Materi :
ESTERIFIKASI
Disusun Oleh :
Kelompok/Hari : 2/SELASA
Rekan Kerja : 1. AZIDANE ADIPRAMANA WIDYADHANA
2. CALVINIO JUAN SEBASTIAN
3. HERDA CAHYANINGRUM
Semarang, 2023
Dosen Pengampu
Asisten Pengampu
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya, laporan resmi Praktikum Proses Kimia yang berjudul
“Esterifikasi” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penyusun bersyukur atas bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan resmi ini
dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S. T., M. Si. selaku Penanggungjawab
Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Prof. Dr. Ir. Ratnawati, M. T. dan Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S. T., M. Si
selaku dosen pengampu materi Esterifikasi.
4. Ibu Nurfiningsih, S. T., MT. selaku laboran pada Laboratorium Proses Kimia.
5. Nurhidayat selaku Koordinator Asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
6. Aurellia Livia Hidayat dan Fidellia Anggita Lesmana selaku asisten pengampu
materi Esterifikasi di Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
7. Seluruh asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2021 Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
9. Pihak-pihak lain yang ikut berperan dalam membantu menyelesaikan laporan
resmi ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan resmi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan resmi ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan resmi ini
bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
5.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
5.2 Saran ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
proses esterifikasi.
4. Mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap arah kesetimbangan (K) pada
proses esterifikasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan:
-rA = kecepatan reaksi pembentukan ester
[A] = konsentrasi asam asetat [CH3COOH]
[B] = konsentrasi etanol [C2H5OH]
[C] = konsentrasi etil asetat [CH3COOC2H5]
[D] = konsentrasi air [H2O]
k1 = konstanta kecepatan reaksi ke kanan (arah produk)
k2 = konstanta kecepatan reaksi ke kiri (arah reaktan)
t = waktu reaksi
Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi pembentukan ester akan
makin besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan, dan ditambahkan
katalis. Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius, yaitu :
EA
k = Ae−RT (2.2)
Dengan :
k = konstanta laju reaksi (L/mol.waktu)
A = faktor frekuensi tumbukan
EA = energi aktivasi (J/mol)
R = konstanta gas universal (8,314 J/mol.K)
T = temperatur atau suhu (K)
Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju
reaksi dipengaruhi oleh nilai A, EA, dan T, semakin besar faktor tumbukan (A)
maka konstanta laju reaksinya semakin besar. Nilai energi aktivasi (EA)
dipengaruhi oleh penggunaan katalis, adanya katalis akan menurunkan energi
aktivasi sehingga nilai k semakin besar. Semakin tinggi suhu (T) maka nilai k
juga semakin besar.
3
2.2 Tinjauan Thermodinamika
Berdasarkan tinjauan thermodinamika kita dapat mengetahui apakah reaksi
tersebut searah atau bolak-balik dengan meninjau melalui perubahan energi
Gibbs (ΔG°). Reaksi esterifikasi antara asam asetat dan etanol terjadi menurut
reaksi berikut:
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
ΔH°298 = ΔH°f produk - ΔH°f reaktan
Diketahui data ∆Hºf standar (Smith et al., 2001)
ΔHºf 298 CH3COOH = -484500 J/mol
ΔHºf 298 C2H5OH = -277690 J/mol
ΔHºf 298 CH3COOC2H5 = -480000 J/mol
ΔHºf 298 H2O = -285830 J/mol
Maka :
ΔHº298 = (ΔHºf 298 CH3COOC2H5 + ΔHºf 298 H2O) – (ΔHºf 298 CH3COOH +
ΔHºf 298 C2H5OH)
= (-480000 J/mol – 285830 J/mol) – (-484500 J/mol – 277690 J/mol)
= -3640 J/mol
Berdasarkan tinjauan thermodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi
tersebut endotermis atau eksotermis dengan meninjau perubahan enthalpi. Dari
perhitungan, perubahan enthalpi (ΔH) bernilai negatif yang menandakan bahwa
reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol bersifat eksotermis.
ΔG°298 = ΔG°f produk - ΔG°f reaktan
Diketahui data ΔG°f standar (Smith et al., 2001)
ΔGºf 298 CH3COOH = -389900 J/mol
ΔGºf 298 C2H5OH = -174780 J/mol
ΔGºf 298 CH3COOC2H5 = -332200 J/mol
ΔGºf 298 H2O = -237129 J/mol
Maka :
ΔGº298 = (ΔGºf 298 CH3COOC2H5 + ΔGºf 298 H2O) – (ΔGºf 298 CH3COOH +
ΔGºf 298 C2H5OH)
= (-332200 J/mol – 237129 J/mol) – (-389900 J/mol – 174780 J/mol)
= -4649 J/mol
Dari persamaan van’t Hoff:
ΔGº298 = -R.T. ln K
-ΔG0 298
ln K = R.T
(-4649)J/mol
ln K = J
8,314 (298K)
mol. K
4
K = 6,530
Pada praktikum ini digunakan dua suhu operasi sebesar 40oC (313K), maka harga K
pada suhu 40oC dapat dihitung:
K ΔHof298 1 1
ln K =- (T − )
298 R 2 T1
J
K 313 (-8560) 1 1
mol
ln6,530 =- J (313 − )K
8,314 298
mol K
K313 = 6,086
Kemudian pada variabel suhu 60ºC (333K) maka nilai K333K dapat dihitung:
Untuk harga K pada suhu 60oC dapat dihitung:
K ΔHof298 1 1
ln K =- (T − )
298 R 2 T1
J
K 333 (-3640 ) 1 1
mol
ln6,530 =- J (333 − )K
8,314 298
mol K
K333 = 5,596
Dari perhitungan energi Gibbs di dapat nilai K pada suhu operasi 40oC dan
60oC didapat nilai sebesar 6,086 dan 5,596. Maka dapat disimpulkan bahwa
reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversibel.
