Anda di halaman 1dari 64

HASIL PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN MIKROPLASTIK PADA IKAN NILA


(Oreochromis niloticus) DAN IKAN KEBARAU (Hampala macrolepidota)
DI WADUK PLTA KOTO PANJANG KABUPATEN KAMPAR
PROVINSI RIAU

OLEH:

ARIF PUTRA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
2
3

HASIL PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN MIKROPLASTIK PADA IKAN NILA


(Oreochromis niloticus) DAN IKAN KEBARAU (Hampala macrolepidota),
DI WADUK PLTA KOTO PANJANG KABUPATEN KAMPAR
PROVINSI RIAU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian


pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

OLEH:

ARIF PUTRA
1404112721

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, i
RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUBERDAYA PERAIRAN
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Analisis KandunganMikroplastik Pada Ikan Nila


(Oreochromis niloticus) dan Ikan Kebarau (Hampala
makcrolepidota) di Waduk PLTA Koto Panjang
Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Nama : Arif Putra

NomorMahasiswa : 1404112721

Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan

Program Studi : ManajemenSumberdayaPerairan

Disetujui Oleh,

Dekan, Pembimbing I,

Prof.Dr.Ir. Bintal AminM.Sc Nur El Fajri, S. Pi, M. Si


NIP. 196304031988031003 NIP. 196707161997021001

Pembimbing II,

Dr. Ir. Eni Sumiarsih,M.Sc


NIP. 196605111992032003
ii

RINGKASAN

Arif Putra (1404112721). Analisis Kandungan Mikroplastik pada Ikan


(Oreochromis niloticus) dan Ikan Kebarau (Hampala macrolepidota) di
Waduk PLTA Koto Panjang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Dibawah
bimbingan Bapak Nur El Fajri, S. Pi, M. Si dan Ibu Dr. Ir. Eni Sumiarsih,
M. Sc.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bula November 2020-Desember

2021 di Waduk PLTA Koto Panjang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Penelitian ini dilakukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan Kebarau

(Hampala macrolepidota). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

terdapat mikroplastik pada lambung ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan

Kebarau (Hampala macrolepidota) beserta tipe dan kelimpahannya. Ikan sampel

diambil dari hasil tangkapan nelayan 54 ekor ikan. Sampel ikan tersebut dibedah

dan diambil lambungnya untuk dilakukan analisis mikroplastik di Laboratorium

Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Riau. Hasil identifikasi tipe kelimpahan mikroplastik dibahas secara

deskriptif menurut literatur yang terkait yang ditabulasi dalam bentuk grafik dan

gambar.

Tipe mikroplastik pada hasil penelitian ini adalah tipe film, fiber, dan

fregmen. Tipe mikroplastik yang mendominasi pada lambung ikan nila

(Oreochromis niloticus) adalah tipe film, sebanyak 4.6 partikel/ individu. Tipe

fiber sebanyak 1,2 partikel/individu dan fregmen 0,7 partikel/individu dan

Kebarau (Hampala macrolepidota) adalah tipe film 4,7 partikel/individu. Fiber

2,1 partikel/individu dan tipe fregmen 1,2 partikel/individu.


iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul

“Analisis Kandungan Mikroplastik pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan

Ikan Kebarau (Hampala macrolepidota) di Waduk PLTA Koto Panjang

Kabupaten Kampar Provinsi Riau”.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang

sangat disayang Bapak, Ibu, Adik dan keluarga yang telah memberi dukungan dan

motivasi terbaik. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Nur El

Fajri S.Pi, M.Si dan Ibu Dr.Ir Eni Sumiarsih M.Sc selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan petunjuk dan bimbingan, serta semua pihak yang telah bersedia

membimbing untuk membantu dalam proses penyusunan hasil penelitian ini.

Penulis mengharapkan segala kritik dan saran guna menyempurnakan

hasil penelitian ini serta pembaca sebagai acuan penelitian selanjutnya dimasa

akan datang.

Pekanbaru, September 2021

Arif Putra
iv

DAFTAR ISI

Isi Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN............................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................... 4
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian................................................... 4
1.4 Hipotesis...................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Waduk PLTA Koto Panjang........................................................ 6
2.2 Pencemaran Sampah PLastik……………………....................... 6
2.3 Mikroplastik................................................................................. 7
2.3.1. Karakteristik Mikroplastik................................................. 8
2.3.2. Ciri-ciri Mikroplastik......................................................... 9
2.3.3. Jenis Mikroplastik.............................................................. 9
2.3.3.1. Fiber atau Filamen……………………………… 10
2.3.3.2. Film……………………………………………... 10
2.3.3.3. Fregmen………………………………………… 11
2.4. Ikan…………………………………………………………….. 11
2.4.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)…………………….... 11
2.4.2. Ikan Kebarau (Hampala macrolepidota)……………….. 13
2.4.3. Usus dan Lambung…………………………………….... 14
2.5. Pengaruh Mikroplastik terhadap Ikan......................................... 15
2.6. Pengaruh Mikroplastik terhadap Manusia................................... 16

III. METODOLOGI PENELIAN


3.1 Waktu danTempat........................................................................ 17
3.2 Bahan dan Alat…………………………………………………. 17
3.2.1 Bahan yang digunakan selama Penelitian………………... 17
3.3.2 Alat yang digunakan selama Penelitian.............................. 17
3.3 Metode Penelitian........................................................................ 18
3.4 Prosedur Penelitian...................................................................... 18
3.4.1 Penentukan Kawasan Sampling.......................................... 18
3.4.2 Pengambilan Sampel Ikan………………………………... 18
v

3.4.3 Analisis Sampel Usus dan Lambung Ikan……………….. 20


3.4.4 Analisis dan Identifikasi Mikroplastik................................ 20
3.5. Pengukuran Parameter Lingkungan............................................ 21
3.5.1. Suhu……………………………………………………... 21
3.5.2. pH……………………………………………………….. 22
3.5.3. Kecerahan……………………………………………….. 22
3.5.4. Kecepatan Arus………………………………………..... 22
3.6. Analisi Data…………………………………………………..... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Keadaan umum Waduk Koto Panjang................................................ 24
4.2. Sampah Plastik................................................................................... 25
4.3. Tipe dan Kelimpahan Mikropastik pada 2 Jenis Ikan........................ 27
4.3.1. Tipe Mikroplastik.................................................................... 27
4.3.2. Kelimpahan Mikroplastik........................................................ 26
4.4. Parameter Air...................................................................................... 35
4.4.1. Suhu…………………………………………………………. 35
4.4.2. Kecepatan Arus……………………………………………… 36
4.4.3. Kecerahan…………………………………………………… 36
4.5. Kebijakan Dalam Pengelolaan Sampah Plastik.................................. 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan......................................................................................... 38
5.2. Saran................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pembagian Tipe Mikroplastik................................................................. 21


vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus).......................................................... 11

2. Ikan Kebarau (Hampala macrolepidota)……………………………… 13

3. Usus dan Lambung Ikan ……………………………………………… 14

4. Tipe Mikroplastik…………………………………………………….... 21

5. Tipe Mikroplastik pada Lambung Ikan................................................... 27

6. Tipe mikroplasti pada Ikan .................................................................... 29

7. Kelimpahan Mikroplastik pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

dan Ikan Kebarau (Hampala macrolepidota)…………………………… 31


viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

2. Stasiun Pengambilan Sampel…………………………………………………. 46

3. Bahan dan Alat yang digunakan.………………………………………. …….. 48

4. Kegiatan Selama Penelitian…………………………………………………... 50


1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Waduk Koto PLTA Panjang terletak di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

yang mempunyai luas 12.400 ha. Waduk PLTA Koto Panjang terbentuk pada

tahun 1996, sumber air waduk berasal dari aliran Sungai Kampar dan Sungai

Batang Mahat. Waduk PLTA memiliki Pembangkit LIstrik Tenaga Air (PLTA).

Di daerah PLTA Koto Panjang terdapat irigasi, pemukiman penduduk dan tempat

wisata.

Di Waduk PLTA Koto Panjang terdapat beragam aktivitas baik dari

ekowisata maupun ekonomi. Aktivitas yang dilakukan dari segi ekowisata berupa

konservasi serta pengembangan wilayah menjadi tempat wisata. Dalam segi

ekonomi, aktivitas yang dilakukan dimasyarakta berupa keramba jarring apung

(KJA), penangkapan oleh nelayan dijadikan tempat wisata sehingga membuka

lowongan pekerja bagi masyarakat.

Beragamnya potensi di waduk PLTA Koto Panjang dapat memberikan

dampak yang serius terhadap waduk. Banyaknya pengunjung wisata, aktivitas

nelayan serta saluran irigasi dari pemukiman masyarakat yang menuju waduk

dapat memberikan ancaman pencemaran terhadap waduk. Salah satu ancaman

terbesar pada lingkungan dimana rendahnya tingkat kemampuan degradasi

plastik, sehingga terjadi penumpukan sampah plastik dilingkungan perairan

Sampah pelastik yang masuk ke perairan tentunya dapat mengakibatkan

pencemaran perairan seperti pencemaran mikroplastik. Mikroplastik memiliki

ukuran berkisar antara 0,33 mm-5 mm, tentunya dapat dilihat dengan kasat mata

namun memberikan dampak negatif terhadap perairan dan organisme perairan


2

salah satunya adalah ikan. Semakin kecil partikel mikroplastik, semakin besar

pula kemungkinan mikroplastik tersebut dimakan oleh organisme perairan

(Carson et al 2013).

Ikan adalah anggota vertebrata berdarah dingin yang hidup di air dan

bernapass dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling

beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia.

Diperairan Waduk PLTA Koto Panjang terdapat beragam jenis ikan seperti

gurami (Osphronemus garomy), tambakan (Helostoma temmincki), gabus

(Channa Striata), belida (Chitala hipselonotus), nila (Oreochromis niloticus) dan

kebarau (Hampala macrolepidota) dan lain-lain. Dalam penelitian ini, organisme

yang dianalisis kandungan mikroplastiknya adalah ikan nila (Oreochromis

niloticus) dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota).

