Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK ISOLASI DAN KULTUR MIKROALGA


Trachelomonas sp. DI LABORATORIUM PENGOLAHAN
LIMBAH FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU

OLEH

NURUL SUPIYANA DAMANIK

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
ii

LAPORAN PRAKTEK MAGANG

TEKNIK ISOLASI DAN KULTUR MIKROALGA


Trachelomonas sp. DI LABORATORIUM PENGOLAHAN
LIMBAH FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

OLEH

NURUL SUPIYANA DAMANIK


1804111275

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK MAGANG

Judul : Teknik Isolasi dan Kultur Mikroalga


Trachelomonas sp. di Laboratorium
Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Riau
Nama : Nurul Supiyana Damanik
Nomor Mahasiswa : 1804111275
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh:

Ketua Pembimbing

Dr.Muhammad Fauzi,S.Pi,M.Si Budijono, S.Pi., M.Sc


NIP.196804111994031002 NIP.197006121997021003
iv

RINGKASAN

NURUL SUPIYANA DAMANIK (1804111275). TEKNIK ISOLASI


DAN KULTUR MIKROALGA Trachelomonas sp. DI LABORATORIUM
PENGOLAHAN LIMBAH FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU (Dibawah bimbingan Bapak Budijono, S.Pi., M.Sc)

Praktek magang dilaksanakan pada tanggal 1 Februari sampai 1 Maret 2021

di Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Riau. Tujuan praktek magang ini adalah meningkatkan keterampilan tentang

teknik isolasi dan kultur mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium dan

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Trachelomonas sp..

Dalam praktek magang ini metode yang digunakan adalah metode mentorial,

observasi ataupun praktek langsung, dan studi literatur.

Berdasarkan hasil praktek magang yang telah dilaksanakan, untuk isolasi

dan kultur Trachelomonas sp. skala laboratorium dilakukan dengan beberapa

langkah, yaitu pembuatan rak kultur, strelisasi alat, isolasi mikroalga, pengisian

media kultur, pemupukan, penebaran bibit, masa pemeliharaan, pengamatan dan

perhitungan kepadatan pertumbuhan Trachelomonas sp. serta mengukur kualitas

air seperti suhu dan pH.

Isolasi mikroalga Trachelomonas sp. di Laboratorium Pengolahan Limbah

dilakukan menggunakan metode pengenceran bertingkat. Pada hasil pengamatan

perhitungan kepadatan dan pengukuran kualitas air pada kultur Trachelomonas sp.

dilakukan selama 9 hari menggunakan 3 pupuk yaitu walne, NPK + EDTA dan

Dahril Solution dengan 3 perlakuan pada media toples plastik dengan volume 1 L

menunjukkan kepadatan Trachelomonas sp. mengalami puncak pada hari ke-7


ii

ii

dan pada hari ke-8 terjadi penurunan kepadatan mikroalga pada penggunaan

pupuk walne dan Dahril Solution, sedangkan untuk penggunaan pupuk NPK +

EDTA mengalami puncak kepadatan Trachelomonas sp. pada hari ke-8 dan pada

hari ke-9 mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi kualitas air pada

kultur Trachelomonas sp. kisaran suhu 25oC dan pH 7.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan praktek magang dengan judul “Teknik Isolasi dan Kultur Mikroalga

Trachelomonas sp. di Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Riau” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu, kedua orang tua, Ayah Supiyan Damanik dan Ibu

Ratna Wati yang selalu mendoakan serta membantu dalam bentuk moral dan

materil. Bapak Budijono, S.Pi., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang bersedia

memberi arahan dan masukan serta menjadi pembimbing lapangan. Bang Boy

yang telah banyak membantu selama melakukan praktek magang serta telah

bersedia direpotkan. Seluruh teman magang yaitu Rahmada Anisa, M Iqbal Al

Faridzi, Afriana dan Neksi Fernanda serta semua pihak yang telah bersedia

membantu dalam penyusunan laporan praktek magang ini hingga selesai.

Pada laporan praktek magang ini, penulis berusaha mengkaji tentang

isolasi dan kultur tentang mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium.

Namun, penulis sadar masih banyak kekurangan. Atas perhatiannya, diucapkan

terimakasih.

Pekanbaru, April 2021

NURUL SUPIYANA DAMANIK


iv

DAFTAR ISI

Isi Halaman
RINGKASAN........................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................ iv

DAFTAR TABEL.................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ viii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktek Magang....................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Mikroalga................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Trachelomonas sp........................... 4
2.3 Habitat Trachelomonas sp......................................................... 5
2.4 Reproduksi dan Fase Pertumbuhan Trachelomonas sp............. 6
2.5 Parameter pertumbuhan Trachelomonas sp............................... 8
2.5.1 Derajat keasaman (pH).................................................... 8
2.5.2 Salinitas........................................................................... 8
2.5.3 Suhu................................................................................. 9
2.5.4 Cahaya............................................................................. 9
2.5.5 Nutrien............................................................................. 10
2.6 Manfaat Trachelomonas sp....................................................... 10
2.6.1 Penunjang Budidaya Perikanan....................................... 10
2.6.2 Biosorben Logam Berat................................................... 11
2.6.3 Menyerap Emisi Karbondioksida.................................... 12
2.6.4 Bahan Bakar Nabati......................................................... 12
2.7 Isolasi Mikroalga...................................................................... 13
2.8 Kultur Skala Laboratorium....................................................... 13

III. METODE PRAKTEK MAGANG


3.1 Waktu dan Tempat..................................................................... 15
3.2 Metode Praktek.......................................................................... 15
3.3 Pengumpulan Data .................................................................... 16
vv

3.3.1 Data Primer.................................................................... 16


3.3.2 Data Sekunder................................................................ 16
3.4 Analisis Data.............................................................................. 16
3.5 Jadwal Kegiatan Praktek Magang............................................. 17

IV. HASIL PRAKTEK MAGANG


4.1 Keadaan Umum Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau................................. 18
4.1.1 Sejarah Laboratorium Pengolahan Limbah...................... 18
4.1.2 Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengolahan Limbah..... 19
4.1.3 Visi dan Misi Laboratorium Pengolahan Limbah............ 19
4.1.4 Tujuan dan Sasaran Lab. Pengolahan Limbah............... 20
4.1.5 Sruktur Organisasi Laboratorium Pengolahan Limbah.... 21
4.1.6 Sarana dan Prasarana Lab. Pengolahan Limbah.............. 22
4.1.7 Sumberdaya Manusia Lab. Pengolahan Limbah............. 24
4.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktek Magang.................................... 26
4.3 Alat dan Bahan.......................................................................... 27
4.4 Teknik Isolasi dan Kultur Mikroalga Trachelomonas sp.......... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan............................................................................... 42
5.2 Saran.......................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang......................................................... 17


2. Jumlah Pegawai Laboratorium Pengolahan Limbah............................. 25
3. Kegiatan yang Dilakukan selama Praktek Magang............................... 26
4. Alat yang Digunakan dalam Kultur Trachelomonas sp........................ 27
5. Bahan yang Digunakan dalam Kultur Trachelomonas sp.................... 28
6. Data Pengukuran Kualitas Air Kultur Trachelomonas sp.................... 36
7. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Walne...... 38
8. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk
NPK + EDTA....................................................................................... 39
9. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Dahril
Solution.................................................................................................. 40
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Trachelomonas sp................................................................................ 5
2. Fase – Fase Pertumbuhan Trachelomonas sp...................................... 7
3. Struktur Organisasi Laboratorium Pengolahan Limbah...................... 22
4. Prosedur Kerja Isolasi dan Kultur Trachelomonas sp......................... 29
5. Pembuatan Rak Kultur......................................................................... 30
6. Strelisasi Alat dengan Aquades........................................................... 31
7. Isolasi Mikroalga................................................................................. 32
8. Pemberian Pupuk Mikroalga............................................................... 34
9. Pengukuran Kualitas Air...................................................................... 36
10. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp......................................... 38
11. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Walne.......................... 38
12. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk NPK + EDTA............. 39
13. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Dahril Solution........... 40
viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Praktek Magang................................................................ 47


2. Sarana dan Prasarana............................................................................ 48
3. Alat dan Bahan Yang Digunakan......................................................... 49
4. Foto Hasil Pengamatan Trachelomonas sp........................................... 52
5. Foto di Tempat Praktek Magang........................................................... 53
6. Sertifikat Magang.................................................................................. 54
I.
1

II. PENDAHULUAN

II.1 Latar Belakang

Mikroalga secara umum dikenal sebagai organisme mikroskopis uniseluler

yang hidup dari nutrien anorganik dan produksi zat organik yang berasal dari

proses fotosintesis. Diperkirakan bahwa 40% fotosintesis secara global dilakukan

oleh mikroalga (Aung et al., 2013). Mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai

penyerap beberapa senyawa yang bersifat racun bagi larva, mengendalikan

kandungan CO2 sehingga dapat meningkatkan oksigen terlarut, penyangga kualitas

dalam bak larva, dan pemasok enzim pencernaan bagi pemangsanya. Oleh sebab

itu, mikroalga sangat baik untuk pakan alami. Adapun salah satu mikroalga untuk

pakan alami yang paling efisien adalah Trachelomonas sp.

Trachelomonas sp. merupakan mikroalga yang dapat dimanfaatkan sebagai

pakan alami karena memiliki kandungan protein yang tinggi, mampu mengurangi

konsentrasi gas rumah kaca, sehingga memberikan solusi untuk global warming

(Harun et al., 2010). Selain itu, Trachelomonas sp. memiliki kemampuan

mengabsorbsi yang cukup tinggi karena terdapat gugus fungsi amina, amida dan

karboksilat yang dapat berikatan dengan ion logam. Trachelomonas sp. sangat

dibutuhkan sebagai pakan alami bagi budidaya perikanan, sehingga perlu

dilakukan kultur mikroalga Trachelomonas sp. secara tepat.

