Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :

ESTERIFIKASI

Disusun Oleh :

SALFIA SILKYASTUTI LUTFIAH

Kelompok/Hari : 2/SELASA
Rekan Kerja : 1. AZIDANE ADIPRAMANA WIDYADHANA
2. CALVINIO JUAN SEBASTIAN
3. HERDA CAHYANINGRUM

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM PROSES KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Laporan praktikum yang berjudul Esterifikasi yang disusun oleh:


Kelompok/Hari : 2/Selasa
Anggota : 1. Azidane Adipramana Widyadhana NIM. 21030121140133
2. Calvinio Juan Sebastian NIM. 21030121130069
3. Herda Cahyaningrum NIM. 21030121120017
4. Salfia Silkyastuti Lutfiah NIM. 21030121130066
Telah disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Ratnawati, M. T. selaku dosen pengampu pada:
Hari, Tanggal :
Nilai :

Semarang, 2023
Dosen Pengampu
Asisten Pengampu

Prof. Dr. Ir. Ratnawati, M. T. Aurellia Livia Hidayat


NIP. 196004121986032001 NIM. 21030120130110

ii
RINGKASAN

Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan


alkohol. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel, eksotermis, dan berjalan
sangat lambat akan tetapi apabila menggunakan katalis asam mineral seperti asam
sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl) kesetimbangan akan tercapai pada waktu yang
cepat. Mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap konversi reaksi esterifikasi. Tujuan
dari praktikum esterifikasi adalah untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap
konversi pada proses esterifikasi, untuk mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap
konversi reaksi esterifikasi, mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap konstanta
laju reaksi (k) pada proses esterifikasi, dan mengetahui pengaruh suhu operasi
terhadap arah kesetimbangan (K) pada proses esterifikasi. Mekanisme reaksi
esterifikasi merupakan reaksi substitusi antara asil nukleofil dengan katalisator asam.
Variabel yang dapat mempengaruhi reaksi esterifikasi yaitu waktu reaksi,
perbandingan zat pereaksi, pengadukan, suhu, dan katalis.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah asam asetat 28,375 mL, etanol
167,829 mL, katalis HCl 3,7957 mL, NaOH 3,0612 gram, dan indikator PP 3 tetes.
Alat yang digunakan diantaranya labu leher tiga, pendingin balik, kompor listrik,
thermometer, buret 50 mL, pipet ukur, pipet tetes, statif, klem, erlenmeyer, beaker
glass, labu takar, dan aspirator. Cara kerja praktikum ini yang pertama merangkai
alat percobaan. Selanjutnya menghitung t0 dengan mencampurkan asam asetat 2,837,
katalis HCl 0,379 mL, dan etanol 16,782 mL pada beaker glass. Sampel diambil 5 mL
sebagai t0, kemudian tambahkan indikator PP 3 tetes dan titrasi dengan NaOH 0,4 N.
Selanjutnya memanaskan katalis HCl 3,7975 mL dan asam asetat 28,375 mL hingga
suhu 40ºC. Panaskan juga etanol 167,829 mL pada tempat yang berbeda hingga suhu
40ºC. Setelah suhu keduanya sama, masukkan etanol ke dalam labu leher tiga. Pada
campuran, sampel diambil dan dianalisa dengan menambahkan 3 tetes indikator PP
kemudian dititrasi dengan NaOH sampai warna merah muda hampir hilang. Catat
volume titran kemudian mengulangi langkah tersebut untuk variabel selanjutnya
dengan suhu 60°C dengan menggunakan katalis HCl.
Pada praktikum esterifikasi, semakin lama waktu reaksi maka nilai konversi
yang didapatkan semakin meningkat yang dikarenakan kontak antar zat yang semakin
tinggi sehingga menghasilkan yield yang tinggi. Suhu juga mempengaruhi nilai
konversi esterifikasi yang mana semakin tinggi suhu akan meningkatkan hasil konversi.
Pada suhu rendah, nilai konversi lebih rendah karena kenaikan suhu akan
menyebabkan gerakan molekul semakin cepat sehingga tumbukan antara molekul
reaktan meningkat atau energi kinetik yang dimiliki molekul reaktan semakin besar.
Tetapi pada praktikum yang dilakukan tidak sesuai dengan teori dikarenakan reaksi
esterifikasi yang bersifat eksotermis sehingga konversi akhir yang didapatkan akan
semakin menurun dan suhu reaksi yang tinggi juga memungkinkan untuk kehilangan
etanol akibat penguapan. Semakin tinggi suhu juga meningkatkan konstanta laju reaksi
dikarenakan semakin tinggi suhu, semakin banyak tumbukan antar molekul yang dapat
meningkatkan nilai konstanta laju reaksinya. Tetapi pada praktikum yang dilakukan
tidak sesuai dengan teori dikarenakan posisi tumbukan yang dapat berlangsung secara
tidak efektif yang mengakibatkan konstanta laju reaksi dengan suhu yang lebih rendah
menjadi lebih besar daripada suhu yang tinggi. Dari data hasil praktikum dapat
diketahui nilai nilai K pada suhu 40°C lebih besar dari K pada suhu 60°C, nilai Qc
pada suhu 40°C lebih besar dari Qc pada suhu 60°C, ditemukan hubungan Qc dan K
yaitu Qc < K, hal tersebut dapat mendefinisikan bahwa reaksi berjalan ke arah kanan
untuk mencapai kesetimbangan. Adapun saran yang dapat diberikan yakni melakukan
pengenceran pada sampel agar tidak menggunakan reagen terlalu banyak.
Disarankan menggunakan jenis katalis lain, seperti H2SO4 yang memiliki konsentrasi
H+ lebih tinggi. Selain itu, sebaiknya menjaga suhu operasi pada saat pemanasan
etanol maupun pada saat proses esterifikasi.

iii
PRAKATA

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya, laporan resmi Praktikum Proses Kimia yang berjudul
“Esterifikasi” ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penyusun bersyukur atas bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan resmi ini
dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S. T., M. Si. selaku Penanggungjawab
Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Prof. Dr. Ir. Ratnawati, M. T. dan Prof. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S. T., M. Si
selaku dosen pengampu materi Esterifikasi.
4. Ibu Nurfiningsih, S. T., MT. selaku laboran pada Laboratorium Proses Kimia.
5. Nurhidayat selaku Koordinator Asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
6. Aurellia Livia Hidayat dan Fidellia Anggita Lesmana selaku asisten pengampu
materi Esterifikasi di Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
7. Seluruh asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2021 Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
9. Pihak-pihak lain yang ikut berperan dalam membantu menyelesaikan laporan
resmi ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan resmi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan resmi ini.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan resmi ini
bermanfaat bagi semua pihak dan dapat berguna sebagai bahan penambah ilmu
pengetahuan.

Semarang, April 2023

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................... iii
PRAKATA......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Percobaan ....................................................................................... 1
1.4 Manfaat Percobaan ..................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Kinetika Reaksi .......................................................................................... 3
2.2 Tinjauan Thermodinamika ......................................................................... 4
2.3 Mekanisme Reaksi ..................................................................................... 6
2.4 Variabel yang Berpengaruh ........................................................................ 7
BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................. 9
3.1 Rancangan Percobaan ................................................................................ 9
3.1.1 Rancangan Praktikum ....................................................................... 9
3.1.2 Penetapan Variabel ........................................................................... 9
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan .............................................................. 10
3.2.1 Bahan .............................................................................................. 10
3.2.2 Alat ................................................................................................. 10
3.3 Gambar Rangkaian Alat ........................................................................... 11
3.4 Cara Kerja ................................................................................................ 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 13
4.1 Pengaruh Waktu Percobaan Proses Esterifikasi terhadap Konversi
Reaksi Esterifikasi .................................................................................... 13
4.2 Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Konversi Reaksi Esterifikasi ................ 14
4.3 Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Konstanta Laju Reaksi Esterifikasi ...... 15
4.4 Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Arah Kesetimbangan Reaksi
Esterifikasi ................................................................................................ 16
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 19

v
5.1 Kesimpulan............................................................................................... 19
5.2 Saran ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hubungan suhu reaksi terhadap arah kesetimbangan reaksi


esterifikasi ................................................................................................ 11

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Reaksi esterifikasi ............................................................................ 6


Gambar 2.2 Mekanisme reaksi esterifikasi .......................................................... 7
Gambar 3.1 Skema rancangan praktikum ............................................................ 9
Gambar 3.2 Rangkaian alat hidrolisa................................................................. 11
Gambar 3.3 Rangkaian alat titrasi ..................................................................... 11
Gambar 4.1 Hubungan waktu percobaan terhadap konversi reaksi esterifikasi 11
Gambar 4.2 Hubungan suhu reaksi terhadap konstanta laju reaksi esterifikasi 11

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA ............................................................................. A-1


LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN .......................................................... B-1
LEMBAR PERHITUNGAN ........................................................................... C-1
REFERENSI .................................................................................................... D-1
IDENTIFIKASI BAHAYA ............................................................................. E-1
LEMBAR ASISTENSI.................................................................................... F-1

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada bidang perindustrian Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi
dan perkembangan salah satunya adalah industri kimia. Perkembangan tersebut
meningkatkan kebutuhan produksi industri kimia, baik itu kebutuhan akan bahan
baku maupun bahan penunjang lainnya. Bahan baku maupun bahan penunjang di
industri kimia sangatlah beragam. Salah satu bahan yang digunakan adalah etil
asetat yang merupakan salah satu jenis pelarut dengan rumus molekul
CH3COOC2H5.
Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan
alkohol. Produk reaksi berupa ester dan air. Persamaan umum reaksi ini dapat
ditentukan sebagai berikut:
R-COOH + HO-R* ↔ R-COOR* + H2O
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel, eksotermis, dan berjalan
sangat lambat tetapi bila menggunakan katalis asam mineral seperti asam sulfat
(H2SO4) atau asam klorida (HCl) kesetimbangan akan tercapai dalam waktu yang
cepat (Susanti, 2019). Maka, perlu dipelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
serta melakukan berbagai percobaan guna mengetahui berbagai variabel proses
yang berpengaruh terhadap proses esterifikasi.

