Anda di halaman 1dari 15

CJR “ HNMR DAN CNMR”

Kimia Organik Bahan Alam


Dosen Pengampu : Dr. Tita Juwitanigsih, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 8

Esteria Purba 4201210009


Lora Marsaulina Silalahi 4201210001
Rini Theresia Silalahi 4203510003
Yandi Darma Harita 4202510004

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................................... 4

B. Tujuan ........................................................................................................4

C. Manfaat ......................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

IDENTITAS JURNAL ............................................................................................ 5

A. Jurnal 1 .......................................................................................................5

B. Jurnal 2 .......................................................................................................5

RINGKASAN JURNAL .......................................................................................... 6

A. Jurnal 1 .....................................................................................................11

B. Jurnal 2 ....................................................................................................12

Keunggulan Dan Kelemahan Jurnal ......................................................................13

BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 14

A. Kesimpulan .............................................................................................. 14

B. Saran ........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………....15
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat-
Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Critical Journal ini dengan materi
“CNMR dan HNMR” untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analisa Organik
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada Ibu Dr. Tita Juwitanigsih, M.Si selaku Dosen mata kuliah
ini yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Dan kami sangat mengharapkan adanya kritikan
dan saran dari para pembaca demi perbaikan makalah yang telah dibuat ini,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Dan
agar ke depannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga ke depannya dapat lebih baik.

Medan, 23 September 2022

Kelompok 8
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Critical Jurnal Review adalah sebuah tugas yang diberikan dosen kepada
mahasiswa/mahasiswi untuk mengulas dan mengevaluasi isi jurnal secara kritis. Pada
Critical Jurnal Review ini akan membahas, menelaah, serta membedakaan terkait
materi pembelajaraan HNMR dan CNMR.
Spektrometer NMR (Nuclear Magnetic Resonance) dapat digunakan untuk
mempelajari struktur molekul, interaksi molekul, kinetika atau dinamika molekul, dan
komposisi campuran biologi, larutan hasil sintesis, atau komposit.H NMR adalah
metode spektroskopi yang digunakan untuk menentukan jenis dan jumlah atom
hidrogen yang ada dalam molekul. Dalam teknik ini, sampel (molekul / senyawa)
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan ditempatkan di dalam spektrofotometer NMR.
Kemudian peralatan akan memberikan spektrum yang menunjukkan beberapa puncak
untuk proton yang ada dalam sampel dan juga dalam pelarut. Tetapi penentuan proton
yang ada dalam sampel sulit karena gangguan yang berasal dari proton pelarut. Oleh
karena itu, pelarut yang sesuai yang tidak mengandung proton harus digunakan.

B. TUJUAN
1) Untuk memahami pembelajaran materi CNMR dan HNMR.
2) Untuk dapat membedakan kedua jurnal.
3) Untuk melatih menelaah kelebihan dan kekurangan jurnal.

C. MANFAAT
Critical Jurnal Review dapat membawa manfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri
khususnya. Terutama dalam pemahaman pembelajaran materi CNMR DAN H-NMR.
BAB II. PEMBAHASAN

IDENTITAS JURNAL

A. JURNAL PERTAMA

Judul : Sifat Anti Cendawan trichophyton mentagrophytes dan candida


albicans dari zat ekstraktif kayu pelanjau
Jurnal : Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume & Halaman : Vol IV, No.02
Tahun : 2010
Penulis : Fathul Yusro, Wasrin Syafh Dan Eko Sugeng Pribadi

B. JURNAL KEDUA

Judul : Optimasi metode 1H-NMR Profilling pada rimpang kunyit


Jurnal : Bioeksperimen
Volume & Halaman : Vol. 5,No.02
Tahun : 2019
Penulis : Caroline dwiseptianti, Febri Andi Susanto, Yekti Asih
BAB III. RINGKASAN JURNAL

