Penerbit
TAMAN KARYA
Anggota IKAPI
i
Buku Ajar
Penulis
Alfin Surya, M.Si
Tata Letak
Alfin Surya, M.Si
Editor
Harni Sepryani, M.Si
Rosa Devitria, M.Si
Disaen Cover
Hendra Yani
Cetakan I
Maret 2020
Penerbit:
TAMAN KARYA
Anggota IKAPI
banghendra51@yahoo.com
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 5. UJI TOKSISITAS ...................................... 47
A. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ......... 48
B. Larva Udang (Artemia salina L.) .............. 48
C. Cara Penetasan Udang ............................... 52
D. Uji Toksisitas ............................................. 52
E. Nilai LC50 Ekstrak Etil Asetat dan Metanol
Pada Uji Toksisitas...................................... 53
GLOSARIUM .......................................................... 59
INDEKS ................................................................... 61
SINOPSIS ............................................................... 62
v
BAB 1. PENDAHULUAN
Tujuan
Kriteria penilaian
1
Sub Pokok Bahasan
1. Latar Belakang
2. Hasil Penelitian Sebelumnya
Uraian Materi
A. Latar Belakang
2
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena di duga dapat
menimbulkan penyakit kanker (carcinigen agent). Oleh
karena itu, perlu dicari alternatif lain yang berasal dari
bahan alam (Barus, 2009).
Suatu bahan alam yang mengandung senyawa yang
bersifat sebagai antikanker dapat dideteksi dengan
melakukan uji pendahuluan yaitu uji toksisitas, salah satu
metode dalam uji Toksisitas adalah Metode uji BSLT yang
merupakan metode yang banyak digunakan sebagai langkah
awal pencarian senyawa antikanker baru. Hasil uji toksisitas
dengan metode tersebut telah terbukti memiliki korelasi
dengan daya sitotoksik senyawa antikanker. dan dapat
menunjukkan adanya korelasi terhadap suatu spesifik anti
kanker (Nurhayati, dkk., 2009).
3
flavonoid yang dikandung oleh kulit jengkol itu sendiri
dengan melakukan metode ekstraksi maserasi menggunakan
pelarut metanol (Hutauruk, 2010).
Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai
antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid,
fenolik dan alkaloid. Senyawa flavonoid dan polifenol
bersifat antioksidan, antikanker, antiseptik, dan
antiinflamasi.
Daftar Pustaka
1. Barus, P., Pemanfaatan Bahan Pengawet dan
Antioksidan Alami pada Industri Bahan Makanan,
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Ilmu Kimia Analitik pada Fakultas
MIPA diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka
Universitas Sumatera Utara 3 Oktober 2009.
4
5. Nurussakinah, 2010. Skrinning Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman
Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain)
Terhadap Bakteri Streptococcus mutans,
Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli, Skripsi,
Fakultas Farmasi, USU, Medan
Rangkuman
5
Evaluasi
Petunjuk : Pilihlah A, B, C, D dan E Yang dianggap paling
benar.
SOAL.
Kunci Jawaban :
1. D
2. B
3. D
4. B
5. C
7
BAB 2. EKSTRAKSI SAMPEL
Tujuan
Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa dapat
menjelaskan bahwa ekstraksi bertujuan untuk melarutkan
senyawa-senyawa yang terdapat dalam jaringan tanaman ke
dalam pelarut yang dipakai.
Kriteria Penilaian
8
Sub Pokok Bahasan
Uraian Materi
E
kstraksi merupakan Pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut yang lain. Sedangkan Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan
tujuan ekstraksi :
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk
diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur
yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
9
modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa
kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau
saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari
senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat
digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat
diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia
atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok
senyawa kimia tertentu
3. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan
sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya
dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya
adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih
secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan
aktivitas biologi khusus.
4. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel
tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di
luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
10
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di
dalam dan di luar sel.
b. Metode Soxhletasi
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu
komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.
Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah
dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara
teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu
dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi
tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada
labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator
11
sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu
campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada
suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan
pelarut yang diinginkan.
c. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan
jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada
simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya
zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler
yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya
kapiler dan daya geseran (friksi).
2. Ekstraksi secara panas
a. Metode refluks
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik
adalah refluks, metode ini digunakan apabila dalam sintesis
tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini
jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
12
sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode
refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap
akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak
ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada
senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik
karena sifatnya reaktif.