Kedua jenis ikan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dimana ikan nila

(Oreochromis niloticus) menjadi salah satu spesies yang banyak ditangkap dan

dijual di pasar. Selain itu ikan kebarau (Hampala macrolepidota) juga menjadi

buruan nelayan di waduk Koto Panjang tersebut, karena harga juanya yang sangat

tinggi. Selain bernilai ekonomis, kedua jenis ikan ini dijadikan objek penelitian

karena termasuk kedalam jenis pemakan segalanya (omnivora). Di waduk PLTA

Koto Panjang juga sudah dilakukan penelitian tentang mikroplastik pada beberapa

jenis ikan, tetapi tidak termasuk ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan

kebarau (Hampala macrolepidota), sehingga kedua jenis ikan ini perlu juga

dilakukan analisis untuk melihat kandungan mikroplastik pada ikan tersebut.


3

Ikan nila (Oreochromis niloticus) yang bersipat pemakan segalanya

(omnivora) tentunya berperan besar terkontaminasi oleh mikroplastik, karena

selain melalui makanan, mikroplastik yang berukuran kecil juga terserap melalui

air. Mikroplastik yang terkontaminasi kedalam tubuh ikan akan masuk kesaluran

pencernaan. Saluran pencernaan ikan yang terakumulasi mikroplastik dapat

membuat ikan tersebut mengalami penurunan nafsu makan, karena tinggi

perubahan senyawa kimia mikroplastik yang ada didalam tubuh ikan.

Mikroplastik juga dikhawatirkan dapat memfasilitasi transformasi kontaminasi

kimia dan menjadi pembawa kontaminasi organik maupun anorganik yang

berbahaya (Hirai et al, 2011). Akibat yang ditimbulkan apabila manusia

terkontaminasi oleh mikroplastik secara terus menerus dapat mengakibatkan

iritasi pada kulit, masalah pada pernafasan, timbul penyakit sistem peredaran

darah, masalah pada pencernaran dan sistem reproduksi (Carbery et al., 2018).

Tubuh manusia yang terdapat mikroplastik dapat mempengaruhi pembengkakan

usus dan menurunkan sistem kekebalan tubuh (Holman et al, 2013).

Dampak yang di timbulkan mikroplastik pada organisme perairan dan

manusia tentunya menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan, sehingga penting

dilakukan penlitian di Waduk Koto Panjang tentang mikroplastik pada organisme

perairan salah satunya adalah ikan. berdasarkan uraian diatas, maka akan

dilakukan penelitian tentang kandungan mikroplastik pada ikan nila

(Oreochoromis niloticus) dan ikan Kebarau (Hampala macrolepidota) di perairan

Waduk Koto Panjang. Lokasi penelitiaan ini dilakukan di Waduk Kota Panjang

karena lokasi ini lebih banyak aktivitas masyarakat yang mengakibatkan

pembuangan sampah plastik yang semakin meningkat dibandingkan lokasi lain


4

seperti danau lubuk siam. Selain itu, di Waduk Koto Panjang juga banyak

aktivitas yang bernilai ekonomis salah satunya dibidang perikanan.

1.2. Perumusan Masalah

Waduk PLTA Koto Panjang merupakan salah satu waduk yang terdapat di

Kabupaten Kampar Provinsi Riau yang terbentuk pada tahun 1996 dengan luas

12400 ha, dimana sumber air waduk berasal dari sungai Kampar dan sungai

Manahat. Terdapat beragam aktivitas disekitar kawasan waduk PLTA Koto

Panjang seperti wisata, irigasi pemukiman penduduk serta nelayan yang

menangkap ikan di waduk tersebut. Beragam aktivitas tersebut tentunya

memberikan ancaman terhadap perairan waduk PLTA koto panjang seperti

sampah plastik, dimana dalam jangka waktu tertentu sampah plastik dapat

menjadi mikroplastik. Mikroplastik di perairan tidak bisa terurai sehingga akan

menimbulkan dampak terhadap ikan. Jika ikan terkontaminasi oleh mikroplastik

dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan pernapasan dan

sebagainya. Sedangkan pada manusia yang telah mengkonsumsi ikan yang

terkontaminasi oleh mikroplastik, dapat mengakibatkan iritasi pada kulit, masalah

pada pernafasan, menurunnya sistem kekebalan tubuh, timbul penyakit sistem

peredaran darah, masalah pada pencernaan dan sistem reproduksi. Berdasarkan

uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk melihat kandungan mikroplastik

pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan kebarau (Hampala

macrolepidota) yang terdapat di perairan Waduk PLTA Koto Panjang.

1.3. Tujuan dan manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain, adalah::


5

1. Untuk mengetahui apakah terdapat mikroplastik pada lambung dan usus pada

ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota)

di Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau,

2. Untuk mengetahui jenis-jenis mikroplastik pada lambungdan usus ikan nila

(Oreochromis niloticus) dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota) di

Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

3. Untuk mengetahui jumlah kandungan mikroplastik pada lambungikan nila

(Oreochromis niloticus) dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota) di

Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan

jenis mikroplastik apa saja dan berapa jumlah kandungan mikropastik yang

terdapat pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan kebarau (Hampala

macrolepidota). Selain itu juga dapat memberikan informasi bagi masyarakat

khususnya masyarakat disekitar Waduk PLTA Koto Panjang dan menjadi tolak

ukur efektifitas pengendalian pencemaran mikropastik di perairan di PLTA

Waduk Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah terdapat Mikroplastik

pada ikan ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan Barau (Hampala

macrolepidota).
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Waduk PLTA Koto Panjang

Waduk merupakan suatu bentuk perairan tawar tergenang yang terbentuk

karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Perairan ini memiliki luas dan

kedalaman yang berfluktuasi. Fluktuasi ini ditentukan oleh fungsi waduk sebagai

pembangkit tenaga listrik, pengairan, perikanan dan lain sebagainya (Nurdin,

2003).

Waduk PLTA Koto Panjang dibangun pada tahun 1996 seluas 12400 ha.

Waduk Koto Panjang mendapat pasokan air dari sungai Batang Mangat yang

berhulu di Provinsi Sumatera Barat. Dari sisi ekonomi keterlibatan masyarakat

dalam aktivitas pada ekowisata akan menjamin keamanan dan keberadaan

sumberdaya alam tersebut (Espriana, 2009). Perubahan pola hidup masyarakat

yang hidup disekitar Waduk Koto Panjang pada awalnya merupakan penggarap

sawah garapannya telah ditenggelamkan menjadi waduk (Puspita et al, 2005).

Untuk mengmbangkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, fungsi

pengelolaan perairan waduk untuk memberikan daya guna dan hasil guna yang

diharapkan batas-batas optimal bagi kepentingan bersama dan berlangsung secara

berkelanjutan (Fandeli, 2001).

II.2. Pencemaran Sampah Plastik

Pencemaran adalah terpaparnya lingkungan oleh mahluk hidup, energi dan

komponen lain hasil kegiatan manusia sehingga menyebabkan kualitas suatu

lingkungan turun atau berubah fungsi dari lingkungan. Pencemaran suatu

permasalahan yang dihadapi di suatu lingkungan sekitar yang disebabkan oleh


7

adanya aktivitas manusia. Salah satu contohnya yaitu pencemaran sampah yang

ada di laut. Pencemaran tersebut berasal dari limbah rumah tangga maupun

industri plastik yang dibuang ke sungai dan akhirnya mengalir ke laut (Ratri,

2018). Pencemaran menjadi masalah yang sangat serius, pasalnya seluruh

kegiatan manusia akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan.

Semakain tinggi angka penduduk maka semakin tinggi pula volume limbah salah

satunya limbah plastik. Manusia sangat menunkmati penggunaan plastik dalam

berbagai aplikasi tanpa menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkannya.

Sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia pada akhirnya akan kembali

dibuang kelingkungan. Semakin banyak plastik yang digunakan manusia, semakin

banyak pula sampah yang dibuang ke lingkungan. Dibutuhkan waktu ratusan

tahun agar plastik dapat terdegradasi. Hal ini yang menyebabkan limbah plastik

Waduk lebih mendominasi dibandingkan limbah lainnya (Lilis, 2018:17).

Plastik merupakan salah satu material yang banyak digunakan oleh

manusia. Aplikasinya sangat luas baik kegiatan sehari-hari maupun dalam hal

komersial.Sampah plastik yang dihasilkan oleh aktivitas manusia pada akhirnya

akan masuk kewilayah perairan dan menjadi mikroplastik.

II.3. Mikroplastik

Plastik merupakan polimer yang dibentuk pada suhu tinggi, plastik dapat

dibuat dengan polimerisasimonomer (Septiari et al., 2014). Plastik memiliki sifat

yang tahan lama, ketika berada diperairan maka plastik tidak akan terurai dan

akan menjadi potongan lebih kecil molekular yang biasa disebut mikroplastik

(Ayuningtyas et al.,2019). Mikroplastik dengan ukuran partikel sudah banyak

terdeteksi di banyak wilayah perairan diseluruh dunia (Eriksen et al.,2013).


8

mikroplastik merupakan partikel plastikberukuran kecil yang berukuran 5 mm

atau lebih (Widianarko dan Hartono, 2018). Mikroplastik terbagi menjadi 2

kategori yaitu ukuran besar (1-5 mm) dan kecil (<1 mm), sedangkan untuk ukuran

(<300 µm) disebut nanoplastik. Berdasarkan proses terbentuknya mikroplastik

dibagi menjadi 2 yaitu mikroplastik primer dan mikroplastik sekunder.

Mikroplastik primer adalah mikroplastik sudah memiliki ukuran mikro dari awal

pembuatannya, sedangkan mikroplastik sekunder terbentuk dari plastik berukuran

besar yang terdegradasi menjadi partikel mikro (Rachmat et al 2019).

Mikroplastik terbentuk dilingkungan akibat dari paparan sinar matahari yang

menyebabkan proses foto oksidasi sebagai hasil dari absorbansi panjang

gelombang berenergi tinggi dari spektrum ultra violet (UV) oleh polimer. Setelah

degradasi dimulai, dapat dilanjutkan melalui reaksi thermo oksidatif yang

bergantung pada suhu tanpa paparan radiasi (UV) lebih Lanjut selama oksigen

tersedia hingga membentuk mikroplastik.

