MATERI
HIDRODINAMIKA REAKTOR
Disusun Oleh
Kelompok : 2/ Rabu
MATERI
HIDRODINAMIKA REAKTOR
Disusun Oleh
Kelompok : 2/ Rabu
TTD
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
hidayah- Nya sehingga dapat terselesaikan Laporan Praktikum Proses Kimia ini
dengan judul “Hidrodinamika Reaktor”.
Laporan Praktikum Proses Kimia ini merupakan salah satu mata kuliah
yang wajib diambil oleh semua mahasiswa. Dalam penyusunan Laporan
Praktikum Proses Kimia ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan
tahapan-tahapan praktikum dengan proposal yang telah dibuat dan disetujui.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Prof. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng., Ph.D. selaku Kepala Laboratorium
Proses Kimia, Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Dr. Luqman Buchori, S.T., M.T. selaku dosen pengampu materi
Hidrodinamika Reaktor
4. Muhammad Daffa Rizky Dwiputra selaku koordinator asisten
Laboratorium Proses Kimia Departemen Teknik Kimia
5. Kania Adelia Meiranti dan Muhammad Fahri P. selaku asisten pengampu
Laboratorium Proses Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
6. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak membantu atas
terselesaikannya laporan praktikum ini.
Kami menyadari adanya keterbatasan di dalam penyusunan laporan
praktikum ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun masih perlu
diberikan kepada penyusun agar lebih baik dalam praktikum dan penyusunan
laporan. Diharapkan laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
RINGKASAN ....................................................................................................... iii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Percobaan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Percobaan ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Reaktor Kolom Gelembung dan Air Lift ....................................................... 3
2.2 Hidrodinamika Reaktor ................................................................................. 4
2.3 Perpindahan Massa ........................................................................................ 7
2.4 Kegunaaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri .................................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 11
3.1 Skema Rancangan Percobaan ...................................................................... 11
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ................................................................. 11
3.3 Gambar Rangkaian Alat .............................................................................. 12
3.4 Variabel Operasi .......................................................................................... 12
3.5 Prosedur Praktikum ..................................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 14
4.1 Pengaruh Tinggi Cairan dalam Reaktor terhadap Hold Up Gas ................ 14
4.2 Pengaruh Tinggi Cairan dalam Reaktor terhadap Laju Sirkulasi ............... 17
4.3 Pengaruh Tinggi Cairan dalam Reaktor terhadap Koefisien Transfer Massa
GasCair .............................................................................................................. 19
4.4 Pengaruh Waktu Tinggal Na2SO3 terhadap Koefisien Transfer Massa Gas-
Cair A ................................................................................................................ 21
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24
5.2 Saran ............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe Reaktor Air-lift 3
Gambar 3.1 Skema Rancangan Percobaan 10
Gambar 3.2 Rangkaian alat hidrodinamika reaktor 11
Gambar 4.1 Hubungan ketinggian cairan dispersi dengan hold up gas 13
Gambar 4.2 Hubungan ketinggian cairan dispersi dengan laju sirkulasi 15
Gambar 4.3 Hubungan ketinggian cairan dispersi terhadap Kla 17
Gambar 4.4 Hubungan waktu tinggal Na2SO3 terhadap Kla 19
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara A-1
Lembar Perhitungan reagen B-1
Lembar Perhitungan C-1
Referensi D-1
Lembar asistensi E-1
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
air-lift. Pada reaktor air-lift perpindahan massa oksigen terjadi jika adanya
kontak antara fase gas-cair. Kecepatan perpindahan massa sangat dipengaruhi
oleh koefisien perpindahan massa antara fase gas-cair. Koefisien ini
dipengaruhi secara langsung oleh laju alir gas di dalam reaktor, laju alir
cairan, kosentrasi, viskositas, densitas, suhu di dalam cairan.
