PRAKTIK KERJA
Disusun oleh :
SALMA SOFARINAH
140210170074
UNIVERSITAS PADJADJARAN
DEPARTEMEN KIMIA
JATINANGOR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 140210170074
Menyetujui,
2
ABSTRAK
Uji repeatabilitas kadar mineral natrium pada contoh abon sapi secara
spektrofotometri serapan atom mengacu pada AOAC Official Method 985.35. Uji
yang bertujuan untuk mengukur keragaman nilai hasil pengujian terhadap sampel
yang sama dalam interval waktu yang singkat. Tujuan pengujian ini untuk
mengetahui presisi dari suatu analisis kadar mineral berdasarkan standar yang
telah ditetapkan dari suatu sampel contoh abon sapi secara spektrofotometri
serapan atom. Metode yang digunakan yaitu presisi dengan membandingkan nilai
atom. Kadar mineral Na dari contoh abon sapi yang diperoleh sebanyak
14648,5206 mg/Kg dan nilai %RSD perhitungan < 2/3 %CV Horwitz untuk
mineral Na yaitu 1,9707 < 2,5178 sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
hasil uji repeatabilitas, metode ini telah memenuhi syarat keberterimaan sehingga
dapat diaplikasikan dalam menentukan kadar mineral dari contoh abon sapi.
3
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata
1. Kedua orangtua beserta keluarga yang sangat penulis cintai, yang senantiasa
2. Ibu Ir. Siti Rohmah Siregar, M.M., selaku Kepala Balai Besar Industri Agro.
3. Ibu Titin Mahardini, S.Si., selaku Kepala Seksi Pengujian Balai Besar
Industri Agro.
4. Ibu Hafiya selaku Kepala Laboratorium Makanan Olahan Balai Besar Industri
Agro.
Padjadjaran.
4
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada semua pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran dalam
penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Laporan ini masih menyimpan
banyak kekurangan maka penulis berharap semoga laporan yang penulis susun ini
bidang kimia analisis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
Salma Sofarinah
NPM. 140210170074
5
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. 3
BAB I ...................................................................................................................... 9
PENDAHULUAN .................................................................................................. 9
BAB II ................................................................................................................... 12
BAB IV ................................................................................................................. 44
6
4.1 Tujuan ..................................................................................................... 44
BAB V................................................................................................................... 49
LAMPIRAN .......................................................................................................... 51
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
8
BAB I
PENDAHULUAN
akan keterkaitan yang besar antara dunia kampus dan dunia perusahaan
yang merupakan suatu tali rantai yang saling terkait. Pelaksanaan kuliah
dilaksanakan selama 8 semester, terdiri atas 144 SKS dan salah satunya
9
bagi kehidupan sehari-hari dan juga dapat membantu proses analisis
murni, merupakan ilmu yang sangat luas dan menjadi dasar ilmu-ilmu
laboratorium.
dunia kerja yang sebenarnya. Adapun tujuan pokok dari PKL, yaitu:
perusahaan.
10
e. Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan.
Besar Industri Agro yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No.11, Paledang,
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Verifikasi metode adalah suatu tindakan validasi metode tetapi hanya pada
seperti aplikasi, sampel uji, tujuan metode, dan peraturan lokal atau internasional.
tersebut dengan hasil yang valid. Disamping itu verifikasi juga bertujuan untuk
seperti uji akurasi (ketepatan) dan presisi (kecermatan). Dua hal ini merupakan
hal yang paling minimal harus dilakukan dalam verifikasi sebuah metode. Suatu
metode yang presisi (cermat) belum menjadi jaminan bahwa metode tersebut
dikatakan tepat (akurat). Begitu juga sebaliknya, suatu metode yang tepat (akurat)
12
belum tentu presisi.
13
dimaksudkan, dan mampu menghasilkan data yang valid. Dalam melakukan
validasi metode, parameter yang harus diuji meliputi: presisi, akurasi, batas
peranannya. Tujuan dari verifikasi metode uji sebagai jaminan mutu, evaluasi
a. Linearitas
antara kadar analit dengan respon detektor. Linearitas diukur dengan menghitung
koefisien korelasi (r) yang didapat dari kurva hubungan antara kadar analit dengan
respon detektor (Depkes, 2001). Suatu metode bersifat linear jika nilai regresinya
b. Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata- rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif
dilakukan oleh satu orang analis dalam satu periode tertentu, menggunakan
14
pereaksi dan peralatan yang sama dalam laboratorium yang sama. Kemudian
dan waktu.