II.3.1. Karakteristik Mikroplastik

Mikroplastik adalah fragment dari plastik yang terdegradasi, ukuran

partikel dari mikroplastik adalah kurang dari 5mm. Mikroplastik sekunder berasal

dari degradasi barang plastik yang lebih besar menjadi fragment plastik yang lebih

kecil hal ini karena melalui proses fotodegradasi dan proses pelapukan limbah

lainnyaseperti kantong plastik yang dibuang atau seperti jaring ikan (Eriksen,et

al., 2014). Sumber mikroplastik bertipe fragmant berasal botol-botol minuman,

sisa toples yang terbuang, map mika, kepingan galon dan potongan (Kingfisher,

2011). Fragment merupakan hasil produk plastik dari polimer sintesis yang sangat

kuat,sedangkan sumber mikroplastik bertipe film berasal dari kantong-kantong


9

palstik, kemasan makanan film merupakan pollimer plastik sekunder berdasarkan

dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dari kantong-kantong

palstik, kemasan makanan film merupakan pollimer plastik sekunder berdasarkan

dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki densitas

rendah (kingfisher, 2011).

II.3.2. Ciri-Ciri Mikroplastik

Mikroplastik digolongkan menurut karakter morfologi yaitu ukuran,

bentuk, warna. Ukuran menjadi faktor penting berkaitan dengan jangkauan efek

yang terkena pada organisme. Luas permukaan yang besar dibandingkan rasio

volume dari sebuah partikel kecil yang memmbuat mikroplastik berpotensi

melepas dengat cepat bahan kimia (Lusher, et al 2013). Mikroplastik terbagi

menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Mikroplastik primer merupakan butiran

plastik murni. Mikroplastik primer merupakan plasti yang langsung dilepaskan ke

lingkungan dalam bentuk partikel kecil yang berasaldari prodak-prodak yang

mengandung partikel plastik misalnya gel sabun mandi, dapat juga berasal dari

proses degradasi benda plastik besar selama proses pembuatan, penggunaan atau

perawatan seperti erosi ban atau degrdasi tekstil sintesis saat dicuci. Mikroplastik

berasal dari degradasi barang plastik yang lebih besar menjadi fragmen plastik

yang lebih kecil setelah terkena lingkungan perairan, hal ini terjadi melalui proses

fotodegradasi dan proses pelapukan limbah lainnya seperti kantong plastik yang

dibuang atau seperti jaring ikan (Eriksen, et al 2014).

II.3.3. Jenis-Jenis Mikroplastik

Mikroplastik sendiri jenisnya sangat beragam (Brate, et al 2016).

Fiber/filamen merupakan jenis mikroplastik yang memiliki bentuk dan ukuran


10

yang tipis memanjang. Mikroplastik dari fiber berasal dari bahan sintetik seperti

benang, senar pancing dan jaring nelayan (Yudhantari et al 2019). Fragmen

merupakan pecahan dari plastik yang berukuran lebih besar hasil limbah dari pada

pertokoan atau rumahan yang memilki tidak beraturan dan ketika mikroplastik

tidak dapat diidentifikasi maka dapat dikategorikan itu jenis fragmen

(Ayuningtyas, 2019). Film merupakan jenis mikroplastik yang berasal dari

pecahan plastik yang memiliki densitas rendah mikroplastik jenis ini mudah

terbawa arus karena sifat yang ringan (Widianarko dan Hartono, 2018). Ciri-ciri

mikroplastik jenis film adalah bentuk tidak beraturan, ringan, transparan dan tipis

dibandingkan fregman (Yudhantari et al 2019).

Menurut (Kuasa, 2018) tipe-tipe mikroplastik dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, diantaranya yaitu:

II.3.3.1. Fiber atau filamen

Nor dan Obbard 2014, menyatakan jenis fiber pada dasarnya berasal dari

pemukiman penduduk yang berada di daerah pesisir dengan sebagian besar

masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. Aktivitas nelayan seperti penangkapan

ikan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, kebanyakan alat tangkap yang

dipergunakan nelayan berasal dari tali (jenis fiber) atau karung plastik yang telah

mengalami degradasi. Mikroplastik jenis fiber banyak digunakan dalam

pembuatan pakaian, tali temali, berbagai tipe penangkapan seperti pancing dan

jaring tangkap.

2.3.3.2.Film
11

Film menurut Kingfisher (2011), merupakan polimer plastik sekunder

yang berasal dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki

densitas rendah. Film mempunyai densitas lebih rendah dibandingkan tipe

mikroplastik lainnya sehingga lebih mudah ditransportasikan hingga pasang

tertinggi.

2.3.3.3.Fragmen

Jenis fragmen menurut Dewi at al. (2015) pada dasarnya berasal dari

buangan limbah atau sampah dari pertokoan dan warung-warung makanan yang

ada di lingkungan sekitar. Hal tersebut yaitu antara lain yaitu: kantong-kantong

plastik baik kantong plastik yang berukuran besar maupun kecil, bungkus nasi,

kemasan-kemasan makanan siap saji dan botol-botol minuman plastik. Sampah

plastik tersebut terurai menjadi serpihan-serpihan kecil hingga tipe fragmen.

2.4. Ikan

Indonesia merupakan negara kedua yang dikenal dengan keanekaragaman

hayatinya. Salah satu keanekaragaman tersebut adalah dibidang perikanan

sebnayak 2000 spesies ikan terdapat diperairan indonesia bernagai jenis ikan air

tawar, laut maupun air payau (Setiyawan, 2016).

2.4.1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


12

Gambar1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) sumber. Blogspot.com

Filum Chordata, Kelas Osteichtyes, Ordo Perciformes, Famili Cichlidae,

Genus Oreochromis, Spesies Oreochromis niloticus Jenis ikan nila Oreochromis

niloticus masuk ke Indonesia pertama kali adalah jenis ikan nila Oreochromis

niloticus dan jenis Mozambigue yang lebih dikenal dengan nama mujair. Ikan nila

termasuk dalam ikan pemakan segala atau omnívora. Ikan ini dapat berkembang

biak dengan aneka makanan, baik hewani maupun nabati, pakannya adalah

plankton dan lumut. Berdasarkan morfologinya, ikan Nila Oreochromis niloticus

umumnya memiliki bentuk tubuh panjang dan ramping, dengan sisik berukuran

besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi

(linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya

lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip

punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti

duri. Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam.

Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Amri, 2002). Ikan

Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral

fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin).

Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip

ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip 5 anus
13

hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya

berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Amri, 2002).

2.4.1. Ikan Kebarau (Hampala macrolepidota).

Gambar2. Ikan Kebarau (Hampala macrolepidota) sumber wikipedia.

Ikan kebarau (Hampala Macrolepidota) mempunyai klasifikasi sebagai

berikut: kelas pisces, sub kelas teleostei, ordo ostariophysi, sub ordo cyprinoidea,

famili cyprinidae, genus Hampala, spesies Hampala macrolepitoda. (Saanin,

1968). Ikan hampala termasuk ikan karnivora. KLafikasi dari ikan hampala yaitu

ordo Cypriniformes, family cyprinidae, genus Hampala dan spesies Hampala

macrrolepidota. Ciri-ciri ikan hampala yaitu bentuk tubuh bilateral simetris,

mempunyai satu pasang sungut da nada yang tidak mempunyai sepasang sungut.

Warna tubuh keperak-perakan, punggungnya berwarna gelap, memiliki bercak

hitam diantara sirip punggung (Kottelat et al, 2005). Permulaan sirip punggung

berhadapan dengan sisik garis rusuk. Sirip punggung berbentuk seperti jari-jari,

sirip dubur bercagak, sirip ekor berpinggiran bercagak. Sisik pada ikan berwarna

putih keperakan, dibagian punggung lebih gelap, sedangkan dibagian perut

berwarna lebih putih dasar sisik kelabu lebih gelap ( Heru, 2012).
14

2.4.3. Usus dan lambung ikan

Gambar3. Usus dan Lambung Ikan Sumber Blogspot.com

Secara umum, proses pencernaan ikan sama dengan vertebrata yang lain.

Namun, ikan yang memiliki beberapa variasi terutama dalam hubungannya

dengan cara memakan. Alat pencernaan ikan terdiri atas saluran pencernaan dan

kelenjar pencernaan. Pada umumnya, saluran pencernaan ikan berturut-turut

dimulai dari segmen mulut, ronga mulut, faring, esophagus, lambung, pylorus,

usus, rectum dan anus. Sedangkan sel atau kelenjar pencernaan terdapat pada

lambung, hati dan pankreas (Fujaya, 2004). Lamung berfungsi sebagai

penampung makann. Pada ikan yang tidak berlambung fungsi penampung makann
15

digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi menjadi kantong yang membesar.

Pada ikan tak bergizi (biasanya herbivora) terdapat gizzard yang berfungsi untuk

menggerus makanan seluruh permukaan lambung ditutupi oleh sel mucus yang

mengandung mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung

dinding lambung dari kerja asam klorida. Berbeda dengan mamalia pada ikan

pencernaan secara kimiawi dimulai dibagian lambung, bukan dibagian rongga

mulut, karena ikan tidak memiliki kelenjar air liur (fujaya, 2004). Usus

merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Pada bagian depan

usus terdapat dua saluran yang termasuk kedalam yaitu saluran yang berasal dari

kantong empedu dan berasal dari pancreas. Lapisan mukosa ususu tersusun oleh

selapis sel epitelium dengan bentuk primatik. Pada lapisan ini terdapat tonjolan

membentuk sarng tawon paada usus bagian depan dan lebih beraturan pada usus

bagian belakang (Fujaya, 2004).

2.5. Pengaruh mikroplastik terhadap ikan

Mikroplastik yang dikonsumsi oleh biota dapat menyebabkan rusaknya

saluran pencernaan, menghambat tingkat pertumbuhan, mengganggu proses

produksi, serta dapat terpapar zat-zat berbahaya dari plastik yang bersifat toksinya

lebih besar (Wright et al., 2013). Pada ikan Medaka Jepang (Oryzie latipes)

polietilen (0,5 µm) menyebabkan bioakumulasi, gangguan hati dan pembentukan

tumor awal. Selain itu, dampak terhadap fisik juga dapat diakibatkan tertelannya

mikroplastik. Dampak tersebut akan dirasakan apabila mikroplastik bertindak

sebagai bahan kimia yang persisten, berkonsentrasi dan mentransfer, biokumulatif

dan zat beracun seperti bifenil poliklorin (PCB) bagi organisme.


