Materi :
PERPINDAHAN PANAS
Disusun Oleh :
FAIZHAL DIMAS LEKSONO
Group : 2/SELASA
Rekan Kerja :
1. SYAH RENDRA SURYO ADHITOMO (21030118130197)
2. NANDITHA DWI CAHYANI (21030118130156)
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Laporan Praktikum Proses Kimia yang berjudul “Perpindahan Panas”
dapat diselesaikan dengan lancar.
Laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini terima kasih disampaikan
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M. Eng. selaku dosen penanggung jawab
Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia.
2. Prof. Dr. Hadiyanto, S.T, M.Sc. selaku dosen pengampu materi Perpindahan
Panas.
3. Peter Kusnadi, selaku koordinator asisten Laboratorium Unit Operasi Teknik
Kimia.
4. Rifqi Maulana Adiasa, selaku asisten pembimbing materi Perpindahan Panas.
5. Segenap asisten Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia.
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca. Laporan ini disadari masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari berbagai pihak diharapkan untuk menuju kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB V .......................................................................................................................................... 32
BAB V PENUTUP ........................................................................................................................ 32
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 32
5.2 Saran .................................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 33
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Heat Transfer adalah ilmu yang mempelajari tentang kecepatan
perpindahan panas dari sumber panas (heat body) ke penerima panas (cold
body). Manfaat ilmu ini adalah untuk membantu merancang alat yang
berhubungan dengan perpindahan panas, misalnya cooler, condenser, reboiler,
evaporator, heat exchanger, dan lain sebagainya.
Pada industri, setelah alat penukar panas dirancang kemudian dibutuhkan
parameter-parameter seperti faktor kekotoran yang mengindikasikan layak atau
tidak suatu alat penukar panas (Heat Exchanger) digunakan dan kapan alat
tersebut perlu dibersihkan (cleaning).
Dengan diketahui masih layak atau tidaknya suatu alat perpindahan panas
yang dapat diketahui dari perhitungan suhu fluida panas masuk (Thi), suhu
fluida panas keluar (Tho), suhu fluida dingin masuk (tci), dan suhu fluida
dingin keluar (tco) berdasarkan pengamatan maka dengan perhitungan neraca
panas dapat mendesain alat penukar panas (Heat Exchanger).
1.2 Rumusan Masalah
Pada praktikum ini akan dipelajari pengaruh jenis aliran yang berbeda,
kenaikan skala flowrate pada aliran hot fluid, dan perbedaan suhu awal hot fluid
terhadap parameter yang mempengaruhi proses perpindahan panas. Performa
dari suatu Heat Exchanger dipengaruhi oleh jenis aliran (co-current dan
counter- current), kecepatan aliran, serta suhu fluida. Parameter proses
perpindahan panas yang akan dihitung berdasarkan data perubahan suhu saat
praktikum berlangsung yaitu Ui, Uo, Uc, Ud, dan Rd. Untuk itu perlu dilakukan
percobaan untuk mengetahui kinerja Heat Exchanger terhadap parameter
tersebut.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mampu merangkai dengan benar jenis aliran searah maupun lawan arah.
2. Mampu menghitung luas perpindahan panas luar dan dalam pipa (Ao &
Ai) berdasarkan data ukuran pipa.
3. Mampu menghitung nilai Uo dan Ui berdasarkan perhitungan neraca
panas dan teori.
4. Mampu menghitung dan membandingakan nilai Uc dan Ud.
5. Mampu menggambar grafik hubungan flowrate vs U (Uc, Ud, Uo, Ui).
1
6. Mampu menentukan koefisien ∝, p, q dan hubungan persamaan
perpindahan panas yang digunakan terhadap bilangan Nusselt, Reynold,
dan Prandtl berdasarkan rumus:
ℎ𝐷 𝐷𝑣𝜌 𝑝 𝑐𝑝𝜇 𝑞
= 𝛼( ) ( )
𝑘 𝜇 𝑘
7. Serta membandingkannya dengan persamaan dari teoritis dalam bentuk
grafik.
8. Mampu memberikan rekomendasi terhadap heat exchanger yang
digunakan berdasarkan nilai Rd yang didapat.
9. Mampu mengevaluasi pengaruh suhu fluida panas terhadap nilai
perpindahan panas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Perpindahan Panas
Perpindahan panas adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kecepatan
perpindahan panas diantara sumber panas (hot body) dan penerima panas (cold
body). Salah satu hubungan ini adalah untuk membantu kita dalam perancangan
alat yang berhubungan dengan perpindahan panas, misalnya cooler, heater,
condenser, reboiler, evaporator, maupun heat exchanger.
Percobaan dilaksanakan dengan tipe alat Heat Transfer Bench T.D. 36
yang merupakan alat penukar panas Shell and Tubes yang mana alat tersebut
terdiri dari 1 shell dan 5 tubes yang dirancang dengan sistem single pass dapat
dioperasikan secara searah maupun lawan arah baik fluida panas dan fluida
dingin dilewatkan shell maupun tube.
Sebagai fluida panas, sebelumnya dioperasikan maka dibuat dahulu
melalui hot tank dengan pemanas listrik. Sebagai fluida dingin sebelum
dioperasikan dibuat dahulu melalui tangki yang merupakan refrigerator.
Prinsip percobaan tersebut adalah akan mencari besarnya overall heat
transfer coefficient (U) pada alat tersebut dengan berbagai variasi kecepatan
fluida panas maupun fluida dingin yang dialirkan pada heat exchanger tersebut.
Besarnya panas yang ditransfer dapat dihitung dengan mengetahui
perubaahan suhu dari fluida masuk dan keluar pada kecepatan tertentu.
Sedangkan pada suhu rata-rata logaritma dapat dihitung dari perubahan suhu
masuk dan keluar, baik dari fluida panas maupun dingin.
Dengan persamaan: q = U. A. ΔTLMTD dapat dihitung harga U yang
mana besarnya A dihitung dari ukuran alat penukar panas tersebut. Dari
berbagai variasi perubahan kecepatan aliran dapat diketahui adanya perubahan
harga U terhadap perubahan kecepatan aliran.
Untuk mengetahui jumlah panas yang dipindahkan dapat menggunakan alat
berupa heat exchanger (HE). Ada beberapa jenis heat exchanger, yaitu :
1. Shell and tube heat exchanger
2. Double pipe heat exchanger
3. Extended surface heat exchanger
4. Air cool heat exchanger
5. Plate and Frame heat exchanger
Yang umum dipakai adalah shell and tube heat exchanger karena :
1. Memiliki luas permukaan perpindahan panas per satuan volume yang
besar
3
2. Ukuran relatif kecil terhadap hot dry yang besar
3. Untuk area yang kecil cukup dengan double pipe
4. Aliran fluida dapat diatur dengan co-current maupun counter current
5. Terjadi perpindahan panas secara konveksi (antara tube dan fluida) dan
konduksi (antara dinding-dinding tube).
Perpindahan panas yang terjadi di heat exchanger akan didahului dengan
panas yang terjadi di masing-masing pipa dan tergantung pada sifat bahan dan
diameter pipa. Makin besar diameter pipa makin besar perpindahan panasnya.
Biasanya panas yang melewati dinding secara keseluruhan ditentukan oleh
koefisien luar maupun dalam. Untuk konduksi ditentukan oleh tebal pipa dan
bahan pipa. Hantaran panas heat exchanger ditentukan oleh koefisien
perpindahan panas secara menyeluruh (U).
2.2 Jenis-jenis Perpindahan Panas
Menurut cara penghantar dayanya, perpindahan panas dibedakan menjadi:
1. Konduksi
Merupakan perpindahan panas yang terjadi karena molekul-molekul dalam
zat bersinggungan, dimana besarnya kecepatan perpindahan panas:
∆𝑇
𝑄 = 𝑘. 𝐴.
∆𝑥
Dengan,
Q = kecepatan perpindahan panas secara konduksi (Btu/hr)
A = luas perpindahan panas (ft 2)
k = konduktivitas (Btu/ft.hr.oF)
T = beda suhu antara permukaan panas dan dingin ( oF)
x = tebal bahan yang dilalui panas (ft)
Berdasarkan hukum Fourier, besarnya Q tergantung pada:
Besar kecilnya konduktivitas (k)
Berbanding lurus dengan beda suhu (Δ𝑇)
Berbanding terbalik dengan ketebalan (Δ𝑥)
2. Konveksi
Merupakan perpindahan panas yang disebabkan adanya gerakan
atom/molekul suatu fluida yang bersinggungan dengan permukaan. Dapat
dihitung dengan persamaan :
𝑄 = ℎ. 𝐴. (𝑇𝑠 − 𝑇𝑣)
Dengan,
Q = laju perpindahan panas konveksi (Btu/hr)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (Btu/ft2.hr. oF)
4
A = luas perpindahan panas (ft2)
Ts = suhu permukaan batang (°F)
Tv = suhu solubility (°F)
3. Radiasi
Merupakan gelombang perpindahan panas karena adanya perbedaan suhu
dan berlangsung secara gelombang elektromagnetik tanpa perantara. Dapat
dihitung dengan persamaan:
𝑇1 4 𝑇2 4
𝑄 = 𝜀. 𝜎. 𝐴. (𝑇1 4 − 𝑇2 4 ) = 0.171 [( ) −( ) ]
100 100
Dengan,
Q = energi perpindahan panas radiasi (Btu/hr)
𝜎 = konstanta Stefan Boltzmann (1,714 x 10-9 Btu/ft2.hr.°F)
𝜀 = emisivitas bahan
A = luas bidang (ft 2)
T1 = suhu mutlak (°F)
T2 = suhu mutlak (°F)
2.3 Azas Black
Azas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan
oleh Joseph Black. Azas ini menjabarkan :
Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda
yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu
akhirnya sama.
Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas
Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor
yang diserap bila dipanaskan
Bunyi Azas Black adalah sebagai berikut: “Pada pencampuran dua zat,
banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan
banyaknya kalor yang suhunya lebih rendah”. Dirumuskan:
𝑄ℎ = 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ. (𝑇ℎ1 − 𝑇ℎ1 )
𝑄𝑐 = 𝑚𝑐. 𝐶𝑝𝑐. (𝑇𝑐1 − 𝑇𝑐1 )
2.4 Overall Coefficient Heat Transfer (U)
Hal yang sangat penting untuk menganalisis alat penukar panas adalah
koefisien perpindahan panas menyeluruh (U). Koefisien ini merupakan ukuran
dari alat penukar panas dalam hal memindahkan panas. Untuk harga U yang
besar maka kecepatan perpindahan panas akan besar, namun sebaliknya jika U
kecil maka kecepatan perpindahan panas harganya kecil.
5
Bila dalam alat penukar panas kedua fluida dipisahkan dalam bidang
datar maka U dapat dinyatakan dalam bentuk :
1
𝑈= 1 𝑥 1
+ 𝑘 + ℎ𝑜
ℎ𝑖
hi = koefisien perpindahan panas konveksi pada sisi dalam pipa (Btu/ft2.hr. oF)
ho = koefisien perpindahan panas konveksi pada sisi luar pipa (Btu/ft2.hr. oF)
x = tebal dinding (ft)
k = konduktivitas panas bahan dinding (Btu/ft.hr. oF)
Harga U tergantung pada :
1. Tebal dinding, semakin tebal dinding harga U semakin kecil dan
panas yang ditransfer juga semakin kecil.
2. Daya hantar panas.
3. Beda suhu, semakin besar beda suhu maka U semakin besar.
4. Luas bidang permukaan panas.
2.5 Pengertian Ui, Uo, Ud, Uc
Bila kedua fluida dibatasi oleh dinding pipa yang jari-jari dalamnya ri dan jari
jari luarnya ro maka U dapat dituliskan dalam bentuk :
1
𝑈𝑖 = 1 𝑟𝑖 𝑟𝑜 𝑟𝑜 1
+ 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + ( 𝑟𝑖 ) ℎ𝑜
ℎ𝑖 𝑘
1
𝑈𝑖 = 1 𝑟𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜 1
+ 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + ( 𝑟𝑖 ) ℎ𝑖
ℎ𝑜 𝑘
6
terjadi akibat endapan dari fluida yang mengalir, ataupun disebabkan oleh
korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida
yang dialirkan. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran
pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
mempengaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan atau
mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.
Penyebab terjadinya fouling:
Adanya pengotor berat yaitu kerak yang berasal dari hasil korosi
atau coke.
Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari
dekomposisi kerak keras.
Akibat fouling:
Mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga
meningkatkan biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan.
Ukuran heat exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi
meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan
meningkat.
Faktor pengotoran (fouling factor) dapat dicari dari persamaan:
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐. 𝑈𝑑
Dengan:
ℎ𝑖𝑜 𝑥 ℎ𝑜 𝑄
𝑈𝑐 = 𝑑𝑎𝑛 𝑈𝑑 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜 𝐴. ∆𝑇
Dimana:
Uc = koefisien perpindahan panas menyeluruh bersih
Ud = koefisien perpindahan panas menyeluruh (design)
Hio = koefisien perpindahan panas fluida di dalam tube
Ho = koefisien perpindahan panas fluida di luar tube
2.6 Pemilihan Fluida pada Shell dan Tube
Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar cukup
kuat menahan tekanan yang tinggi.
Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih
mudah dilakukan. Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran
di dalam shell membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih
banyak.
7
Fluida bertemperatur tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan panasnya
dialirkan di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat
dihindarkan.
Fluida dengan viskositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube karena
pengaliran fluida dengan viskositas tinggi di dalam penampang alir yang
kecil membutuhkan energi yang lebih besar.
Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan
baffle untuk menambah laju perpindahan.
Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang
kecil menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi,
sehingga menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena
adanya cukup ruangan.
2.7 Penjabaran Rumus ΔT LMTD
Untuk mendesain alat penukar panas dan memperkirakan kemampuan alat
penukar panas maka harus ditampilkan hubungan antara total panas yang
dipindahkan dengan besaran yang lain misalnya suhu masuk dan suhu keluar
dari kedua fluida, harga koefisien perpindahan panas menyeluruh U dan luas
perpindahan panas dari alat penukar panas tersebut.
Panas yang dilepas oleh fluida panas dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan:
𝑄 = 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ. (𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 )
Panas tersebut secara keseluruhan diterima oleh fluida dingin yang dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan:
𝑄𝑐 = 𝑚𝑐. 𝐶𝑝𝑐. (𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖 )
Panas yang dilepas oleh fluida panas dan diterima oleh fluida dingin dapat
terjadi karena adanya beda suhu ΔT = Th – tc yang disebut beda suhu lokal
antara fluida panas dan fluida dingin pada suatu titik atau lokal trtentu, dimana
dari ujung pemasukan sampai ujung pengeluaran harga ΔT selalu berubah.
Dengan menggunakan neraca energi, dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝑑𝑞 = 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ. ∆𝑇ℎ = −𝐶ℎ. ∆𝑇ℎ
Dimana
𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ = 𝐶ℎ
Perpindahan panas melalui luasan dA dapat dinyatakan sebagai:
𝑑𝑞 = 𝑈. ∆𝑇. 𝑑𝐴
Dimana
8
∆𝑇 = 𝑇ℎ − 𝑡𝑐
𝑑 (∆𝑇) = 𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑡𝑐
𝑑𝑞
𝑑𝑞 = −𝐶ℎ. 𝛥𝑇ℎ → 𝑑𝑇ℎ =
𝐶ℎ
𝑑𝑞
𝑑𝑞 = 𝐶𝑐. 𝑑𝑡𝑐 → 𝑑𝑡𝑐 =
𝐶𝑐
Maka
1 1
𝑑(𝛥𝑇) = 𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑡𝑐 = −𝑑𝑞 ( + )
𝐶ℎ 𝐶𝑐
1 1
𝑑(𝛥𝑇) = −𝑑𝑞 ( + )
𝐶ℎ 𝐶𝑐
Substitusi 𝑑𝑞= 𝑈.Δ𝑇.𝑑𝐴, maka akan diperoleh:
1 1
𝑑(𝛥𝑇) = −𝑈. 𝛥𝑇. 𝑑𝐴 ( + )
𝐶ℎ 𝐶𝑐
𝑑(𝛥𝑇) 1 1
= −𝑈 ( + ) 𝑑𝐴
𝛥𝑇 𝐶ℎ 𝐶𝑐
Diintegralkan sepanjang alat penukar panas didapatkan:
2
2
𝑑(𝛥𝑇) 1 1
∫ = −𝑈 ( + ) ∫ 𝑑𝐴
𝛥𝑇 𝐶ℎ 𝐶𝑐 1
1
(𝛥𝑇1) 1 1
𝑙𝑛 = −𝑈. 𝐴. ( + )
(𝛥𝑇2) 𝐶ℎ 𝐶𝑐
Substitusi
𝑞 𝑞
𝐶ℎ = 𝑑𝑎𝑛 𝐶ℎ =
𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖
(𝛥𝑇1) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖
𝑙𝑛 = −𝑈. 𝐴. ( + )
(𝛥𝑇2) 𝑞 𝑞
(𝛥𝑇1) −𝑈. 𝐴
𝑙𝑛 = ((𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜) + (𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖))
(𝛥𝑇2) 𝑞
Dimana Δ𝑇1=𝑇ℎ𝑖−𝑡𝑐𝑖 dan Δ𝑇2=𝑇ℎ𝑜−𝑡𝑐𝑜
Maka didapat
𝛥𝑇2 − 𝛥𝑇1
𝑞 = 𝑈. 𝐴
𝑙𝑛(𝛥𝑇2𝛥𝑇1)
Sehingga
𝛥𝑇2 − 𝛥𝑇1 𝛥𝑇1 − 𝛥𝑇2
𝛥𝑇𝑚 = 𝛥𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = 𝛥𝑇2
= 𝛥𝑇1
𝑙𝑛 (𝛥𝑇1) 𝑙𝑛 (𝛥𝑇2)
9
2. U dan A konstan
3. Cp konstan walau suhu berubah
4. Panas yang hilang di sekeliling di abaikan
5. Berlaku untuk co-current dan counter current
6. Tidak berlaku untuk aliran silang
7. Dalam sistem tidak ada perbedaan fase
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Aliran Co-current dan Counter-Current
1. Co-current
Kelebihan
Biasa dipakai dalam 1 fasa di multifase heat exchanger
Dapat membatasi suhu maksimal fluida dingin
Dapat mengubah salah satu fluida dengan cepat
Kekurangan
Panas yang dihasilkan lebih kecil dibanding counter current
Jarang dipakai dalam single pass heat exchanger
Tidak mungkin didapat salah satu fluida yang keluar mendekati suhu
masuk fluida lain.