Isolasi dan kultur Trachelomonas sp. juga penting bagi mahasiswa di

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Sebagai mahasiswa jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan menerapkan teori yang dipelajari pada

perkuliahan melalui pengembangan potensi berupa isolasi dan kultur mikroalga


2

Trachelomonas sp. belum pernah dilaksanakan di perkuliahan disebabkan

mewabahnya virus corona (COVID-19). Oleh sebab itu, untuk menambah

pengetahuan yang belum pernah didapatkan sebelumnya, maka magang tentang

teknik isolasi dan kultur mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium

dilakukan di lokasi kampus yang didukung dengan fasilitas yang memadai

sehingga bisa diterapkan pada penelitian ataupun kepentingan yang lainnya

melalui kegiatan praktek magang ini.

1.2. Tujuan dan Manfaat Praktek Magang

Tujuan dilaksanakannya praktek magang adalah untuk meningkatkan

pengetahuan, pengalaman dan keterampilan mahasiswa baik soft skill, yaitu

keterampilan dalam berhubungan sosial (berkomunikasi, berkerjasama, berbicara

di depan umum) dan meningkatkan kemampuan hard skill yaitu penguasaan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan teknik

isolasi dan kultur mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium di

Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Riau.

Adapun manfaat dari praktek magang adalah memberi informasi,

menambah wawasan, meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan disiplin

penulis untuk siap terjun ke dunia kerja terutama di lapangan. Ilmu tersebut

dimaksudkan untuk dapat mendukung kegiatan mahasiswa selanjutnya baik dalam

mengerjakan tugas akhir maupun di dunia kerja. Memberikan informasi kepada

pembaca berupa data agar dapat menerapkan isolasi dan kultur mikroalga

Trachelomonas sp. sehingga dapat memudahkan dalam pengkulturan pakan alami

ini.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Mikroalga

Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik yang berukuran mikroskopik

dan bersifat fotoautotrof karena dapat melakukan fotosintesis dan membuat

makanan sendiri. Habitatnya di tempat yang lembab, air tawar dan air laut.

Mikroalga mempunyai karakteristik yaitu tidak mempunyai akar, batang dan

daun. Mikroalga merupakan penyumbang oksigen bagi organisme di perairan,

selain itu mikroalga juga berperan sebagai rantai makanan terbawah, yaitu sumber

makanan bagi ikan-ikan kecil di suatu perairan (Putri, 2018).

Ukuran mikroalga relatif sangat kecil dengan diameter 0,1 – 200 µm.

Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler dan hidup secara berkoloni atau

individual (Soeprobowati dan Hariyati, 2016). Mikroalga dapat tumbuh dan

berkembang pada kisaran suhu 20-30ºC dengan derajat keasaman (pH) berkisar

6,5 – 9,5 (Harmoko et al., 2017).

Keragaman mikroalga di dunia diperkirakan berada dalam kisaran jutaan

species, sebagian besar belum dikenali dan belum bisa dikultivasi (dibiakkan

sendiri). Diperkirakan 200.000-800.000 spesies hidup di alam, 35000 spesies

dapat dikenali, dan 15.000 komponen kimia penyusun biomasnya telah diketahui

(Hadiyanto et al., 2012). Suatu komunitas dikatakan tinggi apabila memiliki

keanekaragaman terhadap kelimpahan yang sama atau hampir sama dengan

spesies penyusunnya. Sehingga kelimpahan mikroalga dapat dijadikan sebagai

bioindikator dalam menentukan kualitas yang ada dalam suatu perairan (Hakiki,

2016).
4

Mikroalga merupakan kelompok fitoplankton atau plankton jenis nabati.

Oleh karenanya, mikroalga lazim disebut sebagai fitoplankton. Fitoplankton

memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam menghasilkan bahan

organik dan oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan

di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik yang masih

kecil maupun yang dewasa. Selain itu, fitoplankton juga menjadi nutrisi bagi

larva ikan dan vertebrata mikroba dan organisme yang lebih besar seperti udang,

kepiting, kerang, ikan dan burung (Widyastuti et al., 2014).

Pola pertumbuhan fitoplankton pada umumnya melalui 4 fase, yaitu fase

lag, logaritmik, stasioner dan deklinasi. Fase Lag dimulai setelah penambahan

inokulen kedalam media kultur sampai beberapa waktu. Pada fase ini mikroalga

masih mengalami proses adapatsi sehingga belum terjadi proses pembelahan sel.

Fase logaritmik (eksponensial) dimulai dengan pembelahan sel dengan laju

pertumbuhan yang meningkat secara intensif. Bila kondisi kultivasi optimum

maka laju pertumbuhan pada fase ini mencapai nilai maksimum. Fase deklinasi

ditandai dengan pembelahan sel tetap terjadi, namun tidak selaju pada fase

sebelumnya sehingga laju pertumbuhannya pun menjadi menurun. Fase stationer

ditandai dengan laju reproduksi dan laju kematian relatif sama sehingga

peningkatan jumlah sel tidak lagi terjadi atau tetap sama dengan sebelumnya

(Wahyuni, 2017).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Traceholomonas sp.

Menurut Ehrenberg (1833) dalam Grabowksa (2013) menyatakan bahwa

klasifikasi Trachelomonas sp. yaitu kingdom Excavata, divisi Euglenozoa, kelas

Euglenoidea, ordo Euglenales, famili Euglenaceae, genus Trachelomonas, dan


5

spesies Trachelomonas sp. Menurut Sulastri (2015), Trachelomonas sp. memiliki

dinding sel tebal bentuk tubuh seperti bola dan mengandung protoplasma.

Menurut Sucipto et al. (2013) menyatakan bahwa plankton jenis Trachelomonas

sp. dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan lingkungan perairan

akibat pencemaran.

Gambar 1. Trachelomonas sp. (Sumber: Sulastri, 2010)

Trachelomonas dapat berbentuk bulat, elips, dan silindris. Setiap sel

terbungkus dalam lorica, selubung mineral dan lendir yang kaku, bulat, seperti

cangkang. Lorika mungkin berwarna orange, cokelat atau hitam tergantung pada

komposisi mineralnya, yang mencakup senyawa besi dan mangan. Di dalam

lorika, setiap sel Trachelomonas sp. berwarna hijau cerah dengan kloroplas

berbentuk diskoid atau perisai yang terkadang mengandung pirenoid. Pada

beberapa jenis, lorica mengecil di bagian anterior dan berbentuk seperti leher

serta ujungnya berlubang. Trachelomonas sp. memiliki ukuran panjang 14-60 µm

dan -35 µm (Guiry, 2012).

2.3 Habitat Trachelomonas sp.

Trachelomonas sp. berasal dari genus kosmopolitan yang umum ditemukan

di air tawar yang asam hingga netral pH (4,5-7), sering kali dihabitat yang kaya
6

besi dan mangan, serta kolam yang kaya akan bahan organik seperti gambut.

Trachelomonas sp. juga terdapat di perairan danau dangkal meso-eutrofik dengan

suhu 21,96-29,07o C, kondutivitas 46-226,06 µs/CM, pH 6,41-7,67 dan alkalinitas

17,78-226,06 mgCaC3/L (Sulastri, 2012). Trachelomonas sp. dapat hidup pada

suhu 25oC - 30oC tetapi masih dapat bertahan hidup pada suhu 35 oC. Selain itu,

derajat keasaman (pH) perairan yang cocok untuk pertumbuhan organisme air

berisar antara 6-9 dan intensitas cahaya yang 100-10.000 lux (Syam, 2002 dalam

Hidayat et al., 2013).

2.4 Reproduksi dan Fase Pertumbuhan Trachelomonas sp.

Trachelomonas sp. bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri

secara longitudinal dan terjadi melalui mitosis diikuti oleh sitokinesis. Selama

masa aseksual, nukleus membelah menghasilkan dua sel anak yang salah satunya

keluar melalui lubang di lorika. Se baru ini kemudian menisntesis lorika barunya

sendiri. Pembentukan lorika setelah melakukan aseksual pertama kali terjadi

melalui kulit luar dan kemudian lapisan fibrillar terbentuk antara permukaan sel

dan kulit (Grabowksa, 2013).

Menurut Barsanti (2006) dalam Sari (2012), penggandaan sel fitoplankton

terjadi sangat cepat dikarenakan sumber nutrient yang mencukupi. n

2.5 Parameter Pertumbuhan Mikroalga

Pertumbuhan Trachelomonas sp. sangat erat kaitannya dengan ketersediaan

unsur hara dan kondisi lingkungan media kulturnya. Faktor-faktor lingkungan

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton sebagai berikut.

2.5.1 pH (Derajat Keasaman)


7

Proses fotosintesis mengambil karbondioksida terlarut dari dalam air, yang

berakibat penurunan kandungan CO2 terlarut di air. Penurunan ini akan

meningkatkan pH berkaitan dengan kesetimbangan CO2 terlarut, bikarbonat

(HCO3-) dan ion karbonat (CO32-) dalam air. Oleh karena itu, laju fotosintesis akan

terbatas oleh penurunan karbondioksida (Krisanti dalam Pratama, 2018).

Aktifitas pH yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan akan

menyebabkan pH menjadi autoinhibitor untuk pertumbuhan sel mikroalga (Putri,

2019). Derajat keasaman (pH) yang optimal bagi pertumbuhan Trachelomonas sp.

yaitu berkisar 6—8 (Juráň, 2016). Trachelomonas sp. umumnya tidak ditemukan

pada perairan dengan pH kurang dari 4 (Susanto et al., 2017).

2.5.2 Salinitas

Salinitas merupakan jumlah garam dalam gram air laut (setelah seluruh

bromide telah diganti khlorine, seluruh karbonat telah diubah ke oksida dan

seluruh materi organik telah diuraikan). Di indonesia penyebaran salinitas

dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu pergantian musim dan aliran air tawar dari sungai

(Brahmana, 2001 dalam Zumaritha, 2011). Salinitas biasanya dinyatakan dalam

bagian per simbol 1000 (simbol: o/oo). Menurut KEPMEN LH (2004) Salinitas

optimal untuk pertumbuhan Trachelomonas sp. dengan kisaran antara 30-34 ppt.

