Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

Disusun Oleh :
PUTRI MILYANI SURYAHARTANTI

Group : 1/KAMIS

Rekan Kerja : 1. FARHANAH NABILAH

2. RAIHAN FIKRI TAUFIQUR RAHMAN

LABORATORIUM PROSES KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
LABORATORIUM PROSES KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Laporan resmi yang berjudul Reaktor Ideal Aliran Kontinyu yang disusun oleh :
Group : 1/ Kamis
Anggota : 1. Farhanah Nabilah NIM. 21030120120006
2. Putri Milyani Suryahartanti NIM. 21030120140130
3. Raihan Fikri Taufiqur Rahman NIM. 21030120110070

Telah disetujui oleh Dosen Pengampu pada:


Hari, Tanggal :
Nilai :

Semarang,
Dosen Pengampu Asisten Pengampu

Prof. Dr. Moh. Djaeni, S. T., M. Eng. Nurhidayat


NIP. 197102071995121001 NIM. 21030120140122

ii
RINGKASAN

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai


dalam industri kimia. Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga
tahap yaitu pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu steady
state. Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa permasalahan
yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH, menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH, mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat terhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH, dan membandingkan hasil percobaan dengan
perhitungan model matematis metode runge kutta reaksi penyabunan pada reaktor
ideal aliran kontinyu. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi harga kosntanta,
diantaranya frekuensi tumbukan, energi aktivasi, suhu, dan katalis.
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan adalah NaOH 0,5 N 1750 ml , etil
asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N 1750 ml, HCl 0,2 N 700 ml, indikator MO secukupnya, dan
aquadest secukupnya. Alat yang digunakan adalah pipet, termometer, reaktor batch,
gelas ukur, buret, statif dan klem, erlenmeyer, dan rangkaian alat reaktor aliran
kontinyu. Mula-mula percobaan dilakukan secara batch, dimulai dengan menyiapkan
bahan, merangkai alat, lalu mencampurkan bahan ke dalam tangki, dan mengambil
sampel 5 ml tiap 4 menit, dan dititrasi hingga 3 kali konstan. Setelah percobaan batch
dilakukan pada semua variabel, percobaan dilanjutkan dengan sistem kontinyu.
Setelah praktikum dilakukan, didapat beberapa data dari fenomena yang
diamati. Pada fenomena penentuan orde reaksi pada reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH diperoleh data nilai regresi (R2) pada variabel 1 orde 1 didapatkan nilai
R2 sebesar 0,8055 dan untuk orde 2 didapatkan R2 sebesar 0,8814, pada variabel 2,
didapatkan nilai R2 untuk orde 1 sebesar 0,924 dan untuk orde 2 sebesar 0,9065 dan
pada variabel 3, didapatkan nilai R2 untuk orde 1 sebesar 0,969 dan untuk orde 2
sebesar 0,9749. Pada fenomena perhitungan harga k pada reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH, diperoleh data konstanta laju reaksi pada variabel 1 dengan
konsentrasi etil asetat 0,5 N memiliki harga konstanta laju reaksi sebesar 0,07963
mL/mol.menit, pada variabel 2 dengan konsentrasi etil asetat 0,75 N memiliki harga
konstanta laju reaksi sebesar 0,08582 mL/mol.menit sedangkan pada variabel 3 dengan
konsentrasi etil asetat 1 N memiliki harga konstanta laju reaksi sebesar 0,09732
mL/mol.menit. Pada fenomena perbandingan hasil percobaan dan perhitungan
matematis menurut irunge kutta pada reaksi penyabunan etil asetat dan NaOH di dapat
data nilai CA pada variabel 1 dengan konsentrasi etil asetat 0,5 N, pada variabel 2
dengan konsentrasi etil asetat 0,75 N dan variabel 3 dengan konsentrasi etil asetat 1
N, nilai CA model lebih tinggi dibandingkan dengan nilai CA praktis. Saran dari
praktikum yaitu pastikan tidak ada kerusakan pada reaktor, mengidentifikasi tiap fase
dengan benar pada reaktor CESTR untuk menghindari kesalahan data dan mencoba
menggunakan reaktor plug flow pada praktikum selanjutnya.

iii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan resmi
praktikum materi Reaktor Ideal Aliran Kontinyu.
Dengan terselesaikannya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr.T. Aji Prasetyaningrum, S. T., M. Si. selaku penanggung jawab
Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
2. Prof. Dr. Moh. Djaeni, S. T., M. Eng. selaku dosen pengampu materi Reaktor Ideal
Aliran Kontinyu.
3. Ibu Nurfiningsih selaku Laboran Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
4. Ammara Aqiila selaku koordinator asisten Laboratorium Proses Kimia.
5. Nurhidayat dan Vincent Wijaya Sentosa selaku asisten pengampu materi Reaktor
Ideal Aliran Kontinyu.
6. Asisten-asisten Laboratorium Proses Kimia.
7. Teman-teman angkatan 2020 yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan proposal praktikum ini.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan
dalam penyusunannya.

Semarang, 13 September 2022

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
PRAKATA .................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum ......................................................................................... 1
1.4 Manfaat Praktikum ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Reaktor Batch ............................................................................................... 3
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (CSTR) 3
2.3 Tinjauan Thermodinamika ........................................................................... 6
2.4 Tinjauan Kinetika ......................................................................................... 7
2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen ....................................................................... 8
2.6 Menentukan Orde Reaksi ............................................................................. 9
2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat dengan
NaOH .......................................................................................................... 10
BAB III METODE PERCOBAAN .......................................................................... 12
3.1 Rancangan Percobaan ................................................................................. 12
3.1.1 Skema Rancangan Praktikum ......................................................... 12
3.1.2 Penetapan Variabel ......................................................................... 13
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ................................................................ 13
3.2.1 Bahan yang digunakan .................................................................... 13
3.2.2 Alat yang Digunakan ...................................................................... 13
3.3 Gambar Rangkaian Percobaan.................................................................... 14
3.4 Respon Uji Hasil......................................................................................... 14
3.5 Prosedur Percobaan .................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 16
4.1 Penentuan Orde Reaksi pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH .......................................................................................................... 16

v
4.2 Perhitungan Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH .......................................................................................................... 17
4.3 Pengaruh Konsentrasi Etil Asetat terhadap harga k pada Reaksi
Penyabunan Etil Asetat dan NaOH ............................................................ 19
4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis Menuruti
Runge Kutta pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dan NaOH ................... 20
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 23
5.2 Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai R2 terhadap variabel konsentrasi etil asetat........................................ 16

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian neraca massa suatu sistem ............................................................. 3


Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1 ........................................................................... 9
Gambar 2.3 Grafik trial orde 2 (Cao=Cbo) ................................................................... 9
Gambar 2.4 Grafik trial reaksi orde 2 (Cao≠Cbo)...................................................... 10
Gambar 2.5 Grafik trial reaksi orde n ......................................................................... 10
Gambar 3.1 Rangkaian alat utama proses batch ......................................................... 12
Gambar 3.1 Rangkaian alat utama proses kontinyu .................................................... 13
Gambar 4.1 Grafik hubungan konsentrasi etil asetat dengan harga k ......................... 13
Gambar 4.2 Grafik perbandingan CA praktis dan CA model pada variabel konsentrasi
etil asetat 0,5 N ............................................................................................................ 13
Gambar 4.3 Grafik perbandingan CA praktis dan CA model pada variabel konsentrasi
etil asetat 0,75 N .......................................................................................................... 13
Gambar 4.4 Grafik perbandingan CA praktis dan CA model pada variabel konsentrasi
etil asetat 1 N............................................................................................................... 13

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA ...................................................................................... A-1


LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN ................................................................... B-1
LEMBAR PERHITUNGAN ..................................................................................... C-1
REFERENSI ............................................................................................................. D-1
LEMBAR ASISTENSI ............................................................................................. E-1

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki
berpengaduk lebih sering diaplikasikan karena kemampuan operasinya yang dapat
diatur kapasitasnya. Unjuk kerja reaktor alir berpengaduk perlu dipelajari untuk
mengetahui karakteristik aliran fluida, reaksi yang terjadi secara optimasi
pengoperasian reaktor.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga tahap yaitu
pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu, dan kontinyu steady state.
Evaluasi variabel- variabel operasi sangat mudah dilakukan pada kondisi steady
state.
Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa
permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk.
Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya dengan membandingkan
dengan data-data percobaan. Model matematika yang diusulkan diselesaikan
dengan cara analisis jika persamaan itu mudah diselesaikan. Namun untuk reaksi
yang kompleks akan diperoleh model matematika yang kompleks juga.
Penyelesaian numerik sangat dianjurkan untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer
massa, dan orde reaksi yang merupakan adjustable parameter.