A. RINGKASAN JURNAL I

BAHAN DAN METODE

Bahan dan alat penelitian


Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan, Bagian Mikrobiologi Medik Departemen llmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteri- ner Fakultas Kedokteran Hewan, Laboratorium Kimia Organik Departemen
Kimia Fakultas MIPA histitut Pertariian Bogor, Pusat Penelitian Kimia Serpong dan Pusat
Laboratorium Forensik Mabes Polri Jakarta. Waktu pelaksanaan penelitian bulan Agustus 2008
- Februari 2009.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu pelanjau yang berasal dari daerah Batang
Tarang, Kalimantan Barat dan pelarut etanol, n- heksan, dietil eter, etil asetat, kloroform serta
air suling. Cendawan T. mentagrophytes dan C. albicans, bahan
pembuatan media Sabouraud dextrose agar (SDA) yaitu Peptone, Dextrose dan Agar,
obat anti cendawan Itrakonazol dan larutan McFarland's I. Untuk kolom kromatografi diper-
gunakan silika gel 60 F254, g! «»! dam un kromatografi lapis
tipis (KLT) dipergunakan lempeng silika gel GF254

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antam lain mesin penggiling, saringan berukuran 40-
60 mesh, spatula, labu erlenmeyer, penguap putar, eorong pisah, timbangan analitik, oven, gelas
piala, cawan petri, tabung reaksi, inkubator, micropipet, Caliper dan kolom kromatografi. Untuk
meng- identifikasi komponen kimia digunakan Spektro- metri Proton dan Karbon NMR
{Nuclear Magnetic Resonance) serta GC MS {Gas Cromatogrophy - Mass Spectroscopy).
Metode penelitian
Persiapan conZn6
Kayu pelanjau digiling menjadi serbuk menggunakan mesin perlggiling dan dilewatkan pada
mesh screen berukuran 40-60 mesh, kemudian dikering-udarakan sampai kadar air sekitar 15%.

Ekstraksi cerbuk koyu


Sebanyak * 2.000 gram serbuk kayu pelanjau dimasukkan ke dalam stoples dan direndam dengan
pelarut etanol sehingga seluruh serbuk terendam dengan perbandingan serbuk dan pelarut adalah
1 : 5. Campuian ini diaduk sesering mungkin mengguna- kan spatula dan setelah 48 jam lanitan
ekstraksi tersebut disaring dengan kertas saring. Perlakuan tersebut dilakukan hingga diperoleh
laiutan ekstrak jernih sehingga dianggap semua zat ekstraktif sudah diperoleh. Selanjutnya,
larutan ekstrak disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Ekstrak etanol yang diperoleh selanjutnya diuap- kan dengan penguap putar [vacuum rotary
evapora- tor) pada suhu maksimum 40°C hingga diperoleh volume sebanyak 1 liter. Dari jumlah
tersebut diambil i 0 ml dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang kering dan telah
diketahui beratnya kemudian diuapkan dengan penguap putar hingga kering. Selanjutnya
dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 40-60°C. Kandungan ekstrak etanol.
dihitung berdasarkan persentase berat padatan ekstrak etanol dengan berat kering tanur serbuk.
Dari 990 ml laiutan ekstrak etanol yang tersisa, diambil sebanyak 500 tril dan diuapkan dengan
penguap putar hingga diperoleh volume sebanyak 100 ml. Larutan ekstrak etanol yang kental
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam corong pisah funnel separator), kemudian
ditambahkan air suling sebanyak 20 ml dan pelarut n-heksan sebanyak 75 ml. Campuran ini
selanjutnya dikocok dan dibiarkan sampai terjadi pemisahan antara pelarut etanol dengan n-
heksan. Setelah terjadi pemisahan, fraksi terlarut n-heksan dipisahkan dari residu dan selanjut-
nya dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat- rapat. Residu hasil fraksinasi dengan n-heksan
yang tertinggal dalam corong pisah selanjutnya ditambah- kan lagi dengan pel;uut dietil eter
sebanyak 75 ml, dikocok dan dibiarkari sampai terjadi pemisahan seperti halnya fraksinasi
dengan n-heksan. Setelah terjadi pemisahan, fraksi terlarut dietil eter dipisah- kan dan disimpan
pada botol yang tertutup rapat.
Tahapan terakhir dari fraksinasi bertingkat ini adalah dengan menggunakan pelarut etil asetat.
Residu hasil fraksinasi dengan pelarut dietil eter selanjutnya difraksinasi dengan pelarut etil
asetat sebanyak 75 ml. Fraksinasi ini dilakukan sama seperti fraksinasi dengan tiga pelarut
sebelurnnya.