2.5.3 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh

terhadap kehidupan dan laju pertumbuhan fitoplankton. Suhu optimal pada

mikroalga antara 23-25oC, tergantung pada komposisi medium kultur, spesies dan

tempat budidaya (Sari dan Manan, 2012). Suhu lebih rendah dari 16 o akan
8

memperlambat pertumbuhan, sedangkan yang lebih tinggi dari 35oC akan

mematikan bagi sejumlah spesies (Rusyani, 2012).

Suhu perairan yang optimal bagi pertumbuhan Trachelomonas sp. adalah

25oC - 35oC (Nofdianto, 2009). Laju proses metabolisme akan meningkat seiring

dengan kenaikan suhu. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum proses

fotosintesis. Sedangkan pengaruh suhu secara tidak langsung adalah merubah

struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi distribusi

fitoplankton (Ayuwandira, 2016).

2.5.4 Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Cahaya

matahari yang diperlukan oleh mikroalga dapat digantikan dengan lampu TL atau

tungsten. Seperti halnya semua tanaman, mikroalga juga melakukan proses

fotosintesis, yaitu mengasimilasi karbon anorganik untuk dikonversi menjadi

materi organik. Bersama dengan cahaya yang merupakan sumber energi sangat

berperan dalam proses fotosintesis pada alga. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi

akan menyebabkan kepadatan sel mikroalga menjadi rendah. Perbedaan

jumlah energi yang diterima oleh mikroalga akan menyebabkan terjadinya

perubahan pada salinitas dan suhu sehingga akan menjadi kendala dalam

proses pertumbuhan fitoplankton (Febriani et al., 2020).

2.5.5 Nutrien

Menurut Barus (2004) dalam Siregar (2009), nutrien merupakan bentuk

nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh organisme fitoplankton, alga yang digunakan

untuk pertumbuhan dan perkembangan sel. Sehingga dari kandungan nutrien

tersebut akan dimanfaatkan secara optimal untuk diserap oleh fitoplankton sebagai
9

bahan makanan. Nutrien berperan penting dalam pengaturan produksi, biomassa,

dan keragaman spesies. Konsentrasi mikroalga yang terlalu rendah dan tinggi

akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembelahan sel mikroalga (Regista et al.,

2017).

Kawaroe et al., 2012 menyatakan bahwa unsur hara dibutuhkan mikroalga

terdiri dari mikro nutrien dan makro nutrien. Unsur hara makro nutrien

didefinisikan sebagai unsur hara yang digunakan untuk pertumbuhan dan

perbanyakan sel. Makro nutrien terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen

(N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), dan kalsium (C).

Sedangkan mikro nutrien yang dibutuhkan antara lain besi (Fe), tembaga (Cu),

mangan (Mn), zink (Zn), molibdenum (Mo), borat (Bo), dan silikon (Si). Nutrien

yang diberikan kepada mikroalga tergantung jenis mikroalga dan kebutuhannya.

Keterbatasan nutrien dapat menghambat dinamika pertumbuhan dan penurunan

biomassa mikroalga.

2.6 Manfaat Trachelomonas sp.

2.6.1 Penunjang Budidaya Perikanan

Pemilihan pakan alami untuk larva atau benih ikan perlu memperhatikan

ukuran yang seuai dengan bukaan mulut larva dan benih ikan, gerakannya dapat

merangsang ikan untuk memangsanya, mudah dibudidayakan, nilai nutrisinya

tinggi, dapat berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediannya dapat

terjamin serta biaya pembudidayaanya relatif murah. Trachelomonas sp. adalah

salah satu rotifer yang mempunyai kandungan EPA (Eiscosapentaenoic acid) dan

DHA (Docosahexaenoic) merupakan asam lemak esensial yang ditemukan pada

ikan dan memiliki peran penting sebagai Omega 3. Pada pemeliharaan larva tanpa
10

Trachelomonas sp. rotifer tidak mempunyai pakan sehingga nilai nutrisinya

menurun, dibandingkan dengan rotifer yang cukup pakan (Okauchi, 2004 dalam

Ismi et al., 2012).

2.6.2 Biosorben Logam Berat

Pemanfaatan sistem absorpsi untuk pengambilan logam-logam berat dari

perairan telah banyak dilakukan. Beberapa spesies alga telah ditemukan

mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengadsorpsi ion-ion logam,

baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati hingga mampu

melakukan pengikatan dengan ion logam. Dalam pengelolaan limbah industri

yang mengandung logam berat pemanfaatan alga baik dalam bentuk biomassa

bebas maupun yang terimmobilisasi sebagai biosorben tidak diragukan lagi,

karena metode ini sangat efisien, biaya relatif murah, hasil sampingan tidak

berbahaya, biosorben dapat diregenerasi dan ion logam yang teradsorpsi dapat

dipulihkan kembali (Putra, 2007 dalam Nisak et al., 2013).

Trachelomonas sp. memiliki kemampuan adsorpsi yang cukup tinggi

karena di dalamnya terdapat gugus fungsi amina, amida, dan karboksilat yang

dapat berikatan dengan ion logam (Wisnu, 2006 dalam Nisak et al., 2013).

Trachelomonas sp. digunakan sebagai biosorben karena memiliki toleransi yang

tinggi terhadap logam berat dan tidak memiliki proteksi khusus untuk masuknya

logam berat ke dalam sel. Kosentrasi awal logam yang rendah mampu

meningkatkan kinerja interaksi antara ion logam dengan situs pengikat sehingga

efisiensi penyerapan menjadi optimal. Peningkatan konsentrasi awal logam

dengan konsentrasi biomassa yang telah ditentukan dapat mengakibatkan efisiensi

biosorpsi meningkat (Najiah, 2016; Abbas et al., 2014).


11

2.6.3 Menyerap Emisi Karbondioksida

Isu lingkungan yang menjadi permasalahan internasional saat ini adalah

pemanasan global (global warming), yang disebabkan oleh peningkatan gas

rumah kaca di atmosfer, seperti CO 2 menyebabkan terjadinya efek rumah kaca

(green house effect) (Ikawati, 2009). Dampak dari meningkatnya suhu permukaan

bumi, naiknya permukaan air laut, anomali iklim, timbul berbagai penyakit pada

manusia dan hewan (Astin, 2008). Fitoplankton Trachelomonas sp. merupakan

mikroalga yang mempunyai klorofil sehingga dapat melakukan proses

fotosintesis. Kelebihan mikrolga adalah mampu menyerap karbon dioksida serta

menjadi energi terbaru dan ramah lingkungan. Trachelomonas sp. dapat dijadikan

sebagai mikroalga untuk mengatasi emisi CO2 dalam asap buangan pabrik bersuhu

tinggi dan dapat menurunkan kadar pencemar dalam suatu perairan (Hanif,

2014).

2.6.4 Bahan Bakar Nabati

Bahan bakar nabati Trachelomonas sp. menjadi salah satu alternative

energy bersih andalan masa depan sebagai biofuel. Mikroalga mempunyai

beberapa kelebihan dibandingkan biofuel lainya (Rusyani, 2010 dalam Rusyani,

2012). Beberapa kelebihan tersebut antara lain dapat tumbuh cepat, bahkan dalam

waktu tujuh hari sudah bisa dipanen dengan waktu efektif mencapai tiga tahun

luas lahan budidaya mikroalga juga dapat dimaksimalkan dengan bantuan

teknologi fotobioreaktor (Susilaningsih et al., 2009 dalam Rusyani, 2012).

2.7 Isolasi Mikroalga


12

Pengembangan kultur mikroalga dimulai dengan seleksi jenis yang mampu

tumbuh baik pada media serta kondisi lingkungan tumbuh yang tersedia. Tiap

jenis alga memiliki preferensi terhadap kondisi media yang berbeda, sehingga

secara teoritis isolasi jenis alga dapat dilakukan dengan variasi komposisi

medianya. Mengingat banyak jenis alga yang hidup di alam ataupun di habitat

tertentu, maka perlu dilakukan isolasi dan kultur terhadap jenis alga yang

diinginkan. Ada empat jenis teknik isolasi alga untuk mendapatkan kultur tunggal,

yaitu metode gores (streaking), semprot (spraying), serial pengenceran dan isolasi

sel tungal. Proses isolasi pengenceran bertingkat dilakukan berdasarkan

pengamatan di bawah mikroskop secara berkala sampai didapatkan satu jenis

isolat. Isolasi mikroalga menggunakan metode pengenceran bertingkat cukup

efektif dan bertujuan untuk mendapatkan satu koloni mikroalga tunggal (Chaidir

et al., 2017).

2.8 Kultur Skala Laboratorium

Skala laboratorium atau skala murni kultur fitoplankton dimulai dengan

menggunakan toples 4 L menggunakan aerasi sebagai pembaruan stock.

