Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA


PENGELOLAAN LIMBAH DAN EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH DI
LABORATORIUM SMAN SUMATERA SELATAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2 Indralaya
1. Christa Rieza Panduwinata (06101181924004)
2. Indah Khovivah (06101281924065)
3. Irvan Avandi (06101281924056)
4. Maulina Dinda Putri (06101281924066)
5. Yenni Fitryana 06101281924062)

Dosen Pengampu:
1. Dr. Sofia, S.Pd., M.Si.
2. Maefa Eka Haryani, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Atas rahmat dan karunia dari Tuhan yang Maha Esa. Kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan lancar. Tak lupa rasa terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihakyang
telah ikut berkontribusi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Karena bimbingan dan
doa mereka makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah ini merupakan
tugas mata kuliah Pengelolaan Laboratorium Kimia yang dibimbing oleh Ibu Dr. Sofia S.Pd.,
M.Si. dan Ibu Maefa Eka Haryani, S.Pd., M.Pd. Di dalam makalah ini kami membahas tentang
pengelolaan limbah.

Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pembacanya dan diharapkan
mampu menambah wawasan dan pengetahuan dari pembacanya. Dan semoga makalah ini dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin. Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan dalam penulisan, ataupun isi. oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang
membangun demi mencapai kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.

Indralaya, 4 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II............................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

2.1. Identifikasi Limbah dan Bahayanya. .................................................................................... 3

2.2. Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah ............................................................................. 4

2.3. Penanganan dan Pengurangan Bahaya ............................................................................... 14

2.4. Opsi Pembuangan ............................................................................................................... 18

2.5. Evaluasi Pengolahan Limbah Laboratorium di SMAN Sumatera Selatan ........................ 20

BAB III ......................................................................................................................................... 23

PENUTUP..................................................................................................................................... 23

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 23


3.2. Saran ................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengelolaan limbah B3 diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
kemudian diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Menurut Pasal 39 PP 5/2021, terdapat
empat kategori pengelolaan limbah Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun (B3) yaitu
pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Penyimpanan harus
mempertimbangkan jenis dan jumlah B3 yang dihasilkan. Jenis dan karakteristik B3 akan
menentukan bentuk bahan pewadahan yang sesuai dengan sifat limbah B3, sedangkan
jumlah timbunan limbah B3 dan periode timbunan menentukan volume yang harus
disediakan.
Bahan yang digunakan untuk wadah dan sarana lainnya dipilih berdasarkan
karakteristik buangan. Contoh untuk buangan yang korosif disimpan dalam wadah yang
terbuat dari fiber glass. Laboratorium kimia merupakan tempat melakukan kegiatan
praktikum, penelitian, eksperimen,maupun pembelajaran. Praktikan dan peneliti di dalam
menjalankan pekerjaan mereka, kontak dengan bahan kimia baik langsung maupun tidak
langsung akan sering terjadi bahkan mungkin berlangsung secara rutin. Bahan kimia secara
umum memiliki potensi untuk menimbulkan bahaya terhadap kesehatan pelaku maupun
dapat menyebabkan Menurut dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, Regina Tutik
Padmaningrum, M.Si., limbah yang dihasilkan di Laboratorium Kimia UNY merupakan
limbah kimia berbahaya dan beracun. Limbah ini berasal dari Sisa praktikum dan penelitian,
bekas kemasan, dan bahan kimia kadaluarsa. Pengelolaan limbah B3 yang berasal dari
laboratorium ini seperti limbah asam, basa, dan organic Dilakukan dengan cara
penyimpanan sementara yaitu dikumpulkan ke dalam drum yang telah diberi label dan
disimpan dalam gudang yang terlindungi dari panas dan hujan.
Limbah dari bahan berbahaya dan beracun (B3) bentuk padat/lumpur disimpan
dalam bak penimbun yang dasarnya dilapisi dengan lapisan kedap air. Regina
menambahkan, apabila limbah B3 tidak ditangani di tempat penghasil limbah, maka limbah
B3 ini diangkut ke sarana penyimpanan untuk diolah dan bila sudah memenuhi persyaratan
bisa ditimbun atau dibuang ke pembuangan akhir. (witono). Pengelolaan limbah bahan

1
berbahaya dan beracun (B3) merupakan suatu sistem yang dibuat untuk menghindari
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta keamanan mahluk hidup yang
ditimbulkan dari proses analisis pengujian parameter lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana mengidentifikasi limbah dari laboratorium dan bahayanya?
b. Bagaimana cara pengumpulan dan penyimpanan limbah laboratorium tersebut?
c. Bagaimana penanganan dan pengurangan bahaya dari limbah laboratorium tersebut?
d. Bagaimana opsi pembuangannya?
e. Bagaiaman evaluasi pengolahan limbah di laboratorium SMAN Sumatera Selatan?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi limbah dari laboratorium dan bahayanya.
b. Untuk mengetahui cara pengumpulan dan penyimpanan limbah laboratorium tersebut.
c. Untuk mengetahui penanganan dan pengurangan bahaya dari limbah laboratorium.
d. Untuk mengetahui opsi pembuangan limbah.
e. Untuk mengetahui evaluasi pengolahan limbah di laboratorium SMAN Sumatera Selatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Identifikasi Limbah dan Bahayanya.


Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan sifatnya, limbah
dibedakan menjadi: limbah umum (sampah, bahan/alat bekas), limbah khusus (sisa/hasil
kegiatan praktikum). Sedamgkan berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, dibedakan
menjadi:
a. Limbah Padat
Limbah padat di laboratorium relatif kecil, berupa endapan atau kertas saring terpakai.
b. Limbah Cair
- Limbah cair non kimia (air mineral, sampel alami)
- Limbah cair kimia (sisa praktikum, hasil pengujian)
c. Limbah Gas
Limbah yang berupa gas, contohnya limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator,
uap air raksa, uap bahan-bahan/zat kimia, gas hasil sinteis di ruang asam).
d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Berdasarkan hasil identifikasi macam senyawa yang dipergunakan dalam kegiatan
praktikum dapat diduga limbah yang dihasilkan berpotensi mengandung unsur-unsur
logam. Unsur-unsur logam yang terkandung antara lain Fe, Cu, Pb, Hg, Ag, Zn, dll.
Namun dalam penelitian ini dianalisis terbatas pada kandungan logam Fe dan Cu saja.
Analisis kandungan logam (seperti Fe dan Cu) dalam limbah cair laboratorium kimia
dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spechtrophotometer (AAS).

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah
sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Identifikasi limbah B3 berdasarkan sumbernya terdiri atas :

3
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik merupakan Limbah B3 yang pada umumnya
bukan berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan antara lain pemeliharaan
alat, pencucian, pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan
pengemasan.
b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi
produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3.
c. Limbah B3 dari sumber spesifik merupakan Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. Limbah B3 dari sumber spesifik
meliputi:
 Limbah B3 dari sumber spesifik khusus adalah limbah B3 yang memiliki efek
tunda (delayed effect), berdampak tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungan hidup, memiliki karakteristik beracun tidak akut, dan dihasilkan
dalam jumlah yang besar per satuan waktu.
 Limbah B3 dari sumber spesifik umum

Identifikasi limbah B3 berdasarkan karakteristiknya terdiri dari mudah meledak (explosive),


mudah menyala (ignitable), reaktif (reactive), infeksius (infectious), korosif (corrosive), dan
beracun (toxic). Berdasarkan pernyataan mengenai identifikasi karakteristik limbah, dapat
disimpulkan bahwa limbah dinyatakan sebagai limbah B3 jika terdapat dalam lampiran I
PPRI No 101 Tahun 2014. Lampiran 1 PPRI No 101 Tahun 2014 berisi daftar limbah B3.
Jika limbah tidak terdapat didalam lampiran maka dilakukan pengujian karakteristik limbah
B3 kategori 1 dan 2. Jika limbah masih belum termasuk dalam karakteristik limbah B3
tersebut maka dilakukan uji akhir yaitu uji toksikologi LD50.

2.2. Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah.


Persyaratan penyimpanan limbah B3. Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi penghasil
limbah B3 yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara yang dilakukan di dalam
lokasi pabrik/fasilitas.
a. Tata Cara Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan kemasan limbah B3
 Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri
atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan (gambar 2), sehingga dapat dilakukan
4
pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat
kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
 Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar
gang untuk lalu-lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu-
lintas kendaraan pengangkut(forklift) disesuaikan dengan kelayakan
pengoperasiannya.
 Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan
tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka
tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet
(setiap palet mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis atau
kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak (gambar 3).
 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap
atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu)
meter.
 Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan
secara terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan
yang sama. Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada
kemungkinan bagi limbahlimbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan
Kep - 01/BAPEDAL/09/1995. 11/23 tercampur/masuk ke dalam bak
penampungan bagian penyimpanan lain.
Penempatan Tangki
Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan tangki
dengan ketentuan sebagai berikut :
 Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran
pembuangan yang menuju bak penampung.
 Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal
110% dari kapasitas maksimum volume tangki.
 Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di
daerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.
 Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan
secara langsung.

