Anda di halaman 1dari 68

Buku Ajar

Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Terhadap


Artemia Salina dari Ekstrak Kulit Jengkol

Alfin Surya, M.Si

Penerbit
TAMAN KARYA
Anggota IKAPI

i
Buku Ajar

Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Terhadap


Artemia Salina dari Ekstrak Kulit Jengkol

Penulis
Alfin Surya, M.Si

Tata Letak
Alfin Surya, M.Si

Editor
Harni Sepryani, M.Si
Rosa Devitria, M.Si

Disaen Cover
Hendra Yani

Cetakan I
Maret 2020

Penerbit:
TAMAN KARYA
Anggota IKAPI
banghendra51@yahoo.com

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh buku tanpa izin tertulis dari Penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat ilmu pengetahuan dan
kesempatan pengembangan ilmu pengetahuan tersebut,
maka disusunlah buku ajar ini yang merupakan hasil
penelitian hibah PDP pendanaan tahun 2017 dan 2018
adapun hasil penelitian tersebut saya tuangkan sebagai buku
pengantar mata kuliah Kimia Organik. Buku ini diperlukan
sekali untuk mendukung materi perkuliahan yang diberikan
pada mata kuliah Kimia Organik. Buku ini disesuaikan
dengan silabus mata kuliah Kimia Organik jurusan Analis
Kesehatan standart PUSAT PENDIDIKAN TENAGA
KESEHATAN 2035 dan sudah sesuai dengan VISI DAN
MISI PRODI D III ANALISIS KESEHATAN FAJAR
PEKANBARU.
Buku ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami materi perkuliahan dan materi pratikum
yang telah diberikan. Untuk penyempurnaan buku ini, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Terakhir
diharapkan buku ini dapat dimanfaatkan demi kemajuan
ilmu Analisis Kesehatan khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................... 1
A. Latar Belakang ............................................ 2
B. Hasil Penelitian Sebelumnya ...................... 3
BAB 2. EKSTRAKSI SAMPEL ............................. 8
A. Pengertian Ekstraksi dan Tujuan Ekstraksi.. 9
B. Jenis - Jenis Ekstraksi ................................. 11
C. Prinsip-Prinsip Ekstraksi ............................ 13
D. Cara Kerja Maserasi .................................. 16
E. Hasil ........................................................... 17
BAB 3. UJI FITOKIMIA ........................................ 21
A.Pengertian dan Tujuan Uji Fitokimia ......... 22
B.Jenis-jenis Uji Fitokimia dan cara kerjanya 22
C. Hasil Uji Fitokimia sampel ekstrak dan
Pembahasan ............................................... 23
BAB 4. ANTIOKSIDAN …….…………………... 29
A. Pengertian Antioksidan ........................... 30
B. Radikal Bebas ………………………....... 32
C. Prinsip Kerja metode DPPH .................... 33
D. Cara Kerja metode DPPH ....................... 35
E. Pengukuran dan Hasil IC50 ................................ 36

iv
BAB 5. UJI TOKSISITAS ...................................... 47
A. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ......... 48
B. Larva Udang (Artemia salina L.) .............. 48
C. Cara Penetasan Udang ............................... 52
D. Uji Toksisitas ............................................. 52
E. Nilai LC50 Ekstrak Etil Asetat dan Metanol
Pada Uji Toksisitas...................................... 53
GLOSARIUM .......................................................... 59
INDEKS ................................................................... 61
SINOPSIS ............................................................... 62

v
BAB 1. PENDAHULUAN

Tujuan

Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa dapat


menjelaskan alternative dalam mendapatkan potensi sebagai
antioksidan dan mencari obat antikanker yang bersifat
alami sehingga dibutuhkan dalam kehidupan.

Kriteria penilaian

1. Mahasiswa mampu memahami untuk terciptanya


lingkungan yang bersih dan sehat dengan suatu inovasi
dalam memanfaatkan bahan yang tidak berharga
menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomis.
2. Mahasiswa mampu memahami untuk mengurangi
jumlah sampah-sampah atau limbah yang berserakan
dilingkungan yang mengganggu keasrian lingkungan
3. Mahasiswa mampu menyebutkan senyawa-senyawa
yang berpotensi sebagai antioksidan sintetis dan alami.

Kompetensi yang diharapkan

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu


memahami serta menjelaskan akan potensi dari kulit jengkol
berdasarkan penelitian sebelumnya.

1
Sub Pokok Bahasan

1. Latar Belakang
2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Uraian Materi

A. Latar Belakang

K ulit Jengkol (Pithecellobium jiringa) selama ini


tergolong limbah organik yang berserakan di
pasar tradisional dan tidak memberikan nilai
ekonomis. Sampah organik ini mengotori lingkungan dan
parahnya turut memberi kontribusi pada banjir yang terjadi
di daerah Medan (Hutasuhut, 13 Maret 2012). Tidak hanya
di Propinsi Sumatera Utara, di Propinsi lain juga sampah
organik ini tidak dimanfaatkan. Bahkan pemerintah daerah
Pontianak mengeluarkan peraturan sangsi kepada
masyarakat yang membuang kulit jengkol sembarangan
(Lay, 6 Maret 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa
perhatian akan kulit jengkol masih sangat kurang, terbukti
dengan dikategorikannya menjadi sampah organik yang
mengganggu.
Pada saat ini penggunaan antioksidan sintetis, seperti
BHT (Butylated Hydroxytoluene), BHA (Butylated
Hydroxyanisole), TBHQ (Tertier Butylated
Hydroxyanisole), tidak direkomendasikan oleh Badan

2
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena di duga dapat
menimbulkan penyakit kanker (carcinigen agent). Oleh
karena itu, perlu dicari alternatif lain yang berasal dari
bahan alam (Barus, 2009).
Suatu bahan alam yang mengandung senyawa yang
bersifat sebagai antikanker dapat dideteksi dengan
melakukan uji pendahuluan yaitu uji toksisitas, salah satu
metode dalam uji Toksisitas adalah Metode uji BSLT yang
merupakan metode yang banyak digunakan sebagai langkah
awal pencarian senyawa antikanker baru. Hasil uji toksisitas
dengan metode tersebut telah terbukti memiliki korelasi
dengan daya sitotoksik senyawa antikanker. dan dapat
menunjukkan adanya korelasi terhadap suatu spesifik anti
kanker (Nurhayati, dkk., 2009).

B. Hasil Penelitian Sebelumnya


Sebenarnya sudah ada penelitian yang dilakukan
terhadap jengkol maupun kulitnya. Para peneliti mencoba
memanfaatkan kandungan dalam jengkol maupun kulitnya
untuk digunakan dalam kehidupan.
Pada Penelitian sebelumnya kulit jengkol dapat
dimanfaatkan sebagai antibakteri terhadap Streptococcus
mutans, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli
(Nurussakinah, 2010). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Hutauruk pada tahun 2010 adalah tentang isolasi senyawa

3
flavonoid yang dikandung oleh kulit jengkol itu sendiri
dengan melakukan metode ekstraksi maserasi menggunakan
pelarut metanol (Hutauruk, 2010).
Senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai
antioksidan umumnya merupakan senyawa flavonoid,
fenolik dan alkaloid. Senyawa flavonoid dan polifenol
bersifat antioksidan, antikanker, antiseptik, dan
antiinflamasi.

Daftar Pustaka
1. Barus, P., Pemanfaatan Bahan Pengawet dan
Antioksidan Alami pada Industri Bahan Makanan,
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Ilmu Kimia Analitik pada Fakultas
MIPA diucapkan di Hadapan Rapat Terbuka
Universitas Sumatera Utara 3 Oktober 2009.