2. Counter-current
Kelebihan
Panas yang dihasilkan cukup besar dibandingkan co-current
Suhu keluar dari salah satu fluida dapat mendekati suhu masuk fluida
lain
Bahan konstruksi lebih awet karena thermal stress-nya kecil
Kekurangan
Tidak dapat dipakai untuk mengubah suhu fluida dengan cepat
Kurang efisien jika dipakai untuk menaikkan suhu fluida dingin
untuk batas tertentu.
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Rancangan Percobaan
3.1.1 Rancangan Percobaan
3.1.1.1 Pengeringan pada Rak
11
4. Flexible Hose
3.3 Gambar Rangkaian Alat
12
4. Setelah semua terpasang, cek kebocoran dengan cara menyalakan hot dan
cold pump. Jika terjadi kebocoran, matikan hot dan cold pump dan ulangi
langkah nomor 3 hingga tidak terjadi kebocoran.
5. Setelah tidak terjadi kebocoran tunggu suhu pada hot dan cold tank tercapai,
kemudian nyalakan hot dan cold pump.
6. Dengan valve pengatur flowrate, atur aliran hot dan cold fluid yang masuk.
7. Setelah flowrate sesuai, operasi mulai dijalankan dan catat data perubahan
suhu setiap 1 menit selama 10 menit.
8. Variabel yang di variasikan dalam percobaan ini adalah:
a. Jenis aliran :
b. Suhu awal hot fluid :
c. Skala hot fluid :
9. Bila percobaan telah selesai, matikan kedua pompa, heater, dan unit
refrigerasi. Lepaskan flexible hose dan thermometer.
3.6 Pengolahan Data
Dari data yang diperoleh baik primer maupun sekunder pengolahan data
dilakukan dengan cara perhitungan Kern dan dapat dilihat sebagai berikut:
1. Neraca Panas
Menghitung neraca panas untuk mengetahui panas yang dilepas fluida panas
atau panas yang diterima fluida dingin. Persamaan umum untuk neraca
panas, yaitu:
𝑄 = 𝑚 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 𝛥𝑡
Atau dapat dituliskan:
𝑄 = 𝑉 𝑥 𝜌 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 𝛥𝑡
Keterangan:
Q : Jumlah panas yang dipindahkan (J/s)
m : Laju alir massa fluida (kg/s)
Cp : Kapasitas panas dari fluida (J/kg°C)
Δ𝑡 : Perbedaan temperatur masuk dan keluar (°C)
V : Laju alir fluida (m3/s)
𝜌 : Densitas fluida (kg/m3)
2. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Perbedaan temperatur antara fluida panas dan dingin bervariasi sepanjang
penukar kalor. Untuk itu digunakan perbedaan temperatur rata-rata.
Persamaan umumnya, yaitu:
13
𝛥𝑇2 − 𝛥𝑇1
𝐿𝑀𝑇𝐷 = 𝛥𝑇
𝑙𝑛 𝛥𝑇2
1
14
b. Flow area sisi shell
𝐼𝐷 𝑥𝐶′𝑥𝐵
𝑎𝑠 =
𝑃𝑇
Keterangan:
as : Flow Area shell (m2)
ID : Inside Diameter (m)
C’ : Clearance (m)
B : Baffle space (m)
PT : Pitch (m)
5. Mass Velocity(G)
𝑊𝑠
𝐺𝑠 =
𝑎𝑠
𝑊𝑡
𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
Keterangan:
Gs : Mass velocity shell (Kg/s m2)
Gt : Mass velocity tube (Kg/s m2)
Ws : Laju alir fluida di shell (Kg/h)
Wt : Laju alir fluida di tube (Kg/h)
as : Flow area shell (m2)
at : Flow area tube (m2)
6. Bilangan Reynolds (Re)
a. Bilangan reynold di shell
𝐷𝑒 𝑥 𝐺𝑠
𝑅𝑒𝑠 =
𝜇
Keterangan:
Res : Bilangan Reynolds di sisi shell
De : Diameter ekuivalen shell (m)
Gs : Mass velocity shell (J/s.m2)
𝜇 : Viskositas fluida di shell (Pa.s)
b. Bilangan reynold di tube
𝐷𝑒 𝑥 𝐺𝑡
𝑅𝑒𝑡 =
𝜇
Keterangan:
Ret : Bilangan Reynolds di sisi tube
De : Diameter ekuivalen tube (m)
Gs : Mass velocity tube (J/s.m2)
𝜇 : Viskositas fluida di tube (Pa.s)
15
7. Faktor Perpindahan Panas pada Shell dan Tube (JH)
Setelah mendapatkan Reynold number, menentukan nilai JH dari grafik
pada fig. 28 Kern untuk shell dan fig. 24 Kern untuk tube.
8. Koefisien Perpindahan Panas (h)
a. Koefisien Perpindahan Panas di tube (hi)
1
𝑘 𝐶𝑝 𝑥 𝜇 3
ℎ𝑖 = 𝑗𝐻 𝑥 ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 𝜑𝑡
𝐷 𝑘
Keterangan:
hio : Koefisien perpindahan panas tube(J/s m2 oC)
JH : Heat transfer factor
k : Konduktivitas termal di tube(J/s m °C)
De : Diameter ekuivalen tube (m)
Cp : Specific heat fluida di tube(J/kg °C)
𝜇 : Viskositas fluida di tube(Pa.s)
Φs : Viskositas ratio [(μ/μw)0.14]
b. Koefisien Perpindahan Panas di shell (ho)
1
𝑘 𝐶𝑝 𝑥 𝜇 3
ℎ𝑜 = 𝑗𝐻 𝑥 ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 𝜑𝑡
𝐷𝑒 𝑘
Keterangan:
ho : Koefisien perpindahan panas shell(J/s m2 °C)
k : Konduktivitas termal di shell (J/s m °C)
De : Diameter ekuivalen shell (m)
Cp : Specific heat fluida di shell(J/kg °C)
𝜇 : Viskositas fluida di shell(Pa.s)
Φs : Viskositas ratio [(μ/μw)0.14]
9. Koefisien Perpindahan Panas Overall pada saat Clean (Uc)
Koefisien Perpindahan Panas Overall pada saat Clean (Uc)
menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida
dingin dan juga menyatakan panas menyeluruh sebagai perpindahan panas
konveksi.
ℎ𝑖𝑜 𝑥 ℎ𝑜
𝑈𝑐 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
Keterangan:
Uc : Clean overall heat transfer coefficient (J/s.m2. °C)
hio : Koefisien perpindahan panas konveksi di tube (J/s. m2. °C)
ho : Koefisien perpindahan panas konveksi di shell (J/s. m2. °C)
16
10. Koefisien Perpindahan Panas Overall pada saat terdapat pengotor
(Ud) secara teoritis
Koefisien perpindahan panas overall pada saat ada pengotor (Ud) ini
menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke
fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai
gabungan proses konduksi dan konveksi setelah alat beroperasi. Nilai Ud
lebih kecil daripada nilai Uc. Sebelumnya harus menghitung nilai Uo dan
Ui secara teoritis.
a. Menghitung Ui teoritis
1
𝑈𝑖 = 1 𝑟𝑖 𝑟𝑜 𝑟𝑖 1
+ 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + (𝑟𝑜 ) ℎ𝑜
ℎ𝑖 𝑘
Keterangan:
Uo : Koefisien Perpindahan Panas Overall dalam tube (J/s. m2.°C)
hi : Koefisien perpindahan panas di tube (J/s.m2.°C)
ri : Jari-jari dalam tube (m)
ro : Jari-jari luar tube (m)
k : Konduktivitas termal di shell (J/s m.°C)
b. Menghitung Uo teoritis
1
𝑈𝑜 = 1 𝑟𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜 1
+ 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + ( 𝑟𝑖 ) ℎ𝑜
ℎ𝑜 𝑘
Keterangan:
Uo : Koefisien Perpindahan Panas Overall dalam tube (J/s. m2.°C)
hi : Koefisien perpindahan panas di tube (J/s.m2.°C)
ri : Jari-jari dalam tube (m)
ro : Jari-jari luar tube (m)
k : Konduktivitas termal di shell (J/s m.°C)
c. Menghitung Ud teoritis
𝑈𝑜 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑈𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑈𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
2
11. Dirt Factor (Rd)
Faktor Pengotor (Rd) merupakan resistance dari Heat Exchanger
dimaksudkan untuk mereduksi korosifitas akibat dari interaksi antara fluida
dengan dinding pipa Heat Exchanger. Akan tetapi setelah digunakan
beberapa lama, Rd akan mengalami akumulasi. Hal ini tidak baik untuk
heat exchanger itu sendiri, karena Rd yang besar akan menghambat laju
perpindahan panas antara fluida panas dan fluida dingin.