1.2 Perumusan Masalah


Reaktor Ideal Alir Kontinyu/Reaktor Alir Tangki Berpengaduk adalah
tempat terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian, dimana aliran massa
masuk atau keluar berulang secara terus menerus (kontinyu) (Rosadi, 2000). Pada
praktikum kali ini, reaktor ideal aliran kontinyu akan dipelajari untuk mengetahui
harga orde reaksi, konstanta reaksi serta pengaruh konsentrasi NaOH dan
membandingkan perhitungan model matematis penyabunan etil asetat dengan
NaOH pada reaktor ideal aliran kontinyu.

1.3 Tujuan Praktikum


1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat terhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH.

1
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis metode
runge kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

1.4 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa dapat menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
2. Mahasiswa mampu menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil
asetat dengan NaOH.
3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat terhadap
konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Mahasiswa mampu membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan
model matematis metode runge kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal
aliran kontinyu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaktor Batch


Neraca bahan pada reaktor secara simultan

Gambar 2.1 Bagan neraca massa suatu sistem


Input = 0
Output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-rA)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
𝑑𝑁𝐴
0 = 0 + 𝑣(−𝑟𝐴) + ...(1)
𝑑𝑡
𝑑[𝑁𝐴0 (1−𝑋𝐴 )]
0 = 𝑉𝑖 (−𝑟𝐴) + ...(2)
𝑑𝑡
𝑁𝐴0 𝑑𝑋𝐴
0 = 𝑉𝑖 (−𝑟𝐴) − ...(3)
𝑑𝑡
𝑁𝐴0
𝑑𝑡 = 𝑑𝑋𝐴 ...(4)
𝑉𝑖 (−𝑟𝐴)
𝑋 𝑑𝑋
𝑡 = 𝑁𝐴0 ∫0 𝐴 𝑉 (−𝑟𝐴)
𝐴
...(5)
𝑖

Pada volume konstan


𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 (1 − 𝑋𝐴 )
𝑑𝐶𝐴 = −𝐶𝐴0 . 𝑑𝑋𝐴 ...(6)
Pers. (6) masuk ke pers. (5) diperoleh :
𝑋 𝑑𝑋 𝐶 𝑑𝐶𝐴
𝑡 = 𝐶𝐴0 ∫0 𝐴 𝑉 (−𝑟𝐴)
𝐴
= − ∫𝐶 𝐴 ...(7)
𝑖 𝐴0 −𝑟𝐴

2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu/Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (CSTR)


Tahapan yang terjadi pada reaktor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu:
a. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t=0 sampai terjadi overflow
Dari hukum kekekalan massa
Akumulasi = input - output
dV
ρ dt = ρ. F0 − 0 …(8)

dV = Fo . dt, pada t = 0 → V = 0

3
Karena densitas laju alir dianggap konstan, maka volumenya hanya
merupakan fungsi dari waktu.
V = Fo.t …(9)
Sedangkan dari neraca komponen :
Akumulasi = input – output – laju konsumsi karena reaksi
d
(V. C) = F0 . C0 − 0 − V(−rA ) …(10)
dt

Dalam hal ini :


V = Volume bahan dalam reaktor (l)
C = Konsentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l)
Fo = Laju alir reaktan masuk (l/mol)
Co = Konsentrasi molar reaktan dalam feed (mol/l)
t = Waktu reaksi (menit)
-rA = Kecepatan reaksi (mol/menit)
Reaksi yang terjadi adalah :
A+B→C+D
-rA = k. kCACB, karena CA = CB, maka
-rA = kCA2 = kC2 …(11)
Pers. (11) → Pers. (10)
d(V.C)
= F0 . C0 − V. k. C2
dt
dC dV
V dt + C dt = F0 . C0 − V. k. C2 …(12)

Pers. (9) → Pers. (12)


dC
F0 . t. dt + C. F0 = F0 . C0 − F0 . t. k. C2 …(13)
dC C0 C
= − t − k. C2 …(14)
dt t

Dengan menggunakan boundary condition pada t=0, C=C0 dan substitusi


U = e(k ∫ C.dt) maka pers. (14) menjadi :
d2 U dU
t2 +t − k. U. C0 . t = 0 …(15)
dt2 dt

Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z=t0,5, menjadi :
d2 U dU
z2 + z dt − 4k. U. C0 . z 2 = 0 …(16)
dt2

Pers. (16) merupakan modifikasi pers. Bessel yang memiliki bentuk umum
sebagai berikut :
d2 y dy
x 2 dt2 + x(a + 2bx r ) dx + [c + dx 2s − b(1 − a − r)x. r + b2 . x 2 . r]. y = 0

4
Dari pers. (5) didapatkan :
a=1
r=0

1 (1 − a)2
p= √ −c=0
s 2

b=0 s=0 p=0


d
c=0 d = -4.k.C0 √ = imajiner
s

Sehingga penyelesaian pers. (16) adalah :


U = C1 Zp (√4. k. C0 . z) + Cz Zp (√4. k. C0 . z) …(18)
Pada t = 0, z = 0 → zp = ~
Sehingga Cz = 0
U = C1 Zp (√4. k. C0 . z)

Karena p = 0 dan √d/s = imajiner

Maka = U = C1 I0 (√4. k. C0 . z)
dU d
= dz C1 I0 (√4. k. C0 . z) …(19)
dt

Dari Sherwood halaman 178 pers. (5.83) didapatkan


dU
= C1 (√4. k. C0 . z)I0 (√4. k. C0 . z) …(20)
dt

Dari substitusi semula, diperoleh :


dU
= 2. k. Cz . C1 . I0 (√4. k. C0 . z) …(21)
dt

Maka pers. (14) dan (15) diperoleh :


C1 (√4. k. C0 . z)I0 (√4. k. C0 . z) = k. C. C1 . I0 (√4. k. C0 . z)
(√4.k.C0 .z)I0 (√4.k.C0 .z)
C=
k.C.C2 .I0 (√4.k.C0 .z)

C0 T1 (2√k.C0 .T)
C= …(22)
k.t.T0 (2√k.C0 .T)

b. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi
steady state. Dapat dinyatakan dengan :
C = f(t) dan V = konstan → dV/dt = 0
Dari neraca massa komponen diperoleh :
d
(𝑉. 𝐶) = F. C0 − F. 𝐶 − 𝑘. 𝑉. C2 …(23)
dt
dC dV
V dt − C dt = F. C0 − F. 𝐶 − 𝑘. 𝑉. C2 …(24)

Apabila T = t - Ť :
Ť = V/F konstanta waktu

5
Pers. (24) menjadi
𝑑𝐶 C0 𝐶
= − 𝑇 − 𝑘. 𝐶 2 …(25)
𝑑𝑡 𝑇

Pada keadaan steady state C=C0


Penyelesaian particular pers. (25) adalah C – Cs, dimana Cs adalah
konsentrasi pada keadaan steady.
Substitusikan C = Cs + 1/s
Pers. (25) berubah menjadi persamaan differensial orde 1 yang mana dapat
diselesaikan dengan metode faktor integrasi.
1
𝐶 = 𝐶0 = 𝐾 …(26)
𝐵.exp(𝐴𝑇)−
𝐴

C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = T yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi =
0 dari neraca komponen, diperoleh :
𝐹 − 𝐶0 = F. C + Vr …(27)
𝐹 − 𝐶0 = F. C + V. k. C𝑠 2 …(28)
𝐶0 = C𝑠 + (V/F). k. C𝑠 2 …(29)
𝑘. Ť. C𝑠 2 + C𝑠 − C0 = 0 …(30)
Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar
biasa dan dapat diselesaikan dengan mudah.