Menghitung nilai konversi teoritis
Pada suhu operasi 40oC didapatkan nilai K = 6,086 , K = 5,596
Pada saat kesetimbangan :
CC CD
K = CA CB
(CAO X A )(CAO X A )
K =C (1-X
AO A )(CBO -(CAO X A ))
(X Ae )2
K = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )
(X Ae )2
6,086 = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )
XAe = 0,970
Pada suhu operasi 60oC didapatkan nilai K = 5,596
Pada saat kesetimbangan :
CC CD
K = CA CB
(CAO X A )(CAO X A )
K =C (1-X
AO A )(CBO -(CAO X A ))
(X Ae )2
K = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )
(X Ae )2
5,596 = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )
XAe = 0,967
Sehingga pada saat kesetimbangan dengan suhu operasi 40oC dan 60°C
5
secara teoritis didapatkan nilai konversi berturut-turut sebesar 97,0% dan 96,7%
6
Gambar 2.2 Mekanisme reaksi esterifikasi
Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam, meliputi:
1. Pada tahap pertama, gugus karbonil akan terprotonasi oleh asam. Transfer
proton dari katalis asam menuju ke atom oksigen karbonil, sehingga terjadi
peningkatan elektrofisilitas pada atom karbon karbonil.
2. Tahap kedua, melibatkan adisi nukleofil yakni gugus OH pada alkohol
menyerang karbon karbonil yang telah terprotonasi. Sehingga ikatan C-O
yang baru (ikatan ester) terbentuk.
3. Tahap ketiga adalah tahap kesetimbangan dimana terjadi penghilangan
gugus H+ pada ikatan ester yang baru. Deprotonasi dilakukan untuk
membentuk ikatan C-O yang stabil.
4. Pada tahap ke empat, salah satu gugus hidroksil harus terprotonasi, karena
kedua gugus hidroksilnya identik.
5. Tahap ke lima, melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Agar
peristiwa ini dapat terjadi, gugus hidroksil harus diprotonasi agar
kemampuannya sebagai gugus bebas/ lepas lebih baik
6. Tahap terakhir, ester yang berproton melepaskan protonnya.
7
Semakin lama waktu reaksi maka semakin lama kemungkinan
terjadinya kontak antar zat sehingga dihasilkan konversi yang lebih tinggi.
Tetapi ketika sudah mencapai kesetimbangan, maka lama waktu reaksi tidak
akan berpengaruh lagi pada hasil yang diperoleh (Nurhayati et al., 2017).
2. Perbandingan zat pereaksi
Rasio mol asam dan alkohol berdampak langsung pada tingkat
konversi esterifikasi (Kastratovic & Bigovic, 2018). Hal ini dikarenakan sifat
reaksi yang reversibel, maka salah satu reaktan harus dibuat berlebih supaya
reaksi cenderung bergerak ke arah produk sehingga dihasilkan ester yang
lebih banyak.
3. Pengadukan
Pengadukan dalam proses reaksi memberikan dampak positif terhadap
peningkatan kecepatan reaksi. Dimana dengan dilakukannya pengadukkan,
maka kecenderungan kontak antar reaktan akan semakin tinggi sehingga
kecepatan reaksi meningkat (Nuryoto et al., 2020). Kecepatan pengadukan
optimum untuk berbagai bahan baku perlu disesuaikan berdasarkan sifat
fisiknya yang berbeda (Panchal et al., 2020).
4. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka laju kinetika reaksi akan
semakin cepat. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius yang mana bila
suhu naik maka harga konstanta laju reaksi akan semakin besar, sehingga
reaksi berjalan lebih cepat. Namun dikarenakan reaksi esterifikasi bersifat
eksotermis maka dengan semakin tingginya suhu, maka konversi akhir yang
didapatkan akan semakin menurun. Selain itu, suhu reaksi yang tinggi juga
dihindari karena adanya kemungkinan kehilangan metanol akibat penguapan
(Wendi et al., 2014).
