Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU
Disusun Oleh :
PUTRI MILYANI SURYAHARTANTI
Group : 1/KAMIS
Semarang,
Dosen Pengampu Asisten Pengampu
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan resmi
praktikum materi Reaktor Ideal Aliran Kontinyu.
Dengan terselesaikannya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini, khususnya kepada:
1. Prof. Dr.T. Aji Prasetyaningrum, S. T., M. Si. selaku penanggung jawab
Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
2. Prof. Dr. Moh. Djaeni, S. T., M. Eng. selaku dosen pengampu materi Reaktor Ideal
Aliran Kontinyu.
3. Ibu Nurfiningsih selaku Laboran Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
4. Ammara Aqiila selaku koordinator asisten Laboratorium Proses Kimia.
5. Nurhidayat dan Vincent Wijaya Sentosa selaku asisten pengampu materi Reaktor
Ideal Aliran Kontinyu.
6. Asisten-asisten Laboratorium Proses Kimia.
7. Teman-teman angkatan 2020 yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam menyelesaikan proposal praktikum ini.
Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan
dalam penyusunannya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
4.2 Perhitungan Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan
NaOH .......................................................................................................... 17
4.3 Pengaruh Konsentrasi Etil Asetat terhadap harga k pada Reaksi
Penyabunan Etil Asetat dan NaOH ............................................................ 19
4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis Menuruti
Runge Kutta pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dan NaOH ................... 20
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 23
5.2 Saran ........................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis metode
runge kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dV = Fo . dt, pada t = 0 → V = 0
3
Karena densitas laju alir dianggap konstan, maka volumenya hanya
merupakan fungsi dari waktu.
V = Fo.t …(9)
Sedangkan dari neraca komponen :
Akumulasi = input – output – laju konsumsi karena reaksi
d
(V. C) = F0 . C0 − 0 − V(−rA ) …(10)
dt
Pers. (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi z=t0,5, menjadi :
d2 U dU
z2 + z dt − 4k. U. C0 . z 2 = 0 …(16)
dt2
Pers. (16) merupakan modifikasi pers. Bessel yang memiliki bentuk umum
sebagai berikut :
d2 y dy
x 2 dt2 + x(a + 2bx r ) dx + [c + dx 2s − b(1 − a − r)x. r + b2 . x 2 . r]. y = 0
4
Dari pers. (5) didapatkan :
a=1
r=0
1 (1 − a)2
p= √ −c=0
s 2
Maka = U = C1 I0 (√4. k. C0 . z)
dU d
= dz C1 I0 (√4. k. C0 . z) …(19)
dt
C0 T1 (2√k.C0 .T)
C= …(22)
k.t.T0 (2√k.C0 .T)
b. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai kondisi
steady state. Dapat dinyatakan dengan :
C = f(t) dan V = konstan → dV/dt = 0
Dari neraca massa komponen diperoleh :
d
(𝑉. 𝐶) = F. C0 − F. 𝐶 − 𝑘. 𝑉. C2 …(23)
dt
dC dV
V dt − C dt = F. C0 − F. 𝐶 − 𝑘. 𝑉. C2 …(24)
Apabila T = t - Ť :
Ť = V/F konstanta waktu
5
Pers. (24) menjadi
𝑑𝐶 C0 𝐶
= − 𝑇 − 𝑘. 𝐶 2 …(25)
𝑑𝑡 𝑇
C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = T yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan akumulasi =
0 dari neraca komponen, diperoleh :
𝐹 − 𝐶0 = F. C + Vr …(27)
𝐹 − 𝐶0 = F. C + V. k. C𝑠 2 …(28)
𝐶0 = C𝑠 + (V/F). k. C𝑠 2 …(29)
𝑘. Ť. C𝑠 2 + C𝑠 − C0 = 0 …(30)
Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar
biasa dan dapat diselesaikan dengan mudah.
6
= -91.091 J/mol
Karena ΔH reaksi bernilai negatif maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.