2.3 Tinjauan Thermodinamika


Reaksi: CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis / endotermis maka
perlu membuktikan dengan menggunakan panas pembentukan standar (ΔHf) pada
1 atm dan 298 K dari reaktan dan produk.
ΔH298 = ΔH reaktan – ΔH produk
Diketahui data sebagai berikut (Smith et al., 2011)
ΔH CH3COOC2H5 = -445.500 J/mol
ΔH NaOH = -425.609 J/mol
ΔH CH3COONa = -726.100 J/mol
ΔH C2H5OH = -235.100 J/mol
Sehingga :
ΔH reaksi = (ΔH CH3COONa + ΔH C2H5OH) – (ΔH CH3COOC2H5 + ΔH NaOH)
= ((-726.100 - 235.100) – (-445.500 - 425.609)) J/mol

6
= -91.091 J/mol
Karena ΔH reaksi bernilai negatif maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
Reaksi: CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak-balik dapat
diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu kamar diperoleh
data (Smith et al., 2011):
ΔG CH3COOC2H5 = -328.000 J/mol
ΔG NaOH = -379.494 J/mol
ΔG CH3COONa = -631.200 J/mol
ΔG C2H5OH = -168.490 J/mol
ΔG reaksi = (ΔG CH3COONa + ΔG C2H5OH) – (ΔG CH3COOC2H5 + ΔG
NaOH)
= ((-631.200 - 168.490) – (-328.000 - 379.494)) J/mol
= -92.196 J/mol
𝑑 ∆𝐺 ∆𝐻
( )=
𝑑𝑇 𝑅𝑇 𝑅𝑇 2
ΔG = RT ln K
K pada standar 298 K = e(ΔG/RT)
−92.196
K = e8,314 .298 = 1,45 × 1016
Dari data di atas dapat diperoleh nilai konstanta keseimbangan reaksi pada
temperatur 298 K adalah 1,45 x 1016. Pada temperature operasi, harga K dihitung
dengan persamaan :
𝐾 −∆𝐻° 1 1
𝑙𝑛 ( ) = ( − )
𝐾′ 𝑅 𝑇 𝑇1
T = 27°C (suhu ruang) = 300 K
1,45 × 1016 −(−91.091) 1 1
𝑙𝑛 ( )= ( − )
𝐾′ 8,314 300 298
K’ = 1,13 x 1016
Karena harga konstanta keseimbangan tidak mendekati angka 1, maka reaksi
berlangsung searah (irreversibel).

2.4 Tinjauan Kinetika


Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi saponifikasi etil asetat
dengan NaOH akan makin besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan
perbedaan konsentrasi. Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius, yaitu:
EA
k = k 0 . e−(R.T)

7
Dengan :
k = Konstanta laju reaksi
k0 = Faktor pre eksponensial atau frekuensi
T = Suhu
EA = Energi Aktivasi
R = Tetapan gas ideal
= 1,98 cal/gm-mol.K
= 1,98 Btu/lb-mol.⁰R
= 82,06 cm3.atm/gm-mol.K
Berdasarkan persamaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju
reaksi dipengaruhi oleh nilai faktor frekuensi atau faktor eksponensial, suhu, dan
energi aktivasi (Levenspiel, 1999).

2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen


1. NaOH
Sifat Fisis :
• Berat molekul = 40 gr/mol
• Titik didih = 134 ℃
• Titik lebur = 318,4 ℃
• Berat jenis = 2,130 gr/mol
• Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10℃ = 42
• Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100℃ = 32
Sifat Kimia :
• Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut dalam reagen
excess, merupakan basa kuat, dan mudah larut dalam air.
2. Etil Asetat
Sifat Fisis :
a. Berat jenis = 1,356 gr/mol
b. Titik didih = 85℃
c. Berat molekul = 88 gr/mol
d. Titik lebur = -111℃
Sifat Kimia :
Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak larut dalam
air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia encer dan KCN tiosulfat,
bereaksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2 putih, mudah menguap apabila
dipanaskan.

8
3. HCl
Sifat Fisis :
1. Massa atom : 36,45 gr/mol
2. Massa jenis : 3,21 gr/mol
3. Titik leleh : -101℃
4. Energi ionisasi : 1250 kJ/mol
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr℃
6. Pada suhu kamar HCl berbentuk gas yang tidak berwarna dan berbau tajam
Sifat Kimia :
1. HCl akan berasap tebal di udara lembab
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang
3. Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter
4. Merupakan oksidator kuat
5. Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya sehingga dapat
beracun bagi pernapasan

2.6 Menentukan Orde Reaksi


Trial orde reaksi pada reaktor batch :
1. Diberikan data waktu (t) dan Ca, CaO adalah Ca pada t=0
2. Membuat data –ln(Ca/CaO) dan 1/Ca
3. Pertama menebak ‘orde reaksi pertama’ dengan membuat grafik –ln(Ca/CaO)
vs t, hasil grafik harus lurus.
a. Jika hasil grafik tidak lurus maka menebak ‘orde reaksi kedua’ dari grafik
antara 1/Ca vs t, hasil grafik harus lurus (Apabila Cao=Cbo).
b. Jika hasil grafik tidak lurus maka menebak ‘orde reaksi kedua’ dari grafik
ln Cb/Ca vs t, hasil grafik harus lurus.
4. Membentuk persamaan y = a + bx, dimana a = intercept dan b = slope dari
grafik log t vs ln CaO.

Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1 Gambar 2.3 Grafik trial orde 2
(Cao = Cbo)

9
Gambar 2.4 Grafik trial reaksi orde 2 Gambar 2.5 Grafik trial orde n
(Cao ≠ Cbo)

2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat dengan
NaOH
Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H5OH
A B → C + D
Orde reaksi 1
dCa
−ra = − = k. Ca
dt
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca
Cao 0

− ln[Ca ]Ca
Cao = k. dt
−(ln Ca − ln Ca0) = k. t
Ca
− ln = k. t
Ca0
y = mx
Orde reaksi 2
Persamaan kecepatan reaksi :
dCa
−ra = − = k. Ca . Cb dimana Ca = Cb
dt
dCa
− = k. Ca 2
dt
dCa
− 2 = k. dt
Ca
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca 2
Cao 0

1 Ca
[ ] = k. t
Ca Cao

10
1 1
− = k. t
Ca Cao
1 1
= k. t +
Ca Cao
y = mx + c
Harga k didapat dari metode least square. Dimana harga k merupakan nilai dari
m.
(Levenspiel, 1999)

