Kata kunci : Kelapa Sawit (Elaeis guinenses Jaqc), Kumbang Tanduk (Oryctes
rhinoceros), Kajian Biaya.
i
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN ...................................................................................................... i
BAB 1. PENDAHULUAN
ii
BAB 3. METODE PENELITIAN
iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 40
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat-Nya penulis diberi kemudahan dan
kebijaksanaan dalam proses pengerjaan Tugas Akhir.
2. Orang tua ku tercinta Bapak dan Mama yang sudah jerih payah
menguliahkan penulis.
3. Adik-adik kesayangan ku Yohana Margareta Silaban, Rachel Veronisa
Silaban terkhusus buat Priscilla Ermita Silaban, yang selalu memberikan
penulis semangat dan motivasi.
4. Bapak Wagino, MP selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Medan.
5. Bapak Guntoro, SP,MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Perkebunan
atas bimbingan nya selama ini.
6. Bapak DR. Ir. A. Saleh, M.Sc dan Bapak Sulthon Parinduri SP,M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
v
7. Bapak Manager, Askep, Asisten dan seluruh jajaran PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Laras yang telah banyak membantu dan memfasilitasi
dalam pengumpulan data untuk tugas akhir ini.
8. Staf-staf pengajar serta karyawan dan karyawati STIPAP Medan yang
telah membantu dalam kelancaran proses studi ini.
9. Buat teman-teman seperjuangan BDP IV-B yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu atas kerja sama, dorongan semangat, keceriaan nya
selama ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini berguna bagi kita semua, dan kiranya Tuhan senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
viii
4.12 Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2016 .......... 35
ix
DAFTAR GAMBAR
4.1 Grafik rata-rata hari hujan di Afdeling III Kebun Laras .................... 22
4.2 Grafik rata-rata curah hujan di Afdeling III Kebun Laras ................. 23
4.8 Grafik Perbandingan Realisasi Biaya Tahun 2015- Juli 2016 ........... 38
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Budidaya kelapa sawit saat ini menghadapi masalah yang cukup sulit yaitu
adanya gangguan hama dan penyakit. Hama utama yang menyerang kelapa
sawit dan sangat merugikan khususnya di areal replanting yang saat ini
sedang dilakukan secara besar-besaran di Indonesia adalah hama kumbang
tanduk (O. rhinoceros). Hal ini disebabkan di areal replanting kelapa sawit
banyak tumpukan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan
sebagai tempat berkembang biak hama ini (PPKS, 2010).
1
semakin bertambah dengan adanya aplikasi tandan kosong di gawangan
maupun pada sistem lubang tanam besar (Susanto dkk, 2005).
2
1.2 Urgensi Penelitian
Budidaya tanaman kelapa sawit sering sekali mengalami gangguan serangan
hama, khususnya hama kumbang tanduk. Pengaruh dari serangan tersebut
mengakibatkan produktivitas tanaman mengalami penurunan. Dalam hal ini
perusahaan mempunyai alternatif pengendalian hama kumbang tanduk berupa
pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif
karbosulfan dan sipermetrin.
1.4 Kontribusi
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian
kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu
halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus
yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda
diareal peremajaan. Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam
hari dan mulai pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan
4
pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun
membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”.
Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O. rhinoceros. Serangan hama O.
rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun
pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 %
(PPKS, 2009).
Siklus hidup kumbang tanduk bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi
lingkungannya. Iklim kering dan kondisi sedikit makanan akan merusak
perkembangan larva, yang dapat bertahan selama 14 bulan dan menyebabkan
ukuran dewasa lebih kecil. Suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 27°
C dengan kelembapan relative 85-95%. Satu siklus hidup hama ini dari telur
sampai dewasa sekitar 6-9 bulan (Susanto dkk, 2012).
5
muda terutama pada daun pupus, makin muda bibit yang dipakai semakin
mudah kumbang masuk ke dalam.
6
a) Telur
Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan
aman (misalnya dalam pohon kelapa sawit yang melapuk), setelah 2
minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina
berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir
telur, bahkan dapat mencapai 70 butir. Pada tandan kosong yang belum
terdekomposisi sempurna (baru diletakkan di lapangan) biasanya dijumpai
telur dan larva saja (Rahayuwati dkk, 2002).
b) Larva
Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna
putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10
cm. Larva dewasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna
7
merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan.
Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian
ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan
(Setyamidjadja, 2006).
Larva O. rhinoceros berkaki 3 pasang, Tahap larva terdiri dari tiga instar,
masa larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari dan instar tiga 60-
165 hari. Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa
berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna coklat. Lundi-lundi yang
telah dewasa masuk lebih dalam kedalam tanah yang sedikit lembab (lebih
kurang 30 cm) untuk berkepompong (Mohan, 2006).
c) Prepupa
Prepupa terlihat menyerupai larva, hanya saja lebih kecil dari larva instar
terakhir menjadi berkerut serta aktif bergerak ketika diganggu. Lama
stadia prepupa berlangsung 8-13 hari (Susanto dkk, 2012).
d) Pupa
8
Pupa jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa
prapupa 8-13 hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari.
Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya
antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto dkk, 2003).
Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna
merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari
tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1
bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya
3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan
masih berdiam dalam kokon (Setyamidjadja, 2006).
e) Imago
Pada waktu ganti kulit dari pupa ke imago dibutuhkan waktu 24 jam. Ganti
kulit dimulai dengan terbentuknya pupa dari bagian kepala kemudian
imago bergerak sehingga bungkus pupa terlepas. Mula-mula elytra
bewarna keputihan, kemerahan, merah kehitaman dan hitam. Waktu yang
dibutuhkan dari elytra berubah dari warna keputihan sampai bewarna
hitam antara lima sampai enam hari. Walaupun elytra ini sudah bewarna
hitam tetapi masih lunak jika ditekan Jika dilakukan gangguan pada kokon
9
dengan dilakukan perobekan maka imago akan keluar kokon walaupun
sklerotasi belum selesai (Rahayuwati dkk, 2002).
Kumbang yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa dan memakan
pucuk kelapa sambil mencari pasangan, kemudian terjadi perkawinan. Dan
setelah itu kumbang betina terbang menuju tumpukan sampah-sampah atau
menuju tumpukan tandan kosong kelapa sawit untuk bertelur. Umur
kumbang antara 2- 4,5 bulan (Siswanto, 2003). Jika lingkungan cocok dan
pakan cukup, kumbang badak akan terbang dalam jarak yang dekat saja.
Namun, jika pakan kurang baik, kumbang bisa terbang sampai sejauh 10
km (Pracaya, 2009).
10
Menurut Susanto dkk (2012) tempat berkembang biak kumbang tanduk (O.
rhinoceros) yaitu :
Menurut Lubis (2011) bagian yang diserang hama kumbang tanduk biasanya
pupus daun (daun tombak). Stadium hama yang merugikan saat menjadi
kumbang. Kumbang hanya meninggalkan tempat bertelurnya pada malam
hari, lalu menyerang tanaman kelapa sawit. Kumbang membuat lubang di
dalam pupus yang belum membuka, mulai dari pangkal pelepah, jika pupus
pangkal mulai membuka, biasanya terlihat tanda serangan berupa potongan
simetris berbentuk huruf V di kedua sisi pelepah daun.
Menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan
pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus
dan membusuk kering. Dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan
kelapa sawit menyebabkan masalah. Hama ini sekarang juga dijumpai pada
areal tanaman yang menghasilkan. Hama ini dapat merusak pertumbuhan
tanaman dan dapat mengakibatkan tanaman mati (Prawirosukarto dkk, 2003).
11
Gambar 2.6: Gejala Serangan O. rhinoceros
Hama ini biasanya berkembang biak pada tumpukan bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua
areal tersebut. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit.
Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak
titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman. Pada areal peremajaan kelapa
sawit, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa
produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat
mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk juga dilaporkan
terjadi pada tanaman kelapa sawit tua sebagai akibat aplikasi mulsa tandan
kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Serangan hama
tersebut menyebabkan tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan
dapat mengalami kematian (Winarto, 2005).
Pada tanaman muda kumbang tanduk ini mulai menggerek dari bagian
samping bonggol pada ketiak pelepah terbawah, langsung ke arah titik
tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2 cm dalam
sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan
mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah
daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal
(Prawirosukarto dkk, 2003).