C. Prinsip-Prinsip Ekstraksi
13
1. Prinsip Maserasi :
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung
dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan. ·
2. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian
simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari
akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan
oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
14
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.
Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
3. Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan
cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang
telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari
telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di
sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau
sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
4. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan
cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-
sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
15
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali
setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan. ·
5. Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia
dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan
dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu
sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang
terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang
telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air
dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah,
dan akan memisah antara air dan minyak atsiri. ·
D. Cara Kerja Maserasi
16
2. Mengunakan Pelarut Etil Asetat (semi polar)
Sisa dari ekstrak pelarut non polar diekstrak kembali
selama 1, 2 dan 3 hari menggunakan etil asetat pa sebanyak
100 mL lalu disaring (filtrat 2).
E. Hasil
Hasil Dari pengeringan dari setiap vial adalah sebagai
berikut :
Ekstrak 24 jam (g) 48 jam (g) 72 jam (g)
n Heksan 0,035 0,025 0,04
Etil asetat 0,03 0,02 0,03
Metanol 0,065 0,058 0,06
17
Daftar Pustaka
18
Rangkuman
Evaluasi
Petunjuk
Pilihlah A, B, C, D dan E Yang dianggap paling benar.
SOAL.
1. Berikut ini merupakan jenis-jenis ektsraksi adalah
kecuali ?
A. Maserasi
B. Perkolasi
C. Dialisis
D. Soxhletasi
E. Refluks
Kunci Jawaban :
1. C 2. C 3. B 4. C 5. B
20
BAB 3. UJI FITOKIMIA
Tujuan
Kriteria penilaian
21
Sub Pokok Bahasan
Uraian Materi
U
ji fitokimia merupakan salah satu langkah
penting dalam upaya mengungkap potensi
metabolic sekunder dari sumber daya tumbuhan
obat sebagai antibiotik, antioksidan, dan antikanker serta
antidiabetes.
B. Jenis-jenis Uji Fitokimia dan cara kerjanya
a. Uji Alkaloid
Ekstrak kulit buah nanas ditimbang sebanyak 5 mg
lalu dilarutkan menggunakan 5 mL DMSO.Sebanyak 0.5
mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 5 mL larutan kloroform beramoniak 0.05 M
lalu diaduk. Tambahkan 1 mL H2SO4 2 N kedalam tabung
reaksi, kocok selama 2 menit, biarkan hingga terbentuk dua
lapisan dan terjadi pemisahan. Diambil lapisan asam dan
ditambahkan 1-2 tetes pereaksi Meyer atau pereaksi
Dragengorff, jika terbentuk endapan putih dengan pereaksi
22
Meyer atau warna jingga dengan pereaksi Dragendorff
menunjukan hasil yang positif untuk alkaloid.
b. Uji Flavonoid
Beberapa tetes ekstrak pada plat tetes ditambahkan
1-2 butir logam Mg dan beberapa tetes HCl pekat.
Terjadinya warna jingga / merah muda/ merah menandakan
adanya flavonoid.
d. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 mL ekstrak dimasukkan dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan 2-4 tetes aquades lalu dikocok.
Apabila terbentuk busa yang bertahan selama 5 menit,
berarti positif adanya saponin.
23
Tabel 3.1 Hasil Uji Fitokimia
No Jenis Ekstrak Senyawa Hasil Keterangan
Flavonoid Larutan -
1 Heksan bening
Fenolik Kuning -
Flavonoid Hijau +
2. Etil Asetat
Fenolik Kuning -
Flavonoid Merah +
3 Metanol
Fenolik Hijau +
pekat
kehitaman
Ket : Positif (+) Mengandung Flavonoid dan Fenolik/Tanin
Negatif (-) Tidak Mengandung Flavonoid dan Fenolik/Tanin
24
Penambahan serbuk magnesium dan asam klorida
pada pengujian flavonoid akan menyebabkan tereduksinya
senyawa flavonoid yang ada sehingga menimbulkan reaksi
warna merah yang merupakan ciri adanya flavonoid
(Robinson, 1995). Pada pengujian flavonoid, negatif pada
ekstrak heksana karena serbuk magnesium tidak
memberikan reaksi reduksi senyawa flavonoid sehingga
larutan uji tidak memberikan perubahan warna. Berbeda
pada ekstrak etil asetat dan metanol memberikan hijau dan
merah menunjukan adanya senyawa flavonoid.
Pereaksi besi (III) klorida digunakan secara luas
untuk mengidentifikasi senyawa fenol /polifenol/tanin.