5
Persyaratan Bangunan Penyimpanan Limbah B3
 Bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 harus :
o Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang
dihasilkan/akan disimpan.
o Terlindung dari masuknya air hujan baik secara lanmgsung maupun
tidak langsung.
o Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang
penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang
penyimpanan.
o Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan.
o Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
o Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)
sesuai dengan tata cara yang berlaku. Kep - 01/BAPEDAL/09/1995.
12/23.
 Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat
dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak
penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar
bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan
dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan.
 Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu)
karakteristik limbah B3, maka ruang penyimpanan :
o Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan
ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan

6
menyimpan satu karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3
yang saling cocok.
o Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat
tanggul atau tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya
atau masuknya tumpahan limbah B3 ke bagian penyimpanan
lainnya.
o Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak
penampung tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai.
o Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan
kapasitas maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan
yang masuk ke dalamnya dapat mengalir dengan lancar ke tempat
penampungan yang telah disediakan.
 Sarana ain yang harus tersedia :
o Peralatan dan sistem pemadam kebakaran
o Pagar pengaman
o Pembangkit listrik cadangan
o Fasilitas pertolongan pertama
o Peralatan komunikasi
o Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
o Pintu darurat
o Alarm
Persyaratan Khusus Bangunan Penyimpanan Limbah B3 :
 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar:
a. Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain maka harus dibuat
tembok pemisah tahan api, berupa :
o Tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau Kep-
01/BAPEDAL/09/1995. 13/23
o Tembok bata merah, tebal minimum 23 cm.
o Blok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.
b. Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.

7
c. Jika bangunan dibuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak
minimum dengan bangunan lain adalah 20 meter
d. Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar
digunakan tiangtiang beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel
listrik.
e. Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala.
Konstruksi atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran,
sehingga asap dan panas akan mudah keluar.
f. Penerangan, jika menggunakan lampu, harus menggunakan instalasi
yang tidak menyebabkan ledakan/percikan listrik (explotion proof).
g. Faktor-faktor lain yang harus dipenuhi :
o Sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran.
o Persediaan air untuk pemadam api.
o Hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran.
Rancang bangun untuk penyimpanan limbah B3 mudah meledak :
 Konstruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harus dibuat tahan
ledakan dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat
dari konstruksi atap, sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan
mengarah ke atas (tidak ke samping).
 Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi
normal. Desain bangunan sedemikian rupa sehingga cahaya matahari
tidak langsung masuk ke ruang gudang.
Rancang bangun khusus untuk penyimpan limbah B3 reaktif, korosif dan
beracun :
 Konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan
pengamanan limbah B3 dalam keadaan darurat. Kep -
01/BAPEDAL/09/1995. 14/23.
 Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
Persyaratan bangunan untuk penempatan tangki :
 Tangki penyimpan limbah B3 harus terletak di luar bangunan tempat
penyimpanan limbah B3.

8
 Bangunan penyimpanan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding yang
memiliki atap pelindung dan memiliki lantai yang kedap air.
 Tangki dan daerah tanggul serta bak penampungnya harus terlindung dari
penyinaran matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air
hujan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Persyaratan lokasi untuk tempat penyimpanan limbah B3
Lokasi bangunan tempat penyimpanan kemasan drum/tong, bangunan tempat
penyimpanan bak kontainer dan bangunan tempat penyimpanan tangki harus :
 Merupakan daerah bebas banjir, atau daerah yang diupayakan melalui
pengurugan sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir.
 Jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter.
Persyaratan Pengumpulan Limbah B3
Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi :
 Penghasil limbah B3 yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara
yang dilakukan di luar lokasi pabrik/fasilitas, tetapi bertindak sebagai
pengumpul.
 Kegiatan pengumpulan (penyimpanan) limbah B3 yang dilakukan oleh
pengumpul dan atau pengolah.
 kegiatan pengumpulan (penyimpanan) limbah B3 yang dilakukan oleh
pengolah dan atau penimbun.
Persyaratan lokasi pengumpulan
 Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya
sekurangkurangnya 1 (satu) hektar.
 Area secara geologis merupakan daerah bebas banjir tahunan.
 Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu.
Jarak terdekat yang diperkenankan adalah:
o 150 meter dari jalan utama atau jalan tol; 50 meter dari jalan lainnya.
o 300 meter dari fasilitas umum seperti: daerah pemukiman,
perdagangan, rumah sakit, pelayanan Kep - 01/BAPEDAL/09/1995.
15/23 kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas
keagamaan, fasilitas pendidikan, dll.