Reaksi: CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak-balik dapat
diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu kamar diperoleh
data (Smith et al., 2011):
ΔG CH3COOC2H5 = -328.000 J/mol
ΔG NaOH = -379.494 J/mol
ΔG CH3COONa = -631.200 J/mol
ΔG C2H5OH = -168.490 J/mol
ΔG reaksi = (ΔG CH3COONa + ΔG C2H5OH) – (ΔG CH3COOC2H5 + ΔG
NaOH)
= ((-631.200 - 168.490) – (-328.000 - 379.494)) J/mol
= -92.196 J/mol
𝑑 ∆𝐺 ∆𝐻
( )=
𝑑𝑇 𝑅𝑇 𝑅𝑇 2
ΔG = RT ln K
K pada standar 298 K = e(ΔG/RT)
−92.196
K = e8,314 .298 = 1,45 × 1016
Dari data di atas dapat diperoleh nilai konstanta keseimbangan reaksi pada
temperatur 298 K adalah 1,45 x 1016. Pada temperature operasi, harga K dihitung
dengan persamaan :
𝐾 −∆𝐻° 1 1
𝑙𝑛 ( ) = ( − )
𝐾′ 𝑅 𝑇 𝑇1
T = 27°C (suhu ruang) = 300 K
1,45 × 1016 −(−91.091) 1 1
𝑙𝑛 ( )= ( − )
𝐾′ 8,314 300 298
K’ = 1,13 x 1016
Karena harga konstanta keseimbangan tidak mendekati angka 1, maka reaksi
berlangsung searah (irreversibel).
7
Dengan :
k = Konstanta laju reaksi
k0 = Faktor pre eksponensial atau frekuensi
T = Suhu
EA = Energi Aktivasi
R = Tetapan gas ideal
= 1,98 cal/gm-mol.K
= 1,98 Btu/lb-mol.⁰R
= 82,06 cm3.atm/gm-mol.K
Berdasarkan persamaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju
reaksi dipengaruhi oleh nilai faktor frekuensi atau faktor eksponensial, suhu, dan
energi aktivasi (Levenspiel, 1999).
8
3. HCl
Sifat Fisis :
1. Massa atom : 36,45 gr/mol
2. Massa jenis : 3,21 gr/mol
3. Titik leleh : -101℃
4. Energi ionisasi : 1250 kJ/mol
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr℃
6. Pada suhu kamar HCl berbentuk gas yang tidak berwarna dan berbau tajam
Sifat Kimia :
1. HCl akan berasap tebal di udara lembab
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang
3. Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform, dan eter
4. Merupakan oksidator kuat
5. Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur lainnya sehingga dapat
beracun bagi pernapasan
Gambar 2.2 Grafik trial reaksi orde 1 Gambar 2.3 Grafik trial orde 2
(Cao = Cbo)
9
Gambar 2.4 Grafik trial reaksi orde 2 Gambar 2.5 Grafik trial orde n
(Cao ≠ Cbo)
2.7 Menghitung Harga Konstanta Reaksi Penyabunan (k) Etil Asetat dengan
NaOH
Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 → CH3COONa + C2H5OH
A B → C + D
Orde reaksi 1
dCa
−ra = − = k. Ca
dt
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca
Cao 0
− ln[Ca ]Ca
Cao = k. dt
−(ln Ca − ln Ca0) = k. t
Ca
− ln = k. t
Ca0
y = mx
Orde reaksi 2
Persamaan kecepatan reaksi :
dCa
−ra = − = k. Ca . Cb dimana Ca = Cb
dt
dCa
− = k. Ca 2
dt
dCa
− 2 = k. dt
Ca
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca 2
Cao 0
1 Ca
[ ] = k. t
Ca Cao
10
1 1
− = k. t
Ca Cao
1 1
= k. t +
Ca Cao
y = mx + c
Harga k didapat dari metode least square. Dimana harga k merupakan nilai dari
m.