11
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1 Skema Rancangan Praktikum
Berikut adalah skema raancangan percobaan yang akan dilakukan
1. Percobaan Batch
Siapkan reagen berupa 35,714 gr NaOH,
83,629 ml; 125,444 ml; 167,259 ml Etil Asetat, dan
13,990 ml HCl

Memasukkan etil asetat dan NaOH ke dalam


tangki

Mengambil sampel sebanyak 5 ml tiap 4 menit

Menambahkan 3 tetes MO ke dalam sampel dan


dititrasi dengan HCl hingga 3 kali konstan

Gambar 3.1 Rancangan praktikum proses batch


2. Percobaan Kontinyu
Siapkan reagen berupa 35,714 gr NaOH,
83,629 ml; 125,444 ml; 167,259 ml Etil Asetat,
dan 13,990 ml HCl

Memasukkan etil asetat dan NaOH ke tangki


masing-masing

Memompa reaktan ke dalam CSTR yang kosong

Mengambil sampel sebanyak 5 ml tiap 4 menit

Menambahkan 3 tetes MO ke dalam sampel dan


dititrasi dengan HCl hingga 3 kali konstan

Gambar 3.2 Rancangan praktikum proses kontinyu

12
3.1.2 Penetapan Variabel
1. Variabel Tetap
- Konsentrasi HCl : 0,2 N
- Konsentrasi NaOH : 0,5 N
- Suhu Operasi : 70℃
- Kecepatan pengadukan : 100 rpm
- Waktu pengambilan larutan : setiap 4 menit
2. Variabel Berubah
- Konsentrasi Etil Asetat : 0,5 N; 0,75 N; 1 N
3. Variabel Terikat
- Konstanta laju reaksi

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan yang digunakan
1. NaOH : 0,5 N; 1750 mL
2. Etil Asetat : 0,5 N; 0,75 N; 1 N; 1750 mL
3. HCl : 0,2 N; 700 mL
4. Indikator MO : @3tetes
5. Aquadest : secukupnya
3.2.2 Alat yang Digunakan
1. Pipet
2. Thermometer
3. Reaktor batch
4. Gelas ukur
5. Labu ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu

13
3.3 Gambar Rangkaian Percobaan
a. Proses Batch

Gambar 3.3 Gambar alat utama proses batch


Keterangan :
1. Reaktor batch
2. Stirrer
3. Statif
b. Proses Kontinyu

Gambar 3.4 Gambar alat utama proses kontinyu


Keterangan :
4. Reaktor kontinyu
5. Stirrer
6. Statif
7. Tangki reaktor

3.4 Respon Uji Hasil


Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi titran HCl
sampai TAT (Titik Akhir Titrasi).

14
3.5 Prosedur Percobaan
a. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2 N,
dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat 0,5 N dan NaOH 0,5 N dengan volume
masing masing 1,75 liter.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variabel yang berbeda.
b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2 N,
dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki
masing masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan menjaga
konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Mengambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
6. Melakukan langkah 1 sampai 5 dengan pengadukan sedang dan pengadukan
cepat.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Orde Reaksi pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Penentuan harga orde reaksi dapat dilakukan dengan metode grafik, yakni
dengan membuat grafik terhadap data hasil percobaan yang telah dilakukan.
Berdasarkan data hasil percobaan diperoleh nilai grafik R2 untuk grafik trial orde
1 dan 2 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai R2 terhadap Variabel Konsentrasi Etil Asetat
Variabel R2 order 1 R2 order 2
1 0,8055 0,8814
2 0,9240 0,9605
3 0,9690 0,9749
R2 Avg 0,8995 0,9389
Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan nilai regresi (R2) yang bervariasi pada tiap
variabel dan ordenya. Pada variabel 1 orde 1 didapatkan nilai R2 sebesar 0,8055
dan untuk orde 2 didapatkan R2 sebesar 0,8814. Pada variabel 2, didapatkan nilai
R2 untuk orde 1 sebesar 0,924 dan untuk orde 2 sebesar 0,9065. Pada variabel 3,
didapatkan nilai R2 untuk orde 1 sebesar 0,969 dan untuk orde 2 sebesar 0,9749.
Dari data tersebut, didapatkan bahwa orde 1 memiliki nilai R2 yang lebih
mendekati 1 dibandingkan orde 2.
Proses penyabunan atau disebut saponifikasi merupakan proses hidrolisis
asam karboksilat dalam kondisi basa, atau pada dasarnya proses saponifikasi
merupakan proses hidrolisa asam lemak dalam larutan basa yang menghasilkan
garam karboksilat. Menurut Borovinskaya dkk. (2019), reaksi antara etil asetat dan
NaOH merupakan reaksi saponifikasi orde 2 secara keseluruhan dan reaksi ini
adalah sistem homogen. Reaksi yang terjadi antara etil asetat dan NaOH
merupakan reaksi yang dapat digambarkan sebagai berikut.
CH3COOC2H5 + Na+ + OH− → CH3COO− + Na+ + C2H5OH
Dalam menentukan orde reaksi digunakan koefisien determinasi (R2)
sebagai informasi mengenai kecocokan suatu model. Nilai R2 memiliki spektrum
nilai antara 0 sampai dengan 1. Artinya, jika Nilai R2 memiliki nilai mendekati
angka 1 maka dapat disimpulkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
cukup besar. Dengan kata lain, model yang digunakan telah memenuhi standar
yang baik dalam menjelaskan pengaruh variabel tersebut. Orde reaksi dapat
menunjukkan pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi. Purba dkk. (2012)
menuliskan bahwa pada laju reaksi orde 2, laju reaksi berbanding lurus dengan

16
konsentrasi kuadrat dari reaktan atau hasil kali dua dengan masing-masing reaktan
berpangkat satu.
Berdasarkan hasil percobaan reaksi saponifikasi etil asetat dan NaOH,
didapatkan bahwa orde reaksi yang berlangsung telah sesuai dengan teori yang
ada. Pada reaksi etil asetat dan NaOH reaksi akan berlangsung dengan orde reaksi
2, hal ini telah sesuai dengan nilai R2 yang diujikan pada reaksi. Nilai R2
menunjukkan nilai yang mendekati angka satu pada penentuan orde 2, sehingga
dapat diketahui kesesuaian percobaan dengan model yang diujikan. Oleh sebab itu,
reaksi etil asetat dan NaOH dikategorikan pada reaksi orde 2 yang telah sesuai
dengan teori yang ada.

4.2 Perhitungan Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Hasil percobaan reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH dalam berbagai
variabel konsentrasi etil asetat menghasilkan harga konstanta laju reaksi (k) yang
berbeda. Dilakukan perhitungan dengan menggunakan excel untuk menemukan
nilai k pada masing masing variabel. Perhitungan dilakukan dengan memasukkan
data yang diperoleh ke persamaan kecepatan reaksi untuk order satu dan order dua.
Berikut penurunan persamaan diferensialnya.
Orde reaksi 1
dCa
−ra = − = k. Ca
dt
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca
Cao 0

− ln[Ca ]Ca
Cao = k. dt
−(ln Ca − ln Ca0) = k. t
Ca
− ln = k. t
Ca0
y = mx
𝐶
Y = − ln 𝐶 a ; X=t ; m=k
a0

Orde reaksi 2
Persamaan kecepatan reaksi :
• Saat CA = CB
dCa
−ra = − = k. Ca . Cb
dt
dCa
− = k. Ca 2
dt

17
dCa
− = k. dt
Ca 2
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca 2
Cao 0