Larutan hasil fraksinasi bertingkat diuapkan pelaiutnya dengan penguap putar pada suhu 40°C.
Fraksi-fraksi yang diperoleh dikeringkan dengan oven pada suhu 40-60°C. Secara lebih jelas
skema ekstraksi dan fraksinasi serbuk kayu pelanjau dapat dilihat pada Gambar 1.

Kandungan zat ekstraktif pada tiap-tiap fraksi dihitung terhadap bobot kering oven berdasarkan
nimus :
Kadar Zat Ekstraktif = it xl00%
Keterangan :
Wa = Berat padatan ekstrak (g) Wb = Berat kering oven serbuk (g)
Uji aktivitas anti cendawan
a. Penentuan zona hambat
Aktivitas anti cendawan ekstrak kayu pelanjau dapat diketahui dengan metode difusi agar untuk
penentuan zona hambat (Reezal et al., 2002; Koselac et ml., 2005). Sebanyak 25-£2 ml SDA
sucihama disiapkan pada suhu 45-50°C agar tetap mencair. Media SDA tersebut dimasukkan ke
dalam cawan petri (diameter 9 cm) dan kemudian diinokulasikan dengan satu mililiter dari
suspensi 1-5 x 10 CFU/ml
C. albicans dan stniktur miselia T. mentagrophytes.
Satu percobaan dilakukan dalam cawan petri untuk

Dilakukan uji terhadap cendawan T. mentagroPhyte.i dan C. alhicans


Gambar 1. Skema ekstraksi dan fraksinasi serbuk kayu pelanjau
satu jenis cendawan. Kerapatan inokulum diukur atau dibandingkan dengan larutan baku
McFarland's I yang mempunyai kerapatan kira-kira 3x10 sel/ml.
SDA yang telah diinokulasi kemudian dibiarkan pada suhu ruangan selama maksimum 30 menit
hingga agar memadat. Kemudian dibuat lubang berdiameter enam milimeter menggunakan
tabung reaksi dan diisi dengan 60 pl zat ekstrak kayu pelanjau dengan tingkat konsentrasi 5, 10,
15, 20, 25 dan 30 mg/ml. Media diinkubasi pada suhu 4°C selama satu jam
dan diinkubasi kembali pada suhu 25
- 27°C selama 48 jam untuk se1 khamir C. albicans dan tujuh hari untuk T. mentagrophytes.
Setelah masa inkubasi tercapai, zona hambat diukur dalam satuan milimeter.
Identifikoci komponen Limia
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan spektrometri Proton dan Carbon NMR {Nuclear
Magnetic Resonance, Resonansi Magnet Inti) untuk menentukan kedudiikan hidrogen dan
Carbon serta menggunakan GC MS {Gus Cromatography - Mass Spectroscopy).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan zat ekstraktif