2. Hutauruk, J.E., 2010. Isolasi Senyawa Flavonoida Dari


Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium
lobatum Benth.), Skripsi, FMIPA, USU

3. Hutasuhut, A.B., 2012. Banjir, Jengkol, Rahudman,


http://www.hariansumutpos.com/2012/01/23377
/banjir jengkol-rahudman.html, 13 Oktober 2014

4. Lay, A., 2009. Pembuang Kulit Jengkol sedang Diintai,


http://www.borneotribune.com/pontianak
kota/pembuang- kulit-jengkol-sedang diintai.html.

4
5. Nurussakinah, 2010. Skrinning Fitokimia dan Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Tanaman
Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain)
Terhadap Bakteri Streptococcus mutans,
Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli, Skripsi,
Fakultas Farmasi, USU, Medan

6. Nurhayati, A. W. K., Abdulgani N, Febrianto R.


, (2009),” UjiToksisitas Ekstrak Eucheum
Alvareziiterhad ap Artemia Salina sebagai
uji pendahuluan potensi antikanker”,
Akta Kimindo. 2.1.41-46.

Rangkuman

1. Kulit jengkol merupakan limbah yang memiliki potensi


untuk dikembangkan.
2. Jenis-jenis Antioksidan sintetis yang tidak direkomdasi
oleh BPOM antara lain :
Butylated Hydroxytoluene
Butylated Hydroxyanisole
Tertier Butylated Hydroxyanisole
3. Metode Uji BSLT merupakan metode yang banyak
digunakan sebagai langkah awal pencarian senyawa
antikanker baru.
4. Senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan antara
lain : flavonoid, fenolik dan alkaloid.

5
Evaluasi
Petunjuk : Pilihlah A, B, C, D dan E Yang dianggap paling
benar.
SOAL.

1. Menurut Penelitian Nurhasanah tentang kulit jengkol


sebagai antibakteri antara lain :
A. Streptococcus mutans
B. Staphylococcus aureus
C. Escherichia coli
D. Yang Benar A, B, C
E. Hanya A saja yang benar

2. Salah satu Antioksidan yang tidak direkomendasikan


oleh BPOM adalah :
A. Asam askorbat
B. Butylated Hydroxytoluene
C. Staphylococcus aureus
D. Alkaloid
E. Metanol
3. Senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan pada
kulit jengkol adalah :
A. Metanol
B. Eanol
C. Heksan
D. Flavonoid
E. Salah semua
6
4. Metode Yang banyak digunakan sebagai langkah awal
pencarian senyawa antikanker baru adalah :
A. DPPH
B. BSLT
C. Maserasi
D. Perkolasi
E. Dialisis
5. Alasan antioksidan sintetik tidak direkomendasikan
oleh BPOM adalah :
A. Tidak bermanfaat
B. Menyebabkan batuk
C. carcinigen agent
D. Menyebabkan Pusing
E. Bukan salah satu diatas.

Kunci Jawaban :
1. D
2. B
3. D
4. B
5. C

7
BAB 2. EKSTRAKSI SAMPEL

Tujuan
Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa dapat
menjelaskan bahwa ekstraksi bertujuan untuk melarutkan
senyawa-senyawa yang terdapat dalam jaringan tanaman ke
dalam pelarut yang dipakai.

Kriteria Penilaian

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dan tujuan


ekstraksi

2. Mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan jenis-


jenis ekstraksi
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip
Ekstraksi.

Kompetensi yang diharapkan

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu


memahami serta mampu mempraktekkan proses ekstraksi
dengan metode maserasi sesuai tingkat kepolaran pelarut
yang dimulai dari pelarut non polar dilanjutkan dengan semi
polar dan berakhir pada jenis pelarut polar.

8
Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian dan Tujuan Ekstraksi


2. Jenis-Jenis Ekstraksi
3. Prinsip Ekstraksi
4. Metode Cara Maserasi
5. Hasil Maserasi sampel

Uraian Materi

A. Pengertian Ekstraksi dan Tujuan Ekstraksi

E
kstraksi merupakan Pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut yang lain. Sedangkan Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan
massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan
tujuan ekstraksi :
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk
diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur
yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
9
modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses
atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa
kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau
saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari
senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat
digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat
diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia
atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok
senyawa kimia tertentu
3. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan
sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya
dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya
adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih
secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan
aktivitas biologi khusus.
4. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel
tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di
luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi

10
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di
dalam dan di luar sel.

B. Jenis - Jenis Ekstraksi

1. Ekstraksi secara dingin


a. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komponen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari

b. Metode Soxhletasi
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu
komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.
Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah
dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara
teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu
dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi
tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada
labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator

11
sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu
campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada
suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan
pelarut yang diinginkan.
c. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan
jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada
simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya
zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler
yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya
kapiler dan daya geseran (friksi).
2. Ekstraksi secara panas
a. Metode refluks
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik
adalah refluks, metode ini digunakan apabila dalam sintesis
tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Pada kondisi ini
jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
12
sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode
refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap
akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak
ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada
senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik
karena sifatnya reaktif.

b. Metode destilasi uap


Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi
minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih
tinggi pada tekanan udara normal.

C. Prinsip-Prinsip Ekstraksi

Pemisahan suatu zat dari campurannya dengan


pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak
dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut yang lain antara lain :

13
1. Prinsip Maserasi :
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung
dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan
di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan
dan filtratnya dipekatkan. ·
2. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian
simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari
akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan
oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas

14
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.
Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
3. Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan
cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang
telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari
telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di
sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau
sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
4. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan
cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-
sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
15
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali
setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan. ·
5. Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia
dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan
dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu
sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang
terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang
telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air
dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah,
dan akan memisah antara air dan minyak atsiri. ·
D. Cara Kerja Maserasi

1. Mengunakan Pelarut Heksan. (Non Polar)


Pembuatan ekstrak sampel dilakukan dengan metode
maserasi, yaitu sampel yang telah dihancurkan, ditimbang
sebanyak 10 g lalu diekstraksi dengan menggunakan 100
mL Heksan pa dengan cara maserasi selama 1, 2 dan 3 hari
(setiap 1×24 jam diaduk). Ekstrak kemudian disaring
dengan menggunakan kertas saring. (filtrat 1)

16
2. Mengunakan Pelarut Etil Asetat (semi polar)
Sisa dari ekstrak pelarut non polar diekstrak kembali
selama 1, 2 dan 3 hari menggunakan etil asetat pa sebanyak
100 mL lalu disaring (filtrat 2).

3. Mengunakan Pelarut metanol (polar)


Sisa dari ekstrak pelarut non polar diekstrak kembali selama
3 hari menggunakan etanol pa selama 1,2 dan 3 hari
sebanyak 100 mL lalu disaring. (filtrat 3).

4. Selanjutnya masing-masing filtrat diuapkan dengan


sampai menjadi ekstrak kental lalu ditimbang masing-
masing eksrak yang diperoleh. Dengan cara memasukkan
filtrat ke dalam wadah yang sudah diketahui berat
kosongnya dan telah diberi label.

E. Hasil
Hasil Dari pengeringan dari setiap vial adalah sebagai
berikut :
Ekstrak 24 jam (g) 48 jam (g) 72 jam (g)
n Heksan 0,035 0,025 0,04
Etil asetat 0,03 0,02 0,03
Metanol 0,065 0,058 0,06

17
Daftar Pustaka

Ditjen POM, (1986), "Sediaan Galenik", Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Wijaya H. M. Hembing (1992), ”Tanaman Berkhasiat Obat


di Indonesia”, Cet 1 , Jakarta .

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press,


Yogyakarta

Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun


Praktikum Fitokimia.

UIN Alauddin: Makassar. 24- 26.

Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan


Mikroskopi. ITB: Bandung. 3-5.