5. Katalis
Menurut Nuryoto et al., (2020) jika proses esterifikasi dilakukan tanpa
katalis, maka reaksi tidak akan efektif dan efisien. Sehingga adanya
katalisator dapat mempercepat laju reaksi dan dapat memaksimalkan hasil
konversi asam asetat. Peningkatan jumlah katalis mengakibatkan
peningkatan hasil selama waktu reaksi.
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Mengambil
Mencampurkan asam Panaskan etanol
5 mL sampel
asetat 28,375 mL, dan 167,829 mL sampai
sebagai t0 +
katalis HCl 3,795 mL suhu 40℃ lalu
3 tetes PP
ke labu leher tiga dan mencampurkan ke
dan titrasi
dipanaskan hingga dalam labu leher tiga
dengan
suhu 40℃
NaOH 0,3 N
Ulangi langkah di
atas untuk variabel
suhu operasi 60℃
9
Waktu pengambilan sampel : (10, 20, 30, 40) menit
Jenis Alkohol : Etanol
Jenis Katalis : HCl
Konsentrasi Katalis : 0,2 N
Konsentrasi NaOH : 0,3 N
B. Variabel berubah
Variabel 1 : Suhu operasi 40℃
Variabel 2 : Suhu operasi 60 ℃
10
3.3 Gambar Rangkaian Alat
Keterangan:
1. Magnetic Stirrer + heater
2. Waterbath
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif
Keterangan:
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
11
(massa pikno + reeagen)– (massa pikno kosong)
ρ= volume piknometer
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
XA
0,5
0,4 60°C
0,3 40°C
0,2
0,1
0,0
0 10 20 30 40 50
t (menit)
13
alkohol membentuk ester dan air. Esterifikasi biasanya dilakukan jika minyak
yang diumpankan mengandung asam lemak bebas tinggi. Dengan esterifikasi,
kandungan asam lemak bebas dapat dikonversi menghasilkan ester. Semakin
lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga
akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah
tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan
karena tidak memperbesar hasil (Fatmawati & Shakti, 2013).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
data percobaan yang didapatkan sesuai dengan teori. Semakin lama waktu
percobaan maka konversi reaksi esterifikasi akan semakin meningkat. Hal
tersebut disebabkan karena adanya kontak antar zat yang semakin tinggi
sehingga menghasilkan yield yang tinggi.
14
4.3 Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Konstanta Laju Reaksi Esterifikasi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, suhu digunakan sebagai
variabel bebas dalam proses reaksi. Suhu yang digunakan adalah 40℃ dan
60℃. Perbedaan suhu tersebut memengaruhi konstanta laju reaksi esterifikasi
yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
0,005
0,0045
Konstanta Laju Reaksi
0,004
0,0035
0,003
(L/mol)
0,0025
k1
k1
0,002
k2
k2
0,0015
0,001
0,0005
0
40 60
Suhu (ºC)
Gambar 4.2 Hubungan suhu reaksi terhadap konstanta laju reaksi esterifikasi
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa suhu memengaruhi nilai konstanta laju
reaksi. Berdasarkan diagram pada Gambar 4.2, nilai konstanta reaksi pada suhu
40℃ lebih besar jika dibandingkan pada suhu 60℃. Nilai k1 dan k2 pada suhu
40℃ secara berturut-turut adalah sebesar 0,00472 L/mol.menit dan 0,000723
L/mol.menit. Sedangkan nilai k1 dan k2 pada suhu 60℃ secara berturut-turut
adalah sebesar 0,00108 L/mol.menit dan 0,000166 L/mol.menit.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Suleman (2017), didapatkan
bahwa kenaikan temperatur 10℃ meningkatkan kecepatan reaksi sebesar 1,80
hingga 2,49 kali untuk k1, namun untuk nilai k2 akan jauh lebih rendah, yang
berarti harga konstanta laju reaksi berbanding lurus dengan temperatur. Hal ini
sesuai dengan persamaan Arrhenius.
k=Ae-EA/RT (4.1)
Dengan :
K = konstanta laju reaksi (L/mol.waktu)
A = faktor frekuensi tumbukan
EA = energi aktivasi (J/mol)
R = konstanta gas universal (8,314 J/mol.K)
T = temperatur atau suhu (K)
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa k berbanding lurus dengan A dan T.
Maka semakin tinggi suhu, semakin banyak tumbukan antar molekul dan
15
meningkatkan nilai konstanta laju reaksinya (Purbasari & Silviana, 2008).
Meningkatnya konstanta laju reaksi ini disebabkan apabila suhu reaksi
dinaikkan maka energi yang dimiliki oleh molekul-molekul pereaksi bertambah
besar sampai melebihi energi aktivasi sehingga tumbukan antar molekul
meningkat, ini berakibat pada meningkatnya laju reaksi (Setiadi et al., 2016).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
data yang diperoleh belum sesuai dengan teori karena nilai k pada suhu 40℃
lebih besar dibandingkan dengan 60℃, sehingga mengakibatkan
meningkatkannya suhu dan laju reaksi. Hal ini dapat disebabkan oleh tumbukan
yang berlangsung secara tidak efektif, sehingga menyebabkan konstanta laju
reaksinya kecil walaupun kecepatan reaksinya tinggi. Reaksi dapat berlangsung
apabila tumbukan memenuhi dua syarat yaitu posisinya efektif dan energinya
mencukupi (Purwani & Suyanti, 2011). Maka, apabila energinya mencukupi
seperti kecepatan reaksinya tinggi, namun posisinya tidak efektif, maka
tumbukan tidak akan terjadi secara efektif sehingga nilai faktor frekuensi
menjadi kecil dan konstanta kecepatan reaksinya menjadi lebih kecil.