1.2 Perumusan Masalah


Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan
alkohol. Umumnya esterifikasi digunakan dalam pembuatan biodiesel. Dalam
reaksi esterifikasi terdapat faktor-faktor yang dapat memengaruhi jalannya reaksi,
seperti suhu operasi, waktu reaksi, perbandingan zat pereaksi, pengadukan, dan
katalis. Dalam praktikum ini, akan dipelajari bagaimana cara melakukan proses
esterifikasi dan mengetahui pengaruh variabel terhadap konversi, konstanta
kecepatan reaksi, serta arah kesetimbangan reaksi pada proses esterifikasi.

1.3 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap konversi reaksi esterifikasi.
2. Mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap konversi pada proses
esterifikasi.
3. Mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap konstanta laju reaksi (k) pada

1
proses esterifikasi.
4. Mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap arah kesetimbangan (K) pada
proses esterifikasi.

1.4 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat memahami tentang bagaimana pengaruh waktu reaksi
terhadap konversi pada proses esterifikasi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu operasi terhadap konversi ester
yang terbentuk.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengamati pengaruh suhu operasi
terhadap arah kesetimbangan (K) dan konstanta laju reaksi (k).
4. Mahasiswa dapat melakukan kajian numerik berdasarkan percobaan yang
dilakukan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Reaksi


Esterifikasi atau pembuatan ester merupakan reaksi antara asam karboksilat
dan alkohol dengan hasil reaksi ester dan air. Contohnya yaitu reaksi antara asam
asetat dengan etanol. Reaksi esterifikasi antara lain sebagai berikut:
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
A B C D
Persamaan kecepatan reaksi kimia:
-dCA
−rA = = k1 [A][B] − k 2 [C][D] (2.1)
dt

Keterangan:
-rA = kecepatan reaksi pembentukan ester
[A] = konsentrasi asam asetat [CH3COOH]
[B] = konsentrasi etanol [C2H5OH]
[C] = konsentrasi etil asetat [CH3COOC2H5]
[D] = konsentrasi air [H2O]
k1 = konstanta kecepatan reaksi ke kanan (arah produk)
k2 = konstanta kecepatan reaksi ke kiri (arah reaktan)
t = waktu reaksi
Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi pembentukan ester akan
makin besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan, dan ditambahkan
katalis. Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius, yaitu :
EA
k = Ae−RT (2.2)
Dengan :
k = konstanta laju reaksi (L/mol.waktu)
A = faktor frekuensi tumbukan
EA = energi aktivasi (J/mol)
R = konstanta gas universal (8,314 J/mol.K)
T = temperatur atau suhu (K)
Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju
reaksi dipengaruhi oleh nilai A, EA, dan T, semakin besar faktor tumbukan (A)
maka konstanta laju reaksinya semakin besar. Nilai energi aktivasi (EA)
dipengaruhi oleh penggunaan katalis, adanya katalis akan menurunkan energi
aktivasi sehingga nilai k semakin besar. Semakin tinggi suhu (T) maka nilai k
juga semakin besar.

3
2.2 Tinjauan Thermodinamika
Berdasarkan tinjauan thermodinamika kita dapat mengetahui apakah reaksi
tersebut searah atau bolak-balik dengan meninjau melalui perubahan energi
Gibbs (ΔG°). Reaksi esterifikasi antara asam asetat dan etanol terjadi menurut
reaksi berikut:
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
ΔH°298 = ΔH°f produk - ΔH°f reaktan
Diketahui data ∆Hºf standar (Smith et al., 2001)
ΔHºf 298 CH3COOH = -484500 J/mol
ΔHºf 298 C2H5OH = -277690 J/mol
ΔHºf 298 CH3COOC2H5 = -480000 J/mol
ΔHºf 298 H2O = -285830 J/mol
Maka :
ΔHº298 = (ΔHºf 298 CH3COOC2H5 + ΔHºf 298 H2O) – (ΔHºf 298 CH3COOH +
ΔHºf 298 C2H5OH)
= (-480000 J/mol – 285830 J/mol) – (-484500 J/mol – 277690 J/mol)
= -3640 J/mol
Berdasarkan tinjauan thermodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi
tersebut endotermis atau eksotermis dengan meninjau perubahan enthalpi. Dari
perhitungan, perubahan enthalpi (ΔH) bernilai negatif yang menandakan bahwa
reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol bersifat eksotermis.
ΔG°298 = ΔG°f produk - ΔG°f reaktan
Diketahui data ΔG°f standar (Smith et al., 2001)
ΔGºf 298 CH3COOH = -389900 J/mol
ΔGºf 298 C2H5OH = -174780 J/mol
ΔGºf 298 CH3COOC2H5 = -332200 J/mol
ΔGºf 298 H2O = -237129 J/mol
Maka :
ΔGº298 = (ΔGºf 298 CH3COOC2H5 + ΔGºf 298 H2O) – (ΔGºf 298 CH3COOH +
ΔGºf 298 C2H5OH)
= (-332200 J/mol – 237129 J/mol) – (-389900 J/mol – 174780 J/mol)
= -4649 J/mol
Dari persamaan van’t Hoff:
ΔGº298 = -R.T. ln K
-ΔG0 298
ln K = R.T
(-4649)J/mol
ln K = J
8,314 (298K)
mol. K

4
K = 6,530
Pada praktikum ini digunakan dua suhu operasi sebesar 40oC (313K), maka harga K
pada suhu 40oC dapat dihitung:
K ΔHof298 1 1
ln K =- (T − )
298 R 2 T1
J
K 313 (-8560) 1 1
mol
ln6,530 =- J (313 − )K
8,314 298
mol K

K313 = 6,086
Kemudian pada variabel suhu 60ºC (333K) maka nilai K333K dapat dihitung:
Untuk harga K pada suhu 60oC dapat dihitung:
K ΔHof298 1 1
ln K =- (T − )
298 R 2 T1
J
K 333 (-3640 ) 1 1
mol
ln6,530 =- J (333 − )K
8,314 298
mol K

K333 = 5,596
Dari perhitungan energi Gibbs di dapat nilai K pada suhu operasi 40oC dan
60oC didapat nilai sebesar 6,086 dan 5,596. Maka dapat disimpulkan bahwa
reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversibel.
Menghitung nilai konversi teoritis
Pada suhu operasi 40oC didapatkan nilai K = 6,086 , K = 5,596
Pada saat kesetimbangan :
CC CD
K = CA CB
(CAO X A )(CAO X A )
K =C (1-X
AO A )(CBO -(CAO X A ))

(X Ae )2
K = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )

(X Ae )2
6,086 = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )

XAe = 0,970
Pada suhu operasi 60oC didapatkan nilai K = 5,596
Pada saat kesetimbangan :
CC CD
K = CA CB
(CAO X A )(CAO X A )
K =C (1-X
AO A )(CBO -(CAO X A ))

(X Ae )2
K = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )

(X Ae )2
5,596 = (1-X
Ae )(6,159-X Ae )

XAe = 0,967
Sehingga pada saat kesetimbangan dengan suhu operasi 40oC dan 60°C

5
secara teoritis didapatkan nilai konversi berturut-turut sebesar 97,0% dan 96,7%

2.3 Mekanisme Reaksi


Reaksi esterifikasi ditandai dengan pembentukan ester dari reaksi asam
karboksilat dan alkohol (metanol atau etanol). Reaksi ini berlangsung lambat
pada suhu kamar sehingga diperlukan adanya pemanasan dan penggunaan katalis
guna mempercepat laju reaksinya. Reaksi esterifikasi umumnya digunakan untuk
mengolah bahan baku produksi biodiesel untuk mengurangi konsentrasi asam
lemak bebas (Almeida et al., 2018)
Katalis yang digunakan dalam esterifikasi dapat berupa katalis asam atau
katalis basa. Reaksi esterifikasi akan berlangsung secara reversible (Salamah,
2004). Pada percobaan ini, menggunakan asam karboksilat berupa asam asetat
yang direaksikan dengan sebuah alkohol berupa etanol menggunakan katalis
asam. Untuk pembuatan etil asetat, reaksi esterifikasi yang terjadi dalam
percobaan ini dan mekanisme katalis asam pada hidrolisa ester adalah sebagai
berikut :

Metanol Asam Asetat Metil Asetat Air


Gambar 2.1 Reaksi esterifikasi
Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi antara asil
nukleofil dengan katalisator asam (biasanya HCl atau H2SO4). Gugus karbonil
dari asam kaboksilat tidak cukup kuat sebagai elektrofil untuk diserang oleh
alkohol. Katalisator asam akan memprotonasi gugus karbonil dan
mengaktivasinya ke arah penyerangan nukleofil. Pelepasan proton akan
menghasilkan hidrat dari ester, kemudian terjadi transfer proton.