Oleh karena itu, pada percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika
pada reaktor air-lift, terutama berkaitan dengan pengaruh tinggi cairan
terhadap hold-up gas pada area riser maupun downcomer, laju sirkulasi dan
koefisien perpindahan massa gas-cair pada sistem serta pengaruh waktu
tinggal Na2SO3 terhadap KLa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1 Tipe Reaktor Air-Lift
Keuntungan penggunaan reaktor air-lift dibanding reaktor konvensional
lainnya, diantaranya :
1. Perancangannya sederhana, tanpa ada bagian yang bergerak
2. Aliran dan pengadukan mudah dikendalikan
3. Waktu tinggal dalam reaktor seragam
4. Kontak area lebih luas dengan input yang rendah
5. Meningkatkan perpindahan massa
6. Memungkinkan tangki yang besar sehingga meningkatkan produk
Kelemahan Reaktor Air Lift antara lain:
1. Biaya investasi awal mahal terutama skala besar
2. Membutuhkan tekanan tinggi untuk skala proses yang besar
3. Efisiensi kompresi gas rendah
4. Pemisahan gas dan cairan tidak efisien karena timbul busa (foamin)
Dalam aplikasi reaktor air-lift terdapat 2 hal yang mendasari mekanisme
kerja dari reaktor tersebut, yaitu hidrodinamika dan transfer gas-cair.
4
Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas
pada disperse gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan (ε).
= ….. (1)
= x …. (2)
= x …. (3)
= x …. (4)
5
= ....…... (5)
= ... (6)
= ……............... (7)
= ................ (9)
6
dimana : tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada riser (s)
tld = waktu tinggal sirkulasi liquid pada downcomer (s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
= hold up gas riser
= hold up gas downcomer
7
Untuk perpindahan massa oksigen ke dalam cairan dapat dirumuskan
sebagai kinetika proses, seperti di dalam persamaan 10 :
8
5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme
reaksi yang terjadi :
Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0.5 O2 → Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Reaksi saat analisa :
Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3 → Na2SO4 + 2KIO2 + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI
Mol Na2SO3 mula-mula (a)
= - ( )
= ( )
KLa
Dimana :
nO2 = fluks perpindahan massa O2
∆C = concentration driving force kedua fase
0,5O2 + SO32- SO42-
Massa Na2SO3 yang dibutuhkan untuk 1 gram O2 :
9
Jadi, nilai KLa adalah : KLa =
Rumus KLa :
KLa
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Menghitung
Menghitung reagen dan Mengukur
konsentrasi
ukuran reaktor densitas
Na2SO3 dengan
titrasi
11
Kompresor
Reaktor
Sendok reagen
Picnometer
b. Variabel berubah
tinggi volume reaktor 90,5 cm, 91,5 cm, 92,5cm.
12
b. Menambahkan Na2SO3 0,035 N ke dalam reaktor, ditunggu 5 menit
agar larutan Na2SO3 larut dalam air.
c. Melihat ketinggian inverted manometer.
d. Hidupkan kompressor kemudian melihat ketinggian inverted
manometer setelah kompresor dihidupkan.
e. Ambil sampel untuk titrasi dan menghitung densitasnya.
f. Menghitung besarnya hold up gas.
g. Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk variabel tinggi volume
reaktor 90,5 cm, 91,5 cm, 92,5cm.
2. Menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
a. Mengambil sampel sebanyak 10 ml.
b. Menambahkan KI sebanyak 5 ml ke dalam sampel.
c. Menitrasi dengan Na2SO3.5H2O 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
dari coklat tua menjadi kuning jernih.
d. Menambahkan 3 tetes amilum.
e. Menitrasi sampel kembali dengan larutan Na2SO3.5H2O 0,1N.
f. TAT didapat setelah warna putih keruh.
g. Mencatat kebutuhan titran.
h. Ulangi sampai volume titran tiap 5 menit konstan.
3. Menentukan kecepatan sirkulasi
a. Merangkai alat yang digunakan.
b. Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3 0,035 N.
c. Menghidupkan kompresor.
d. Memasukkan zat warna pada reaktor downcomer.
e. Mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat
warna tertentu untuk mencapai lintasan yang telah digunakan.
f. Menghitung besarnya kecepatan sirkulasi.
g. Melakukan percobaan dengan tinggi volume reaktor 90,5 cm, 91,5
cm, 92,5cm.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0,01
0,008
hold up gas
0
89,5 90,5 91,5 92,5 93,5
ketinggian cairan (cm)
14
Dalam praktikum ini nilai hold-up gas dipengaruhi oleh perubahan
ketinggian inverted manometer (∆hr dan ∆hd) yang bekerja berdasarkan
perbedaan tinggi cairan pada reaktor. Untuk densitas larutan, densitas gas,
dan jarak antara sparger dengan tinggi cairan dalam reaktor adalah tetap.