Kemudian bibit yang telah berkembang dilanjutkan dengan menggunakan wadah

toples 2 L dengan penambahan aerasi untuk memacu pertumbuhan. Pencahayaan

dilakukan dengan lampu neon (Hannoc) 16 watt, sedangkan pH pada media kutur

adalah 6-7. Skala kultur murni dibutuhkan kondisi yang terjaga, baik suhu,

penyinaran, berada di ruang tertutup. Disamping itu ada beberapa fitoplankton

dapat tumbuh baik dengan suhu yang relatif rendah. Pemberian pupuk dilakukan

bersamaan dengan masuknya bibit atau diawal kultur dengan menggunakan dosis

2 mL/L (Anjar, 2002). Mikroalga yang tumbuh dominan pada metode pemurnian
13

agar miring diamati morfologinya di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40

untuk mengidentifikasi dan mengetahui jenis mikroalga yang teradaptasi

(Iskandar, 2017).
14

III. METODE PRAKTEK MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek magang telah dilaksanakan pada tanggal 1 Februari - 1 Maret 2021,

yang bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Riau Kecamatan Bina Widya Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

3.2 Metode Praktek

Metode yang digunakan pada praktek magang ini adalah metode mentorial

(short course), metode praktek langsung dan metode studi literatur. Metode

magang tersebut adalah

a. Metode mentorial (short course) yaitu dengan cara mendapatkan arahan dan

bimbingan dari pembimbing lapangan tentang informasi dan program pratek

magang yang akan dilakukan selama minggu (1 bulan) pada Laboratorium

Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

b. Metode observasi lapangan dan praktek langsung dengan menggunakan data

primer dan sekunder. Data primer didapatkan dengan cara mengikuti secara

aktif dan mengetahui kondisi lapangan tersebut dengan dimbing oleh

pembimbing lapangan. Pembimbing akan melatih mahasiswa tentang teknik

kultur mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium di Laboratorium

Pengolahan Limbah Faultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

c. Metode studi literatur dilakukan selama praktek magang dengan cara

mendapatkan beberapa literatur dari perpustakaan maupun internet yang

berkaitan dengan praktek magang dan sumber lainnya.


15

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung dari sumber utama.

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber aslinya, untuk mendapatkan data primer dengan pengamatan secara

langsung di laboratorium, dan berbagai hal yang berhubungan dengan isolasi dan

kultur mikroalga Trachelomonassp. meliputi teknik isolasi dan pengkulturan skala

laboratorium, pengukuran kualitas air, dan perhitungan kepadatan Trachelomonas

sp. dengan observasi, wawancara, partisipasi aktif mengikuti dan mengamati

praktek yang berlangsung di lapangan emudian dicatat dan dokumentasi.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan literatur yang berkaitan

dengan mikroalga Trachhelomonas sp. dan diperoleh dari staff Laboratorium

Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, berupa

sejarah pendirian Laboratorium Pengolahan Limbah, visi dan misi Laboratorium

Pengolahan Limbah, jumlah dosen dan staff, struktur organisasi, dan letak

geografis Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan

serta membaca literatur-literatur terkait dengan isolasi dan kultur mikroalga

Trachelomonas sp. yang ada di perpustakaan dan secara online.

3.4 Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari kegiatan praktek

magang di Laboraorium Pengolahan Limbah dikumpulkan, dikelompokkan,

ditabulasikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk dianalisis secara deskriptif
16

berdasarkan literatur tentang teknik kultur mikroalga Trachelomonas sp. skala

laboratorium dari berbagai sumber. Data yang telah diperoleh dapat dilihat pada

bagian hasil.

3.5. Jadwal Kegiatan Praktek Magang

Praktek magang ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Kota Pekanbaru Provinsi Riau

dengan jadwal praktek magang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang


Nama kegiatan Minggu ke Keterangan
1 2 3 4

Pengenalan Peninjaun Kegiatan berupa mentorial


Lokasi Magang dan di dalam laboratorium dan
pengenalan pembimbing peninjaun lokasi magang
magang dengan dibimbing oleh
kepala Laboratorium dan
staff laboratorium
Pengenalan alat dan bahan Dilakukan di lab,
untuk isolasi dan kultur dibimbing oleh staff
Trachelomonas sp. laboratorium Pengolahan
Limbah
Isolasi dan Kultur Dilakukan di lab,
Mikroalga Trachelomonas dibimbing oleh kepala
sp. laboratorium dan staff
laboratorium
Perhitungan Kepadatan Dilakukan di laboratorium,
dan Pengukuran Kualitas dibimbing oleh staf dan
Air Trachelomonas sp. pembimbing lapangan.
Persiapan seminar dan Dilakukan di lapangan,
seminar magang dibimbing oleh kepala
laboratorium dan staf
laboratorium pengolahan
limbah
17

IV. HASIL PRAKTEK MAGANG

4.1 Keadaan Umum Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan


dan Kelautan Universitas Riau

4.1.1 Sejarah Laboratorium Pengolahan Limbah

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Staff Pranata Laboratorium

bahwa laboratorium Pengolahan Limbah merupakan salah satu laboratorium dari

jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau. Laboratorium ini lahir di jurusan Manajemen Sumberdaya

Perairan karena menjadi bagian yang tak terpisahkan terutama untuk

mengendalikan buangan limbah cair yang memberikan kontribusi besar terhadap

masalah pencemaran air permukaan dan air tanah di Provinsi Riau.

Tahun 1998-2005, awalnya laboratorium Pengolahan Limbah didirikan

dengan nama Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah (Kepala

Laboratorium adalah Dr. Ir. Madju Siagian, MS; Sekretaris Ir. Sampe Harahap,

MS; dan anggota terdiri dari Drs. M. Hasbi, M. Si, Ir. Eko Purwanto, M.Si, dan

Budijono, S.Pi, M.Sc). Kemudian tahun 2005-2009 Laboratorium telah berganti

nama menjadi Laboratorium Pengolahan Limbah (Kepala Laboratorium Ir.

Sampe Harahap, MS; Sekretaris Drs. M. Hasbi, M.Si; dan anggota Ir. Eko

Purwanto, M.Si, dan Budijono, S.Pi, M.Sc). Pada tahun 2009-2012, Laboratorium

tetap bernama Laboratorium Pengolahan Limbah (Kepala Drs. M. Hasbi, M.Si;

Sekretaris Budijono, S.Pi, M.Sc; Anggota Ir. Eko Purwanto, M.Si, Ir. Sampe

Harahap, MS). Tahun 2012 Laboratorium masih tetap bernama Laboratorium

Pengolahan Limbah (Kepala Budijono, S.Pi, M.Sc, Sekretaris Drs. M. Hasbi,

M.Si; Anggota Ir. Eko Purwanto, M.Si, Ir. Sampe Harahap, MS).
18

4.1.2 Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengolahan Limbah

Adapun tugas Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Riau adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan sarana dan prasarana laboratorium;

b. Optimalisasi pemanfaatan laboratorium pengolahan limbah sebagai

sarana pembelajaran dan penelitian bagi dosen dan mahasiswa;

c. Mengadakan kerjasama dengan stakeholders (instansi pemerintah/dunia

usaha/masyarakat) yang memiliki sarana pengolahan limbah sebagai

wadah pembelajaran pengelolaan limbah bagi mahasiswa terutama pada

kegiatan praktek magang;

d. Mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat;

Laboratorium Pengolahan Limbah FPK UNRI juga memiliki fungsi

sebagai berikut:

1) Menciptakan kondusifnya atmosfir akademis;

2) Menghasilkan karya ilmiah dan memberikan jasa profesionalisme yang

relevan dengan misi Fakultas Perikanan dan Kelautan serta mendukung

Tri Dharma Perguruan Tinggi Universitas Riau;

3) Untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan akademisi sesuai

profesinya.

4.1.3 Visi dan Misi Laboratorium Pengolahan Limbah

Untuk menjalankan program yang telah ditugaskan, Laboratorium

Pengolahan Limbah memiliki Visi dan Misi. Adapun visi dari Laboratorium

Pengolahan Limbah FPK UNRI yaitu merupakan pusat pendidikan dan penelitian

pengendalian pencemaran lingkungan perairan yang unggul dalam mendukung


19

pengelolaan sumberdaya perairan, DAS dan Rawa di Asia Tenggara pada tahun

2035.

Adapun misi Laboratorium Pengolahan Limbah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran dalam menyediakan SDM

dalam bidang pengendalian pencemaran lingkungan perairan yang

berkualitas, bermoral dan berkompetensi tinggi hingga mampu bersaing

dibidangnya di tingkat nasional dan internasional;

2. Melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang

pengendalian pencemaran lingkungan perairan, DAS dan rawa dalam

upaya mewujudkan kualitas perairan secara berkelanjutan;

3. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi pengendalian pencemaran lingkungan perairan,

DAS dan Rawa;

4. Meningkatkan kualitas manajemen organisasi laboratorium Pengolahan

Limbah dalam memberikan pelayanan yang prima untuk berbagai pihak;

5. Mendidik mahasiswa laboratorium Pengolahan Limbah sebagai generasi

muda yang memiliki jiwa mencintai lingkungan dan mampu

mengupayakan pengendalian pencemaran yang menjadi bagian konservasi

sumberdaya perairan.

4.1.4 Tujuan dan Sasaran Laboratorium Pengolahan Limbah

Adapun tujuan Laboratorium Pegolahan Limbah adalah mengembangkan

disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi pengendalian pencemaran lingkungan

perairan, DAS dan rawa agar terjamin keberlanjutan manfaat sumberdaya

perairan, DAS dan rawa.


20

Sasaran dari Laboratorium Pengolahan Limbah adalah :

1. Tersedianya peralatan laboratorium dan buku/kepustakaan;

2. Tersedianya media pembelajaran seperti komputer + LCD;

3. Tersedianya sarana ruang untuk praktikum dan penelitian dosen dan

mahasiswa;

4. Tercapainya penelitian dosen dengan melibatkan mahasiswa tahun akhir;

5. Tercapainya penelitian untuk tugas akhir mahasiswa dan praktikum;

6. Terlaksananya seminar tingkat dosen dan mahasiswa di tingkat

laboratorium, jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan dan Fakultas

Perikanan dan Kelautan;

7. Terlaksananya pelatihan pengolahan limbah cair bagi mahasiswa dan

industri kecil menengah/besar;

8. Terlaksananya pelatihan Amdal untuk mahasiswa dengan bekerjasama

antara PPLH Universitas Riau dan Laboratorium Pengolahan Limbah;

9. Tercapainya penerapan teknologi pengolahan air dan air limbah sederhana

pada masyarakat pedesaan/perkotaan;

10. Tersedianya diktat/buku ajar, prosiding hasil penelitian mahasiswa/dosen

serta jurnal laboratorium

4.1.5 Sruktur Organisasi Laboratorium Pengolahan Limbah

Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau dipimpin oleh seorang kepala laboratorium serta dibantu oleh

pranata laboratorium dan memiliki anggota yang terdiri dari dosen jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan. Adapun Struktur organisasi Laboratorium


21

Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau dapat

dilihat pada Gambar 3.