12
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), gejala serangan kumbang
tanduk pada tanaman kelapa sawit antara lain :
1. Tunas di pembibitan menjadi kering karena gerekan
2. Areal TBM menjadi sasaran utama hama kumbang tanduk dengan
pelepah-pelepah mongering diantara daun-daun tua yang masih hijau dan
berbentuk seperti kipas
3. Adanya lubang bekas gerekan kumbang tanduk pada bagian pangkal
pelepah
4. Pelepah terpuntir, dan posisi terlihat tidak beraturan serta timbulnya tunas
baru
13
2.4.1 Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis yaitu dengan pengutipan kumbang ada tanaman
dengan menggunakan kawat yang dilakukan dengan manual. Populasi larva
hama O.rhinoceros yang terlalu banyak pada tanaman TBM yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan pengutipan larva maka dapat dilakukan
tindakan pengendalian secara fisik dan mekanik dengan menggunakan alat
berat. Pada tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat berkembang biak
hama O.rhinoceros yang biasanya tandan kosong kelapa sawit, rumpukan
batang kelapa sawit, tunggul tanaman lain, serta tanah gambut dilakukan
pelindasan dengan menggunakan alat berat sekaligus membongkar gundukan-
gundukan yang besar dan selanjutnya dilakukan pengutipan larva secara
manual.
14
2.4.3 Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian kumbang tanduk O.rhinoceros secara biologi menggunakan
beberapa agensia hayati diantaranya jamur Metarhizium anisopliae dan
Baculovirus Oryctes. Untuk aplikasi virus saat ini belum digunakan secara
luas di perkebunan kelapa sawit. Jamur Metarhizium merupakan jamur parasit
yang telah lama digunakan untuk mengendalikan hama O.rhinoceros. Jamur
ini efektif menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi
yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur diaplikasikan dengan
menaburkan 20 g/m2 (dalam medium jagung) pada tumpukan tandan kosong
kelapa sawit dan 1 kg/batang kelapa sawit yang telah ditumbang. Baculovirus
Oryctes juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang O.rhinoceros.
15
BAB 3
METODE PENELITIAN
3. Analisa Biaya
a. Jumlah bahan
b. Jumlah tenaga
c. Harga persatuan
d. Realisasi harga
16
3.4 Bagan Alur Penelitian
Survey Lokasi
Persiapan Penelitian
Analisa Data
Penyusunan Laporan
17
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada mulanya Perkebunan ini milik Perkebunan Belanda dengan nama H.V.A
(Handels Vergiing Amsterdam). Dengan budidaya yang ditanam pertama
adalah Serat Nanas (Agave). Setelah Belanda meninggalkan Indonesiapada
tahun 1958, perkebunan ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia
(Nasionalisasi) dan diberi nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN)
Baru.Pada tahun 1961/1962 terbentuk PPN Sumut dan Kebun Laras
tergabung dalam PN Sumut III. Kemudian pada tahun 1968 PPN Sumut III
beralih menjadi PN. Perkebunan VII, sekaligus Tanaman Nanas dikonversi
menjadi Tanaman Kelapa Sawit.
Pada tahun 1972 Perkebunan Laras dengan Perkebunan Dolok Ilir digabung
menjadi satu dipimpin oleh seorang Administratur dengan pembagian
afdeling sebagai berikut :
Pada tahun 1980 Perkebunan Laras dan Dolok Ilir dipisah dan berdiri sendiri,
masing-masing dipimpin oleh seorang Administratur. Kebun Laras terdiri dari
5 Afdeling, dimana produksinya masih tetap diolah di Kebun Dolok Ilir.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 54/KNK/011/85, tanggal 13
Januari 1985 PNP VII dirubah menjadi PTP VII (Persero), dengan Visi dan
Misi Tri Dharma Perkebunan yaitu :
18
- Memelihara kesuburan tanah dan potensi sumber daya alam
- Memperluas lapangan pekerjaan
Pada Bulan April 2010 terjadi Rasionalisasi Afdeling di Unit Kebun Laras
dari 5 Afdeling menjadi 4 Afdeling, yang terletak di 3 Kecamatan, yaitu :
Afdeling II eks III dan Afdeling III terletak di Kecamatan Gunung Maligas.
