Disusun Oleh :
AZURRA APRILLYA
NIM. 210704005
Mahasiswa Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry
Dilaksanakan Pada :
Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh
(16 Januari – 16 Februari 2024)
Disusun Oleh :
AZURRA APRILLYA
NIM. 210704005
Mahasiswa Program Studi Kimia
Disetujui oleh :
Mengetahui
Ketua Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Muammar Yulian, M. Si
NIP. 198411302006041002
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN
Dilaksanakan Pada:
Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh
(16 Januari – 16 Februari 2024)
Disusun Oleh:
AZURRA APRILLYA
NIM. 210704005
Mahasiswa Program Studi Kimia
Disetujui Oleh:
Penguji
Bismillahirrahmanirrahim
iii
6. Seluruh Ibu/Bapak Dosen beserta staff Prodi Kimia, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu karyawan Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa
Industri (BSPJI) Banda Aceh, khususnya para staf Laboratorium Kimia yang telah
memberi arahan dan segala pengetahuan dalam praktik ini.
8. Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan memberi nasihat arahan kepada penulis
baik dari segi material maupun dari segi spiritual serta doa sehingga Allah
subhanahu wa ta'ala selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada saya.
Kepada semua pihak tersebut semoga bantuan bimbingan dan pengarahan
serta doa yang diberikan kepada saya dapat dinilai ibadah oleh Allah subhanahu wa
ta'ala dan mendapat Ridha-Nya.
Azurra Aprillya
Pelaksana Praktik Kerja Lapangan
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ x
1.1 Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh............. 4
1.1.1 Profil BSPJI Banda Aceh...................................................................... 4
1.1.2 Visi dan Misi BSPJI Banda Aceh......................................................... 5
1.1.3 Tugas dan Fungsi BSPJI Banda Aceh ................................................. 5
1.1.4 Struktur Organisasi BSPJI Banda Aceh................................................ 6
1.2 Deskripsi Kegiatan PKL ................................................................................. 6
1.3 Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)............................................................ 7
1.1 Uji Nitrat (NO3⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).......... 8
1.2 Uji Nitrit (NO2⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)...........
8
1.3 Uji Sulfat (SO4 ⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).........
2
9
1.4 Uji Kekeruhan Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).............. 10
v
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................ 12
1.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................... 12
1.1 Ruang Lingkup Kerja....................................................................................... 12
1.2 Tujuan............................................................................................................... 12
1.2 Uji Kadar Nitrat (NO3⁻) Pada Sampel AMDK dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS................................................................................ 12
1.2.1 Prinsip................................................................................................... 12
1.2.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 12
1.2.3 Prosedur Kerja...................................................................................... 13
1.3 Uji Kadar Nitrit (NO2⁻) Pada Sampel AMDK dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS............................................................................... 13
1.3.1 Prinsip................................................................................................... 13
1.3.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 13
1.3.3 Prosedur Kerja...................................................................................... 13
1.4 Uji Kadar Sulfat (SO42⁻) Pada Sampel AMDK dengan menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS............................................................................... 14
1.4.1 Prinsip................................................................................................... 14
1.4.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 14
1.4.3 Prosedur Kerja...................................................................................... 14
1.5 Uji Kadar Kekeruhan Pada Sampel AMDK dengan menggunakan
Turbidimeter.................................................................................................... 15
1.5.1 Prinsip................................................................................................... 15
vi
1.2.2 Pembahasan........................................................................................... 20
1.3 Uji Kadar Sulfat (SO42⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK).............................................................................................. 22
1.3.1 Data Hasil Pengamatan......................................................................... 23
1.3.2 Pembahasan........................................................................................... 23
1.4 Uji Kadar Kekeruhan Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).... 25
1.4.1 Data Hasil Pengamatan......................................................................... 25
1.4.2 Pembahasan........................................................................................... 25
LAMPIRAN.......................................................................................................... 30
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Analisis fisika yang dilakukan adalah analisis kadar kekeruhan dengan menggunakan
metode turbidimetri untuk mengetahui kadar kekeruhan pada AMDK yang tersebar di
Banda Aceh secara instrumen, maka hal ini yang mendasari penulis untuk mengkaji
analisis kadar nitrat, nitrit, sulfat dan kekeruhan pada Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) sebagai judul laporan praktik kerja lapangan.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari PKL
ini ialah untuk mengetahui nilai kadar nitrat, nitrit, sulfat dan kekeruhan pada sampel
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Banda Aceh sesuai dengan SNI 3553-2015
dan SNI 3554-2015.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.5 Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh
1.5.1 Profil Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh
BSPJI Banda Aceh Merupakan unit kerja yang bernaung di bawah Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) yang berfungsi sebagai
perpanjangan tangan dan unit pelayanan teknis Kementerian Perindustrian untuk
melayani industri di Provinsi Aceh.
Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh yang
awalnya bernama Baristand Industri Banda Aceh didirikan pada tahun 1974/1975
dengan status sebagai Proyek Balai Penelitian Kimia Aceh. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian No. 357/M/SK/8/1980 tanggal 26 Agustus
1980, status Proyek berubah menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri Banda Aceh, yang disingkat dengan Balai Industri Banda Aceh (BIBA),
selanjutnya dengan Keputusan Menperindag No. 784/MPP/2002 Balai Industri
berubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan
(Baristand Indag) dan pada tahun 2006, dengan peraturan Menteri Perindustrian
No. 49/M-IND/ PER/6/2006 Balai Riset dan Standardisasi Industri dan
Perdagangan berubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand)
sampai tahun 2022.
4
5
1.5.2 Visi dan Misi Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI)
Banda Aceh
a. Visi : BSPJI Aceh merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
yang bertanggung jawab kepada kepala BSKJI, maka wajib mendukung
tercapainya visi BSKJI yaitu menjadi Balai Standarisasi dan Pelayanan
Jasa Industri Banda Aceh yang akuntabel, adaptif, kolaboratif, berorientasi
pelayanan dalam mewujudkan industri nasional yang mandiri dan berdaya
saing.
b. Misi : Peningkatan kemandirian, daya saing dan kolaborasi industri
melalui pemanfaatan infrastruktur dan revitalisasi standarisasi,
optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, jasa industri dan industri
hijau.
1.5.3 Tugas dan Fungsi Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI)
Banda Aceh
a. Tugas : BSPJI Aceh mempunyai tugas yaitu melaksanakan standarisasi
industri, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, industri hijau dan
pelayanan jasa industri berlandaskan potensi sumber daya daerah dan
pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan,
kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan
program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan Balai riset dan
Standarisasi Industri.
b. Fungsi :
Pelaksanaan penerapan dan pengawasan standarisasi industri;
Pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan teknologi industri
Pendampingan dan konsultasi di bidang standarisasi optimalisasi
pemanfaatan teknologi industri, industri hijau, dan jasa industri
Pelaksanaan pengujian kalibrasi inspeksi teknis dan verifikasi di
bidang industri
Pelaksanaan sertifikasi sistem manajemen, produk, teknologi, dan
industri hijau
Pelaksanaan fasilitasi kemitraan layanan jasa industri
6
Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi
Pelaksanaan urusan perencanaan, program, anggaran, kepegawaian,
keuangan, organisasi, tata laksana, administrasi kerjasama, hubungan
masyarakat, pengelolaan barang milik negara, persuratan,
perpustakaan, kearsipan, dan rumah tangga
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan.
Kepala Subbag
Tata Usaha
Ely Maskidah, S.E.
Ketua Tim Kerja Ketua Tim Kerja Ketua Tim Kerja Ketua Tim Kerja
Standarisasi dan Optimalisasi Pengujian, Pengembangan
Sertifikasi Pemanfaatan Kalibrasi, Insepksi, Jasa Industri
Fitriana Djafar, Teknologi Industri, dan Verivikasi Meutia Busthan,
S.Si., M.T. Pendampingan, dan Syarifuddin, S.T., S.T., M.T.
Konsultasi M.T.
Dr. Mahlinda, S.T.,
M.T.
Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri
(BSPJI) Banda Aceh
Sumber : Website BSPJI Aceh
7
Kegiatan PKL di Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda
Aceh dilaksanakan pada Laboratorium Kimia selama satu bulan, mulai dari tanggal
16 Januari sampai 16 Februari 2024. Kegiatan PKL dilakukan setiap hari kerja
dengan mengikuti jam kerja Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI)
Banda Aceh (pukul 08.00-16.00 WIB). Pembimbing lapangan mahasiswa PKL
adalah Bapak Syarifuddin, S.T., M.T, selama kegiatan PKL dilakukan penelitian
dengan judul “Analisis Kadar Nitrat, Nitrit, Sulfat Dan Kekeruhan Pada Sampel Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK)”. Selama PKL, mahasiswa diberi tugas untuk
menguji sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan metode uji nitrat,
nitrit, sulfat dan kekeruhan.
8
Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikan kepada masyarakat.
9
Berikut beberapa contoh Air Minum Dalam Kemasan, dapat dilihat pada Gambar
2.3.1
Persyaratan kualitas air minum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas air minum adalah meliputi persyaratan : bakteriologi, kimiawi, radioaktif dan
fisik. Kualitas air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau. Selain itu juga tidak mengandung kuman patogen dan segala
mahkluk yang membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang
dapat mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan
secara ekonomis (Wiyanti et al, 2019).
10
1.8 Uji Nitrat (NO3⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah
maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran nitrat disebabkan oleh kegiatan
manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindian TPA, dan penggunaan
pupuk yang berlebihan. Nitrat yang berada di dalam tanah berasal dari amonia yang
diubah oleh bantuan bakteri nitrifikasi dalam siklus nitrogen (Nezhad et al, 2017).
Senyawa nitrat di dalam tubuh dengan konsentrasi tinggi akan direduksi menjadi
nitrit oleh bantuan bakteri rumen yang dapat membahayakan kesehatan. Nitrit dapat
membentuk senyawa N-nitroso yang bersifat karsinogenik, teratogenik, dan
mutagenik. Senyawa nitrit akan masuk ke dalam darah dan bereaksi dengan
hemoglobin sehingga menghasilkan methemoglobin yang dapat merusak sistem
pengangkutan oksigen dalam darah. Nitrat (NO3⁻) dengan kadar yang berlebih pada
air dapat menimbulkan berbagai masalah, baik bagi manusia maupun lingkungan.
Menurut Guidelines for Drinking-water Quality yang diterbitkan oleh World Health
Organization (WHO), kandungan nitrat air minum tidak boleh lebih dari 50 mg/L,
senyawa nitrat dalam konsentrasi tinggi jika masuk dalam tubuh manusia dapat
berpengaruh pada hematologi dan neurologis. Sedangkan bagi lingkungan, kandungan
nitrat berlebih dapat mengganggu ekosistem perairan (Ardhaneswari dan Wispriyono,
2022).
Dalam Peraturan Pemerintah No.20/1990 dan Permenkes No.416/l990 tentang
Pengendalian Air disebutkan bahwa kadar maksimum yang diperkenankan ada dalam
air minum masing-masing untuk nitrat adalah 10 mg/L. Sehubungan dengan hal di
atas perlu dilakukan penelitian tentang kualitas air minum dalam kemasan yang
diproduksi oleh beberapa produsen yang berada di Aceh berdasarkan parameter
senyawa nitrat menggunakan metode Spektrofotomeri UV-Vis dengan prinsip kerja
berdasar pada serapan cahaya, dimana atom dan molekul berinteraksi dengan cahaya.
Gabungan antara prinsip spektrofotometri Ultraviolet dan visible disebut
spektrofotometer ultraviolet-visible (UV-Vis). Kelebihan dari metode tersebut yaitu
mudah, dapat mengukur larutan dengan konsentrasi kecil, dan umumnya tidak
menghabiskan waktu (Setiowati et al, 2016).
1.9 Uji Nitrit (NO2⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Salah satu ion berbahaya yang terdapat dalam air minum yaitu nitrit. Nitrit adalah
senyawa kimia hasil dari reaksi enzimatik oleh bakteri Nitrosomonas (menghasilkan
11
nitrit atau NO2). Nitrit di alam dapat dihasilkan secara alami maupun aktifitas
manusia. Sumber alam nitrit adalah siklus nitrogen sedangkan sumber dari aktifitas
manusia berasal dari pupuk nitrogen, limbah industri dan limbah organik manusia.
Nitrit masuk kedalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman, tetapi yang
paling banyak adalah melalui air minum. Masalah kimiawi yang serius di negara
berkembang seperti kandungan nitrit pada air bersih yang tidak dapat diatasi dengan
merebus air (Hasugian, 2018).
Menurut Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 batas maksimum konsentrasi
nitrit di dalam air adalah 3 mg/L. Berdasarkan UU Nomor 82 Tahun 2001 kadar nitrit
dalam air tidak boleh lebih dari 0,006 mg/L, sedangkan berdasarkan Food and Drug
Administration (FDA) dan Environmental Protection Agency (EPA) dalam GAO
batas maksimum konsentrasi nitrit adalah 1 dan 10 mg/L. Berdasarkan UU Nomor 82
Tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
konsentrasi nitrit dalam air yang biasa digunakan oleh masyarakat tidak boleh lebih
dari 0,06 mg/L. Untuk menjaga kadar nitrit pada air konsumsi agar selalu memenuhi
baku mutu maka perlu dilakukan monitoring. Metode analisis nitrit adalah metode
spektrofotometri karena dapat dilakukan dengan spektrometer sederhana dan biaya
operasional yang rendah. Prinsip dasar metode spektrofotometri didasarkan pada
penyerapan sampel oleh radiasi (pemancaran) elektromagnetis pada panjang
gelombang tertentu, sehingga akan didapat pengukuran absorbansi dan transmitansi
dalam spektroskopis ultraviolet (Porche, 2014).
1.10 Uji Sulfat (SO42⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terdapat pada air alam. Sulfat
merupakan ion yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh
pencucian perut yang bisa terjadi pada manusia apabila ada dalam konsentrasi yang
cukup besar. Sulfat penting dalam penyediaan air untuk umum maupun untuk
industri, karena kecenderungan air untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup
besar untuk membentuk kerak air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas.
Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh SNI 01-3553-2006 untuk sulfat
dalam air minum adalah sebesar 200 mg/L (Hardiarti D, 2015).
Penggunaan air kemasan gelas ini lebih praktis karena tidak perlu mencuci
wadahnya dan cukup untuk konsumsi satu orang. Banyaknya pilihan air minum
kemasan gelas yang beredar di kota Banda Aceh membuat masyarakat kota Banda
12
Aceh untuk memilih air dengan kondisi terbaik. Dalam hal ini salah satu parameter air
layak konsumsi adalah kadar sulfat, sulfat diatur oleh pemerintah sebagai standar
kadar pada air minum yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No:
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyarakat kualitas air minum yang mengandung
unsur sulfat kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 250 mg/L, akan tetapi
berdasarkan Permenkes No. 32 tahun 2017 kadar maksimum sulfat yang digunakan
air untuk keperluan higiene sanitasi yaitu 400 mg/L. Bahaya ion sulfat apabila
dikonsumsi dengan kandungan sulfat yang cukup besar dapat menyebabkan laxative /
diare (Nababan, 2018).
Sehubungan dengan berbagai gangguan yang dapat ditimbulkan karena kelebihan
sulfat dalam air bersih, maka perlu kiranya air yang dihasilkan dalam proses
pengolahannya haruslah memenuhi standar kualitas air yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan, yang mana salah satu parameter yang diukur dalam menentukan kualitas
air bersih adalah kadar ion sulfat. Spektrofotometri Ultraviolet-visible (UV-Vis)
adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem pada panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk mengkaji sifat absorbsi material dalam
rentang panjang gelombang ultravsiolet (mulai ± 200 nm) hingga mencakup semua
panjang gelombang cahaya tampak (sampai ± 700 nm). Spektrum UV-Vis sangat
berguna untuk pengukuran konsentrasi di dalam larutan yang dapat ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu (Lesik et al, 2021).
1.11 Uji Kekeruhan Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Air yang dengan kualitas kebersihan baik merupakan salah satu jenis air yang
bermutu dan dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi sehari-hari. Namun air sekarang
banyak mendapat pencemaran secara langsung maupun tidak langsung sehingga
mempengaruhi kualitas air yang menyebabkan kekeruhan pada air. Kualitas air yang
keruh menandakan bahwa air tidak bersih dan tidak sehat. Tercampur atau adanya
benda koloid di dalam air disebabkan kekeruhan. Pegecekan kekeruhan adalah cara
untuk mengetahui kualitas air. Turbidimeter adalah alat ukur untuk mendeteksi
kekeruhan air memanfaatkan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air
baku dengan satuan Nephelometrix Turbidity Unit (NTU) atau Formazin Turbidity
Unit (FTU). Standar kekeruhan air minum berdasarkan SNI 01-3553-2006 tentang Air
Minum Dalam Kemasan yaitu maksimal 1,5 NTU baik pada jenis air mineral maupun
air demineral (M. A Fahril et al, 2022), nilai pelaporan pembacaan (NTU) dapat
13
dilihat pada Tabel 2.1
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.3 Tujuan
Prosedur ini dibuat sebagai pedoman untuk menguji kadar nitrat, nitrit dan
sulfat dalam Air Minum Dalam Kemasan dengan metode spektrofotometri dan kadar
kekeruhan menggunakan turbidimeter.
1.1 Uji Kadar Nitrat (NO3⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS
1.3.1 Prinsip
Penambahan sejumlah larutan asam klorida ke dalam larutan yang
mengandung ion nitrat menyebabkan perubahan pada spektrum absorben nitrat yang
dapat diukur dengan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 220 nm
dan 275 nm.
15
1.3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada uji nitrat ini adalah sampel AMDK
(merk A, B, C, D, E), akuabides, larutan baku nitrat (NO3⁻) dan asam klorida
(HCl) 1 N.
1.2 Uji Kadar Nitrit (NO2⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS
1.3.4 Prinsip
Prinsip pengukuran kadar nitrit adalah berdasarkan pembentukan warna
kemerah-merahan yang terjadi bila mereaksikan nitrit dengan asam sulfanilat dan 1-
naftil etilen diamin dihidroklorida.
1.3.5.2 Bahan
Bahan- bahan yang digunakan pada uji nitrit ini adalah sampel AMDK
(merk A, B, C, D, E), akuabides, larutan induk natrium nitrit (NaNO 2), asam
sulfanilat (C6H7NO3S), naftil etilendiamin dihidroklorida (C12H16Cl2N2).
16
1.3.6 Prosedur Kerja (SNI 3554-2015)
1.3.6.1 Penetapan kadar nitrit (NO2⁻) pada sampel AMDK
1. Buat larutan standar kalibrasi nitrit dengan kepekatan 0,005; 0,01; 0,05;
0,1 dan 0,2 ppm dengan cara pipet masing-masing 0,5 mL, 1 mL, 5 mL, 10
mL, dan 20 mL larutan natrium nitrit ke dalam labu ukur 100 mL,
tambahkan volumenya sampai tanda tera dengan akuabides,
dihomogenkan.
2. Pipet 50 mL sampel ke dalam labu erlenmeyer 100 mL.
3. Ke dalam larutan standar dan sampel tambahkan 1 mL asam sulfanilat,
dihomogenkan.
4. Biarkan larutan tersebut bereaksi selama 2-8 menit.
5. Tambahkan 1 mL larutan naftil etilendiamin dihidroklorida.
6. Homogenkan dan biarkan paling sedikit 10 menit.
7. Periksa sampel dan standar pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 540 nm.
1.3 Uji Kadar Sulfat (SO42⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS
1.3.7 Prinsip
Ion sulfat akan diendapkan dalam suasana asam dengan barium klorida
(BaCl2) membentuk kristal barium sulfat (BaSO 4). Absorben dari suspensi BaSO4
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
1.3.8.2 Bahan
17
Bahan-bahan yang digunakan pada uji sulfat ini adalah sampel AMDK
(merk A, B, C, D, E), akuabides, larutan buffer A, kristal barium klorida
(BaCl2·2H₂O) dan larutan baku natrium sulfat (Na2SO4).
1.4 Uji Kekeruhan Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan
menggunakan Turbidimeter
1.3.10 Prinsip
Membandingkan intensitas cahaya dari cuplikan dengan intensitas cahaya dari
suspensi standar pada kondisi tertentu.
1.3.11.2 Bahan
Bahan- bahan yang digunakan pada uji kekeruhan ini adalah sampel
AMDK (merk A, B, C, D, E), larutan standar formazin 10 NTU, larutan standar
18
formazin 20 NTU, larutan standar formazin 100 NTU, larutan standar formazin
800 NTU dan akuabides.
19
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Uji Kadar Nitrat (NO3⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK)
1.1.1 Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap sampel Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) secara spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil analisis nitrat
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini
1.1.1 Pembahasan
Pada pengujian kadar nitrat pada AMDK menggunakan metode
Spektrofotometri dengan dua panjang gelombang yaitu 220 nm dan 275 nm yang
telah dilakukan dengan menggunakan 5 sampel AMDK yang memiliki merk yang
berbeda-beda menghasilkan nilai kadar nitrat yang berbeda-beda pula. Nitrat yang
diuji dalam air dapat masuk ke dalam air secara langsung sebagai akibat dari limpasan
pupuk yang mengandung nitrat. Nitrat juga dapat dibentuk dalam badan air melalui
oksidasi bentuk lain dari nitrogen, termasuk nitrit, amonia, dan senyawa nitrogen
organik seperti asam amino. Meskipun kadar nitrat yang rendah dapat terjadi secara
alami di dalam air, terkadang ditemukan kadar nitrat yang lebih tinggi, yang
berpotensi berbahaya bagi bayi. Kadar nitrat yang tinggi mengganggu proses normal
tubuh beberapa bayi. Nitrat menjadi beracun ketika direduksi menjadi nitrit, suatu
proses yang dapat terjadi di lambung dan juga di air liur. Bayi sangat rentan karena
cairan lambung mereka kurang asam sehingga kondusif bagi pertumbuhan bakteri
20
pereduksi nitrat. (Orang dewasa dapat mengonsumsi nitrat dalam jumlah besar dalam
air minum atau makanan tanpa efek buruk yang diketahui; perut mereka
menghasilkan asam kuat yang tidak mendorong pertumbuhan bakteri yang mengubah
nitrat menjadi nitrit.) Nitrit dalam darah bergabung dengan hemoglobin untuk
membentuk methemoglobin, yang mengurangi kemampuan darah untuk membawa
oksigen ke seluruh bagian tubuh yang akan mengakibatkan kondisi kulit bayi menjadi
“biru” (Effendi, 2015).
Analisis ini bertujuan untuk mengukur kadar nitrat pada Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang dikonsumsi oleh masyarakat Banda Aceh dengan standar
SNI dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis yang memiliki prinsip kerja
melibatkan paparan cahaya dengan panjang gelombang yang telah diketahui melalui
suatu larutan dan penyerapan cahaya oleh larutan tersebut kemudian diamati dan
diukur. Alat ini memiliki sumber cahaya, monokromator untuk memilih panjang
gelombang yang diinginkan, sel atau kuvet untuk menampung larutan yang akan
diukur, dan detektor untuk mengukur intensitas cahaya setelah melewati larutan.
Ketika ada sumber sinar berupa cahaya UV-Vis (monokromatik) diteruskan melalui
suatu media (larutan bewarna) yang merupakan suatu sampel, maka sebagian cahaya
tersebut ada yang diserap, dipantulkan dan ada yang diteruskan. Panjang gelombang
yang digunakan adalah 220 nm dan 275 nm yang bertujuan untuk mengkoreksi nilai
nitrat dikarenakan pada panjang gelombang 220 nm dapat mendeteksi zat organik
terlarut juga maka ditambahkan dengan satu panjang gelombang lagi yaitu 275 nm.
Grafik standar uji nitrat dapat dilihat pada Gambar 4.1:
0.8
Deret Standar
0.6
Linear (Deret Standar)
0.4
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi
21
Gambar 4.1 Grafik Larutan Standar Nitrat
Sumber: Data Pembacaan Spektrofotometer UV-Vis
Sesuai pada persyaratan baku mutu uji SNI 3553:2015 menunjukkan nilai
maksimal nitrat (NO3-) pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) senilai 44 mg/L.
Pada sampel AMDK yang telah diuji dapat dilihat pada Tabel 4.1 bahwasanya merk
A memiliki kadar nitrat sebesar 0,237 mg/L, merk B memiliki kadar nitrat sebesar
1,110 mg/L, merk C miliki kadar nitrat sebesar 2,390 mg/L, merk D memiliki kadar
nitrat sebesar 1,250 mg/L dan merk E memiliki kadar nitrat sebesar 1,381 mg/L. Hal
ini menunjukkan sampel AMDK dengan kadar nitrat terendah adalah AMDK merk A
sebesar 0,237 mg/L dan sampel yang memiliki kadar nitrat tertinggi adalah AMDK
merk C sebesar 2,390 mg/L. Pengujian kadar nitrat pada kelima sampel AMDK ini
menunjukkan bahwasanya kelima sampel tersebut adalah Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) yang aman dikonsumsi, karena memiliki kadar nitrat yang sangat rendah
sesuai dengan baku mutu pada SNI yang sudah ditetapkan.
1.2 Uji Kadar Nitrit (NO2⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK)
1.2.1 Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap sampel Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) secara spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil analisis nitrit
dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini
1.2.2 Pembahasan
22
Pada pengujian kadar nitrit pada AMDK menggunakan metode
Spektrofotometri dengan panjang gelombang yaitu 540 nm yang telah dilakukan
dengan menggunakan 5 sampel AMDK yang memiliki merk yang berbeda-beda
menghasilkan nilai kadar nitrit yang berbeda-beda pula. Nitrit yang diuji dalam air
minum disebabkan oleh adanya Amonia larut di dalam air dan membentuk senyawa
ammonium yang cenderung akan mengikat oksigen. Dengan adanya mikroba
Nitrosomonas senyawa amonium dan oksigen dapat membentuk senyawa nitrit NO 2
dan dengan adanya mikroba Nitrobakter dapat membentuk senyawa nitrat (NO 3).
Nitrit sangat berbahaya untuk tubuh terutama bayi di bawah umur 3 bulan, karena
dapat menyebabkan methaemoglobinemia yaitu keadaan di mana nitrit akan mengikat
haemoglobin (Hb) darah dan menghalangi ikatan Hb dengan oksigen (Amanati,
2016).
Analisis ini dilakukan untuk mengukur kadar nitrit (NO 2⁻) pada Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) yang dikonsumsi oleh masyarakat Banda Aceh juga
dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis yang memiliki prinsip kerja
melibatkan paparan cahaya dengan panjang gelombang yang telah diketahui melalui
suatu larutan dan penyerapan cahaya oleh larutan tersebut kemudian diamati dan
diukur. Grafik kurva standar analisis nitrit dapat dilihat pada Gambar 4.2.