16
Tetapan kesetimbangan (K) adalah hasil kali daripada produk dengan
koefisien reaksinya. Pada reaksi esterifikasi di percobaan ini, maka:
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
A B C D
Qc = [𝐴]−1[𝐵]−1[𝐶]1 [𝐷]1
[C]1 [D]1
Qc = [A]1 [B]1
17
ke produk untuk mencapai kesetimbangan. Dengan data tersebut disimpulkan
bahwa suhu mempengaruhi nilai K dan Qc yang kemudian membawa pengaruh
terhadap arah bergesernya reaksi untuk mencapai kesetimbangan (Peris, 2021).
Hal ini sesuai dengan prinsip dasar Le Châtelier dimana saat suhu reaksi
ditingkatkan maka nilai K dan Qc akan mengalami penurunan.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kenaikan nilai konversi reaksi esterifikasi akan bertambah seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi hingga tercapainya kesetimbangan reaksi. Hal
tersebut disebabkan karena adanya kontak antar zat semakin besar.
Semakin lama waktu percobaan maka semakin banyak molekul-molekul
yang bereaksi dengan etanol dan membentuk etil ester.
2. Pengaruh suhu terhadap konversi reaksi esterifikasi adalah pada suhu
rendah memiliki nilai konversi yang lebih rendah karena kenaikan suhu
akan menyebabkan gerakan molekul semakin cepat sehingga tumbukan
antara molekul reaktan meningkat atau energi kinetik yang dimiliki
molekul reaktan semakin besar. Akan tetapi, pada praktikum ini didapatkan
nilai konversi pada suhu 40°C yang lebih besar daripada suhu 60°C
disebabkan oleh reaksi esterifikasi yang bersifat eksotermis sehingga
kesetimbangan dapat menurun ketika suhu mengalami kenaikan.
3. Semakin tinggi temperatur atau suhu operasi maka semakin cepat laju
reaksi yang berlangsung. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius yang
menyatakan k berbanding lurus dengan A dan T. Namun, hasil percobaan
belum sesuai dengan teori pada literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh
tumbukan yang berlangsung secara tidak efektif, sehingga menyebabkan
konstanta laju reaksinya kecil walaupun kecepatan reaksinya tinggi.
4. Prinsip dasar Le Châtelier dimana saat suhu reaksi ditingkatkan maka nilai
K dan Qc akan mengalami penurunan dan menurut persamaan Van’t Hoff
nilai K linear dengan nilai 1/T. Selain itu, nilai produk berbanding lurus
dengan nilai Qc, sehingga semakin besar produk, Qc yang dihasilkan
semakin besar. Pada percobaan ini didapatkan Qc < K, sehingga reaksi
akan berjalan kearah kanan untuk mencapai keadaan setimbang.
5.2 Saran
1. Melakukan pengenceran pada sampel agar tidak menggunakan reagen
terlalu banyak.
2. Menggunakan jenis katalis lain seperti H2SO4 yang memiliki konsentrasi
H+ lebih tinggi.
3. Menjaga suhu operasi pada saat pemanasan etanol maupun pada saat proses
esterifikasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, E. L., Andrade, C. M. G., & dos Santos, O. A. (2018). Production of biodiesel
via catalytic processes: A brief review. International Journal of Chemical
Reactor
Fakhry, M. N., & Rahayu, S. S. (2016). Pengaruh Suhu pada Esterifikasi Amil Alkohol
dengan Asam Asetat Menggunakan Asam Sulfat sebagai Katalisator. Jurnal
Rekayasa Proses, 10(2), 64-69. Engineering, 16(5).
Fatmawati, D., & Shakti, P. D. (2013). Reaksi metanolisis limbah minyak ikan menjadi
metil ester sebagai bahan bakar biodiesel dengan menggunakan katalis NaOH.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(2), 68-75.
Kartika, D., & Widyaningsih, S. (2012). Konsentrasi katalis dan suhu optimum pada
reaksi esterifikasi menggunakan katalis zeolit alam aktif (ZAH) dalam
pembuatan biodiesel dari minyak jelantah. Jurnal Natur Indonesia, 14(3), 219-
226.
Kastratović, V., & Bigović, M. (2018). Esterification of stearic acid with lower
monohydorxylic alcohols. Chemical Industry and Chemical Engineering
Quarterly, 24(3), 283-291.