1 Ca
[ ] = k. t
Ca Cao
1 1
− = k. t
Ca Cao
[y = mx + c]
1
Y = C ; X=t ; m=k
a

• Saat CA ≠ CB
−dCa dCb
−ra = = = k. Ca . Cb
dt dt
dXa
−ra = −Cao = k(Cao − Cao . Xa )(Cbo − Cao . Xa )
dt
dXa Cbo
= Cao . k. dt, dimana M =
(1 − Xa )(M − Xa ) Cao
Xa t
dXa
∫ = Cao . k. ∫ dt
0 (1 − Xa )(M − Xa ) 0
Xa Xa
1 dXa dXa
∫ −∫ = k. t
Cao (M − 1) 0 (1 − Xa ) 0 (M − X a )
M − Xa M − Xa
ln = Cao (M − 1). k. t atau ln = (Cao − Cbo ). k. t
M(1 − Xa ) M(1 − Xa )
M − Xa Cbo − Cao X a
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )
M − Xa Cbo . Cao
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )Cao
M − Xa Cbo . Cao Cb
ln = ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo . Cao M. Ca
Cb
ln = (Cbo − Cao ). k. t + ln M
Ca
[y = mx + c]
Cb
Y = ln ; X = t ; m = (Cbo − Cao ). k
Ca
Harga k didapat dari metode least square. Dimana harga k merupakan nilai
dari m (Levenspiel, 1999). Setelah didapatkan persamaan linear dari masing
masing variabel, kemudian mencari rata rata nilai R2 untuk menentukan order
reaksi. Nilai R2 yang lebih tinggi menunjukkan reaksi berjalan dengan order reaksi
tersebut.

18
4.3 Pengaruh Konsentrasi Etil Asetat terhadap harga k pada Reaksi
Penyabunan Etil Asetat dan NaOH
Berikut merupakan grafik konsentrasi etil asetat terhadap harga konstanta
laju reaksi pada reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH pada variabel
konsentrasi etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N.

0.148
0.146
0.144
k (L/mol. menit)

0.142
0.14
0.138
0.136
0.134
0.132
1 2 3
Variabel Etil Asetat

Gambar 4.1 Grafik hubungan konsentrasi etil asetat dengan harga k


Berdasarkan Gambar 4.1, pada variabel 1, 2, 3 dengan perbedaan konsentrasi
memiliki harga konstanta laju reaksi yang berbeda pada reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH. Pada variabel 1 dengan konsentrasi etil asetat 0,5 N memiliki
harga konstanta laju reaksi sebesar 0.146933 mL/mol.menit. Pada variabel 2
dengan konsentrasi etil asetat 0,75 N memiliki harga konstanta laju reaksi sebesar
0.137272 mL/mol.menit. Sedangkan pada variabel 3 dengan konsentrasi etil asetat
1 N memiliki harga konstanta laju reaksi sebesar 0.137112 mL/mol.menit.
Apabila larutan etil asetat dinaikkan konsentrasinya, berarti larutan ini akan
mempunyai kandungan etil asetat lebih tinggi dari sebelumnya. Jika larutan ini
dicampur dengan larutan NaOH yang juga dinaikkan konsentrasinya, maka akan
semakin banyak etil asetat dan NaOH yang bercampur dibanding bila larutan etil
asetat dan NaOH dicampur sebelum konsentrasinya dinaikkan. Semakin banyak
etil asetat dan NaOH yang bercampur dapat membantu memperbanyak produk
yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan konversi dapat semakin tinggi dengan
menaikkan konsentrasi reaktan (Aziz dkk., 2019). Berdasarkan jurnal yang ditulis
oleh Pletcher dkk. (2017), konversi berbanding lurus dengan konsentrasi dengan
persamaan sebagai berikut.
𝐼𝑐𝑒𝑙𝑙 = 𝑛𝐹𝐴𝐾𝑚 𝐶
Dimana,
A = luas area elektroda

19
C = konsentrasi
𝐼𝑐𝑒𝑙𝑙 = laju kecepatan konversi
𝐾𝑚 = koefisien transfer massa
F = konstanta Faraday
Berdasarkan teori diatas dapat dilihat bahwa data hasil percobaan tidak
sesuai dengan teori yang ada. Menurut Suarsa (2017) jika konsentrasi suatu larutan
semakin besar, maka akibatnya akan semakin banyak molekul yang terkandung di
dalamnya dan oleh karena itu, maka akan semakin sering terjadi tumbukan
antarmolekul tersebut. Itu artinya hanya sebagian dari tumbukan molekul yang
menghasilkan reaksi, dan keadaan ini didasarkan pada 2 faktor, yaitu: arah
tumbukan dari molekul yang bertumbukan dan energi aktivasi.

4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis Menuruti


Runge Kutta pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dan NaOH
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan grafik perbandingan nilai CA hasil
percobaan dan CA matematis pada reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.

0.6

0.5

0.4

0.3
CA

CA praktis
0.2 CA model
0.1

0
0 10 20 30
t (menit)

Gambar 4.2 Grafik perbandingan CA praktis dan CA model pada variabel


konsentrasi etil asetat 0,5 N

20
0.6

0.5

0.4
CA 0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1

0
0 10 20 30
t (menit)

Gambar 4.3 Grafik perbandingan CA praktis dan CA model pada variabel


konsentrasi etil asetat 0,75 N

0.6

0.5

0.4
CA

0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1

0
0 10 20 30
t (menit)

Gambar 4.4 Grafik perbandingan CA praktis dan CA model pada variabel


konsentrasi etil asetat 1 N
Berdasarkan pada gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa pada
variabel 1 dengan konsentrasi etil asetat 0,5 N, pada variabel 2 dengan konsentrasi
etil asetat 0,75 N dan variabel 3 dengan konsentrasi etil asetat 1 N, nilai CA model
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai CA praktis.
Yang dan Shen (2015) menyatakan bahwa metode Runge Kutta merupakan
metode yang efisien untuk menyelesaikan persamaan differensial biasa dan banyak
digunakan untuk menyelesaikan orde 4. Metode ini juga dapat menyelesaikan
persamaan differensial yang tidak pasti, memiliki nilai yang ekstrem, dan juga
integral waktu dari solusi persamaan differensial tersebut. Metode Runge Kutta
menyediakan kemampuan dalam penyelesaian perhitungan numerik dengan
memajukan integrasi menggunakan aproksimasi p orde tinggi sementara estimasi

21
kesalahan yang kecil. Sari dkk. (2014) mengatakan bahwa metode Runge Kutta
dinilai lebih praktis daripada metode deret Taylor karena dalam metode ini tidak
perlu mencari turunan fungsi lebih tinggi, dan hasil yang diperoleh memiliki
tingkat ketelitian lebih tinggi dibanding metode Euler. Dimana tingkat
ketelitiannya dipengaruhi oleh semakin besarnya orde. Nilai CA model yang
diperoleh menggunakan metode Runge Kutta merupakan nilai ideal karena
perhitungan matematis tidak dipengaruhi oleh variabel seperti suhu, pengadukan,
dan konsentrasi reaktan. Dalam pengaplikasiannya, hasil percobaan dimasukkan
dalam persamaan :
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 )
𝑘1 = [ − 𝑘𝐶𝐴 2 ] ∆𝑡
𝑡
𝑘
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 + 21 ) 𝑘1
𝑘2 = [ − 𝑘(𝐶𝐴 + )2 ] ∆𝑡
ℎ 2
𝑡+2
𝑘
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 + 22 ) 𝑘2
𝑘3 = [ − 𝑘(𝐶𝐴 + )2 ] ∆𝑡
ℎ 2
𝑡+2
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 + 𝑘3 )
𝑘4 = [ − 𝑘(𝐶𝐴 + 𝑘3 )2 ] ∆𝑡
𝑡+ℎ
1
∆𝐶𝐴 = (𝑘1 + 2𝑘2 + 2𝑘3 + 𝑘4 )
6
𝐶𝐴 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 = ∆𝐶𝐴 + 𝐶𝐴 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠
Persamaan Runge Kutta menunjukkan hasil yang memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi, maka nilai yang digunakan adalah nilai CA model. Seperti
dipaparkan pada gambar nilai CA model lebih besar dari nilai CA praktis. Dari teori
diatas dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan sudah sesuai teori
karena nilai CA matematis variabel 1, 2, dan 3 memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan nilai praktis.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH merupakan reaksi orde 2
2. Nilai konstanta laju reaksi pada variabel 1 dengan konsentrasi etil asetat 0,5 N
sebesar 0,07963 mL/mol.menit. Pada variabel 2 dengan konsentrasi etil asetat
0,75 N sebesar 0,08582 mL/mol.menit. Sedangkan pada variabel 3 dengan
konsentrasi etil asetat 1 N sebesar 0,09732 mL/mol.menit.
3. Semakin besar konsentrasi etil asetat, maka semakin besar nilai konstanta laju
reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH.
4. Nilai CA model lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai CA praktis.

