untuk
menghasilkan satu buah molekul glukosa adalah 2 kali siklus Calvin.

DAFTAR PUSTAKA

Sukmawati, N.M.S. 2016. Bioenergitika. Bali: Universitas Udayana.

Sumarlin, D. 2020. Dasar-dasar Biomolekul dan Konsep Metabolisme. Depok: PT Raja


Grafindo Persada.

Thenawijaya, M. 1998. Lehninger Dasar-dasar Biokimia jilid 1 (terjemahan). Jakarta:


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai