Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN

PENELITIAN TUGAS AKHIR

KAJIAN BIAYA PENGENDALIAN HAMA KUMBANG


TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA TANAMAN BELUM
MENGHASILKAN KELAPA SAWIT SECARA
KIMIA DI AFDELING III KEBUN LARAS
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

MICHAEL ERICKSON SILABAN


12011351
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2016
LAPORAN
PENELITIAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Diploma IV


pada Program Studi Budidaya Perkebunan
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan

KAJIAN BIAYA PENGENDALIAN HAMA KUMBANG


TANDUK (Oryctes rhinoceros) PADA TANAMAN BELUM
MENGHASILKAN KELAPA SAWIT SECARA
KIMIA DI AFDELING III KEBUN LARAS
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

MICHAEL ERICKSON SILABAN


12011351
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2016
Pembimbing Tugas Akhir : 1. Dr. Ir. Ahmad Saleh, M.Sc
2. Sulthon Parinduri SP., M.Si
Tim Penguji : 1. Ir. P. Sembiring
2. Ir. W.A Tambunan, MP

Telah diuji pada tanggal 22 September 2016


RINGKASAN

MICHAEL ERICKSON SILABAN. Kajian Biaya Pengendalian Hama


Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) pada Tanaman Belum Menghasilkan
Kelapa Sawit Secara Kimia di Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan
Nusantara IV. Tugas Akhir Mahasiswa STIPAP Program Studi Budidaya
Perkebunan dibimbing oleh Dr. Ir. A. Saleh, M.Sc dan Sulthon Parinduri SP,
M.Si.

Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan


Nusantara IV yang berlangsung pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus
2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar biaya yang
dikeluarkan untuk mengendalikan hama Kumbang Tanduk (O. rhinoceros) pada
tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit dengan menggunakan insektisida
berbahan aktif Karbosulfan dan Sipermetrin.

Penelitian ini menggunakan rancangan Metode Deskriptif dengan mengambil data


sekunder yaitu untuk mengetahui berapa besar biaya yang dieluarkan untuk
mengendalikan hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) di Afdeling III Kebun
Laras PT. Perkebunan Nusantara IV
Total biaya yang dikeluarkan untuk mengendalikan Hama Kumbang Tanduk (O.
rhinoceros) pada tahun 2015 adalah Rp Rp 108.729.591 dan pada tahun 2016
adalah Rp 131.769.005.

Kata kunci : Kelapa Sawit (Elaeis guinenses Jaqc), Kumbang Tanduk (Oryctes
rhinoceros), Kajian Biaya.

i
DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Urgensi Penelitian ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Khusus .................................................................................. 3
1.4 Kontribusi ......................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hama Kumbang Tanduk pada Tanaman Kelapa Sawit ................... 4


2.2 Klasifikasi dan Siklus Hidup O. rhinoceros..................................... 5
2.2.1 Klasifikasi O. rhinoceros ....................................................... 5
2.2.2 Siklus Hidup O. rhinoceros .................................................... 5
2.3 Gejala Serangan O. rhinoceros ....................................................... 11
2.4 Teknik Pengendalian O. rhinoceros ............................................... 13
2.4.1 Pengendalian Secara Mekanis .............................................. 14
2.4.2 Pengendalian Secara Kimiawi .............................................. 14
2.4.3 Pengendalian Secara Biologi ................................................ 15
2.4.4 Perangkap Feromon .............................................................. 15

ii
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 16


3.2 Desain/ Rancangan Penelitian atau Model ..................................... 16
3.3 Pengamatan dan Indikator .............................................................. 16
3.4 Bagan Alur Penelitian ..................................................................... 17

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Informasi Umum ............................................................................. 18


4.1.1 Sejarah Perusahaan .............................................................. 18
4.1.2 Letak Geografis.................................................................... 19
4.1.3 Topografi .............................................................................. 19
4.1.4 Luas Areal ............................................................................. 20
4.1.5 Curah Hujan .......................................................................... 21
4.1.6 Peta Afdeling ........................................................................ 24
4.2 Kebijakan Perusahaan dalam Pengendalian O. rhinoceros ........... 25
4.2.1 Pengendalian Kumbang Tanduk Secara Manual .................. 25
4.2.2 Pengendalian Kumbang Tanduk Secara Kimiawi ................ 25
4.3 Analisa Biaya Pengendalian Hama Kumbang Tanduk ................... 26
4.3.1 Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2015 ........................................................................... 26
4.3.2 Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2016 ........................................................................... 31
4.3.3 Rekapitulasi Biaya Pengendalian Hama Kumbang
Tanduk Tahun 2015-2016 ..................................................... 37

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 39


5.2 Saran ............................................................................................... 39

iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 40

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... 42

1. Berchat Rencana/Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk


Secara Kimia TBM I Tahun 2015 ........................................................... 42
2. Berchat Rencana/Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Secara Kimia TBM II Tahun 2016 .......................................................... 42

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.

Penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Kajian Biaya Pengendalian Hama


Kumbang Tanduk (O. rhinoceros) pada Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa
Sawit Secara Kimia di Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV
adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat-Nya penulis diberi kemudahan dan
kebijaksanaan dalam proses pengerjaan Tugas Akhir.
2. Orang tua ku tercinta Bapak dan Mama yang sudah jerih payah
menguliahkan penulis.
3. Adik-adik kesayangan ku Yohana Margareta Silaban, Rachel Veronisa
Silaban terkhusus buat Priscilla Ermita Silaban, yang selalu memberikan
penulis semangat dan motivasi.
4. Bapak Wagino, MP selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Medan.
5. Bapak Guntoro, SP,MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Perkebunan
atas bimbingan nya selama ini.
6. Bapak DR. Ir. A. Saleh, M.Sc dan Bapak Sulthon Parinduri SP,M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

v
7. Bapak Manager, Askep, Asisten dan seluruh jajaran PT. Perkebunan
Nusantara IV Kebun Laras yang telah banyak membantu dan memfasilitasi
dalam pengumpulan data untuk tugas akhir ini.
8. Staf-staf pengajar serta karyawan dan karyawati STIPAP Medan yang
telah membantu dalam kelancaran proses studi ini.
9. Buat teman-teman seperjuangan BDP IV-B yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu atas kerja sama, dorongan semangat, keceriaan nya
selama ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas akhir ini.

Semoga tugas akhir ini berguna bagi kita semua, dan kiranya Tuhan senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Medan, Oktober 2016

Penulis

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Desember 1993 di Kota Magelang Provinsi


Jawa Tengah. Anak pertama dari empat bersaudara dari Bapak Ondo Silaban dan
Ibu Duma Romauli Sihotang.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal :
1. Tahun 2006 lulus Sekolah Dasar (SD) RK Serdang Murni Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang
2. Tahun 2009 lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Lubuk
Pakam Kabupaten Deli Serdang
3. Tahun 2012 lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang
4. Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Agrobisnis Perkebunan pada Program Studi Budidaya
Perkebunan
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti dua kali PKL (Praktek Kerja
Lapangan). Pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan PKL 1 di PTPN IV
Kebun Laras Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara dan pada tahun
2015 PKL II di PT MINANGA OGAN Provinsi Sumatera Selatan. Dan juga
mengikuti kegiatan Program Pengabdian Masyarakat (PPM) di Desa Sukarejo,
Kecamatan Sei Balai, Kabupaten Batu bara.

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

2.1 Siklus Hidup Hama Kumbang Tanduk (O. rhinoceros) ..................... 10

2.2 Kriteria Serangan Hama Kumbang Tanduk (O. rhinoceros) ............. 13

4.1 Luas Areal Kebun Laras PTPN IV per Afdeling ................................ 20

4.2 Luas Afdeling III Berdasarkan Tahun Tanam .................................... 20

4.3 Areal Tanaman Tahun Tanam 2014 ................................................... 21

4.4 Data Curah Hujan Afdeling III Kebun Laras ..................................... 21

4.5 Realisasi Pemakaian Bahan Pengendalian Hama Kumbang

Tanduk Tahun 2015 ............................................................................ 27

4.6 Realisasi Pemakaian Tenaga Pengendalian Hama Kumbang

Tanduk Tahun 2015 ............................................................................ 28

4.7 Realisasi Pemakaian Bahan dan Tenaga Pengendalian Hama

Kumbang Tanduk Tahun 2015 ........................................................... 29

4.8 Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2015 .......... 30

4.9 Realisasi Pemakaian Bahan Pengendalian Hama Kumbang

Tanduk Tahun 2016 ............................................................................ 32

4.10 Realisasi Pemakaian Tenaga Pengendalian Hama Kumbang

Tanduk Tahun 2016 ............................................................................ 33

4.11 Realisasi Pemakaian Bahan dan Tenaga Pengendalian Hama

Kumbang Tanduk Tahun 2016 ........................................................... 34

viii
4.12 Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2016 .......... 35

4.13 Realisasi Pelaksanaan Pengendalian Hama Kumbang Kumbang

Tanduk Secara Kimiawi di Afdeling III Kebun Laras Tahun

2015- Juli 2016 ................................................................................... 37

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

2.1 Siklus hidup O. rhinoceros ................................................................. 6

2.2 Telur O. rhinoceros ............................................................................. 7

2.3 Larva O. rhinoceros ............................................................................. 8

2.4 Pupa O.rhinoceros ............................................................................... 9

2.5 Imago O. rhinoceros .......................................................................... 10

2.6 Gejala Serangan O. rhinoceros .......................................................... 12

4.1 Grafik rata-rata hari hujan di Afdeling III Kebun Laras .................... 22

4.2 Grafik rata-rata curah hujan di Afdeling III Kebun Laras ................. 23

4.3 Peta Afdeling III Kebun Laras ........................................................... 24

4.4 Grafik Perbandingan Penggunaan Biaya Insektisida Marshal

Dan Scud Tahun 2015 ........................................................................ 30

4.5 Grafik Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk

Tahun 2015 ........................................................................................ 31

4.6 Grafik Perbandingan Penggunaan Biaya Insektisida Marshal

Dan Scud Tahun 2016 ........................................................................ 35

4.7 Grafik Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk

Tanduk Tahun 2016 ........................................................................... 36

4.8 Grafik Perbandingan Realisasi Biaya Tahun 2015- Juli 2016 ........... 38

x
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit, sejarah budidaya kelapa sawit di


Indonesia telah berlangsung lebih dari 150 tahun. Kelapa sawit sangat penting
artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 35 tahun terakhir ini sebagai
komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan dan harkat petani pekebun serta transmigran
Indonesia (Lubis, 2008).

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat pesat dalam


kurun waktu 25 tahun terakhir dari lahan seluas 973 ribu ha pada tahun 1989,
menjadi 10.95 juta ha pada tahun 2014. Sedangkan produksi tanaman yang
pada tahun 1989 awalnya hanya 1,96 ton, pada tahun 2014 mencapai 29,34 juta
ton atau masih berkisar antara 3-4 ton TBS/ha per tahun (Direktorat Jendral
Perkebunan, 2015).

Budidaya kelapa sawit saat ini menghadapi masalah yang cukup sulit yaitu
adanya gangguan hama dan penyakit. Hama utama yang menyerang kelapa
sawit dan sangat merugikan khususnya di areal replanting yang saat ini
sedang dilakukan secara besar-besaran di Indonesia adalah hama kumbang
tanduk (O. rhinoceros). Hal ini disebabkan di areal replanting kelapa sawit
banyak tumpukan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan
sebagai tempat berkembang biak hama ini (PPKS, 2010).

Kumbang O. rhinoceros merupakan hama utama pertanaman kelapa sawit


muda, terutama pertanaman ulang di areal yang sebelumnya terserang berat,
tanaman dapat mati. Jika dapat bertahan, maka daya hasil tanaman menurun
bahkan saat awal produksinya tertunda. Masalah kumbang tanduk saat ini

1
semakin bertambah dengan adanya aplikasi tandan kosong di gawangan
maupun pada sistem lubang tanam besar (Susanto dkk, 2005).

Kumbang O. rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam


di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Kumbang ini jarang sekali di jumpai
menyerang kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Namun demikian,
dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kosong kelapa sawit (TKS)
yang lebih dari satu lapis, maka masalah hama ini sekarang juga dijumpai di
areal TM (Utomo dkk, 2007).

Areal TBM menjadi sasaran utama hama O. rhinoceros dengan pelepah-


pelepah muda yang mengering diantara daun-daun tua yang masih hijau.
Imago menggerek terutama bagian sisi batang pada pangkal pelepah yang
lebih rendah, mencapai langsung titik tumbuh. Imago ini juga menyerang
pelepah pertama pada mahkota dengan memakan jaringan tanaman yang
masih muda sehingga pertumbuhan pelepah baru akan terganggu bentuknya
dan mengganggu proses fotosintesis (PPKS, 1996).

Pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) tidak terlepas dari


tujuan perusahaan, yaitu untuk meningkatkan kualitas/produktivitas kelapa
sawit serta untuk mendapatkan keuntungan. Biaya pemeliharaan baik TBM
maupun TM dikelola dengan seefektif dan seefisien mungkin. Khususnya
biaya untuk pengendalian hama, pengendalian hama kumbang tanduk (O.
rhinoceros) tersebut bisa dilakukan secara kimiawi. Untuk itu, penggunaan
biaya pengendalian hama secara kimia harus diperhitungkan dengan baik.

2
1.2 Urgensi Penelitian
Budidaya tanaman kelapa sawit sering sekali mengalami gangguan serangan
hama, khususnya hama kumbang tanduk. Pengaruh dari serangan tersebut
mengakibatkan produktivitas tanaman mengalami penurunan. Dalam hal ini
perusahaan mempunyai alternatif pengendalian hama kumbang tanduk berupa
pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif
karbosulfan dan sipermetrin.

Dalam penelitian ini, penulis mengamati kajian biaya menggunakan


insektisida berbahan aktif karbosulfan dan sipermetrin pada tanaman belum
menghasilkan kelapa sawit.

1.3 Tujuan Khusus


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya dalam pengendalian hama
kumbang tanduk (O.rhinoceros) menggunakan insektisida berbahan aktif
karbosulfan dan sipermetrin pada tanaman belum menghasilkan kelapa sawit
di Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV.

1.4 Kontribusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pelaku usaha


perkebunan dalam hal analisa biaya pengendalian hama kumbang tanduk
(O.rhinoceros) dengan cara kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif
karbosulfan dan sipermetrin pada tanaman belum menghasilkan kelapa sawit.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hama Kumbang Tanduk pada Tanaman Kelapa Sawit

Hama O. rhinoceros yang lebih dikenal sebagai kumbang tanduk atau


kumbang badak atau kumbang penggerek pucuk kelapa sawit, pada saat ini
menjadi hama utama di perkebunan kelapa sawit. Sebelumnya, hama ini lebih
dikenal sebagai hama pada tanaman kelapa dan palma lain (Jackson dan
Klein,2006).

Menurut Susanto dkk (2012) kerugian akibat serangan O. rhinoceros pada


perkebunan kelapa sawit dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kerugian secara tidak langsung adalah dengan rusaknya pelepah
daun yang akan mengurangi kegiatan fotosintesis tanaman yang pada
akhirnya akan menurunkan produksi. Kerugian secara langsung adalah
matinya tanaman kelapa sawit akibat serangan hama ini yang sudah mematian
pucuk tanaman.

Permasalahan hama ini semakin menjadi lebih penting diakibatkan


pemberlakuan sistem zero burning pada replanting atau peremajaan tanaman
tua. Batang tanaman kelapa sawit yang telah terserang ganoderma tetapi
masih tegak berdiri, merupakan tempat yang sangat sesuai untuk
perkembangan hama O. rhinoceros (Susanto dkk, 2005).

Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian
kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulu-bulu
halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus
yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda
diareal peremajaan. Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam
hari dan mulai pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan

4
pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun
membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf ”V”.
Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O. rhinoceros. Serangan hama O.
rhinoceros dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun
pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25 %
(PPKS, 2009).

2.2 Klasifikasi dan Siklus Hidup O. rhinoceros

2.2.1 Klasifikasi O. rhinoceros

Menurut Zaini (1991) Klasifikasi hama O. rhinoceros ini adalah sebagai


berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Oryctes
Species : Oryctes rhinoceros

2.2.2 Siklus Hidup O. rhinoceros

Siklus hidup kumbang tanduk bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi
lingkungannya. Iklim kering dan kondisi sedikit makanan akan merusak
perkembangan larva, yang dapat bertahan selama 14 bulan dan menyebabkan
ukuran dewasa lebih kecil. Suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 27°
C dengan kelembapan relative 85-95%. Satu siklus hidup hama ini dari telur
sampai dewasa sekitar 6-9 bulan (Susanto dkk, 2012).

Menurut Lubis (2008) kumbang ini menimbulkan kerusakan pada tanaman


muda dan tanaman tua, kumbang membuat lubang pada pangkal pelepah daun

5
muda terutama pada daun pupus, makin muda bibit yang dipakai semakin
mudah kumbang masuk ke dalam.

Adanya tanaman kacangan penutup tanah akan menghalangi pergerakan


kumbang dalam menemukan tempat berkembang biak (Lubis dkk, 2011). Di
lapangan siklus hidup dari kumbang tanduk dan khususnya masa larva di
dalam batang busuk sangat bervariasi tergantung pada kondisi iklim. Siklus
hidup hama kumbang tanduk dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 : Siklus hidup O. rhinoceros

Kumbang tanduk menjalani proses metamorfosis sempurna dengan 4 tahap:


telur, larva, kempompong dan imago. Lama proses metamorfosis pada
kumbang tanduk bervariasi tergantung spesies dan lingkungan. Di Indonesia
yang beriklim tropis, proses metamorfosis kumbang tanduk berlangsung
cenderung cepat dibanding spesies kumbang tanduk dari negara dengan 4
musim.

6
a) Telur

Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di


tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang,
batang, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan,
namun pada umumnya 4-7 bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih,
dan menetas setelah lebih kurang 12 hari. Telur berwarna putih, mula-mula
bentuknya jorong, kemudian berubah agak membulat. Telur yang baru
diletakkan panjangnya 3 mm dan lebar 2 mm ( Pracaya, 2009).

Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina pada tempat yang baik dan
aman (misalnya dalam pohon kelapa sawit yang melapuk), setelah 2
minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga betina
berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia berkisar 51 butir
telur, bahkan dapat mencapai 70 butir. Pada tandan kosong yang belum
terdekomposisi sempurna (baru diletakkan di lapangan) biasanya dijumpai
telur dan larva saja (Rahayuwati dkk, 2002).

Gambar 2.2 : Telur O. rhinoceros

b) Larva

Larva yang baru menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna
putih kekuningan, warna bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10
cm. Larva dewasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala berwarna

7
merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan.
Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian
ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan
(Setyamidjadja, 2006).

Larva O. rhinoceros berkaki 3 pasang, Tahap larva terdiri dari tiga instar,
masa larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari dan instar tiga 60-
165 hari. Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa
berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna coklat. Lundi-lundi yang
telah dewasa masuk lebih dalam kedalam tanah yang sedikit lembab (lebih
kurang 30 cm) untuk berkepompong (Mohan, 2006).

Gambar 2.3 : Larva O. rhinoceros

c) Prepupa

Prepupa terlihat menyerupai larva, hanya saja lebih kecil dari larva instar
terakhir menjadi berkerut serta aktif bergerak ketika diganggu. Lama
stadia prepupa berlangsung 8-13 hari (Susanto dkk, 2012).

d) Pupa

Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam


kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik di sekitar tempat hidupnya.

8
Pupa jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa
prapupa 8-13 hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari.
Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya
antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto dkk, 2003).

Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna
merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari
tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1
bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya
3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan
masih berdiam dalam kokon (Setyamidjadja, 2006).

Gambar 2.4 : Pupa O. rhinoceros

e) Imago
Pada waktu ganti kulit dari pupa ke imago dibutuhkan waktu 24 jam. Ganti
kulit dimulai dengan terbentuknya pupa dari bagian kepala kemudian
imago bergerak sehingga bungkus pupa terlepas. Mula-mula elytra
bewarna keputihan, kemerahan, merah kehitaman dan hitam. Waktu yang
dibutuhkan dari elytra berubah dari warna keputihan sampai bewarna
hitam antara lima sampai enam hari. Walaupun elytra ini sudah bewarna
hitam tetapi masih lunak jika ditekan Jika dilakukan gangguan pada kokon

9
dengan dilakukan perobekan maka imago akan keluar kokon walaupun
sklerotasi belum selesai (Rahayuwati dkk, 2002).

Kumbang yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa dan memakan
pucuk kelapa sambil mencari pasangan, kemudian terjadi perkawinan. Dan
setelah itu kumbang betina terbang menuju tumpukan sampah-sampah atau
menuju tumpukan tandan kosong kelapa sawit untuk bertelur. Umur
kumbang antara 2- 4,5 bulan (Siswanto, 2003). Jika lingkungan cocok dan
pakan cukup, kumbang badak akan terbang dalam jarak yang dekat saja.
Namun, jika pakan kurang baik, kumbang bisa terbang sampai sejauh 10
km (Pracaya, 2009).

Gambar 2.5 : Imago O. rhinoceros

Tabel 2.1 Siklus Hidup Hama Kumbang Tanduk (O. rhinoceros)

No Fase Jangka Waktu (Hari)


1 Telur 8-10
2 Instar Pertama 10-21
3 Instar Kedua 12-21
4 Instar Ketiga 60-165
5 Prepupa 8-13
6 Pupa 17-28
7 Dewasa Betina 274
8 Dewasa Jantan 192
Total 115-260

10
Menurut Susanto dkk (2012) tempat berkembang biak kumbang tanduk (O.
rhinoceros) yaitu :

1. Rumpukan batang kelapa sawit di areal replanting


2. Rumpukan batang yang telah dicacah
3. Tanaman yang masih berdiri pada sistem underplanting, sasaran untuk
peletakan telur
4. Larva berkembang sangat baik pada tandan kosong kelapa sawit yang
diaplikasikan pada gawangan maupun pada lubang tanam besar.

2.3 Gejala Serangan O. rhinoceros

Menurut Lubis (2011) bagian yang diserang hama kumbang tanduk biasanya
pupus daun (daun tombak). Stadium hama yang merugikan saat menjadi
kumbang. Kumbang hanya meninggalkan tempat bertelurnya pada malam
hari, lalu menyerang tanaman kelapa sawit. Kumbang membuat lubang di
dalam pupus yang belum membuka, mulai dari pangkal pelepah, jika pupus
pangkal mulai membuka, biasanya terlihat tanda serangan berupa potongan
simetris berbentuk huruf V di kedua sisi pelepah daun.

Menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan
pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus
dan membusuk kering. Dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan
kelapa sawit menyebabkan masalah. Hama ini sekarang juga dijumpai pada
areal tanaman yang menghasilkan. Hama ini dapat merusak pertumbuhan
tanaman dan dapat mengakibatkan tanaman mati (Prawirosukarto dkk, 2003).

11
Gambar 2.6: Gejala Serangan O. rhinoceros

Hama ini biasanya berkembang biak pada tumpukan bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua
areal tersebut. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit.
Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak
titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman. Pada areal peremajaan kelapa
sawit, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa
produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat
mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk juga dilaporkan
terjadi pada tanaman kelapa sawit tua sebagai akibat aplikasi mulsa tandan
kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Serangan hama
tersebut menyebabkan tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan
dapat mengalami kematian (Winarto, 2005).

Pada tanaman muda kumbang tanduk ini mulai menggerek dari bagian
samping bonggol pada ketiak pelepah terbawah, langsung ke arah titik
tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4,2 cm dalam
sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan
mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah
daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal
(Prawirosukarto dkk, 2003).

12
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), gejala serangan kumbang
tanduk pada tanaman kelapa sawit antara lain :
1. Tunas di pembibitan menjadi kering karena gerekan
2. Areal TBM menjadi sasaran utama hama kumbang tanduk dengan
pelepah-pelepah mongering diantara daun-daun tua yang masih hijau dan
berbentuk seperti kipas
3. Adanya lubang bekas gerekan kumbang tanduk pada bagian pangkal
pelepah
4. Pelepah terpuntir, dan posisi terlihat tidak beraturan serta timbulnya tunas
baru

Tabel 2.2. Kriteria Serangan Hama Kumbang Tanduk (O. rhinoceros)

Tingkat Serangan Keterangan


Ringan Tanaman digerek, pucuk belum rusak
Sedang Tanaman digerek, pucuk rusak tapi tumbuh lagi
Berat Tanaman digerek, pucuk tidak tumbuh dan
perlu disisip

2.4 Teknik Pengendalian O.rhinoceros

Teknik pengendalian O. rhinoceros yang umum dilaksanakan adalah dengan


pengelolaan tanaman penutup tanah (leguminose cover crop), sistem
pembakaran, sistem pencacahan batang, pengutipan kumbang dan larva,
secara kimiawi dan hayati. Semua metode pengendalian diaplikasikan secara
tunggal maupun terpadu menunjukkan kerterbatasan dalam skala yang
besar. Paket yang dilaksanakan dalam pengendalian kumbang O. rhinoceros,
biasanya terdiri dari mekanis, biologi dan kimiawi. Metode mekanis terdiri
dari pengutipan larva dan kumbang dari sisa tanaman, secara kimiawi
meliputi penggunaan pestisida, dan secara biologi dengan menggunakan
Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana dan Baculovirus oryctes.

13
2.4.1 Pengendalian Secara Mekanis
Pengendalian secara mekanis yaitu dengan pengutipan kumbang ada tanaman
dengan menggunakan kawat yang dilakukan dengan manual. Populasi larva
hama O.rhinoceros yang terlalu banyak pada tanaman TBM yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan pengutipan larva maka dapat dilakukan
tindakan pengendalian secara fisik dan mekanik dengan menggunakan alat
berat. Pada tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat berkembang biak
hama O.rhinoceros yang biasanya tandan kosong kelapa sawit, rumpukan
batang kelapa sawit, tunggul tanaman lain, serta tanah gambut dilakukan
pelindasan dengan menggunakan alat berat sekaligus membongkar gundukan-
gundukan yang besar dan selanjutnya dilakukan pengutipan larva secara
manual.

2.4.2 Pengendalian Secara Kimiawi


Pengendalian kimiawi masih diperlukan dalam pengendalian hama
O.rhinoceros karena tidak semua yang ditarik feromon masuk dalam ferotrap.
Oleh karena itu penggunaan insektisida untuk 6 tanaman disekeliling feromon
menjadi wajib dilaksanakan. Dengan demikian, penggunaan insektisida tidak
harus digunakan untuk semua tanaman kelapa sawit.

Insektisida yang banyak digunakan adalah berbahan aktif karbosulfan atau


sipermetrin. Insektisida berbahan aktif karbosulfan biasanya diaplikasikan
dengan cara ditabur dengan dosis 5-10 gram per tanaman dengan frekuensi
tergantung pada musim. Pada musin kemarau frekuensi aplikasi berkisar 2-3
minggu sekali, sedangkan pada musim penghujan biasanya dengan frekuensi
aplikasi adalah 7-10 hari sekali. Aplikasi pada tanaman yang agak tinggi
dengan menggunakan alat tambahan berupa galah yang ujungnya ada wadah
insektisida. Aplikasi insektisida sipermetrin berupa penyemprotan.

14
2.4.3 Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian kumbang tanduk O.rhinoceros secara biologi menggunakan
beberapa agensia hayati diantaranya jamur Metarhizium anisopliae dan
Baculovirus Oryctes. Untuk aplikasi virus saat ini belum digunakan secara
luas di perkebunan kelapa sawit. Jamur Metarhizium merupakan jamur parasit
yang telah lama digunakan untuk mengendalikan hama O.rhinoceros. Jamur
ini efektif menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi
yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur diaplikasikan dengan
menaburkan 20 g/m2 (dalam medium jagung) pada tumpukan tandan kosong
kelapa sawit dan 1 kg/batang kelapa sawit yang telah ditumbang. Baculovirus
Oryctes juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang O.rhinoceros.

2.4.4 Perangkap Feromon


Upaya terkini dalam mengendalikan kumbang tanduk adalah penggunaan
perangkap feromon. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) saat ini telah
berhasil mensintesa feromon agregat untuk menarik kumbang jantan maupun
betina. Feromon agregat ini berguna sebagai alat kendali populasi hama dan
sebagai perangkap massal. Rekomendasi untuk perangkap massal adalah
meletakkan satu perangkap untuk 2 hektar (Mangunsoekarjo, 2003).

Pada populasi kumbang yang tinggi, aplikasi feromon diterapkan satu


perangkap untuk satu hektar. Pemerangkapan kumbang O.rhinoceros dengan
menggunakan ferotrap terdiri atas satu kantong feromon sintetik (Etil-4 metil
oktanoate) yang digantungkan dalam ember plastik. Tutup ember plastik
diletakkan terbalik dan dilubangi 5 buah dengan diameter 55 mm. Pada dasar
ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air
hujan. Ferotrap tersebut kemudian digantungkan pada tiang kayu setinggi 4 m
dan dipasang di dalam areal kelapa sawit. Selain ember plastik dapat juga
digunakan perangkap PVC diameter 10 cm, panjang 2 m. Satu kantong
feromon sintetik dapat digunakan selama 2-3 bulan. Setiap dua minggu
dilakukan pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dibunuh.

15
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan


Nusantara IV Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Adapun
waktu pelaksanaan penelitian ini mulai bulan Juli sampai dengan Agustus
2016.

3.2 Desain/Rancangan Penelitian atau Model

Penelitian ini menggunakan Metode Rancangan Analisa Deskriptif


(pengambilan data), yaitu dengan mengumpulkan data tentang biaya
pengendalian hama kumbang tanduk dengan menggunakan insektisida
berbahan aktif karbosulfan dan sipermetrin.

3.3 Pengamatan dan Indikator


Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Informasi umum
a. Sejarah Perusahaan
b. Letak Geografis
c. Topografi
d. Luas areal
e. Curah Hujan

2. Kebijakan perusahaan pengendalian hama kumbang tanduk


a. Blok
b. Dosis
c. Cara Aplikasi

3. Analisa Biaya
a. Jumlah bahan
b. Jumlah tenaga
c. Harga persatuan
d. Realisasi harga

16
3.4 Bagan Alur Penelitian

Survey Lokasi

Persiapan Penelitian

Pengumpulan Data / Informasi

Analisa Data

Penyusunan Laporan

17
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Informasi Umum

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Pada mulanya Perkebunan ini milik Perkebunan Belanda dengan nama H.V.A
(Handels Vergiing Amsterdam). Dengan budidaya yang ditanam pertama
adalah Serat Nanas (Agave). Setelah Belanda meninggalkan Indonesiapada
tahun 1958, perkebunan ini diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia
(Nasionalisasi) dan diberi nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN)
Baru.Pada tahun 1961/1962 terbentuk PPN Sumut dan Kebun Laras
tergabung dalam PN Sumut III. Kemudian pada tahun 1968 PPN Sumut III
beralih menjadi PN. Perkebunan VII, sekaligus Tanaman Nanas dikonversi
menjadi Tanaman Kelapa Sawit.

Pada tahun 1972 Perkebunan Laras dengan Perkebunan Dolok Ilir digabung
menjadi satu dipimpin oleh seorang Administratur dengan pembagian
afdeling sebagai berikut :

- Perkebunan Laras terbagi 5 (lima) Afdeling dengan seorang Asisten


Kepala
- Perkebunan Dolok Ilir terbagi 9 (Sembilan) Afdeling dengan 2 orang
Asisten Kepala

Pada tahun 1980 Perkebunan Laras dan Dolok Ilir dipisah dan berdiri sendiri,
masing-masing dipimpin oleh seorang Administratur. Kebun Laras terdiri dari
5 Afdeling, dimana produksinya masih tetap diolah di Kebun Dolok Ilir.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 54/KNK/011/85, tanggal 13
Januari 1985 PNP VII dirubah menjadi PTP VII (Persero), dengan Visi dan
Misi Tri Dharma Perkebunan yaitu :

- Menambah devisa negara

18
- Memelihara kesuburan tanah dan potensi sumber daya alam
- Memperluas lapangan pekerjaan

Pada tanggal 14 Februari 1996 melaui Peraturan Pemerintah No.9 Tahun


1996, PTP VI, PTP VII dan PTP VIII digabung menjadi PTP. Nusantara IV
(Persero) dengan Kantor Pusat di Bah Jambi. Sejak tanggal 1 Januari 2003
Kantor Pusat PTP. Nusantara IV (Persero) pindah dari Bah Jambi ke Medan.

4.1.2 Letak Geografis

Pada Bulan April 2010 terjadi Rasionalisasi Afdeling di Unit Kebun Laras
dari 5 Afdeling menjadi 4 Afdeling, yang terletak di 3 Kecamatan, yaitu :

- Kecamatan Gunung Maligas


- Kecamatan Bandar Huluan
- Kecamatan Gunung Malela

Afdeling II eks III dan Afdeling III terletak di Kecamatan Gunung Maligas.
Afdeling I, II dan Emplasmen terletak di Kecamatan Bandar Huluan.
Afdeling IV terletak di Kecamatan Gunung Malela.
Batas-batas Kebun Laras :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kebun Bandar Bedsy PTPN III
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kebun Dolok Ilir PTPN IV
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Kebun Bukit Maraja
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kebun Bangun PTPN III

4.1.3 Topografi
Topografi areal Kebun Laras yang terletak di Kabupaten Simalungun ini
sangat bervariasi yaitu dari areal rata, bergelombang sampai dengan areal
berbukit. Perkebunan Laras berada pada ketinggian 130 m dpl, dengan jenis
tanah S1.

19
4.1.4 Luas Areal
Luas areal Kebun Laras adalah sebesar 3700 Ha yang ditanami komoditas
utama adalah Kelapa Sawit yakni TM 2727 Ha, TBM 398 Ha, TU 575 Ha.

Tabel 4.1 Luas Areal Kebun Laras PTPN IV per Afdeling


Afdeling Luas (Ha)
I 935
II 906
III 954
IV 905
Total 3700

Sumber data pengamatan ini dilakukan di Afdeling III Kebun Laras PT.
Perkebunan Nusantara IV tepatnya pada tanaman tahun 2014.

Tabel 4.2 Luas Afdeling III Berdasarkan Tahun Tanam


Tahun Tanam Luas (Ha)
1989 85
1991 92
1992 29
1993 133
1997 100
1998 108
1999 7
2010 5
2011 96
2012 205
2014 94
Total 954

20
Tabel 4.3 Areal Tanaman Tahun Tanam 2014
Tahun Jumlah
Blok Luas(Ha)
Tanam Pohon
A 9 1261
B 21 3019
C 13 1800
2014 D 16 2281
E 20 2749
F 15 2273
Jumlah 94 13383

4.1.5 Curah Hujan

Data curah hujan di Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV mulai tahun
2011 sampai dengan Juni 2016

Tabel 4.4 Data Curah Hujan Afdeling III Kebun Laras PT. Perkebunan
Nusantara IV

Tahun
Rata-rata 2016
2011 2012 2013 2014 2015
Bulan
Hari Curah
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Hujan Hujan
Januari 11 311 7 142 10 273 4 53 5 210 7.4 197.8 5 112
Februari 3 72 4 124 7 148 3 50 7 170 4.8 112.8 14 191
Maret 9 216 7 152 6 190 7 110 7 88 7.2 151.2 2 39
April 4 234 12 302 10 259 8 153 8 153 8.4 220.2 3 16
Mei 11 195 7 126 9 179 8 218 15 469 10 237.4 10 246
Juni 4 100 6 108 3 68 6 171 6 73 5 104 8 199
Juli 9 132 9 166 9 165 2 25 9 207 7.6 139
Agustus 14 325 10 209 10 209 8 249 14 346 11.2 267.6
September 8 167 15 357 11 195 12 196 9 195 11 222
Oktober 11 339 8 192 14 400 13 299 6 76 10.4 261.2
November 7 109 9 224 12 382 7 243 13 311 9.6 253.8
Desember 8 171 5 123 10 305 8 221 5 77 7.2 179.4
Jumlah 99 2371 99 2225 111 2773 86 1988 104 2375 99.8 2346.4
Rata-rata 8 198 8 185 9 231 7 166 9 198 8 196
Keterangan : HH : Hari Hujan (Hari)
CH : Curah Hujan (Mili Meter)

21
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa total rata-rata curah hujan per bulan mulai
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 adalah 196 mm per bulan dengan rata- rata
hari hujan 8 hari per bulan.

Hari Hujan
(Hari)
16
14
12
10
8 2011-2015
2016
6
4
2
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des

Bulan

Gambar 4.1 Grafik rata-rata hari hujan tahun 2011-2015 dan 2016 di Afdeling
III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV

Rata-rata hari hujan tertinggi selama lima tahun terakhir terjadi pada bulan
Agustus yaitu 11,2 hari, dan rata-rata hari hujan terendah terjadi pada bulan
Februari yaitu 4,8 hari. Sedangkan hari hujan tertinggi pada tahun 2016 terjadi
pada bulan Februari yaitu 14 hari dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Maret
yaitu 2 hari.

Curah hujan di Afdeling III dari tahun 2011-2015 dan tahun 2016 dapat dilihat
pada grafik 4.2.

22
Curah Hujan
(mm)
300

250

200

150 2011-2015
2016
100

50

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des

Bulan

Gambar 4.2 Grafik rata-rata curah hujan tahun 2011-2015 dan 2016 di Afdeling
III Kebun Laras PT. Perkebunan Nusantara IV

Rata-rata curah hujan tertinggi selama lima tahun terakhir terjadi pada bulan
Agustus yaitu 267.6 mm, dan rata-rata hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni
yaitu 104 mm. Sedangkan curah hujan tertinggi pada tahun 2016 terjadi pada
bulan Mei yaitu 246 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan April yaitu
16 mm.

Dari gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa Afdeling III Kebun Laras pada tahun
2011-2015 tidak terjadi musim kering, tetapi pada tahun 2016 terjadi bulan kering
yaitu pada bulan April dengan curah hujan sebesar 16 mm karena bulan kering
yaitu curah hujan < 60mm.

23
4.1.6 Peta Afdeling
Berikut ini adalah peta afdeling III Kebun Laras dapat dilihat pada
gambar 4.3

Gambar 4.3 : Peta Afdeling III Kebun Laras

24
4.2 Kebijakan Perusahaan dalam Pengendalian O. rhinoceros
4.2.1 Pengendalian Kumbang Tanduk Secara Manual

Pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) secara manual


dilakukan dengan cara pengutipan larva dan kumbang tanduk dengan alat
seperti parang, ember, karung dan kampak. Para pekerja mendatangi pohon-
pohon tanaman kelapa sawit dan rumpukan bekas tanaman kelapa sawit yang
telah membusuk. Karena tempat ini merupakan tempat perkembang biakan
kumbang tanduk.

Pengendalian kumbang tanduk di Afdeling III Kebun Laras adalah


pengendalian preventif, maksudnya adalah pencegahan sebelum serangan
hama kumbang tanduk terjadi. Ada atau tidak ada serangan hama kumbang
tanduk tetap dilakukan pengendalian dengan bahan aktif karbosulfan ataupun
sipermetrin.

4.2.2 Pengendalian Kumbang Tanduk Secara Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan cara penaburan insektisida


berbahan aktif karbosulfan ataupun penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin.

a) Cara Aplikasi Marshal


 Penaburan Marshal dilakukan pada pupus pohon dengan menggunakan
sendok makan yang diikat dengan bambu dengan panjang 1 meter
sampai 1,5 meter.
 Penaburan dilakukan pada seluruh tanaman kelapa sawit tanpa
terkecuali
 Rotasi rata-rata dua sampai empat kali dalam satu bulan dan dosis yang
digunakan adalah 5 gr/pohon.

25
b) Cara Aplikasi Scud
 Campurkan insektisida ke dalam knapsack
 Penyemprotan insektisida Scud di semprot di sekitar daun tombak
menggunakan knapsack isi 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada
semua tanaman tanpa terkecuali
 Rotasi tergantung tingkat serangan dengan dosis 0,5 cc/pohon yang
dilarutkan ke dalam air. Dalam satu knapsack berisi 15 liter air dan
dicampur 75 cc Scud per kap yang digunakan untuk menyemprot satu
hektar areal tanaman.

4.3 Analisa Biaya Pengendalian Hama Kumbang Tanduk

Data pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) diperoleh dari


Afdeling III Kebun Laras dengan mengambil data sample enam (6) blok pada
areal tahun tanam 2014 atau TBM II dengan luas 94 Ha. Peneliti akan
membahas tahun pekerjaan 2015-2016 pengaplikasian insektisida Marshal 5G
dan Scud 100 EW.

4.3.1 Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2015

Untuk pemakaian bahan dan biaya pembelian insektisida yang digunakan


pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.5. Harga insektisida Marshal pada
tahun 2015 adalah Rp. 24.722,-/Kg dan harga Scud adalah Rp. 94.338,-
/Liter.

Perhitungan jumlah bahan insektisida yang digunakan adalah dosis setiap


insektisida dikali jumlah tanaman tahun tanam 2014 yaitu 13.383 pohon
dikali rotasi pemakaian insektisida.

26
Tabel 4.5 Realisasi Pemakaian Bahan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2015

Jumlah Luas Dosis/pokok Jumlah Bahan Jumlah (Rp)


Bulan Rotasi Scud Marshal Scud Marshal Cost/Ha
Blok (Ha) Scud Marshal
(cc) (gr) (L) (Kg)
Januari 6 94
Februari 6 94
Maret 6 94
April 6 94 2 0.5 13.4 1.262525 6.716
Mei 6 94 2 0.5 13.4 1.262.525 6.716
Juni 6 94 2 0.5 13.4 1.262.525 6.716
Juli 6 94 2 0.5 13.4 1.262.525 6.716
Agustus 6 94 2 0.5 13.4 1.262.525 6.716
September 6 94 5 0.5 33.5 3.156.314 6.716
Oktober 6 94 4 0.5 26.8 2.525.051 6.716
November 6 94 4 0.5 26.8 2.525.051 6.716
Desember 6 94 4 5 268 6.617.091 17.599
Jumlah * * * * * 153.90 268 14.519.043 6.617.091 71.323
Rata-rata * * * * * 19.24 268 1.814.880 6.617.091 7.925

Pengendalian hama kumbang tanduk pada bulan Januari sampai bulan November
tahun 2015 dilakukan menggunakan Scud EW 100, sedangkan pada bulan
Desember tahun 2015 menggunakan insektisida Marshal. Dengan rotasi dua
sampai lima kali dalam satu bulan. Dosis tiap aplikasi untuk Scud 0,5 cc/pohon
sedangkan Marshal 5 gr/pohon. Pada bulan Januari sampai Maret tidak ada
aplikasi Marshal maupun Scud tetapi dilakukan pengendalian dengan cara hand
picking atau secara manual.

Jumlah penggunaan insektisida Marshal 5G yaitu pada bulan Desember adalah


268 Kg. Maka jumlah biaya yang dikeluarkan pada bulan Desember untuk
mengendalikan hama kumbang tanduk adalah Rp, 6.617.091,-. Jumlah bahan
yang digunakan dalam mengendalikan hama kumbang tanduk menggunakan Scud

27
pada tahun 2015 adalah 153.90 Liter. Maka jumlah biaya yang digunakan dalam
pembelian Scud adalah Rp 14.519.043 dengan rata-rata penggunaan bahan per
bulan sebanyak 19.24 Liter. Maka rata-rata biaya per bulan dalam pembelian Scud
adalah Rp 1.814.880,-

Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya per hektar dalam
mengendalikan hama kumbang tanduk dengan menggunakan insektisida Marshal
dan Scud adalah Rp 7.925,-

Tabel 4.6 Realisasi Pemakaian Tenaga Pengendalian Hama Kumbang Tanduk


Secara Kimiawi Pada Tahun 2015

Jumlah Luas Jumlah Upah/hari Jumlah Biaya/Ha


Bulan Rotasi Tenaga Biaya
Blok (Ha) Per HK (Rp)
Kerja (Rp)
Januari 6 94
Februari 6 94
Maret 6 94
April 6 94 2 56 105.146 5.930.234 31.544
Mei 6 94 2 56 119.944 6.764.842 35.983
Juni 6 94 2 56 111.731 6.301.628 33.519
Juli 6 94 2 56 200.549 11.310.964 60.165
Agustus 6 94 2 56 98.445 5.552.298 29.534
September 6 94 5 141 102.749 14.487.609 30.825
Oktober 6 94 4 113 106.606 12.025.157 31.982
November 6 94 4 113 112.900 12.735120 33.870
Desember 6 94 4 113 110.688 12.485.606 33.206
Jumlah * * * 761 * 87.593.458 320.627
Rata-rata * * * 85 * 9.732.606 35.625

Di Afdeling III Kebun Laras pengerjaan pengendalian hama kumbang tanduk


dilakukan oleh karyawan, dengan upah/HK berbeda-beda tiap bulan nya. Total
biaya penggunaan tenaga tahun 2015 adalah sebesar Rp 87.593.458,-. Dengan
rata- rata biaya tenaga per bulan adalah Rp 9.732.606,-. Sedangkan total biaya/ha
pengendalian hama kumbang tanduk pada tahun 2015 adalah sebesar Rp 320.627,
Dan rata-rata biaya/ha sebesar Rp 35.625,-.

28
Berikut ini adalah tabel total penggunaan biaya pada tahun 2015 di Afdeling III
Kebun Laras.

Tabel 4.7 Realisasi Bahan Dan Tenaga Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2015

Jumlah Luas Biaya


Biaya Bahan (Rp)
Blok (Ha) Tenaga Total Biaya/Ha
Bulan
(Rp) (Rp) (Rp)
Marshal Scud

Januari 6 94
Februari 6 94
Maret 6 94
April 6 94 1.262.525 5.930.234 7.192.760 38.259
Mei 6 94 1.262.525 6.764.842 8.027.367 42.699
Juni 6 94 1.262.525 6.301.628 7.564.154 40.235
Juli 6 94 1.262.525 11.310.964 12.573489 66.880
Agustus 6 94 1.262.525 5.552.298 6.814.823 36.249
September 6 94 3.156.314 14.487.609 17.643.923 37.540
Oktober 6 94 2.525.051 12.025.157 14.550.208 38.697
November 6 94 2.525.051 12.735.120 15.260.171 40.586
Desember 6 94 6.617.091 12.485.606 19.102.697 50.805
Jumlah * * 6.617.091 14.519.043 87.593.458 108.729.591 391.951
Rata-rata * * 6.617.091 1.814.880 9.732.606 12.081.066 43.550

Jumlah biaya bahan dan tenaga yang digunakan di tahun 2015 untuk
mengendalikan hama kumbang tanduk adalah Rp 108.729.591,- Dari total biaya
diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya pengendalian hama kumbang tanduk per
bulan adalah Rp 12.081.066,- sementara biaya rata-rata per hektar adalah sebesar
Rp 43.550,-

Untuk melihat perbedaan bahan dan tenaga jumlah biaya yang dikeluaran pada
tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 4.4.

29
Jumlah
(Rp)

20,000,000
18,000,000
16,000,000
14,000,000
12,000,000 Total Biaya
10,000,000 Marshal
8,000,000 Total Biaya
6,000,000 Scud

4,000,000
2,000,000
0

Bulan

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Penggunaan Biaya Insektisida Marshal Dan


Scud Tahun 2015

Adapun kegiatan – kegiatan yang dilakukan di Afdeling III Kebun Laras pada
tahun 2015 dalam melakukan pengendalian hama kumbang tanduk dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2015

Bulan
No Pengendalian Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 Marshal √ 1

2 Scud √ √ √ √ √ √ √ √ 8

3 Hand picking √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11

30
Dari tabel 4.11 dan gambar 4.5 dapat dilihat kegiatan pengendalian hama
kumbang tanduk dilakukan secara kimiawi dan manual atau hand picking dengan
cara kutip Oryctes. Pada tahun 2015 total kegiatan secara kimiawi adalah
sebanyak 9 bulan dengan rincian menggunakan Marshal satu kali yaitu pada bulan
Desember dan menggunakan Scud mulai bulan April hingga November,
sedangkan hand picking dilakukan setiap bulan kecuali pada bulan September.

Jumlah
Bulan

12
10
8
6
4
2
0
Marshal Scud Hand picking

Pengendalian Kumbang Tanduk

Gambar 4.5 Grafik Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2015

4.3.2 Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2016

Untuk pemakaian bahan dan biaya pembelian bahan tahun 2016 dapat dilihat
pada tabel 4.9 dibawah ini, sebagai data pendukung harga insektisida Marshal
5G adalah Rp. 24.722,-/Kg dan untuk harga insektisida Scud adalah Rp.
94.338,-/Liter. Berikut ini adalah tabel realisasi pemakaian bahan :

31
Tabel 4.9 Realisasi Pemakaian Bahan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2016

Jumlah Luas Dosis/pokok Jumlah Bahan Jumlah (Rp)


Bulan Rotasi Scud Marshal Scud Marshal Cost/Ha
Blok (Ha) Scud Marshal
(cc) (gr) (L) (Kg)
Januari 6 94 4 5 268 6.617.091 17.599
Februari 6 94 4 5 268 6.617.091 17.599
Maret 6 94 4 5 268 6.617.091 17.599
April 6 94 3 5 201 4.962.818 17.599
Mei 6 94 4 5 268 6.617.091 17.599
Juni 6 94 4 5 268 6.617.091 17.599
Juli 6 94 2 5 134 3.308.545 17.599
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah * * * * * * 1.673 * 41.356.816 123.191
Rata-rata * * * * * * 239 * 5.908.117 17.599

Pada tahun 2016 pengaplikasian insektisida dilakukan tiap bulan. Dengan rotasi
tiap bulan tidak sama. Pada tahun ini jumlah Marshal yang digunakan sebanyak
1.673 kg dengan biaya sebesar Rp 41.356.816,- dengan rata-rata penggunaan
bahan per bulan sebanyak 239 Kg. Maka rata-rata biaya per bulan dalam
pembelian Marshal adalah Rp 5.908.117,- Dari tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa
rata-rata biaya per hektar dalam mengendalikan hama kumbang tanduk dengan
menggunakan insektisida Marshal dan Scud adalah Rp 17.599,-

32
Tabel 4.10 Realisasi Pemakaian Tenaga Pengendalian Hama Kumbang Tanduk
Tahun 2016

Jumlah Luas Jumlah Upah/hari Jumlah Biaya/Ha


Bulan Rotasi Tenaga Biaya
Blok (Ha) Per HK (Rp)
Kerja (Rp)
Januari 6 94 4 113 108.090 12.192.552 32.427
Februari 6 94 4 113 114.120 12.872.736 34.236
Maret 6 94 4 113 103.903 11.720.258 31.171
April 6 94 3 85 108.862 9.209.725 32.659
Mei 6 94 4 113 109.865 12.392.772 32.960
Juni 6 94 4 113 225.445 25.430.196 67.634
Juli 6 94 2 56 116.914 6.593.950 35.074
Agustus 6 94
September 6 94
Oktober 6 94
November 6 94
Desember 6 94
Jumlah * * * 705 * 90.412.189 266.160
Rata-rata * * * 101 * 12.916.027 38.023

Biaya tenaga pengaplikasian Marshal pada bulan Januari sampai bulan Juli tahun
2016 adalah sebesar Rp. 90.412.189,- dengan biaya rata-rata biaya yang
digunakan per bulan tahun 2016 adalah Rp 12.916.027,- Dengan total tenaga kerja
yang digunakan adalah sebanyak 705 orang. Rata-rata tenaga yang digunakan
adalah 101 orang. Dan rata-rata biaya/ha sebesar Rp 38.023,-.

33
Tabel 4.11 Realisasi Pemakaian Bahan Dan Tenaga Pengendalian Hama
Kumbang Tanduk Tahun 2016

Biaya
Biaya Bahan (Rp)
Jumlah Luas Tenaga Total Biaya/Ha
Bulan
Blok (Ha) (Rp) (Rp) (Rp)
Marshal Scud

Januari 6 94 6.617.091 12.192.552 18.809.643 50.026


Februari 6 94 6.617.091 12.872.736 19.489.827 51.835
Maret 6 94 6.617.091 11.720.258 18.337.349 48.770
April 6 94 4.962.818 9.209.725 14.172.543 50.257
Mei 6 94 6.617.091 12.392.772 19.009.863 50.558
Juni 6 94 6.617.091 25.430.196 32.047.287 85.232
Juli 6 94 3.308.545 6.593.950 9.902.495 52.673
Agustus 6 94
September 6 94
Oktober 6 94
November 6 94
Desember 6 94
Jumlah * * 41.356.816 90.412.189 131.769.005 389.350
Rata-rata * * 5.908.117 12.916.027 18.824.144 55.621

Dari tabel 4.11 dapat dilihat biaya bahan dan tenaga dari bulan Januari sampai
Bulan Juli tahun 2016. Jumlah biaya keseluruhan yang digunakan di tahun 2016
untuk mengendalikan hama kumbang tanduk adalah Rp 131.769.005,- Dari total
biaya diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya pengendalian hama kumbang
tanduk per bulan adalah Rp 18.824.144,- sementara biaya rata-rata per hektar
adalah sebesar Rp 55.621,-

Untuk melihat perbedaan keseluruhan jumlah biaya yang dikeluaran pada tahun
2016 dapat dilihat pada gambar 4.6.

34
Jumlah
(Rp)
35,000,000
30,000,000
25,000,000
20,000,000
Total Biaya
15,000,000
Marshal
10,000,000
5,000,000
0

Bulan

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Penggunaan Biaya insektisida Marshal Tahun


2016

Tabel 4.12 Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2016

Bulan
No Pengendalian Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 Marshal √ √ √ √ √ √ √ 7
2 Scud 0
3 Hand picking √ √ √ √ √ √ √ 7

Dari tabel 4.12 dan gambar 4.7 dapat dilihat kegiatan pengendalian hama
kumbang tanduk masih tetap dilakukan secara kimiawi dan manual atau hand
picking dengan cara kutip Oryctes. Dari tabel 4.12 data yang diambil dari bulan
Januari sampai bulan Juli 2016. Aplikasi Marshal dan handpicking dilakukan tiap
bulan. Aplikasi dilakukan tergantung bahan yang tersedia, apabila Scud tidak ada
maka pengendalian hama kumbang tanduk dilakukan dengan Marshal dan
sebaliknya.