Kepala Laboratorium:
Budijono S.Pi, M.Sc.

Pranata Lab. Pendidikan/PLP :


Syafri Boy, S.Pi, M.Si

Anggota: Anggota: Anggota: Anggota:


Dr. Sampe Ir. Eko Drs. M. Hasbi, Andri
Harahap M.S. Purwanto, M.Si. M.Si. Hendrizal,
S.Pd., M.Sc.
Gambar 3. Struktur Organisasi Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau (Sumber: Laboratorium
Pengolahan Limbah FPK UNRI)

4.1.6 Sarana dan Prasarana Laboratorium Pengolahan Limbah

Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau memiliki sarana dan prasarana yang dipersiapkan untuk kegiatan

akademisi dalam pengendalian pencemaran lingkungan perairan, DAS dan rawa

agar terjamin keberlanjutan manfaat sumberdaya perairan, DAS dan rawa.

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Staff Pranata Laboratorium bahwa

laboratorium Pengolahan Limbah memiliki fasilitas yang sudah dibangun antara

lain:

a. Ruang praktikum dan penelitian dosen/mahasiswa

Ruang praktikum untuk penelitian dosen atau mahasiswa memiliki daya

tampung sebesar 30 - 35 orang. Ruangan ini dilengkapi dengan alat dan bahan

yang dapat digunakan oleh mahasiswa dan dosen dalam melakukan praktikum dan
22

penelitian. Selama masa COVID-19 ruang praktikum dapat digunakan mahasiswa

untuk kegiatan magang.

b. Ruang Kepala dan Sekretaris Laboratorium

Laboratorium Pengolahan Limbah memiliki ruang untuk kepala

laboratorium sekaligus ruang sekretaris laboratorium. Di dalam ruangan kepala

laboratorium terdapat rak yang berisi proposal magang dan skripsi mahasiswa

yang dapat dijadikan pedoman bagi mahasiswa yang sedang melaksanakan

praktek magang dan penelitian. Ruangan ini juga terdapat alat dan bahan yang

dapat digunakan untuk praktikum dan penelitian mahasiswa dan dosen.

c. Ruang Staf Dosen

Ruang staf dosen di Laboratorium Pengolahan Limbah digunakan untuk

kegiatan akademisi serta ruang istirahat dosen. Ruangan juga dipergunakan oleh

mahasiswa dan dosen untuk bimbingan kegiatan akademik dalam perkuliahan.

d. Ruang Bahan dan Alat

Ruang bahan dan alat memiliki kelengkapan fasilitas yang dapat digunakan

oleh mahasiswa dan dosen. Adapun peralatan yang tersedia dalam praktek

magang atau penelitian dosen dan mahasiswa di Laboratorium Pengolahan

Limbah, antara lain:

 Mikroskop 4 unit • pH meter 10 unit

 Atman 2 unit • Drum Plastik 34 unit

 Petri Disk 140 unit • Labu Erlenmeyer

 Objek Glass • Cover Glass

 Pipet tetes • Bor listrik 1 unit


23

 Freezer 1 unit • Refraktometer

 Sechi disk • TDS meter

 Gelas Ukur 50, 100, 250, 500, 1000 ml

Adapun penggunaan bahan-bahan dalam praktikum dan penelitian dapat

digolongkan berdasar:

 Bahan-bahan kimia untuk analisis sampel air permukaan/limbah cair

dalam penelitian dan praktikum dilakukan di laboratorium yang ada di

lingkungan Jurusan Manajemen Sumberdaya.

 Keperluan bahan/reagen pengawet sampel air yang akan dibawa ke

lapangan diperoleh dari Laboratorium yang ada di Lingkungan Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan dan Teknologi Hasil Perikanan.

 Bahan-bahan kimia untuk analisis sampel air sudah pernah diberikan

oleh Fakultas, tetapi sudah kedaluarsa termasuk medium untuk

pertumbuhan mikroba.

e. Ruang Staf Laboratorium

Ruang Staf Laboratorium digunakan untuk kegiatan akademik mahasiswa

dalam surat menyurat serta konsultasi pada staf laboratorium mengenai

penggunaan alat dan bahan dalam kegiatan magang dan penelitian yang berada

pada laboratorium Pengolahan Limbah.

4.1.7 Sumberdaya Manusia Laboratorium Pengolahan Limbah

Untuk mendukung tugas dan fungsinya, Laboratorium Pengolahan Limbah

didukung oleh sumberdaya manusia sebanyak 6 orang yang terdiri dari macam

tingkat pendidikan dan jabatan.


24

Berdasarkan tingkat jabatan, jumlah pegawai Laboratorium Pengolahan

Limbah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Pegawai Laboratorium Pengolahan Limbah


No Nama/NIP/NIDN Jabatan / Pangkat / Pendidikan
Golongan
1. Budijono, S.Pi, M.Sc. Kepala S1 Universitas Riau
197006121997021003 Laboratorium S2 Universiti
0012067001 Pengolahan Limbah Kebangsaan Malaysia
Pembina/ IV-A
2. Drs. M. Hasbi, M.Si. Anggota S1 Universitas Riau
196112121990021001 Pembina/ IV-A S2 Institut Pertanian
0012126104 Bogor
3. Ir. Eko Purwanto, M.Si. Anggota S1 Universitas Riau
196703071993031003 Penata / III-C S2 Institut Pertanian
0007036708 Bogor
4. Dr. Sampe Harahap, M.S. Anggota S1 Universitas Riau
195607211981021006 Pembina/ IV-B S2 Institut Pertanian
0021076602 Bogor
S3 Universitas
Padjajaran
5. Andri Hendrizal, S.Pd.,.,Anggota S1 Universitas Riau
M.Sc. Penata Muda Tk I S2 Universitas
199012262019031015 /III B Gadjah Mada
0026129001
6. Syafri Boy, S.Pi, M.Si. Staf Laboratorium S1 Universitas Islam
197707201999031002 Penata Tk. I/ III-D Riau
14.01.038 S2 Universitas Riau

Dilihat dari ketersediaan sumberdaya manusia yang ada, Laboratorium

Pengolahan Limbah dikelola oleh dosen yang memiliki kualitas yang baik. Ilmu

pengetahuan bidang pengolahan limbah dalam suatu perairan DAS dan rawa

selalu berkembang. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan tersebut maka

Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan selali

membuka kesempatan untuk mahasiswa yang ingin melaksanakan pelatihan serta

pengabdian pada masyarakat. Adanya sumberdaya yang memadai baik dari segi

tenaga kerja, dosen pengajar serta mahasiswa akan membawa dampak positif

untuk keberlanjutan sumberdaya DAS dan rawa yang berkelanjutan.


25

4.2 Pelaksanaan Kegiatan Praktek Magang

Kegiatan Magang di Laboratorium Pengolahan Limbah telah berlangsung

selama 1 bulan yakni mulai tanggal 1 Februari - 1 Maret 2021. Kegiatan praktek

magang terdiri dari pengenalan lokasi magang, pembuatan rak kultur,

mensterilkan ruangan dan alat untuk kultur mikroalga, pelaksanaan kegiatan

magang (adaptasi, sosialisasi, wawancara, dan ikut bekerja pada bagian isolasi dan

kultur mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium serta membuat laporan

praktek magang. Untuk lebih jelasnya kegiatan yang dilaksanakan selama praktek

magang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kegiatan yang Dilakukan Selama Praktek Magang


Hari/ Tanggal Kegiatan
Senin/ 1 Februari 2021  Membersihkan ruangan laboratorium
Pengolahan Limbah yang akan digunakan
untuk magang.
Selasa/ 2 Februari 2021  Melengkapi kembali alat dan bahan untuk
pembuatan lemari dan kultur mikroalga.
Rabu/ 3 Februari – Jum’at/  Mulai membuat rak kultur berbentuk lemari.
5 Februari 2021  Merangkai rak wadah kultur dengan
memasangkan baut kebesi siku serta
meletakkan triplex sesuai dengan posisinya.
 Memasang lampu neon 16 watt di rak
pengkulturan.
Sabtu/ 6 Februari 2021  Mencoba kekuatan rak dengan meletakkan 9
toples yang berisi 4 liter air dan didiamkan
selama satu malam.
Minggu/ 7 Februari 2021 –  Strelisasi alat pengkulturan
Senin/ 8 Februari 2021  Strelisasi selang aerasi dengan merebus dalam
panci
Selasa/ 9 Februari 2021 –  Melakukan isolasi mikroalga dari multi spesies
Minggu/ 14 Februari 2021 menjadi mono spesies dengan menggunakan
aquades kemudian kultur murni
Senin/ 15 Februari 2021  Memasang aerator untuk mendapatkan
oksigen pada proses pengkulturan.
 Pemasangan selang aerasi ke wadah toples
Selasa/ 16 Februari 2021  Persiapan air Vit untuk kultur
Rabu/ 17 Februari 2021  Melakukan pengkulturan dengan cara
memasukkan setiap toples berisi 1 liter air Vit
dengan menggunakan pupuk yang berbeda.
26

Hari/ Tanggal Kegiatan


Jum’at/ 19 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-1
Sabtu/ 20 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-2
Minggu/ 21 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-3
Senin/ 22 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-4
Selasa/ 23 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-5
Rabu/ 24 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-6
Kamis/ 25 Februai 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-7
Jum’at/ 26 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-8
Sabtu/ 27 Februari 2021  Menghitung kepadatan Trachelomonas sp. dan
mengukur pH serta suhu pada hari ke-9
Minggu/ 28 Februari 2021  Membersihkan peralatan yang digunakan
setelah pengkulturan.
Senin/ 1 Maret 2021  Penyerahan kenang-kenangan kepada
Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