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak etanol dari l.855,98 gram serbuk kayu
pelanjau (2.000 gram serbuk dengan kadar air 7,76%) adalah 130,6 gram atau 7,04%. Hasil dari
fraksinasi tersebut secara lengkap tersaji pada Tabel 1. Kandungan zat ekstraktif kayu pelanjau
ditentukan berdasarkan kelarutannya dalam pelarut yang digunakan untuk mengekstrak.
Berdasarkan klasifi- kasi kelas komponen kimia kayu lndonesia (Anonim, 1976) kandungan zat
ekstraktif kayu pelanjau yang larut dalam pelarut etanol termasuk tinggi, yaitu diatas 4%.
Tingginya kandungan zat ekstraktif kayu pelanjau diduga karena penggunaan pelarut etanol
dalam proses ekstraksi. Menurut Phongpaichit ct al. (2004)etanol merupakan pelarut terbaik.
Pelarut etanol secara efisien berpenetrasi ke dalam membran sel, sehingga diperoleh komponen
endoseluler yang menyebabkan rendemen menjadi tinggi. Etanol melarutkan terutama senyawa-
senyawa metabolit polar bersama-sama dengan senyawa dengan polari- tas medium dan rendah
(Silva ei ‹sf., 1998). Selain itu menurut Filho (2006) ekstraksi dengan mengguna- kan pelarut
etanol sangat efektif dalam rnengisolasi senyawa-senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa yang
dapat diikat oleh pelarut etanol antara lainfcred oils, lemak, lilin, alkaloid, lectin, quassinoid,
flavon, poliphenol, tanin, saponin, aglikon dan glikosida (Houghton & Raman, 1998; Filho,
2006).

Berdasarkan identifikasi dengan menggunakan spektrurn proton (“NMR) dan Carbon (CNMR),
diduga komponen utama dari fraksi EA6a adalah Asam 2-Hidroksioktadekanoat (CtgH3#O,)
dengan berat molekul 300. Adapun struktur molekulnya disajikan pada Gambar S. Hasil
interpretasi spektrum GC MS menggunakan NIST {National Institute of Standard and
Technology) Library menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi EA6a bukan
senyawa tunggal melainkan terdiri dari beberapa senyawa yang didominasi oleh senyawa asam
lemak dan sebagian kecil senyawa fenol yang secara lebih jelas disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Beberapa senyawa asam lemak dan fenol yang terdapat dalam fraksi EA6a hasil
identifikasi GC MS
I Vanilin 152 3,15
2 Phenol, 2-methoxy-4-(I -pro- 164 3,52
penyl)
3 Hexadccanoic acid 284 7,39
4 Ethyl olcatc 310 R,46
S Octadecanoic acid 312 8,63

Gambar 5. Struktur molekul senyawa Asam 2-Hidrok- sioktadekanoat (C„H„O,)

Dari hasil interpretasi spektrum rcsonansi magnet inti Proton (Hidrogen) (HNMR), Carbon
(CNMR) dan GC MS menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam fraksi EA6a
(senyawa EA6a) adalah Asam 2-Hidroksioktadekannat, Asam Oktadekanoat, Asam
Heksadekanoat 6an Etyl Oleat yang merupakan senyawa dari golongan asam lemak, Vanilin dun
Phrnol,2-methoxy-4-(1-propenyl) yang merupakan senyawa dari golongan fenol.
Ekstrak dari daun Excoecaria agallocha {blind- your-eye Mangrove) yang kandungan utamanya
adalah asam lemak mempunyai aktivitas terhadap beberapa jenis cendawan Candida, seperti €.
albicans, Candida crusei, Candida tropicalis, Candida parapsilosis (Agoromoorthy et al.,
2007). Meniuut Deak (2008), vanilin dapat menghambat pertumbuhan mikroba, yang pada
konsentrasi 0,2% dapat menghambat pertumbuhan khamir seperti Saccharomyces cerevisiae,
Zygo.saccharumyces bailii, Zygosaccharomyces rouxii dan Debaryo- myces hansenii. Selain itu,
sifat umum dari senyawa fenol sederhana adalah sebagai bakterisida, antiseptik dan
anthelmentika dan senyawa fenol itu sendiri digunakan sebagai baku untuk agen antimikroba
(Pengelly, 1999).
Dari beberapa ekstrak tanaman lain yang mempunyai aktivitas anti mikroba dengan kandung- an
utama asam lemak maupun fenol, maka diduga senyawa asam lemak dan fenol yang terkandung
dalam ekstrak kayu pelanjau juga efektif dalam menghambat pertumbuhan cendawan C.
alhicans. Adanya senyawa Asam 2-Hidroksioktadekanoat, Asam Oktadekanoat, Asam
Heksadekanoat dan Eyf Oleat yang merupakan senyawa dari golongan asam lemak diduga
menyebabkan lingkungan dalam sistem membran cendawan menjadi lebih asam. Menurut Sayuti
ct al. (2006), keadaan asam pada sistem membran menyebabkan pertumbuhan cenda- wan
menjadi terhambat. Selain itu adanya pengguna- an senyawa fenol sebagai baku antimikroba,
maka diduga senyawa Vanilin dan Phenol,2-methoxy 4-(1-
propenyl) yang merupakan senyawa dari golongan fenol berperan besar dalam menghambat
pertumbuh- an cendawan C. Albicans.
Penentuan senyawa fraLsi EA6c
Hasil spektrum resonansi magnet inti Proton (HNMR) dan Carbon ("NMR) pada fraksi EA6c
hanya menunjukkan satu puncak pergeseran sehingga hasilnya tidak dapat diinterpretasikan.B.
B. RINGKASAN JURNAL 2

