OLEH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
OLEH
Disetujui Oleh:
Ketua Pembimbing
RINGKASAN
teknik isolasi dan kultur mikroalga Trachelomonas sp. skala laboratorium dan
Dalam praktek magang ini metode yang digunakan adalah metode mentorial,
langkah, yaitu pembuatan rak kultur, strelisasi alat, isolasi mikroalga, pengisian
perhitungan kepadatan dan pengukuran kualitas air pada kultur Trachelomonas sp.
dilakukan selama 9 hari menggunakan 3 pupuk yaitu walne, NPK + EDTA dan
Dahril Solution dengan 3 perlakuan pada media toples plastik dengan volume 1 L
ii
dan pada hari ke-8 terjadi penurunan kepadatan mikroalga pada penggunaan
pupuk walne dan Dahril Solution, sedangkan untuk penggunaan pupuk NPK +
EDTA mengalami puncak kepadatan Trachelomonas sp. pada hari ke-8 dan pada
hari ke-9 mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi kualitas air pada
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
laporan praktek magang dengan judul “Teknik Isolasi dan Kultur Mikroalga
pihak yang telah membantu, kedua orang tua, Ayah Supiyan Damanik dan Ibu
Ratna Wati yang selalu mendoakan serta membantu dalam bentuk moral dan
materil. Bapak Budijono, S.Pi., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang bersedia
memberi arahan dan masukan serta menjadi pembimbing lapangan. Bang Boy
yang telah banyak membantu selama melakukan praktek magang serta telah
Faridzi, Afriana dan Neksi Fernanda serta semua pihak yang telah bersedia
terimakasih.
DAFTAR ISI
Isi Halaman
RINGKASAN........................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL.................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktek Magang....................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
1. Trachelomonas sp................................................................................ 5
2. Fase – Fase Pertumbuhan Trachelomonas sp...................................... 7
3. Struktur Organisasi Laboratorium Pengolahan Limbah...................... 22
4. Prosedur Kerja Isolasi dan Kultur Trachelomonas sp......................... 29
5. Pembuatan Rak Kultur......................................................................... 30
6. Strelisasi Alat dengan Aquades........................................................... 31
7. Isolasi Mikroalga................................................................................. 32
8. Pemberian Pupuk Mikroalga............................................................... 34
9. Pengukuran Kualitas Air...................................................................... 36
10. Perhitungan Kepadatan Trachelomonas sp......................................... 38
11. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Walne.......................... 38
12. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk NPK + EDTA............. 39
13. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Dahril Solution........... 40
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
II. PENDAHULUAN
yang hidup dari nutrien anorganik dan produksi zat organik yang berasal dari
dalam bak larva, dan pemasok enzim pencernaan bagi pemangsanya. Oleh sebab
itu, mikroalga sangat baik untuk pakan alami. Adapun salah satu mikroalga untuk
pakan alami karena memiliki kandungan protein yang tinggi, mampu mengurangi
konsentrasi gas rumah kaca, sehingga memberikan solusi untuk global warming
mengabsorbsi yang cukup tinggi karena terdapat gugus fungsi amina, amida dan
karboksilat yang dapat berikatan dengan ion logam. Trachelomonas sp. sangat
di depan umum) dan meningkatkan kemampuan hard skill yaitu penguasaan ilmu
Riau.
penulis untuk siap terjun ke dunia kerja terutama di lapangan. Ilmu tersebut
pembaca berupa data agar dapat menerapkan isolasi dan kultur mikroalga
ini.
3
II.1 Mikroalga
makanan sendiri. Habitatnya di tempat yang lembab, air tawar dan air laut.
selain itu mikroalga juga berperan sebagai rantai makanan terbawah, yaitu sumber
Ukuran mikroalga relatif sangat kecil dengan diameter 0,1 – 200 µm.
berkembang pada kisaran suhu 20-30ºC dengan derajat keasaman (pH) berkisar
species, sebagian besar belum dikenali dan belum bisa dikultivasi (dibiakkan
dapat dikenali, dan 15.000 komponen kimia penyusun biomasnya telah diketahui
bioindikator dalam menentukan kualitas yang ada dalam suatu perairan (Hakiki,
2016).