5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, pastikan bahwa tidak ada kerusakan pada
reaktor batch maupun reaktor CSTR
2. Saat menggunakan reaktor CSTR, pastikan bahwa tiap fase sudah
teridentifikasi dengan baik agar data yang dihasilkan lebi akurat
3. Untuk praktikum selanjutnya, dapat dicoba menggunakan reaktor plug flow
agar dapat menambah wawasan praktikan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, I., Nurbayti, S., & Suwandari, J. (2019). Pembuatan gliserol dengan reaksi
hidrolisis minyak goreng bekas. Chemistry Progress, 6(1).
Borovinskaya, E., Khaydarov, V., Strehle, N., Musaev, A., & Reschetilowski, W.
(2019). Experimental studies of ethyl acetate saponification using different
reactor systems: The effect of volume flow rate on reactor performance and
pressure drop. Applied Sciences, 9(3), 532.
Levenspiel. O., (1999). Chemical Reaction Engineering. (3rd ed.), Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd.
Pletcher, D., Green, R. A., & Brown, R. C. (2017). Flow electrolysis cells for the
synthetic organic chemistry laboratory. Chemical reviews, 118(9), 4573-4591.
Purba, E., Khairunisa, A. C., No, J. S. B., & Lampung, B. (2012). Kajian awal laju
reaksi fotosintesis untuk penyerapan gas CO2 menggunakan mikroalga
Tetraselmis chuii. J. Rekayasa Proses, 6, 7-13.
Sari, F. M., Yundari, & Helmi. (2014). Penyelesaian numerik persamaan diferensial
linear dengan koefisien konstan menggunakan metode adams bashforth
moulton. Buletin Ilmiah Matematika Statis dan Terapannya. 3(2). 125-134
Smith, J. M., Van Ness, H. C., Abbott, M. M. (2011). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. (6th ed.), McGraw-HillCo.
Suarsa, I. W. (2017). Teori Tumbukan Pada Laju Reaksi Kimia.
Yang, X. & Shen, Y. (2015). Runge-Kutta Method for Solving Uncertain Differential
Equations. Journal of Uncertainty Analysis and Applications. 3(17), 1-12.

24
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

NAMA : PUTRI MILYANI SURYAHARTANTI


GROUP : 1/KAMIS
REKAN KERJA : 1. FARHANAH NABILAH
2. RAIHAN FIKRI TAUFIQUR RAHMAN

LABORATORIUM PROSES KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat terhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis metode
runge kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

II. PERCOBAAN
2.1. Bahan yang Digunakan
1. NaOH : 0,5 N; 1750 mL
2. Etil Asetat : 0,5 N; 0,75 N; 1 N; 1750 mL
3. HCl : 0,2 N; 700 mL
4. Indikator MO : @3tetes
5. Aquadest : secukupnya
2.2 Alat yang Digunakan
1. Pipet
2. Thermometer
3. Reaktor batch
4. Gelas ukur
5. Labu ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu
2.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan
a. Proses Batch

A-2
Keterangan :
1. Reaktor batch
2. Stirrer
3. Statif
b. Proses Kontinyu

Keterangan :
1. Reaktor kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki reaktor
2.4 Cara Kerja
a. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2
N, dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat 0,5 N dan NaOH 0,5 N dengan volume
masing masing 1,75 liter.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variabel yang berbeda.
b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2
N, dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki
masing masing.

A-3
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan
menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Mengambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator
MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
6. Melakukan langkah 1 sampai 5 dengan pengadukan sedang dan
pengadukan cepat.Hasil Percobaan
2.5 Hasil Percobaan
A. Reaktor Batch
Waktu Volume Titran (mL)
(menit) Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3
0 12,5 12,5 12,5
4 8 7,7 8
8 7,8 6,5 6,5
12 7,4 5,8 5
16 6,8 5,4 3,2
20 6,1 4,3 2,6
24 6 3,8 2,5
28 6 3,8 2,5
32 6 3,8 2,5
B. Reaktor Kontinyu
Waktu Volume Titran (mL)
(menit) Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3
0 12,5 12,5 12,5
4 7,9 7,6 8,1
8 7,8 6,6 6,5
12 7,7 5,6 5,1
16 6,9 5,5 3,4
20 6,2 4,3 2,8
24 6,1 3,9 2,4
28 6,1 3,9 2,4
32 6,1 3,9 2,4

A-4
Semarang, 15 September 2022
Mengetahui,
Praktikan Asisten

Farhanah Nabilah Putri Milyani S. Raihan F. T. R. Nurhidayat


21030120120006 21030120140130 21030120110070 210301201340122

A-5
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

1. Kalibrasi Piknometer
Massa piknometer kosong = 27,233 gr
Massa piknometer + aquadest = 52,057 gr
ρ aquadest (30℃) = 0,9957 gr/ml
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 −𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Volume aquadest = 𝜌
52,057 𝑔𝑟−27,233 𝑔𝑟
Volume aquadest = 0,9957 𝑔𝑟/𝑚𝑙

Volume aquadest = 24,941 ml

2. NaOH (0,5 N; 1750 ml)


𝑔𝑟 1000
𝑁= 𝑥 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑥 %𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐵𝑀 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,5 𝑁 = 𝑥 𝑥 1 𝑥 0,98
40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 1750 𝑚𝑙
𝑔𝑟 = 35,714 𝑔𝑟

3. Etil Asetat
Massa piknometer kosong = 27,223 gr
Massa piknometer + etil asetat = 50,684 gr
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 −𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ etil asetat = 𝑉
50,684 𝑔𝑟 −27,223 𝑔𝑟
ρ etil asetat = 24,941 𝑚𝑙

ρ etil asetat = 0,941 gr/ml


• Variabel 1 (Etil Asetat 0,5 N; 1750 ml)
𝑁𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 𝐵𝑀𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
Volume etil asetat = 𝜌𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 %𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 1000
𝑔𝑟
0,5 𝑁 𝑥 80,106 𝑥 1750 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
Volume etil asetat = 𝑔𝑟
0,941 𝑥 0,98 𝑥 1000
𝑚𝑙

Volume etil asetat = 83,629 ml


• Variabel 2 (Etil Asetat 0,75 N; 1750 ml)
𝑁𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 𝐵𝑀𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
Volume etil asetat = 𝜌𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 %𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 1000
𝑔𝑟
0,75 𝑁 𝑥 80,106 𝑥 1750 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
Volume etil asetat = 𝑔𝑟
0,941 𝑥 0,98 𝑥 1000
𝑚𝑙

Volume etil asetat = 125,444 ml


• Variabel 3 (Etil Asetat 1 N; 1750 ml)
𝑁𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 𝐵𝑀𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
Volume etil asetat = 𝜌𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 %𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 1000