17
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐. 𝑈𝑑
Keterangan:
Rd : Dirt factor (m2.s. °C / J)
Uc : Clean overall heat transfer coefficient (J/s.m2. °C)
Ud : Design overall heat transfer coefficient (J/s.m2. °C)
12. Perhitungan 𝜶, p, q
Peristiwa perpindahan panas disini terjadi dengan cara gabungan
konduksi dan konveksi, tidak ada perubahan fase dan tidak ada radiasi yang
signifikan. Persamaannya :
ℎ𝐷 𝐷𝑐𝐺𝑠 𝑃 𝐶𝑝𝜇 𝑞
= 𝛼( ) ( )
𝑘 𝜇 𝑘
Persamaan tersebut merupakan rumus utama dari Bilangan Nusselt
(Nu) yaitu rasio perpindahan panas konveksi dan konduksi normal terhadap
batas dalam kasus perpindahan panas konveksi dan konduksi normal
terhadap batas dalam kasus perpindahan panas pada permukaan fluida.
Nilai ∝, p dan q dapat dihitung dengan cara numerik. Untuk mendapatkan
nilai-nilai konstanta ∝, p dan q maka diperlukan 3 persamaan.
Oleh karena itu, diambil nilai-nilai Bilangan Nusselt, Prandtl dan
Reynold dari 3 skala rotameter pada jenis aliran tertentu.
𝑁𝑢 = ∝ 𝑥 𝑅𝑒 𝑃 𝑥 𝑅𝑒 𝑞
Dengan di-log kan maka persamaan nya menjadi:
𝐿𝑜𝑔 𝑁𝑢 = 𝑙𝑜𝑔 ∝ + 𝑝 𝑙𝑜𝑔 𝑅𝑒 + 𝑞 𝐿𝑜𝑔 𝑃𝑟
Dimana:
𝐷𝑐. 𝐺𝑠
𝑅𝑒 =
𝜇
𝐶𝑝𝜇
𝑃𝑟 =
𝑘
ℎ𝐷
𝑁𝑢 =
𝑘
Untuk bilangan Nusselt teoritis dan praktis diperoleh dengan
memasukan bilangan Reynold dan bilangan Prandtl ke dalam persamaan
dengan nilai , p dan q praktis dan dari literatur. Kemudian bilangan Nusselt
teoritis dan praktis dibandingkan untuk memperoleh nilai persen errornya
sebagai berikut :
18
Tabel 3.1 Hubungan Nu Teoritis vs Nu Praktis
Flowrate Nu Nu
T(oC) % Error
(m3/s) Teoritis Praktis
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Flowrate terhadap Nilai Uo dan Ui
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh nilai Ui dan Uo pada
proses perpindahan panas dengan suhu hot fluid 63°C dan 53°C pada aliran co-
current dan counter current yang disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai Ui dan Uo pada berbagai variabel
Suhu Flowrate Counter Current Co Current
(oC) (m3/s) Ui Uo Ui Uo
0.00035 113.965755 119.3926961 99.933476 104.692213
63 0.0004 185.565345 194.4017899 108.862909 114.0468572
0.00045 219.142858 229.578232 135.120134 141.5544263
0.00035 208.266039 218.1834694 107.457863 112.5749046
53 0.0004 243.651056 255.2534872 136.296811 142.7871348
0.00045 303.153983 317.5898874 193.594325 202.8131028
250
200
U (J/s.m2.oC)
150 Uo - Co Current
100 Uo - Counter Current
Ui - Co Current
50
Ui - Counter Current
0
0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
Flowrate (m2/s)
Gambar 4.1 Hubungan flowrate terhadap nilai Ui dan Uo pada variabel suhu
63℃
350
300
250
U (J/s.m2.oC)
200 Uo - Co Current
150 Uo - Counter Current
100 Ui - Co Current
50 Ui - Counter Current
0
0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
Flowrate (m2/s)
Gambar 4.2 Hubungan flowrate terhadap nilai Ui dan Uo pada variabel suhu
53℃
20
Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2, diketahui bahwa hubungan flowrate
terhadap Uo dan Ui aliran co-current maupun counter current pada suhu 63°C
dan 53°C berbanding lurus. Dapat dilihat juga bahwa nilai Ui lebih besar dari
pada nilai Uo baik pada aliran co-current maupun counter current pada kedua
suhu tersebut. Fenomena yang terjadi sesuai dengan persamaan berikut :
𝑄ℎ dan 𝑄ℎ
𝑈𝑜 = 𝑈𝑖 =
𝐴𝑜 × ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 𝐴𝑖 × ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷
𝑄ℎ = 𝑚ℎ × 𝑐𝑝ℎ × ∆𝑇ℎ
Karena nilai U berbanding lurus dengan nilai m (flowrate), maka dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai flowrate maka nilai Ui dan Uo juga
semakin besar. Selain itu, semakin besar laju alir massa fluida berarti kecepatan
rata - rata aliran fluida juga bertambah maka waktu kontak antara fluida panas
yang berada di shell dengan dinding tube luar sebagai media perantara semakin
kecil. Hal ini mengakibatkan perpindahan panas secara konduksi menjadi lebih
besar sehingga akan meningkatkan nilai koefisien perpindahan panasnya (Basri,
2011). Nilai Ui dan Uo pada aliran counter current cenderung lebih besar
dibandingkan dengan aliran co-current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu
rata-rata setiap heat exchanger (ΔTLMTD) pada aliran counter current lebih
besar dibandingkan dengan aliran co-current.
Maka semakin besar flowrate fluida panas maka nilai Ui dan Uo praktis
akan semakin besar pula karena dengan meningkatnya flowrate, waktu kontak
antara fluida panas yang berada di shell dengan dinding tube luar sebagai media
perantara semakin kecil sehingga mengakibatkan perpindahan panas secara
konduksi menjadi lebih besar.
4.2 Hubungan Flowrate terhadap Nilai Uc dan Ud Praktis
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh nilai Uc dan Ud
praktis pada proses perpindahan panas dengan suhu hot fluid 63°C dan 53°C
pada aliran co-current dan counter current yang disajikan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Nilai Uc dan Ud pada berbagai variabel
Suhu Flowrate Counter Current Co Current
(oC) (m3/s) Uc Ud Uc Ud
0.00035 807.2782578 116.6792257 800.4624835 102.3128445
63 0.0004 803.0598481 189.9835674 815.9301841 111.4548832
0.00045 818.3014315 224.360545 821.2082667 138.3372803
0.00035 785.1269812 213.2247542 764.0563441 110.0163841
53 0.0004 809.5166806 249.4522716 795.8801102 139.5419727
0.00045 831.6484981 310.3719354 817.3595905 198.2037141
21
900
800
700
600
U (J/s.m2.oC)
500 Uc - Co Current
400 Uc - Counter Current
300 Ud - Co Current
200 Ud - Counter Current
100
0
0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
Flowrate (m2/s)
Gambar 4.3 Hubungan flowrate terhadap nilai Uc dan Ud pada variabel suhu
63℃
900
800
700
600
(J/s.m2.oC)
500 Uc - Co Current
400 Uc - Counter Current
U
300 Ud - Co Current
200 Ud - Counter Current
100
0
0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
Flowrate (m2/s)
Gambar 4.4 Hubungan flowrate terhadap nilai Uc dan Ud pada variabel suhu
53℃
Berdasarkan Gambar 4.3 dan 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Ud cenderung
meningkat seiring meningkatnya flowrate. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
nilai Uc pada suhu 63°C dan 53°C juga mengalami peningkatan seiring
meningkatnya laju alir baik pada aliran co-current maupun counter current. Uc
adalah koefisien perpindahan panas tanpa meperhatikan hambatan dari
pengotor. Sedangkan Ud adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh
dengan memperhatikan hambatan dari pengotor yang ada dalam alat.
Fenomena yang terjadi disebabkan meningkatnya laju alir maka transfer
panas dari fluida panas ke fluida dingin akan semakin cepat. Hal ini sesuai
dengan persamaan :
𝑄 = 𝑣 × 𝜌 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇 = 𝑈 × 𝐴 × ∆𝑇
22
Dimana :
A = luas perpindahan panas (m2)
Q = jumlah panas yang dipindahkan (J/s)
v = Laju alir fluida/ flowrate (m3/s)
ρ = densitas fluida (kg/m3)
Cp = kapasitas panas fluida (J/kg.℃)
ΔT = beda suhu (℃)
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien
perpindahan panas berbanding lurus dengan laju alir fluida, sehingga semakin
besar laju alir maka nilai U akan semakin besar. Selain itu, dari grafik juga
menyatakan bahwa nilai Uc selalu lebih besar daripada nilai Ud. Hal ini
disebabkan karena adanya hambatan dari pengotor bisa berupa fouling dan
scaling. Fouling adalah peristiwa dimana impuritas lain yang berupa suspended
solid terakumulasi dalam heat exchanger selama pemakaian. Sedangkan scaling
adalah peristiwa terakumulasinya mineral-mineral pembuat kerak. Kedua
peristiwa tersebut membuat Ud selalu lebih rendah dari nilai Uc (Muchammad,
2017).