Afdeling I, II dan Emplasmen terletak di Kecamatan Bandar Huluan.
Afdeling IV terletak di Kecamatan Gunung Malela.
Batas-batas Kebun Laras :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kebun Bandar Bedsy PTPN III
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kebun Dolok Ilir PTPN IV
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kebun Bukit Maraja
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kebun Bangun PTPN III
4.1.3 Topografi
Topografi areal Kebun Laras yang terletak di Kabupaten Simalungun ini
sangat bervariasi yaitu dari areal rata, bergelombang sampai dengan areal
berbukit. Perkebunan Laras berada pada ketinggian 130 m dpl, dengan jenis
tanah S1.
19
4.1.4 Luas Areal
Luas areal Kebun Laras adalah sebesar 3700 Ha yang ditanami komoditas
utama adalah Kelapa Sawit yakni TM 2727 Ha, TBM 398 Ha, TU 575 Ha.
Sumber data pengamatan ini dilakukan di Afdeling III Kebun Laras PT.
Perkebunan Nusantara IV tepatnya pada tanaman tahun 2014.
20
Tabel 4.3 Areal Tanaman Tahun Tanam 2014
Tahun Jumlah
Blok Luas(Ha)
Tanam Pohon
A 9 1261
B 21 3019
C 13 1800
2014 D 16 2281
E 20 2749
F 15 2273
Jumlah 94 13383
Data curah hujan di Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV mulai tahun
2011 sampai dengan Juni 2016
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan
Nusantara IV
Tahun
Rata-rata 2016
2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Hari Curah
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Hujan Hujan
Januari 11 311 7 142 10 273 4 53 5 210 7.4 197.8 5 112
Februari 3 72 4 124 7 148 3 50 7 170 4.8 112.8 14 191
Maret 9 216 7 152 6 190 7 110 7 88 7.2 151.2 2 39
April 4 234 12 302 10 259 8 153 8 153 8.4 220.2 3 16
Mei 11 195 7 126 9 179 8 218 15 469 10 237.4 10 246
Juni 4 100 6 108 3 68 6 171 6 73 5 104 8 199
Juli 9 132 9 166 9 165 2 25 9 207 7.6 139
Agustus 14 325 10 209 10 209 8 249 14 346 11.2 267.6
September 8 167 15 357 11 195 12 196 9 195 11 222
Oktober 11 339 8 192 14 400 13 299 6 76 10.4 261.2
November 7 109 9 224 12 382 7 243 13 311 9.6 253.8
Desember 8 171 5 123 10 305 8 221 5 77 7.2 179.4
Jumlah 99 2371 99 2225 111 2773 86 1988 104 2375 99.8 2346.4
Rata-rata 8 198 8 185 9 231 7 166 9 198 8 196
Keterangan : HH : Hari Hujan (Hari)
CH : Curah Hujan (Mili Meter)
21
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa total rata-rata curah hujan per bulan mulai
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah 196 mm per bulan dengan rata- rata
hari hujan 8 hari per bulan.
Hari Hujan
(Hari)
16
14
12
10
8 2011-2015
2016
6
4
2
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des
Bulan
Gambar 4.1 Grafik rata-rata hari hujan tahun 2011-2015 dan 2016 di Afdeling
III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV
Rata-rata hari hujan tertinggi selama lima tahun terakhir terjadi pada bulan
Agustus yaitu 11,2 hari, dan rata-rata hari hujan terendah terjadi pada bulan
Februari yaitu 4,8 hari. Sedangkan hari hujan tertinggi pada tahun 2016 terjadi
pada bulan Februari yaitu 14 hari dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Maret
yaitu 2 hari.
Curah hujan di Afdeling III dari tahun 2011-2015 dan tahun 2016 dapat dilihat
pada grafik 4.2.
22
Curah Hujan
(mm)
300
250
200
150 2011-2015
2016
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des
Bulan
Gambar 4.2 Grafik rata-rata curah hujan tahun 2011-2015 dan 2016 di Afdeling
III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV
Rata-rata curah hujan tertinggi selama lima tahun terakhir terjadi pada bulan
Agustus yaitu 267.6 mm, dan rata-rata hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni
yaitu 104 mm. Sedangkan curah hujan tertinggi pada tahun 2016 terjadi pada
bulan Mei yaitu 246 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan April yaitu
16 mm.