B-1
𝑔𝑟
1 𝑁 𝑥 80,106 𝑥 1750 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
Volume etil asetat = 𝑔𝑟
0,941 𝑥 0,98 𝑥 1000
𝑚𝑙

Volume etil asetat = 167,259 ml

4. HCl (0,2 N; 700 ml)


Massa piknometer kosong = 27,223 gr
Massa piknometer + HCl = 50,684 gr
𝑚𝐻𝐶𝑙 −𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ HCl = 𝑉
50,684 𝑔𝑟 −27,223 𝑔𝑟
ρ HCl = 24,941 𝑚𝑙

ρ HCl = 1,461 gr/ml


𝑁𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝑀𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
Volume HCl = 𝜌𝐻𝐶𝑙 𝑥 %𝐻𝐶𝑙 𝑥 1000
𝑔𝑟
0,2 𝑁 𝑥 36,5 𝑥 700 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
Volume HCl = 𝑔𝑟
1,461 𝑥 0,25 𝑥 1000
𝑚𝑙

Volume HCl = 13,990 ml

B-2
LEMBAR PERHITUNGAN

1. Perhitungan Reaktor Batch


Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H5OH
A + B → C + D
Harga k dan Orde Reaksi
a. Persamaan Orde 1
dCa
−ra = − = k. Ca
dt
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca
Cao 0

− ln[Ca ]Ca
Cao = k. dt
−(ln 𝐶a − ln 𝐶a0 ) = k. t
𝐶a
− ln = k. t
𝐶a0
[y = mx]
𝐶
Y = − ln 𝐶 a ; X=t ; m=k
a0

Variabel 1 (Etil Asetat 0,5 N)


t (menit) V titran -ln (Ca/Ca0)
CA XY X2
(X) (ml) (Y)
0 12.5 0,5 0 0 0
4 8 0,32 0,446287103 1,785148 16
8 7,8 0,312 0,471604911 3,772839 64
12 7,4 0,296 0,524248644 6,290984 144
16 6,8 0,272 0,608806032 9,740897 256
20 6,1 0,244 0,717439873 14,3488 400
24 6 0,24 0,733969175 17,61526 576
∑ 84 54,6 2,184 3,502355738 53,55393 1456
Untuk persamaan y = mx
Σ𝑥𝑦
𝑚= = 𝑘 = 0,03678
Σ𝑥 2

C-1
1

0.8

0.6
-ln (Ca/Ca0) y = 0.0368x
0.4 R² = 0.9289

0.2

0
0 5 10 15 20 25 30

t (menit)

Variabel 2 (Etil Asetat 0,75 N)


t (menit) V titran (-ln Ca/Ca0)
CA XY X2
(X) (ml) (Y)
0 12,5 0,5 0 0 0
4 7,7 0,308 0,484508315 1,938033 16
8 6,5 0,26 0,653926467 5,231412 64
12 5,8 0,232 0,767870727 9,214449 144
16 5,4 0,216 0,839329691 13,42928 256
20 4,3 0,172 1,067113622 21,34227 400
24 3,8 0,152 1,190727578 28,57746 576
∑ 84 46 1,84 5,0034764 79,7329 1456
Untuk persamaan y = mx
Σ𝑥𝑦
𝑚= = 𝑘 = 0,05476
Σ𝑥 2
1.4
1.2
1
- ln (Ca/Ca0)

0.8 y = 0.0548x
R² = 0.9675
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)

C-2
Variabel 3 (Etil Asetat 1 N)
t (menit) V titran (-ln Ca/Ca0)
CA XY X2
(X) (ml) (Y)
0 12,5 0,5 0 0 0
4 8 0,32 0,446287103 1,785148 16
8 6,5 0,26 0,653926467 5,231412 64
12 5 0,2 0,916290732 10,99549 144
16 3,2 0,128 1,362577835 21,80125 256
20 2,6 0,104 1,570217199 31,40434 400
24 2,5 0,1 1,609437912 38,62651 576
∑ 84 40,3 1,612 6,558737248 109,8441 1456
Untuk persamaan y = mx
Σ𝑥𝑦
𝑚= = 𝑘 = 0,07544
Σ𝑥 2
2

1.5
- ln (Ca/Ca0)

1 y = 0.0754x
R² = 0.989
0.5

0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)

b. Persamaan Orde 2
• CA = CB
dCa
−ra = − = k. Ca . Cb
dt
dCa
− = k. Ca 2
dt
dCa
− 2 = k. dt
Ca
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca 2
Cao 0
Ca
1
[ ] = k. t
Ca Cao
1 1
− = k. t
Ca Cao

C-3
[y = mx + c]
1
Y = C ; X=t ; m=k
a

• CA ≠ CB
−dCa dCb
−ra = = = k. Ca . Cb
dt dt
dXa
−ra = −Cao = k(Cao − Cao . Xa )(Cbo − Cao . Xa )
dt
dXa Cbo
= Cao . k. dt, dimana M =
(1 − X a )(M − Xa ) Cao
Xa t
dXa
∫ = Cao . k. ∫ dt
0 (1 − Xa )(M − Xa ) 0
Xa Xa
1 dXa dXa
∫ −∫ = k. t
Cao (M − 1) 0 (1 − Xa ) 0 (M − X a )
M − Xa M − Xa
ln = Cao (M − 1). k. t atau ln = (Cao − Cbo ). k. t
M(1 − Xa ) M(1 − Xa )
M − Xa Cbo − Cao Xa
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )
M − Xa Cbo . Cao
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )Cao
M − Xa Cbo . Cao Cb
ln = ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo . Cao M. Ca
Cb
ln = (Cbo − Cao ). k. t + ln M
Ca
[y = mx + c]
Cb
Y = ln ; X = t ; m = (Cbo − Cao ). k
Ca
Variabel 1 (Etil Asetat 0,5 N)
t (menit) V titran
CA XA 1/CA (Y) XY X2
(X) (ml)
0 12,5 0,5 0 2 0 0
4 8 0,32 0,36 3,125 12,5 16
8 7,8 0,312 0,376 3,205128205 25,64103 64
12 7,4 0,296 0,408 3,378378378 40,54054 144
16 6,8 0,272 0,456 3,676470588 58,82353 256
20 6,1 0,244 0,512 4,098360656 81,96721 400
24 6 0,24 0,52 4,166666667 100 576
∑ 84 54,6 2,184 2,632 23,65000449 319,472 1456
Untuk persamaan y = mx + c

C-4
nΣ𝑥𝑦 − ΣxΣy
𝑚= = 𝑘 = 0,07963
nΣ𝑥 2 − (Σ𝑥)2

3
1/Ca

2 y = 0.0796x + 2.4231
R² = 0.8814
1

0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)

Variabel 2 (Etil Asetat 0,75 N)


t (menit) V titran ln(Cb/Ca)
CA XA CB XY X^2
(X) (ml) (Y)
0 12,5 0,5 0 0,75 0,405465108 0 0
4 7,7 0,308 0,384 0,558 0,594259179 2,377037 16
8 6,5 0,26 0,48 0,51 0,673729095 5,389833 64
12 5,8 0,232 0,536 0,482 0,731206742 8,774481 144
16 5,4 0,216 0,568 0,466 0,768907226 12,30252 256
20 4,3 0,172 0,656 0,422 0,897510837 17,95022 400
24 3,8 0,152 0,696 0,402 0,972571568 23,34172 576
∑ 84 46 1,84 3,32 3,59 5,043649756 70,1358 1456
Untuk persamaan y = mx + c
nΣ𝑥𝑦 − ΣxΣy
𝑚= = 0,02146
nΣ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
𝑚
𝑘=
(𝐶𝑏0 − 𝐶𝑎0 )
𝑘 = 0,08582