18
Rangkuman

1. Secara garis besar jenis ekstraksi terbagi atas 2 yakni


cara dingin dan panas.
2. Metode Maserasi merupakan cara yang sering
digunakan karena lebih sederhana.
3. Pelarut yang digunakan berdasarkan perbedaan
kepolaran nya adalah sebagai berikut :
Heksan (non polar)
Etil asetat (semipolar)
Metanol (polar)

Evaluasi
Petunjuk
Pilihlah A, B, C, D dan E Yang dianggap paling benar.
SOAL.
1. Berikut ini merupakan jenis-jenis ektsraksi adalah
kecuali ?
A. Maserasi
B. Perkolasi
C. Dialisis
D. Soxhletasi
E. Refluks

2. Heksan Merupakan Jenis pelarut organik yang bersifat:


A. Polar
B. Semi polar
C. Non Polar
D. Salah semua
E. Benar semua
19
3. Penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur kamar
merupakan metode :
A. Perkolasi
B. Maserasi
C. Refluks
D. Soxhletasi
E. Benar semua

4. Diantara jenis ekstraksi berikut yang merupakan


tergolong cara panas adalah :
A. Perkolasi
B. Maserasi
C. D dan E Benar
D. Refluk
E. Distilasi Uap

5. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi sampel pada


identifikasi senyawa flavonoid sebagai antioksidan
sebaiknya mengunakan pelarut :
A. Heksan
B. Etanol
C. Metana
D. Etil asetat
E. Salah semua

Kunci Jawaban :
1. C 2. C 3. B 4. C 5. B

20
BAB 3. UJI FITOKIMIA
Tujuan

Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa dapat


menjelaskan bahwa Uji fitokimia merupakan salah satu
langkah penting dalam upaya mengungkap potensi sumber
daya tumbuhan obat (Astuti, dkk. 2013) sebagai antibiotik,
antioksidan, dan antikanker (Atmoko & Ma’ruf, 2009).

Kriteria penilaian

1. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis


fitokimia.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan potensi sumber
daya tumbuhan sebagai antioksidan dan toksisitas

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa


flavonoid dan fenolik pada sampel dari ekstrak kulit
jengkol sebagai skening awal obat antikanker.

Kompetensi yang diharapkan

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu


melakukan uji fitokimia diantaranya Uji Flavonoid dan
uji Fenolik serta saponin sesuai standar uji lab yang
benar.

21
Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian dan Tujuan Uji Fitokimia


2. Jenis-Jenis Uji Fitokimia dan cara kerjanya
3. Hasil Uji Fitokimia dan pembahasan

Uraian Materi

A. Pengertian dan Tujuan Uji Fitokimia

U
ji fitokimia merupakan salah satu langkah
penting dalam upaya mengungkap potensi
metabolic sekunder dari sumber daya tumbuhan
obat sebagai antibiotik, antioksidan, dan antikanker serta
antidiabetes.
B. Jenis-jenis Uji Fitokimia dan cara kerjanya

a. Uji Alkaloid
Ekstrak kulit buah nanas ditimbang sebanyak 5 mg
lalu dilarutkan menggunakan 5 mL DMSO.Sebanyak 0.5
mL ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 5 mL larutan kloroform beramoniak 0.05 M
lalu diaduk. Tambahkan 1 mL H2SO4 2 N kedalam tabung
reaksi, kocok selama 2 menit, biarkan hingga terbentuk dua
lapisan dan terjadi pemisahan. Diambil lapisan asam dan
ditambahkan 1-2 tetes pereaksi Meyer atau pereaksi
Dragengorff, jika terbentuk endapan putih dengan pereaksi

22
Meyer atau warna jingga dengan pereaksi Dragendorff
menunjukan hasil yang positif untuk alkaloid.

b. Uji Flavonoid
Beberapa tetes ekstrak pada plat tetes ditambahkan
1-2 butir logam Mg dan beberapa tetes HCl pekat.
Terjadinya warna jingga / merah muda/ merah menandakan
adanya flavonoid.

c. Uji Fenolik dan Tanin


Beberapa tetes ektrak pada plat tetes ditambahkan 1-
2 tetes larutan FeCl3 10%. Bila terbentuk warna hijau,
berarti terdapat senyawa fenolik dan tanin.

d. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 mL ekstrak dimasukkan dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan 2-4 tetes aquades lalu dikocok.
Apabila terbentuk busa yang bertahan selama 5 menit,
berarti positif adanya saponin.

C. Hasil Uji Fitokimia sampel ekstrak dan Pembahasan


Hasil uji fitokimia ekstrak kulit jengkol
(Pithecellobium Jiringa) adalah seperti terlihat pada tabel
3.1 berikut :

23
Tabel 3.1 Hasil Uji Fitokimia
No Jenis Ekstrak Senyawa Hasil Keterangan
Flavonoid Larutan -
1 Heksan bening

Fenolik Kuning -
Flavonoid Hijau +
2. Etil Asetat
Fenolik Kuning -
Flavonoid Merah +
3 Metanol
Fenolik Hijau +
pekat
kehitaman
Ket : Positif (+) Mengandung Flavonoid dan Fenolik/Tanin
Negatif (-) Tidak Mengandung Flavonoid dan Fenolik/Tanin

Gambar 3. 1 Uji Fenolik Dan Flafonoid

24
Penambahan serbuk magnesium dan asam klorida
pada pengujian flavonoid akan menyebabkan tereduksinya
senyawa flavonoid yang ada sehingga menimbulkan reaksi
warna merah yang merupakan ciri adanya flavonoid
(Robinson, 1995). Pada pengujian flavonoid, negatif pada
ekstrak heksana karena serbuk magnesium tidak
memberikan reaksi reduksi senyawa flavonoid sehingga
larutan uji tidak memberikan perubahan warna. Berbeda
pada ekstrak etil asetat dan metanol memberikan hijau dan
merah menunjukan adanya senyawa flavonoid.
Pereaksi besi (III) klorida digunakan secara luas
untuk mengidentifikasi senyawa fenol /polifenol/tanin.
Pengujian polifenol/tanin dilakukan dengan melakukan
penambahan FeCl3 10% diperkirakan akan menimbulkan
warna biru tua, biru kehitaman atau hitam kehijauan.
Perubahan warna terjadi dengan penambahan FeCl3 dimana
terbentuk warna hijau tua karena adanya gugus hidroksil
yang ada pada senyawa tanin/fenol (Artini, dkk. 2013)

Gambar 3.2 . Reaksi tanin


25
Daftar Pustaka

Astuti, J., Rudiyansyah, dan Gusrizal.,2013. Uji fitokimia


dan aktivitas antioksidan tumbuhan pakuuban
(Nephrolepisbiseratta(Sw)Schhott), JKK, 2(2):118-
122.

Atmoko, T. dan Ma’ruf, A., 2009. Uji toksisitas dan


skrining fitokimia ekstrak tumbuhan sumber pakan
orang utan terhadap Larva Artemia salina L.,
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, VI(1):37-45.

Artini, P.E.U.D., Astuti, K.W., dan Warditiani, N.K., 2013.


Uji fitokimia ekstrak etilasetat rimpang bangle
(Zingiber purpureum Roxb.), Jurnal Farmasi
Udayana.

Robinson, T., 1995.Kandung anorganik tumbuhan tingkat


tinggi. Bandung: Penerbit ITB.