A. Pendahuluan

Dari berbagai teknik analisis yang ada, fingerprinting berbasis NMR merupakan pilihan
yang sangat tepat karena NMR memiliki kisaran deteksi yang luas mencakup senyawa
dari golongan non-polar sampai polar, dan preparasi sampel yang sederhana. NMR
memiliki reprodusibilitas yang paling tinggi dibanding analisis kimia yang lain sehingga
data yang telah diukur baik itu ekstrak obat herbal, senyawa standar atau referensi dapat
dijadikan sebagai acuan dan menjadi database untuk analisis selanjutnya. Untuk
keberhasilan analisis fingerprinting NMR ini maka perlu dilakukan optimasi dalam
protokol penyiapan sampel dan metode baku pengukuran NMR

1. Preparasi sampel

Rimpang kunyit yang digunakan dikoleksi dari Karanganyar kemudian dibersihkan dan
dicuci dengan air mengalir dan mencegah kontaminasi yang dapat mempengaruhi mutu
rimpang. Rimpang segera ditiriskan dengan rak pengering dan dibolak-balik secara
periodik selama ± 1 minggu untuk memastikan keseragaman pengeringan dan mencegah
fermentasi. Untuk mempercepat proses pengeringan rimpang kunyit dirajang secara split
(membujur untuk mengurangi terputusnya serat-serat yang didalamnya terdapat minyak
atsiri) dengan ketebalan 4-5 mm (Prasetya & Yuliani, 2014). Setelah dirajang rimpang
kunyit kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu 50°C selama 8-10 jam, kemudian
diserbuk dan di lakukan freeze drying untuk menghilangkan kadar air

2. Analisis 1H-NMR

Sampel kering dalam tabung Eppendorf ditimbang (50 mg) dan ditambahkan solvent
ekstraksi dengan variasi tiga konsentrasi yang berbeda yaitu methanol-d4 100%, 70%
dan 30%(750 μl CD3 OD + 750 μl KH2 PO4 buffer dalam D2 O (pH 6.0). Sampel
dihomogenisasi dengan vortex dahulu selama 1 menit di suhu ruang (20-25o C)
kemudian diekstraksi menggunakan ultrasonikator selama 15 menit di suhu ruang.
Supernatan sebanyak 1ml dimasukkan ke tabung Eppendorf 1,5 ml. Kemudian sampel
disentrifugasi pada kecepatan 10.000g di suhu ruang selama 10 menit untuk
mendapatkan supernatan yang jelas. Supernatan sebanyak 800 μl dimasukkan kedalam
tabung NMR 5mm, dan ditempatkan di suhu ruang selama setengah jam sebelum
pengukuran NMR untuk menghindari shimming akibat perbedaan temperatur pada
sampel dan setelahnya dapat dianalisis dalam spektroskopi H NMR.