0.1
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Konsentrasi
Pada pengujian nitrit Sampel AMDK ini mengahasilkan 2 reaksi yaitu reaksi azo
dan pengkoplingan, hal ini dapat terjadi karena sampel yang direaksikan dengan asam
23
sulfanilat menghasilkan garam diazonium dan setelah larutan tercampur penambahan
naftil etilendiamin dihidroklorida menyebabkan garam diazonium yang sudah
menghasilkan senyawa kompleks azo yang berwarna merah-kemerahan (Yugatama
dkk., 2019), reaksi dapat dilihat pada Gambar 4.2.2 dan Gambar 4.2.3
Sesuai pada persyaratan baku mutu uji SNI 3553:2015 menunjukkan nilai
maksimal nitrit (NO2-) pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) senilai 0,1 mg/L.
Pada sampel AMDK yang telah diuji dapat dilihat pada Tabel 4.2 bahwasanya merk
A memiliki kadar nitrit sebesar 0,0094 mg/L, merk B memiliki kadar nitrit sebesar
0,0072 mg/L, merk C miliki kadar nitrit sebesar 0,0117 mg/L, merk D memiliki kadar
nitrit sebesar 0,0043 mg/L dan merk E memiliki kadar nitrit sebesar 0,0056 mg/L. Hal
ini menunjukkan sampel AMDK dengan kadar nitrit terendah adalah AMDK merk D
sebesar 0,0043 mg/L dan sampel yang memiliki kadar nitrit tertinggi adalah AMDK
24
merk C sebesar 0,0117 mg/L. Pengujian kadar nitrit pada kelima sampel AMDK ini
menunjukkan bahwasanya kelima sampel tersebut adalah Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) yang aman dikonsumsi, karena memiliki kadar nitrit yang sangat rendah
sesuai dengan baku mutu pada SNI yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 0,1 mg/L.
1.3 Uji Kadar Sulfat (SO42⁻) Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK)
1.3.1 Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap sampel Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) secara spektrofotometri UV-Vis diperoleh hasil analisis sulfat
dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini
Tabel 4.3 Data Analisis Sulfat Sampel AMDK
NO Kode Simplo Duplo Rata-rata Absorbansi SO42-
Sampel SO42- SO42- SO42- (WL) (mg/L)
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
1. Merk A 4, 9498 4, 9773 4,96355 0,0305 4,96355
2. Merk B 5X 14,6203 5X 5X 14,6034 0,1161 73,017
14,5865
3. Merk C 6,6634 6,6534 6,6584 0,0440 6,6584
4. Merk D 20,1297 20,7537 20,4417 0,1794 20,4417
5. Merk E 8,8420 8,8746 8,8583 0,0609 8,8583
1.3.2 Pembahasan
Pada pengujian kadar sulfat pada AMDK menggunakan metode
Spektrofotometri dengan panjang gelombang yaitu 420 nm yang telah dilakukan
dengan menggunakan 5 sampel AMDK yang memiliki merk yang berbeda-beda
menghasilkan nilai kadar sulfat yang berbeda-beda pula. Sulfat yang diuji dalam air
minum bisa berasal dari beberapa tanah dan batuan yang mengandung mineral sulfat.
Sulfat sebagian besar merupakan kontaminan yang masuk ke dalam pasokan air
melalui limbah dan limbah industri. Pertambangan, pabrik peleburan, pabrik kertas,
pabrik tekstil, dan penyamakan kulit semuanya menghasilkan sulfat dalam jumlah
besar, yang tertinggal dalam limbah industri dan masuk ke sungai dan air tanah. Sulfat
utama yang ditemukan dalam air adalah natrium, kalium dan magnesium sulfat,
karena semuanya sangat larut. Selain terdapat dalam persediaan air, sulfat juga dapat
25
ditemukan di atmosfer. Terbentuk dari pembakaran bahan bakar fosil, sulfur trioksida
di atmosfer bergabung dengan uap air di udara untuk membentuk asam sulfat encer,
yang umumnya dikenal sebagai hujan asam. Meskipun sulfat dalam jumlah kecil
seharusnya tidak berdampak signifikan pada peminum atau penggunanya, mereka
yang tidak terbiasa dengan senyawa tersebut mungkin menderita dehidrasi dan diare.
Anak-anak atau mereka yang sudah mempunyai masalah usus seringkali lebih sensitif
terhadap sulfat, sehingga meningkatkan pentingnya pemantauan kadarnya. Misalnya,
makanan bayi tidak boleh disiapkan menggunakan air dengan kadar sulfat 400 mg/l
atau lebih (Darni et al, 2020).
Analisis ini dilakukan untuk mengukur kadar sulfat (SO 42⁻) pada Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) yang dikonsumsi oleh masyarakat Banda Aceh juga
dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis yang memiliki prinsip kerja dimulai
dari cahaya utama yang berasal dari lampu deuterium atau wolfram. Kemudian, akan
alat ini teruskan melalui lensa ke monokromator dan filter cahaya pada fotometer.