Rangkuman

1. Secara garis besar jenis ekstraksi terbagi atas 2 yakni


cara dingin dan panas.
2. Metode Maserasi merupakan cara yang sering
digunakan karena lebih sederhana.
3. Pelarut yang digunakan berdasarkan perbedaan
kepolaran nya adalah sebagai berikut :
Heksan (non polar)
Etil asetat (semipolar)
Metanol (polar)

26
Evaluasi
Petunjuk
Pilihlah A, B, C, D dan E Yang dianggap paling benar.
SOAL.

1. Warna yang dihasilkan sehingga dapat disimpulkan


sampel mengandung senyawa flavonoid adalah ?
A. Kuning
B. Biru
C. Hijau
D. Merah muda
E. putih

2. Reagen yang digunakan untuk uji fenol dan tanin


adalah :
A. FeCl3
B. MgCl2
C. KCl
D. CaCl2
E. BaCl2

Dari Cara kerja Berikut ini isilah bagian yang kosong


dengan jawaban yang paling benar :

3. Beberapa tetes ekstrak pada plat tetes ditambahkan 1-2


butir logam................. dan beberapa tetes HCl pekat.
Sehingga dari warna yang terbentuk menandakan
adanya adanya flavonoid.adalah :

27
A. Fe
B. Mg
C. H2SO4
D. FeCl3
E. KCl

4. Beberapa tetes ektraks pada plat tetes ditambahkan 1-2


tetes larutan FeCl3 10%. Bila terbentuk warna ...............
berarti terdapat senyawa fenolik dan tanin.
A. Merah
B. Hijau
C. Coklat
D. Kuning
E. Hitam

5. Terbentuk nya buih menandakan dalam sampel


mengandung senyawa ........dalam uji fitokimia :
A. Saponin
B. Alkaloid
C. Flavonoid
D. Tanin
E. Fenol

Kunci jawaban :

1. D
2. A
3. B
4. B
5. A

28
BAB 4. ANTIOKSIDAN
Tujuan

Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa dapat


menjelaskan prinsip kerja antioksidan dapat menetralisir
radikal bebas dengan cara menyumbangkan elektronnya
pada senyawa radikal bebas.

Kriteria penilaian

1. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis


antioksidan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja
antioksidan.

3. Mahasiswa mampu menghitung IC50 jika diberikan


tabel hasil pengukuran absorbansi dari setiap
konsentrasi sampel.

Kompetensi yang diharapkan

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu


memahami serta mampu melakukan pengukuran IC50
dengan metode DPPH DPPH (2,2-diphenyl-l-picrylhydrazil
atau 1,1- diphenyl-2-picrylhydrazil).dari berbagai pelarut
yang digunakan.

29
Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian Antioksidan
2. Radikal Bebas
3. Prinsip Kerja metode DPPH
4. Cara Kerja metode DPPH
5. Hasil Pengukuran IC50

Uraian Materi

A. Pengertian Antioksidan

A
ntioksidan adalah zat kimia yang memperlambat
atau menghambat kerusakan yang disebabkan
oleh oksidasi (Chang et al., 2007). Antioksidan
merupakan senyawa penting dalam menjaga kesehatan
tubuh karena berfungsi sebagai benteng yang dapat
mencegah serangan berbagai penyakit.
Arti khusus antioksidan merupakan zat yang dapat
menunda, memperlambat atau mencegah terjadinya reaksi
autooksidasi radikal bebas. Berdasarkan fungsinya
antioksidan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
antioksidan primer dan antioksidan sekunder (Winarsi,
2007).

30
Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah zat yang berfungsi untuk
mencegah reaksi berantai pembentukan radikal bebas
dengan cara melepaskan atau memberikan atom hidrogen.
Di dalam tubuh, antioksidan yang sangat terkenal adalah
enzim superoksida dismutase (SOD), enzim ini sangat
penting karena dapat melindungi sel-sel dalam tubuh akibat
serangan radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).
Antikoksidan yang baik akan beraksi dengan radikal
asam lemak segera setelah senyawa tersebut terbentuk.
Mekanisme kerja serta kemampuan dari berbagai
antioksidan yang sangat bervariasi. Kombinasi beberapa
jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik
(sinergis) terhadap oksidasi dibanding dengan satu jenis
antioksidan saja. Asam askorbat seringkali dicampur dengan
antioksidan yang merupakan senyawa fenolik untuk
mencegah reaksi oksidasi lemak. Tanaman yang banyak
menghasilkan antioksidan adalah brokoli, bayam, sawi dan
hasil olahan seperti tempe (Kumalaningsih, 2006).
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi
mencegah kerja prooksidan. Prooksidan adalah senyawa
yang dapat mengkatalisis terjadinya oksidasi seperti Cu, Fe

31
Kerja sistem antioksidan sekunder yaitu dengan cara
memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
dengan cara menangkapnya, akibatnya radikal bebas tidak
bereaksi dengan komponen seluler. Antioksidan sekunder
meliputi vitamin E, vitamin C, dan flavonoid. Vitamin C
banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan sehingga
untuk memperolehnya diperlukan asupan sayuran dan buah-
buahan dalam jumlah tinggi (Lampe, 1999)

B. Radikal Bebas
Radikal bebas didefenisikan sebagai
atom/molekul/senyawa yang mengandung satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas cenderung
untuk bereaksi dengan molekul sel tubuh. Kemudian
menimbulkan senyawa tidak normal (radikal bebas baru
yang lebih reaktif) dan memulai reaksi berantai yang dapat
merusak sel-sel penting. Contoh radikal bebas adalah
superoksida dan hidroksil (Winarsi, 2007).Radikal bebas
juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang sebenarnya
bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal
bebas hidrogen peroksida (H2O2), ozon dan lain-lain
(Winarsi, 2007). Radikal bebas dapat bereaksi dengan
molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul
tersebut. Senyawa radikal bebas dalam tubuh dapat merusak
asam lemak tak jenuh pada membran sel akibatnya dinding

32
sel menjadi rapuh. Serta memicu terbentuknya radikal bebas
yang mempengaruhi proses penuaan dan penyakit jantung
koroner (Sadikin, 2001). Senyawa radikal bebas juga
berpotensi merusak basa DNA sehingga mengacaukan
sistem informasi genetik dan berlanjut pada pembentukan
sel kanker, kerusakan molekul protein oleh senyawa
oksigen reaktif akan menimbulkan penyakit katarak
(Winarsi, 2007).

C. Prinsip Kerja metode DPPH


Salah satu metode yang biasa digunakan untuk menentukan
kapasitas antioksidan suatu bahan adalah metode DPPH
(2,2-diphenyl-l-picrylhydrazil atau 1,1- diphenyl-2-
picrylhydrazil). DPPH merupakan senyawa radikal bebas
yang stabil dalam larutan metanol dan berwarna ungu tua.
Mekanisme yang terjadi adalah proses reduksi senyawa
DPPH oleh antioksidan yang menghasilkan pengurangan
intensitas warna dari larutan DPPH. Pemudaran warna akan
mengakibatkan penurunan nilai absorbansi sinar tampak
dari spektofotometer (Rachmawati, H, 2010).

33
NO2 NO2
AH
(antioksidan)
O2N N* N O2N NH N

NO2 NO2
R*

DPPH* DPPHH
ungu kuning
Gambar 4.1 Reaksi DPPH dengan Antioksidan
Dalam analisis, metode DPPH ini dilakukan dengan
mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm
dan selanjutnya aktivitas antioksidan akan dihitung sebagai
persentase inhibisi terhadap DPPH (Rohman, A, 2005) :
Senyawa antioksidan mempunyai sifat yang relatif
stabil dalam bentuk radikalnya. Senyawa-senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan dapat diprediksi dari
golongan fenolat, flavonoid dan alkaloid, yang merupakan
senyawa-senyawa polar. Aktivitas antioksidan merupakan
kemampuan suatu senyawa atau ekstrak untuk menghambat
reaksi oksidasi yang dapat dinyatakan dengan persen
penghambatan.
Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas
antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau efficient
concentration (EC50) atau Inhibition Concentration (IC50)
yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau
34
konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan
persentase (%) penghambatan 50%. (Rohman, 2005).