Lestari, L. P., Meriatne., Suryati., Jalaluddin., Sylvia, N. (2021). Pengaruh suhu dan
waktu reaksi transesterifikasi minyak jarak kepyar (Castor oil) terhadap metil
ester dengan menggunakan katalis abu tandan kosong kelapa sawit. Chemical
Engineering Journal Storage, 1(2), 64-80.
Liu, Y., Liu, J., Yan, H., Zhou, Z., & Zhou, A. (2019). Kinetic Study on Esterification
of Acetic Acid with Isopropyl Alcohol Catalyzed by Ion Exchange Resin. ACS
omega, 4(21), 19462–19468. https://doi.org/10.1021/acsomega.9b02994
Maisaroh dan Purwanto, W. (2019). Tinjauan Termodinamika Dan Kesetimbangan
Kimia Dalam Hubungan Perubahan Suhu Terhadap Konversi Reaksi
Epoksidasi Asam Oleat Berbasis Sawit. Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Masterton, W. L., Hurley, C. N., Edward, J. N. (2011). Chemistry: principles and
reactions (Seventh edition). Cengage Learning.
Nurhayati, N., Anita, S., Amri, T. A., & Linggawati, A. (2017). Esterification of Crude
Palm Oil Using H2SO4 and Transesterification Using CaO Catalyst Derived
from Anadara granosa. Indonesian Journal of Chemistry, 17(2), 309- 315.
Nuryoto, Amaliah A. R., Puspitasari A., & Ramadhan A. D. (2020). Study of Esterification
Reaction between Ethanol and Acetic Acid Using Homogeneous and
Heterogeneous Catalyst. World Chemical Engineering Journal, 4(2), 51 – 55.
20
Nuryoto, Sulistryo, H., Suprihastuti, Rahayu, S. & Sutijan. (2011). Kinetika Reaksi
Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat Menggunakan Katalisator Indion 225
Na. Jurnal Rekayasa Proses, 5(2), 35-39.
Panchal, B., Chang, T., Kang, Y., Qin, S., Zhao, Q., Wang, J., & Sun, Y. (2020).
Synthesis of polymer based catalyst: Optimization and kinetics modeling of the
transesterification of Pistacia chinensis oil with diethyl carbonate using acidic
ionic liquids. Fuel, 276, 118121.
Peris, M. (2021). Understanding Le Châtelier’s principle fundamentals: five key
questions. Chemistry Teacher International 2022; 4(3): 203–205.
Purbasari, A., & Silviana, S. (2008). Kajian Awal Pembuatan Biodiesel Dari Minyak
Dedak Padi Dengan Proses Esterifikasi. Reaktor, 12(1), 19-21.
Purwani, M. V., & Suyanti, S. (2011). Kinetika Pelarutan Itrium Hidroksida Dalam
Hcl. Ganendra, 14(1), 28-38.
Salamah, S. (2014). Kinetika reaksi esterifikasi minyak biji kapuk pada pembuatan
biodiesel. Jurnal Chemica, 1(1), 11-18.
Setiadi, F., Firmansyah, F., Ardiyani, R., Meilinda, A., & Rochmat, A. (2016). Kinetika
Reaksi Esterifikasi Gliserol Monooleat (GMO) Dengan Katalisator Zeolit Alam
Bayah Teraktivasi Asam. Jurnal Integrasi Proses, 6(2).
Setyawardhani, D. A., Distantina, S., Dewi, N., dan Utami, M. D. (2010). Pembuatan
Biodiesel Berkualitas Baik Dengan Acid Pre-Treatment. Ekuilibrium, 9(1),
11-15.
Smith, J. M., Ness, H. C. V., & Abbott, M. M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. (6th ed.). Mc Graw Hill.
Suleman, N. (2017). Penentuan Energi Aktivasi Reaksi Esterifikasi Minyak Biji
Kapuk. Jambura Journal of Educational Chemistry, 12(1), 118-120.
Susanti, M. M. (2019). Sintesis Senyawa Etil Laurat Menggunakan Variasi Volume
Katalis Asam Sulfat Pekat. Jurnal Labora Medika, 3(1), 1-9.
Wendi, Cuaca, V., Taslim. (2014). Effect of Reaction Temperature and Catalyst
Concentration. In Sriwijaya International Seminar on Energy-Environmental
Science and Technology, 1(1), 32-37.