C-5
1.2
1
0.8

ln (Cb/Ca)
0.6 y = 0.0215x + 0.4631
R² = 0.9605
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)

Variabel 3 (Etil Asetat 1 N)


t (menit) V titran ln(Cb/Ca)
CA XA CB XY X2
(X) (ml) (Y)
0 12,5 0,5 0 1 0,693147181 0 0
4 8 0,32 0,36 0,82 0,940983344 3,763933 16
8 6,5 0,26 0,48 0,76 1,072636802 8,581094 64
12 5 0,2 0,6 0,7 1,252762968 15,03316 144
16 3,2 0,128 0,744 0,628 1,590509903 25,44816 256
20 2,6 0,104 0,792 0,604 1,759183299 35,18367 400
24 2,5 0,1 0,8 0,6 1,791759469 43,00223 576
∑ 84 40,3 1,612 3,776 5,112 9,100982966 131,0122 1456
Untuk persamaan y = mx + c
nΣ𝑥𝑦 − ΣxΣy
𝑚= = 0,04866
nΣ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
𝑚
𝑘=
(𝐶𝑏0 − 𝐶𝑎0 )
𝑘 = 0,09732

1.5
ln (Cb/Ca)

y = 0.0487x + 0.7162
1 R² = 0.9749

0.5

0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)

C-6
2. Hasil Perbandingan Nilai R2 terhadap Variabel
Variabel R2 orde 1 R2 orde 2
1 0,8055 0,8814
2 0,9240 0,9605
3 0,9690 0,9749
R2 Avg 0,8995 0,9389
Kesimpulan :
Dari tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata untuk R2 orde 1 yaitu 0,8995 dan nilai
rata-rata untuk R2 orde 2 adalah 0,9389. Sehingga reaksi saponifikasi kali ini
berada pada pada reaksi orde 2.

3. Perhitungan Reaktor Kontinyu


• Neraca massa total
Input − output = akumulasi
dv
ρF0 − 0 = ρ
dt
dv = F0 dt
V = F0 t …(2)

• Neraca massa komponen


• Equimolar
Akumulasi = input – output – laju konsumsi konversi
d(V. CA )
= F0 . CA0 − 0 − V. k. CA 2
dt
dCA
CA . F0 + F0 . t. = F0 . CA0 − F0 . t. k. CA 2
dt
dCA
CA + t. = CA0 − t. k. CA 2 …(3)
dt

Persamaan (2) dan (3) diselesaikan dengan Runge-Kutta orde 4


(Ca0 − Ca )
k1 = [ − k. CA 2 ] ∆t
t
k1
(Ca0 − Ca + 2 )
k2 = [ − k(Ca + k1/2)2 ] ∆t
∆t
t+ 2
k2
(Ca0 − Ca + 2 )
k3 = [ − k(Ca + k2/2)2 ] ∆t
∆t
t+ 2

C-7
(Ca0 − Ca + k3)
k4 = [ − k(Ca + k3)2 ] ∆t
∆t
t+ 2
k1 + 2k2 + 2k3 + k4
∆Ca =
6
Ca model = Ca model + ∆Ca
• Non equimolar
Akumulasi = input – output – laju konsumsi konversi
d(V. CA )
= F0 CA0 − 0 − V. k. CA CB
dt
dCA
CA . F0 + F0 . t. = F0 . CA0 − F0 . t. k. CA CB
dt
dCA
CA + t. = CA0 − t. k. CA CB …(4)
dt

Persamaan (2) dan (4) diselesaikan dengan Runge-Kutta orde 4


(Ca0 − Ca )
k1 = [ − k. Ca Cb ] ∆t
t
k1
(Ca0 − Ca + 2 ) k1
k2 = [ − k (Ca + ) Cb] ∆t
∆t 2
t+ 2
k2
(Ca0 − Ca + 2 ) k2
k3 = [ − k (Ca + ) Cb] ∆t
∆t 2
t+ 2

(Ca0 − Ca + k3)
k4 = [ − k(Ca + k3) Cb] ∆t
∆t
t+ 2
k1 + 2k2 + 2k3 + k4
∆Ca =
6
Ca model = Ca model + ∆Ca
Variabel 1 (Etil Asetat 0,5 N) CA = CB
t V
delta
(menit) titran CA XA k K1 K2 K3 K4 delta CA
t
(X) (ml)
0 4 12.5 0.5 0 0.080 0 0 0 0 0
4 4 8 0.32 0.36 0.080 0.147 0.022 0.092 -0.010 0.061
8 4 7.8 0.312 0.376 0.080 0.063 0.025 0.047 0.006 0.035
12 4 7.4 0.296 0.408 0.080 0.040 0.021 0.031 0.009 0.026
16 4 6.8 0.272 0.456 0.080 0.033 0.020 0.028 0.012 0.023
20 4 6.1 0.244 0.512 0.080 0.032 0.022 0.028 0.014 0.024
24 4 6 0.24 0.52 0.080 0.025 0.018 0.022 0.012 0.019

C-8
0.6

0.5

0.4

0.3
CA

CA praktis
0.2 CA model
0.1

0
0 10 20 30
t (menit)

Variabel 2 (Etil Asetat 0,75 N) CA ≠ CB


t
delta V titran delta
(menit) CA XA CB k K1 K2 K3 K4
t (ml) CA
(X)
0 4 12.5 0.5 0 0.75 0.086 0 0 0 0 0
4 4 7.7 0.308 0.384 0.558 0.086 0.133 0.012 0.064 0.014 0.050
8 4 6.5 0.26 0.48 0.51 0.086 0.074 0.029 0.042 0.026 0.041
12 4 5.8 0.232 0.536 0.482 0.086 0.051 0.027 0.032 0.024 0.032
16 4 5.4 0.216 0.568 0.466 0.086 0.036 0.022 0.024 0.019 0.025
20 4 4.3 0.172 0.656 0.422 0.086 0.041 0.028 0.030 0.025 0.030
24 4 3.8 0.152 0.696 0.402 0.086 0.037 0.027 0.029 0.024 0.029

0.6

0.5

0.4
CA

0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1

0
0 10 20 30
t (menit)

C-9
Variabel 3 (Etil Asetat 1 N) CA ≠ CB
t V
delta
(menit) titran CA XA CB k K1 K2 K3 K4 delta CA
t
(X) (ml)
0 4 12.5 0.5 0 0.75 0.097 0 0 0 0 0
4 4 7.6 0.304 0.392 0.554 0.097 0.130 0.008 0.062 0.011 0.047
8 4 6.6 0.264 0.472 0.514 0.097 0.065 0.022 0.035 0.021 0.033
12 4 5.6 0.224 0.552 0.474 0.097 0.051 0.026 0.032 0.023 0.031
16 4 5.5 0.22 0.56 0.47 0.097 0.030 0.016 0.019 0.014 0.019
20 4 4.3 0.172 0.656 0.422 0.097 0.037 0.025 0.027 0.022 0.027
24 4 3.9 0.156 0.688 0.406 0.097 0.033 0.023 0.025 0.021 0.025

0.6

0.5

0.4
CA

0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1

0
0 10 20 30
t (menit)

C-10
REFERENSI

D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
1. 22/09/2022 P0 Asisten
2. 28/09/2022 P1 Asisten
3. 29/09/2022 P2 Asisten
4. 01/10/2022 P3 Asisten
5. 01/10/2022 P4 Asisten
6. 02/10/2022 P5 Asisten
7. 02/10/2022 P6 Asisten

E-1

Anda mungkin juga menyukai