6
Gambar 2.2 Mekanisme reaksi esterifikasi
Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam, meliputi:
1. Pada tahap pertama, gugus karbonil akan terprotonasi oleh asam. Transfer
proton dari katalis asam menuju ke atom oksigen karbonil, sehingga terjadi
peningkatan elektrofisilitas pada atom karbon karbonil.
2. Tahap kedua, melibatkan adisi nukleofil yakni gugus OH pada alkohol
menyerang karbon karbonil yang telah terprotonasi. Sehingga ikatan C-O
yang baru (ikatan ester) terbentuk.
3. Tahap ketiga adalah tahap kesetimbangan dimana terjadi penghilangan
gugus H+ pada ikatan ester yang baru. Deprotonasi dilakukan untuk
membentuk ikatan C-O yang stabil.
4. Pada tahap ke empat, salah satu gugus hidroksil harus terprotonasi, karena
kedua gugus hidroksilnya identik.
5. Tahap ke lima, melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Agar
peristiwa ini dapat terjadi, gugus hidroksil harus diprotonasi agar
kemampuannya sebagai gugus bebas/ lepas lebih baik
6. Tahap terakhir, ester yang berproton melepaskan protonnya.

2.4 Variabel yang Berpengaruh


Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel- variabel
yang dimaksud antara lain :
1. Waktu reaksi

7
Semakin lama waktu reaksi maka semakin lama kemungkinan
terjadinya kontak antar zat sehingga dihasilkan konversi yang lebih tinggi.
Tetapi ketika sudah mencapai kesetimbangan, maka lama waktu reaksi tidak
akan berpengaruh lagi pada hasil yang diperoleh (Nurhayati et al., 2017).
2. Perbandingan zat pereaksi
Rasio mol asam dan alkohol berdampak langsung pada tingkat
konversi esterifikasi (Kastratovic & Bigovic, 2018). Hal ini dikarenakan sifat
reaksi yang reversibel, maka salah satu reaktan harus dibuat berlebih supaya
reaksi cenderung bergerak ke arah produk sehingga dihasilkan ester yang
lebih banyak.
3. Pengadukan
Pengadukan dalam proses reaksi memberikan dampak positif terhadap
peningkatan kecepatan reaksi. Dimana dengan dilakukannya pengadukkan,
maka kecenderungan kontak antar reaktan akan semakin tinggi sehingga
kecepatan reaksi meningkat (Nuryoto et al., 2020). Kecepatan pengadukan
optimum untuk berbagai bahan baku perlu disesuaikan berdasarkan sifat
fisiknya yang berbeda (Panchal et al., 2020).
4. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka laju kinetika reaksi akan
semakin cepat. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius yang mana bila
suhu naik maka harga konstanta laju reaksi akan semakin besar, sehingga
reaksi berjalan lebih cepat. Namun dikarenakan reaksi esterifikasi bersifat
eksotermis maka dengan semakin tingginya suhu, maka konversi akhir yang
didapatkan akan semakin menurun. Selain itu, suhu reaksi yang tinggi juga
dihindari karena adanya kemungkinan kehilangan metanol akibat penguapan
(Wendi et al., 2014).
5. Katalis
Menurut Nuryoto et al., (2020) jika proses esterifikasi dilakukan tanpa
katalis, maka reaksi tidak akan efektif dan efisien. Sehingga adanya
katalisator dapat mempercepat laju reaksi dan dapat memaksimalkan hasil
konversi asam asetat. Peningkatan jumlah katalis mengakibatkan
peningkatan hasil selama waktu reaksi.

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1 Rancangan Praktikum
Membuat Merangkai alat Mencampurkan asam
perhitungan hidrolisa dan asetat 2,837 mL, etanol
kuantitas reagen alat titrasi 16,782 mL, dan HCl
0,379 mL ke dalam
beaker glass pada suhu
ruangan

Mengambil
Mencampurkan asam Panaskan etanol
5 mL sampel
asetat 28,375 mL, dan 167,829 mL sampai
sebagai t0 +
katalis HCl 3,795 mL suhu 40℃ lalu
3 tetes PP
ke labu leher tiga dan mencampurkan ke
dan titrasi
dipanaskan hingga dalam labu leher tiga
dengan
suhu 40℃
NaOH 0,3 N

Mengamati Setelah tercapai suhu Mengambil 5 mL


suhu 40℃, mengambil 5 sampel sebagai t1 +
pencampuran mL sampel mulai 3 tetes PP dan titrasi
dari t1 sampai t4 dengan NaOH 0,3 N
dengan selang 10
menit

Ulangi langkah di
atas untuk variabel
suhu operasi 60℃

Gambar 3.1 Skema rancangan praktikum


3.1.2 Penetapan Variabel
A. Variabel tetap
Jenis asam karboksilat : Asam asetat
Volume total : 200 mL
Volume sampel titrasi : 5 mL

9
Waktu pengambilan sampel : (10, 20, 30, 40) menit
Jenis Alkohol : Etanol
Jenis Katalis : HCl
Konsentrasi Katalis : 0,2 N
Konsentrasi NaOH : 0,3 N
B. Variabel berubah
Variabel 1 : Suhu operasi 40℃
Variabel 2 : Suhu operasi 60 ℃

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan
1. Asam asetat 28,375 mL
2. Alkohol (Etanol) 167,829 mL
3. Katalis HCl 3,7957 mL
4. NaOH 3,0612 gr
5. Indikator PP @3 tetes
6. Aquadest secukupnya
3.2.2 Alat
1. Timbangan
2. Labu leher tiga
3. Pendingin balik
4. Kompor listrik
5. Termometer
6. Buret 50 mL
7. Pipet ukur
8. Pipet tetes
9. Statif
10. Klem
11. Erlenmeyer
12. Beaker glass
13. Labu takar
14. Aspirator

10
3.3 Gambar Rangkaian Alat
Keterangan:
1. Magnetic Stirrer + heater
2. Waterbath
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif

Gambar 3.2 Rangkaian alat hidrolisa

Keterangan:
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer

Gambar 3.3 Rangkaian alat titrasi

3.4 Cara Kerja


A. Tahap Preparasi
1. Melakukan kalibrasi piknometer dengan menimbang piknometer
kosong dan catat massanya, kemudian diisi dengan aquadest, timbang
dan catat massanya.
2. Mengukur densitas asam asetat, katalis HCl, dan alkohol (etanol)
menggunakan piknometer. Piknometer diisi dengan reagen yang ingin
dihitung densitasnya kemudian ditimbang dan catat massanya.
3. Menghitung densitas dengan persamaan berikut:

11
(massa pikno + reeagen)– (massa pikno kosong)
ρ= volume piknometer

4. Menimbang NaOH sebesar 3,0612 gram, larutkan ke dalam 250 mL


aquadest. Setelah larut, masukkan ke dalam buret untuk digunakan
sebagai titran.
B. Percobaan Utama
1. Merangkai alat seperti pada gambar.
2. Mencampurkan asam asetat 2,837 mL, etanol 16,782 mL, dan katalis
HCl 0,379 mL pada beaker glass. Sampel diambil 5 mL sebagai t0.
Sampel kemudian ditambahkan 3 tetes indikator PP dan dititrasi
menggunakan NaOH 0,3 N. Perlu diingat, total volume pada percobaan
t0 hanya 1/10 dari volume total pada percobaan t1 t2 t3, dan t4.
3. Mencampurkan asam asetat 28,375 mL, dan katalis HCl 3,795 mL. Lalu,
panaskan sampai suhu 40℃ pada labu leher tiga.
4. Pada tempat yang berbeda, panaskan etanol 167,829 mL sampai suhu
40℃ pada beaker glass.
5. Setelah suhu kedua reaktan sama campurkan kedua reaktan tersebut
kedalam labu leher tiga.
6. Amati suhu campuran. Setelah tercapai suhu sesuai variabel, sampel
diambil 5 mL mulai dari t1 dengan waktu pengambilan setiap 10 menit
hingga waktu mencapai 40 menit.
C. Tahap Analisa
1. Metode analisis mengambil 5 mL sampel lalu ditambahkan 3 tetes
indikator PP, kemudian sampel dititrasi dengan NaOH 0,3 N.
2. Amati perubahan warna yang terjadi yaitu dari tidak berwarna menjadi
warna merah muda hampir hilang. Catat kebutuhan titran. Menghentikan
pengambilan sampel setelah mencapai waktu 40 menit.
3. Ulangi langkah di atas untuk suhu operasi 60℃.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Waktu Percobaan Proses Esterifikasi terhadap Konversi Reaksi


Esterifikasi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan nilai konversi
reaksi esterifikasi dengan interval waktu 10 menit dari 0 menit hingga 40 menit.
Terdapat dua variabel yang digunakan, yakni variabel 1 proses esterifikasi
dilakukan pada suhu 40℃ dan variabel 2 dilakukan pada suhu 60℃. Data
tersebut disajikan dalam Gambar 4.1 di bawah ini.