4.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk kultur mikroalga

Trachelomonas sp. skala laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Alat yang diguanakan dalam Kultur Laboratorium Mikroalga


Trachelomonas sp.
No Nama Alat Sfesifikasi Fungsi
1 Toples plastik 2 Liter Waldah kultur skala laboratorium
2 Gelas ukur 100 mL Mengambil air dan sampel mikroalga
3 Keran aerator - Menciptakan aliran oksigen
4 Kompor gas Rinnai Masak air dan merebus selang
5 Batu aerasi - Menyerap oksigen maksimal
6 Kuali - Merebus selang
7 Aerator Nikita star Sumber aerasi
8 Triplek - Sebagai tempat wadah kultur
9 Plastik meteran - Penutup ruangan kultur
10 Cok sambung - Penghantar aliran listrik
11 Kabel - Penghantar arus listrik
12 Blower Atman 8000 Sumber oksigen
13 Thermometer - Mengukur suhu
27

No Nama Alat Spesifikasi Fungsi


Lampu neon 16
14 Hannoc Sumber Cahaya
Watt
15 pH meter - Mengukur pH
Olympus CX
16 Mikroskop Megamati sampel mikroskopis
21
Neubauer
17 Haemocytometer Menghitung kepadatan mikroalga
Improved
18 Pipet tetes 5 ml Mengambil air sampel
WWR Penutup Haemocytometer dan
19 Cover glass
Scientific Objek glass
20 Objek glass - Mengamati mikroalga
21 Hand-counter Itally counter Menghitung kelimpahan mikroalga
22 Timbangan Camry Menimbang pupuk
23 Tissue Nice Membersihkan alat
24 Erlemenyer 500 ml Mengambil sampel
Wadah sampel yang akan dihitung
25 Tabung reaksi -
kelimpahannya

Tabel 5. Bahan yang Digunakan dalam Kultur Laboratorium Mikroalga


Trachelomonas sp.
No Bahan Fungsi
1 Trachelomonas sp. Bibit kultur
2 Air Vit Media kultur skala laboratorium
3 Pupuk Walne Pupuk skala laboratorium menambah unsur N
Senyawa pengantar zat-zat pupuk agar dapat
4 Pupuk EDTA
diserap mikroalga
5 Pupuk Dahril Solution Pupuk skala laboratorium
6 Pupuk NPK Pupuk skala laboratorium
7 Sunlight Mencuci alat yang sudah digunakan
8 Aquades Bahan untuk isolasi mikroalga
9 Alkohol Mensterilkan alat

4.4 Teknik Isolasi dan Kultur Mikroalga Trachelomonas sp.

Teknik isolasi di Laboratorium Pengolahan Limbah menggunakan metode

pengenceran bertingkat di bawah mikroskop hingga mendapatkan spesies murni.

Pada teknik kultur Trachelomonas sp. di Laboratorium Pengolahan Limbah

dimulai dari kultur skala laboratorium menggunakan toples plastik. Dalam praktek

magang, kultur yang dilakukan menggunakan 9 toples plastik volume 2 L untuk

skala laboratorium.
28

Kultur Trachelomonas sp. dilakukan selama 9 hari. Adapun prosedur kegiatan

secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 4.

Pembuatan Rak Kultur

SStrelisasi Alat

Isolasi Mikroalga

Persiapan Media Kultur

Pemupukan

Penebaran Bibit

Pemeliharaan

Pengukuran Kualitas Air

Perhitungan Kepadatan
Gambar 4. Prosedur Kerja Isolasi dan Kultur Mikroalga Trachelomonas sp.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing prosedur kerja teknik kultur

mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium:


29

1. Pembuatan Rak Kultur

Sebelum kultur mikroalga dilakukan pembuatan rak kultur sebagai berikut:

 Merangkai rak kultur dengan memasangkan baut kebesi siku serta

meletakkan triplex sesuai dengan posisinya,

 Membuat pintu pada rak agar tidak terkontaminasi dari luar,

 Memasang lampu neon 16 watt di rak pengkulturan,

 Mencoba kekuatan rak dengan meletakkan toples yang berisi 2 liter air

dan didiamkan selama satu malam.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 5. Pembuatan Rak Kultur (a) Membuat kerangka Rak Kultur, (b)
Memasang Triplex pada Rak Kultur, (c) Pemasangan Lampu pada
Rak, dan (d) Uji Kekuatan Rak

2. Strelisasi Alat

Strelisasi merupakan salah satu penunjang keberhasilan kegiatan kultur

karena dapat membunuh mikroorganisme kontaminasi yang tidak diiinginkan


30

seperti protozoa, bakteri, plankton dan jenis lainnya, dan menghilangkan kotoran

yang berada pada toples dan alat. Adapun strelisasi alat skala laboratorium di

Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Riau yaitu dengan cara mencuci alat-alat seperti toples, gelas ukur, pipet ukur,

batu aerasi, selang aerasi dengan sunlight dan sikat ataupun spon hingga noda

pada alat-alat tersebut hilang. Sterilisasi alat dicuci dengan air mengalir dan

deterjen kemudian disemprotkan sebuah larutan yang berisi aquades pada alat

yang akan digunakan kemudian dikeringkan (Zulaika, 2014).

Gambar 6. Strelisasi Alat dengan Aquades

3. Isolasi Mikroalga

Isolasi mikroalga merupakan suatu teknik yang dilakukan bertujuan untuk

mendapatkan mono spesies mikroalga. Proses isolasi mikroalga di Laboratorium

Pengolahan Limbah menggunakan teknik pengenceran bertingkat. Metode ini

cukup efektif untuk menapis dan mengisolasi satu jenis mikroalga, karena

kelimpahan mikroalga yang beragam di dalam sampel perairan. Berdasarkan

sumber dari (Adi Mulyanto, 2010), prosedur isolasi mikroalga dengan teknik

pengenceran bertingkat yaitu:

 Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan dipersiapkan terlebih

dahulu seperti mikroskop, object glass, cover glass, pipet tetes, aquades,

tissue, tabung reaksi dan setiap alat disterilkan menggunakan alkohol 70%
31

 Masukkan 3 mL sampel dalam tabung reaksi yang telah steril,

 Sampel diaduk terlebih dahulu, kemudian ambil satu tetes sampel

menggunakan pipet tetes yang telah steril kemudian diletakkan pada object

glass dan diamati di bawah mikroskop,

 Setelah diamati, objek gelas diberi aquades dan dimasukkan ke dalam botol

film, kemudian sampel diamati dan diencerkan secara berkala hingga

didapatkan satu jenis mikroalga,

 Saat pengamatan didapatkan pengenceran sebanyak 20 kali (20 ml) dimana

setiap 1 kali pengenceran sebesar 1 ml,

 Jika sudah ditemukan satu jenis mikroalga pada object glass, maka objek

gelas diberi aquades kemudian dimasukkan ke dalam toples untuk kultur

murni pembaruan stock,

 Hasil pengamatan isolasi Trachelomonas sp. dapat dilihat pada Lampiran 4.

(a) (b)
Gambar 7. Isolasi Mikroalga (a) Pengambilan Sampel dan (b) Pengamatan
Mono Spesies

4. Persiapan Media Kultur

Setelah peralatan steril, langkah selanjutnya adalah pengisian media kultur

pada toples. Pada skala laboratorium, media kultur yang digunakan adalah air Vit.

Pengisian media kultur dilakukan dengan menuangkan air Vit dari galon ke dalam

toples wadah kultur sebanyak 1 L kemudian dilanjutkan dengan memasang batu


32

aerasi yang dihubungkan dengan selang aerasi melalui aerator. Aerasi selama

minimal 12 jam, selanjutnya matikan aerasi dan biarkan air Vit selama 1 hari.

Media air kultur skala laboratorium siap digunakan. Kemudian bibit mikroalga

yang telah diisolasi dimasukkan ke dalam toples.

5. Pemupukan

Air Vit yang digunakan sebagai media kultur Trachelomonas sp. belum

memiliki kandungan nutrien yang mencukupi untuk pertumbuhan sehingga perlu

dilakukan pemupukan. Pempupukan dilakukan dengan menuangkan pupuk ke

dalam media kultur. Pemberian pupuk skala laboraratorium pada praktek magang

dilakukan setelah penebaran bibit Trachelomonas sp. Pupuk yang digunakan pada

skala laboratorium adalah pupuk walne, pupuk NPK + EDTA dan pupuk Dahril

Solution yang tersedia di Laboratorium Mikroalga. Berdasarkan sumber dari

(Rusyani et al., 2007), prosedur pemupukan adalah sebagai berikut:

 Untuk pupuk walne dalam 1 L air sebanyak 2 ml menggunakan gelas ukur

kemudian dimasukkan dalam 3 toples plastik,

 Pengambilan pupuk walne dilakukan dengan menggunakan pipet tetes yang

steril dan hanya dilakukan sekali dalam setiap pengkulturan,

 Pada pupuk NPK + EDTA dimasukkan sebanyak 2 gr NPK + 2 gr EDTA

dalam 1 L air pada 3 toples, dimana pupuk NPK digross terlebih dahulu

kemudian dicampurkan dengan pupuk EDTA,

 Untuk pupuk Dahril Solution dalam 1 L air diambil sebanyak 2 ml

menggunakan gelas ukur kemudian dimasukkan dalam 3 toples plastik,


33

 Pemberian pupuk NPK + EDTA, walne dan Dahril Solution dilakukan

setiap hari sesuai dengan jam yang telah diberikan sebelumnya selama masa

pengkulturan,

 Setiap toples yang sudah diberi pupuk didiamkan selama 15-25 menit

dengan aerasi agar pupuk tersebar merata dehingga siap dilaukan penebaran

bibit Trachelomonas sp.