Perbedaan tinggi tersebut dihasilkan karena masuknya gas ke dalam cairan.
Dari percobaan, diperoleh data ∆hr dan ∆hd untuk variabel tinggi cairan
dalam reaktor 90,5 cm (0,5 cm dan 0,7 cm), variabel dengan tinggi cairan
dalam reaktor 91,5 cm (0,6 cm dan 0,8 cm) dan untuk variabel dengan tinggi
92,5 cm (0,7 cm dan 0,9 cm). Pada variabel dengan tinggi cairan dalam
reactor 90,5 cm nilai hold up gas riser (εr), hold up gas downcomer (εd), dan
hold up gas total (εtotal) berturut – turut adalah 0,006217 ; 0,008707 dan
0,007213. Selanjutnya untuk variabel dengan tinggi cairan dalam reactor 91,5
cm nilai hold up gas riser (εr), hold up gas downcomer (εd), dan hold up gas
total (εtotal) berturut – turut adalah 0,007377 ; 0,009828 dan 0,008357. Dan
untuk variabel dengan tinggi cairan dalam reaktor 92,5 cm nilai hold up gas
riser (εr), hold up gas downcomer (εd), dan hold up gas total (εtotal) berturut –
turut adalah 0,008496 ; 0,011 dan 0,009498. Sehingga dari grafik dapat
dilihat adanya kenaikan nilai εr , εd ,dan εtotal seiring bertambahnya tinggi
cairan dalam reaktor.
Besaran hold-up gas memiliki hubungan dengan beberapa hal seperti
viskositas, laju alir udara, dan waktu tinggal. Hubungan antara waktu tinggal
dan hold-up gas dinyatakan dalam persamaan:
dimana :
tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada riser (s)
tld = waktu tinggal sirkulasi liquid pada downcomer (s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
εr = hold up gas riser
εd = hold up gas downcomer
15
Menurut Yazid (2012), waktu tinggal meningkat seiring bertambahnya
volume dari material. Sehingga adanya penambahan tinggi reaktor
menyebabkan bertambahnya volume cairan, yang menyebabkan waktu
tinggal menjadi lebih lama. Pada persamaan dapat dilihat bahwa semakin
besar waktu tinggal yang dibutuhkan maka hold up gas yang dihasilkan
semakin sedikit. Sehingga dapat disimpulkan dengan bertambahnya tinggi
cairan maka semakin kecil nilai hold-up gas yang dihasilkan.
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa εd > εtotal > ε total. Penjelasan
mengenai εd lebih besar dibandingkan dengan εtotal dan εr karena perbedaan
tekanan yang menyebabkan adanya turbulensi yang mempengaruhi arus alir
pada downcomer dan mengakibatkan banyak udara yang terjebak di zona
downcomer. Hal ini menyebabkan fraksi udara bertambah besar sehingga
tinggi cairan pada inverted manometer downcomer menjadi lebih tinggi
sehingga hold up gasnya pun tinggi. Untuk hold up gas total itu lebih besar
daripada εr dan lebih kecil daripada εd dikarenakan Δh total lebih besar
daripada Δhr dan lebih kecil dibanding Δhd. Sebagai contoh, pada tinggi
cairan 90,5 cm, nilai Δh total = 0,6 cm, sedangkan Δhr dan Δhd masing –
masing bernilai 0,5 cm dan 0,7 cm. Dengan Δh total yang lebih tinggi
daripada Δhr maka fraksi udara bertambah besar sehingga εtotal pun akan lebih
besar. Sebaliknya, Δhd lebih besar daripada Δh total maka fraksi udara akan
bertambah besar pada downcomer sehingga εd akan lebih besar. Hal tersebut
sesuai dengan persamaan :
(Hendri, 2010)
Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa nilai hold up gas
mengalami kenaikan seiring bertambahnya ketinggian cairan dispersi. Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori dimana nilai hold up akan turun seiring
bertambahnya tinggi cairan (volume cairan). Kenaikan nilai hold-up gas ini
16
disebabkan oleh luas antar muka cairan gas atau ukuran gelembung mikro
yang tidak stabil atau sama. Dampak dari terbentuknya gelembung dengan
ukuran sangat kecil akan meningkatkan nilai hold up gas, serta meningkatkan
potensi perpindahan gas cair. Menurut Setiadi (2008), jika luas kontak antar
cairan gas luas/ukuran gelembung semakin kecil maka kecepatan perpindahan
massa antarfase gas cair akan naik, sehingga hold up gas akan naik. Pada
percobaan, sparger akan memecah udara dari kompresor menjadi gelembung–
gelembung kecil, tetapi ukuran dan luas gelembung yang dikeluarkan tidaklah
selalu sama. Hal ini diduga sebagai penyebab naiknya nilai hold up gas pada
konsentrasi 0,0375 N (Purwasasmita, 2017).