9
o 300 meter dari perairan seperti : garis pasang tertinggi laut, badan
sungai, daerah pasang surut,kolam, danau, rawa, mata air, sumur
penduduk, dll
o 300 meter dari daerah yang dilindungi seperti: cagar alam, hutan
lindung, kawasan suaka, dll.
Persyaratan Bangunan Pengumpulan
 Fasilitas pengumpulan merupakan fasilitas khusus yang harus dilengkapi
dengan berbagai sarana untuk penunjang dan tata ruang yang tepat
sehingga kegiatan pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan
aman bagi lingkungan (gambar 7).
 Setiap bangunan pengumpulan limbah B3 dirancang khusus hanya untuk
menyimpan 1 (satu) karakteristik limbah, dan dilengkapi dengan bak
penampung tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa
sehingga memudahkan dalam pengangkatannya.
 Fasilitas pengumpulan harus dilengkapi dengan :
1. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran
2. Pembangkit listrik cadangan
3. Fasilitas pertolongan pertama
4. Peralatan komunikasi
5. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
6. Pintu darurat dan alarm
 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar
1. Bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar sekurang-
kurangnya berjarak 20 meter dari bangunan penyimpanan limbah
karakteristik lain atau dari bangunanbangunan lain dalam fasilitas
pengumpulan.
2. Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api yang dapat berupa:
a. Tembok beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm
b. Tembok bata merah dengan tebal minimum 25 cm
c. Blok-blok (padat) tak bertulang dengan tebal minimum 30 cm

10
3. Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar. Atap tanpa plafon, terbuat dari bahan yang Kep -
01/BAPEDAL/09/1995. 16/23 ringan dan mudah hancur jika
terbakar, sehingga jika terjadi kebakaran dalam tempat pengumpulan,
asap dan panas menjadi mudah untuk keluar.
4. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya
akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa
atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil
lainya ke dalam ruang pengumpulan.
5. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan.
6. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang,
kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke
arah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada
bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa
sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan
penyimpanan.
7. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3
mudah terbakar, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku.
 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah meledak :
1. Bangunan penyimpanan harus memiliki lantai, dinding dan atap yang
kuat terhadap ledakan. Konstruksi lantai dan dinding harus lebih kuat
dari konstruksi atap sehingga jika terjadi ledakan yang kuat, maka
ledakan akan mengarah ke atas (tidak ke samping).
2. Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur
suhu dan atau desain bangunan dirancang sedemikian rupa sehingga
suhu dalam ruang pengumpulan tidak akan melampaui suhu
aman/normal penyimpanan.

11
3. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya
akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa
atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil
lainnya ke dalam ruang pengumpulan.
4. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan Kep -
01/BAPEDAL/09/1995. 17/23 harus dipasang minimal 1 meter di
atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi
luar bangunan; 5. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air,
tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat
melandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringn
maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi
bangunan penyimpanan; 6. Pada bagian luar bangunan harus
terpasang tanda (simbol) llimbah B3 mudah meledak, sesuai dengan
peraturanpenandaan yang berlaku.
 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 bersifat korosif atau
reaktif atau beracun :
1. Konstruksi dinding harus dibuat mudah untuk dilepas sehingga
penanganan limbah dalam keadaan darurat lebih mudah untuk
dilakukan.
2. Untuk bangunan pengumpulan limbah korosif dan reaktif, maka
konstruksi bangunan (atap, lantai dan dinding) harus terbuat dari
bahan yang tahan korosi dan api/panas.
3. Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya
akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa
atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil
lainnya ke dalam ruang pengumpulan.
4. Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika

12
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimum 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan.
5. Lantai bangunan pengumpulan harus kedap air, tidak bergelombang,
kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke
arah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada
bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa
sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan
penyimpanan; 6. Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda
(simbol) limbah B3 sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku.
 Fasilitas Tambahan
Kep - 01/BAPEDAL/09/1995. 18/23
a. Laboratorium
Laboratorium yang tersedia harus mampu :
1. Melakukan pengujian jenis dan karakteristik dari limbah B3 yang
diterima, sehingga penanganan lebih lanjut seperti pencampuran,
pengemasan ulang atau pengolahan awal (pre treatment) dapat
dilakukan dengan tepat.
2. Melakukan pengujian kualitas terhadap timbulan dari kegiatan
pengelolaan lilmbah yuang dilakukan (misalnya cairan dari
fasilitas pencucian atau dari kolam penampung darurat) sehingga
dapat penanganan sebelum dibuang ke lingkungan dapat
ditetapkan.
b. Fasilitas pencucian
1. Setiap pencucian peralatan atau perlengkapan yang digunakan
dalam kegiatan pengumpulan limbah B3 harus dilakukan di dalam
fasilitas pencucian. Fasilitas tersebut harus dilengkapi bak
penampung dengan kapasitas yang memadai dan harus kedap air.
2. Sebelum dapat dibuang ke lingkungan, maka terhadap cairan
dalam bak penampung tersebut harus dilakukan analisis
laboratorium guna memperoleh kepastian pemenuhan terhadap