16

Kandungan berbahaya yang terakumulasi pada partikel mikroplastik dapat

menyebabkan beberapa hal diantaranya, penurunan nafsu makan pada biota,

penurnan bobot tubuh, pertumbuhan terhambat, gangguan sistem reproduksi,

berkurangnya mobilitas dan bahkan menyebabkan kematian (Wang et al., 2019).

Mikroplastik bisa menjadi pembawa bahan kimia yang ditambah plastik yang

kemudian dimakan oleh hewan perairan. Hampir semua hewan perairan dapat

baik organisme benthik maupun pelagis yang strategi makannya berbeda dan juga

tingkat tropiknya berbeda (Rochman et al., 2013).

2.6. Pengaruh Mikroplastik Terhadap Manusia

Mikroplastik terakumulasi didalam tubuh manusia menyebabkan

gangguan kesehatan toksisitas seluler yang tertelan kesel hati manusia.

Kandungan zat aktif, akumulasi racun dan mikroorganisme patogen pada

mikroplastik dapat menjadi zat kompleks yang akan sangat berbahaya di

lingkungan. Partikel plastik dapat menyebabkan biomagnifikasi dan terjadi

bioakumulasi di tubuh manusia yang dapat berpotensi besar dalam mengganggu

kesehatan manusia diantaranya dapat menyebabkan iritasi pada kulit, masalah

pada pernafasan,timbul penyakit sistem peredaran darah, masalah pada

pencernaan dan sistem reproduksi (Carbery et al 2018). Pencemaran mikroplastik

ini harus cepat menjadi perhatian dan dilakukan upaya-upaya dalam menggurangi

penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Jika hal ini terus terjadi maka

diperkirakan jumlah reproduksi plastik akan meningkat 100 kali lipat pada tahun

2050 (Rochman et al., 2015).


17

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November 2021, dimana

Pengambilan sampel ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan kebarau

(Hampala macrolepidota) dilakukan di Waduk PLTA Koto Panjang (lampiran 1).

Sampel yang diambil dibawa ke laboratorium untuk di analisis sampel lambung

ikan dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan

Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau, Untuk dilihat kandungan

mikroplastik pada lambung ikan.

3.2. Bahan dan Alat

3.2.1. Bahan yang Digunakan Selama Penelitian

Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa bahan yang

digunakan, diantaranya antara lain sampelusus dan lambungikan nila

(Oreochromis niloticus) dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota), es batu,

aquades dan larutan KOH 20%.

3.2.2. Alat yang Digunakan Selama Penelitian

Alat yang digunakan pada saat dilapangan selama penelitian

kameraa 48MP handphone type Samsung A50s, multitester/DO meter, secchi

disk, current drogue yang dimodifikasi, stopwatch, dan cool box. Sedangkan alat

yang digunkan pada saat dilabortorium selama penelitian terdiri dari nampan

plastik, gunting bedah, sarung tangan, penggaris, pot sampel 100 ml, timbangan

digital,gelas ukur 100ml, pipet tetes, microscope slides ground edge 1mm-1.2mm,
18

cover glass, washbottleKB 12250 ml dn mikroskop binokuler Olympus CX21,

serta tisu gulung.

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Objek

penelitian ini adalah sampel usus dan lambung ikan nila (Oreochromis niloticus)

dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota) yang ditangkap di Waduk Koto

Panjang. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder dimana

data primer berupa data yang didapat dari hasil pengamatan sampel yang telah

dianalisis di laboratorium. Sedangkan data sekunder berupa literatur yang didapat

dari instansi serta hasil penelitian orang lain yang berkaitan dengan penelitian ini..

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Penentuan Kawasan Sampling

Kawasan penelitian terdiri dari tiga desa yaitu, desa muara takus, Desa

Batu Basurek, dan Desa Koto Tuo. Penentuan stasiun berdasarkan keadaan lokasi

penelitian, dimana stasiun 1 terdapat pada Desa Muara Takus, stasiun 2 terdapat

pada Desa Batu Basurak dan stasiun 3 terdapat pada desa Koto Tuo. Titik

sampling penelitian ditentukan berdasarkan nelayan yang melakukan aktivitas

penangkapan ikan di perairan.

3.4.2. Pengambilan Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan di waduk PLTA Koto Panjang,

dimana lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 3 titik yang ditentukan

berdasarkan keadaan lokasi.

 Titik pertama merupakan lokasi Batu Basurat Merupakan suatu perairan yang

cukup luas. Batu bersurat dipertimbangkan sebagai daerah suaka perikanan


19

dan tempat wisata untuk daerah yang berteluk sedangkan untuk daerah yang

luas dan terbuka dipertimbangkan sebagai daerah penangkapan bagi nelayan

sekitar.

 Titik kedua merupakan lokasi Koto Tuo Merupakan suatu perairan yang

memiliki teluk yang cukup luas, walaupun air surut ketinggian air masih

cukup dalam, sehingga kegiatan penangkapan masih juga bisa dilakukan,

banyak pula terlihat bekas pohon yang tenggelam yang dapat dipakai oleh

nelayan sebagai tambatan pukat dan juga lokasi tersebut merupakan tempat

wisata serta pemukiman penduduk.

 Titik ketiga merupakan lokasi Desa Sungai Tanjung Alai merupakan tempat

penangkapan ikan oleh nelayan menggunakan pancing dan tempat wisata oleh

masyarakat maupun masyarakat diluar Desa Sungai Tanjung .

Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan dengan

interval waktu 1 minggu, hal ini dilakukan supaya data yang didapat lebih akurat.

Jumlah sampel ikan yang diambil sebanyak 27 ekor ikan nila dan 27 ekor ikan

kebarau. Pada setiap stasiun dan masing-masing titik sampling diambil sebanyak

3 ekor ikan nila dan 3 ekor ikan.

3.4.3. Analisis Sampel Usus dan Lambung Ikan

Sampel ikan yang telah dibawa dari Waduk PLTA Koto Panjang langsung

dianalisis dengan prosedur : menimbang bobot total/weight (W) dengan

timbangan digital. Kemudian membedah ikan dimulai dari anus kearah dorsal

mengikuti guratsisi/linea literalis, kearah anterior sampai kebelakang kepala, lalu

kearah bawah sampai kebagian dasar perut ikan hingga terlihat organ-organ tubuh
20

bagian dalam ikan. Setelah itu dipotong hingga bertemu aesofagus yang langsung

menyambung dengan lambung ikan untuk diambil usus dan lambung ikan dan

dipindahkan kedalam pot sampel 100 ml dan ditimbang bobot total/weight (W).

Dengan metode yang telah dilakukan (Foekema et al., 2013) untuk mengekstraksi

puing antropogenik dari usus dan lambungikan, tambahkan larutan KOH 20% 3x

volume lambung ikan. Kemudian diinkubasi selama 10 hari.

3.4.4. Analisis dan Identifikasi Mikroplastik

Setelah 10 hari sampel diinkubasi dan sampel usus dan lambung ikan

hancur, sampel diteteskan keatas object glass dengan pipet tetes kemudian ditutup

dengan cover glass. Setelah itu melakukan pengamatan mikroplastik

menggunakan mikroskop binokuler Olympus CX 21 dengan metode sapuan

(Kuasa, 2018). Setelah mendapatkan mikroplastik, akan difoto menggunakan

kamera 48MP handphone, kemudian mikroplastik dibedakan berdasarkan type

mikroplastik seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.


21

Tabel 1. Pembagian Tipe Mikroplastik (Kingfisher, 2011).


Ganbar Type Keterangan
Fiber Sumber sekunder dengan bentuk
memanjang yang berasal dari
fragmentasi monofilamen jaring,
tali, dan kain sintetis.
(Katsanevakis & Katsarou,
2004).

Fragmen Sumber sekunder hasil potongan


plastik dengan sifat polimer kuat
ataupun yang lemah, kemasan
siap saji dan botol-botol plastik
makanan (Kingfisher, 2011).

Film Sumber fragmentasi kantong


plastik maupun plastik kemasan
(Kingfisher, 2011).

3.4.5.Perhitungan Mikroplastik

Untuk Mengetahui Kelimpahan Mikr0plastik Dalam Masing-Masing Ikan

Dilakukan Dengan Rumus Kelimpahan Mikroplastik Menurut Boerger et al.,

(2010) adalah:

Jumlah Mikroplastik
Kelimpahan( partikel/individu)=
Jumlah ikan

3.5. Pengukuran Parameter Perairan

Mikroplastik didalam perairan serta yang dikonsumsi oleh organisme akan

terpengaruh oleh parameter kualitas perairan, sehingga perlu diukur parameter

kualitas perairan tersebut. Parameter kualitas perairan yang diukur adalah sebagai

berikut:
22

3.5.1. Suhu

Suhu perairan diukur di lokasi penelitian dengan menggunakan

multitester/DO Meter. Hal pertama adalah mengkalibrasikan alat dengan akuades

kemudian dikeringkan dengan tisu setelah itu ujung alat dicelupkan ke perairan

yang akan diukur suhunya dan didiamkan sampai suhu perairan muncul kemudian

dicatat di log book.

3.5.2. pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH indikator, dengan

prosedur kertas lakmus dicelupkan pada air beberapa saat dan setelah itu diangkat

dan di biarkan sejenak, setelah itu di tempel dikotak pH dan lihat hasil nya,

setelah itu dicatat.

3.5.3. Kecerahan

Kecerahan diukur di lokasi dengan menggunakan secchi disk. Dengan

mengikuti prosedur secchi disk diturunkan ke perairan hingga piringan berwarna

putih masih terlihat dan dicatat kedalamannya. Kemudian piringan diturunkan

hingga piringan berwarna hitam tidak terlihat lagi dan dicatat kedalamannya.