Dari gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa Afdeling III Kebun Laras pada tahun
2011-2015 tidak terjadi musim kering, tetapi pada tahun 2016 terjadi bulan kering
yaitu pada bulan April dengan curah hujan sebesar 16 mm karena bulan kering
yaitu curah hujan < 60mm.
23
4.1.6 Peta Afdeling
Berikut ini adalah peta afdeling III Kebun Laras dapat dilihat pada
gambar 4.3
24
4.2 Kebijakan Perusahaan dalam Pengendalian O. rhinoceros
4.2.1 Pengendalian Kumbang Tanduk Secara Manual
25
b) Cara Aplikasi Scud
Campurkan insektisida ke dalam knapsack
Penyemprotan insektisida Scud di semprot di sekitar daun tombak
menggunakan knapsack isi 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada
semua tanaman tanpa terkecuali
Rotasi tergantung tingkat serangan dengan dosis 0,5 cc/pohon yang
dilarutkan ke dalam air. Dalam satu knapsack berisi 15 liter air dan
dicampur 75 cc Scud per kap yang digunakan untuk menyemprot satu
hektar areal tanaman.
26
Tabel 4.5 Realisasi Pemakaian Bahan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2015
Pengendalian hama kumbang tanduk pada bulan Januari sampai bulan November
tahun 2015 dilakukan menggunakan Scud EW 100, sedangkan pada bulan
Desember tahun 2015 menggunakan insektisida Marshal. Dengan rotasi dua
sampai lima kali dalam satu bulan. Dosis tiap aplikasi untuk Scud 0,5 cc/pohon
sedangkan Marshal 5 gr/pohon. Pada bulan Januari sampai Maret tidak ada
aplikasi Marshal maupun Scud tetapi dilakukan pengendalian dengan cara hand
picking atau secara manual.
27
pada tahun 2015 adalah 153.90 Liter. Maka jumlah biaya yang digunakan dalam
pembelian Scud adalah Rp 14.519.043 dengan rata-rata penggunaan bahan per
bulan sebanyak 19.24 Liter. Maka rata-rata biaya per bulan dalam pembelian Scud
adalah Rp 1.814.880,-
Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya per hektar dalam
mengendalikan hama kumbang tanduk dengan menggunakan insektisida Marshal
dan Scud adalah Rp 7.925,-
28
Berikut ini adalah tabel total penggunaan biaya pada tahun 2015 di Afdeling III
Kebun Laras.
Tabel 4.7 Realisasi Bahan Dan Tenaga Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2015
Januari 6 94
Februari 6 94
Maret 6 94
April 6 94 1.262.525 5.930.234 7.192.760 38.259
Mei 6 94 1.262.525 6.764.842 8.027.367 42.699
Juni 6 94 1.262.525 6.301.628 7.564.154 40.235
Juli 6 94 1.262.525 11.310.964 12.573489 66.880
Agustus 6 94 1.262.525 5.552.298 6.814.823 36.249
September 6 94 3.156.314 14.487.609 17.643.923 37.540
Oktober 6 94 2.525.051 12.025.157 14.550.208 38.697
November 6 94 2.525.051 12.735.120 15.260.171 40.586
Desember 6 94 6.617.091 12.485.606 19.102.697 50.805
Jumlah * * 6.617.091 14.519.043 87.593.458 108.729.591 391.951
Rata-rata * * 6.617.091 1.814.880 9.732.606 12.081.066 43.550
Jumlah biaya bahan dan tenaga yang digunakan di tahun 2015 untuk
mengendalikan hama kumbang tanduk adalah Rp 108.729.591,- Dari total biaya
diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya pengendalian hama kumbang tanduk per
bulan adalah Rp 12.081.066,- sementara biaya rata-rata per hektar adalah sebesar
Rp 43.550,-
Untuk melihat perbedaan bahan dan tenaga jumlah biaya yang dikeluaran pada
tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 4.4.