D. Cara Kerja metode DPPH


Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan
mikroplate reader two fold delution dengan metoda DPPH
(1,1- diphenyl–2– picryl hydrazyl) (Zhang et al., 2006) pada
panjang gelombang 520 nm. Sampel sebanyak 2 mg
dilarutkan dalam 2 mL MeOH sehingga konsentrasi sampel
menjadi 1000 µg/mL. Baris A dimasukkan sampel sebanyak
100 µL (plate terdiri dari baris A-H masing-masing
berjumlah 12 sumur).
Sebanyak 50 µL MeOH dimasukkan pada masing-masing
sumur pada baris B-F. Baris A dipipet sebanyak 50 µL dan
dimasukkan ke baris B, baris B dipipet 50 µL dimasukkan
ke baris C dan dilakukan sampai baris F, baris F dipipet 50
µL lalu dibuang, sehingga didapatkan konsentrasi 1000
µg/mL, 500 µg/mL, 250 µg/mL, 125 µg/mL, 62,5 µg/mL
dan 31,25 µg/mL. Sedangkan pada baris G-H diisi dengan
MeOH 50 µL, khusus pada baris H diisi hanya sumur 1-6.
Baris A-G ditambahkan DPPH sebanyak 80 µL dengan
konsentrasi 80 µg/mL, kemudian diinkubasi selama 30
menit. Aktivitas pengkapan radikal diukur sebagai
penurunan absorbansi DPPH dengan microplate reader dan
olah data.
35
Kontrol positif yang digunakan sebagai pembanding
yaitu vitamin C dengan konsentrasi 50 µg/mL. Nilai %
inhibisi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% Hambatan = x 100

Keterangan :
A kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
A sampel = Absorbansi sampel

E. Pengukuran dan Hasil IC50

e.1. Pengukuran absorbansi sampel hasil perendaman 1 hari


pada setiap pelarut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata2
DPPH +MeOH 0.459 0.452 0.442 0.446 0.448 0.456 0.455 0.441 0.452 0.45011 Abs.DPPH
MeOH 0.084 0.081 0.083 0.081 0.086 0.077 0.079 0.079 0.08 0.08111 0.3690

Sampel Konsentrasi ln Pengulangan Rata- Abs % IC50


(ug/mL) Kons 1 2 3 rata Sampel Inhibisi (ug/mL)
1000 6.9078 0.301 0.305 0.305 0.304 0.2226 39.687
500 6.2146 0.334 0.332 0.338 0.335 0.2536 31.286
Heksan 1 250 5.5215 0.371 0.361 0.379 0.37 0.2892 21.62 2688.0460
125 4.8283 0.406 0.395 0.402 0.401 0.3199 13.309
62.5 4.1352 0.423 0.429 0.421 0.424 0.3432 6.9858
31.25 3.442 0.456 0.444 0.445 0.448 0.3672 0.4818

36
1000 6.9078 0.276 0.273 0.279 0.276 0.1949 47.185
500 6.2146 0.304 0.306 0.306 0.305 0.2242 39.235
Etil asetat 1 250 5.5215 0.338 0.339 0.343 0.34 0.2589 29.84 1279.2719
125 4.8283 0.362 0.366 0.369 0.366 0.2846 22.885
62.5 4.1352 0.409 0.402 0.399 0.403 0.3222 12.677
31.25 3.442 0.429 0.423 0.424 0.425 0.3442 6.7148

1000 6.9078 0.081 0.084 0.095 0.087 0.0056 98.494


500 6.2146 0.124 0.124 0.124 0.124 0.0429 88.377
Metanol 1 250 5.5215 0.161 0.164 0.175 0.167 0.0856 76.814 51.1387
125 4.8283 0.202 0.203 0.207 0.204 0.1229 66.697
62.5 4.1352 0.246 0.262 0.262 0.257 0.1756 52.424
31.25 3.442 0.297 0.305 0.292 0.298 0.2169 41.223

Grafik Perendaman 1 hari dengan heksan


50
40 y = 11.427x - 40.235
R² = 0.9934
30
% Inhibisi

20 Series1
10 Linear (Series1)
0
-10 0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

37
Grafik Perendaman 1 hari dengan etil asetat
50
40 y = 11.91x - 35.211
R² = 0.9969
% Inhibisi

30
20 Series1
10 Linear (Series1)

0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

Grafik Perendaman 1 hari dengan metanol


120
100 y = 16.664x - 15.564
80 R² = 0.9975
% Inhibisi

60
Series1
40
Linear (Series1)
20
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

38
e.2. Pengukuran absorbansi sampel hasil perendaman 2 hari
pada setiap pelarut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata2
DPPH +MeOH 0.487 0.49 0.486 0.496 0.492 0.492 0.491 0.496 0.448 0.48622 Abs.DPPH
MeOH 0.116 0.12 0.115 0.118 0.112 0.113 0.116 0.114 0.125 0.11633 0.3699

Sampel Konsentrasi ln Pengulangan Rata- Abs % IC50


( Kons 1 2 3 rata Sampel Inhibisi (ug/mL)
1000 6.9078 0.306 0.304 0.327 0.312 0.196 47.011
500 6.2146 0.338 0.349 0.343 0.343 0.227 38.63
Heksan 2 250 5.5215 0.364 0.367 0.365 0.365 0.249 32.682 1240.6908
125 4.8283 0.405 0.401 0.401 0.402 0.286 22.679
62.5 4.1352 0.431 0.437 0.439 0.436 0.3193 13.668
31.25 3.442 0.459 0.465 0.465 0.463 0.3467 6.2782

1000 6.9078 0.146 0.148 0.132 0.142 0.0257 93.061


500 6.2146 0.172 0.181 0.196 0.183 0.0667 81.977
Etil asetat 2 250 5.5215 0.238 0.238 0.231 0.236 0.1193 67.738 131.7651
125 4.8283 0.321 0.31 0.321 0.317 0.201 45.659
62.5 4.1352 0.393 0.361 0.353 0.369 0.2527 31.691
31.25 3.442 0.406 0.428 0.411 0.415 0.2987 19.255

1000 6.9078 0.11 0.12 0.122 0.117 0.001 99.73


500 6.2146 0.161 0.157 0.155 0.158 0.0413 88.825
Metanol 2 250 5.5215 0.204 0.202 0.205 0.204 0.0873 76.389 40.2855
125 4.8283 0.245 0.245 0.242 0.244 0.1277 65.485
62.5 4.1352 0.272 0.271 0.269 0.271 0.1543 58.276
31.25 3.442 0.309 0.318 0.317 0.315 0.1983 46.38

39
Grafik Perendaman 2 hari dengan heksan
50
40 y = 11.893x - 34.718
% Inhibisi

30 R² = 0.9965
20 Series1
10
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

Grafik Perendaman 2 hari dengan etil asetat


120
100 y = 22.337x - 59.028
% Inhibisi

80 R² = 0.9915
60
40 Series1
20 Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

Grafik Perendaman 2 hari dengan metanol


120
100 y = 15.221x - 6.2515
R² = 0.9956
% Inhibisi

80
60
Series1
40
20 Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

40
e.3. Pengukuran absorbansi sampel hasil perendaman 3 hari
pada setiap pelarut

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata2
DPPH
+MeOH 0.467 0.478 0.471 0.475 0.373 0.366 0.476 0.475 0.443 0.447111 Abs.DPPH
MeOH 0.073 0.072 0.081 0.077 0.077 0.073 0.075 0.071 0.1 0.077667 0.3694