(Levenspiel, 1999)
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
12
3.1.2 Penetapan Variabel
1. Variabel Tetap
- Konsentrasi HCl : 0,2 N
- Konsentrasi NaOH : 0,5 N
- Suhu Operasi : 70℃
- Kecepatan pengadukan : 100 rpm
- Waktu pengambilan larutan : setiap 4 menit
2. Variabel Berubah
- Konsentrasi Etil Asetat : 0,5 N; 0,75 N; 1 N
3. Variabel Terikat
- Konstanta laju reaksi
13
3.3 Gambar Rangkaian Percobaan
a. Proses Batch
14
3.5 Prosedur Percobaan
a. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2 N,
dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat 0,5 N dan NaOH 0,5 N dengan volume
masing masing 1,75 liter.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variabel yang berbeda.
b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2 N,
dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki
masing masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan menjaga
konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Mengambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
6. Melakukan langkah 1 sampai 5 dengan pengadukan sedang dan pengadukan
cepat.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Orde Reaksi pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Penentuan harga orde reaksi dapat dilakukan dengan metode grafik, yakni
dengan membuat grafik terhadap data hasil percobaan yang telah dilakukan.
Berdasarkan data hasil percobaan diperoleh nilai grafik R2 untuk grafik trial orde
1 dan 2 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai R2 terhadap Variabel Konsentrasi Etil Asetat
Variabel R2 order 1 R2 order 2
1 0,8055 0,8814
2 0,9240 0,9605
3 0,9690 0,9749
R2 Avg 0,8995 0,9389
Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan nilai regresi (R2) yang bervariasi pada tiap
variabel dan ordenya. Pada variabel 1 orde 1 didapatkan nilai R2 sebesar 0,8055
dan untuk orde 2 didapatkan R2 sebesar 0,8814. Pada variabel 2, didapatkan nilai
R2 untuk orde 1 sebesar 0,924 dan untuk orde 2 sebesar 0,9065. Pada variabel 3,
didapatkan nilai R2 untuk orde 1 sebesar 0,969 dan untuk orde 2 sebesar 0,9749.
Dari data tersebut, didapatkan bahwa orde 1 memiliki nilai R2 yang lebih
mendekati 1 dibandingkan orde 2.
Proses penyabunan atau disebut saponifikasi merupakan proses hidrolisis
asam karboksilat dalam kondisi basa, atau pada dasarnya proses saponifikasi
merupakan proses hidrolisa asam lemak dalam larutan basa yang menghasilkan
garam karboksilat. Menurut Borovinskaya dkk. (2019), reaksi antara etil asetat dan
NaOH merupakan reaksi saponifikasi orde 2 secara keseluruhan dan reaksi ini
adalah sistem homogen. Reaksi yang terjadi antara etil asetat dan NaOH
merupakan reaksi yang dapat digambarkan sebagai berikut.
CH3COOC2H5 + Na+ + OH− → CH3COO− + Na+ + C2H5OH
Dalam menentukan orde reaksi digunakan koefisien determinasi (R2)
sebagai informasi mengenai kecocokan suatu model. Nilai R2 memiliki spektrum
nilai antara 0 sampai dengan 1. Artinya, jika Nilai R2 memiliki nilai mendekati
angka 1 maka dapat disimpulkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
cukup besar. Dengan kata lain, model yang digunakan telah memenuhi standar
yang baik dalam menjelaskan pengaruh variabel tersebut. Orde reaksi dapat
menunjukkan pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi. Purba dkk. (2012)
menuliskan bahwa pada laju reaksi orde 2, laju reaksi berbanding lurus dengan
16
konsentrasi kuadrat dari reaktan atau hasil kali dua dengan masing-masing reaktan
berpangkat satu.
Berdasarkan hasil percobaan reaksi saponifikasi etil asetat dan NaOH,
didapatkan bahwa orde reaksi yang berlangsung telah sesuai dengan teori yang
ada. Pada reaksi etil asetat dan NaOH reaksi akan berlangsung dengan orde reaksi
2, hal ini telah sesuai dengan nilai R2 yang diujikan pada reaksi. Nilai R2
menunjukkan nilai yang mendekati angka satu pada penentuan orde 2, sehingga
dapat diketahui kesesuaian percobaan dengan model yang diujikan. Oleh sebab itu,
reaksi etil asetat dan NaOH dikategorikan pada reaksi orde 2 yang telah sesuai
dengan teori yang ada.