Setelah itu secchi disk diangkat dari perairan. Dan dilakukan pengukuran

Kecerahan dengan rumus:

x+ y
P=
2

Keterangan :
P = Kecerahan (cm)
x = Jarak Secchi disk masih terlihat (cm)
y = Jarak Secchi disk tidak terlihat (cm)

3.5.4. Kecepatan Arus


23

Kecepatan arus diukur di lokasi dengan menggunakan current drogue

yang dimodifikasi dengan prosedurnya dimana ujung tali dari current drouge

yang dimodifikasi diikatkan pada perahu, current drogue dimasukkan ke perairan

dan ulur tali sampai panjang bentangan 5 m, tandai tali 5 m pertama dipegang dan

siapkan stopwatch, tanda tali pertama (5 m) dilepaskan bersamaan dengan

memulai stopwatch, selanjutnya tanda tali kedua dipegang, ulur tali nilon tersebut

agar mudah terurai, hentikan stopwatch setelah tanda tali pertama dan kedua

terbentang lurus, waktu yang diperlukan untuk tali membentang dari tanda tali

pertama sampai tanda tali kedua (dalam jarak tempuh 5 m) dicatat dan

dimasukkan kedalam rumus kecepatan arus:

4. 𝑉= 𝑠/𝑡

5. Keterangan:
6. V = Kecepatanarus (m/detik)
7. s = Jarak tempuh layang layang arus (m)
8. t = Waktu yang digunakan (detik)
.

3.5. Analisis Data

Data yang didapat dari penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer didapat dari hasil analisis sampel penelitian dimana data

berupa jumlah mikroplastik berdasarkan jenis mikroplastik pada ikan. Setelah itu

data tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan dibahas secara deskriptif. Kemudian

data sekunder didapat dari hasil penelitian lain yang akan menjadi pendukung dari

pembahasan data primer.


24

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Waduk PLTA Koto Panjang

Waduk PLTA Koto Panjang merupakan salah satu waduk yang

membendung aliran Sungai Kampar Kanan dan Batang Mahat yang memiliki

luas 12.400 ha. Secara geografis letak Waduk PLTA Koto Panjang pada posisi 00

17’29’’ LU dan 1000 43’53’’ BT. Sedangkan secara administrative Waduk PLTA

Koto Panjang termasuk kedalam wilayah kecamatan XIII Koto Panjang dan

Bangkinang Barat Kabupaten Kampar, Provinsi Riau serta Kecamatan Pangkalan

Koto Kabupaten Lima Puluh Koto Provinsi Sumatera Barat (Sumiarsih et al.,

2015).

Waduk PLTA Koto Panjang dioperasikan sejka tahun 1997 memanfaatkan

aliran sungai Kampar Kanan dengan kontruksi bendungan beton setinggi 58 m

(Mulyadi, 2003). Waduk PLTA Koto Panjang memiliki Luas Daerah Tangkapan

Air (DTA) atau catchment area 3.337 km2, genangan waduk 124 km2 (12.400

ha), Kapasitas tampungan 1.545 km3, muka air maksimal 85 m dpl pada kondisi

pada persediaan air penuh (full supply), total inflow ke waduk 180,4 m3/dtk dan

outflow 178 m3/dtk dengan kapasitas aktif 1.040 juta m3, dapat memeproduksi

listrik 114 MW (3x38 MW) atau 542 GW/tahun (PLN, 2014).

Fungsi utama Waduk PLTA Koto Panjang adalah sebagai Pusat

Pembangkit Listrik (PLTA), selain itu waduk ini digunakan sebagai tempat untuk

menangkap ikan, membudidayakan ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA)

serta daerah objek wisata (Sumiarsih et al ., 2015). Hingga kini PLTA Koto

Panjang banyak diminati orang untuk berkunjang sebagai tempat wisata, karena
25

kawasan PLTA Koto Panjang memiliki panorama alam yang indah (Rosalina et

al., 2014).

Fungsi lain Waduk Koto Panjang merupakan nyawa perikanan Riau.

Karena hamper 90% produksi perikanan .budidaya Provinsi Riau berasal dari

Kabupaten Kampar. Jika budidaya keramba jaring apung dilaksanakan secara

optimal di Waduk PLTA Koto Panjang maka memberikan manfaat lebih tinggi

bagi pembudidayaan secara ekonomi, social, maupun lingkungan (Sadono et al.,

2021). Waduk PLTA Koto Panjang dibagi beberapa zona yaitu perikanan

tangkap, budidaya perikanan, konservasi sumberdaya ikan, rekreasi/wisata air,

pasang surut waduk, lindung sempadan santai, pulau timbul dan keamanan

(Warningsih et al., 2016). Waduk PLTA koto Panjang juga dimanfaatkan

masyarakat untuk kegiatan transportasi, pertanian, dan keperluan mandi cuci

kakus (MCK) (Rosalina et al., 2014).

4.2 Sampah Plastik

Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya

adalah karbon dan hidrogen (Kumar et al., 2011). Sifatnya yang sulit terdegradasi

di alam menjadikan plastik sebagai penyumbang limbah terbesar yang

menyebabkan rusaknya keseimbangan alam (Arifin, 2017), timbulnya keberadaan

sampah plastik disebabkan berbagai aktivitas yang berada disekitar Waduk PLTA

Koto Panjang seperti pariwisata, perkebunan, budidaya KJA meningkat begitu

pesat setiap tahun, aktivitas masyarakat sekitar Waduk PLTA Koto Panjang

berpotensi menghasilkan limbah salah satunya sampah plastik. Meningkatnya

ketergantungan manusia terhadap penggunaan plastik terhadap berbagai aplikasi

tanpa disadari menimbulkan dampak jangka panjang. Sampah plastik yang


26

dihasilkan oleh manusia akan kembali dibuang kelingkungan (Victoria, 2017).

Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan sampah plastik. Jumlah atau

banyaknya sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau

material yang digunakan sehari-hari. Masalah timbul saat plastik berakhir sebagai

limbah. Sampah plastik tersebut akan terakumulasi dan mengalami degradasi

menjadi mikroplastik (Moore, 2008). Sementara itu, mikroplastik dapat tercerna

bahkan tertelan oleh organisme dan menimbulkan dampak yang serius (Moos et

al., 2012).

Sampah plastik yang terdapat di Waduk PLTA Koto Panjang akan

terdegradasi oleh sinar matahari. Degradasi oleh sinar matahari membutuhkan

waktu yang sangat lama. Limbah sampah plastik tersebut akan terakumulasi

dalam lingkungan ekosistem perairan dan akan menyebabkan lingkungan perairan

terdegradasi baik dalam hasil produksi maupun dalam kesehatan lingkungan

(Assuyuti et al., 2018). Waduk PLTA Koto Panjang sebagai daerah

penampungan air dan tempat bermuaranya beberapa sungai yang juga tertampung

sampah kantong plastik, sampah botol plastik serta sampah plastik berbahan

lainnya. sumber mikroplasik meliputi serat atau potongan hasil pemutusan rantai

dari plastik yang lebih besar yang mungkin terjadi sebelum mikroplastik

memasuki lingkungan (Browne et al., 2011).


27

4.3. Tipe dan Kelimpahan Mikroplastik pada Lambung Ikan di Waduk Koto
Panjang

4.3.1 Tipe Mikroplastik

Tipe mikroplastik yang ditemukan pada lambung ikan di Waduk PLTA Koto

Panjang yaitu ada 3 tipe yaitu film, fiber, dan fragmen. Jenis tersebut paling

banyak mencemari lingkungan (Andrady, 2011) . Hasil penelitian ini menemukan

3 tipe mikroplastik pada lambung ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan

kebarau (Hampala macrolepidota). Dimana tipe mikroplastik yang ditemukan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar berikut,

( Film ) (Fiber) (Fregmen)

Gambar.5 Tipe mikroplastik pada Lambung Ikan

Mikroplastik film, fiber, dan fragmen ditemukan di Waduk PLTA Koto

Panjang ini diduga bersumber dari berbagai aktivitas yang mengalami proses

degradasi. Aktivitas-aktivitas itu seperti pembuangan limbah sampah plastik

masyarakat sekitar Waduk PLTA Koto Panjang. Selain itu, mikroplastik di

Waduk Koto Panjang juga berasal dari sampah kantong makanan yang berserakan

(Dewi et al.,2014). Serta kegiatan penangkapan ikan di Waduk Koto Panjang.

Berdasarkan tipe mikroplastik film ditemukan pada dua jenis ikan pada lambung
28

di danau Waduk PLTA Koto Panjang, Begitu juga tipe fiber hampir ditemukan

pada 2 jenis lambung ikan sedangkan tipe fragmen hanya beberapa hanya

ditemukan pada lambung ikan. Mikroplastik jenis fragment memiliki ukuran dan

bentuk yang tipis dan sering ditemukan mengapung dipermukaan air, hal ini

terjadi melalui proses fotodegradasi dan proses pelapukan limbah lainnya

persebarannya dipengaruhi oleh arus dan angin yang mengangkut sampah

mikroplastik jauh dari sumber utamanya, (Watters et al., 2010). Tipe film dan fiber

hampir ditemukan pada semua individu lambung ikan diduga karena film dan

fiber ukurannya tipis memiliki sifat yang ringan dan halus serta sering ditemukan

mengapung dipermukaan air plastik jenis film yang memiliki bentuk tidak

beraturan, tipis dan fleksibel serta memiliki warna yang transparan (Avio et al.,

2016). Sedangkan mikroplastik jenis fiber banyak digunakan dalam pembuatan

pakaian, tali temali, berbagai bentuk penangkapan seperti pancing dan jaring

tangkap (Kingfisher, 2011).sehingga ikan berada di Waduk PLTA Koto Panjang

termakan mikroplastik karena menganggap sebagai makanannya. Film hasil

degradasi kemasan plastik dari pemukiman masyarakat Waduk PLTA Koto

Panjang, fiber hasil degradasi tali pancing dan jaring karena aktivitas nelayan

Waduk PLTA Koto Panjang dan fregmen hasil potongan produk plastik yang

sangat kuat (Kingfisher, 2011).

4.3.2. Kelimpahan Mikroplastik

Kelimpahan mikroplastik pada lambung ikan di Waduk PLTA Koto

Panjang paling tinggi ditemukan pada ikan kebarau (Hampala macrolepidota)

yaitu tipe film, sedangkan paling rendah yaitu tipe fiber dan fragmen masing-
29

masing fiber dengan nilai 1,2 partikel/individu fregmen 0,7 pada ikan nila

(Oreochromis niloticus).