15
3) Presisi antara, adalah perbedaan antar operator / analis dengan sumber
konsentrasi (Abdul dan Ibnu, 2007). Presisi dalam uji ripitabilitas diukur dengan
(SBR) dari beberapa ulangan dan dari nilai simpangan baku tersebut dapat
yang terhitung dari ulangan yang ada harus kurang 2/3 dari nilai CV Horwitz
(Harvey, 2000).
c. Akurasi
Akurasi merupakan kedekatan antara nilai hasil uji suatu metode dengan nilai
di dalam contoh uji terhadap pereaksi yang digunakan atau untuk mengetahui
16
Tiga cara yang digunakan untuk evaluasi akurasi metode uji, yaitu (Krisnandi dan
Zaenal, 2016) ;
17
2) Uji Relatif terhadap akurasi metode baku
yang sama menggunakan metode uji yang sedang dievaluasi dan metode uji
2.2 Mineral
menjadi dua golongan yaitu golongan yang essensial dan golongan yang tidak
essensial. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, mineral dapat pula
dibagi atas mineral makro (mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih
dari 100mg sehari), dan mineral mikro (mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
2.2.1 Natrium
• Pengertian
18
• Sumber
Sumber lainnya seperti susu, daging, telur, ikan, mentega dan makanan
laut lainnya.
• Fungsi
19
• Absorpsi dan Metabolisme
oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah
gelombang tertentu oleh atom logamdalam keadaan bebas (Skoog et al., 2000).
Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur.
Teknik-teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen
kunci pada metode SSA adalah sistem alat yang dipakai untuk menghasilkan uap
atom dalam sampel. Alat untuk melakukan analisis dengan metode ini disebut
menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya
yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung
20
unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada
Jika radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu atom, maka akan terjadi
eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka setiap panjang
gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang
lebih tinggi. Besarnya energi dari tiap panjang gelombang dapat dihitung dengan
21
Keterangan:
E = Energi (Joule)
sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur
yang dianalisis.
Diantara beberapa atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi
kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground
state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan
dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini
panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasiuap atom dalam nyala.”
Kedua variabel diatas sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat
A = ε . b . c atau A = a . b . c
Keterangan :
A = Absorbansi
22
a = Absorptivitas (mg/L)
c = Konsentrasi (mg/L)
adalah suatu konstanta dan nilainya spesifik untuk jenis zat dan panjang
gelombang tertentu, sedangkan tebal media (sel) dalam prakteknya tetap. Dengan
23
dari konsentrasi, sehingga dengan mengukur absorbansi suatu unsur,
larutan standar.
berikut :
• Sumber Cahaya
Cara analisis yang berdasarkan absorpi atom sangat selektif karena garis
spectrum absorpsi atom sangat sempit (0,002 - 0,005 nm) dan energi transisi atom
suatu unsur sangat khas. Hal ini disebabkan tidak adanya konfigurasi elektron
Pada SSA sumber cahaya tunggal yang digunakan berasal dari lampu
24
memancarkan spektrum emisi atom dari elemen tertentu, misalnya lampu katode
Lampu katoda terbuat dari gelas yang didalamnya terdapat katoda (suatu
logam berbentuk tabung mengandung unsur kimia yang akan dieksitasi) dan
sebuah anoda yang terbuat dari kobalt. Lampu diisi oleh gas argon atau neon pada
Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan
(Khopkar, 2005).
Bila lampu dihubungkan dengan listrik tegangan tinggi ±600 volt, maka
mula-mula katoda (-) memancarkan berkas elektron yang akan menuju anoda
menumbuk atom gas inert (Ne atau Ar) yang mengakibatkan atom tersebut
kehilangan elektronnya (terjadi ion gas). Ion positif gas akan menumbuk katoda
25
Akibat tumbukan tersebut atom-atom dari katoda akan terlempar keluar
energi tumbukan dengan ion positif gas mulia) dan memancarkan sinar emisi yang
26
Dengan demikian tinggal memilih unsur pada katoda agar sama dengan
unsur yang dianalisis. Katoda biasanya dikelilingi dengan perisai dari mika, bahan
silikat atau gelas. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin pemakaian yang baik dari
sinar katoda.
mengelilingi mulut katoda atau seperti bendera atau lempeng dekat mulut katoda
atau ada juga berbentuk kawat atau batang yang diletakkan pada posisi yang
serasi.
agar dapat mentransmisikan garis-garis spektrum dari sinar katoda. Tiga bahan
yang biasa digunakan adalah kuarsa, pyrex dan suprasil yang dapat
selama minimal 5 menit agar lebih stabil dan teliti dalam proses analisis.