Pengujian polifenol/tanin dilakukan dengan melakukan
penambahan FeCl3 10% diperkirakan akan menimbulkan
warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan.
Perubahan warna terjadi dengan penambahan FeCl3 dimana
terbentuk warna hijau tua karena adanya gugus hidroksil
yang ada pada senyawa tanin/fenol (Artini, dkk. 2013)
Rangkuman
26
Evaluasi
Petunjuk
Pilihlah A, B, C, D dan E Yang dianggap paling benar.
SOAL.
27
A. Fe
B. Mg
C. H2SO4
D. FeCl3
E. KCl
Kunci jawaban :
1. D
2. A
3. B
4. B
5. A
28
BAB 4. ANTIOKSIDAN
Tujuan
Kriteria penilaian
29
Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian Antioksidan
2. Radikal Bebas
3. Prinsip Kerja metode DPPH
4. Cara Kerja metode DPPH
5. Hasil Pengukuran IC50
Uraian Materi
A. Pengertian Antioksidan
A
ntioksidan adalah zat kimia yang memperlambat
atau menghambat kerusakan yang disebabkan
oleh oksidasi (Chang et al., 2007). Antioksidan
merupakan senyawa penting dalam menjaga kesehatan
tubuh karena berfungsi sebagai benteng yang dapat
mencegah serangan berbagai penyakit.
Arti khusus antioksidan merupakan zat yang dapat
menunda, memperlambat atau mencegah terjadinya reaksi
autooksidasi radikal bebas. Berdasarkan fungsinya
antioksidan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
antioksidan primer dan antioksidan sekunder (Winarsi,
2007).
30
Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah zat yang berfungsi untuk
mencegah reaksi berantai pembentukan radikal bebas
dengan cara melepaskan atau memberikan atom hidrogen.
Di dalam tubuh, antioksidan yang sangat terkenal adalah
enzim superoksida dismutase (SOD), enzim ini sangat
penting karena dapat melindungi sel-sel dalam tubuh akibat
serangan radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).
Antikoksidan yang baik akan beraksi dengan radikal
asam lemak segera setelah senyawa tersebut terbentuk.
Mekanisme kerja serta kemampuan dari berbagai
antioksidan yang sangat bervariasi. Kombinasi beberapa
jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik
(sinergis) terhadap oksidasi dibanding dengan satu jenis
antioksidan saja. Asam askorbat seringkali dicampur dengan
antioksidan yang merupakan senyawa fenolik untuk
mencegah reaksi oksidasi lemak. Tanaman yang banyak
menghasilkan antioksidan adalah brokoli, bayam, sawi dan
hasil olahan seperti tempe (Kumalaningsih, 2006).
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi
mencegah kerja prooksidan. Prooksidan adalah senyawa
yang dapat mengkatalisis terjadinya oksidasi seperti Cu, Fe
31
Kerja sistem antioksidan sekunder yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
dengan cara menangkapnya, akibatnya radikal bebas tidak
bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder
meliputi vitamin E, vitamin C, dan flavonoid. Vitamin C
banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan sehingga
untuk memperolehnya diperlukan asupan sayuran dan buah-
buahan dalam jumlah tinggi (Lampe, 1999)
B. Radikal Bebas
Radikal bebas didefenisikan sebagai
atom/molekul/senyawa yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas cenderung
untuk bereaksi dengan molekul sel tubuh. Kemudian
menimbulkan senyawa tidak normal (radikal bebas baru
yang lebih reaktif) dan memulai reaksi berantai yang dapat
merusak sel-sel penting. Contoh radikal bebas adalah
superoksida dan hidroksil (Winarsi, 2007).Radikal bebas
juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang sebenarnya
bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal
bebas hidrogen peroksida (H2O2), ozon dan lain-lain
(Winarsi, 2007). Radikal bebas dapat bereaksi dengan
molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul
tersebut. Senyawa radikal bebas dalam tubuh dapat merusak
asam lemak tak jenuh pada membran sel akibatnya dinding
32
sel menjadi rapuh. Serta memicu terbentuknya radikal bebas
yang mempengaruhi proses penuaan dan penyakit jantung
koroner (Sadikin, 2001). Senyawa radikal bebas juga
berpotensi merusak basa DNA sehingga mengacaukan
sistem informasi genetik dan berlanjut pada pembentukan
sel kanker, kerusakan molekul protein oleh senyawa
oksigen reaktif akan menimbulkan penyakit katarak
(Winarsi, 2007).