4.2 Perhitungan Harga k pada Reaksi Penyabunan Etil Asetat dengan NaOH
Hasil percobaan reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH dalam berbagai
variabel konsentrasi etil asetat menghasilkan harga konstanta laju reaksi (k) yang
berbeda. Dilakukan perhitungan dengan menggunakan excel untuk menemukan
nilai k pada masing masing variabel. Perhitungan dilakukan dengan memasukkan
data yang diperoleh ke persamaan kecepatan reaksi untuk order satu dan order dua.
Berikut penurunan persamaan diferensialnya.
Orde reaksi 1
dCa
−ra = − = k. Ca
dt
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca
Cao 0
− ln[Ca ]Ca
Cao = k. dt
−(ln Ca − ln Ca0) = k. t
Ca
− ln = k. t
Ca0
y = mx
𝐶
Y = − ln 𝐶 a ; X=t ; m=k
a0
Orde reaksi 2
Persamaan kecepatan reaksi :
• Saat CA = CB
dCa
−ra = − = k. Ca . Cb
dt
dCa
− = k. Ca 2
dt
17
dCa
− = k. dt
Ca 2
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca 2
Cao 0
1 Ca
[ ] = k. t
Ca Cao
1 1
− = k. t
Ca Cao
[y = mx + c]
1
Y = C ; X=t ; m=k
a
• Saat CA ≠ CB
−dCa dCb
−ra = = = k. Ca . Cb
dt dt
dXa
−ra = −Cao = k(Cao − Cao . Xa )(Cbo − Cao . Xa )
dt
dXa Cbo
= Cao . k. dt, dimana M =
(1 − Xa )(M − Xa ) Cao
Xa t
dXa
∫ = Cao . k. ∫ dt
0 (1 − Xa )(M − Xa ) 0
Xa Xa
1 dXa dXa
∫ −∫ = k. t
Cao (M − 1) 0 (1 − Xa ) 0 (M − X a )
M − Xa M − Xa
ln = Cao (M − 1). k. t atau ln = (Cao − Cbo ). k. t
M(1 − Xa ) M(1 − Xa )
M − Xa Cbo − Cao X a
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )
M − Xa Cbo . Cao
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )Cao
M − Xa Cbo . Cao Cb
ln = ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo . Cao M. Ca
Cb
ln = (Cbo − Cao ). k. t + ln M
Ca
[y = mx + c]
Cb
Y = ln ; X = t ; m = (Cbo − Cao ). k
Ca
Harga k didapat dari metode least square. Dimana harga k merupakan nilai
dari m (Levenspiel, 1999). Setelah didapatkan persamaan linear dari masing
masing variabel, kemudian mencari rata rata nilai R2 untuk menentukan order
reaksi. Nilai R2 yang lebih tinggi menunjukkan reaksi berjalan dengan order reaksi
tersebut.
18
4.3 Pengaruh Konsentrasi Etil Asetat terhadap harga k pada Reaksi
Penyabunan Etil Asetat dan NaOH
Berikut merupakan grafik konsentrasi etil asetat terhadap harga konstanta
laju reaksi pada reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH pada variabel
konsentrasi etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N.
0.148
0.146
0.144
k (L/mol. menit)
0.142
0.14
0.138
0.136
0.134
0.132
1 2 3
Variabel Etil Asetat
19
C = konsentrasi
𝐼𝑐𝑒𝑙𝑙 = laju kecepatan konversi
𝐾𝑚 = koefisien transfer massa
F = konstanta Faraday
Berdasarkan teori diatas dapat dilihat bahwa data hasil percobaan tidak
sesuai dengan teori yang ada. Menurut Suarsa (2017) jika konsentrasi suatu larutan
semakin besar, maka akibatnya akan semakin banyak molekul yang terkandung di
dalamnya dan oleh karena itu, maka akan semakin sering terjadi tumbukan
antarmolekul tersebut. Itu artinya hanya sebagian dari tumbukan molekul yang
menghasilkan reaksi, dan keadaan ini didasarkan pada 2 faktor, yaitu: arah
tumbukan dari molekul yang bertumbukan dan energi aktivasi.