3. Analisis data 1H-NMR

Hasil spektra NMR dikonversikan ke bentuk yang sesuai untuk dilakukan analisis
multivariat. Penelitian ini menggunakan software (Mestrelab) MNOVA v.11.0.4 untuk
pengolahan data 1D NMR. Identifikasi metabolit dilakukan dengan perbandingan sinyal
NMR dengan referensi senyawa atau dengan spektra satu dimensi. Pengukuran
kandungan metabolit secara semikuantitatif dilakukan dengan membandingkan jarak
sinyal metabolit yang dianalisis dengan sinyal standar solvent atau pergeseran kimia
(chemical shift)
B. Hasil dan Pembahasan

Profiling metabolit berbasis NMR merupakan langkah awal analisis metabolit secara
kualitatif dan kuantitatif.NMR memiliki kisaran deteksi yang luas mencakup senyawa
dari golongan non-polar sampai polar, dan preparasi sampel yang sederhana serta
memiliki reprodusibilitas yang paling tinggi dibanding analisis kimia yang lain sehingga
data yang telah diukur baik itu ekstrak obat herbal. Akumulasi tembaga di dalam tubuh
manusia dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti gagal ginjal, kanker,
kerusakan liver, kerusakan otak, gangguan saraf, bahkan kematian (Hocheng,
Chakankar, & Jadhav, 2018). Pencemaran tembaga di pantai timur Surabaya merupakan
salah satu kasus pencemaran logam berat yang terjadi di Indonesia yang belum dapat
ditanggulangi. Pencemaran ini dapat terjadi karena adanya pembuangan limbah cair ke
sungai oleh industri yang berada di sekitar pantai timur

Dalam pengukuran sampel dilarutkan dalam pelarut yang tidak mengandung proton
(salah satunya Metanol-d4 ) yang memiliki sifat semipolar sehingga sesuai untuk
mengekstraksi senyawa bioaktif terutama kurkumin pada rimpang kunyit, buffer fosfat
untuk menstabilkan kondisi pH larutan agar dapat mencegah perubahan konformasi atau
struktur beberapa senyawa bioaktif yang sensitif, 3-(trimethylsilyl)- 2,2,3,3-
tetradeuteropropionic acid (TMSP-d4 ) 0,01% ditambahkan sebagai standar internal, dan
dilarutkan dalam D2 O untuk kuantifikasi metabolit dengan pelarut methanol-d4
berbagai konsentrasi (Kim, et al., 2011). Selain itu kurkumin dapat mengalami
perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau
kuning jingga pada suasana asam,sedangkan dalam suasana basa berwarna merah.
Kurkumin dalam suasana basaatau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang
relatif lama dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi
membentuk asamferulat dan feruloilmetan. Sehingga penting untuk menjaga kestabilan
pH pada ekstrak kasar tersebut.

Gambar : H NMR 500 MHz rimpang kunyit pada pelarut CD3 OD

Dari hasil yang diperoleh berupa spektra 1 H NMR rimpang kunyit pada pelarut
methanol berbagai konsentrasi mengandung ratusan sinyal yang ditunjukan pada
Gambar diatas. Sinyal tersebut memperlihatkan keseluruhan jumlah metabolit yang
terekstraksi oleh masing-masing pelarut sesuai polaritas atau karakteristik tiap metabolit.
Konsentrasi absolut metabolit dapat dihitung dengan membandingkan intensitas puncak
(peak)-nya dengan standard internal. Puncak diukur tidak berdasar posisi resonansi
melainkan jarak geseran dari TMSP atau standar internal yang digunakan (chemical
shift).