33
NO2 NO2
AH
(antioksidan)
O2N N* N O2N NH N
NO2 NO2
R*
DPPH* DPPHH
ungu kuning
Gambar 4.1 Reaksi DPPH dengan Antioksidan
Dalam analisis, metode DPPH ini dilakukan dengan
mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm
dan selanjutnya aktivitas antioksidan akan dihitung sebagai
persentase inhibisi terhadap DPPH (Rohman, A, 2005) :
Senyawa antioksidan mempunyai sifat yang relatif
stabil dalam bentuk radikalnya. Senyawa-senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan dapat diprediksi dari
golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid, yang merupakan
senyawa-senyawa polar. Aktivitas antioksidan merupakan
kemampuan suatu senyawa atau ekstrak untuk menghambat
reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan persen
penghambatan.
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas
antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau efficient
concentration (EC50) atau Inhibition Concentration (IC50)
yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau
34
konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan
persentase (%) penghambatan 50%. (Rohman, 2005).
% Hambatan = x 100
Keterangan :
A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
A sampel = Absorbansi sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata2
DPPH +MeOH 0.459 0.452 0.442 0.446 0.448 0.456 0.455 0.441 0.452 0.45011 Abs.DPPH
MeOH 0.084 0.081 0.083 0.081 0.086 0.077 0.079 0.079 0.08 0.08111 0.3690
36
1000 6.9078 0.276 0.273 0.279 0.276 0.1949 47.185
500 6.2146 0.304 0.306 0.306 0.305 0.2242 39.235
Etil asetat 1 250 5.5215 0.338 0.339 0.343 0.34 0.2589 29.84 1279.2719
125 4.8283 0.362 0.366 0.369 0.366 0.2846 22.885
62.5 4.1352 0.409 0.402 0.399 0.403 0.3222 12.677
31.25 3.442 0.429 0.423 0.424 0.425 0.3442 6.7148
20 Series1
10 Linear (Series1)
0
-10 0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
37
Grafik Perendaman 1 hari dengan etil asetat
50
40 y = 11.91x - 35.211
R² = 0.9969
% Inhibisi
30
20 Series1
10 Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
60
Series1
40
Linear (Series1)
20
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
38
e.2. Pengukuran absorbansi sampel hasil perendaman 2 hari
pada setiap pelarut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata2
DPPH +MeOH 0.487 0.49 0.486 0.496 0.492 0.492 0.491 0.496 0.448 0.48622 Abs.DPPH
MeOH 0.116 0.12 0.115 0.118 0.112 0.113 0.116 0.114 0.125 0.11633 0.3699
39
Grafik Perendaman 2 hari dengan heksan
50
40 y = 11.893x - 34.718
% Inhibisi
30 R² = 0.9965
20 Series1
10
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
80 R² = 0.9915
60
40 Series1
20 Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
80
60
Series1
40
20 Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
40
e.3. Pengukuran absorbansi sampel hasil perendaman 3 hari
pada setiap pelarut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata2
DPPH
+MeOH 0.467 0.478 0.471 0.475 0.373 0.366 0.476 0.475 0.443 0.447111 Abs.DPPH
MeOH 0.073 0.072 0.081 0.077 0.077 0.073 0.075 0.071 0.1 0.077667 0.3694
41
Grafik Perendaman 3 hari dengan heksan
60
y = 13.305x - 42.567
% Inhibisi
40 R² = 0.9988
20 Series1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
R² = 0.9914
50
Series1
0 Linear (Series1)
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
60
Series1
40
20 Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
42
Contoh Perhitungan IC50 Untuk pelarut metanol
perendaman 3 hari :
60
Series1
40
Linear (Series1)
20
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi
43
Daftar Pustaka
44
Rangkuman :
Ekstrak heksan :
Perendaman 1 hari = 2688,046 ppm
Perendaman 2 hari = 1240,6908 ppm
Perendaman 3 Hari = 1050,4143 ppm
Ekstrak etil asetat :
Perendaman 1 hari = 1279,2719 ppm
Perendaman 2 hari = 131,7651 ppm
Perendaman 3 Hari = 64,6695 ppm
Ekstrak Metanol :
Perendaman 1 hari = 51,1387 ppm
Perendaman 2 hari = 40,2855 ppm
Perendaman 3 Hari = 22,5788 ppm
SOAL.
Tabel : 1
Tabel : 2
Jawaban :
46
BAB 5. UJI TOKSISITAS
Tujuan
Kriteria penilaian
49
Brine shrimp memiliki klasifikasi sebagai berikut (Meyer,
dkk. 2010) :
Kerajaan : Animalia
Divisi : Arthropoda
Subdivisi : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Bangsa : Anostraca
Suku : Artemiidae
Marga : Artemia L.