0.6
0.5
0.4
0.3
CA
CA praktis
0.2 CA model
0.1
0
0 10 20 30
t (menit)
20
0.6
0.5
0.4
CA 0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1
0
0 10 20 30
t (menit)
0.6
0.5
0.4
CA
0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1
0
0 10 20 30
t (menit)
21
kesalahan yang kecil. Sari dkk. (2014) mengatakan bahwa metode Runge Kutta
dinilai lebih praktis daripada metode deret Taylor karena dalam metode ini tidak
perlu mencari turunan fungsi lebih tinggi, dan hasil yang diperoleh memiliki
tingkat ketelitian lebih tinggi dibanding metode Euler. Dimana tingkat
ketelitiannya dipengaruhi oleh semakin besarnya orde. Nilai CA model yang
diperoleh menggunakan metode Runge Kutta merupakan nilai ideal karena
perhitungan matematis tidak dipengaruhi oleh variabel seperti suhu, pengadukan,
dan konsentrasi reaktan. Dalam pengaplikasiannya, hasil percobaan dimasukkan
dalam persamaan :
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 )
𝑘1 = [ − 𝑘𝐶𝐴 2 ] ∆𝑡
𝑡
𝑘
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 + 21 ) 𝑘1
𝑘2 = [ − 𝑘(𝐶𝐴 + )2 ] ∆𝑡
ℎ 2
𝑡+2
𝑘
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 + 22 ) 𝑘2
𝑘3 = [ − 𝑘(𝐶𝐴 + )2 ] ∆𝑡
ℎ 2
𝑡+2
(𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 + 𝑘3 )
𝑘4 = [ − 𝑘(𝐶𝐴 + 𝑘3 )2 ] ∆𝑡
𝑡+ℎ
1
∆𝐶𝐴 = (𝑘1 + 2𝑘2 + 2𝑘3 + 𝑘4 )
6
𝐶𝐴 𝑚𝑜𝑑𝑒𝑙 = ∆𝐶𝐴 + 𝐶𝐴 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑠
Persamaan Runge Kutta menunjukkan hasil yang memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi, maka nilai yang digunakan adalah nilai CA model. Seperti
dipaparkan pada gambar nilai CA model lebih besar dari nilai CA praktis. Dari teori
diatas dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan sudah sesuai teori
karena nilai CA matematis variabel 1, 2, dan 3 memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan nilai praktis.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH merupakan reaksi orde 2
2. Nilai konstanta laju reaksi pada variabel 1 dengan konsentrasi etil asetat 0,5 N
sebesar 0,07963 mL/mol.menit. Pada variabel 2 dengan konsentrasi etil asetat
0,75 N sebesar 0,08582 mL/mol.menit. Sedangkan pada variabel 3 dengan
konsentrasi etil asetat 1 N sebesar 0,09732 mL/mol.menit.
3. Semakin besar konsentrasi etil asetat, maka semakin besar nilai konstanta laju
reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH.
4. Nilai CA model lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai CA praktis.
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan praktikum, pastikan bahwa tidak ada kerusakan pada
reaktor batch maupun reaktor CSTR
2. Saat menggunakan reaktor CSTR, pastikan bahwa tiap fase sudah
teridentifikasi dengan baik agar data yang dihasilkan lebi akurat
3. Untuk praktikum selanjutnya, dapat dicoba menggunakan reaktor plug flow
agar dapat menambah wawasan praktikan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, I., Nurbayti, S., & Suwandari, J. (2019). Pembuatan gliserol dengan reaksi
hidrolisis minyak goreng bekas. Chemistry Progress, 6(1).
Borovinskaya, E., Khaydarov, V., Strehle, N., Musaev, A., & Reschetilowski, W.
(2019). Experimental studies of ethyl acetate saponification using different
reactor systems: The effect of volume flow rate on reactor performance and
pressure drop. Applied Sciences, 9(3), 532.
Levenspiel. O., (1999). Chemical Reaction Engineering. (3rd ed.), Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd.
Pletcher, D., Green, R. A., & Brown, R. C. (2017). Flow electrolysis cells for the
synthetic organic chemistry laboratory. Chemical reviews, 118(9), 4573-4591.