Lampu katoda ini dapat bertahan kurang lebih 5000 mA/jam atau kurang
lebih 2 tahun bila dioperasikan pada kuat arus 5 mA. Selain lampu monoelemen,
Lampu multielemen ini terdiri dari beberapa unsur pada satu lampu.
a) Tidak menggunakan arus melebihi dari batas maksimum yang telah ditetapkan;
27
• Sumber Atomisasi
Sumber atomisasi dibagi menjadi tiga yaitu sistem nyala, sistem tanpa
28
sumber atomisasi yang digunakan pada instrumen adalah nyala dan sampel
pengatoman dengan nyala api atau Flame AAS (F-AAS) sebagai alat atomisasi
merupakan model yang paling banyak dipakai. Dalam Flame AAS (F-AAS) ada
beberapa jenis nyala, dan tiap-tiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan
• Udara – Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800°C) dibandingkan jenis nyala lainnya.
Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen yang akan
• Udara – Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala ini
semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga dapat analisa
menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio jumlah bahan bakar
terhadapgas pengoksidasi.
Jenis nyala ini paling panas (3000°C), dan sangat baik digunakan untuk
29
30
• Sistem Optik
Komponen optik yang ada pada SSA dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu
a. Monokromator
dijatuhkan ke detektor.
Pemilihan lebar slit sangat penting, bila slit semakin sempit cahaya akan semakin
sehingga diperlukan penguatan yang makin besar dan akan mempebesar noise.
Sebaliknya bila makin lebar, jumlah cahaya yang jatuh pada detektor akan
berdekatan dengan λ analat yang sedang ditetapkan akan terjadi gangguan. Lebar
slit yang tepat untuk sebuah metode analisis dapat dilihat pada manual book atau
cookbook. Monokromator yang lebih baik adalah tipe gabungan gratting dan
b. Lensa
Cathode Lamp, mula-mula pada daerah atomisasi (nyala, grafit, tabung kuarsa)
31
lalu pada slit, kemudian monokromator dan detektor. Pada SSA slit yang dipakai
• Detektor
listrik. Detektor yang banyak digunakan pada SSA adalah Photo Multiplier Tube
(PMT). Permukaan katoda jenis ini sama susunannya seperti permukaan photo
tube,
32
elektron-elektron akan dibebaskan dari permukan katoda bila permukaan tersebut
• Sistem Pembacaan
pembacaan yang pada awalnya berupa sistem analog sudah berubah menjadi
sistem digital, arus listrik langsung diubah sebagai nilai pembacaan dalam skala
%T atau Absorbansi.
terbaru selalu dilengkapi dengan sistem komputer yang disertai perangkat lunak
untuk mengatur alat, menampilkan data hasil pengamatan, hingga membuat kurva
dan menghitung kadar contoh atau perhitungan yang lain (Zaenal dan Krisnandi,
2016).
pada hasil analisis. Gangguan menyebabkan perbedaan kelakuan pada sampel dan
larutan kalibrasi. Gangguan dapat dibagi menjadi tiga yaitu, gangguan spektral,
33
1. Ganguan kimia
kimia dengan anion atau kation tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga
tidak semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2)
penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau anion pengganggu
dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan disebut zat
2. Gangguan Matriks
asam, atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar,
atau bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini
analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat
3. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga
mampu melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion positif.
Pembentukanion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan
penambahan larutan unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih
elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. penambahan
34
ini dapat mencapai 100- 2000 ppm.
35
4. Spektral Latar Belakang (Back Ground)
yang terevaporasi menyebabkan absorpsi molekul pada garis spektrum yang lebar
sehingga mengganggu absorpsi dari atom analit. Biasanya gangguan ini terjadi
pada sampel dengan matriks alkali-halida yang tinggi, karena itu konsentrasi
Emisi sinar dari atomizer yang panas juga dapat mencapai detector
menyebabkan distorsi dari sinyal background. Hal ini perlu untuk diperhatikan
khususnya bila ingin melakukan pengukuran pada daerah sinar tampak atau pada
saat menggunakan sumber sinar dengan intensitas yang rendah. Secara umum
36
BAB III
3.1.1. Sejarah
tropis terutama yang ada di Kebun Raya serta arti ekonomi dari tanaman-
tanaman tersebut.