10
laju sirkulasi (cm/s)
6
uLd
4 uLr
0
90 90,5 91 91,5 92 92,5 93
ketinggian cairan (cm)
17
(dari tekanan hidrostatis) semakin besar sehingga waktu yang diperlukan
untuk menempuh lintasan yang ditentukan menjadi semakin sedikit/kecil dan
laju sirkulasi cairan menjadi semakin besar.
Hal ini sesuai dengan persamaan beikut:
Dimana :
Uld = laju sirkulasi cairan downcomer (cm/s)
Lc = panjang lintasan dalam reaktor (cm)
tc = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai seluruh lintasan (s)
Berdasarkan persamaan di atas, nilai Uld berbanding terbalik dengan tc.
Dari persamaan tersebut didapatkan hasil pada praktikum, untuk variabel
dengan tinggi cairan 90,5 cm didapatkan Uld 10 cm/s dan Ulr 6,67 cm/s. Pada
variabel dengan tinggi cairan 91,5cm didapatkan Uld 8,57 cm/s dan Ulr 5,71
cm/s. Pada variabel dengan tinggi cairan 92,5 cm didapatkan Uld 7,5 cm/s
dan Ulr 5 cm/s. Dari hasil tersebut, maka semakin tinggi cairan dalam reaktor
maka laju sirkulasi riser dan downcomer pada masing-masing variabel
semakin tinggi. Nilai Uld sendiri berbanding lurus dengan nilai Ulr. Dapat
dilihat dari persamaan sebagai berikut :
Ulr . Ar = Uld . Ad
Dimana :
Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
Uld = laju sirkulasi cairan downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Dapat dilihat bahwa nilai Uld lebih besar daripada Ulr. Hal ini
dikarenakan, laju sirkulasi berbanding terbalik dengan luas penampangnya.
Dalam praktikum ini digunakan reaktor air-lift dimana luas penampang riser
lebih besar, yaitu 126 cm2 daripada luas penampang downcomer, yaitu 84
cm2. Dengan luas penampang riser yang lebih besar, maka nilai laju sirkulasi
area riser (Ulr) menjadi kecil karena nilai laju sirkulasi berbanding terbalik
dengan luas penampang dan nilai Uld pun lebih besar daripada nilai Ulr
(Haryani dan Widayat, 2011). Dikarenakan luas bidang atas pada zona riser
18
lebih besar dari pada zona downcomer,maka laju sirkulasi zona riser lebih
kecil dibanding pada downcomer (Bagus dkk,2015).
Sehingga dapat disimpulkan bahawa percobaan sudah sesuai dengan teori
bahwa semakin tinggi cairan dalam reaktor maka laju sirkulasi riser dan
downcomer pada masing-masing variabel semakin tinggi.
920
900
880
860
840
820
90 90,5 91 91,5 92 92,5 93
ketinggian cairan (cm)
19
Reaksi pencampuran antara natrium sulfit dan oksigen pada reaktor akan
menghasilkan natrium sulfat, tidak semua natrium sulfit bereaksi sehingga
masih ada natrium sulfit yang sisa. Natrium sulfit sisa dianalisa dengan titrasi
iodometri untuk mengetahui konsentrasi natrium sulfit sisa, reaksinya sebagai
berikut :
Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3Na2SO4 + 2KIO2 + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3Na2S4O6 + 2NaI
Natrium sulfit sisa dibentuk menjadi Natrium sulfat dan iodide dengan cara
direaksikan dengan Kalium Iodida yang berlebih. Untuk mengetahui kadar
natrium sulfit sisa, harus menganalisa kadar iodide terlebih dahulu dengan
cara dititrasi dengan natrium tiosulfit, titik akhir titrasi ditandai dengan
berubahnya warna kuning kecoklatan menjadi kuning terang.