Maka semakin besar flowrate fluida panas maka nilai Uc dan Ud praktis
akan semakin besar pula karena dengan meningkatnya flowrate, maka
perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin menjadi lebih cepat.
23
900
800
700
Ud Praktis - Co
U (J/s.m2.oC)
600 Current
500 Ud Praktis -
400 Counter Current
300 Ud Teoritis - Co
200 Current
100 Ud Teoritis -
0 Counter Current
0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
Flowrate (m3/s)
Gambar 4.5 Hubungan Flowrate terhadap nilai Ud praktis dan Ud teoritis pada
suhu 63oC
900
800
700
Ud Praktis - Co
U (J/s.m2.oC)
600 Current
500 Ud Praktis -
400 Counter Current
300 Ud Teoritis - Co
200 Current
100 Ud Teoritis -
0 Counter Current
0.0003 0.00035 0.0004 0.00045 0.0005
Flowrate (m3/s)
Gambar 4.6 Hubungan Flowrate terhadap nilai Ud praktis dan Ud teoritis pada
suhu 53oC
Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 dan 4.6 terlihat bahwa nilai Ud
teoritis lebih besar dari pada Ud praktis, baik pada aliran co-current maupun
counter-current. Nilai Ud teoritis pada aliran co-current suhu 63oC dan 53oC
dan aliran counter-current suhu 53oC menurun seiring meningkatnya flowrate,
sedangkan pada aliran counter-current suhu 63oC mengalami kenaikan pada
flowrate 0.0004 m3/s. Pada nilai Ud praktis terlihat bahwa baik aliran co-
current maupun counter-current suhu 63oC dan 53oC, nilai Ud praktis
mengalami peningkatan seiring meningkatnya flowrate.
Semakin besar flowrate maka nilai Ud praktis dan Ud teoritis yang
dihasilkan akan semakin besar pula. Nilai Ud baik praktis maupun teoritis
dipengaruhi oleh flowrate sesuai dengan persamaan berikut.
𝑈𝑜 + 𝑈𝑖
𝑈𝑑 =
2
Untuk Uo dan Ui teoritis diperoleh dari persamaan berikut.
24
1 1
𝑈𝑜 = 1 𝑟𝑜 𝑟𝑖 𝑟𝑜 1
dan 𝑈𝑖 = 1 𝑟𝑖 𝑟𝑜 𝑟𝑖 1
+ ( 𝑘 ) ln (𝑟𝑜) + 𝑟𝑖 . ℎ𝑖 + ( 𝑘 ) ln ( 𝑟𝑖 ) + 𝑟𝑜 . ℎ𝑜
ℎ𝑜 ℎ𝑖
Untuk persamaan Uo dan Ui teoritis dipengaruhi oleh tebal dinding, daya hantar
panas, dan luas alas perpindahan panas. Semakin tebal dinding heat exchanger
maka nilai U dan perpindahan panad yang terjadi akan semakin kecil,
Sedangkan, pada persamaan Uo dan Ui praktis dipengaruhi oleh flowrate, luas
alas perpindahan panas, dan ∆TLMTD. Nilai Uo dan Ui praktis berbanding lurus
dengan flowrate, maka semakin besar flowrate maka Uo dan Ui akan semakin
besar sehingga Ud praktis akan semakin besar pula. Dengan meningkatnya
flowrate maka kontak antar fluida panas dan fluida dingin semakin cepat
sehingga koefisien perpindahan panas akan semakin besar (Kern, 1980).
Dari hasil percobaan, nilai Ud praktis terhadap flowrate telah sesuai
dengan teori dimana Ud praktis akan semakin meningkat seiring kenaikan
flowrate. Namun, nilai Ud teoritis yang lebih besar dibandingkan Ud praktis
tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya nilai Ud praktis lebih besar
dikarenakan adanya fouling yang mengakibatkan debit fluida menurun akibat
adanya penyempitan penampang pada heat exchanger khususnya bagian
saluran utama fluida (Haqni, 2015).
25
250
Co Current (Flowrate
200 0.00032 m3/s)
Co Current (Flowrate
U (J/s.m2.oC) 150
0.0004 m3/s)
Co Current (Flowrate
0.00045 m3/s)
100
Counter Current (Flowrate
0.00035 m3/s)
50 Counter Current (Flowrate
0.0004 m3/s)
0 Counter Current (Flowrate
63 0.00045 m3/s)
Suhu (oC)
350
Co Current (Flowrate
300 0.00032 m3/s)
Co Current (Flowrate
250
0.0004 m3/s)
U (J/s.m2.oC)
200
Co Current (Flowrate
0.00045 m3/s)
150
Counter Current
100 (Flowrate 0.00035 m3/s)
50 Counter Current
(Flowrate 0.0004 m3/s)
0
53 Counter Current
Suhu (oC) (Flowrate 0.00045 m3/s)
𝑄 𝑄
𝑈𝑜 = dan 𝑈𝑖 =
𝐴𝑜 × ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 𝐴𝑖 × ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷
26
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa nilai Ud praktis berbanding
terbalik dengan ∆TLMTD. Semakin besar ∆TLMTD, maka nilai Uo dan Ui yang
dihasilkan semakin kecil sehingga nilai Ud juga akan semakin kecil (Kern,
1980).
Berdasarkan teori yang ada, maka hasil percobaan telah sesuai dengan
teori dimana semakin besar suhu maka nilai Ud praktis yang dihasilkan akan
semakin kecil.
0.009
0.008
0.007
0.006
0.005 Co-Current 63 C
Rd
0.004 Counter-Current 63 C
0.003 Co-Current 53 C
0.002 Counter-Current 53 C
0.001
0
0.00035 0.0004 0.00045
Flowrate (m2/s)
27
yang digunakan maka nilai Rd cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut
dikarenakan semakin tinggi kecepatan linear fluida maka semakin rendah
rendah kemungkinan terjadinya pengotorkarena waktu tinggal fluida lebih
cepat, sesuai dengan persamaan:
1
𝑈𝑜 = 1 𝑟𝑜 𝑟𝑖 𝑟𝑜 1
+ ( 𝑘 ) 𝑙𝑛 (𝑟𝑜) +
ℎ𝑜 𝑟𝑖 ℎ𝑖
𝑄ℎ = 𝑚ℎ × 𝑐𝑝ℎ × ∆𝑇ℎ
𝑣 × 𝜌 × 𝐶𝑝 × ∆𝑇 = 𝑈 × 𝐴 × ∆𝑇
Dari persamaan diatas, U berbanding lurus dengan laju alir (vh) namun
berbanding terbalik dengan Rfo dan Rfi yang bermakna sama seperti Rd (faktor
pengotor), sehingga semakin besar laju alir yang digunakan, maka pengotor
akan semakin kecil.
Pada hasil percobaan yang dilakukan diperoleh hasil dimana semakin tinggi
laju alir maka semakin kecil Rd atau faktor pengotor nya. Hal ini sudah sesuai
dengan teori dimana laju alir berbanding terbalik dengan Rd atau faktor
pengotor.
4.6 Menghitung Nilai α, p, dan q
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan nilai Nilai α, p,
dan q dapat dihitung dengan cara numerik dengan hasil sebagai berikut
Tabel 4.6 Nilai α, p, dan q Counter-current dan Co-current pada Suhu 63℃ dan
53℃
Suhu Aliran Flowrate Nu Re Pr α P q
0,00035 81,607347 2,785504 10309,5 0,270866 -0,06903 7,16787
Counter
0,0004 84,51851 2,795128 11744,08 0,270866 -0,06903 7,16787
Current
0,00045 87,296549 2,791362 13228,88 0,270866 -0,06903 7,16787
63°C
0,00035 81,631855 2,788014 10300,76 0,264792 1,067259 2,366141
Co
0,0004 84,362182 2,779647 11805,67 0,264792 1,067259 2,366141
Current
0,00045 87,270368 2,788851 13240,09 0,264792 1,067259 2,366141
0,00035 75,26112 3,410374 8572,233 0,598377 -10,0938 79637,89
Counter
0,0004 81,289276 3,411289 9794,467 0,598377 -10,0938 79637,89
Current
0,00045 87,308102 3,410984 11019,66 0,598377 -10,0938 79637,89
53°C
0,00035 75,258877 3,410069 8572,925 0,590575 11,4869 2,72E-07
Co
0,0004 81,274743 3,409459 9799,21 0,590575 11,4869 2,72E-07
Current
0,00045 87,300298 3,410069 11022,33 0,590575 11,4869 2,72E-07
28
Peristiwa perpindahan panas terjadi dengan cara gabungan konduksi dan
konveksi, tidak ada perubahan fasa dan tidak ada radiasi yang signifikan,
persamaannya:
ℎ𝑖 × 𝐷𝑖 𝐷𝑒 × 𝐺𝑠 𝑝 𝐶𝑝 × 𝜇 𝑞
= 𝛼×( ) ×( )
𝑘 𝜇 𝑘
Dimana:
ℎ𝑖 × 𝐷𝑖 𝐷𝑒 × 𝐺𝑠 𝐶𝑝 × 𝜇
𝑁𝑢 = ; 𝑅𝑒 = ; 𝑃𝑟 =
𝑘 𝜇 𝑘
Persamaan tersebut merupakan rumus utama dari Bilangan Nusselt (Nu)
yaitu rasio perpindahan panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas
dalam kasus perpindahan panas pada permukaan fluida. Nilai α, p, dan q dapat
dihitung dengan cara numerik. Untuk mendapatkan nilai-nilai konstanta α, p,
dan q maka diperlukan 3 persamaan.