35
Jumlah
Bulan

0
Marshal Scud Hand picking

Pengendalian Kumbang Tanduk

Gambar 4.7 Grafik Kegiatan Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun 2016

36
4.3.3 Rekapitulasi Biaya Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Tahun
2015- 2016

Berikut ini adalah rekapitulasi biaya yang digunakan dari tahun 2015-2016
dengan luas areal tahun tanam 2014 seluas 94 ha sebagai berikut :

Tabel 4.13 Realisasi Pelaksanaan pengendalian hama kumbang tanduk secara


kimiawi di Afdeling III Kebun Laras tahun 2015- Juli2016

Jumlah biaya digunakan per tahun (Bahan+Tenaga)


2015 2016 Jumlah Rata-rata
Bulan
(Rp) (Rp)
Marshal (Rp) Scud (Rp) Marshal (Rp) Scud (Rp)

Januari 18.809.643 18.723.171 18.723.171


Februari 19.489.827 19.398.531 19.398.531
Maret 18.337.349 18.337.349 9.168.674
April 7.192.760 14.172.543 21.365.303 10.682.651
Mei 8.027.367 19.009.863 27.037.230 13.518.615
Juni 7.564.154 32.047.287 39.611.440 19.805.720
Juli 12.573.489 9.902.495 22.475.984 11.237.992
Agustus 6.814.823 6.814.823 6.775.445
September 17.643.923 17.643.923 17.541.174
Oktober 14.550.208 14.550.208 14.464.923
November 15.260.171 15.260.171 15.169.851
Desember 19.102.697 19.102.697 19.014.147
Sub jumlah 19.102.697 89.626.895 131.769.005 * 175.500.893
Rata-rata 12.081.066 18.824.144 20.026.736 14.625.074
Total 108.729.591 131.769.005 240.498.596 *

Dari tabel 4.13 menunjukkan penggunaan biaya pengendalian hama kumbang


tanduk pada tanaman belum menghasilkan kelapa sawit dari tahun 2015
sampai bulan Juli 2016 adalah sebesar Rp 240.498.596,-. Rata- rata biaya per
bulan yang dikeluarkan dari tahun 2015 sampai bulan Juli 2016 untuk biaya
bahan dan tenaga adalah Rp 20.026.736. Dibawah ini dapat dilihat gambar
4.8 penggunaan biaya pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros)
dari tahun 2015 sampai bulan Juli 2016.

37
35,000,000.00

30,000,000.00

25,000,000.00
Jumlah (Rp)

20,000,000.00 2015
Marshal
15,000,000.00 2015 Scud
10,000,000.00 2016
Marshal
5,000,000.00

0.00

Bulan

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Realisasi Biaya Dalam Kurun Dua Tahun

Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa penggunaan biaya paling besar terjadi
pada bulan Juni di tahun 2016 yaitu sebesar Rp 32.047.287,-. Itu terjadi
karena pada bulan tersebut pelaksanaan aplikasi dilakukan sebanyak empat
kali dalam satu bulan dan upah tenaga pada bulan tersebut paling tinggi yaitu
sebesar Rp 225. 445,-.

Di PT. Perkebunan Nusantara IV rotasi dalam pengendalian hama kumbang


tanduk tidak sama tiap tahunnya. Pada tahun 2015 rotasi perbulannya adalah
dua sampai lima kali dalam satu bulan sedangkan pada tahun 2016 rotasi
perbulannya adalah dua sampai empat kali dalam satu bulan. Rotasi
tergantung dari serangan hama kumbang tanduk di lapangan.

38
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, biaya aplikasi insektisida kimia pada
pengendalian hama O. rhinoceros di Kebun Laras tahun tanam 2014 (94ha)
dapat disimpulkan :

1. Biaya pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) pada tahun


2015 adalah sebesar Rp 108.729.591 atau Rp 12.081.066,- per bulan.
2. Biaya pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) pada tahun
2016 dari bulan Januari sampai bulan Juli adalah sebesar Rp 131.769.005
atau Rp 18.824.144,- per bulan.
3. Total biaya yang digunakan dalam pengendalian hama kumbang tanduk
(O. rhinoceros) dari tahun 2015 sampai dengan Juli 2016 adalah sebesar
Rp 240.498.596,-

5.2 Saran
Dengan mengetahui besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan dalam
pengendalian hama kumbang tanduk (O. rhinoceros) ini maka sebaiknya
aplikasi insektisida berbahan aktif karbosulfan dan sipermetrin dilakukan
dengan baik.

39
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia.


http://ditjenbun.deptan.go.id. diakses tanggal 7 April 2016.
Jackson. T. A dan M. G Klein. 2006. Scrabs as pests:a conditinuing problem.
Coleopt. Bull, 60; 102-119.
Loring, D.A. 2007. Competitive Testing of SLPLAT-RB ( Oryctes rhinoceros )
Male Aggregation Peromone- Mass Trapping In Oil Palm And Coconut
Estates. The Planter.(979): 657-663.
Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacg) di Indonesia. PPKS.
Medan.
Lubis, R.E dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis). Agromedia. Jakarta.

Mohan, C.2006. Oryctes rhinoceros.http://www.isg.org/database/species/ecology.


asp?si=173&fr=1&sts. diakses pada tanggal 29 Maret 2016.
PPKS, 1996. Pengendalian Baru Kumbang Tanduk dengan Feromon, Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
_____, 2009. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan.

_____,2010. Pengendalian Oryctes rhinoceros yang Ramah Lingkungan


Menggunakan Feromonas dan Metari. http://www.iopri.org/paket_teknologi
diakses tanggal 29 Maret 2016.
Pracaya, 2009. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Prawirosukarto, S., Y.P. Roerrha, U. Condro dan Susanto. 2003. Pengenalan dan
Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. PPKS, Medan.
Rahayuwati, S., R. D de Chenon dan Sudharto ps. 2002. Sistem Reproduksi
Betina Oryctes rhinoceros (Coleoptera:Scarabaeidae) dari Berbagai
Populasi Berbeda di Perkebunan Kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa
Sawit. 10(1):11-22.
Setyamidjadja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Siswanto, 2003. Baku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (BO-PHT).
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

40
Susanto, A.A.E.Prasetyo, Sudharto, H.Priwiratama, T.A.P.Roziansha. 2012.
Pengendalian Terpadu Orycter rhinoceros di Perkebunan Kelapa Sawit Seri
Kelapa Sawit Populer 10. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Susanto, A., A.P. Dongoran., Fahridayanti., A.F. Lubis., dan A. Prasertyo. 2005.
Pengurangan Populasi Larva Oryctes rhinoceros pada Sistem Lubang
Tanam besar. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 13(1):1-9.
Utomo, C., T. Herawan dan A. Susanto. 2007. Feromon: Era Baru Pengendalian
Hama Ramah Lingkungan di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian
Kelapa Sawit, Medan. 15(2):69-82.
Winarto,L. 2005. Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Kelapa Sawit Secara
Terpadu. Medan. http://www.agroindonesia.com. diakses pada 19 Maret
2016.

41
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Berchat Rencana/ Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Seacara Kimia TBM 1 2014 Tahun 2015
Tahun No Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
Ha
Tanam Blok Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real
2014 A 9 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 45 18 36 18 36 18 36
B 21 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 105 42 84 42 84 42 84
C 13 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 65 26 52 26 52 26 52
D 16 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 80 32 64 32 64 32 64
E 20 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 100 40 80 40 80 40 80
F 15 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 75 30 60 30 60 30 60
Jumlah 94 188 188 188 188 188 188 188 188 188 188 188 470 188 376 188 376 188 376

Lampiran 2. Berchat Rencana/ Realisasi Pengendalian Hama Kumbang Tanduk Secara Kimia TBM 1I 2014 Tahun 2016
Tahun No Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des
Ha
Tanam Blok Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real Renc Real
2014 A 9 18 36 18 36 18 36 18 27 18 36 18 36 18 18
B 21 42 84 42 84 42 84 42 63 42 84 42 84 42 42
C 13 26 52 26 52 26 52 26 39 26 52 26 52 26 26
D 16 32 64 32 64 32 64 32 48 32 64 32 64 32 32
E 20 40 80 40 80 40 80 40 60 40 80 40 80 40 40
F 15 30 60 30 60 30 60 30 45 30 60 30 60 30 30
Jumlah 94 188 376 188 376 188 376 188 282 188 376 188 376 188 188

42

Anda mungkin juga menyukai