21
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
Keterangan:
• Volume Basis : 200 mL
• Katalis : HCl 0,2 N
• Normalitas NaOH : 0,3 N
• Basis NaOH : 250 mL
2. Kalibrasi Piknometer
Massa piknometer kosong = 16,60 gram
Massa piknometer + aquadest = 40,97 gram
Densitas aquadest (suhu 27°C) = 0,998 gram/mL
(Massa Piknometer + aquadest)−Massa Piknometer kosong
ρ aquadest =
Volume piknometer
(40,97 −16,60)gr
0,996 gr/L = Volume piknometer
B-1
(massa piknometer+etanol)-(massa piknometer kosong)
ρ etanol =
volume piknometer
(36,01 gram)-(16,60 gram)
ρ etanol =
24,41884 mL
V HCl = 3,795674 mL
B-2
• Kebutuhan asam asetat
V basis = Volume HCl + V etanol + V asam asetat
200 mL = 3,795 mL+167,8292 mL+V asam asetat
V asam asetat = 28,375 mL
B-3
LEMBAR PERHITUNGAN
3. Menghitung nilai M
C
M = CB0
A0
13,920 mol⁄L
M=
2,260 mol⁄L
M = 6,159
CA = 0,06V − 0,2
C
XA = 1 −CA
A0
CA
=1−
2,260 mol⁄mL
C-1
Volume titran
t (menit) CA (𝐦𝐦𝐨𝐥⁄𝐦𝐋) XA
NaOH (mL)
0 41 2,260 0
10 14 0,640 0,717
20 12 0,520 0,770
30 8 0,280 0,876
40 6 0,160 0,929
ln K = 1,876
C-2
K = 6,530
Pada suhu 40oC (313 K) maka nilai K313 K dapat dihitung:
K ∆H°f 298 1 1
ln (K ) =− (T − T )
298 R 2 1
J
K −3640 ⁄mol 1 1
ln (K ) = − J⁄ (313 K − 298 K)
298 8,314 mol.K
K
ln (K313 ) = -0,070
298
K313
= 0,856
6,530
K313 = 6,086
Pada saat kesetimbangan:
Persamaan CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
A B C D
Mula-mula CA0 + CB0 ↔ 0 + 0
Reaksi CA0XA + CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
Setimbang CA0 - CA0XA + CB0 - CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
C C
QC = CC CD
A B
1
=C XA2 CA2
A0 (1−XA )CA0 (M−XA )
1
= (1−X XA2
A) (M−XA )
1
QC = (1−0,929)(6,159−0,929) × 0,9292
QC = 2,332
C-3
dXA (CA0 XA )(CA0 XA )
CA0 = k1 [CA0 (1 − X A )(CB0 − CA0 XA ) − ]
dt K
dXA X2A
= k1 CA0 [(1 − X A )(M − XA ) − ]
dt K
dXA K−1
= k1 CA0 [( ) X A2 − (M + 1)XA + M]
dt K
dXA 6,530−1
= k1 .2,260 mol⁄mL [( ) XA2 − (6,159 + 1)XA + 6,159]
dt 6,530
dXA
= k1 . 4,038 mol⁄mL [0,821XA2 − 4,038XA + 3,038]
dt
Jika R1 dan R2 merupakan nilai akar dari persamaan 0,835X A2 −7,159XA +6,159
maka akan didapatkan:
K−1
(M+1)+√(M+1)2 −4( )M
K
R1 = K−1 ……………..(Bilangan Tak Berdimensi)
2( )
K
(7,159)+√(7,159)2 −4(0,835)6,159
R1 = 2(0,835)
R1 = 7,378
K−1
(M+1)−√(M+1)2 −4( )M
K
R2 = K−1 ……………..(Bilangan Tak Berdimensi)
2( )
K
(7,159)−√(7,159)2 −4(0,835)6,159
R2 = 2(0,835)
R2 = 0,973
Sehingga:
dXA
= k1 CA0 [(XA − R1 )(XA − R 2 )]
dt
dXA
[(XA −R1 )(XA −R2 )]
= k1 CA0 dt
dXA
[(XA −7,378)(XA −0,973)]
= k1 . 2,260 mol⁄L dt
1
A = (7,378−0,973)
A = 0,156
1
B = (R
2 −R1 )
1
B = (0,973−7,378)
C-4
B = -0,156
Sehingga:
1 1 1
= [(R + (R ]
(XA −R1 )(XA −R2 ) 1 −R2 )(XA −R1 ) 2 −R1 )(XA −R2 )
1 1 1
= (R [(X − (X ]
1 −R2 ) A −R1 ) A −R2 )
1 1 1
= 0,156 [(X − (X ]
(XA −7,378)(XA −0,973) A −7,378) A −0,973)
(X −7,378)×0,973
0,156 ln [(XA −0,973)×7,378] = k1 × 2,260 mol⁄mL × t
A
Dimana:
(X −7,378)×0,973
y = 0,151 ln [(XA−0,973)×7,378]
A
x = 2,260 mol⁄mL × t
m = k1
t (menit) x XA y xy x2
0 0 0 0 0 0
10 22,6 0,717 0,192032086 4,339925148 510,76
20 45,2 0,770 0,226910454 10,25635254 2043,04
30 67,8 0,876 0,339194909 22,99741482 4596,84
40 90,4 0,929 0,460193304 41,6014747 8172,16
∑x= 226 ∑y= 1,218 ∑xy= 79,195 ∑x2= 15322,8
k1 =m
n ∑ xy−∑ x ∑ y
k1 =
n ∑ x2 −∑ x ∑ x
(5×79,195)−(226×1,218)
k1 = (5×15322,8)−(226)2
k1 = 0,00472 L/mol.menit
k1
k2 = K
0,00472
k2 = L/mol.menit
6,530
k2 = 0,000723 L/mol.menit
C-5
(V×N)NaOH−(V sampel×N HCl)
CA = Vsampel