Purba, E., Khairunisa, A. C., No, J. S. B., & Lampung, B. (2012). Kajian awal laju
reaksi fotosintesis untuk penyerapan gas CO2 menggunakan mikroalga
Tetraselmis chuii. J. Rekayasa Proses, 6, 7-13.
Sari, F. M., Yundari, & Helmi. (2014). Penyelesaian numerik persamaan diferensial
linear dengan koefisien konstan menggunakan metode adams bashforth
moulton. Buletin Ilmiah Matematika Statis dan Terapannya. 3(2). 125-134
Smith, J. M., Van Ness, H. C., Abbott, M. M. (2011). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. (6th ed.), McGraw-HillCo.
Suarsa, I. W. (2017). Teori Tumbukan Pada Laju Reaksi Kimia.
Yang, X. & Shen, Y. (2015). Runge-Kutta Method for Solving Uncertain Differential
Equations. Journal of Uncertainty Analysis and Applications. 3(17), 1-12.
24
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU
A-1
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi etil asetat terhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis metode
runge kutta reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
II. PERCOBAAN
2.1. Bahan yang Digunakan
1. NaOH : 0,5 N; 1750 mL
2. Etil Asetat : 0,5 N; 0,75 N; 1 N; 1750 mL
3. HCl : 0,2 N; 700 mL
4. Indikator MO : @3tetes
5. Aquadest : secukupnya
2.2 Alat yang Digunakan
1. Pipet
2. Thermometer
3. Reaktor batch
4. Gelas ukur
5. Labu ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu
2.3 Gambar Rangkaian Alat Percobaan
a. Proses Batch
A-2
Keterangan :
1. Reaktor batch
2. Stirrer
3. Statif
b. Proses Kontinyu
Keterangan :
1. Reaktor kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki reaktor
2.4 Cara Kerja
a. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2
N, dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat 0,5 N dan NaOH 0,5 N dengan volume
masing masing 1,75 liter.
4. Ambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variabel yang berbeda.
b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,5 N; 0,75 N; 1 N, HCl 0,2
N, dan NaOH 0,5 N.
2. Memasukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki
masing masing.
A-3
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan
menjaga konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Mengambil sampel 5 ml tiap 4 menit, kemudian tambahkan indikator
MO
3 tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl 0,2 N sampai warna
merah orange. Titrasi dihentikan sampai volume titran yang
digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH
sisa).
6. Melakukan langkah 1 sampai 5 dengan pengadukan sedang dan
pengadukan cepat.Hasil Percobaan
2.5 Hasil Percobaan
A. Reaktor Batch
Waktu Volume Titran (mL)
(menit) Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3
0 12,5 12,5 12,5
4 8 7,7 8
8 7,8 6,5 6,5
12 7,4 5,8 5
16 6,8 5,4 3,2
20 6,1 4,3 2,6
24 6 3,8 2,5
28 6 3,8 2,5
32 6 3,8 2,5
B. Reaktor Kontinyu
Waktu Volume Titran (mL)
(menit) Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3
0 12,5 12,5 12,5
4 7,9 7,6 8,1
8 7,8 6,6 6,5
12 7,7 5,6 5,1
16 6,9 5,5 3,4
20 6,2 4,3 2,8
24 6,1 3,9 2,4
28 6,1 3,9 2,4
32 6,1 3,9 2,4
A-4
Semarang, 15 September 2022
Mengetahui,
Praktikan Asisten
A-5
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN
1. Kalibrasi Piknometer
Massa piknometer kosong = 27,233 gr
Massa piknometer + aquadest = 52,057 gr
ρ aquadest (30℃) = 0,9957 gr/ml
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 −𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Volume aquadest = 𝜌