29
Jumlah
(Rp)
20,000,000
18,000,000
16,000,000
14,000,000
12,000,000 Total Biaya
10,000,000 Marshal
8,000,000 Total Biaya
6,000,000 Scud
4,000,000
2,000,000
0
Bulan
Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan di Afdeling III Kebun Laras pada
tahun 2015 dalam melakukan pengendalian hama kumbang tanduk dapat dilihat
pada tabel berikut :
Bulan
No Pengendalian Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Marshal √ 1
2 Scud √ √ √ √ √ √ √ √ 8
3 Hand picking √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11
30
Dari tabel 4.11 dan gambar 4.5 dapat dilihat kegiatan pengendalian hama
kumbang tanduk dilakukan secara kimiawi dan manual atau hand picking dengan
cara kutip Oryctes. Pada tahun 2015 total kegiatan secara kimiawi adalah
sebanyak 9 bulan dengan rincian menggunakan Marshal satu kali yaitu pada bulan
Desember dan menggunakan Scud mulai bulan April hingga November,
sedangkan hand picking dilakukan setiap bulan kecuali pada bulan September.
Jumlah
Bulan
12
10
8
6
4
2
0
Marshal Scud Hand picking
Gambar 4.5 Grafik Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2015
Untuk pemakaian bahan dan biaya pembelian bahan tahun 2016 dapat dilihat
pada tabel 4.9 dibawah ini, sebagai data pendukung harga insektisida Marshal
5G adalah Rp. 24.722,-/Kg dan untuk harga insektisida Scud adalah Rp.
94.338,-/Liter. Berikut ini adalah tabel realisasi pemakaian bahan :
31
Tabel 4.9 Realisasi Pemakaian Bahan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2016
Pada tahun 2016 pengaplikasian insektisida dilakukan tiap bulan. Dengan rotasi
tiap bulan tidak sama. Pada tahun ini jumlah Marshal yang digunakan sebanyak
1.673 kg dengan biaya sebesar Rp 41.356.816,- dengan rata-rata penggunaan
bahan per bulan sebanyak 239 Kg. Maka rata-rata biaya per bulan dalam
pembelian Marshal adalah Rp 5.908.117,- Dari tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa
rata-rata biaya per hektar dalam mengendalikan hama kumbang tanduk dengan
menggunakan insektisida Marshal dan Scud adalah Rp 17.599,-
32
Tabel 4.10 Realisasi Pemakaian Tenaga Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2016
Biaya tenaga pengaplikasian Marshal pada bulan Januari sampai bulan Juli tahun
2016 adalah sebesar Rp. 90.412.189,- dengan biaya rata-rata biaya yang
digunakan per bulan tahun 2016 adalah Rp 12.916.027,- Dengan total tenaga kerja
yang digunakan adalah sebanyak 705 orang. Rata-rata tenaga yang digunakan
adalah 101 orang. Dan rata-rata biaya/ha sebesar Rp 38.023,-.
33
Tabel 4.11 Realisasi Pemakaian Bahan Dan Tenaga Pengendalian Hama
Kumbang Tanduk Tahun 2016
Biaya
Biaya Bahan (Rp)
Jumlah Luas Tenaga Total Biaya/Ha
Bulan
Blok (Ha) (Rp) (Rp) (Rp)
Marshal Scud
Dari tabel 4.11 dapat dilihat biaya bahan dan tenaga dari bulan Januari sampai
Bulan Juli tahun 2016. Jumlah biaya keseluruhan yang digunakan di tahun 2016
untuk mengendalikan hama kumbang tanduk adalah Rp 131.769.005,- Dari total
biaya diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya pengendalian hama kumbang
tanduk per bulan adalah Rp 18.824.144,- sementara biaya rata-rata per hektar
adalah sebesar Rp 55.621,-
Untuk melihat perbedaan keseluruhan jumlah biaya yang dikeluaran pada tahun
2016 dapat dilihat pada gambar 4.6.