Jenis : Artemia salina Leach
50
Hewan ini dapat tumbuh dan berkembang pada air
garam. Larutan air garam dapat dibuat dengan melarutkan
30 g garam ke dalam 1L air. Banyak orang menggunakan
garam biasa untuk membuat medianya tanpa adanya
penambahan iodium dan zat kimia lainnya karena dapat
memperburuk pertumbuhannya. Air lautmerupakan media
pertumbuhannya yang lebih baik. Pembiakan Artemia salina
dapat dilakukan melalui perkawinan antara Artemia salina
jantan dan betina, tetapi Artemia salina juga dapat
berkembangbiak tanpa perkawinan. Artemia salina betina
dapat mempunyai keturunan sekitar 300 setiap 4 hari.
Makanan Artemia salina berupa bubuk alga ataupun ragi
(Woo, 2013).
Dalam pemeliharaan Artemia salina makanan yang
diberikan adalah: katul, padi, tepung beras, tepung terigu,
tepung kedelai dan ragi Artemia hanya dapat menelan
makanan yang berukuran kecil yaitu kurang dari 50 mikron.
Apabila makanan lebih besar dari ukuran itu, makanan tidak
akan tertelan karena Artemia mengambil makanan dengan
jalan menelannya bulat–bulat. Makanan yang akan ditelan
itu dikumpulkan dulu ke depan mulut dengan menggerak
gerakkan kakinya. Gerakan kaki dilakukan terus-menerus
hingga makanan akan terus bergerak masuk ke dalam
mulutnya. Selain untuk mengambil makanan, kakinya
51
berfungsi sebagai alat untuk bergerak dan bernafas (Woo,
2013).
10 1 10 3.72
1. Etil Asetat 100 2 30 4.48 467
1000 3 60 5.25
10 1 17 4,05
2. Metanol 100 2 43 4,82 126
1000 3 80 5,84
53
Log Konsentrasi vs Probit
kematian larva dengan ekstrak
etil asetat
6
y = 0.765x + 2.9533
4 R² = 1
Probit
2 Series1
Linear (Series1)
0
0 1 2 3 4
Log Konsentrasi
y = 0,765x + 2,953
5 = 0,765x + 2,953
0,765x = 5 – 2,953
0,765x = 2,047
x = 2,67
LC50 = anti log 2,67 = 467 ppm
5
Series1
0
Linear (Series1)
0 1 2 3 4
Log Konsentrasi
54
y = 0,895x +3,113
5 = 0,895x + 3,113
0,895x = 5 –3,113
0,895x =1,887
x = 2,1
LC50 = anti log 2,1 = 126 ppm
Daftar Pustaka
55
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan :
1. Dari uji toksisitas dari sampel ekstrak etil asetat
kulit buah jengkol didapatkan nilai LC50 = 467 ppm
2. Dari uji toksisitas dari sampel ekstrak sampel kulit
buah jengkol didapatkan nilai LC50 = 126 ppm
3. Berdasarkan tabel nilai probit LC50 tentang tingkat
toksit suatu sampel dikategorikan toksit untuk
pelarut etil asetat dan kategori sangat toksit untuk
pelarut metanol.
10 1 15
1. X 100 2 20
1000 3 40
10 1 25
2. Y 100 2 56
1000 3 70
56
Jawab :
10 1 15 3.96
1. X 100 2 20 4.16 2.964
1000 3 45 4.87
10 1 25 4.33
2. Y 100 2 56 5.15 200
1000 3 70 5.52
2. Sampel X
y = 0.455x + 3.42
4 R² = 0.9052
2 Series1
Linear (Series1)
0
0 1 2 3 4
log konsentrasi
Y = 0,455x + 3,42
5 = 0,455x + 3,42
0,455x = 5 - 3,42
x = 3,472
LC50 = anti log 3,472 = 2,964 ppm
57
Sampel Y
3 y = 0.595x + 3.81
R² = 0.9545 Series1
2
1 Linear (Series1)
0
0 1 2 3 4
log konsentrasi
Y = 0,595 x + 3,81
5 = 0,595 x + 3,81
0,595 x = 5 – 3,81
x=2
LC50 = anti log 2 = 100 ppm
58
GLOSARIUM
59
Filtrat Zat yg bisa larut / bisa melewati penyaringan.
60
INDEKS
61
SINOPSIS.
62