13
baku mutu. Cairan dari bak penampung dapat dibuang ke
lingkungan sepanjang beban maksimum tidak dilampauinya.
3. Setiap kendaraan pengangkut yang akan meninggalkan lokasi
pengumpulan harus dibersihkan/dicuci terlebih dahulu, terutama
pada bagian-bagian yang diduga kuat terkontaminasi limbah B3
(misalnya bak kendaraan pengangkut, roda, dll).
c. Fasilitas untuk bongkar-muat
1. Fasilitas bongkar-muat harus dirancang sehingga memudahkan
kegiatan pemindahan limbah dari dan ke kendaraan pengangkut.
2. Lantai untuk kegiatan bongkar-muat harus kuat dan kedap air
serta dilengkapi dengan saluran pembuangan menuju bak
penampung untuk menjamin tidak ada tumpahan atau ceceran
limbah B3 yang lepas ke lingkungan.
d. Kolam penampungan darurat
1. Kolam penampungan darurat dimaksudkan untuk menampung
cairan atau bahan yang terkontaminasi oleh limbah B3 dalam
jumlah besar (misalnya cairan dari bekas pemakaian bahan
pemadam kebakaran, dll); Kep - 01/BAPEDAL/09/1995. 19/23.
2. Kolam penampung darurat harus dirancang kedap air dan mampu
menampung cairan/bahan yang terkontaminasi dalam jumlah
memadai.
e. Peralatan penanganan tumpahan
1. Pemilik atau operator harus memiliki dan mengoperasikan alatalat
atau bahan-bahan yang digunakan untuk mengumpulkan dan
membersihkan ceceran atau tumpahan limbah B3.
2. Bekas alat atau bahan pembersih tersebut, jika tidak dapat
digunakan kembali harus diperlakukan sebagai limbah B3.

2.3. Penanganan dan Pengurangan Bahaya


Volume atau sifat bahaya dari banyak bahan kimia dapat dikurangi melalui reaksi
yang dilakukan di dalam laboratorium. Sebenarnya, menyertakan reaksi tersebut sebagai
langkah akhir eksperimen sudah menjadi praktik yang semakin umum. Penonaktifan bahan

14
kimia sebagai bagian dari prosedur eksperimen bisa sangat menguntungkan secara ekonomis
karena kelebihan bahan dalam jumlah yang sedikit tidak perlu ditangani sebagai limbah
berbahaya.
2.3.1. Prosedur untuk Penanganan Kelebihan dan Limbah Bahan Kimia Skala
Laboratorium
Masalah perlindungan lingkungan, larangan tentang pembuangan limbah di
tempat pembuangan, serta akses terbatas ke pembuangan saluran telah mendorong
pengembangan strategi untuk mengurangi limbah berbahaya dari laboratorium.
Perlakuan dan deaktivasi produk dan produk sampingan skala kecil sebagai bagian
dari rencana eksperimen adalah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut di tingkat pekerja laboratorium. Tetapi, kecuali jika
ada pengurangan risiko secara signifi kan karena tindakan tersebut, mungkin hanya
sedikit manfaat dalam melakukan prosedur yang menghasilkan limbah jenis lain
dengan risiko dan tantangan pembuangan serupa. Selain itu, ada pertanyaan tentang
pengertian perlakuan “hukum” dalam laboratorium.
Kendati demikian, penanganan dalam laboratorium semacam itu sering kali
memiliki manfaat. Di bawah ini beberapa prosedur penggunaan umum pada skala
laboratorium. Prosedur tambahan dapat ditemukan dalam buku lain yang disebutkan di
akhir lampiran ini. Prosedur lebih khusus untuk penanganan laboratorium dapat
ditemukan di bagian eksperimen jurnal kimia dan dalam rangkaian publikasi seperti
Sintesis Organik.
Keselamatan harus menjadi pertimbangan pertama sebelum melakukan
prosedur apa pun berikutnya. Hanya ilmuwan atau ahli teknologi terlatih yang
memahami kimia dan bahaya yang terlibat yang boleh melakukan atau mengawasi
prosedur ini secara langsung. Kenakan perlindungan pribadi yang sesuai. Selain
netralisasi, prosedur ini dimaksudkan untuk diterapkan pada jumlah kecil, atau tidak
lebih dari beberapa ratus gram. Karena risiko cenderung bertambah seiring
meningkatnya skala, bahan kimia dalam jumlah besar hanya boleh diperlakukan dalam
kelompok kecil kecuali jika ahli kimia yang kompeten telah menunjukkan bahwa
prosedur tersebut dapat dinaikkan dengan aman. Orang yang menangani limbah harus
memastikan bahwa prosedur tersebut menghilangkan bahaya yang diatur sebelum