Oleh karena itu, diambil nilai-nilai Bilangan Nusselt, Prandtl, dan
Reynold pada variable 1, 2, dan 3.
Variabel 1 (flowrate 0,0035 pada suhu 63oC, aliran Counter-Current)
ℎ𝑖 × 𝐷𝑖 𝐷𝑒 × 𝐺𝑠 𝑝 𝐶𝑝 × 𝜇 𝑞
= 𝛼×( ) ×( )
𝑘 𝜇 𝑘
81,607347 = ∝ 2,785504 p 10309,5q
Log 81,607347 = log ∝ + P log 2,785504+q log 2,785504
1,911729 = log ∝ + p 4,013238 + q 0,444904.... (1)
Variabel 2 (flowrate 0,004 pada suhu 63oC, aliran Counter-Current)
84,51851 = ∝ 2,795128 p 11744,08q
Log 84,51851 = log ∝ + P log 2,795128 +q log 11744,08
1,92952 = log ∝ + p 4,069819 + q 0,446402.... (2)
Variabel 3 (flowrate 0,0045 pada suhu 63oC, aliran Counter-Current)
87,296549 = ∝ 2,791362 p 13228,88q
Log 87,296549 = log ∝ + P log 2,791362 +q log 13228,88
1,940997 = log ∝ + p 4,121523+ q 0,445816.... (3)
Kalkulasi ketiga persamaan tersebut dengan cara substritusi eliminasi,
maka akan diperoleh ∝ = 0,270866; p = 0,06903; dan q = 7,16787
Kemudian dimasukkan nilai ∝, p dan q ke dalam persamaan awal nusselt
untuk mendapatkan nilai Nu teoretis
ℎ𝑖 𝐷𝑖 𝐷𝐺𝑠 −0,06903 𝐶𝑝 𝜇 7,16787
= 0,270866 ( ) ( )
𝐾 𝜇 𝑘
Setelah itu menghitung persen error dari Nu praktis yang diperoleh dan
Nu teoretisnya, seperti pada tabel dibawah ini:
29
Tabel 4.7 Data Nu teoritis, Nu praktis, dan % error
Suhu Aliran Flowrate Nu Teoritis Nu Praktis %Error
0,00035 81,607347 81,35822 0,306207
Counter
63°C 0,0004 84,51851 87,50151 3,409086
Current
0,00045 87,296549 93,3812 6,515929
0,00035 81,631855 81,34445 0,35332
Co Current 0,0004 84,362182 87,59289 3,688323
0,00045 87,270368 93,39699 6,559765
0,00035 75,26112 78,58305 4,22728
Counter
53°C 0,0004 81,289276 84,5678 3,443784
Current
0,00045 87,308102 90,22884 11,10298
0,00035 75,258877 78,58421 4,231559
Co Current 0,0004 81,274743 84,57535 3,902567
0,00045 87,300298 90,23287 3,250006
94
92
90 Nu Praktis Co-Current
88
Nu Praktis Counter-
Nu
86 Current
Nu Teoritis Co-
84 Counter
82 Nu Teoritis Counter-
Current
80
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005
Flowrate (m3/sec)
30
92
90
88
86 Nu Praktis Co-Current
84
Nu Nu Praktis Counter-
82 Current
80 Nu Teoritis Co-
Counter
78
Nu Teoritis Counter-
76 Current
74
0 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 0.0005
Flowrate (m3/sec)
31
BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir, maka nilai Ui dan Uo juga semakin besar. Hal ini
disebabkan karena semakin besar laju alir massa, maka kontak antara fluida
panas dan fluida dingin akan semakin cepat pula, sehingga koefisien
perpindahan panas akan semakin besar pula.
2. Semakin besar flowrate, nilai Uc dan Ud juga semakin meningkat. Nilai Uc
selalu lebih besar dari Ud karena Ud dipengaruhi oleh hambatan dari
pengotor.
3. Nilai Ud praktis yang diperoleh selalu lebih besar daripada nilai Ud
teoritisnya karena pada nilai Ud praktis memperhitungkan laju alir fluida
panas yang digunakan.
4. Nilai Rd yang diperoleh semakin kecil seiring meningkatnya flowrate.
5. Bilangan Nu praktis lebih besar dibandingkan dengan Nu teoritisnya.
5.2 Saran
1. Pemasangan selang harus benar-benar rapat dan kuat agar tidak terjadi
kebocoran
2. Pembacaan suhu harus cermat dan teliti
3. Pembacaan skala flowrate harus cermat dan teliti
4. Usahakan alat dalam keadaan kering agar tidak terjadi kontak dengan arus
listrik
32
DAFTAR PUSTAKA
Basri. 2011. Pengaruh Laju Aliran Massa terhadap Koefisien Perpindahan Panas
Rata-rata pada Pipa Kapiler di Mesin Refrigerasi Focus 808. Jurnal
Mekanikal, 2(1), 16-22
Brown, G. G. 1976. Unit Operations, Moderns Asia Edition. John Willey and Sons
Inc. New York.
Haqni, F. K. 2015. Optimasi Heat Exchanger Tipe Plate Chevron dengan
Pembersihan Kerak Metode Chemical Spray Pada PLTU Indramayu. Skripsi.
Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro.
Holman, J.D. 1997. Perpindahan Kalor edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.
Kern, D. G. 1980. Process Heat Transfer. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha,
Tokyo.
Muchammad. 2017. Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer
Reboiler 011E120 di PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap. Momentum
13(2), 72-77
Perry, R. H. and Chilson. Chemical Engineering Handbook. 5th ed. Mc Graw Hill
Book.