4
memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam menghasilkan bahan
organik dan oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan
di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik yang masih
kecil maupun yang dewasa. Selain itu, fitoplankton juga menjadi nutrisi bagi
larva ikan dan vertebrata mikroba dan organisme yang lebih besar seperti udang,
lag, logaritmik, stasioner dan deklinasi. Fase Lag dimulai setelah penambahan
inokulen kedalam media kultur sampai beberapa waktu. Pada fase ini mikroalga
masih mengalami proses adapatsi sehingga belum terjadi proses pembelahan sel.
maka laju pertumbuhan pada fase ini mencapai nilai maksimum. Fase deklinasi
ditandai dengan pembelahan sel tetap terjadi, namun tidak selaju pada fase
ditandai dengan laju reproduksi dan laju kematian relatif sama sehingga
peningkatan jumlah sel tidak lagi terjadi atau tetap sama dengan sebelumnya
(Wahyuni, 2017).
dinding sel tebal bentuk tubuh seperti bola dan mengandung protoplasma.
akibat pencemaran.
terbungkus dalam lorica, selubung mineral dan lendir yang kaku, bulat, seperti
cangkang. Lorika mungkin berwarna orange, cokelat atau hitam tergantung pada
lorika, setiap sel Trachelomonas sp. berwarna hijau cerah dengan kloroplas
beberapa jenis, lorica mengecil di bagian anterior dan berbentuk seperti leher
di air tawar yang asam hingga netral pH (4,5-7), sering kali dihabitat yang kaya
6
besi dan mangan, serta kolam yang kaya akan bahan organik seperti gambut.
suhu 25oC - 30oC tetapi masih dapat bertahan hidup pada suhu 35 oC. Selain itu,
derajat keasaman (pH) perairan yang cocok untuk pertumbuhan organisme air
berisar antara 6-9 dan intensitas cahaya yang 100-10.000 lux (Syam, 2002 dalam
secara longitudinal dan terjadi melalui mitosis diikuti oleh sitokinesis. Selama
masa aseksual, nukleus membelah menghasilkan dua sel anak yang salah satunya
keluar melalui lubang di lorika. Se baru ini kemudian menisntesis lorika barunya
melalui kulit luar dan kemudian lapisan fibrillar terbentuk antara permukaan sel
(HCO3-) dan ion karbonat (CO32-) dalam air. Oleh karena itu, laju fotosintesis akan
2019). Derajat keasaman (pH) yang optimal bagi pertumbuhan Trachelomonas sp.
yaitu berkisar 6—8 (Juráň, 2016). Trachelomonas sp. umumnya tidak ditemukan
2.5.2 Salinitas
Salinitas merupakan jumlah garam dalam gram air laut (setelah seluruh
bromide telah diganti khlorine, seluruh karbonat telah diubah ke oksida dan
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu pergantian musim dan aliran air tawar dari sungai
bagian per simbol 1000 (simbol: o/oo). Menurut KEPMEN LH (2004) Salinitas
optimal untuk pertumbuhan Trachelomonas sp. dengan kisaran antara 30-34 ppt.
2.5.3 Suhu
mikroalga antara 23-25oC, tergantung pada komposisi medium kultur, spesies dan
tempat budidaya (Sari dan Manan, 2012). Suhu lebih rendah dari 16 o akan
8
25oC - 35oC (Nofdianto, 2009). Laju proses metabolisme akan meningkat seiring
dengan kenaikan suhu. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum proses
2.5.4 Cahaya
matahari yang diperlukan oleh mikroalga dapat digantikan dengan lampu TL atau
materi organik. Bersama dengan cahaya yang merupakan sumber energi sangat
berperan dalam proses fotosintesis pada alga. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi
perubahan pada salinitas dan suhu sehingga akan menjadi kendala dalam
2.5.5 Nutrien
nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh organisme fitoplankton, alga yang digunakan
tersebut akan dimanfaatkan secara optimal untuk diserap oleh fitoplankton sebagai
9
dan keragaman spesies. Konsentrasi mikroalga yang terlalu rendah dan tinggi
2017).
terdiri dari mikro nutrien dan makro nutrien. Unsur hara makro nutrien
perbanyakan sel. Makro nutrien terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen
(N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), dan kalsium (C).
Sedangkan mikro nutrien yang dibutuhkan antara lain besi (Fe), tembaga (Cu),
mangan (Mn), zink (Zn), molibdenum (Mo), borat (Bo), dan silikon (Si). Nutrien
biomassa mikroalga.