15
produk tersebut dibuang sebagai sampah tidak berbahaya. Selain itu, jika prosedur
menyebutkan pembuangan produk ke pipa drainase, maka strategi ini harus mematuhi
peraturan setempat.
Asam dan Basa
Sebagian besar laboratorium membuang asam dan basa, sehingga akan
paling hemat jika keduanya dikumpulkan secara terpisah kemudian dinetralkan
satu sama lain. Tetapi, karena produk reaksi sering kali dibuang pada pipa
drainase, penting untuk memastikan bahwa limbah berbahaya seperti ion logam
beracun tidak dibuang secara bersamaan. Jika diperlukan asam atau basa
tambahan, asam sulfat atau hidroklorat dan natrium atau magnesium hidroksida,
secara berturut-turut, dapat digunakan. Jika asam atau basa sangat pekat, cara
terbaik adalah melarutkannya dahulu dengan air dingin (menambahkan asam
atau basa ke air) hingga konsentrasinya di bawah 10%. Kemudian campurkan
asam dan basa, dan perlahan tambahkan air bila perlu untuk mendinginkan dan
melarutkan produk yang dinetralkan. Konsentrasi garam netral yang dibuang di
pipa drainase biasanya kurang dari 1%.
Tiol dan Sulfida
Tiol (merkaptan) dan sulfi da dalam jumlah kecil dapat dimusnahkan
dengan oksidasi pada asam sulfat dengan natrium hipoklorit. Jika terdapat
kelompok lain yang dapat dioksidasi dengan hipoklorit, maka jumlah reagen
yang digunakan harus ditingkatkan.
Asil Halida dan Anhidrida
Asil halida, sulfonil halida, dan anhidrida bereaksi langsung dengan air,
alkohol, dan amina. Bahan ini tidak boleh mengalami kontak dengan limbah
yang mengandung zat tersebut. Sebagian besar senyawa dalam kelas ini dapat
dihidrolisis menjadi produk yang dapat larut di dalam air dan memiliki toksisitas
rendah.
Aldehida
Banyak aldehida yang menyebabkan iritasi pada pernapasan, dan
beberapa di antaranya, seperti formaldehida dan akrolein, cukup beracun.

16
Terkadang oksidasi aldehida ke asam karboksilat terkait, yang biasanya tidak
begitu beracun dan tidak mudah menguap itu berguna.
Amina
Kalium permanganat yang diasamkan menguraikan amina aromatik
secara efi sien. Diasosiasi yang diikuti dengan protonasi hypophosphorous asam
merupakan metode untuk deaminasi amina aromatik, tetapi prosedur ini lebih
rumit daripada oksidasi.
2.3.2. Penanganan Bahan Kimia Laboratorium
Penanganan limbah meliputi perubahan karakter atau komposisi limbah secara
fisik, kimiawi, atau biologis. Tujuan penanganan ini adalah menetralkan limbah,
memulihkan energi atau sumber daya penting, atau membuat limbah menjadi tidak
berbahaya atau berkurang bahayanya.
Sebelum melakukan proses apa pun yang dapat dianggap sebagai penanganan,
pegawai laboratorium yang terlatih atau kantor kesehatan dan keselamatan lingkungan
di lembaga yang bertanggung jawab harus bertanya kepada badan setempat atau
nasional untuk mengklarifi kasi peraturan yang berlaku. Penanganan limbah skala
kecil di laboratorium tidak diperbolehkan di semua tempat. Kondisi-kondisi tertentu
yang memungkinkan dilakukannya penanganan tanpa izin biasanya meliputi berikut
ini:
 Penanganan di wadah pengumpulan.
 Penetralan dasar, atau pencampuran limbah asam dan alkali untuk membentuk
larutan garam. Pikirkan pertimbangan keselamatan, terutama penggunaan
larutan encer untuk menghindari pembentukan panas yang cepat.
 Penanganan produk sampingan eksperimen sebelum menjadi limbah.
Penanganan produk sampingan eksperimen berdasarkan asumsi bahwa bahan
belum dianggap sampah atau ditangani seperti sampah. Jangan lakukan
penanganan seperti itu selain di lokasi dihasilkannya produk sampingan
tersebut.
2.3.3. Pengurangan Limbah Multi-bahaya
Limbah multi-bahaya adalah limbah yang menimbulkan kombinasi bahaya
kimia, radioaktif, atau biologis. Pengelolaan limbah multi-bahaya sulit dan kompleks.