33
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Materi :
PERPINDAHAN PANAS
Disusun Oleh :
FAIZHAL DIMAS LEKSONO
Group : 2/SELASA
Rekan Kerja :
1. SYAH RENDRA SURYO ADHITOMO (21030118130197)
2. NANDITHA DWI CAHYANI (21030118130156)
34
Hasil Percobaan
a. Aliran Co Current (T=63oC)
Skala 1 = 16 = 21 L/min Skala 2 = 17 = 24 L/min Skala 3 = 18 = 27 L/min
Waktu
Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout
1 63 62.9 33.5 33.5 63.1 62.9 33.4 33.5 63 62.9 33.2 33.5
2 63 62.8 33.2 33.5 63 62.8 33.3 33.5 63 62.7 33.2 33.5
3 62.9 62.7 33 33.6 63 62.7 33.3 33.5 62.9 62.6 33.3 33.5
4 62.9 62.6 33.3 33.7 63 62.7 33.3 33.5 62.9 62.6 33.3 33.5
5 62.9 62.4 33.4 33.7 62.9 62.5 33.2 34 62.9 62.5 33.3 33.6
6 62.8 62.4 33.3 33.8 62.9 62.6 33.3 34 62.8 62.5 33.2 33.6
7 62.8 62.5 33.2 33.7 62.9 62.7 33.5 34 62.8 62.4 33.5 33.7
8 62.8 62 33.5 33.6 62.9 62.3 33.5 34 62.8 62 33.5 34.5
9 62.7 62 33.6 33.6 62.9 62.2 33.6 34 62.7 62 33.5 34.5
10 62.7 62 33.6 33.7 62.8 62 33.6 34.5 62.7 61.9 33.5 34.6
Rata-
62.85 62.43 33.36 33.64 62.94 62.54 33.4 33.85 62.85 62.41 33.35 33.85
Rata
b. Aliran Co Current (T=53oC)
Skala 1 = 16 = 21 L/min Skala 2 = 17 = 24 L/min Skala 3 = 18 = 27 L/min
Waktu
Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout
1 53 52.9 32 32.5 53 52.9 32.5 32.6 53 52.9 33 33.5
2 53 52.8 32 32.5 53 52.8 33 33.5 53 52.9 33 33.5
3 52.9 52.6 32 32.5 52.9 52.7 33 33.5 52.9 52.7 33 34
4 52.9 52.5 32 32.5 52.9 52.7 33 33.5 52.9 52.7 33.5 34
5 52.9 52.5 32.5 33 52.9 52.6 33 33.5 52.9 52.6 33.5 34
6 52.8 52.5 32.5 33 52.9 52.5 33.5 34 52.9 52.6 33.5 34
7 52.8 52.4 32.5 33 52.8 52.5 33.5 34 52.9 52.3 33.5 34
8 52.7 52.4 32.5 33 52.8 52.3 33.5 34 52.8 52.1 33.5 34
9 52.7 52.3 32.5 33 52.7 52.3 33.5 34 52.8 52 33.5 34.5
10 52.7 52.4 33 33.5 52.7 52 33.5 34 52.8 52 34 35
Rata-
52.84 52.53 32.35 32.85 52.86 52.53 33.2 33.66 52.89 52.48 33.4 34.05
Rata
c. Aliran Counter Current (T=63oC)
Skala 1 = 16 = 21 L/min Skala 2 = 17 = 24 L/min Skala 3 = 18 = 27 L/min
Waktu
Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout
1 63 62.6 35 35.5 63 62.4 35 35.5 62.8 62.2 35 35.5
2 63 62.7 35 35.5 63 62.4 35 35.5 62.9 62.2 35 35.5
3 63 62.6 35.5 36 62.8 62.3 35 35.5 63 62.4 35 35.5
4 62.9 62.5 35.5 36 62.9 62.3 35 35.5 62.9 62.4 35 35.5
5 62.9 62.5 35.5 36 62.8 62.3 35 36 62.9 62.3 35 36
6 62.9 62.5 36 36.5 62.9 62.2 35 36 62.8 62.2 35 36
7 62.8 62.4 36 36.5 62.8 62.2 35 36 63 62.3 36.5 36
8 62.8 62.4 36 36.5 62.9 62.2 36.5 36 62.8 62.3 36.5 36
9 62.8 62.3 36 36.5 62.8 62.1 36.5 36 63.1 62.3 36.5 36.5
10 62.8 62 36 36.5 62.8 62 36.5 36.5 63.1 62.1 36.5 36.5
Rata-
62.89 62.45 35.65 36.15 62.87 62.24 35.45 35.85 62.93 62.27 35.6 35.9
Rata
35
d. Aliran Counter Current (T=53oC)
Skala 1 = 16 = 21 L/min Skala 2 = 17 = 24 L/min Skala 3 = 18 = 27 L/min
Waktu
Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout Thin Thout Tcin Tcout
1 53.1 52.5 34 34.5 52.9 52.4 34 34.5 53.1 52.4 34 34.5
2 53 52.5 34 34.5 53 52.4 34 34.5 52.9 52.1 34 34.5
3 52.9 52.4 34 34.5 53.1 52.6 34 34.5 53 52.1 34.5 35
4 52.9 52.4 34 34.5 53.1 52.4 34.5 35 53 52.3 34.5 35
5 52.9 52.5 34.5 35 52.8 52.3 34.5 35 53 52.4 34.5 35
6 53 52.4 34.5 35 52.8 52.4 34.5 35 52.8 52.7 35 35.5
7 53 52.5 34.5 35 53.1 52.4 34.5 35 53 52.1 35 35.5
8 52.9 52.2 34.5 35 52.9 52.3 34.5 35 52.9 52.5 35 35.5
9 52.9 52.3 34.5 35 52.8 52.5 34.5 35.5 53 52.7 35 35.5
10 52.9 52.4 35 36 52.9 52.2 35 36 53 52.4 35.5 36
Rata-
52.95 52.41 34.35 34.9 52.94 52.39 34.4 35 52.97 52.37 34.7 35.2
Rata
36
LEMBAR PERHITUNGAN
Aliran Co-Current
T = 63oC
flowrate flowrate hot 𝜌hot 𝜌cold m cold
3 m hot (kg/s)
cold (m /s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m3) (kg/s)
0.00065 0.00035 981.873 994.46259 0.34366 0.6464
0.00065 0.0004 981.8189 994.41987 0.39273 0.64637
0.00065 0.00045 981.8784 994.42842 0.44185 0.64638
T = 53oC
flowrate flowrate hot 𝜌hot 𝜌cold m cold
m hot (kg/s)
cold (m3/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m3) (kg/s)
0.00065 0.00035 986.6803 994.77014 0.34534 0.6466
0.00065 0.0004 986.6747 994.48651 0.39467 0.64642
0.00065 0.00045 986.6803 994.3857 0.44401 0.64635
37
(J/kg.oC) (J/kg.oC) (oC) (oC)
4177.418919 4174 0.31 447.2128 0.5 1349.4554
4177.427928 4174 0.33 544.0726 0.46 1241.145
4177.418919 4174 0.41 760.4678 0.65 1753.6141
Aliran Counter-Current
T = 63oC
flowrate flowrate hot 𝜌hot 𝜌cold m cold
3 m hot (kg/s)
cold (m /s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m3) (kg/s)
0.00065 0.00035 981.8568 993.64245 0.34365 0.64587
0.00065 0.0004 981.9189 993.72788 0.39277 0.64592
0.00065 0.00045 981.8946 993.69371 0.44185 0.6459
T = 53oC
flowrate flowrate hot 𝜌hot 𝜌cold m cold
m hot (kg/s)
cold (m3/s) (m3/s) (kg/m3) (kg/m3) (kg/s)
0.00065 0.00035 986.6831 994.07815 0.34534 0.64615
0.00065 0.0004 986.6914 994.05252 0.39468 0.64613
0.00065 0.00045 986.6886 993.96709 0.44401 0.64608
Perhitungan Ao dan Ai
𝐴𝑜 = 𝜋 × 𝐷𝑜 × 𝐿 × 𝑛𝑡𝑢
𝐴𝑖 = 𝜋 × 𝐷𝑖 × 𝐿 × 𝑛𝑡𝑢
38
Pada aliran T = 63oC flowrate = 0.00035 m3/s
Q = 603.452 J/s
Do = 0.022 m
Di = 0.021 m
ntu = 5
𝐴𝑜 = 𝜋 × 𝐷𝑜 × 𝐿 × 𝑛𝑡𝑢 = 0.207234971
𝐴𝑖 = 𝜋 × 𝐷𝑖 × 𝐿 × 𝑛𝑡𝑢 = 0.1978152
∆𝑇1 = 29.49O C
∆𝑇2 = 28.79O C
∆𝑇1 − ∆𝑇2 29.49 − 28.79
∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷 = = = 29.1386
𝑙𝑛 ∆𝑇1⁄∆𝑇2 𝑙𝑛 29.49⁄28.79
𝑄 603.452
𝑈𝑜 = = = 99.933476
𝐴𝑜 × ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷 0.207234971 × 29.1386
𝑄 603.452
𝑈𝑖 = = = 104.692213
𝐴𝑖 × ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷 0.1978152 × 29.1386
𝑈𝑜 − 𝑈𝑖 99.933476 + 104.692213
𝑈𝑑 = = = 102.3128445
2 2
Aliran Co-Current
T = 63oC
flowrate hot flowrate cold Uo praktis
3 ∆𝑇1(oC) ∆𝑇2(oC) ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷(oC)
(m /s) (m3/s) (J/s.m2.oC)
0.00035 0.00065 29.49 28.79 29.1386 99.933476
0.0004 0.00065 29.54 28.69 29.11293 108.862909
0.00045 0.00065 29.5 28.56 29.02746 135.120134
Ui praktis Ud praktis
(J/s.m2.oC) (J/s.m2.oC)
104.692213 102.3128445
114.0468572 111.4548832
141.5544263 138.3372803
T = 53oC
flowrate hot flowrate cold Uo praktis
∆𝑇1(oC) ∆𝑇2(oC) ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷(oC)
(m3/s) (m3/s) (J/s.m2.oC)
0.00035 0.00065 20.49 19.68 20.08228 107.457863
0.0004 0.00065 19.66 18.87 19.2623 136.296811
0.00045 0.00065 19.49 18.43 18.95506 193.594325
Ui praktis Ud praktis
(J/s.m2.oC) (J/s.m2.oC)
112.5749046 110.0163841
142.7871348 139.5419727
202.8131028 198.2037141
39
Aliran Counter-Current
T = 63oC
flowrate hot flowrate cold Uo praktis
3 ∆𝑇1(oC) ∆𝑇2(oC) ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷(oC)
(m /s) (m3/s) (J/s.m2.oC)
0.00035 0.00065 27.24 26.3 26.76725 113.965755
0.0004 0.00065 27.42 26.39 26.90171 185.565345
0.00045 0.00065 27.33 26.37 26.84714 219.142858
Ui praktis Ud praktis
(J/s.m2.oC) (J/s.m2.oC)
119.3926961 116.6792257
194.4017899 189.9835674
229.578232 224.360545
T = 53oC
flowrate hot flowrate cold Uo praktis
∆𝑇1(oC) ∆𝑇2(oC) ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷(oC)
(m3/s) (m3/s) (J/s.m2.oC)
0.00035 0.00065 18.6 17.51 18.04951 208.266039