5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Film Fiber Fregmen

Gambar.7 tipe Mikroplastik

Hasil penelitian ini didapatkan tipe mikroplastik yang paling banyak

ditemukan terhadap 54 ekoe ikan dari 2 jenis ikan yaitu mikroplastik tipe film

3.26 pertikel/individu. Film merupakan jenis mikroplastik yang mempunyai

densitas yang rendah sehingga tipe mikroplastik ini lebih mudah ditransportasikan

(Hastuti, 2014). Film memiliki bentuk yang tidak ber aturan, lebih tipis dan

fleksibel jika dibandingkan dengan tipe mikroplastik fiber dan fregmen, Kovac et

al., (2016). Film juga mempunyai warna yang transparan. Jumlah dan bentuk

mikroplastik film dipengaruhi oleh kebiasaan masyrakat sekitar dalam

menggunkan kantong plastik dan juga kemasan plastik lainnya (Ayuningtyas,

2019). Menurut (Dewi et al., 2015), mikroplastik tipe film juga berasal dari

kantong-kantong plastik dan kemasan makanan yang berserakan.

Mikroplastik jenis fiber berasal dari material sintetik pada pakaian dan

juga alat pancing atau jaring (United Nations Environment Programme, 2016).
30

Fiber dapat menggumpal atau membentuk simpul dan dapat berbahaya karena

dapat memblokir saluran pencernaan dan menghalangi jalan masuk makanan.

Menurut GESAMP (2015), fiber memiliki bentuk dan ukuran yang tipis yang

menyebabkan fiber sering ditemukan mengapung di permukaan air. Penelitian

Alomar et al., (2016) di Laut Mediterania juga menunjukkan adanya mikroplastik

yang terlihat mengapung di permukaan air. Diduga persebaran mikroplastik

tersebut dipengaruhi oleh arus dan angin. Hal ini didukung oleh pernyataan

Oliveira et al., (2015) yaitu arus dan angin yang kuat dapat mengangkut sampah

jauh dari sumbernya.

Mikroplastik jenis fregmen dengan kelimpahan. Tipe ini ditumakan

berbentuk pecaha yang tebal diduga berasal dari smpah botol plastik pipa paralon,

serta gallon yang bersifat keras dan kaku. Tipe fregmen juga berasal dari

potongan produk plastic dengan polimer sintesis kuat yang memiiki densitas lebih

padat seperti dari pipa paralon, tutup botol ember, sampah botol, toples, map mika

dan lain lain (Ayuningtyas, 2009; Septian et al., 2018) yang bias tenggelam dan

sedikit sulit untuk pecah menjadi potongan potongan kecil (Septian et al., 2018).
31

5
4.5
4
3.5
3 Film
2.5 Fiber
2 Fregmen
1.5
1
0.5
0
Ikan nila Ikan barau

Gambar8. Kelimpahan mikroplastik

Kelimpahan ini terutama bersumber dari mikroplastik tipe film. Ikan

kebarau (Hampala macrolepidota) termasuk ikan karnivor. Tingginya kelimpahan

mikroplastik pada ikan kebarau (Hampala macrolepidota) diduga karena ikan ini

bersifat karnivora. Menurut Purnamaningtyas (2013), ikan karnivora mempunyai

tingkat tropik sebesar 3,0 – 3,5, sehingga diduga terjadi biomagnifikasi

mikroplastik pada lambung ikan karnivora karena kemungkinan mangsa ikan

karnivora telah memakan mikroplastik sebelumnya. Selain itu tingginya

mikroplastik di lambung ikan kebarau (Hampala macrolepidota) karena pada

Waduk PLTA Koto Panjang kelimpahan mikroplastik tipe film juga lebih tinggi

sehingga pada saat ikan memangsa makanannya maka mikroplastik juga ikut

tertelan.

Saluran pencernaan sebagai tempat pengumpulan akhir dari mikroplastik

terutama yang berukuran lebih besar yang tidak bias dikeluarkan melalui feses

ikan (Jabeen et al., 2017; Neves et al., 2015). Plastik yang mengandung jika
32

dalam pH rendah yang menyebabkan bahan tersebut larut dan mudah terurai,

dikhawatirkan masuk kedalam tubuh ikan melalui saluran pencernaannya.

adanya mikroplastik dalam lambung ikan ikan dikarenakan ukurannya

sangat kecil, dapat tertelan secara tidak sengaja oleh biota pada proses mencari

makan, karena bentuk hampir tidak sama dengan tipe dalam makanannya (Neves

et al., 2015) atau mangsanya juga telah terkontaminasi mikroplastik (Yona et al.,

2020). Pada ikan, organ yang dapat terkena mikroplastik antara lain saluran

pencernaan dilambung. Keberadaan mikroplastik disaluran pencernaan ini

dianggap sebagai tempat terakumulasinya mikroplastik (Baalkhuyur et al., 2018;

Giani et al., 2019; Murphy et al., 2017; Savoca et al.,2019). saluran pencernanya

disebut sebagai tempat pengumpulan akhir mikroplastik, terutama mikroplastik

berukuran lebih besar yang tidak dapat dikeluarkan melalui feses ikan (Jabeen et

al.,2017; Neves et al.,2015).

Secara umum kelimpahan mikroplastik pada lambung ikan di Waduk

PLTA Koto Panjang bervariasi antar kedua jenis ikan. perubahan kelimpahan

mikroplastik pada lambung ikan di Waduk PLTA Koto Panjang disebabkan oleh

beberapa faktor. Faktor utama yang mendukung kemampuan bioavailabilitas dari

mikroplastik adalah bagian ukuran yang menjaga mikroplastik yang ditemukan

oleh organisme sampai dengan tingkat trofik yang lebih rendah. Banyak

organisme dari tingkat trofik ini memiliki selektivitas yang rendah dalam

menangkap partikel yang ukuran sama dengan mangsa alaminya (Moore, 2008).

Partikel plastik yang berukuran ≤ 5 mm disebut mikroplastik (Thomspson et al .,

2004), bentuk mikroplastik merupakan salah satu faktor potensi ketertarikan ikan

dalam memakan mikroplastik ( Foley et al., 2018). apabila partikel plastik


33

terakumulasi dalam jumlah yang besar dalam tubuh ikan, maka mikroplastik itu

bisa menyumbat saluran pencernaan ikan ( Browne et al.,2013).

Mikroplastikmemang belum ditetapkan sebagai senyawa beracun dengan

daya racun (toxicity) tertentu. Sejumlah penelitian menujukan bahwa mikroplastik

berperan sebagai pembawa (carrier) senyawa pencemar organik, tetapi secara

mandiri daya racun mikroplastik masih belum gamblang terungkap. Dalam kajian

keamanan pangan mikroplastik bisa dikelompokkan sebagai pencemar pangan

baru (novel food contaminant) karena keberadaannya melanggar kemurnian

pangan, setidaknya plastik dapat dipandang sebagai bahan campuran yang tidak

diinginkan (adulterant) (Widiarko and Hantoro, 2018).

Hal yang menjadi kekhawatiran lainnya adalah karena ukuranya sangat

kecil, menyebabkan mikroplastik penampakan yang menyerupai makanan bagi

biota (Lusher et al,. 2013) memungkinkan mikroplastik untuk masuk dalam tubuh

biota. Setelah dicerna oleh organisme, mikroplastik dapat tereliminasi dengan

proses dekafasi atau tetapbertahan pada jaringan organisme (trnslokasi) (Browne

et al., 2008).

Sampai saat ini belum ada standar penentuan tingkat pencemaran

mikroplastik di alam, namun bukan berarti bahwa keberadaan mikroplastik tidak

membahayakan biota yang hidup perairan. Ditemukannya mikroplastik pada

Waduk PLTA Koto Panjang menunjukan aktivitas manusia yang menghasilkan

sampah plastik memberi pengaruh pada mikroplastik meskipun membutuhkan

waktu yang lama bagi sampah tersebut untuk terdegradasi menjadi serpihan kecil.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Thompson et al,. (2004) bahwa proses


34

dekomposisi untuk menjadi mikroplastik pada umumnya berjalan lambat. Plastik

tidak dapat mengalami proses biodegradasi tetapi akan terurai secara bertahan

melalui aksi mekanis. Menurut Galgani (2015), plastik memerlukan hingga

ratusan tahun agar terdegradasi menjadi mikroplastik dan nanoplastik melalui

berbagai proses fisik, kimiawi maupun biologis.

4.3.3. Upaya Pengelolaan yang dilakukan di Waduk PLTA Koto Panjang

Upaya yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kegiatan

pemungutan sampah secara berskala pada kawasan dam site, memasang larangan

membuang sampah di areal waduk maupun kawasan pariwisata yang berlokasi

diwaduk, memyediakan tempat sampah dikawasan pariwisata dan melakukan

sampah secara berskala, membuat himbauan bahaya plaplasticbuang keperairan,

menyediakan tempat khusus untuk mengelola sampah plasti serta membuat

alternative lainseperti pengadaan plastic berbahan organik yang mudah larut

ataupun terkomposisi oleh bakteri saat dibuang keperairan.

Sebagai daerah tangkapan air , pusat pembangkit listrik, tempat untuk

menangkap ikan, membudidayakan ikan dalam keramba jarring apung (KJA) serta

waduk ini juga merupakan daerah objek wisata. Berdasarkan Undang Undang No

18 tahun 2008 tentang pengolahan sampah, yang dijelaskan setiap orang berhak

berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan

pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Oleh sebab itu, perlu adanya

kesadaran masyarakat terhadap kerusakan lingkungan pada dasarnya merupakan

keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pembuangan, pengangkutan, dan

pengelolaan sampah, atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab dan
35

perubahan prilaku konsumtif yang berlebihan (Wildawati and Hasnita, 2019).

Maka dari itu, pemerintah, masyarakat, swasta, LSM dan mahasiswa tidak dapat

bekerja masing-masing, justru seharusnya berintegrasi sehingga mampu

menghasilkan program kerja yang tepat dalam mengelola sampah khususnya

plastik, serta menghasilkan keuntungan dari segi kesehatan maupun ekonomi bagi

masyarakat.