Sampel Konsentrasi ln Pengulangan Rata- Abs % IC50


(ug/mL) Kons 1 2 3 rata Sampel Inhibisi (ug/mL)
1000 6.9078 0.253 0.275 0.268 0.265 0.1877 49.203
500 6.2146 0.288 0.308 0.295 0.297 0.2193 40.632
Hex 3 250 5.5215 0.332 0.333 0.338 0.334 0.2567 30.526 1050.4143
125 4.8283 0.371 0.362 0.364 0.366 0.288 22.045
62.5 4.1352 0.408 0.404 0.402 0.405 0.327 11.489
31.25 3.442 0.429 0.434 0.436 0.433 0.3553 3.8195

1000 6.9078 0.104 0.105 0.11 0.106 0.0287 92.241


500 6.2146 0.143 0.131 0.142 0.139 0.061 83.489
Etil 3 250 5.5215 0.174 0.185 0.181 0.18 0.1023 72.301 64.6695
125 4.8283 0.202 0.217 0.219 0.213 0.135 63.459
62.5 4.1352 0.276 0.273 0.273 0.274 0.1963 46.857
31.25 3.442 0.304 0.311 0.302 0.306 0.228 38.286

1000 6.9078 0.097 0.097 0.093 0.096 0.018 95.128


500 6.2146 0.135 0.123 0.124 0.127 0.0497 86.556
Metanol 3 250 5.5215 0.157 0.147 0.143 0.149 0.0713 80.692 22.5788
125 4.8283 0.188 0.188 0.184 0.187 0.109 70.496
62.5 4.1352 0.216 0.214 0.211 0.214 0.136 63.188
31.25 3.442 0.253 0.253 0.251 0.252 0.1747 52.722

41
Grafik Perendaman 3 hari dengan heksan
60
y = 13.305x - 42.567
% Inhibisi

40 R² = 0.9988

20 Series1
Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

Grafik Perendaman 3 hari dengan etil asetat


100
y = 16.012x - 16.756
% Inhisisi

R² = 0.9914
50
Series1
0 Linear (Series1)
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

Grafik Perendaman 3 hari dengan metanol


120
100 y = 12.048x + 12.449
80 R² = 0.995
% Inhibisi

60
Series1
40
20 Linear (Series1)
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

42
Contoh Perhitungan IC50 Untuk pelarut metanol
perendaman 3 hari :

Konsentrasi metanol Ln konsentrasi (X) % Hambatan (Y)


(µg/mL)
1000 6,908 95,128
500 6,215 86,556
250 5,521 80,692
125 4,828 70,496
62,5 4,135 63,188
31,25 3,442 52,722

Grafik Perendaman 3 hari dengan metanol


120
100 y = 12.048x + 12.449
80 R² = 0.995
% Inhibisi

60
Series1
40
Linear (Series1)
20
0
0 2 4 6 8
Ln Konsentrasi

Y = 12,04 lnx + 12,44


50 = 12,04 lnx + 12,44
Lnx = 3, 1170124
X = 22,5788
Jadi IC50 nya adalah 22,5788 ppm

43
Daftar Pustaka

Chang, S.K.C., Xu, B.J., & Yuan, S.H. 2007. Comparative


Analyses Of Phenolic Composition, Antioxidant
Capacity, and Color of Cool Season Legumes and
Other Selected Food Legumes. Journal of Food
Science 72(2): S167

Kumalaningsih S. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya:


Trubus Agisarana.

Lampe, JW. 1999. “Health effects of Vegetables and Fruit :


Assessing Mechanisms of Action in Human
Experimental Studies.” Dalam : The American Journal
of Clinical Nutrition. 70 Suppl:475S-490S

Rachmawati, H., 2010. Antioksidan, rarafarmasi. staff.


umm.ac.id/files/2010/01/ ANTIOKSIDAN.ppt,
(diakses 20 Oktober 2014)

Rohman, A., Riyanto, S., 2005. Daya Antioksidan Ekstrak


Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack)
secara in vitro, Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3),
2005

Sadikin, M. 2001. “Pelacakan dampak radikal bebas


terhadap makro molekul.” Dalam : Kumpulan
Makalah Pelatihan Radikal Bebas dan Antioksidan
dalam kesehatan. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.


Yogyakarta. Kanisius

44
Rangkuman :

Pada aktivitas antioksidan dilakukan pada setiap ekstrak


menggunakan mikroplate reader two fold delution dengan
metode DPPH (1,1- diphenyl–2– picryl hydrazyl) pada
panjang gelombang 520 nm. Hasil akhir dari penelitian ini
diperoleh nilai IC50 (µg/mL) pada setiap waktu maserasi 24
jam, 48 jam dan 72 jam berturut-turut adalah

Ekstrak heksan :
Perendaman 1 hari = 2688,046 ppm
Perendaman 2 hari = 1240,6908 ppm
Perendaman 3 Hari = 1050,4143 ppm
Ekstrak etil asetat :
Perendaman 1 hari = 1279,2719 ppm
Perendaman 2 hari = 131,7651 ppm
Perendaman 3 Hari = 64,6695 ppm
Ekstrak Metanol :
Perendaman 1 hari = 51,1387 ppm
Perendaman 2 hari = 40,2855 ppm
Perendaman 3 Hari = 22,5788 ppm

Nilai IC50 diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas


antioksidan terbaik adalah pelarut methanol dengan waktu
maserasi selama tiga hari.
Evaluasi
45
Petunjuk dibuat persamaan garis linier dari kedua tabel
berikut, lalu tentukan nilai IC50 nya !

SOAL.
Tabel : 1

Konsentrasi metanol Ln konsentrasi (X) % Hambatan (Y)


(µg/mL)
1000 6,908 99.73
500 6,215 88.825
250 5,521 76.389
125 4,828 65.485
62,5 4,135 58.276
31,25 3,442 46.38

Tabel : 2

Konsentrasi metanol Ln konsentrasi (X) % Hambatan (Y)


(µg/mL)
1000 6,908 98.494
500 6,215 88.377
250 5,521 76.814
125 4,828 66.697
62,5 4,135 52.424
31,25 3,442 41.223

Jawaban :

Tabel 1. IC50 = 40.2855 ppm

Tabel 2. IC50 = 51.1387 ppm

46
BAB 5. UJI TOKSISITAS
Tujuan

Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa dapat


menjelaskan bahwa metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) merupakan salah satu metode sebagai langkah awal
pencarian senyawa antikanker baru.

Kriteria penilaian

1. Mahasiswa mampu melakukan teknik penetasan


larva udang artemia salina.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja
metode BSLT dan menghitung nilai LC50

Kompetensi yang diharapkan

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu


memahami serta mampu melakukan pengukuran LC50
dengan mengunakan tabel probit dari persen kematian larva
udang artemia salina.

Sub Pokok Bahasan

1. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)


2. Larva Udang (A. salina L.)
3. Cara Penetasan Udang
4. Uji Toksisitas
5. Hasil Pengukuran LC50
47
Uraian Materi

A. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu


metode Bioassay yang menggunakan larva udang Artemia
salina Leach sebagai hewan uji. Metode tersebut
merupakan metode yang banyak digunakan sebagai langkah
awal pencarian senyawa antikanker baru. Hasil uji toksisitas
dengan metode tersebut telah terbukti memiliki korelasi
dengan daya sitotoksik senyawa anti kanker. Keuntungan
dari metode tersebut diantaranya mudah dilakukan, cepat,
mudah diperbanyak, dan dapat menunjukkan adanya
korelasi terhadap suatu spesifik antikanker (Nurhayati, dkk.
2009).