52,057 𝑔𝑟−27,233 𝑔𝑟
Volume aquadest = 0,9957 𝑔𝑟/𝑚𝑙
3. Etil Asetat
Massa piknometer kosong = 27,223 gr
Massa piknometer + etil asetat = 50,684 gr
𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 −𝑚𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ etil asetat = 𝑉
50,684 𝑔𝑟 −27,223 𝑔𝑟
ρ etil asetat = 24,941 𝑚𝑙
B-1
𝑔𝑟
1 𝑁 𝑥 80,106 𝑥 1750 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
Volume etil asetat = 𝑔𝑟
0,941 𝑥 0,98 𝑥 1000
𝑚𝑙
B-2
LEMBAR PERHITUNGAN
− ln[Ca ]Ca
Cao = k. dt
−(ln 𝐶a − ln 𝐶a0 ) = k. t
𝐶a
− ln = k. t
𝐶a0
[y = mx]
𝐶
Y = − ln 𝐶 a ; X=t ; m=k
a0
C-1
1
0.8
0.6
-ln (Ca/Ca0) y = 0.0368x
0.4 R² = 0.9289
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)
0.8 y = 0.0548x
R² = 0.9675
0.6
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)
C-2
Variabel 3 (Etil Asetat 1 N)
t (menit) V titran (-ln Ca/Ca0)
CA XY X2
(X) (ml) (Y)
0 12,5 0,5 0 0 0
4 8 0,32 0,446287103 1,785148 16
8 6,5 0,26 0,653926467 5,231412 64
12 5 0,2 0,916290732 10,99549 144
16 3,2 0,128 1,362577835 21,80125 256
20 2,6 0,104 1,570217199 31,40434 400
24 2,5 0,1 1,609437912 38,62651 576
∑ 84 40,3 1,612 6,558737248 109,8441 1456
Untuk persamaan y = mx
Σ𝑥𝑦
𝑚= = 𝑘 = 0,07544
Σ𝑥 2
2
1.5
- ln (Ca/Ca0)
1 y = 0.0754x
R² = 0.989
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)
b. Persamaan Orde 2
• CA = CB
dCa
−ra = − = k. Ca . Cb
dt
dCa
− = k. Ca 2
dt
dCa
− 2 = k. dt
Ca
Ca t
dCa
∫− = ∫ k. dt
Ca 2
Cao 0
Ca
1
[ ] = k. t
Ca Cao
1 1
− = k. t
Ca Cao
C-3
[y = mx + c]
1
Y = C ; X=t ; m=k
a
• CA ≠ CB
−dCa dCb
−ra = = = k. Ca . Cb
dt dt
dXa
−ra = −Cao = k(Cao − Cao . Xa )(Cbo − Cao . Xa )
dt
dXa Cbo
= Cao . k. dt, dimana M =
(1 − X a )(M − Xa ) Cao
Xa t
dXa
∫ = Cao . k. ∫ dt
0 (1 − Xa )(M − Xa ) 0
Xa Xa
1 dXa dXa
∫ −∫ = k. t
Cao (M − 1) 0 (1 − Xa ) 0 (M − X a )
M − Xa M − Xa
ln = Cao (M − 1). k. t atau ln = (Cao − Cbo ). k. t
M(1 − Xa ) M(1 − Xa )
M − Xa Cbo − Cao Xa
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )
M − Xa Cbo . Cao
ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo (1 − Xa )Cao
M − Xa Cbo . Cao Cb
ln = ln = ln
M(1 − Xa ) Cbo . Cao M. Ca
Cb
ln = (Cbo − Cao ). k. t + ln M
Ca
[y = mx + c]
Cb
Y = ln ; X = t ; m = (Cbo − Cao ). k
Ca
Variabel 1 (Etil Asetat 0,5 N)
t (menit) V titran
CA XA 1/CA (Y) XY X2
(X) (ml)
0 12,5 0,5 0 2 0 0
4 8 0,32 0,36 3,125 12,5 16
8 7,8 0,312 0,376 3,205128205 25,64103 64
12 7,4 0,296 0,408 3,378378378 40,54054 144
16 6,8 0,272 0,456 3,676470588 58,82353 256
20 6,1 0,244 0,512 4,098360656 81,96721 400
24 6 0,24 0,52 4,166666667 100 576
∑ 84 54,6 2,184 2,632 23,65000449 319,472 1456
Untuk persamaan y = mx + c
C-4
nΣ𝑥𝑦 − ΣxΣy
𝑚= = 𝑘 = 0,07963
nΣ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
3
1/Ca
2 y = 0.0796x + 2.4231
R² = 0.8814
1
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)
C-5
1.2
1
0.8
ln (Cb/Ca)
0.6 y = 0.0215x + 0.4631
R² = 0.9605
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)
1.5
ln (Cb/Ca)
y = 0.0487x + 0.7162
1 R² = 0.9749
0.5
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)
C-6
2. Hasil Perbandingan Nilai R2 terhadap Variabel
Variabel R2 orde 1 R2 orde 2
1 0,8055 0,8814
2 0,9240 0,9605
3 0,9690 0,9749
R2 Avg 0,8995 0,9389
Kesimpulan :
Dari tabel di atas, diperoleh nilai rata-rata untuk R2 orde 1 yaitu 0,8995 dan nilai
rata-rata untuk R2 orde 2 adalah 0,9389. Sehingga reaksi saponifikasi kali ini
berada pada pada reaksi orde 2.