1,0
0,9
0,8
0,7
0,6
XA

0,5
0,4 60°C
0,3 40°C
0,2
0,1
0,0
0 10 20 30 40 50
t (menit)

Gambar 4.1 Hubungan waktu percobaan terhadap konversi reaksi esterifikasi


Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui hubungan antara waktu
percobaan terhadap konversi reaksi esterifikasi. Pada variabel pertama dengan
suhu 40℃, didapatkan nilai XA pada menit ke 0, 10, 20, 30, dan 40 berturut-
turut sebesar 0; 0,717; 0,770; 0,876; dan 0,929. Pada variabel kedua dengan
suhu 60℃, didapatkan nilai XA pada menit ke 0, 10, 20, 30, dan 40 berturut-
turut sebesar 0; 0,265; 0,319; 0,425; dan 0,504. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada grafik semakin lama waktu percobaan maka konversi reaksi
esterifikasi juga akan semakin besar.
Lamanya waktu percobaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil konversi proses esterifikasi. Menurut Lestari et al. (2021),
semakin lama waku percobaan proses maka konversi yang akan dihasilkan juga
semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan karena adanya kontak antar zat
(saling bertumbukan) semakin besar. Dengan adanya tumbukan tersebut, yield
yang dihasilkan akan semakin meningkat. Semakin lama waktu percobaan
maka semakin banyak molekul-molekul yang bereaksi dengan etanol dan
membentuk etil ester. Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan

13
alkohol membentuk ester dan air. Esterifikasi biasanya dilakukan jika minyak
yang diumpankan mengandung asam lemak bebas tinggi. Dengan esterifikasi,
kandungan asam lemak bebas dapat dikonversi menghasilkan ester. Semakin
lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga
akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah
tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan
karena tidak memperbesar hasil (Fatmawati & Shakti, 2013).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
data percobaan yang didapatkan sesuai dengan teori. Semakin lama waktu
percobaan maka konversi reaksi esterifikasi akan semakin meningkat. Hal
tersebut disebabkan karena adanya kontak antar zat yang semakin tinggi
sehingga menghasilkan yield yang tinggi.

4.2 Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Konversi Reaksi Esterifikasi


Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui hubungan antara waktu
percobaan terhadap konversi reaksi esterifikasi. Pada variabel pertama dengan
suhu 40℃, didapatkan nilai XA pada menit ke 0, 10, 20, 30, dan 40 berturut-
turut sebesar 0,717; 0,770; 0,876; dan 0,929. Pada variabel kedua dengan suhu
60℃, didapatkan nilai XA pada menit ke 0, 10, 20, 30, dan 40 berturut-turut
sebesar 0,265; 0,319; 0,425; dan 0,504. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada gambar 4.1 nilai konversi pada suhu 40℃ lebih besar daripada nilai
konversi pada suhu 60℃.
Berdasarkan pernyataan dari Kartika & Widyaningsih (2012), pada
suhu rendah memiliki nilai konversi yang lebih rendah karena kenaikan suhu
akan menyebabkan gerakan molekul semakin cepat sehingga tumbukan antara
molekul reaktan meningkat atau energi kinetik yang dimiliki molekul reaktan
semakin besar yang menyebabkan peningkatan suhu akan meningkatkan
probabilitas molekul dengan energi yang sama. Hal ini yang menyebabkan
kecepatan reaksi semakin meningkat sehingga nilai konversi juga semakin
besar.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
data percobaan yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal itu
disebabkan oleh reaksi esterifikasi yang bersifat eksotermis sehingga
kesetimbangan dapat menurun ketika suhu mengalami kenaikan. Hal tersebut
disebabkan adanya titik optimum yang mana konversi asam asetat tidak dapat
mengalami peningkatan (Fakhry & Rahayu, 2016).

14
4.3 Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Konstanta Laju Reaksi Esterifikasi
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, suhu digunakan sebagai
variabel bebas dalam proses reaksi. Suhu yang digunakan adalah 40℃ dan
60℃. Perbedaan suhu tersebut memengaruhi konstanta laju reaksi esterifikasi
yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

0,005
0,0045
Konstanta Laju Reaksi

0,004
0,0035
0,003
(L/mol)

0,0025
k1
k1
0,002
k2
k2
0,0015
0,001
0,0005
0
40 60
Suhu (ºC)

Gambar 4.2 Hubungan suhu reaksi terhadap konstanta laju reaksi esterifikasi
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa suhu memengaruhi nilai konstanta laju
reaksi. Berdasarkan diagram pada Gambar 4.2, nilai konstanta reaksi pada suhu
40℃ lebih besar jika dibandingkan pada suhu 60℃. Nilai k1 dan k2 pada suhu
40℃ secara berturut-turut adalah sebesar 0,00472 L/mol.menit dan 0,000723
L/mol.menit. Sedangkan nilai k1 dan k2 pada suhu 60℃ secara berturut-turut
adalah sebesar 0,00108 L/mol.menit dan 0,000166 L/mol.menit.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Suleman (2017), didapatkan
bahwa kenaikan temperatur 10℃ meningkatkan kecepatan reaksi sebesar 1,80
hingga 2,49 kali untuk k1, namun untuk nilai k2 akan jauh lebih rendah, yang
berarti harga konstanta laju reaksi berbanding lurus dengan temperatur. Hal ini
sesuai dengan persamaan Arrhenius.
k=Ae-EA/RT (4.1)
Dengan :
K = konstanta laju reaksi (L/mol.waktu)
A = faktor frekuensi tumbukan
EA = energi aktivasi (J/mol)
R = konstanta gas universal (8,314 J/mol.K)
T = temperatur atau suhu (K)
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa k berbanding lurus dengan A dan T.
Maka semakin tinggi suhu, semakin banyak tumbukan antar molekul dan

15
meningkatkan nilai konstanta laju reaksinya (Purbasari & Silviana, 2008).
Meningkatnya konstanta laju reaksi ini disebabkan apabila suhu reaksi
dinaikkan maka energi yang dimiliki oleh molekul-molekul pereaksi bertambah
besar sampai melebihi energi aktivasi sehingga tumbukan antar molekul
meningkat, ini berakibat pada meningkatnya laju reaksi (Setiadi et al., 2016).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
data yang diperoleh belum sesuai dengan teori karena nilai k pada suhu 40℃
lebih besar dibandingkan dengan 60℃, sehingga mengakibatkan
meningkatkannya suhu dan laju reaksi. Hal ini dapat disebabkan oleh tumbukan
yang berlangsung secara tidak efektif, sehingga menyebabkan konstanta laju
reaksinya kecil walaupun kecepatan reaksinya tinggi. Reaksi dapat berlangsung
apabila tumbukan memenuhi dua syarat yaitu posisinya efektif dan energinya
mencukupi (Purwani & Suyanti, 2011). Maka, apabila energinya mencukupi
seperti kecepatan reaksinya tinggi, namun posisinya tidak efektif, maka
tumbukan tidak akan terjadi secara efektif sehingga nilai faktor frekuensi
menjadi kecil dan konstanta kecepatan reaksinya menjadi lebih kecil.

4.4 Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Arah Kesetimbangan Reaksi Esterifikasi


Pada percobaan reaksi esterifikasi digunakan keadaan suhu yang berbeda,
yaitu pada suhu 40°C dan 60°C. Pada percobaan ini, sampel diuji untuk mencari
arah kesetimbangan dan nilai kesetimbangan pada reaksi esterifikasi yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hubungan suhu reaksi terhadap arah kesetimbangan reaksi
esterifikasi
Suhu Qc K
40°C 2,332 6,086
60°C 0,091 5,596
Berdasarkan hasil percobaan, pada variabel 1 dengan suhu 40℃
menghasilkan konstanta kesetimbangan (Qc) yaitu 2,332 dan nilai konstanta
kesetimbangan (K) yaitu 6,086. Pada variabel 2 dengan suhu 60°C
menghasilkan konstanta kesetimbangan (Qc) yaitu 0,091 dan nilai konstanta
kesetimbangan teoritis (K) 5,596. Berdasarkan data yang ada, nilai K pada suhu
40°C > K pada suhu 60°C begitupun nilai Qc pada suhu 40°C > Qc pada suhu
60°C. Dengan demikian untuk perbandingan nilai Qc dan K pada kedua
variabel sama-sama memiliki nilai Qc yang lebih kecil dibandingkan nilai K.