(40 mL×0,3 N)−(5 mL×0,2 N)
CA = 5 mL
CA = 2,260 mol⁄mL
C
XA = 1 −CA
A0
CA
=1−
2,260 mol⁄mL
Volume titran
t (menit) CA (𝐦𝐦𝐨𝐥⁄𝐦𝐋) XA
NaOH (mL)
0 41 2,260 0,000
10 31 1,660 0,265
20 29 1,540 0,319
30 25 1,300 0,425
40 22 1,120 0,504
C-6
= -3640 J/mol
Dari persamaan Van’t Hoff
∆G⁰f 298 = −RT lnK
∆G°f 298
ln K =− RT
J
−4649 ⁄mol
ln K =− J
8,314 ⁄mol.K × 298 K
ln K = 1,876
K = 6,530
Pada suhu 60oC (333 K) maka nilai K333 K dapat dihitung:
K333 K ∆H°f 298 1 1
ln ( ) =− (T − T )
K R 2 1
J
K333 K −3640 ⁄mol 1 1
ln ( ) =− J⁄ (333 K − 298 K)
K 8,314 mol.K
K333 K
ln ( ) = -0,154
K
K333 K
= -0,154
K
K333 K
= 0,856
6,530
K333 K = 5,595
Pada saat kesetimbangan:
Persamaan CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
A B C D
Mula-mula CA0 + CB0 ↔ 0 + 0
Reaksi CA0XA + CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
Setimbang CA0 - CA0XA + CB0 - CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
C C
QC 4= CC CD
A B
1
=C XA2 CA2
A0 (1−XA )CA0 (M−XA )
1
= (1−X XA2
A) (M−XA )
1
QC = (1−0,504)(3,000−0,504) × 0,5042
QC = 0,206
c. Konstanta laju reaksi
CA = CA0 (1 – XA)
CB = CB0 – CA0XA
C-7
CC = CA0XA
CD = CA0XA
k1 k1
K = k2 k2 = K
dCA
−rA =− dt
dCA
− = k1 CA CB − k 2 CC CD
dt
dXA k1 C C C D
CA0 = k1 CA CB −
dt K
dXA (CA0 XA )(CA0 XA )
CA0 = k1 [CA0 (1 − XA )(CB0 − CA0 XA ) − ]
dt K
dXA X2A
= k1 CA0 [(1 − X A )(M − XA ) − ]
dt K
dXA K−1
= k1 CA0 [( ) X A2 − (M + 1)XA + M]
dt K
dXA 5,595−1
= k1 .2,260mol⁄mL [( 5,595 ) XA2 − (3,000 + 1)XA + 3,000]
dt
dXA
= k1 . 2,260 mol⁄mL [0,821XA2 − 4,000XA + 3,000]
dt
(4,000)+√(4,000)2 −4(0,821)3,000
R1 = 2(0,821)
R1 = 7,264
K−1
(M+1)−√(M+1)2 −4( )M
K
R2 = K−1 ……………..(Bilangan Tak Berdimensi)
2( )
K
(4,000)−√(4,000)2 −4(0,821)3,000
R2 = 2(0,821)
R2 = 0,976
Sehingga:
dXA
= k1 CA0 [(XA − R1 )(XA − R 2 )]
dt
dXA
[(XA −R1 )(XA −R2 )]
= k1 CA0 dt
dXA
[(XA −7,264)(XA −0,976)]
= k1 . 2,260 mol⁄L dt
C-8
1
maka B = (0,976−7,264)
1
A = (R
1 −R2 )
1
A = (7,264−0,976)
A = 0,159
1
B = (R
2 −R1 )
1
B = (0,976−7,264)
B = -0,159
Sehingga:
1 1 1
= [(R + (R ]
(XA −R1 )(XA −R2 ) 1 −R2 )(XA −R1 ) 2 −R1 )(XA −R2 )
1 1 1
= (R [ − (X ]
1 −R2 ) (XA −R1 ) A −R2 )
1 1 1
=0,159[(X − (X ]
(7,378−0,973) A −7,264) A −0,976)
(X −7,264)×0,976
0,159 ln [(XA −0,976)×7,264] = k1 × 2,260 mol⁄mL × t
A
Dimana:
(X −7,264)×0,976
y = 0,159ln [(XA −0,976)×7,264]
A
x = 2,260 mol⁄mL × t
m= k1
t (menit) x XA y xy x2
0 0 0 0 0 0
10 22,6 0,265 0,0446 1,007 510,76
20 45,2 0,319 0,0557 2,518 2043,04
30 67,8 0,425 0,0813 5,511 4596,84
40 90,4 0,504 0,1042 9,423 8172,16
∑x = 226 ∑y = 0,2858 ∑xy = 18,459 ∑x2= 15322,8
k1 =m
n ∑ xy−∑ x ∑ y
= n ∑ x2 −∑ x ∑ x
C-9
(5×18,459)−(226×0,2858)
k1 = (5×15322,8)−(226)2
k1 = 0,00108 L/mol.menit
k1
k2 = K
0,00108
k2 = L/mol.menit
6,530
k2 = 0,000166 L/mol.menit
C-10
REFERENSI
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
D-22
D-23
D-24
D-25
D-26
D-27
D-28
IDENTIFIKASI BAHAYA (IB)
E-1
C3 Kabel √ D12 Tumpahan serbuk √ F4 Pembuluh kaca
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
untuk meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
1. PREPARASI / TAHAP AWAL
- Reagen tumpah ketika sedang - Menghentikan sumber tumpahan
mengukur densitas - Menjauh dari tumpahan reagen
menggunakan piknometer Menggunakan alat pelindung - Membersihkan tumpahan dengan
- Reagen tumpah ketika sedang diri lengkap seperti jas lab, absorben yang tepat dan
√
menimbang sarung tangan lateks, serta menggunakan alat pelindung diri