B. Larva Udang (A. salina L.)

Salah satu organisme yang sangat sesuai untuk mengetahui


bioaktivitas senyawa melalui uji toksisitas adalah brine
shrimp (udang laut) dari jenis A. salinaL.Brine shrimp
merupakan spesies perairan sejenis udang primitif. Pertama
ditemukan di Lymington, England pada tahun 1755.
Artemia bisa ditemukan di pedalaman danau air asin di
seluruh dunia, tetapi tidak ditemukan di samudra. Artemia
yang dikenal dengan baik dan dikembangkan yaitu dari
spesies Artemia salina (Wiryowidagdo, 2010).
48
Telur A. salina. L atau cyste berbentuk bulat berlekuk dalam
keadaan kering dan bulat penuh dalam keadaan basah.
warnanya coklat yang diselubungi oleh cangkang yang tebal
dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio
terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar
ultraviolet dan mempermudah pengapungan. Cangkang
telur Artemia salina dibagi dalam dua bagian yaitu korion
(bagian luar) dan kutikula embrionik (bagian dalam).
Lapisan ketiga dinamakan selaput kutikuler luar yang
terdapat di antara kedua lapisan tersebut (Wiryowidagdo,
2010).

Gambar 5.1. Larva udang A. salina L


Sumber : Meyer, 2010

49
Brine shrimp memiliki klasifikasi sebagai berikut (Meyer,
dkk. 2010) :
Kerajaan : Animalia
Divisi : Arthropoda
Subdivisi : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Bangsa : Anostraca
Suku : Artemiidae
Marga : Artemia L.
Jenis : Artemia salina Leach

Telur Artemia dapat mengadsorbsi air, jika tersinari


oleh sinar matahari atau pada suhu sekitar 26-28 ºC maka
akan menetas setelah 24-48 jam tergantung pada kondisi
lingkungan. Artemia salina yang baru menetas disebut
dengan naupli (larva) yang memiliki ukuran 0,25 mm (0,01
inci). Artemia diperdagangkan dalam bentuk telur istirahat
yang disebut kista. Kista ini dilihat dengan mata telanjang
berbentuk bulat-bulatan kecil berwarna kelabu kecoklatan
dengan diameter sekitar 300 mikron Artemia salina
mengalami pubertas selama 8-14 hari dan akan hidup
selama 4-5 minggu tergantung pada konsentrasi garam,
terlalu banyak garam maka harapan hidup akan berkurang
(Woo, 2013).

50
Hewan ini dapat tumbuh dan berkembang pada air
garam. Larutan air garam dapat dibuat dengan melarutkan
30 g garam ke dalam 1L air. Banyak orang menggunakan
garam biasa untuk membuat medianya tanpa adanya
penambahan iodium dan zat kimia lainnya karena dapat
memperburuk pertumbuhannya. Air lautmerupakan media
pertumbuhannya yang lebih baik. Pembiakan Artemia salina
dapat dilakukan melalui perkawinan antara Artemia salina
jantan dan betina, tetapi Artemia salina juga dapat
berkembangbiak tanpa perkawinan. Artemia salina betina
dapat mempunyai keturunan sekitar 300 setiap 4 hari.
Makanan Artemia salina berupa bubuk alga ataupun ragi
(Woo, 2013).
Dalam pemeliharaan Artemia salina makanan yang
diberikan adalah: katul, padi, tepung beras, tepung terigu,
tepung kedelai dan ragi Artemia hanya dapat menelan
makanan yang berukuran kecil yaitu kurang dari 50 mikron.
Apabila makanan lebih besar dari ukuran itu, makanan tidak
akan tertelan karena Artemia mengambil makanan dengan
jalan menelannya bulat–bulat. Makanan yang akan ditelan
itu dikumpulkan dulu ke depan mulut dengan menggerak
gerakkan kakinya. Gerakan kaki dilakukan terus-menerus
hingga makanan akan terus bergerak masuk ke dalam
mulutnya. Selain untuk mengambil makanan, kakinya

51
berfungsi sebagai alat untuk bergerak dan bernafas (Woo,
2013).

C. Cara Penetasan Udang

Telur udang air asin A. Salina L ditetaskan dalam


wadah/bejana yang berisi air laut. Bejana tersebut
disimpan di ruangan dengan dilengkapi bohlam/lampu
dengan aerasi yang baik selama 48 jam pada suhu kamar.
Setelah menetas, larva dipisahkan dari telur dan
dikumpulkan pada sisi wadah yang terang (dekat dengan
sumber cahaya) dengan menggunakan mikropipet. (Zou,
dkk. 2014)
D. Uji Toksisitas
Kista udang A. salina L ditetaskan dalam wadah
pembiakan yang berisi air laut, dan digunakan setelah 48
jam setelah larva menetas. Pengujian dilakukan dengan
konsentrasi 1000, 100, 10 ppm dengan pengulangan
masing-masing tiga kali. Selanjutnya disiapkan 3 vial untuk
setiap konsentrasi lalu diisi masing-masing 5 mL lalu diberi
batas kalibrasi. Masing-masing
vial uji dibiarkan pelarutnya nya menguap dan
mengering. Larutkan kembali ekstrak uji dengan DMSO
sebanyak 50 menggunakan pipet mikro, selanjutnya
tambahkan air laut hingga batas kalibrasi (5 mL). Masukkan
larva udang pada masing-masing vial sebanyak 10 ekor.
52
Kemudian amati larva udang setelah 24 jam. Dari data yang
dihasilkan dihitung LC50 dengan metode kurva tabel probit.
Tabel 5.1 Tabel Probit

E. Nilai LC50 Ekstrak Etil Asetat dan Metanol Pada Uji


Toksisitas.
Hasil penelitian yang dilakukan untuk uji toksisitas
dengan metode BSLT dari ekstrak Etil Asetat dan Metanol
kulit buah Buah Jengkol di dapatkan nilai LC50 seperti pada
tabel 5.2
Tabel. 5.2 Hasil LC.50

No Sampel Konsentrasi Log Kematian Nilai LC50


(ppm) Konsentrasi (x) (%) Probit (y) (ppm)

10 1 10 3.72
1. Etil Asetat 100 2 30 4.48 467
1000 3 60 5.25
10 1 17 4,05
2. Metanol 100 2 43 4,82 126
1000 3 80 5,84
53
Log Konsentrasi vs Probit
kematian larva dengan ekstrak
etil asetat
6
y = 0.765x + 2.9533
4 R² = 1
Probit

2 Series1
Linear (Series1)
0
0 1 2 3 4
Log Konsentrasi

y = 0,765x + 2,953
5 = 0,765x + 2,953
0,765x = 5 – 2,953
0,765x = 2,047
x = 2,67
LC50 = anti log 2,67 = 467 ppm

Log konsentrasi vs probit


kematian larva pada ekstrak
metanol
10 y = 0.895x + 3.1133
R² = 0.9935
Probit

5
Series1
0
Linear (Series1)
0 1 2 3 4
Log Konsentrasi

54
y = 0,895x +3,113
5 = 0,895x + 3,113
0,895x = 5 –3,113
0,895x =1,887
x = 2,1
LC50 = anti log 2,1 = 126 ppm

Daftar Pustaka

Woo, H. D dan Kim, J. 2013. Dietary Flavonoid Intake and


Risk of Stomach and Colorectal Cancer.World Journal
of Gastroenterology. 7: 1011-1019.

Zou, Y.F., Ho, G.T.T., Malterud, K.E., TranLe, N, H.,


Inngjerdingen, K.T., HildeBarsett, DrissaDiallo,
Michaelsen, T.E., Paulsen, B.S., 2014. Enzyme
Inhibition, Antioxidant AndImmunomodulatory
Activities, And Brine Shrimp Toxicity Of Extracts
From The Root Bark, Stem Bark And Leaves Of
TerminaliaMacroptera. Journal of
Ethnopharmacology.05. 04.
Meyer, B.N., Ferrigni,N.R., Putnam, J.E., Jacobsen, L.B.,
Nichols, D.E., Mc Laughlin,J.L., 2010. Brine Shrimp
: a Convenient General Bioassay for Active
Constituens, Planta Medica.45, 31-34.