Pemilihan pakan alami untuk larva atau benih ikan perlu memperhatikan
ukuran yang seuai dengan bukaan mulut larva dan benih ikan, gerakannya dapat
salah satu rotifer yang mempunyai kandungan EPA (Eiscosapentaenoic acid) dan
ikan dan memiliki peran penting sebagai Omega 3. Pada pemeliharaan larva tanpa
10
menurun, dibandingkan dengan rotifer yang cukup pakan (Okauchi, 2004 dalam
baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati hingga mampu
yang mengandung logam berat pemanfaatan alga baik dalam bentuk biomassa
karena metode ini sangat efisien, biaya relatif murah, hasil sampingan tidak
berbahaya, biosorben dapat diregenerasi dan ion logam yang teradsorpsi dapat
karena di dalamnya terdapat gugus fungsi amina, amida, dan karboksilat yang
dapat berikatan dengan ion logam (Wisnu, 2006 dalam Nisak et al., 2013).
tinggi terhadap logam berat dan tidak memiliki proteksi khusus untuk masuknya
logam berat ke dalam sel. Kosentrasi awal logam yang rendah mampu
meningkatkan kinerja interaksi antara ion logam dengan situs pengikat sehingga
(green house effect) (Ikawati, 2009). Dampak dari meningkatnya suhu permukaan
bumi, naiknya permukaan air laut, anomali iklim, timbul berbagai penyakit pada
menjadi energi terbaru dan ramah lingkungan. Trachelomonas sp. dapat dijadikan
sebagai mikroalga untuk mengatasi emisi CO2 dalam asap buangan pabrik bersuhu
tinggi dan dapat menurunkan kadar pencemar dalam suatu perairan (Hanif,
2014).
2012). Beberapa kelebihan tersebut antara lain dapat tumbuh cepat, bahkan dalam
waktu tujuh hari sudah bisa dipanen dengan waktu efektif mencapai tiga tahun
tumbuh baik pada media serta kondisi lingkungan tumbuh yang tersedia. Tiap
jenis alga memiliki preferensi terhadap kondisi media yang berbeda, sehingga
secara teoritis isolasi jenis alga dapat dilakukan dengan variasi komposisi
tertentu, maka perlu dilakukan isolasi dan kultur terhadap jenis alga yang
diinginkan. Ada empat jenis teknik isolasi alga untuk mendapatkan kultur tunggal,
yaitu metode gores (streaking), semprot (spraying), serial pengenceran dan isolasi
efektif dan bertujuan untuk mendapatkan satu koloni mikroalga tunggal (Chaidir
et al., 2017).
dilakukan dengan lampu neon (Hannoc) 16 watt, sedangkan pH pada media kutur
adalah 6-7. Skala kultur murni dibutuhkan kondisi yang terjaga, baik suhu,
dapat tumbuh baik dengan suhu yang relatif rendah. Pemberian pupuk dilakukan
bersamaan dengan masuknya bibit atau diawal kultur dengan menggunakan dosis
2 mL/L (Anjar, 2002). Mikroalga yang tumbuh dominan pada metode pemurnian
13
(Iskandar, 2017).
14
Kelautan Universitas Riau Kecamatan Bina Widya Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
Metode yang digunakan pada praktek magang ini adalah metode mentorial
(short course), metode praktek langsung dan metode studi literatur. Metode
a. Metode mentorial (short course) yaitu dengan cara mendapatkan arahan dan
primer dan sekunder. Data primer didapatkan dengan cara mengikuti secara
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya, untuk mendapatkan data primer dengan pengamatan secara
langsung di laboratorium, dan berbagai hal yang berhubungan dengan isolasi dan
Pengolahan Limbah, jumlah dosen dan staff, struktur organisasi, dan letak
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari kegiatan praktek
ditabulasikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk dianalisis secara deskriptif
16
laboratorium dari berbagai sumber. Data yang telah diperoleh dapat dilihat pada
bagian hasil.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Kota Pekanbaru Provinsi Riau
Laboratorium adalah Dr. Ir. Madju Siagian, MS; Sekretaris Ir. Sampe Harahap,
MS; dan anggota terdiri dari Drs. M. Hasbi, M. Si, Ir. Eko Purwanto, M.Si, dan
Sampe Harahap, MS; Sekretaris Drs. M. Hasbi, M.Si; dan anggota Ir. Eko
Purwanto, M.Si, dan Budijono, S.Pi, M.Sc). Pada tahun 2009-2012, Laboratorium
Sekretaris Budijono, S.Pi, M.Sc; Anggota Ir. Eko Purwanto, M.Si, Ir. Sampe
M.Si; Anggota Ir. Eko Purwanto, M.Si, Ir. Sampe Harahap, MS).