0.0004 0.00065 18.54 17.39 17.95886 243.651056
0.00045 0.00065 18.27 17.17 17.71431 303.153983
Ui praktis Ud praktis
(J/s.m2.oC) (J/s.m2.oC)
218.1834694 213.2247542
255.2534872 249.4522716
317.5898874 310.3719354
40
Tube side, Hot fluid
flowrate hot = 0.00035 m3/s
flowrate cold = 0.00065 m3/s
𝜌hot = 981.873 kg/m3
𝜌cold = 994.4626 kg/m3
Wt = flowrate hot x 𝜌hot = 0.00035 x 981.873 = 0.343655541
𝑊𝑡 0.343655541
𝐺𝑡 = = = 214.698565
𝑎𝑡 0.001600642
𝜇 = 0.000437703 𝑘𝑔⁄𝑚. 𝑠
𝐷 𝐺𝑡 0.021 × 214.698565
𝑅𝑒 = = = 10300.75857
𝜇 0.000437703
jH = 58
Cp hot = 4180.902703 J/kgoC
k = 0.656378378 J/msoC
Pr = 2.788014464
0.656378378 1
ℎ𝑖 = 58 × ( ) × (2.788014464)3 × 1 = 2551.494518
0.021
0.021
ℎ𝑖𝑜 = 2551.494518 × = 2435.517495
0.022
Aliran Co-Current
T = 63oC
Tube side, Hot fluid
flow rate hot ρ hot Wt Gt μ
Re
(m^3/s) (kg/m^3) (kg/s) (kg/s.m^2) (kg/m.s)
0.00035 981.872973 0.343655541 214.698565 0.000437703 10300.75857
0.0004 981.8189189 0.392727568 245.3562805 0.000436441 11805.66601
0.00045 981.8783784 0.44184527 276.0425319 0.000437829 13240.09016
hi hio
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o
41
62 4180.895495 0.656369369 2.788851314 2727.695082 2603.708942
ho
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2.oC)
152 4174 0.624611511 4.984463966 1192.339321
154 4174 0.624768885 4.970741869 1207.222511
153 4174 0.62473741 4.973485735 1199.543617
T = 53oC
Tube side, Hot fluid
flow rate hot ρ hot Wt Gt μ
Re
(m^3/s) (kg/m^3) (kg/s) (kg/s.m^2) (kg/m.s)
0.00035 986.6802703 0.345338095 215.7497395 0.000528495 8572.925015
0.0004 986.6746847 0.394669874 246.5697351 0.000528406 9799.210143
0.00045 986.6802703 0.444006122 277.3925223 0.000528495 11022.33216
hi hio
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o
ho
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2.oC)
148 4174 0.623478417 5.083467561 1166.478218
152 4174 0.624523381 4.992151361 1192.783657
153 4174 0.624894784 4.959769167 1198.741738
42
Aliran Counter-Current
T = 63oC
Tube side, Hot fluid
flow rate hot ρ hot Wt Gt μ
Re
(m^3/s) (kg/m^3) (kg/s) (kg/s.m^2) (kg/m.s)
0.00035 981.8567568 0.343649865 214.6950192 0.000437324 10309.50064
0.0004 981.9189189 0.392767568 245.3812705 0.000438775 11744.08142
0.00045 981.8945946 0.441852568 276.0470908 0.000438207 13228.87623
hi hio
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o
ho
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2.oC)
156 4174 0.627633094 4.722202015 1207.680615
152 4174 0.627318345 4.749403089 1178.378277
154 4174 0.627444245 4.738519385 1193.210014
T = 53oC
Tube side, Hot fluid
flow rate hot ρ hot Wt Gt μ
Re
(m^3/s) (kg/m^3) (kg/s) (kg/s.m^2) (kg/m.s)
0.00035 986.6830631 0.345339072 215.7503502 0.000528539 8572.233258
0.0004 986.6914414 0.394676577 246.5739226 0.000528671 9794.467065
0.00045 986.6886486 0.444009892 277.3948777 0.000528627 11019.6644
hi hio
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o
43
Shell side, Cold fluid
flow rate cold ρ cold Ws Gs μ
Re
(m^3/s) (kg/m^3) (kg/s) (kg/s.m^2) (kg/m.s)
0.00065 994.0781475 0.646150796 529.352935 0.000729098 98753.52289
0.00065 994.052518 0.646134137 529.3392872 0.000727978 98902.85222
0.00065 993.9670863 0.646078606 529.2937943 0.000724246 99403.9511
ho
jH Cp (J/kg.oC) k (J/s.m.oC) Pr
(J/s.m^2.oC)
156 4174 0.626027878 4.861213455 1216.297956
157 4174 0.626122302 4.85301658 1223.590864
158 4174 0.62643705 4.825711512 1229.688514
Perhitungan Uc
ℎ𝑖𝑜 × ℎ𝑜
𝑈𝑐 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜
Aliran Co-Current
T = 63oC
flow rate hot flow rate cold Uc
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2.oC)
0.00035 0.00065 800.4624835
0.0004 0.00065 815.9301841
0.00045 0.00065 821.2082667
T = 53oC
flow rate hot flow rate cold Uc
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2.oC)
0.00035 0.00065 764.0563441
0.0004 0.00065 795.8801102
0.00045 0.00065 817.3595905
Aliran Counter-Current
T = 63oC
flow rate hot flow rate cold Uc
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2.oC)
0.00035 0.00065 807.2782578
0.0004 0.00065 803.0598481
0.00045 0.00065 818.3014315
44
T = 53oC
flow rate hot flow rate cold Uc
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2.oC)
0.00035 0.00065 785.1269812
0.0004 0.00065 809.5166806
0.00045 0.00065 831.6484981
Aliran Co-Current
T = 63oC
flow rate hot flow rate cold Uo Teoritis Ui Teoritis Ud Teoritis
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2. C) (J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o o
T = 53oC
flow rate hot flow rate cold Uo Teoritis Ui Teoritis Ud Teoritis
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2.oC) (J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o
45
Aliran Counter-Current
T = 63oC
flow rate hot flow rate cold Uo Teoritis Ui Teoritis Ud Teoritis
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2.oC) (J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o
T = 53oC
flow rate hot flow rate cold Uo Teoritis Ui Teoritis Ud Teoritis
(m^3/s) (m^3/s) (J/s.m^2.oC) (J/s.m^2. C) (J/s.m^2.oC)
o
Perhitungan Rd
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 × 𝑈𝑑
Aliran Co-Current
T = 63oC
flow rate hot flow rate cold
Rd
(m^3/s) (m^3/s)
0.00035 0.00065 0.0085247
0.0004 0.00065 0.0077466
0.00045 0.00065 0.006011
T = 53oC
flow rate hot flow rate cold
Rd
(m^3/s) (m^3/s)
0.00035 0.00065 0.0077808
0.0004 0.00065 0.0059098
0.00045 0.00065 0.0038219
Aliran Counter-Current
T = 63oC
flow rate hot flow rate cold
Rd
(m^3/s) (m^3/s)
0.00035 0.00065 0.0073318
46
0.0004 0.00065 0.0040184
0.00045 0.00065 0.0032351
T = 53oC
flow rate hot flow rate cold
Rd
(m^3/s) (m^3/s)
0.00035 0.00065 0.0034162
0.0004 0.00065 0.0027735
0.00045 0.00065 0.0020195
Perhitungan 𝜶, p, q
Pada aliran T = 63oC flowrate = 0.00035 m3/s
hi = 2551.49452 J/s.m2.oC
k = 0.65638 J/s.m. oC
Di = 0.021 m
ℎ𝐷 2551.49452 × 0.021
𝑁𝑢 = = = 81.632
𝑘 0.65638
Pr = 2.788
Re = 10301
Aliran Co-Current
T = 63oC
T = 53oC
Aliran Counter-Current
T = 63oC
47
87.3081 3.41098 11019.7 1.94105 0.53288 4.04217
Aliran Co-Current
T flow rate Nu Nu
o % error
( C) hot (m^3/s) Praktis Teoritis
0.00035 81.63186 81.344449 0.35332
63 0.0004 84.36218 87.592891 3.68832
0.00045 87.27037 93.396992 6.55977
0.00035 75.25888 78.584215 4.23156
53 0.0004 81.27474 84.575352 3.90257
0.00045 87.3003 90.232871 3.25001
Aliran Counter-Current
T flow rate Nu Nu
o % error
( C) hot (m^3/s) Praktis Teoritis
0.00035 81.60735 81.358222 0.30621
63 0.0004 84.51851 87.501512 3.40909
0.00045 87.29655 93.381202 6.51593
0.00035 75.26112 78.583046 4.22728
53 0.0004 81.28928 78.583046 3.44378
0.00045 87.3081 78.583046 11.103
48
GRAFIK FLOWRATE
49
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA Re vs jH PADA SHELL
50
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA Re vs jH PADA TUBE
51
TABEL HOLMAN
52
PERHITUNGAN DENSITAS, VISKOSITAS, DAN NILAI K
53
REFERENSI
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
LEMBARASISTENSI
DIPERIKSA
TANDA
KETERANGAN
TANGAN
NO TANGGAL
64