17
Misalnya, pembuangan limbah multi-bahaya yang meliputi bahan kimia berbahaya
dan bahan yang terkontaminasi mikroorganisme memerlukan standar khusus untuk
mencegah lepasnya bahan yang menyebabkan infeksi ke lingkungan.
Metode pengelolaan limbah secara selamat dan aman memerlukan komitmen
dari manajemen senior untuk mengembangkan dan mendukung program pengurangan
limbah. Beberapa peningkatan operasional sederhana bisa membantu mengurangi
limbah campuran. Misalnya, manajer laboratorium dapat :
a. Membeli bahan kimia dan bahan radioaktif dalam jumlah yang diperlukan untuk
eksperimen yang direncanakan untuk menghindari kelebihan bahan yang mungkin
akhirnya akan menjadi limbah.
b. Menetapkan prosedur yang akan mencegah bercampurnya limbah radioaktif
dengan bahan yang tidak terkontaminasi dan sampah.
c. Mempertimbangkan untuk mengganti bahan kimia atau sumber radio aktif limbah
campuran dengan bahan yang kurang berbahaya.

2.4. Opsi Pembuangan


a. Insinerasi
Insinerasi adalah metode pembuangan limbah laboratorium yang umum.
Insinerasi biasanya dilakukan di oven berputar pada suhu tinggi (649-760°C). Teknologi
ini sepenuhnya menghancurkan sebagian besar bahan organik dan secara signifi kan
mengurangi residu bahan yang harus dibuang di tempat sampah. Namun, opsi ini mahal
karena memerlukan volume bahan bakar yang banyak untuk mencapai suhu yang
diperlukan. Selain itu, beberapa bahan, seperti merkuri dan garam merkuri, mungkin
tidak dapat diinsinerasi karena peraturan dan pembatasan kemampuan penghancurannya.
b. Pembuangan di Pipa Drainase
Pembuangan di sistem drainase (melewati pipa pembuangan) dulunya umum
dilakukan, tetapi praktik ini telah sangat berubah. Banyak fasilitas laboratorium industri
dan akademik telah sepenuhnya meniadakan pembuangan ke saluran drainase. Sebagian
besar pembuangan ke saluran drainase dikendalikan secara lokal, dan sebaiknya
konsultasikan dengan fasilitas drainase setempat untuk mengetahui apa saja yang

18
diperbolehkan. Pertimbangkan pembuangan sebagian bahan limbah kimia di pipa
drainase jika fasilitas drainase memperbolehkannya.
Bahan kimia yang mungkin diizinkan untuk dibuang di pipa drainase meliputi
larutan air yang terurai secara alami dan larutan toksisitas rendah dari zat-zat anorganik.
Cairan mudah terbakar yang tercampur air sering kali dilarang untuk dibuang di sistem
drainase. Bahan kimia bercampur air tidak boleh masuk ke saluran drainase.
Buang limbah yang tepat di saluran drainase yang mengalir ke fasilitas drainase,
tidak ke sistem pembuangan air hujan (storm drain) atau septik (kakus). Alirkan limbah
dengan air yang jumlah seratus kali lebih banyak. Periksa secara berkala apakah saluran
keluar air limbah di laboratorium tidak melebihi batas konsentrasi.
c. Pelepasan ke Atmosfer
Pelepasan uap ke atmosfer, seperti melalui saluran keluar evaporasi atau tudung
asap yang terbuka, bukan metode pembuangan yang diperbolehkan. Pasang perangkat
perangkap yang tepat di semua alat untuk pengoperasian yang diperkirakan akan
melepaskan uap.
Tudung asap dirancang sebagai perangkat pengaman untuk menjauhkan uap dari
laboratorium jika terjadi keadaan darurat, tidak sebagai sarana rutin untuk membuang
limbah yang menguap. Sebagian laboratorium memiliki unit yang berisi fi lter penyerap,
tetapi kapasitas serapnya terbatas. Pengaturan arah tudung asap ke perangkat perangkap
biasa bisa sepenuhnya meniadakan pelepasan uap ke atmosfer.
d. Pembuangan Limbah yang Tidak Berbahaya
Jika aman dan diperbolehkan oleh peraturan setempat, pembuangan sampah yang
tidak berbahaya melalui cara pembuangan sampah biasa atau saluran drainase bisa
sangat mengurangi biaya pembuangan. Namun, ada banyak risiko yang terkait dengan
bahanbahan yang mungkin tidak dilabeli atau diuraikan secara benar. Selain itu,
peraturan setempat mungkin membatasi pembuangan limbah di sistem perkotaan.
Periksalah peraturan dan ketentuan kewenangan manajemen limbah padat
setempat. Kembangkan daftar bahan limbah yang dapat dibuang dengan aman dan sah di
tempat pembuangan biasa. Limbah biasa yang tidak ditetapkan sebagai berbahaya oleh
aturan meliputi garam tertentu (msl, kalium klorida, natrium karbonat), berbagai produk
alami (msl, gula, asam amino), dan bahan lembam yang digunakan di laboratorium (msl,