18
sebagai berikut:
profesinya.
Pengolahan Limbah memiliki Visi dan Misi. Adapun visi dari Laboratorium
Pengolahan Limbah FPK UNRI yaitu merupakan pusat pendidikan dan penelitian
pengelolaan sumberdaya perairan, DAS dan Rawa di Asia Tenggara pada tahun
2035.
sumberdaya perairan.
mahasiswa;
Universitas Riau dipimpin oleh seorang kepala laboratorium serta dibantu oleh
pranata laboratorium dan memiliki anggota yang terdiri dari dosen jurusan
Kepala Laboratorium:
Budijono S.Pi, M.Sc.
Universitas Riau memiliki sarana dan prasarana yang dipersiapkan untuk kegiatan
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Staff Pranata Laboratorium bahwa
lain:
tampung sebesar 30 - 35 orang. Ruangan ini dilengkapi dengan alat dan bahan
yang dapat digunakan oleh mahasiswa dan dosen dalam melakukan praktikum dan
22
laboratorium terdapat rak yang berisi proposal magang dan skripsi mahasiswa
praktek magang dan penelitian. Ruangan ini juga terdapat alat dan bahan yang
kegiatan akademisi serta ruang istirahat dosen. Ruangan juga dipergunakan oleh
Ruang bahan dan alat memiliki kelengkapan fasilitas yang dapat digunakan
oleh mahasiswa dan dosen. Adapun peralatan yang tersedia dalam praktek
digolongkan berdasar:
pertumbuhan mikroba.
penggunaan alat dan bahan dalam kegiatan magang dan penelitian yang berada
didukung oleh sumberdaya manusia sebanyak 6 orang yang terdiri dari macam
Pengolahan Limbah dikelola oleh dosen yang memiliki kualitas yang baik. Ilmu
pengetahuan bidang pengolahan limbah dalam suatu perairan DAS dan rawa
pengabdian pada masyarakat. Adanya sumberdaya yang memadai baik dari segi
tenaga kerja, dosen pengajar serta mahasiswa akan membawa dampak positif
selama 1 bulan yakni mulai tanggal 1 Februari - 1 Maret 2021. Kegiatan praktek
magang (adaptasi, sosialisasi, wawancara, dan ikut bekerja pada bagian isolasi dan
praktek magang. Untuk lebih jelasnya kegiatan yang dilaksanakan selama praktek
dimulai dari kultur skala laboratorium menggunakan toples plastik. Dalam praktek
skala laboratorium.
28
SStrelisasi Alat
Isolasi Mikroalga
Pemupukan
Penebaran Bibit
Pemeliharaan
Perhitungan Kepadatan
Gambar 4. Prosedur Kerja Isolasi dan Kultur Mikroalga Trachelomonas sp.
Mencoba kekuatan rak dengan meletakkan toples yang berisi 2 liter air
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5. Pembuatan Rak Kultur (a) Membuat kerangka Rak Kultur, (b)
Memasang Triplex pada Rak Kultur, (c) Pemasangan Lampu pada
Rak, dan (d) Uji Kekuatan Rak
2. Strelisasi Alat
seperti protozoa, bakteri, plankton dan jenis lainnya, dan menghilangkan kotoran
yang berada pada toples dan alat. Adapun strelisasi alat skala laboratorium di
Riau yaitu dengan cara mencuci alat-alat seperti toples, gelas ukur, pipet ukur,
batu aerasi, selang aerasi dengan sunlight dan sikat ataupun spon hingga noda
pada alat-alat tersebut hilang. Sterilisasi alat dicuci dengan air mengalir dan
deterjen kemudian disemprotkan sebuah larutan yang berisi aquades pada alat
3. Isolasi Mikroalga
cukup efektif untuk menapis dan mengisolasi satu jenis mikroalga, karena
sumber dari (Adi Mulyanto, 2010), prosedur isolasi mikroalga dengan teknik
dahulu seperti mikroskop, object glass, cover glass, pipet tetes, aquades,
tissue, tabung reaksi dan setiap alat disterilkan menggunakan alkohol 70%
31
menggunakan pipet tetes yang telah steril kemudian diletakkan pada object
Setelah diamati, objek gelas diberi aquades dan dimasukkan ke dalam botol
Jika sudah ditemukan satu jenis mikroalga pada object glass, maka objek
(a) (b)
Gambar 7. Isolasi Mikroalga (a) Pengambilan Sampel dan (b) Pengamatan
Mono Spesies
pada toples. Pada skala laboratorium, media kultur yang digunakan adalah air Vit.