16
Tetapan kesetimbangan (K) adalah hasil kali daripada produk dengan
koefisien reaksinya. Pada reaksi esterifikasi di percobaan ini, maka:
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
A B C D
Qc = [𝐴]−1[𝐵]−1[𝐶]1 [𝐷]1
[C]1 [D]1
Qc = [A]1 [B]1

K dan Qc memiliki perbedaan definisi. Nilai K merupakan nilai konstanta dari


kesetimbangan reaksi kimia sedangkan Qc nilainya tidak konstan dan dapat
berubah-ubah. Pada beberapa kasus perhitungan konstanta kesetimbangan
tidak ditinjau dari konsentrasi melainkan berdasarkan aktivitas dari setiap
komponen (Liu et al., 2019). Menurut Masterton et al., (2011) ada tiga kondisi
dimana nilai K dan Qc dapat dibandingkan, yaitu:
• Jika Qc = K, maka sistem berada di keadaaan setimbang.
• Jika Qc < K, maka reaksi akan berjalan kearah kanan untuk mencapai
keadaan setimbang.
• Jika Qc > K, maka reaksi akan berjalan kearah kiri untuk mencapai
keadaan setimbang.
Menurut Liu et al. (2019) nilai K dapat dihitung dengan persamaan Van’t Hoff:
Δr G˚ Δr H˚ Δr S˚
ln K a = − =− +
RT RT R
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Van’t Hoff. Persamaan tersebut
dapat digunakan untuk menentukan nilai K pada temperatur yang bervariasi.
Melalui rumus tersebut, disimpulkan bahwa nilai K linear dengan nilai 1/T.
Pada reaksi eksotermis reversible bila suhu dinaikkan (T2 > T1), maka nilai K
akan menurun (K2 < K1), maka semakin tinggi suhu konversi setimbang akan
semakin kecil nilai K (Maisaroh dan Purwanto, 2019). Dari rumus umum Qc,
terdapat hubungan antara konstanta kesetimbangan dengan jumlah produk dan
rekatan. Untuk produk berbanding lurus dengan nilai Qc, sehingga semakin
besar produk, Qc yang dihasilkan semakin besar. Sedangkan hubungan Qc
dengan reaktan berbanding terbalik, jika jumlah reaktan kecil, maka nilai Qc
akan besar. Semakin banyak reaktan maka jumlah produk yang dihasilkan pun
semakin besar (Setyawardhani et al., 2010).
Dari data hasil praktikum dapat diketahui nilai Qc pada suhu 40°C lebih
besar dari Qc pada suhu 60°C. Didapatkan nilai K pada suhu 40°C lebih besar
dibandingkan dengan nilai K pada suhu 60°C. Ditemukan bahwa nilai Qc<K
pada kedua suhu. Hal tersebut menandakan bahwa reaksi eseterifikasi bergeser

17
ke produk untuk mencapai kesetimbangan. Dengan data tersebut disimpulkan
bahwa suhu mempengaruhi nilai K dan Qc yang kemudian membawa pengaruh
terhadap arah bergesernya reaksi untuk mencapai kesetimbangan (Peris, 2021).
Hal ini sesuai dengan prinsip dasar Le Châtelier dimana saat suhu reaksi
ditingkatkan maka nilai K dan Qc akan mengalami penurunan.

18
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Kenaikan nilai konversi reaksi esterifikasi akan bertambah seiring dengan
bertambahnya waktu reaksi hingga tercapainya kesetimbangan reaksi. Hal
tersebut disebabkan karena adanya kontak antar zat semakin besar.
Semakin lama waktu percobaan maka semakin banyak molekul-molekul
yang bereaksi dengan etanol dan membentuk etil ester.
2. Pengaruh suhu terhadap konversi reaksi esterifikasi adalah pada suhu
rendah memiliki nilai konversi yang lebih rendah karena kenaikan suhu
akan menyebabkan gerakan molekul semakin cepat sehingga tumbukan
antara molekul reaktan meningkat atau energi kinetik yang dimiliki
molekul reaktan semakin besar. Akan tetapi, pada praktikum ini didapatkan
nilai konversi pada suhu 40°C yang lebih besar daripada suhu 60°C
disebabkan oleh reaksi esterifikasi yang bersifat eksotermis sehingga
kesetimbangan dapat menurun ketika suhu mengalami kenaikan.
3. Semakin tinggi temperatur atau suhu operasi maka semakin cepat laju
reaksi yang berlangsung. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius yang
menyatakan k berbanding lurus dengan A dan T. Namun, hasil percobaan
belum sesuai dengan teori pada literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh
tumbukan yang berlangsung secara tidak efektif, sehingga menyebabkan
konstanta laju reaksinya kecil walaupun kecepatan reaksinya tinggi.
4. Prinsip dasar Le Châtelier dimana saat suhu reaksi ditingkatkan maka nilai
K dan Qc akan mengalami penurunan dan menurut persamaan Van’t Hoff
nilai K linear dengan nilai 1/T. Selain itu, nilai produk berbanding lurus
dengan nilai Qc, sehingga semakin besar produk, Qc yang dihasilkan
semakin besar. Pada percobaan ini didapatkan Qc < K, sehingga reaksi
akan berjalan kearah kanan untuk mencapai keadaan setimbang.

5.2 Saran
1. Melakukan pengenceran pada sampel agar tidak menggunakan reagen
terlalu banyak.
2. Menggunakan jenis katalis lain seperti H2SO4 yang memiliki konsentrasi
H+ lebih tinggi.
3. Menjaga suhu operasi pada saat pemanasan etanol maupun pada saat proses
esterifikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, E. L., Andrade, C. M. G., & dos Santos, O. A. (2018). Production of biodiesel
via catalytic processes: A brief review. International Journal of Chemical
Reactor
Fakhry, M. N., & Rahayu, S. S. (2016). Pengaruh Suhu pada Esterifikasi Amil Alkohol
dengan Asam Asetat Menggunakan Asam Sulfat sebagai Katalisator. Jurnal
Rekayasa Proses, 10(2), 64-69. Engineering, 16(5).
Fatmawati, D., & Shakti, P. D. (2013). Reaksi metanolisis limbah minyak ikan menjadi
metil ester sebagai bahan bakar biodiesel dengan menggunakan katalis NaOH.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(2), 68-75.
Kartika, D., & Widyaningsih, S. (2012). Konsentrasi katalis dan suhu optimum pada
reaksi esterifikasi menggunakan katalis zeolit alam aktif (ZAH) dalam
pembuatan biodiesel dari minyak jelantah. Jurnal Natur Indonesia, 14(3), 219-
226.
Kastratović, V., & Bigović, M. (2018). Esterification of stearic acid with lower
monohydorxylic alcohols. Chemical Industry and Chemical Engineering
Quarterly, 24(3), 283-291.
Lestari, L. P., Meriatne., Suryati., Jalaluddin., Sylvia, N. (2021). Pengaruh suhu dan
waktu reaksi transesterifikasi minyak jarak kepyar (Castor oil) terhadap metil
ester dengan menggunakan katalis abu tandan kosong kelapa sawit. Chemical
Engineering Journal Storage, 1(2), 64-80.
Liu, Y., Liu, J., Yan, H., Zhou, Z., & Zhou, A. (2019). Kinetic Study on Esterification
of Acetic Acid with Isopropyl Alcohol Catalyzed by Ion Exchange Resin. ACS
omega, 4(21), 19462–19468. https://doi.org/10.1021/acsomega.9b02994
Maisaroh dan Purwanto, W. (2019). Tinjauan Termodinamika Dan Kesetimbangan
Kimia Dalam Hubungan Perubahan Suhu Terhadap Konversi Reaksi
Epoksidasi Asam Oleat Berbasis Sawit. Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Masterton, W. L., Hurley, C. N., Edward, J. N. (2011). Chemistry: principles and
reactions (Seventh edition). Cengage Learning.
Nurhayati, N., Anita, S., Amri, T. A., & Linggawati, A. (2017). Esterification of Crude
Palm Oil Using H2SO4 and Transesterification Using CaO Catalyst Derived
from Anadara granosa. Indonesian Journal of Chemistry, 17(2), 309- 315.
Nuryoto, Amaliah A. R., Puspitasari A., & Ramadhan A. D. (2020). Study of Esterification
Reaction between Ethanol and Acetic Acid Using Homogeneous and
Heterogeneous Catalyst. World Chemical Engineering Journal, 4(2), 51 – 55.

20
Nuryoto, Sulistryo, H., Suprihastuti, Rahayu, S. & Sutijan. (2011). Kinetika Reaksi
Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat Menggunakan Katalisator Indion 225
Na. Jurnal Rekayasa Proses, 5(2), 35-39.
Panchal, B., Chang, T., Kang, Y., Qin, S., Zhao, Q., Wang, J., & Sun, Y. (2020).
Synthesis of polymer based catalyst: Optimization and kinetics modeling of the
transesterification of Pistacia chinensis oil with diethyl carbonate using acidic
ionic liquids. Fuel, 276, 118121.
Peris, M. (2021). Understanding Le Châtelier’s principle fundamentals: five key
questions. Chemistry Teacher International 2022; 4(3): 203–205.
Purbasari, A., & Silviana, S. (2008). Kajian Awal Pembuatan Biodiesel Dari Minyak
Dedak Padi Dengan Proses Esterifikasi. Reaktor, 12(1), 19-21.
Purwani, M. V., & Suyanti, S. (2011). Kinetika Pelarutan Itrium Hidroksida Dalam
Hcl. Ganendra, 14(1), 28-38.
Salamah, S. (2014). Kinetika reaksi esterifikasi minyak biji kapuk pada pembuatan
biodiesel. Jurnal Chemica, 1(1), 11-18.
Setiadi, F., Firmansyah, F., Ardiyani, R., Meilinda, A., & Rochmat, A. (2016). Kinetika
Reaksi Esterifikasi Gliserol Monooleat (GMO) Dengan Katalisator Zeolit Alam
Bayah Teraktivasi Asam. Jurnal Integrasi Proses, 6(2).
Setyawardhani, D. A., Distantina, S., Dewi, N., dan Utami, M. D. (2010). Pembuatan
Biodiesel Berkualitas Baik Dengan Acid Pre-Treatment. Ekuilibrium, 9(1),
11-15.
Smith, J. M., Ness, H. C. V., & Abbott, M. M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. (6th ed.). Mc Graw Hill.
Suleman, N. (2017). Penentuan Energi Aktivasi Reaksi Esterifikasi Minyak Biji
Kapuk. Jambura Journal of Educational Chemistry, 12(1), 118-120.
Susanti, M. M. (2019). Sintesis Senyawa Etil Laurat Menggunakan Variasi Volume
Katalis Asam Sulfat Pekat. Jurnal Labora Medika, 3(1), 1-9.
Wendi, Cuaca, V., Taslim. (2014). Effect of Reaction Temperature and Catalyst
Concentration. In Sriwijaya International Seminar on Energy-Environmental
Science and Technology, 1(1), 32-37.