19
resin dan gel kromatografi yang tidak terkontaminasi). Di beberapa tempat, vendor
limbah berbahaya mungkin membantu pembuangan bahan lembam.
e. Pembuangan Limbah Di Luar Laboratorium
Tujuan akhir limbah mungkin fasilitas pengolahan, penyimpanan, dan
pembuangan. Di sinilah limbah ditampung, diolah (biasanya melalui aksi kimiawi atau
insinerasi), atau langsung dibuang. Meskipun limbah telah meninggalkan laboratorium,
laboratorium tetap bertanggung jawab atas nasib jangka panjang limbah tersebut.
Laboratorium harus benar-benar mempercayai dan mengandalkan fasilitas pembuangan,
serta pengangkut yang membawa limbah ke fasilitas.
f. Pembuangan Limbah Kimia Yang Perlu Diperhatikan (COC)
Akhir masa pakai bahan kimia yang perlu diperhatikan (COC) adalah pada saat
dipakai dalam proses di laboratorium atau saat dibuang. Kembangkan dan terapkan
program pembuangan bahan kimia yang meliputi langkah-langkah berikut ini :
 Pastikan fasilitas atau proses pembuangan tersedia untuk COC.
 Kembangkan prosedur yang menguraikan – bagaimana cara mengumpulkan dan
menyimpan limbah dengan aman; – bagaimana limbah akan dikeluarkan dari
laboratorium; dan – bagaimana cara pekerja laboratorium memberi tahu petugas
keselamatan dan keamanan kimia (CSSO) jika mereka memiliki bahan yang
tidak diinginkan yang akan dibuang.
 Selalu lakukan pencatatan untuk memenuhi ketentuan peraturan yang meliputi,
setidaknya, tanggal pembuangan, jumlah yang dibuang, dan metode
pembuangan.
 Simpan catatan pembuangan seluruhnya atau sesuai dengan ketentuan peraturan.

2.5. Evaluasi Pengolahan Limbah Laboratorium di SMAN Sumatera Selatan


Di laboratorium SMAN Sumatera Selatan, untuk bahan kimia yang digunakan pada
botol ataupun wadahnya sudah terdapat gambar B3. Sehingga hal ini dapat memudahkan
dalam pemilahan untuk pembuangan limbah setelah digunakan.

20
 Di laboratorium SMAN Sumatera selatan, untuk pembuangan limbah kimia cair
biasanya dimasukkan ke dalam jerigen.

 Di laboratorium SMAN Sumatera selatan, untuk pembuangan sampah biasanya


dimasukkan ke dalam tong sampah berdasarkan sifat organik maupun anorganik.

21
 Di laboratorium SMAN Sumatera selatan, untuk pencucian peralatan setelah
digunakan, biasanya di cuci di wastafel.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan.
2. Limbah berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan dibedakan menajdi limbah padat,
cair, gas dan B3.
3. Pembuangan limbah cair di laboratorium kimia SMAN Sumatera Selatan biasanya
ditampung di dalam jerigen terlebih dahulu.
4. Pembuangan limbah padat di laboratorium kimia SMAN Sumatera Selatan biasanya
dibuang di kotak sampah yang dipisahkan menjadi sampah organik dan non organik.

3.2 Saran
Perlu adanya perhatian lebih lanjut untuk pembuangan limbah hasil praktikum di
laboratorium kimia, khususnya di laboratorium kimia SMAN Sumatera Selatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Moran, L dan Tina, M. 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia. Washington
DC: National Research Council.
Ramadhani, 2020. Pengelolaan Laboratorium. Yayasan Yiesa Rich Jl. Bima, Kecamatan :
Sawangan, Kelurahan Bedahan Depok Jawa Barat.
Ropika, Z, dkk. 2018. Makalah Pengelolaan Laboratorium Kimia Sekolah, Pengolahan Limbah.
https://www.scribd.com/document/378650003/Pengolahan-Limbah-Identifikasi-
Pengumpulan-Dan-Penyimpanan-Limbah-Kelompok-11 (Diakses pada Tanggal 4 April
2022).

24

Anda mungkin juga menyukai