Pengisian media kultur dilakukan dengan menuangkan air Vit dari galon ke dalam
aerasi yang dihubungkan dengan selang aerasi melalui aerator. Aerasi selama
minimal 12 jam, selanjutnya matikan aerasi dan biarkan air Vit selama 1 hari.
Media air kultur skala laboratorium siap digunakan. Kemudian bibit mikroalga
5. Pemupukan
Air Vit yang digunakan sebagai media kultur Trachelomonas sp. belum
dalam media kultur. Pemberian pupuk skala laboraratorium pada praktek magang
dilakukan setelah penebaran bibit Trachelomonas sp. Pupuk yang digunakan pada
skala laboratorium adalah pupuk walne, pupuk NPK + EDTA dan pupuk Dahril
dalam 1 L air pada 3 toples, dimana pupuk NPK digross terlebih dahulu
setiap hari sesuai dengan jam yang telah diberikan sebelumnya selama masa
pengkulturan,
Setiap toples yang sudah diberi pupuk didiamkan selama 15-25 menit
dengan aerasi agar pupuk tersebar merata dehingga siap dilaukan penebaran
menjadi mono spesies, maka selanjutnya dilakukan kultur murni mikroalga. Bibit
Trachelomonas sp. yang ditebar pada media dalam skala laboratorium dilakukan
untuk mendapatkan sel dengan jumlah yang sama pada ke-9 toples . Sehingga
7. Pemeliharaan
kesterilan media kultur agar tidak terkontaminasi oleh jenis plankton lain,
menjaga kebersihan alat-alat pengukuran kualitas air dan media kultur serta media
Menurut Chyaningsih (2006 dalam Kawaroe et al., 2012) dalam melakukan kultur
kondisi yang optimal. Kondisi yang dimaksud adalah suhu dan pH. Pengukuran
kualitas air pada 9 toples dilakukan pada hari ke-1 hingga hari ke-9 pada jam
15.00 WIB. Pengkulturan kualitas air dilakukan dengan alat pH meter dan
termometer.
thermometer,
yang aman.
(a) (b)
Gambar 9. Pengukuran Kualitas Air (a) Pengukuran Ph (b) Pengukuran
Suhu
Adapun data hasil pengukuran kualitas air pada 9 toples selama masa
kultur menunjukkan hasil yang sama dan dapat dilihat pada Tabel 6.
Hari ke-
Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9
o
Suhu ( C) 26 27 27 27 27 27 27 27 27
pH 7,16 7,17 7,18 7,18 7,18 7,18 7,18 7,18 7,18
Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa perbedaan suhu pada masa kultur berkisar
antara 25-27. Kisaran suhu tersebut sesuai dengan pernyataan kisaran suhu yang
6,76 dan merupakan nilai pH optimum untuk kultur Trachelomonas sp. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Juráň (2016) yang menyatakan secara umum kisaran pH
9. Perhitungan Kepadatan
jam 15.00 setiap harinya selama masa kultur. Tahapan yang dilakukan untuk
aquades, tabung reaksi, dan gelas ukur volume 10 ml dan telah disterilkan,
Setelah itu ambil 1 mL air sampel dan masukkan dalam gelas ukur untuk
sampel dan dihitung dengan rumus berikut menurut kepada (Mukhlis et al.,
2017).
37
sp. skala laboratorium menggunakan pupuk walne dapat dilihat pada Tabel 7:
pupuk walne diperoleh rata-ratanya kemudian dibuat kedalam grafik. Untuk lebih
500,000
400,000
Kepadatan (sel/L)
300,000
200,000
100,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari Ke-
Gambar 11. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Walne
Berdasarkan data Tabel 7 dan Gambar 11 dapat dilihat bahwa kepadatan
700,000
600,000
Kepadatan (sel/L)
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari Ke-
Gambar 12. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk NPK + EDTA
Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada hari ke-2
bahwa toples ke-1 mengalami puncak kepadatan mikroalga tertinggi yaitu sebesar
pupuk Dahril Solution pada toples kultur dapat dilihat pada Tabel 9.