Mol I2 excess (b)
Sehingga didapatkan mol narium sulfit sisa dari persamaan berikut ini
Mol Na2SO3 sisa (c) ( )
KLa
Dimana :
nO2 = fluks perpindahan massa O2
20
∆C = concentration driving force kedua fase
0,5O2 + SO32- SO42-
Massa Na2SO3 yang dibutuhkan untuk 1 gram O2 :
21
2500
2000
0
0 5 10 15 20 25 30
waktu (menit)
Sehingga dari persamaan diatas di dapatkan nilai KLa Pada waktu menit
ke-5 dengan tinggi cairan dalam reaktor 90,5 cm, 91,5 cm dan 92,5 cm
berturut-turut nilai KLa adalah 2215 gr/s, 2239 gr/s, dan 2263,375 gr/s. Pada
menit ke-10 berturut-turut nilai KLa adalah 1107,5 gr/s, 1119,5 gr/s dan
22
1131,625 gr/s. Pada menit ke-15 berturut-turut nilai KLa adalah 738,75 gr/s,
746,375 gr/s dan 754,5 gr/s. Pada menit ke-20 berturut-turut nilai KLa adalah
553,75 gr/s, 559,75 gr/s dan 565,875 gr/s Pada menit ke-25 variabel dengan
tinggi cairan dalam reaktor 90,5 cm dan 91,5 cm nilai KLa nya adalah 442,5
gr/s dan 447,5 gr/s.
Penurunan koefisien perpindahan massa gas-cair seiring dengan
penambahan waktu ini disebabkan karena dengan konsentrasi natrium sulfit
yang tetap, semakin lama waktu operasi menyebabkan konsentrasi natrium
sulfit dalam larutan semakin kecil. Dengan penurunan konsentrasi natrium
sulfit ini menyebabkan pula penurunan kebutuhan oksigen dalam reaksi
sehingga keberadaan oksigen di fase cairan semakin kecil. Salah satu faktor
yang memepengaruhi koefisien perpindahan massa adalah perbedaan
konsentrasi . Oleh karena itu, perbedaan konsentrasi yang semakin kecil
menyebabkan harga koefisien perpindahan massa volumetrik menjadi lebih
kecil (Haryani dan Widayat, 2011).
Pada percobaan, dengan waktu yang sama harga KLa pada variabel yang
berbeda cenderung sama. Hal ini disebabkan karena pengaruh peningkatan
laju alir udara menyebabkan peningkatan laju reaksi antara natrium sulfit
dengan oksigen didalam udara tidak signifikan. Hal ini mengakibatkan
perbedaan konsentrasi pada waktu yang sama untuk laju alir yang berbeda
sangat kecil. Oleh karena itu, pengaruh peningkatan laju alir udara terhadap
koefisien perpindahan massa pada waktu yang sama tidak terlalu signifikan
untuk interval yang kecil.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa percobaan sudah sesuai dengan teori
bahwa pada waktu awal KLa mengalami kenaikan dan akan menurun seiring
pertambahan waktu.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Nilai hold up gas akan semakin kecil seiring meningkatnya ketinggian
cairan dispersi karena volume cairan yang semakin banyak.
2. Laju sirkulasi akan semakin besar seiring bertambahnya ketinggian cairan
dispersi karena adanya daya dorong yang semakin besar.
3. Koefisien transfer massa (Kla) akan sekamin besar seiring meningkatnya
ketinggian cairan dispersi karena konsentrasi oksigen dalam medium
menjadi semakin bertambah.
4. Semakin lama waktu tinggal Na2SO3 maka koefisien perpindahan massa
gas-cair volumetrik semakin kecil karena konsentrasi natrium sulfit dalam
larutan semakin kecil sehingga reaktan menjadi jenuh.
5.2 Saran
1. Pembuatan larutan amilum harus sesuai prosedur dan disimpan di tempat
gelap serta dicek sebelum digunakan.
2. Teliti pada saat melihat perubahan ketinggian cairan di inverted
manometer.