37
Tugas pengujian berkembang dengan pesat dengan mengikuti kemajuan
Maka dalam tahun 1909 nama Laboratorium diganti menjadi Bureau voor
Indie tanggal 29 Januari 1909 dan tercatat dalam Javasche Couran sebagai
Besluit van Directuur voor Landbouw No. 3952 Tanggal 27 Mei 1909.
penelitian, dan dengan perbaikan serta penambahan fasilitas, tempat dan peralatan
barang ekspor, impor dan perdagangan dalam negeri, serta dalam penelitian-
penelitian agrokimia yang merintis pertumbuhan agro industri dalam negeri maka
terjadi penggantian nama Laboratorium, yaitu dalam tahun 1911 menjadi Handels
1. Laboratorium Analitika
38
3. Laboratorium Kimia Pertanian
4. Laboratorium Harsa
pengujian yaitu pengujian hasil-hasil pertanian dalam arti yang luas untuk
negeri. Penelitian phytokimia dan minyak atsiri sudah dirintis sejak didirikannya
Laboratorium ini sebagai penguji kulit kina oleh pabrik kina Bandung, sistem
Kemakmuran Republik Indonesia dan ikut hijrah ke Klaten, Solo dan Yogyakarta,
Pada waktu kantor di bogor dikuasai Belanda. Pada tahun 1950, pemerintah R.I.
39
Perekonomian, Tahun 1957 Balai dimasukan ke dalam Kementrian Perindustrian
Pertanian berubah menjadi Balai Besar Industri Agro (BBIA) sampai saat ini
• Tugas Pokok
• Fungsi :
industri;
teknologi informasi;
40
3. Pelaksanaan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu,
dan produk industri agro, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan;
BBIA
3.1.3. Ketenagakerjaan
41
Susunan Organisasi
& Pelaporan
4. Kepala Bidang Sarana Riset dan : Krisna Septiningrum, S.Si, M.Si, PhD
Standardisasi (SRS)
Kepala Seksi Sarana Riset Industri : Ning Ima Arie Wardayanie, STP,
Pangan M.Pharm.Sc
Non Pangan
(PESKAL)
42
Kepala Seksi Pengujian : Titin Mahardini, S.Si
(PKAT)
Inkubasi
Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro dibentuk melalui
Pengangkatan Dewan Pengawas Badan Layanan Umum Balai Besar Industri Agro
43
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1 Tujuan
kadar mineral dalam contoh abon sapi sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan.
4.2 Prinsip
kering dengan tanur. Abu yang tersisa dilarutkan dengan larutan asam dan analit
4.3.1 Alat
b. Bulb
c. Batang Pengaduk
d. Cawan platina
f. Desikator
i. Labu ukur 25 mL
j. Labu ukur 50 mL
44
k. Labu ukur 100 mL
m. Mikropipet 1-5 mL
o. Pipet tetes
p. Pipet volume 5 mL
q. Spatula
r. Gegep/stang
s. Oven
t. Tanur
4.3.2 Bahan
a. Abon sapi
4.4 Prosedur
45
4. Himpitkan dengan air destilasi sampai tanda tera dan homogenkan.
destilasi secukupnya;
analitik terkalibrasi;
46
7. Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dipastikan abu sudah larut
sempurna;
100 mL;
4.5 Pembahasan
dari minimal tujuh kali pengujian contoh yang dibandingkan dengan nilai
47
Hasil Analisa
Konsentrasi Na V. Akhir
Pengulangan Bobot Contoh (g) Contoh Tanpa
(µg/L) (mL)
Spike (mg/Kg)
1 2.7692 0,4145 100000 14968,2219
2 2.0355 0,2895 100000 14222,5497
3 2.0052 0,3009 100000 15005,9844
4 2.0517 0,3038 100000 14807,2330
5 2.1975 0,3177 100000 14457,3379
6 2.2590 0,3293 100000 14577,2466
7 2.3350 0,3386 100000 14501,0707
Jumlah 102539,6442
Rata-rata 14648,5206
SB 288,6758
%SBR Perhitungan SB/Rata rata x 100%
%SBR Perhitungan 1,9707
% SBR Horwitz 2(1-0.5 log C)
% SBR Horwitz 3,7766
2/3 %CV Horwitz 2,5178
dimana %SBR < 2/3 %CV Horwitz. Hasil perhitungan nilai %SBR yang didapat
untuk verifikasi metode uji presisi pada unsur Na berturut-turut adalah sebesar
1,9707% yang lebih kecil dari nilai 2/3 %CV Horwitznya yaitu 2,5178%.
repeatabilitas yang memenuhi syarat, yaitu %SBR < 2/3 %CV Horwitz.
Konsentrasi yang bervariasi ini terjadi karena adanya kesalahan acak yang
disebabkan oleh perubahan yang tidak terkendali saat analisis, seperti suhu,
48
BAB V
5.1 Kesimpulan
dimana nilai %SBR Perhitungan < 2/3 % SBR Horwitz untuk mineral Na
577,3516 mg/Kg.
5.2 Saran
1. Larutan LaCl3 dan CsCl stabil selama 6 bulan, maka jika larutan sudah
49
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN
51