4.4. Parameter Lingkungan

Pengukuran parameter lingkungan pada Waduk PLTA Koto Panjang

adalah parameter suhu, kecepatan arus dan kecerahan. Setelah dilakukan

penelitan maka didapat hasil pengukuran parameter lingkungan pada Tabel.

Prameter Air
stasiun
Suhu Ph Kecerahan Kecepatan Arus Kedalaman
Stasiun I 28 5 41 0,24 4,3
Stasiun II 33 5 88 0,05 11
Stasiun III 34 4 130,5 0,28 16

4.4.1. Suhu

Suhu pada Waduk PLTA Koto Panjang berkisar 32,33,34 0C dapat dikatan

bahwa ikan layak untuk hidup, sesuai dengan suhu yang layak dan ideal untuk

pertumbuhan ikan adalah 25-32 0C (Effendi et al., 2015). Kondisi temperature

yang optimal bagi ikan akan juga menyebabkan akan terjadi metabolisme

meningkat. Pada temperatur 30-40 0C akan terjadi peningkatan metabolisme yang

sangat cepat (Zidni et al., 2018). Suhu yang meningkat memicu nagfsu makan
36

ikan juga mengalami peningkatan, sedangkan apabila terjadi penurunan

temperatur air maka nafsu makan ikan juga akan mengalami penurunan.

Nilai suhu sperairan pada lokasi penelitian menunjukan bahwa, semakin

tinggi suhu perairan makan semakin tinggi pula kelimpahan mikroplastik didalam

perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barnes et al., (2009) bahwa kerusakan

aksi mekanis dari plastic semkin diperburuk oleh degradasi akibat sinar matahari

(foto degradasi) dan degradasi akibat mahluk hidup (biodegradasi), hal ini banyak

ditemukannya mikroplastik.

4.4.2. Kecepatan Arus

Kecepatan arus di perairan waduk PLTA Koto Panjang selama penelitian

adalah berkisar 0,14 m/detik maka kecepatan laju perairan dikategorikan lambat

sesuai dengan pernyataan (Kuasa, 2018) bahwa kecepatan arus o,1-0,25 m/detik

dapat dikelompokan menjadi berarus lambat. Tingkat plastic terfragmentasi

didalam air laut bergantung pada densitas air bergantung pada densitas plastic.

Daya apung yang tinggi dapat membuat plastic berdensitas rendah mudah

mengapung dan terpapar sinar matahari sehingga fragmentasi semakin cepat

(Teuten et al., 2017). Pergerakan arus merupakan salah satu faktor utama dalam

penyebaran partikel mikroplastik di perairan. pergerakan arus yang lambat

tersebut mengakibatkan pergerakan partikel mikroplastikdiwaduk dalam waktu

relative lam. Menurut Coppack et al., (2017) rendahnya kecepatan arus

menyebabakan pergerakan dari mikroplastik menjadi lambat dan mengalami

penumpukan sehingga diduga kuat proses fragmentasi plastik terjadi didaerah

tersebut.
37

4.4.3. Kecerahan

Nilai kecerahan di Waduk PLTA Koto Panjang saat penelitian

dilaksanakan adalah kisaran 0,71 m dan merupakan nilai yang baikuntuk

kehidupan ikan adalah lebih besar dari 0,45 (Suparjo, 2008). Pada perairan alami

kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktivitas fotosintesa dan

produksi primer dalam suatu perairan (Sembiring 2008). Intensitas cahaya yang

masuk kolam air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman perairan.

sehingga secara tidak langsun maka akan mempengaruhi biota yang ada didalam

perairan tersebut( Effendi, 2003). Kecerahan termasuk kedalam faktor yang

mempengaruhi distribusi mikroplastik( Vaughan et al., 2017).

.
38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian ini telah ditemukan mikroplastik di Waduk

PLTA Koto Panjang pada ikan nila (Oreochromis Niloticus) dan ikan kebarau

(Hampala macrolepidota) ada tiga tipe yaitu fiber, film dan fragmen. Tipe

mikroplastik yang mendominasi yaitu tipe film pada lambung ikan kebarau

(Hampala macrolepidota) Kelimpahan mikroplastik pada lambung ikan yang

paling tinggi yaitu tipe film pada lambung ikan kebarau (Hampala

macrolepidota) yaitu 4,7 partikel/individu. Semakin bertambah ukuran ikan,

maka bertambah banyak kelimpahan mikroplastik pada ikan nila (Oreochromis

Niloticus) dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota).

5.2. Saran

Diketahui bahwa, keberadaan mikroplastik pada lambung ikan

(Oreochromis Niloticus) dan ikan kebarau (Hampala macrolepidota) di Waduk

PLTA Koto Panjang. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan mengenai

identifikasi dan perbandingan tipe mikroplastik di keramba jaring apung (KJA)

dengan jumlah sampel ikan lebih banyak. Perlu adanya pengurangan plastik

dalam kehidupan sehari-hari, pembuangan sampah dan pengelolaan sampah

dengan benar agar dapat tertangani dengan baik serta tidak mencemari perairan

Waduk PLTA Koto Panjang.


39

DAFTAR PUSTAKA

Andrady L. A. 2011. Microplastics in the Marine Environment. Marine pollution


Bulletin 62, 1596-1605.

Amri K dan Khairuman. 2002. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia.

Arifin., Asia. 2017. Dampak Sampah Plastik Bagi Ekosistem Laut. Pojok Ilmiah.
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung. Sulawesi Utara.

Assuyuti, Y. M., Zikrillah, R. B., Tanzial, M. A., Banata, A., dan Utami, P. 2018.
Distribusi dan Jenis Sampah Laut serta Hubungannya terdapat Ekosistem
Terumbu Karang Pulau Pramuka, Panggang, Air dan Kotak Besar di
Kepulauan Seribu Jakarta. 35(2);91-102.

Avio, C. G., S. Gorbi, M. Milan, M. Benedetti, D. Fattorini, G. D’Errico, M.


Pauletto, L. Bargelloni and F. Regoli. 2016. Pollutants Bioavailability and
Toxycological Risk from Microplastics to Mussels. Environmental
Pollution. Vol. 198: 211-222.

Ayuningtyas, W, C.,D. Yona, S.H.JulindadanF. Iranawati. 2019. Kelimpahan


Mikroplastik pada Perairan di Banyurip, Gresik, Jawa Timur. Journal of
Fisheries and Marine Research., 3(1):41-45.

Barnes, D. K. A., Galgani, F., Thompson, R. C., and Barlaz , M. 2009.


Accumalition and fragmentation of plastic debris in global environments.
Philoshopical Transctions of the Royal society B: Biological Sciences,
364: 1985-1998.

Boerger, C.M.,G.L.Lattin,S.L.Moore and C.J. Moore. 2010. Plastic Ingestion by


Planktiorous Fishes in the North Pasifi, Central Gyre. Marine Pollution
Bulletin. 60: 2275-2278.

Brate, I.L.,D.P. Eidsvoll, C.C.Steindaland K.V. Thomas. 2016. Plastic Ingestion


by Atlantic COD (Gadus morhua) from Norwegian Coast. Mar. Pollut.
Bull. 112, P. 105-110.

Browne, Niven, S. J., Gaallowy, T. S., Rowland, S. J., and Thomson, R. C. 2013.
Microplastic Moves Pollutans and Additives to Worm, Reduccing
Functions Linked to Health and Biodiversity. Current Biology,23(23):
2388-2392.
40

Carbery, M., W., O’Cannor, and T. Palanisami., 2018. Trophic transfer of


microplastics and mixed contaminants in the marine food web and
implications for human nealth. Enviroument Internasional, 155,400-409

Carson, H.S., M.S. Nerheim, K.A. Carroll and M. Eriksen. 2013. The Plastic-
Associated Microorganisms of the North Pacific gyre. Mar. Poll. Bul. 75:
126 –132.

Coppock, R, L., Cole, M., Lindeque, P. K., Queros, A. M., and Galloway, T. S.
2017. ASmall-Scale, Portable Method for Extracting Microplastics from
Marine Sediment. Evironmental Pollutiion, 230:829-837.

Dewi, I. S., Budiarsa, A. A., dan Ritonga, I. R. 2015. Distribusi Mikroplastik pada
Sedimen diMuara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Depik, 4(3): 121-
131.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, bagi Pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Eriksen, M., N. Makximenko, M. Thiel, A. Cummins, G. Lattin, S. Wilson and S.


Rifman. 2013. Plastic Pollution in the South Pasific Pollution In The south
Pacific Subtropical Gyre. Mar . Poll. Bull. 68(1): 71-76.

Eriksen, M., L.C. Lebbreton, H.S. Carson, M. Thiel, C.J. Moore, J.C. Borerro, F.
Galgani, P.G. Ryan and J. Reisser. 2014: Plastic Pollution In The Word’s
Oceans: More than 5 Trillion Plastic Pieces Weighing over 250,000 Tons
Afloat At Sea.plos one 9,15 S.

Espriana, S.A. 2009. Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Fisip UI. Universitas


Indonesia. Jakarta.

Fandeli , C. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Penerbit


Liberty. Yogyakarta.

Foekema, E.M., C. De Gruiijter, M.T. Mergia, J.A. Van Franeker, A.J Murk and
A.A. Koelmans.2013. Plastic In North Sea Fish. Environ. Sci. Technol. 47,
8818-8824. http://dx.doi.org/10.1021/es400931.

GESAMP. 2016. Sources, fate And effects of microplastics in the marine


environment; part two of a global assessment. Reports and Studies
GESAMP, 93.

Hirai. 2011. Organic micropollutants in marine plastics debris from the open
ocean and remote and urban beaches. Marine Pollution Bulletin 62 (8):
1683-1682.
41

Jabeen, K., Su, L., li, J., Yang, D., Tong, C., and Shi, H. 2017. Microplastics and
Mesoplastics in Fish From Coastal and Fres Waters of China.

Kingfisher. 2011. Micro-Plastic Debris Accumulation On Pugget Sound Beaches.


Port Townsend Marine Science Center.