3. Teliti dalam menentukan TAT pada saat titrasi.
4. Pastikan kompresor tetap menyala sebelum proses selesai.
24
DAFTAR PUSTAKA
Abuzar, A., dkk. 2012. Isolasi Alkaloid dari Tepung Gadung (Dioscorea hispida
Dennst) dengan Teknik Ekstraksi Berbantu Gelombang Mikro. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Bagus, Alfilovita, dan Hamas T. 2015. Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Hold
Up Gas, Laju Sirkulasi, dan Koefisien Transfermassa Gas-Cair pada
Hidrodinamika Reaktor. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Christi, M. Y., 1989, Air-lift Bioreactor, El Sevier Applied Science, London.
Christi, Y, Fu, Wengen and Young, M.M., 1994, Relationship Between Riser and
Downcomer Gas Hold-Up In Internal-Loop Airlift Reactors Without Gas-
Liquid Separator, The Chemical Engineering Journal, 57 (1995), pp. B7-
B13, Canada.
Haryani dan Widayat, 2011, Pengaruh Viskositas dan Laju Alir terhadap
Hidrodinamika dan Perpindahan Massa dalam Proses Produksi Asam
Sitrat dengan Bioreaktor Air-Lift dan Kapang Aspergillus Niger, Reaktor,
13(3), pp. 194 - 200.
Popovic, M.K. and Robinson, C.W., 1989, Mass Transfer Stuy of External Loop
Airlift and a Buble Column. AICheJ, 35(3), pp. 393-405
Widayat, 2004, Pengaruh Laju Alir dan Viskositas Terhadap Perpindahan Massa
Gas-Cair Fluida Non Newtonian Dalam Reaktor Air Lift Rectangular,
Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses, 21-22 Juli 2004,
Semarang, ISSN : 1411-4216, I-9-1 s.d. I-9-4
Widayat, dkk. 2011. Perpindahan Massa Gas-Cair dalam Proses Fermentasi
Asam Sitrat dengan Bioreaktor Gelembung. Semarang: Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
William, J. A., 2002, Keys To Bioreactor Selections, Chem. Eng. Prog, hal 3441
Yazid, Fauzia Rahmiyati, dkk. 2012. Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan Debit
Pada Pengolahan Air Artifisial (Campuran Grey Water Dan Black Water)
Menggunakan Reaktor UASB. Semarang: Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik UNDIP
25
LAPORAN SEMENTARA
Materi :
HIDRODINAMIKA REAKTOR
A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan pengaruh tinggi cairan terhadap hold-up gas (ε).
2. Menentukan pengaruh tinggi cairan terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Menentukan pengaruh tinggi cairan terhadap koefisien transfer massa gas-
cair (KLa).
4. Menentukan pengaruh waktu tinggal Na2SO3 terhadap KLa.
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
Na2S2O3.5H2O 0,1 N (500 ml)
KI 0,1 N
Na2SO3 0,035 N
Larutan amilum
Zat Warna
Aquadest
2.2 Alat yang dipakai
Buret, statif, klem
Gelas arloji
Beaker glass
Rotameter
Erlenmeyer
Inverted manometer
Gelas ukur Gambar rangkaian alat hidrodinamika reaktor
Sparger Keterangan :
Pipet tetes A. Kompresor E. Tangki Cairan daerah downcomer
Tangki cairan B. Sparger F. Reaktor
Kompresor C. Rotameter daerah riser G. Inverted manometer
Reaktor D. Pompa H. Inverted manometer
Variabel berubah
A-2
Tinggi volume reaktor 90,5 cm, 91,5 cm, 92,5cm
III. CARA KERJA
1. Menentukan hold-up pada riser dan downcomer
a. Mengisi reaktor dengan air dan menghidupkan pompa, setelah
reaktor terisi air (90,5 cm, 91,5 cm, 92,5cm) maka pompa dimatikan.
b. Menambahkan Na2SO3 0,035 N ke dalam reaktor, ditunggu 5 menit
agar larutan Na2SO3 larut dalam air.
c. Melihat ketinggian inverted manometer.
d. Hidupkan kompressor kemudian melihat ketinggian inverted
manometer setelah kompresor dihidupkan.
e. Ambil sampel untuk titrasi dan menghitung densitasnya.
f. Menghitung besarnya hold up gas.
g. Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk variabel tinggi volume
reaktor 90,5 cm, 91,5 cm, 92,5cm.
2. Menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
a. Mengambil sampel sebanyak 10 ml.
b. Menambahkan KI sebanyak 5 ml ke dalam sampel.
c. Menitrasi dengan Na2SO3.5H2O 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna dari coklat tua menjadi kuning jernih.
d. Menambahkan 3 tetes amilum.
e. Menitrasi sampel kembali dengan larutan Na2SO3.5H2O 0,1N.
f. TAT didapat setelah warna putih keruh.
g. Mencatat kebutuhan titran.
h. Ulangi sampai volume titran tiap 5 menit konstan.
i. Menentukan kecepatan sirkulasi
j. Merangkai alat yang digunakan.
k. Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3 0,035 N.
l. Menghidupkan kompresor.
m. Memasukkan zat warna pada reaktor downcomer.
n. Mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat
warna tertentu untuk mencapai lintasan yang telah digunakan.
o. Menghitung besarnya kecepatan sirkulasi.
p. Melakukan percobaan dengan tinggi volume reaktor 90,5 cm, 91,5
cm, 92,5cm.
IV. HASIL PERCOBAAN
Data Reaktor:
priser = 14 cm
lriser = 9 cm
A-3
pdowncomer = 14 cm
ldowncomer = 6 cm
tinggi = 90,5 cm; 91,5 cm; 92,5 cm
z = 90,5 – 10 = 80,5 cm; 91,5 – 10 = 81,5 cm; 92,5 – 10 = 82,5 cm
A-4
PRAKTIKAN MENGETAHUI
ASISTEN
A-5
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
(Variabel bebas : tingi cairan dalam reactor 90,5 cm; 91,5 cm; 92,5 cm)
A. Kalibrasi Picnometer
Massa piknometer dan aquades = 50,17 gram
Massa piknometer = 25,088 gram
Massa aquadest = 50,17 – 25,088 = 25,082 gram
ρ (30o C) = 0,998 gram/cm3
0,998 =
0,1 = x x2
gr = 6,2 gram
0,035 = x x2
gr = 41,906 gram
b. Variabel 2 (h2 = 91,5 cm)
V = 11529 + 7686
V = 19215 cm3
N= x x eq
0,035 = x x2
gr = 42,369 gram
B-1
V = (14 x 9 x 92, 5) + (14 x 6 x 92,5)
V = 11655 + 7770
V = 19425 cm3
N= x x eq
0,035 = x x2
gr = 42,832 gram
B-2
LEMBAR PERHITUNGAN
(Variabel bebas : tinggi cairan dalam reactor 90,5 cm; 91,5 cm; 92,5 cm )
A. Hold-up gas
ρg =0,0012 gram/cm3
Luas permukaan riser
Ar = (14 x 9) cm
Ar = 126 cm2
Luas permukaan downcomer
Ad = (14 x 6) cm
Ad = 84 cm2
εr = x
εd = x
ε= ( ) ( )
εr = x = 6,217x10-3
εd = x = 8,707x10-3
ε= ( ) ( )
= 7,213x10-3
εr = x = 7,377x10-3
εd = x = 9,828x10-3
ε= ( ) ( )
= 8,357x10-3
C-1
εr = x = 8,496x10-3
εd = x = 0,011
ε= ( ) ( )
= 9,498x10-3
Tinggi cairan εr εd ε
B. Laju Sirkulasi
Panjang lintasan (Lc) = 30 cm
Luas permukaan riser (Ar) = 126 cm2
Luas permukaan downcomer (Ad) = 84 cm2
Laju sirkulasi downcomer
Uld =
Ulr =
C-2
Uld = = 7,5 cm/s
Ulr = = 5 cm/s
3 92,5 7,5 5
a= x v reactor
a= x 19005 ml
a = 332,58 mmol
b.) Mol I2 excess (b)
b= x V KI
b= x 5 ml
b = 0,5 mmol
c=b- ( x V Na2SO3 )
T0 = 8,8 ml
c = 0,5 - ( x 8,8 ml )
c= 0,28 mmol
T5 = 8,6 ml
c = 0,5 - ( x 8,6 ml )
c= 0,285 mmol