C-7
(Ca0 − Ca + k3)
k4 = [ − k(Ca + k3)2 ] ∆t
∆t
t+ 2
k1 + 2k2 + 2k3 + k4
∆Ca =
6
Ca model = Ca model + ∆Ca
• Non equimolar
Akumulasi = input – output – laju konsumsi konversi
d(V. CA )
= F0 CA0 − 0 − V. k. CA CB
dt
dCA
CA . F0 + F0 . t. = F0 . CA0 − F0 . t. k. CA CB
dt
dCA
CA + t. = CA0 − t. k. CA CB …(4)
dt
(Ca0 − Ca + k3)
k4 = [ − k(Ca + k3) Cb] ∆t
∆t
t+ 2
k1 + 2k2 + 2k3 + k4
∆Ca =
6
Ca model = Ca model + ∆Ca
Variabel 1 (Etil Asetat 0,5 N) CA = CB
t V
delta
(menit) titran CA XA k K1 K2 K3 K4 delta CA
t
(X) (ml)
0 4 12.5 0.5 0 0.080 0 0 0 0 0
4 4 8 0.32 0.36 0.080 0.147 0.022 0.092 -0.010 0.061
8 4 7.8 0.312 0.376 0.080 0.063 0.025 0.047 0.006 0.035
12 4 7.4 0.296 0.408 0.080 0.040 0.021 0.031 0.009 0.026
16 4 6.8 0.272 0.456 0.080 0.033 0.020 0.028 0.012 0.023
20 4 6.1 0.244 0.512 0.080 0.032 0.022 0.028 0.014 0.024
24 4 6 0.24 0.52 0.080 0.025 0.018 0.022 0.012 0.019
C-8
0.6
0.5
0.4
0.3
CA
CA praktis
0.2 CA model
0.1
0
0 10 20 30
t (menit)
0.6
0.5
0.4
CA
0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1
0
0 10 20 30
t (menit)
C-9
Variabel 3 (Etil Asetat 1 N) CA ≠ CB
t V
delta
(menit) titran CA XA CB k K1 K2 K3 K4 delta CA
t
(X) (ml)
0 4 12.5 0.5 0 0.75 0.097 0 0 0 0 0
4 4 7.6 0.304 0.392 0.554 0.097 0.130 0.008 0.062 0.011 0.047
8 4 6.6 0.264 0.472 0.514 0.097 0.065 0.022 0.035 0.021 0.033
12 4 5.6 0.224 0.552 0.474 0.097 0.051 0.026 0.032 0.023 0.031
16 4 5.5 0.22 0.56 0.47 0.097 0.030 0.016 0.019 0.014 0.019
20 4 4.3 0.172 0.656 0.422 0.097 0.037 0.025 0.027 0.022 0.027
24 4 3.9 0.156 0.688 0.406 0.097 0.033 0.023 0.025 0.021 0.025
0.6
0.5
0.4
CA
0.3
CA praktis
0.2 CA model
0.1
0
0 10 20 30
t (menit)
C-10
REFERENSI
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA TANDA
KETERANGAN
NO TANGGAL TANGAN
1. 22/09/2022 P0 Asisten
2. 28/09/2022 P1 Asisten
3. 29/09/2022 P2 Asisten
4. 01/10/2022 P3 Asisten
5. 01/10/2022 P4 Asisten
6. 02/10/2022 P5 Asisten
7. 02/10/2022 P6 Asisten
E-1