Dari stack 1H NMR dapat dibagi tiga wilayah untuk profiling metabolit yaitu
diperkirakan senyawa golongan aromatik terekstraksi pada chemical shift 5,75- 8,0 pm;
senyawa golongan sakarida terekstraksi pada kisaran 2,75-5,75 ppm ; dan senyawa
golongan asam amino dan asam lemak terekstraksi pada kisaran 0,5-2,75 ppm. Untuk
kurkumin sebagai komponen bioaktif utama pada rimpang kunyit merupakan senyawa
golongan aromatik sehingga terekstraksi pada wilayah 6,5-7,75 ppm. Senyawa yang
berjumlah sedikit sulit dideteksi karena lemahnya sinyal serta adanya kemungkinan
tumpukan puncak (peak) dalam satu area. Sehingga untuk mendeteksi seluruh sinyal
secara lengkap menghabiskan waktu banyak meski dengan deteksi NMR dua dimensi.
Seluruh daftar metabolit yang diduga terekstraksi dalam tiap pelarut (Tabel 1)
diidentifikasi cepat menggunakan software MNOVA v.11.0.4 dan dibandingkan dengan
referensi chemical shift NMR yang telah diketahui terekstraksi pada kondisi yang sama
(Kim, Choi, & Verpoorte, 2010). Hasil ekstraksi pelarut Metanol-d4 100% mampu
mengekstrak kurkumin, senyawa golongan aromatik yang cenderung memiliki polaritas
rendah lebih baik. Hal ini terkait sifat Metanol- d4 sebagai pelarut universal yang mampu
mengekstrak senyawa polaritas rendah hingga tinggi serta kesesuaian polaritas-nya (asas
like dissolve like) terhadap metabolit primer golongan sakarida dan asam amino maupun
metabolit sekunder seperti golongan fenolik atau kurkuminoid.
C.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

A. Jurnal 1

Kelebihan

Jurnal ini sangat rinci karena didalamnya memuat secara detail sampel yang akan
dideteksi secara metode HNMR dan CNMR

Teori yang dimuat dijurnal ini menggunakan banyak sekali referensi sehingga sangat
akurat untuk dijadikan acuan dalam pembuatan CJR ini

Teori didalam jurnal ini memuat rumus penentuan kadar zat yang disertai keterangan
yang membantu untuk memahami jurnal ini

Kelemahan

Karena jurnal ini memuat banyak referensi dan jurnal ini sangat luas pembahasan nya
sehingga cukup kesulitan untuk memahaminya.

B. Jurnal 2

Kelebihan

Jurnal ini membahas secara detail metode yang digunakan serta memaparkan analisis
data HNMR nya

Teori yang dimuat dijurnal ini cukup banyak memakai referensi dan juga dibuat gambar
grafik spektra spektroskopi HNMR dan tabel metabolitnya

Kelemahan

Jurnal ini hanya memuat metode HNMR nya saja tampa analis metode CNMR nya
BAB IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dalam makalah CJR ini yang terkait dalam materi HNMR
dan CNMR adalah NMR memiliki kisaran deteksi yang luas mencakup senyawa dari
golongan non-polar sampai polar, dan preparasi sampel yang sederhana serta memiliki
reprodusibilitas yang paling tinggi dibanding analisis kimia yang lain.

Dalam CJR ini memiliki perbedaan metode dimana di jurnal pertama menjelaskan
metode NMR nya lebih detail sedangkan di jurnal kedua kurang.

Dan dalam CJR ini memiliki kelebihan dan kekurangan jurnal seperti memuat analisis
secara rinci dan para pembaca kurang memahami isi jurnal tersebut karena memiliki
banyak kata-kata yang kurang dipahami.

B. SARAN

Demikian makalah CJR yang telah kami diskusikan dan kami susun ini, kami
mengucapkan terima kasih dan kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
dan penyampaian makalah kami ini. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. (2006). Mikologi dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia.

Ulfa, A. (2014). Uji toksisitas dan identifikasi golongan senyawa aktif ekstrak
kulit dahan sirsak (Annona Muricata Linn) terhadap larva Udang Artemia
Salina leach (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).

Anda mungkin juga menyukai