21
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

Keterangan:
• Volume Basis : 200 mL
• Katalis : HCl 0,2 N
• Normalitas NaOH : 0,3 N
• Basis NaOH : 250 mL

1. Menghitung Kebutuhan NaOH


mL
Massa NaOH 1000
L
N NaOH = × V Basis NaOH × valensi × kadar NaOH
BM NaOH
1000mL
Massa NaOH L 98
0,3 N = gr × × 1 × 100
40 250 mL
L

Massa NaOH = 3,0612 gr

2. Kalibrasi Piknometer
Massa piknometer kosong = 16,60 gram
Massa piknometer + aquadest = 40,97 gram
Densitas aquadest (suhu 27°C) = 0,998 gram/mL
(Massa Piknometer + aquadest)−Massa Piknometer kosong
ρ aquadest =
Volume piknometer
(40,97 −16,60)gr
0,996 gr/L = Volume piknometer

Volume piknometer = 24,4188 mL

3. Menghitung Densitas HCl


Massa piknometer kosong = 16,60 gram
Massa piknometer + HCl = 45,55 gram
Volume piknometer = 24,4188 mL
(massa piknometer+H2 SO4 )-(massa piknometer kosong)
ρ HCl =
volume piknometer
(45,55 gram)-(16,60 gram)
ρ HCl =
24,4188 mL

ρ HCl = 1,18556 gram/mL

4. Menghitung Densitas Etanol


Massa piknometer kosong = 16,60 gram
Massa piknometer + etanol = 36,01 gram
Volume piknometer = 24,4188 mL

B-1
(massa piknometer+etanol)-(massa piknometer kosong)
ρ etanol =
volume piknometer
(36,01 gram)-(16,60 gram)
ρ etanol =
24,41884 mL

ρ etanol = 0,79488 gram/mL

5. Menghitung Densitas Asam Asetat


Massa piknometer kosong = 16,60 gram
Massa piknometer + asam asetat = 41,82 gram
Volume piknometer = 24,4188 mL
(massa piknometer+asam asetat)-(massa piknometer kosong)
ρ asam asetat =
volume piknometer
(41,82 gram)-(16,60 gram)
ρ asam asetat =
24,588 mL

ρ asam asetat = 1,03281 gram/mL

6. Menghitung Kebutuhan Katalis (HCl)


ρ HCl × V HCl 1000Ml⁄L
N HCl = × ×valensi ×kadar HCl
BM HCl V basis

1,18556 gram/Ml × V H2 SO4 1000Ml⁄L


0,3 N = × × 1 ×32%
36 gram/mol 200 Ml

V HCl = 3,795674 mL

7. Menghitung Kebutuhan Asam Asetat Dan Etanol


Mol asam asetat 1
=6
Mol etanol
ρ×V asam asetat
×kadar asam asetat 1
BM asam asetat
ρ×V etanol =6
×kadar etanol
BM etanol
g
1,032809 ×V asam asetat
mL ×95%
g
60
mol 1
0,794878
g
×V etanol
=6
mL ×96%
g
46
mol

0,098117 V asam asetat = 0,01658 V etanol


V asam asetat = 0,16907 V asam asetat
• Kebutuhan etanol
V basis = Volume HCl + V etanol + V asam asetat
200 mL = 3,795 mL+V etanol+0,169071 V etanol
200 mL = 3,795 mL+1,169071 V etanol
V etanol = 167,829 m

B-2
• Kebutuhan asam asetat
V basis = Volume HCl + V etanol + V asam asetat
200 mL = 3,795 mL+167,8292 mL+V asam asetat
V asam asetat = 28,375 mL

B-3
LEMBAR PERHITUNGAN

Persamaan reaksi : CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O


A B C D

1. Menghitung konsentrasi asam asetat mula-mula (CA0)


(V×N)NaOH−(V sampel×N HCl)
CA0 = Vsampel
(41 mL×0,3 N)−(5 mL×0,2 N)
CA0 = 5 mL

CA0 = 2,260 mol/L

2. Menghitung konsentrasi etanol mula – mula (CB0)


ρ etanol×V etanol 1000mL⁄L
CB0 = × × kadar etanol
BM etanol V basis
gr
0,794878 ⁄mL×167,8292mL 1000mL⁄L
CB0 = gr × × 96%
46 ⁄mol 250 mL

CB0 = 13,920 mol/L

3. Menghitung nilai M
C
M = CB0
A0

13,920 mol⁄L
M=
2,260 mol⁄L

M = 6,159

4. Variabel 1 (Suhu 40°C)


a. Konsentrasi asam asetat sisa (CA) pada t tertentu
(V×N) NaOH−(V sampel × N katalis HCl)
CA = V sampel

(V NaOH×0,3 mol⁄L) –(5 mL × 0,2 mol⁄mL)


= 5 mL

(V NaOH×0,3 mmol⁄L) –(5 mL × 0,2 mmol⁄mL)


= 5 mL

CA = 0,06V − 0,2
C
XA = 1 −CA
A0

CA
=1−
2,260 mol⁄mL

C-1
Volume titran
t (menit) CA (𝐦𝐦𝐨𝐥⁄𝐦𝐋) XA
NaOH (mL)
0 41 2,260 0
10 14 0,640 0,717
20 12 0,520 0,770
30 8 0,280 0,876
40 6 0,160 0,929

b. Persamaan reaksi: CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O


Perubahan Energy Gibs (∆G)
Diketahui data ∆G⁰f standar (Smith et al., 2001)
∆G⁰f 298 CH3COOH = -389900 J/mol
∆G⁰f 298 C2H5OH = -174780 J/mol
∆G⁰f 298 CH3COOC2H5 = -332200 J/mol
∆G⁰f 298 H2O = -237129 J/mol
Maka:
∆G⁰f 298 = (∆G⁰f 298 CH3COOC2H5 + ∆G⁰f 298 H2O) – (∆G⁰f 298 CH3COOH +
∆G⁰f298 C2H5OH)
= (-332200 + (-237129)) J/mol – (-389900 + (-174780)) J/mol
= -4649 J/mol
Perubahan Entalpi (∆H)
Diketahui data ∆H⁰f standar (Smith et al., 2001)
∆H⁰f 298 CH3COOH = -484500 J/mol
∆H⁰f 298 C2H5OH = -277690 J/mol
∆H⁰f 298 CH3COOC2H5 = -480000 J/mol
∆H⁰f 298 H2O = -285830 J/mol
Maka:
∆H⁰f 298 = ∆G⁰f 298 CH3COOC2H5 + ∆G⁰f 298 H2O) – (∆G⁰f 298 CH3COOH +
∆G⁰f 298 C2H5OH)
= (-480000 + (-285830)) J/mol – (-484500 + (-277690)) J/mol
= -3640 J/mol
Dari persamaan Van’t Hoff
∆G⁰f 298 = −RT lnK
∆G°f 298
ln K =− RT
J
−4649 ⁄mol
ln K =− J
8,314 ⁄mol.K × 298 K

ln K = 1,876

C-2
K = 6,530
Pada suhu 40oC (313 K) maka nilai K313 K dapat dihitung:
K ∆H°f 298 1 1
ln (K ) =− (T − T )
298 R 2 1

J
K −3640 ⁄mol 1 1
ln (K ) = − J⁄ (313 K − 298 K)
298 8,314 mol.K

K
ln (K313 ) = -0,070
298

K313
= 0,856
6,530

K313 = 6,086
Pada saat kesetimbangan:
Persamaan CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
A B C D
Mula-mula CA0 + CB0 ↔ 0 + 0
Reaksi CA0XA + CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
Setimbang CA0 - CA0XA + CB0 - CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
C C
QC = CC CD
A B

(CA0 ×XA )(CA0 ×XA )


= (C
A0 −CA0 ×XA )(CB0 −CA0 ×XA )

1
=C XA2 CA2
A0 (1−XA )CA0 (M−XA )

1
= (1−X XA2
A) (M−XA )

Pada menit ke – 40 (t40)