500,000
400,000
Kepadatan (sel/l)
300,000
200,000
100,000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hari Ke-
Gambar 13. Kepadatan Trachelomonas sp. dengan Pupuk Dahril Solution
Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa kepadatan awal
Trachelomonas sp. pada media kultur adalah 233.000 sel/L. Selanjutnya dihari ke-
Pertumbuhan hari ke-2 dan hari ke-3 mengalami fase pertumbuhan lag yang
meningkatnya tingkat enzim dan metabolit yang terlibat dalam pembelahan sel
dan fiksasi karbon. Pada saat beradaptasi, sel mengalami defisiensi enzim dan
Pada hari ke-4 dan hari ke-5 terjadi fse logaritmik/ekponensial dimana sel
temperatur yang stabil. Pada hari ke-6 terjadi fase berkurangnya pertumbuhan
relatif yang pertumbuhan sel mulai melambat ketika nutrien, cahaya, pH, CO 2,
atau faktor kimia dan fisika lain mulai membatasi pertumbuhan (Madigan et al.,
2010).
41
V.1 Kesimpulan
dilanjutkan dengan kultur Trachelomonas sp. pada skala laboratorium. Metode ini
dimulai dengan pembuatan rak kultur, strelisasi alat, isolasi mikroalga dengan
Pada kultur Trachelomonas sp. menggunakan 3 pupuk yaitu pupuk walne, pupuk
EDTA+Na dan pupuk Dahril Solution. 2). Kualitas air pada kultur didapat suhu
menunjang pertumbuhan Trachelomonas sp. Dalam kisaran yang yang baik dan
dapat ditorelir. Praktek magang yang telah dilakukan ini membantu saya dalam
didapatkan berupa soft skill mengenai analisa berfikir, kerjasama kelompok dan
komunikasi yang baik. Pengembangan hard skill berupa teknik isolasi dan kultur
mikroalga Trachelomonas sp. Hal ini didapatkan selama kegiatan praktek magang
5.2 Saran
dan menambah referensi mengenai teknik isolasi dan kultur mikaroalga dari
yang diinginkan serta selalu berusaha mencoba sesuatu yang baru karena dapat
selama magang agar lebih menjaga kesterilan alat yang digunakan untuk
mikroalga.
43
DAFTAR PUSTAKA
Adi, M. 2010. Mikroalga Sebagai Agensia Penambat Gas Karbon Dioksida. Jurnal
Hidrosfir. 5(2): 13-23.
Aung, W.L., N. Kyaw, dan N.H. Nway. 2013. Biosorption of Lead (Pb2+) by
using Chlorella vulgaris. International Journal of Chemical, Environmental
and Biological Sciences. 1(2): 2320–4087.
Hidayat, R., L. Viruly, dan D. Azizah. 2013. Kajian K andungan Klorofil-a pada
Fitoplankton Terhadap Parameter Kualitas Air di Teluk Tanjungpinang
Kepulaun Riau. Program Studi Manejemen Sumberdaya Perairan
Universitas Maritim Raja Ali Haji. http://jurnal.umrah.ac.id/?p=1690.
(diakses pada tanggal 05 Januari 201 pukul 12.00 WIB).
Susilaningsih, D., S. Lestari, T. Hidayat, dan Susanti. 2014. Efikasi Limbah Sagu
Sebagai Substrat Kaya Nutrisi Untuk Mikroalga Isolat LIPI11-2- AL002.
(13) 301–7.
Wahyuni, G. 2017. Teknik Kultur Mikroalga Spirulina sp. Skala Semi Massal di
Balai Besar Perikanan dan Budidaya Air Payau Jepara Jawa Tengah.
Laporan Magang. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan).
Widyastuti, C., dan D. Ayu. 2014. Sintesis Biodiesel dari Minyak Mikroalga Jenis
Chlorella vulgaris dengan Reaksi Transesterifikasi Mengunakan Katalis
KOH. Jurnal Alam Terbarukan. 3(1): 36 -41.
Winahyu, D., Y. Anggraini, E.L. Rustiati, J. Master, dan A. Setiawan. 2013. Studi
Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat Konservasi
Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Proceedings Semirata 4 (5): 93-98.
Lampung: FMIPA UNILA.
45
LAMPIRAN
46
Toples Aerator
Pupuk NPK
51