- Reagen tumpah ketika sedang menggunakan sepatu lengkap
memasukkan titran ke dalam - Bilas dengan air mengalir jika
buret reagen mengenai kulit
E-2
- Menggunakan alat
- Menjauh dari tempat terjatuhnya
pelindung diri lengkap
alat
seperti jas lab, sarung
- Membersihkan pecahan alat
Piknometer, gelas ukur, dan pipet tangan lateks, serta
√ dengan sapu
jatuh saat pengambilan sampel menggunakan sepatu
- Ketika membersihkan pecahan
- Berhati-hati ketika bergerak
alat perlu menggunakan alat
atau memindahkan alat agar
pelindung diri yang lengkap
tidak tersenggol
- Menggunakan alat pelindung diri
lengkap
Berhati-hati ketika mengambil
Ujung pipet pecah ketika - Jika pecah dan terkena tetesan,
√ reagen agar ujung pipet tidak
pengambilan reagen atau sampel segera bilas dengan air mengalir
terkena bibir botol reagen
- Melepaskan pakaian yang terkena
tetesan
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
untuk meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
E-3
- Menggunakan alat
pelindung diri lengkap
- Terkena tetesan atau tumpahan
seperti jas lab, sarung - Bilas dengan air mengalir jika
asam saat mengambil dari
tangan lateks, serta reagen mengenai kulit
√ ruang asam
menggunakan sepatu - Melepaskan pakaian yang terkena
- Terkena tetesan asam dari
- Adanya pengawasan ketika reagen
pipet yang pecah ujungnya
mengambil reagen dari
ruang asam
- Memastikan klem kuat - Menjauh dari tempat terjatuhnya
Pemasangan alat menahan alat alat
- Alat terjatuh karena tidak - Pemasangan alat tidak - Membersihkan pecahan alat
√ terpasang dengan kuat boleh miring dengan sapu
- Termometer pecah karena - Memasang alat sesuai - Ketika membersihkan pecahan
pemaksaan dalam pemasangan dengan ukuran yang alat perlu menggunakan alat
tersedia pelindung diri yang lengkap
2. PERCOBAAN UTAMA
E-4
- Pastikan kabel dan colokan - Matikan sumber arus listrik
Tersetrum listrik ketika sumber listrik tidak basah - Dorong tubuh korban dengan
√ menghubungkan kompor listrik ke - Memakai alat pelindung diri benda isolator
sumber listrik yang lengkap - Cari pertolongan medis jika
terdapat luka bakar
Suhu labu leher tiga dan suhu - Mengontrol aliran air Mengatur suhu pada rangkaian alat
√
alkohol terlalu panas sehingga dalam pendingin balik dengan perlindungan isolator
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
untuk meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
terjadi penguapan berlebih - Mengatur suhu kompor
listrik agar tidak terlalu
tinggi namun tetap sesuai
dengan variabel
3. ANALISA / TAHAP AKHIR
E-5
- Terkena tetesan larutan ketika
mengambil sampel Menggunakan alat pelindung - Bilas dengan air mengalir jika
- Terkena tetesan larutan ketika diri lengkap seperti jas lab, reagen mengenai kulit
√
menambahkan indikator sarung tangan lateks, serta - Melepaskan pakaian yang terkena
- Terkena tetesan titran ketika menggunakan sepatu reagen
melakukan titrasi
- Menjauh dari tempat terjatuhnya
- Berhati-hati ketika mencuci
alat
Saat mencuci alat yang sudah agar alat tidak terlepas dari
- Membersihkan pecahan alat
digunakan, alat terjatuh dan pecah tangan
√ dengan sapu
karena menggunakan sabun cuci - Berhati-hati ketika mencuci
- Ketika membersihkan pecahan
yang bisa membuat licin agar alat tidak terkena
alat perlu menggunakan alat
wastafel
pelindung diri yang lengkap
E-6
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO. TANGGAL
1 11/04/2023 P0 Laporan
2 24/04/2023 P1 Laporan
3 16/05/2023 P2 Laporan
F-1