Gambar 8. Pemberian Pupuk Mikroalga

6. Penebaran Bibit Trachelomonas sp.

Setelah dilakukan isolasi untuk memisahkan multi spesies mikroalga

menjadi mono spesies, maka selanjutnya dilakukan kultur murni mikroalga. Bibit

Trachelomonas sp. yang ditebar pada media dalam skala laboratorium dilakukan

dengan mengambil sampel sebanyak 1 tetes kemudian dilakukan pengenceran

untuk mendapatkan sel dengan jumlah yang sama pada ke-9 toples . Sehingga

dapat mengamati pertumbuhan yang terjadi pada 9 toples tersebut.

7. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang menentukan dalam kultur

skala laboratorium mikroalga Trachelomonas sp. agar pertumbuhannya dapat

berlangsung dengan optimal. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan menjaga


34

kesterilan media kultur agar tidak terkontaminasi oleh jenis plankton lain,

menjaga kebersihan alat-alat pengukuran kualitas air dan media kultur serta media

pengambilan sampel untuk analisis perhitungan kepadatan. Pengkultur harus

menjaga kebersihan dengan mencuci tangan ketika akan melakukan monitoring.

Menurut Chyaningsih (2006 dalam Kawaroe et al., 2012) dalam melakukan kultur

Trachelomonas sp. aerasi harus selalu hidup selama proses pengkulturan

berlangsung yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pengendapan

Trachelomonas sp.dan difusi udara untuk meningkatkan kelarutan CO2.

8. Pengukuran Kualitas Air

Trachelomonas sp. membutuhkan lingkungan yang mampu menyediakan

kondisi yang optimal. Kondisi yang dimaksud adalah suhu dan pH. Pengukuran

kualitas air pada 9 toples dilakukan pada hari ke-1 hingga hari ke-9 pada jam

15.00 WIB. Pengkulturan kualitas air dilakukan dengan alat pH meter dan

termometer.

a. Penggunaan pH meter sebagai berikut:

 Baterai dicek sebelum dipergunakan,

 Alat terlebih dahulu dihidupkan, setelah itu tunggu beberapa detik

sampai layar menunjukkan angka,

 Setelah itu pH meter dimasukkan ke dalam toples,

 Nilai pH-nya dibaca dan dicatat pada log book,

 Setelah dipergunakan kemudian dibilas dengan menggunakan tissue

yang diberi aquades.

b. Penggunaan thermometer sebagai berikut:


35

 Thermometer dicelupkan ke dalam toples, kemudian ditunggu dalam

2 – 5 menit atau sampai angka stabil,

 Skala thermometer dicatat pada log book tanpa mengangkat

thermometer,

 Setelah thermometer digunakan, kemudian dibilas dengan

menggunakan tissue yang diberi aquades dan disimpan pada tempat

yang aman.

(a) (b)
Gambar 9. Pengukuran Kualitas Air (a) Pengukuran Ph (b) Pengukuran
Suhu

Adapun data hasil pengukuran kualitas air pada 9 toples selama masa

kultur menunjukkan hasil yang sama dan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Pengukuran Kualitas Air Kultur Trachelomonas sp.

Hari ke-
Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9
o
Suhu ( C) 26 27 27 27 27 27 27 27 27
pH 7,16 7,17 7,18 7,18 7,18 7,18 7,18 7,18 7,18

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa perbedaan suhu pada masa kultur berkisar

antara 25-27. Kisaran suhu tersebut sesuai dengan pernyataan kisaran suhu yang

optimal bagi pertumbuhan Trachelomonas sp. adalah 25oC-35oC (Nofdianto,

2009). Suhu di bawah 16oC dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan

Trachelomonas sp. menurun, sedangkan suhu di atas 36o C dapat menyebabkan


36

kematian Trachelomonas sp. Nilai pH kultur Trachelomonas sp.yang ada adalah

6,76 dan merupakan nilai pH optimum untuk kultur Trachelomonas sp. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Juráň (2016) yang menyatakan secara umum kisaran pH

yang optimum pada kultur Trachelomonas sp. antara 6-8.

9. Perhitungan Kepadatan

Keberhasilan kultur Trachelomonas sp. dapat dilihat dengan mengetahui

kepadatan Trachelomonas sp. selama masa kultur. Perhitungan kepadatan sel

menggunakan haymocytometer yang ditutup dengan 3 kali pengulangan

perhitungan pada lapang pandang skala laboratorium. Perhitungan dilakukan pada

jam 15.00 setiap harinya selama masa kultur. Tahapan yang dilakukan untuk

mengetahui dan menghitung kepadatan Trachelomonas sp. yaitu sebagai berikut:

 Alat yang digunakan untuk pengamatan dipersiapkan terlebih dahulu seperti

mikroskop, haemocytometer, hand counter, cover glass, pipet tetes, tissue,

aquades, tabung reaksi, dan gelas ukur volume 10 ml dan telah disterilkan,

 Diambil sampel Trachelomonas sp. sebanyak 3 ml dengan pipet tetes

kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi,

 Setelah itu ambil 1 mL air sampel dan masukkan dalam gelas ukur untuk

pengenceran dengan aquades sebanyak 9 ml,

 Lalu ambil 1 tetes dan letakkan pada haemocytometer,

 Haemocytometer ditutup dengan cover glasstanpa ada gelembung udara,

dan diletakkan di mikroskop untuk diamati di bawah perbesaran 400 x,

 Perhitungan sel dilakukan dilakukan tiga kali pengulangan pada setiap

sampel dan dihitung dengan rumus berikut menurut kepada (Mukhlis et al.,

2017).
37

N (sel/L) = n x 10 x 104 Keterangan:


3
N = Kepadatan Trachelomonas sp.
n = Jumlah sel setelah pengulangan
10 = Pengenceran
104 = Ketetapan perhitungan

Gambar 10. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp.

Perhitungan kepadatan Trachelomonas sp. dilakukan menggunakan 9

toples dan 3 pupuk yang berbeda. Adapun perhitungan kepadatan Trachelomonas

sp. skala laboratorium menggunakan pupuk walne dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Walne


Kepadatan (sel/L)
Hari ke- Toples 1 Toples 2 Toples 3 Rata-rata
1 230.000 232.000 235.000 232.000
2 265.000 266.000 270.000 267.000
3 334.000 338.000 342.000 338.000
4 362.000 368.000 374.000 368.000
5 450.000 455.000 460.000 455.000
6 455.000 457.000 464.000 459.000
7 462.000 460.000 467.000 463.000
8 440.000 438.000 448.000 442.000
9 420.000 425.000 439.000 428.000

Berdasarkan hasil yang didapat dari ketiga toples dengan menggunakan

pupuk walne diperoleh rata-ratanya kemudian dibuat kedalam grafik. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


38

500,000

400,000

Kepadatan (sel/L)
300,000

200,000

100,000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari Ke-
Gambar 11. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Walne
Berdasarkan data Tabel 7 dan Gambar 11 dapat dilihat bahwa kepadatan

Trachelomonas sp. pada hari ke 2 hingga ke-7 menunjukkan adanya fluktuasi

pertumbuhan Trachelomonas sp. secara perlahan. Kemudian pada hari ke 8

hingga 9 mengalami penurunan kepadatan mikroalga secara perlahan. Namun dari

3 toples tersebut menunjukkan bahwa toples ke-3 mengalami puncak kepadatan

mikroalga tertinggi yaitu sebesar 467.000 sel/L pada hari ke-7

Adapun perhitungan kepadatan Trachelomonas sp. skala laboratorium

dengan menggunakan pupuk NPK + EDTA dapat dilihat pada Tabel 8:

Tabel 8. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk NPK + EDTA


Kepadatan (sel/L)
Hari ke- Toples 1 Toples 2 Toples 3 Rata-Rata
1 233.000 231.000 229.000 231.000
2 295.000 293.000 291.000 293.000
3 372.000 376.000 374.000 374.000
4 417.000 413.000 409.000 413.000
5 475.000 472.000 469.000 472.000
6 572.000 566.000 557.000 565.000
7 598.000 590.000 585.000 591.000
8 602.000 594.000 598.000 598.000
9 581.000 578.000 586.000 582.000

Berdasarkan hasil yang didapat dari ketiga toples dengan menggunakan

pupuk NPK + EDTA diperoleh rata-ratanya kemudian dibuat kedalam grafik.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


39

700,000
600,000

Kepadatan (sel/L)
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari Ke-
Gambar 12. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk NPK + EDTA
Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada hari ke-2

hingga ke-8 menunjukkan adanya kenaikan kepadatan mikroalga Trachelomonas

sp. Kemudian pada hari ke 9 mengalami penurunan kepadatan mikroalga secara

perlahan. Dari hasil jumlah kepadatan mikroalga pada 3 toples menunjukkan

bahwa toples ke-1 mengalami puncak kepadatan mikroalga tertinggi yaitu sebesar

602.000 sel/L pada hari ke-8.

Adapun perhitungan kepadatan Trachelomonas sp. dengan menggunakan

pupuk Dahril Solution pada toples kultur dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Dahril


Solution
Kepadatan (sel/L)
Hari ke- Toples 1 Toples 2 Toples 3 Rata-rata
1 233.000 233.000 233.000 233.000
2 268.000 270.000 268.000 269.000
3 355.000 351.000 354.000 353.000
4 372.000 374.000 372.000 373.000
5 451.000 462.000 452.000 455.000
6 451.000 468.000 452.000 457.000
7 460.000 474.000 456.000 463.000
8 432.000 456.000 432.000 440.000
9 425.000 445.000 422.000 431.000

Berdasarkan hasil yang didapat dari ketiga toples dengan menggunakan

pupuk Dahril Solution diperoleh rata-ratanya kemudian dibuat kedalam grafik.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


40

500,000
400,000

Kepadatan (sel/l)
300,000
200,000
100,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari Ke-
Gambar 13. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Dahril Solution
Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa kepadatan awal

Trachelomonas sp. pada media kultur adalah 233.000 sel/L. Selanjutnya dihari ke-

2 hingga ke-8 menunjukkan adanya fluktuasi pertumbuhan Trachelomonas sp.