Wiryowidagdo, S.2010. Kimia danFarmakologiBahanAlam.


Jakarta, DirjenDikti- Universitas Indonesia, viii +
399 hlm.

Nurhayati, A.W.K., Abdulgani N, Febrianto R., (2009),


”Uji Toksisitas Ekstrak Eucheuma Alvareziiterh
adap Artemia Salina sebagai uji pendahuluan
potensi antikanker”, Akta Kimindo. 2.1.41-46.

55
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan :
1. Dari uji toksisitas dari sampel ekstrak etil asetat
kulit buah jengkol didapatkan nilai LC50 = 467 ppm
2. Dari uji toksisitas dari sampel ekstrak sampel kulit
buah jengkol didapatkan nilai LC50 = 126 ppm
3. Berdasarkan tabel nilai probit LC50 tentang tingkat
toksit suatu sampel dikategorikan toksit untuk
pelarut etil asetat dan kategori sangat toksit untuk
pelarut metanol.

Evaluasi dan Pembahasan


Petunjuk :
1. Gunakan Tabel probit dari setiap % kematian untuk
sampel yang berada dalam dari tabel berikut (bukan
dari hasil penelitian):
2. Buat grafik persamaan linier kemudian tentukan
nilai LC50.

No Sampel Konsentrasi Log Kematian Nilai LC50


(ppm) Konsentrasi (x) (%) Probit (y) (ppm)

10 1 15
1. X 100 2 20
1000 3 40
10 1 25
2. Y 100 2 56
1000 3 70

56
Jawab :

1. Dengan mengunakan tabel probit kematian larva :

No Sampel Konsentrasi Log Kematian Nilai LC50


(ppm) Konsentrasi (x) (%) Probit (y) (ppm)

10 1 15 3.96
1. X 100 2 20 4.16 2.964
1000 3 45 4.87
10 1 25 4.33
2. Y 100 2 56 5.15 200
1000 3 70 5.52

2. Sampel X

log konsentrasi vs probit sampel X


6
probit kematian

y = 0.455x + 3.42
4 R² = 0.9052

2 Series1
Linear (Series1)
0
0 1 2 3 4
log konsentrasi

Y = 0,455x + 3,42
5 = 0,455x + 3,42
0,455x = 5 - 3,42
x = 3,472
LC50 = anti log 3,472 = 2,964 ppm

57
Sampel Y

log konsentrasi vs probit kematian sampel Y


6
5
4
probit kematian

3 y = 0.595x + 3.81
R² = 0.9545 Series1
2
1 Linear (Series1)
0
0 1 2 3 4
log konsentrasi

Y = 0,595 x + 3,81
5 = 0,595 x + 3,81
0,595 x = 5 – 3,81
x=2
LC50 = anti log 2 = 100 ppm

58
GLOSARIUM

Absorbansi Suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh


bahan (komponen kimia) tertentu pada
panjang gelombang tertentu sehingga akan
memberikan warna tertentu terhadap bahan.

Antikanker Bersifat mencegah pembusuk- an dan


pelapukan dengan menghambat atau merusak
mikroorganisme (misalnya etanol, asam borat,
dan fenol)

Antioksidan Zat yang mampu memperlambat atau


mencegah proses oksidasi

Antioksidan Antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesis


Sintesis reaksi kimia dan telah diproduksi untuk tujuan
komersial

Antiseptik Bersifat mencegah peradangan

BHA (Butylated Antioksidan yang terdiri dari campuran dua


Hydroxyanisole) senyawa organik isomer, 2-tert-butyl-4-
hydroxyanisole dan 3-tert-butyl-4-
hydroxyanisole

BHT (Butylated Suatu senyawa organik lipofilik (larut dalam


Hydroxytoluene) lemak), secara kimia suatu turunan dari fenol,
yang berguna untuk sifat-sifat antioksidannya.

BSLT Merupakan salah satu metode Bioassay yang


menggunakan larva udang Artemia salina
Leach sebagai hewan uji.

Ekstraksi Suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan


perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan
tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya pelarut organik.

59
Filtrat Zat yg bisa larut / bisa melewati penyaringan.

Ukuran yang menggambarkan banyaknya zat


Konsentrasi di dalam suatu campuran dibagi dengan
volume total campuran tersebut.

Microplate Reader Merupakan alat untuk melakukan analisis


senyawa aktif atau mikroba cepat berdasarkan
kekeruhan (OD).
Oksidasi Interaksi antara molekul oksigen dan semua
zat yang berbeda.

Percolator Alat untuk melakukan perkolasi.

Pithecellobium Nama latin untuk Jengkol, nama lain yang


jiringa juga biasa digunakan adalah; Archidendron
pauciflorum, pithecellobium lobatum.

rotary evaporator Alat yang berfungsi mengubah sebagian atau


keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah
larutan dari bentuk cair menjadi uap.

Simplisia Bahan alamiah yang dipergunakan sebagai


obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dikatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan.

TBHQ (Tertier Senyawa organik aromatik sintetis yang


Butylated merupakan jenis fenol. Ini adalah turunan dari
Hydroxyanisole) hidrokuinon, diganti dengan kelompok tert-
butil.

Toksisitas Tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan


terhadap organisme

60
INDEKS

Absorbansi , 29, 33-34, 36, 39, 41


Antioksidan, 1, 2, 4, 21-22, 29-35
Antioksidan Primer, 30-31
Antioksidan Sekunder, 30-32
Isolasi, 11
Dragendorff, 23
Ekstraksi, 4, 8, 9, 11-16
Filtrat, 14, 16-17
Fitokimia, 21
Metode destilasi uap, 13
Metode Maserasi, 8, 11, 16, 19, 26
Metode Perkolasi, 12
Metode Refluks, Des-13
Metode Soxhletasi, 11, 45
Metode uji BSLT , 3, 5
Microplate Reader, 36
Oksidasi, 30, 31, 32, 34
Prinsip Destilasi Uap Air, 16
Prinsip Maserasi, 14
Prinsip Perkolasi, 14
Prinsip Refluks, 15
Prinsip Soxhletasi, 15
Rotary Evaporator, 11
Toksisitas , 3, 5, 21, 47-48, 52-53
Uji Toksisitas, 3, 47-48, 52, 53

61
SINOPSIS.

Judul : Potensi Kulit Jengkol


Penulis : Alfin Surya
Penerbit : Universitas Abdurrab
Tahun Terbit : 2019
Kota Terbit : Pekanbaru
Jumlah Halaman : 62

Alfin Surya adalah penulis buku Potensi Kulit Jengkol yang


merupakan hasil dari penelitian dari Hibah Penelitian Dosen
Pemula (PDP) yang didanai oleh Direktorat Riset dan
Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset
dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi untuk pendanaan Tahun 2017 dan 2018
yang dijadikan sebagai bahan ajar Mata Kuliah Kimia
Organik, karena dalam penelitian tersebut memanfaatkan
pelarut-pelarut organik untuk mendapatkan ekstrak sampel
mulai dari non polar (heksan), Semi polar (etil Asetat)
sampai polar (metanol). Adapun metode yang digunakan
adalah sangat mudah untuk diedukasi sehingga dapat
dijadikan referensi untuk mahasiswa ataupun ilmuan bahwa
metode DPPH untuk antioksidan dan BSLT merupakan
salah satu metode sebagai langkah awal pencarian senyawa
antikanker baru. Sedangkan sabagai sampel mengunakan
kulit jengkol yang merupakan limbah organik yang tidak
termanfaatkan dan banyak berserakan di pasar-pasar
tradisional.

62

Anda mungkin juga menyukai