Kottelat M., A.J., S.N., Whitten, Kartika sari and S. Wiroadmodjo, 1993.
Frestwater Fisher Of Western Indonesia dan Sulawesi (Ikan Air Tawar
Bagian Barat di Sulawesi) Pariplus Edition ltd. Indonesia. 293-294.

Kuasa, S. 2018. Keberadaan Mikroplastik Pada Hewan Filter Feeder di Padang


Lamun Kepulauan Spermonde Kota Makassar.

Kumar, S., A. K. Panda and R. K. Singh. 2011. A Review on Tertiary Recycling


of High-Density Polyethylene to Fuel. Resources, Conservation and
Recycling. Vol. 55 (11) : 893-910.

Lusher A.L., M.McHugh and R.C. Thomson. 2013. Occurrence Of Microplastic


In The Gastrointestal Tract Of Pelagic and Demersal Fish From Tge
English Channel. Marine Pollution Bulletin, 67(1): 94-99.

Moore, C. J. 2008. Synthetic Polymers In The Marine Envirument: A rapidly


Increasing, Long-tern threat. Environmental Research, 108(2):131-139.

Moos, N. Von, Burkhardt-Holm, P., dan Kohler, A.2012. Uptake and Effects of
The Blue Mussel Mytilus Edulis L. After an Experimental Exposure.
Environmental Science and Technology, 46(20):11327-11335.

Mulyadi, A. 2003. Industri Listrik PLTA Koto Panjang vs Permasalahan


Lingkungan Jurnal Industri Dan Perkotaan, 8(13):625-631.

Nurdin, S. 2003. Manajemen Sumberdaya Perairan Pengantar Perikanan dan Ilmu


Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Press. Pekanbaru 141 hal.

Nur. M. 2006 Evaluasi Pengolahan Waduk PLTA Koto Panjang Sebagai Upaya
Pelestarian Fungsi Waduk yang Berkelanjutan. Sekolah Pascasarjana IPB.
Bogor.

Puspita, L., Ratnawati, I N.N. Suryadiputra dan A.A.Meutia. 2005. Lahan Basah
Buatan di Indonesia. Wetlands Intern.

Rahcmat, S.L.,N.P.Purba, M.U. Agung andL.P. Yuliadi. 2019. Karakteristik di


Muara Sungai DKI Jakarta. DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan
Perikanan,8(1).
42

Ratnasari, I.O. 2017. Identifikasi jenis dan jumlah mikroplastik pada ikan nila
hitam (Oreochromis niloticus) di Perairan Air Payau Semarang. Program
Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas katolik
soegijapranata Semarang.

Ratri Ningsih W. 2018. Dampak Pencemaran Air laut Akibat Sampah Terhadap
Kelestarian Laut di Indonesia. Yogyakarta. Artikel. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Rochman, C.M., M. A. Browne, B.S. Halpern, B.T.Hentshel, E.Hoh,


H.K.Karapanagioti, L.M.Rios-Mendoza, H. Takada, S. Thompson. 2013.
Police: Classify Plastic Waste as Hazardous Nature 494: 169-171.

Rosalina, H., Sujianto, S., dan Siregar, S. H. 2014. Strategi Pengembangan


Ekowisata di Kawasan Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Koto Panjang Kabupaten Kampar. Dinamika Lingkungan Indonesia,
1(2):97-108.

Saanin, H, 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Binaa Cipta.
Bogor.753 hal.

Sadono, D. T., Darwis, A., dan Umar, Z. 2021. Analisis Ekonomi Budidaya Ikan
Mas (Cyprinus carpio) KJA Waduk PLTA Koto Panjang. Dinamika
Lingkungan Indonesia, 8(1):29-41.

Sembiring, H. 2008. Keanekaragaman dan distribusi udang serta kaitannya faktor


fisik kimia di perairan pantai labu Kabupaten Deli Serdang. Sekolah
Pascasarjana, Universitas Sumatra Utara. Medan.

Suparjo, M. N. 2009. Kondisi Pencemaran Perairan Sungai Babon Semarang.


Jurnal Saintek Perikanan, 4(2):38-45

Septiari, I. A. P. W., I. W. Karyasa andN. Kartowarsono. 2014. Pembuatan Papan


Partikel dari Limbah Plastik Polyprophylene dan Tangkai Bambu. E-
Journal Kimia Visvitalis, 2(1), 117-126.

Setiyawan B. 2016. Pengembangan Budidaya Air Tawar Rekreatif di


Karanganyar (skripsi). Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Sumiarsih, E., Djunaidi,O. S., Dhahiyat, Y., dan Zahidah, Z. 2015. Hubungan
Antara Keramba Jaring Apung dengan Jenis Makam yang terdapat pada
Lambung Ikan Endemik di Waduk Koto Panjang, Riau. In Indonesia
Journal of Applied Sciences. 5(1):45-48.
43

Teuten, E. L., Rowland, S. J., Galloway, T. S., and Thomspson, R. C. 2007.


Potential for Plastics to Transport Hydrophobic Contaminants.
Environmental Science and Tecnplogy, 41(22):7759-7764.

Thompson R. C., Olsen Y., Michell R. P., Davis A, Rowland S. J., John AWG,
McGoningle D, AE. 2004. Lost At Sea: Where is all, platic? Science
Vol.304(5627):838.

Victoria, A. V. 2017. Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar. Teknik Kimia


ITB, 1-10.

Wang, W., Gao, H., Jin, S.,Li, R., and N.G. 2019. The Ecotoxicologicaleffects Of
Mucroplastics On Aquatic Food Web, From Primery Producer To Human :
A review Ekotoxicology and Enviromental Safet.

Warningsih, T., Djokosetiyanto, D., Fahrudin, A., Adrianto, L., dan Metode, B.
2016. Analisis Kelayakan Finansial Penangkapan Ikan di Waduk Koto
Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan,
21(1):18-24.

Watters, D. L., M. M. Yoklavich, M. S. Love and D. M. Schroeder. 2010.


Assessing Marine Debris In Deep Seafloor Habitats Off California. Marine
Pollution Bulletin. Vol. 60 (1) : 131-138.

Widianarko, B. andI. Hartono. 2018. Mikroplastik dan Seafood. (A.D. Prasetyo.


Ed.) (1st ed.). Semarang: Universitas Universitas Khartolik Soengiaprana.

Wildawati, D., dan Hantoro, I, 2018. Faktor yang Berhungan dengan Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat di Kawasan Bank Sampah
Hanasty Kota Solok, Human Care Journal, $(3):149-158.

Wright, S. L.,R.C.Thompson andT. S. Galloway. 2013. The Physhical impacts Of


Microplastics On Marine Orgsnisme: a reviewEnvironmental
Pollution,178, 483-482.

Yudhantari, C. I., I. G. Hendrawan andN. L. P. Ria Pusptha. 2019. Kandungan


Mikroplasti pada Saluran Pencernaan Ikan Lemuru Protolon (Sardinella
lemuru) Hasil Tangkapan di Selat Bali. Journal Of Marine Research and
Tecnology, 2(2) 48. https//doi.org/10.2483/jmrt.2019.02.02.10.

Zidni, I., Afrianto, E., Mahdiana, I., Herawati, H., dan Bangkit, I. 2018. Laju
Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila
(Orechromis niloticus). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 9(2):147-151.
44

LAMPIRAN
45

Lampiran 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


46

Lampiran 2. Stasiun Penelitian

Stasiun 1

Stasiun 2
47

Stasiun 3
48

Lampiran 3. Bahan dan Alat yang digunakan

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan Kaebarau (Hampala nmacrolepidota)

Lambung ikan Mikroskop

Cover glass Sarung tangan

Lampiran 4. Lanjutan
49

Penggaris Pot Sampel

Aquades Objek glass


50

Lampiran 5 Lampiran kegiatan selama penelitian

Meletakan sampel ke objek glass Identifikasi mikroplastik


51

Lampiran 6. Hasil identifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus)

Jenis Mikroplastik
Kode Ikan
Film Fiber Fregmen
Ikan nila 1 4
Ikan nila 2 2 2
Ikan nila 3 11 2
Ikan nila 4 6 2 2
Ikan nila 5 11 1 1
Ikan nila 6 1 1
Ikan nila 7 5 5 1
Ikan nila 8 5 1 1
Ikan nila 9 7 3 4
Ikan nila 10 7 4 5
Ikan nila 11 3 1 1
Ikan nila 12 4 1
Ikan nila 13 2
Ikan nila 14 1 1
Ikan nila 15 3
Ikan nila 16 2
Ikan nila 17 1
Ikan nila 18 4 1
Ikan nila 19 1 5
Ikan nila 20 2 3
Ikan nila 21 5
Ikan nila 22 3 2
Ikan nila 23 8 3
Ikan nila 24 3
Ikan nila 25 3
Ikan nila 26 10
Ikan nila 27 1
Jumlah 124 34 19
Kelimpahan 4.6 1.2 0.7
52
53

Lampiran 6. Hasil identifikasi ikan Kebarau (Hampala niloticus)

Jenis Mikroplastik
Kode Ikan
Film Fiber Fregmen
Ikan kebarau 4 2
Ikan kebarau 2 3 1
Ikan kebarau 5 3
Ikan kebarau 13 1 3
Ikan kebarau 1 5 1
Ikan kebarau 11 5 1
Ikan kebarau 1 4 1
Ikan kebarau 13 4 3
Ikan kebarau 2 2 3
Ikan Kebarau 14 2 1
Ikan kebarau 10 4
Ikan kebarau 5 1
Ikan kebarau 3 3 1
Ikan kebarau 5 4 3
Ikan kebarau 4 1
Ikan kebarau 3 3
Ikan kebarau 3 4
Ikan kebarau 6
Ikan kebarau 3 4
Ikan kebarau 4 1 3
Ikan kebarau 7
Ikan kebarau 5 1
Ikan kebarau 5 4
Ikan kebarau 3 3
Ikan kebarau 2
Ikan kebarau 5
Ikan kebarau 5
Jumlah 129 59 32
Kelimpahan 4.7 2.1 1.2

SEGERA DIPERBAIKI DAN SERAHKAN KEMBALI KEPADA SAYA !!!!!!!!

Anda mungkin juga menyukai