Pertumbuhan hari ke-2 dan hari ke-3 mengalami fase pertumbuhan lag yang

disebabkan fisiologis adaptasi metabolisme sel pertumbuhan, seperti

meningkatnya tingkat enzim dan metabolit yang terlibat dalam pembelahan sel

dan fiksasi karbon. Pada saat beradaptasi, sel mengalami defisiensi enzim dan

koenzim, sehingga harus disintesis terlebih dahulu untuk keberlangsungan

aktivitas biokimia selanjutnya.

Pada hari ke-4 dan hari ke-5 terjadi fse logaritmik/ekponensial dimana sel

fitoplnkton telah mengalami pembelahan dan laju pertumbuhannya tetap.

Pertumbuhan fitoplankton dapat maksimal karena intensitas cahaya dan

temperatur yang stabil. Pada hari ke-6 terjadi fase berkurangnya pertumbuhan

relatif yang pertumbuhan sel mulai melambat ketika nutrien, cahaya, pH, CO 2,

atau faktor kimia dan fisika lain mulai membatasi pertumbuhan (Madigan et al.,

2010).
41

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan kegiatan isolasi dan kultur Trachelononas sp. skala

Laboratorium di Laboratorium Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Rau didapatkan kesimpulan sebagai berikut; 1). Teknik

isolasi Trachelomonas sp. dilakukan dengan metode pengenceran kemudian

dilanjutkan dengan kultur Trachelomonas sp. pada skala laboratorium. Metode ini

dimulai dengan pembuatan rak kultur, strelisasi alat, isolasi mikroalga dengan

pengenceran, strelisasi media kultur, pengisian media kultur, pemupukan,

penebaran bibit, pemeliharaan, pengukuran kualitas air, perhitungan kepadatan.

Pada kultur Trachelomonas sp. menggunakan 3 pupuk yaitu pupuk walne, pupuk

EDTA+Na dan pupuk Dahril Solution. 2). Kualitas air pada kultur didapat suhu

berkisar 25- 27o C. pH berkisar 6-8. Kondisi lingkungan tersebut masih

menunjang pertumbuhan Trachelomonas sp. Dalam kisaran yang yang baik dan

dapat ditorelir. Praktek magang yang telah dilakukan ini membantu saya dalam

memahami dan meningkatan keterampilan dalam teknik isolasi dan kultur

mikroalga khusunya Trachelomonas sp. Peningkatan kemampuan yang

didapatkan berupa soft skill mengenai analisa berfikir, kerjasama kelompok dan

komunikasi yang baik. Pengembangan hard skill berupa teknik isolasi dan kultur

mikroalga Trachelomonas sp. Hal ini didapatkan selama kegiatan praktek magang

dengan metode mentorial, observasi lapangan dan praktek langsung yang

diterapkan di Laboratorium Pengolahan Limbah serta Laboratorium Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.


42

5.2 Saran

Saran yang didapatkan setelah melaksanakan magang di Laboratorium

Pengolahan Limbah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Rau yaitu

dalam melaksanakan praktek magang mahasiswa harus lebih banyak membaca

dan menambah referensi mengenai teknik isolasi dan kultur mikaroalga dari

literatur-literatur yang berhubungan dengan cara isolasi dan kultur

Trcahelomonas sp. supaya memudahkan mahasiswa dalam mendapatkan hasil

yang diinginkan serta selalu berusaha mencoba sesuatu yang baru karena dapat

menambah ilmu pengetahuan terhadap kultur Trachelomonas sp. Kemudian

selama magang agar lebih menjaga kesterilan alat yang digunakan untuk

menghindari terjadinya kontaminasi dari mikroorganisme lainnya. Selain itu

praktikan harus memperhatikan kualitas air yang mempengaruhu pertumbuhan

mikroalga.
43

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. 2014. Biosorption of Heavy Metals: A Review. Journal of Chemical


Science and Technology. Iss 4 : 74 – 102.

Adi, M. 2010. Mikroalga Sebagai Agensia Penambat Gas Karbon Dioksida. Jurnal
Hidrosfir. 5(2): 13-23.

Aung, W.L., N. Kyaw, dan N.H. Nway. 2013. Biosorption of Lead (Pb2+) by
using Chlorella vulgaris. International Journal of Chemical, Environmental
and Biological Sciences. 1(2): 2320–4087.

Ayuwandira, S. 2016. Hubungan Sebaran Kelimpahan Fitoplankton dengan


Konsentrasi Klorofil-A di Perairan Pesisir dan Laut Kabupaten Pangkajene
Kepulauan. Skripsi Universitas Hasanuddin.
Chaidir, Z., Syafrizayanti dan M. Putri. 2017. Isolation and identification of
microalgae from Harau Valley Payakumbuh, West Sumatra as one agent
producing compounds antibacterial. Research Journal of Pharmaceutical
Biological and Chemical Sciences. 8(3): 1950-1957.
Febriani, R., S. Hasibuan, dan Syafriadiman. 2020. Pengaruh Intensitas Cahaya
Berbeda Terhadap Kepadatan dan Kandungan Karotenoid Dunaliella salina.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 25 (1): 36-43.
Grabowksa, M., dan K. Wołowski. 2013. Development of Trachelomonas species
(Euglenophyta) during blooming of Planktothrix agardhii
(Cyanoprokaryota)”. International Journal of Limnology. 50: 49-57.

Hakiki, R. 2016. Mikroalga sebagai Bioindikator Kualitas Air Permukaan. Journal


of Enviroment Engineering and Waste Management. 1 (3): 46-54.
Harmoko, L., dan S. Misra. 2017. Eksplorasi Mikroalga di Air Terjun Watervang
Kota Lubuklinggau. Bioedukasi, 8(1), 75-82.

Hidayat, R., L. Viruly, dan D. Azizah. 2013. Kajian K andungan Klorofil-a pada
Fitoplankton Terhadap Parameter Kualitas Air di Teluk Tanjungpinang
Kepulaun Riau. Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan
Universitas Maritim Raja Ali Haji. http://jurnal.umrah.ac.id/?p=1690.
(diakses pada tanggal 05 Januari 201 pukul 12.00 WIB).

Ismi, S., B. Asih, Slamet dan K. Suwirya. 2012. Pengaruh kepadatan


Nannochloropsis sp. pada pemeliharaan larva kerapu bebek (Cromileptes
altivelis) secara terkontrol. J. Ris. Akuakulture, 7(3) : 407 – 419.
44

Juráň, J. 2016. Trachelomonas bituricensis var. lotharingia M.L. Poucques 1952,


a morphologically interesting, rare euglenoid new to the algal flora of the
Czech Republic”. PhytoKeys. 61: 81-91.

Pratama, T. 2018. Pemanfaatan Limbah Cair yang Difermantasi dengan EM4


untuk Pertumbuhan Chlorella sp. pada Media Air Gambut. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan).
Putri, D.L. 2019. Optimasi pH Pertumbuhan Mikroalga Spirullina sp.
Menggunakan Air Laut yang Diperkaya Walne. Skripsi Universitas Sanata
Dharma.
Sari, I. P., dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Trachelomonas sp. pada
Kultur Skala Laboratorium, Intermediet, dan Masal. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 4 (2): 12-18.

Sir. 2017. Teknik Kultur Spirulina platensis Skala Laboratorium Di BBBPBAP


Jepara Jawa Tengah. Laporan Praktek Magang. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
Sulastri., F. Sulawesty, dan S. Nomosatriyo. 2015. Long Term Monitoring of
Water Quality and Phytoplankton Changes in Lake Maninjau, West
Sumatra. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia,41 (3): 339-353 .

Susanto, H., Z. Rozi, dan Harmoko. 2017. Inventarisasi Mikroalga di Sungai


Kelingi Kecamatan Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau. [Internet].
Available from: http:// repository. mipastkipllg. com/.

Susilaningsih, D., S. Lestari, T. Hidayat, dan Susanti. 2014. Efikasi Limbah Sagu
Sebagai Substrat Kaya Nutrisi Untuk Mikroalga Isolat LIPI11-2- AL002.
(13) 301–7.

Wahyuni, G. 2017. Teknik Kultur Mikroalga Spirulina sp. Skala Semi Massal di
Balai Besar Perikanan dan Budidaya Air Payau Jepara Jawa Tengah.
Laporan Magang. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan).
Widyastuti, C., dan D. Ayu. 2014. Sintesis Biodiesel dari Minyak Mikroalga Jenis
Chlorella vulgaris dengan Reaksi Transesterifikasi Mengunakan Katalis
KOH. Jurnal Alam Terbarukan. 3(1): 36 -41.

Winahyu, D., Y. Anggraini, E.L. Rustiati, J. Master, dan A. Setiawan. 2013. Studi
Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat Konservasi
Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Proceedings Semirata 4 (5): 93-98.
Lampung: FMIPA UNILA.
45

LAMPIRAN
46

Lampiran 1. Peta Lokasi Magang


47

Lampiran 2. Sarana dan Prasarana

Ruang Praktikum dan Penelitian Ruang Alat dan Bahan


Mahasiswa/dosen

Ruang Kepala Laboratorium Ruang Staf Dosen

Ruang Staf PLP Laboratorium


48

Lampiran 3. Alat dan Bahan yang Digunakan

Toples Aerator

Batu Aerasi Gelas Ukur

Erlemenyer Lampu Neon

Cok Sambung Pipet Tetes


49

Gelas Ukur Haemocytometer

Object Glass Hand Counter

Mikroskop Cover Glass

Tabung Reaksi Selang aeras


50

Aquades Pupuk EDTA

Pupuk Dahril Solution Pupuk Walne

Pupuk NPK
51

Lampiran 4. Foto Hasil Pengamatan Trachelomonas sp.


52

Lampiran 5. Foto di Tempat Praktek Magang


53

Lampiran 6. Sertifikat Magang

Anda mungkin juga menyukai