T10 = 8,5 ml
c = 0,5 - ( x 8,5 ml )
c= 0,2875 mmol
T15 = 8,2 ml
C-3
c = 0,5 - ( x 8,2 ml )
c= 0,295 mmol
T20 = 8,2 ml
c = 0,5 - ( x 8,2 ml )
c= 0,295 mmol
T25 = 8,2 ml
c = 0,5 - ( x 8,2 ml )
c= 0,295 mmol
d.) Mol O2 yang bereaksi (d)
d= x( )
= 166,15 mmol
t5 => d = x (332,58 – 0,285)
= 166,148 mmol
t10 => d = x (332,58 – 0,2875)
= 166,146 mmol
t15 => d = x (332,58 – 0,295)
= 166,143 mmol
t20 => d = x (332,58 – 0,295)
= 166,143 mmol
t25 => d = x (332,58 – 0,295)
= 166,143 mmol
e.) O2 yang masuk reactor (e)
e=
T0 => e =
=0
T5 => e =
= 17,72 mgr/s
T10 => e =
= 8,86 mgr/s
T15 => e =
= 5,91 mgr/s
C-4
T20 => e =
= 4,43 mgr/s
T25 => e =
= 3,54 mgr/s
f.) Koefisien Transfer Massa Gas – Cair (KLa)
KLa =
T0 => KLa = =0
t Vt a b c d E KLa
a= x v reactor
a= x 19215 ml
a = 336,26 mmol
b.) Mol I2 excess (b)
C-5
b= x V KI
b= x 5 ml
b = 0,5 mmol
c=b- ( x V Na2SO3 )
T0 = 4 ml
c = 0,5 - ( x 4 ml )
c= 0,4 mmol
T5 = 3,7 ml
c = 0,5 - ( x 3,7 ml )
c= 0,408 mmol
T10 = 3,6 ml
c = 0,5 - ( x 3,6 ml )
c= 0,41 mmol
T15 = 3,5 ml
c = 0,5 - ( x 3,5 ml )
c= 0,413 mmol
T20 = 3,5 ml
c = 0,5 - ( x 3,5 ml )
c= 0,413 mmol
T25 = 3,5 ml
c = 0,5 - ( x 3,5 ml )
c= 0,413 mmol
d.) Mol O2 yang bereaksi (d)
d= x( )
= 167,93 mmol
t5 => d = x (336,26 – 0,408)
= 167,926 mmol
t10 => d = x (336,26 – 0,41)
= 167,925 mmol
C-6
t15 => d = x (336,26 – 0,413)
= 167,924 mmol
t20 => d = x (336,26 – 0,413)
= 167,924 mmol
t25 => d = x (336,26 – 0,413)
= 167,924 mmol
e.) O2 yang masuk reactor (e)
e=
T0 => e =
=0
T5 => e =
= 17,912 mgr/s
T10 => e =
= 8,956 mgr/s
T15 => e =
= 5,971mgr/s
T20 => e =
= 4,478 mgr/s
T25 => e =
= 3,582 mgr/s
f.) Koefisien Transfer Massa Gas – Cair (KLa)
KLa =
T0 => KLa = =0
C-7
T Vt a b C d E KLa
a= x v reactor
a= x 19425 ml
a = 339,938 mmol
b.) Mol I2 excess (b)
b= x V KI
b= x 5 ml
b = 0,5 mmol
c=b- ( x V Na2SO3 )
T0 = 3 ml
c = 0,5 - ( x 3 ml )
c= 0,425 mmol
T5 = 2,9 ml
c = 0,5 - ( x 2,9 ml )
c= 0,428 mmol
T10 = 2,4 ml
c = 0,5 - ( x 2,4 ml )
c= 0,44 mmol
C-8
T15 = 2,4 ml
c = 0,5 - ( x 2,4 ml )
c= 0,44 mmol
T20 = 2,4 ml
c = 0,5 - ( x 2,4 ml )
c= 0,44 mmol
d.) Mol O2 yang bereaksi (d)
d= x( )
= 169,757 mmol
t5 => d = x (339,938 – 0,428)
= 169,755 mmol
t10 => d = x (339,938 – 0,44)
= 169,749 mmol
t15 => d = x (336,26 – 0,44)
= 169,749 mmol
t20 => d = x (336,26 – 0,44)
= 169,749 mmol
e.) O2 yang masuk reactor (e)
e=
T0 => e =
=0
T5 => e =
= 18,107 mgr/s
T10 => e =
= 9,053 mgr/s
T15 => e =
= 6,036 mgr/s
T20 => e =
= 4,527 mgr/s
f.) Koefisien Transfer Massa Gas – Cair (KLa)
KLa =
C-9
T0 => KLa = =0
T Vt A b C d E KLa
C-10
REFERENSI
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
DIPERIKSA KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
E-1