34
Jumlah
(Rp)
35,000,000
30,000,000
25,000,000
20,000,000
Total Biaya
15,000,000
Marshal
10,000,000
5,000,000
0
Bulan
Bulan
No Pengendalian Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Marshal √ √ √ √ √ √ √ 7
2 Scud 0
3 Hand picking √ √ √ √ √ √ √ 7
Dari tabel 4.12 dan gambar 4.7 dapat dilihat kegiatan pengendalian hama
kumbang tanduk masih tetap dilakukan secara kimiawi dan manual atau hand
picking dengan cara kutip Oryctes. Dari tabel 4.12 data yang diambil dari bulan
Januari sampai bulan Juli 2016. Aplikasi Marshal dan handpicking dilakukan tiap
bulan. Aplikasi dilakukan tergantung bahan yang tersedia, apabila Scud tidak ada
maka pengendalian hama kumbang tanduk dilakukan dengan Marshal dan
sebaliknya.
35
Jumlah
Bulan
0
Marshal Scud Hand picking
Gambar 4.7 Grafik Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2016
36
4.3.3 Rekapitulasi Biaya Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun
2015- 2016
Berikut ini adalah rekapitulasi biaya yang digunakan dari tahun 2015-2016
dengan luas areal tahun tanam 2014 seluas 94 ha sebagai berikut :
37
35,000,000.00
30,000,000.00
25,000,000.00
Jumlah (Rp)
20,000,000.00 2015
Marshal
15,000,000.00 2015 Scud
10,000,000.00 2016
Marshal
5,000,000.00
0.00
Bulan
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Realisasi Biaya Dalam Kurun Dua Tahun
Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa penggunaan biaya paling besar terjadi
pada bulan Juni di tahun 2016 yaitu sebesar Rp 32.047.287,-. Itu terjadi
karena pada bulan tersebut pelaksanaan aplikasi dilakukan sebanyak empat
kali dalam satu bulan dan upah tenaga pada bulan tersebut paling tinggi yaitu
sebesar Rp 225. 445,-.
38
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, biaya aplikasi insektisida kimia pada
pengendalian hama O. rhinoceros di Kebun Laras tahun tanam 2014 (94ha)
dapat disimpulkan :
5.2 Saran
Dengan mengetahui besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan dalam
pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) ini maka sebaiknya
aplikasi insektisida berbahan aktif karbosulfan dan sipermetrin dilakukan
dengan baik.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Susanto, A.A.E.Prasetyo, Sudharto, H.Priwiratama, T.A.P.Roziansha. 2012.
Pengendalian Terpadu Orycter rhinoceros di Perkebunan Kelapa Sawit Seri
Kelapa Sawit Populer 10. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Susanto, A., A.P. Dongoran., Fahridayanti., A.F. Lubis., dan A. Prasertyo. 2005.
Pengurangan Populasi Larva Oryctes rhinoceros pada Sistem Lubang
Tanam besar. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 13(1):1-9.
Utomo, C., T. Herawan dan A. Susanto. 2007. Feromon: Era Baru Pengendalian
Hama Ramah Lingkungan di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian
Kelapa Sawit, Medan. 15(2):69-82.
Winarto,L. 2005. Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Kelapa Sawit Secara
Terpadu. Medan. http://www.agroindonesia.com. diakses pada 19 Maret
2016.
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Berchat Rencana/ Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Seacara Kimia TBM 1 2014 Tahun 2015
Tahun No Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
Ha
Tanam Blok Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real
2014 A 9 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 45 18 36 18 36 18 36
B 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 105 42 84 42 84 42 84
C 13 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 65 26 52 26 52 26 52
D 16 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 80 32 64 32 64 32 64
E 20 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 100 40 80 40 80 40 80
F 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 75 30 60 30 60 30 60
Jumlah 94 188 188 188 188 188 188 188 188 188 188 188 470 188 376 188 376 188 376
Lampiran 2. Berchat Rencana/ Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Secara Kimia TBM 1I 2014 Tahun 2016
Tahun No Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
Ha
Tanam Blok Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real
2014 A 9 18 36 18 36 18 36 18 27 18 36 18 36 18 18
B 21 42 84 42 84 42 84 42 63 42 84 42 84 42 42
C 13 26 52 26 52 26 52 26 39 26 52 26 52 26 26
D 16 32 64 32 64 32 64 32 48 32 64 32 64 32 32
E 20 40 80 40 80 40 80 40 60 40 80 40 80 40 40
F 15 30 60 30 60 30 60 30 45 30 60 30 60 30 30
Jumlah 94 188 376 188 376 188 376 188 282 188 376 188 376 188 188
42