1
QC = (1−X (M−X )
XA2
A) A

1
QC = (1−0,929)(6,159−0,929) × 0,9292

QC = 2,332

c. Konstanta laju reaksi


CA = CA0 (1 – XA)
CB = CB0 – CA0XA
CC = CA0XA
CD = CA0XA
k1 k1
K = k2 k2 = K
dCA
−rA =− dt
dCA
− = k1 CA CB − k 2 CC CD
dt
dXA k1 C C C D
CA0 = k1 CA CB −
dt K

C-3
dXA (CA0 XA )(CA0 XA )
CA0 = k1 [CA0 (1 − X A )(CB0 − CA0 XA ) − ]
dt K
dXA X2A
= k1 CA0 [(1 − X A )(M − XA ) − ]
dt K
dXA K−1
= k1 CA0 [( ) X A2 − (M + 1)XA + M]
dt K
dXA 6,530−1
= k1 .2,260 mol⁄mL [( ) XA2 − (6,159 + 1)XA + 6,159]
dt 6,530
dXA
= k1 . 4,038 mol⁄mL [0,821XA2 − 4,038XA + 3,038]
dt

Jika R1 dan R2 merupakan nilai akar dari persamaan 0,835X A2 −7,159XA +6,159
maka akan didapatkan:
K−1
(M+1)+√(M+1)2 −4( )M
K
R1 = K−1 ……………..(Bilangan Tak Berdimensi)
2( )
K

(7,159)+√(7,159)2 −4(0,835)6,159
R1 = 2(0,835)

R1 = 7,378
K−1
(M+1)−√(M+1)2 −4( )M
K
R2 = K−1 ……………..(Bilangan Tak Berdimensi)
2( )
K

(7,159)−√(7,159)2 −4(0,835)6,159
R2 = 2(0,835)

R2 = 0,973
Sehingga:
dXA
= k1 CA0 [(XA − R1 )(XA − R 2 )]
dt
dXA
[(XA −R1 )(XA −R2 )]
= k1 CA0 dt
dXA
[(XA −7,378)(XA −0,973)]
= k1 . 2,260 mol⁄L dt

Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan:


1 A B
(XA −R1 )(XA −R2 )
= (X + (X
A −R1 ) A −R2 )

1 = A(XA − 7,378) + B(XA − 0,973)


1
Jika XA = 7,378, maka A = (7,378−0,973) dan jika XA = 0,973,
1
Maka B = (0,973−7,378)
1
A = (R
1 −R2 )

1
A = (7,378−0,973)

A = 0,156
1
B = (R
2 −R1 )

1
B = (0,973−7,378)

C-4
B = -0,156
Sehingga:
1 1 1
= [(R + (R ]
(XA −R1 )(XA −R2 ) 1 −R2 )(XA −R1 ) 2 −R1 )(XA −R2 )

1 1 1
= (R [(X − (X ]
1 −R2 ) A −R1 ) A −R2 )

1 1 1
= 0,156 [(X − (X ]
(XA −7,378)(XA −0,973) A −7,378) A −0,973)

Maka dari itu, persamaan turunan XA terhadap t menjadi:


1 1
0,156 [(X − (X ] dX A = k1 × 2,260 mol⁄mL × dt
A −7,378) A −0,973)

Persamaan diintegralkan dengan kondisi batas:


Saat t = 0, maka XA = 0 dan saat t = t maka XA = XA
X 1 1 t
0,156 ∫0 A [(X − (X ] dXA = k1 × 2,260 mol⁄mL × ∫0 dt
A −7,378) A −0,973)

(X −7,378)×0,973
0,156 ln [(XA −0,973)×7,378] = k1 × 2,260 mol⁄mL × t
A

Dimana:
(X −7,378)×0,973
y = 0,151 ln [(XA−0,973)×7,378]
A

x = 2,260 mol⁄mL × t
m = k1
t (menit) x XA y xy x2
0 0 0 0 0 0
10 22,6 0,717 0,192032086 4,339925148 510,76
20 45,2 0,770 0,226910454 10,25635254 2043,04
30 67,8 0,876 0,339194909 22,99741482 4596,84
40 90,4 0,929 0,460193304 41,6014747 8172,16
∑x= 226 ∑y= 1,218 ∑xy= 79,195 ∑x2= 15322,8
k1 =m
n ∑ xy−∑ x ∑ y
k1 =
n ∑ x2 −∑ x ∑ x
(5×79,195)−(226×1,218)
k1 = (5×15322,8)−(226)2

k1 = 0,00472 L/mol.menit
k1
k2 = K
0,00472
k2 = L/mol.menit
6,530

k2 = 0,000723 L/mol.menit

5. Variabel 2 (Suhu 60°C)


a. Konsentrasi asam asetat sisa (CA) pada t tertentu

C-5
(V×N)NaOH−(V sampel×N HCl)
CA = Vsampel
(40 mL×0,3 N)−(5 mL×0,2 N)
CA = 5 mL

CA = 2,260 mol⁄mL
C
XA = 1 −CA
A0

CA
=1−
2,260 mol⁄mL

Volume titran
t (menit) CA (𝐦𝐦𝐨𝐥⁄𝐦𝐋) XA
NaOH (mL)
0 41 2,260 0,000
10 31 1,660 0,265
20 29 1,540 0,319
30 25 1,300 0,425
40 22 1,120 0,504

b. Persamaan reaksi: CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O


Perubahan Energy Gibs (∆G)
Diketahui data ∆G⁰f standar (Smith et al., 2001)
∆G⁰f 298 CH3COOH = -389900 J/mol
∆G⁰f 298 C2H5OH = -174780 J/mol
∆G⁰f 298 CH3COOC2H5 = -332200 J/mol
∆G⁰f 298 H2O = -237129 J/mol
Maka:
∆G⁰f 298 = (∆G⁰f 298 CH3COOC2H5 + ∆G⁰f 298 H2O) – (∆G⁰f 298 CH3COOH
+∆G⁰f 298 C2H5OH)
= (-332200 + (-237129)) J/mol – (-389900 + (-174780)) J/mol
= -4649 J/mol
Perubahan Entalpi (∆H)
Diketahui data ∆H⁰f standar (Smith et al., 2001)
∆H⁰f 298 CH3COOH = -484500 J/mol
∆H⁰f 298 C2H5OH = -277690 J/mol
∆H⁰f 298 CH3COOC2H5 = -480000 J/mol
∆H⁰f 298 H2O = -285830 J/mol
Maka:
∆H⁰f 298 = (∆H⁰f 298 CH3COOC2H5 + ∆H⁰f 298 H2O) – (∆H⁰f 298 CH3COOH +
∆H⁰f 298 C2H5OH)
= (-480000 + (-285830)) J/mol – (-484500 + (-277690)) J/mol

C-6
= -3640 J/mol
Dari persamaan Van’t Hoff
∆G⁰f 298 = −RT lnK
∆G°f 298
ln K =− RT
J
−4649 ⁄mol
ln K =− J
8,314 ⁄mol.K × 298 K

ln K = 1,876
K = 6,530
Pada suhu 60oC (333 K) maka nilai K333 K dapat dihitung:
K333 K ∆H°f 298 1 1
ln ( ) =− (T − T )
K R 2 1

J
K333 K −3640 ⁄mol 1 1
ln ( ) =− J⁄ (333 K − 298 K)
K 8,314 mol.K

K333 K
ln ( ) = -0,154
K
K333 K
= -0,154
K
K333 K
= 0,856
6,530

K333 K = 5,595
Pada saat kesetimbangan:
Persamaan CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
A B C D
Mula-mula CA0 + CB0 ↔ 0 + 0
Reaksi CA0XA + CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
Setimbang CA0 - CA0XA + CB0 - CA0XA ↔ CA0XA + CA0XA
C C
QC 4= CC CD
A B

(CA0 ×XA )(CA0 ×XA )


= (C
A0 −CA0 ×XA )(CB0 −CA0 ×XA )

1
=C XA2 CA2
A0 (1−XA )CA0 (M−XA )

1
= (1−X XA2
A) (M−XA )

Pada menit ke – 40 (t40)


1
QC = (1−X (M−X )
XA2
A) A

1
QC = (1−0,504)(3,000−0,504) × 0,5042

QC = 0,206
c. Konstanta laju reaksi
CA = CA0 (1 – XA)
CB = CB0 – CA0XA

C-7
CC = CA0XA
CD = CA0XA
k1 k1
K = k2 k2 = K
dCA
−rA =− dt
dCA
− = k1 CA CB − k 2 CC CD
dt
dXA k1 C C C D
CA0 = k1 CA CB −
dt K
dXA (CA0 XA )(CA0 XA )
CA0 = k1 [CA0 (1 − XA )(CB0 − CA0 XA ) − ]
dt K

dXA X2A
= k1 CA0 [(1 − X A )(M − XA ) − ]
dt K
dXA K−1
= k1 CA0 [( ) X A2 − (M + 1)XA + M]
dt K
dXA 5,595−1
= k1 .2,260mol⁄mL [( 5,595 ) XA2 − (3,000 + 1)XA + 3,000]
dt
dXA
= k1 . 2,260 mol⁄mL [0,821XA2 − 4,000XA + 3,000]
dt

Jika R1 dan R2 merupakan nilai akar dari persamaan 0,821X A2 − 4,000XA +


3,000 maka akan didapatkan:
K−1
(M+1)+√(M+1)2 −4( )M
K
R1 = K−1 ……………..(Bilangan Tak Berdimensi)
2( )
K

(4,000)+√(4,000)2 −4(0,821)3,000
R1 = 2(0,821)

R1 = 7,264
K−1
(M+1)−√(M+1)2 −4( )M
K
R2 = K−1 ……………..(Bilangan Tak Berdimensi)
2( )
K

(4,000)−√(4,000)2 −4(0,821)3,000
R2 = 2(0,821)

R2 = 0,976
Sehingga:
dXA
= k1 CA0 [(XA − R1 )(XA − R 2 )]
dt
dXA
[(XA −R1 )(XA −R2 )]
= k1 CA0 dt
dXA
[(XA −7,264)(XA −0,976)]
= k1 . 2,260 mol⁄L dt

Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan:


1 A B
(XA −R1 )(XA −R2 )
= (X + (X
A −R1 ) A −R2 )

1 = A(XA − 7,264) + B(XA − 0,976)


1
Jika XA = 7,264 maka A = (7,264−0,976) dan jika XA = 0,976,

C-8
1
maka B = (0,976−7,264)
1
A = (R
1 −R2 )

1
A = (7,264−0,976)

A = 0,159
1
B = (R
2 −R1 )

1
B = (0,976−7,264)

B = -0,159
Sehingga:
1 1 1
= [(R + (R ]
(XA −R1 )(XA −R2 ) 1 −R2 )(XA −R1 ) 2 −R1 )(XA −R2 )

1 1 1
= (R [ − (X ]
1 −R2 ) (XA −R1 ) A −R2 )

1 1 1
=0,159[(X − (X ]
(7,378−0,973) A −7,264) A −0,976)

Maka dari itu, persamaan turunan XA terhadap t menjadi:


1 1
0,159 [ − ] dX A = k1 × 2,260 mol⁄mL × dt
(XA −7,264) (XA −0,976)

Persamaan diintegralkan dengan kondisi batas:


Saat t = 0, maka XA = 0 dan saat t = t maka XA = XA
X 1 1 t
0,159 ∫0 A [(X − (X ] dXA = k1 × 2,260 mol⁄mL × ∫0 dt
A −7,264) A −0,976)

(X −7,264)×0,976
0,159 ln [(XA −0,976)×7,264] = k1 × 2,260 mol⁄mL × t
A

Dimana:
(X −7,264)×0,976
y = 0,159ln [(XA −0,976)×7,264]
A

x = 2,260 mol⁄mL × t
m= k1
t (menit) x XA y xy x2
0 0 0 0 0 0
10 22,6 0,265 0,0446 1,007 510,76
20 45,2 0,319 0,0557 2,518 2043,04
30 67,8 0,425 0,0813 5,511 4596,84
40 90,4 0,504 0,1042 9,423 8172,16
∑x = 226 ∑y = 0,2858 ∑xy = 18,459 ∑x2= 15322,8
k1 =m
n ∑ xy−∑ x ∑ y
= n ∑ x2 −∑ x ∑ x

C-9
(5×18,459)−(226×0,2858)
k1 = (5×15322,8)−(226)2

k1 = 0,00108 L/mol.menit
k1
k2 = K
0,00108
k2 = L/mol.menit
6,530

k2 = 0,000166 L/mol.menit

C-10
REFERENSI

D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
D-22
D-23
D-24
D-25
D-26
D-27
D-28
IDENTIFIKASI BAHAYA (IB)

A Mekanik D Lingkungan E Bahan kimia G Bahaya lainnya

A1 Penanganan manual D1 Kebisingan E1 Racun √ G1 Gas terkompresi

A2 Bagian yang bergerak D2 Getaran E2 Iritan √ G2 Radiasi pengion

A3 Bagian yang berputar D3 Penerangan E3 Korosif √ G3 Radiasi UV

A4 Pemotongan D4 Kelembaban E4 Karsinogenik √ G4 Kelelahan

B Biologi D5 Temperatur √ E5 Mudah terbakar √ G5 Ruang sempit

B1 Bakteri D6 Bahaya perjalanan E6 Mudah meledak G6 Penuh sesak

B2 Virus D7 Permukaan yang licin √ E7 Cryogenics G7 Termometer

B3 Jamur D8 Limbah padat F Peralatan

C Listrik D9 Kualitas udara √ F1 Bejana tekan

C1 Voltase tinggi D10 Pekerjaan soliter F2 Peralatan panas √

C2 Listrik statis D11 Percikan/tetesan/banjir √ F3 Laser

E-1
C3 Kabel √ D12 Tumpahan serbuk √ F4 Pembuluh kaca

DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
untuk meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
1. PREPARASI / TAHAP AWAL
- Reagen tumpah ketika sedang - Menghentikan sumber tumpahan
mengukur densitas - Menjauh dari tumpahan reagen
menggunakan piknometer Menggunakan alat pelindung - Membersihkan tumpahan dengan
- Reagen tumpah ketika sedang diri lengkap seperti jas lab, absorben yang tepat dan

menimbang sarung tangan lateks, serta menggunakan alat pelindung diri
- Reagen tumpah ketika sedang menggunakan sepatu lengkap
memasukkan titran ke dalam - Bilas dengan air mengalir jika
buret reagen mengenai kulit

E-2
- Menggunakan alat
- Menjauh dari tempat terjatuhnya
pelindung diri lengkap
alat
seperti jas lab, sarung
- Membersihkan pecahan alat
Piknometer, gelas ukur, dan pipet tangan lateks, serta
√ dengan sapu
jatuh saat pengambilan sampel menggunakan sepatu
- Ketika membersihkan pecahan
- Berhati-hati ketika bergerak
alat perlu menggunakan alat
atau memindahkan alat agar
pelindung diri yang lengkap
tidak tersenggol
- Menggunakan alat pelindung diri
lengkap
Berhati-hati ketika mengambil
Ujung pipet pecah ketika - Jika pecah dan terkena tetesan,
√ reagen agar ujung pipet tidak
pengambilan reagen atau sampel segera bilas dengan air mengalir
terkena bibir botol reagen
- Melepaskan pakaian yang terkena
tetesan
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
untuk meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal

E-3
- Menggunakan alat
pelindung diri lengkap
- Terkena tetesan atau tumpahan
seperti jas lab, sarung - Bilas dengan air mengalir jika
asam saat mengambil dari
tangan lateks, serta reagen mengenai kulit
√ ruang asam
menggunakan sepatu - Melepaskan pakaian yang terkena
- Terkena tetesan asam dari
- Adanya pengawasan ketika reagen
pipet yang pecah ujungnya
mengambil reagen dari
ruang asam
- Memastikan klem kuat - Menjauh dari tempat terjatuhnya
Pemasangan alat menahan alat alat
- Alat terjatuh karena tidak - Pemasangan alat tidak - Membersihkan pecahan alat
√ terpasang dengan kuat boleh miring dengan sapu
- Termometer pecah karena - Memasang alat sesuai - Ketika membersihkan pecahan
pemaksaan dalam pemasangan dengan ukuran yang alat perlu menggunakan alat
tersedia pelindung diri yang lengkap
2. PERCOBAAN UTAMA

E-4
- Pastikan kabel dan colokan - Matikan sumber arus listrik
Tersetrum listrik ketika sumber listrik tidak basah - Dorong tubuh korban dengan
√ menghubungkan kompor listrik ke - Memakai alat pelindung diri benda isolator
sumber listrik yang lengkap - Cari pertolongan medis jika
terdapat luka bakar
Suhu labu leher tiga dan suhu - Mengontrol aliran air Mengatur suhu pada rangkaian alat

alkohol terlalu panas sehingga dalam pendingin balik dengan perlindungan isolator
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
untuk meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
terjadi penguapan berlebih - Mengatur suhu kompor
listrik agar tidak terlalu
tinggi namun tetap sesuai
dengan variabel
3. ANALISA / TAHAP AKHIR

E-5
- Terkena tetesan larutan ketika
mengambil sampel Menggunakan alat pelindung - Bilas dengan air mengalir jika
- Terkena tetesan larutan ketika diri lengkap seperti jas lab, reagen mengenai kulit

menambahkan indikator sarung tangan lateks, serta - Melepaskan pakaian yang terkena
- Terkena tetesan titran ketika menggunakan sepatu reagen
melakukan titrasi
- Menjauh dari tempat terjatuhnya
- Berhati-hati ketika mencuci
alat
Saat mencuci alat yang sudah agar alat tidak terlepas dari
- Membersihkan pecahan alat
digunakan, alat terjatuh dan pecah tangan
√ dengan sapu
karena menggunakan sabun cuci - Berhati-hati ketika mencuci
- Ketika membersihkan pecahan
yang bisa membuat licin agar alat tidak terkena
alat perlu menggunakan alat
wastafel
pelindung diri yang lengkap

E-6
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO. TANGGAL
1 11/04/2023 P0 Laporan
2 24/04/2023 P1 Laporan
3 16/05/2023 P2 Laporan

F-1

Anda mungkin juga menyukai