Lalu, monokromator akan merubah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal atau
monokromatis. Berkas cahaya yang memiliki panjang tertentu itu, kemudian akan alat
ini ukur melalui sampel yang memiliki zat tertentu. Oleh sebab itu, ada larutan yang
akan melalui proses absorbsi dan ada pula yang tidak. Setelah itu, hasil cahaya akan
diterima oleh detektor. Akhirnya, detektor akan menghitung hasil cahaya dan
mengetahui hasil cahaya mana yang sampel serap. Serapan cahaya tersebut memiliki
ukuran yang sama atau sebanding dengan konsentrasi zat di dalam sampel. Grafik
kurva standar analisis sulfat dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Konsentrasi
26
Gambar 4.3 Grafik Larutan Standar Sulfat
Sumber: Data Pembacaan Spektrofotometer UV-Vis
Sesuai pada persyaratan baku mutu uji SNI 3553:2015 menunjukkan nilai
maksimal sulfat (SO42-) pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) senilai 200 mg/L.
Pada sampel AMDK yang telah diuji dapat dilihat pada Tabel 4.3 bahwasanya merk
A memiliki kadar sulfat sebesar 4,96355 mg/L, merk B memiliki kadar sulfat sebesar
73,017 mg/L, merk C miliki kadar sulfat sebesar 6,6584 mg/L, merk D memiliki
kadar sulfat sebesar 20,4417 mg/L dan merk E memiliki kadar sulfat sebesar 8,8583
mg/L. Hal ini menunjukkan sampel dengan kadar sulfat terendah adalah AMDK merk
A sebesar 4,96355 mg/L dan sampel yang memiliki kadar sulfat tertinggi adalah
AMDK merk B sebesar 73,017 mg/L. Pengujian kadar sulfat pada kelima sampel
AMDK ini menunjukkan bahwasanya kelima sampel tersebut adalah Air Minum
Dalam Kemasan (AMDK) yang aman dikonsumsi, karena memiliki kadar sulfat yang
sangat rendah sesuai dengan baku mutu pada SNI yang sudah ditetapkan yaitu sebesar
200 mg/L.
1.4 Uji Kadar Kekeruhan Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
1.4.1 Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap sampel Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) secara turbidimetri diperoleh hasil analisis kekeruhan dapat dilihat
pada Tabel 4.4 dibawah ini
1.4.2 Pembahasan
Analisis ini dilakukan untuk mengukur kadar kekeruhan pada Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang dikonsumsi oleh masyarakat Banda Aceh juga dengan
menggunakan turbidimeter yang memiliki prinsip kerja alat yang akan memancarkan
27
cahaya pada media atau sampel, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan atau
menembus media tersebut. Cahaya yang menembus media pengukuran akan diukur
dan ditransfer dalam bentuk angka. Jika seberkas cahaya dilewatkan melalui sampel
keruh, intensitasnya dikurangi dengan hamburan dan jumlah cahaya yang tersebar
tergantung pada konsetrasi dan distribusi ukuran partikel.
Kadar kekeruhan pada air minum yang diuji dapat disebabkan oleh kontaminasi
yang menyebabkan pencemaran lingkungan, dan dalam situasi lain hal ini disebabkan
oleh tindakan atau perilaku manusia. Bahan kimia seperti fosfor yang digunakan
dalam pengolahan air limbah atau sebagai pupuk pertanian dapat masuk ke dalam
pasokan air, dan menyebabkan pertumbuhan alga yang tidak diinginkan, yang pada
gilirannya menyebabkan peningkatan kekeruhan. Di daerah negara yang banyak rawa
atau rawa, asam tanat dari tanah juga dapat menyebabkan perubahan warna atau
kekeruhan pada air. Pada air minum, selain dapat mengurangi estetika dan membuat
rasa menjadi tidak enak, kekeruhan dapat mengindikasikan adanya tingkat bakteri,
patogen, atau partikel yang tinggi yang dapat melindungi organisme berbahaya
sehingga mnegurangi efektifitas proses desinfeksi dan membahayakan kesehatan jika
memiliki kadar kekeruhan yang tinggi (Dinda dan Septa, 2020).
Sesuai pada persyaratan baku mutu uji SNI 3553:2015 menunjukkan nilai
maksimal kekeruhan pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) senilai 1,5 NTU.
Pada sampel AMDK yang telah diuji dapat dilihat pada Tabel 4.4 bahwasanya merk
A memiliki kadar kekeruhan sebesar 0,15 NTU, merk B memiliki kadar kekeruhan
sebesar 0,245 NTU, merk C miliki kadar kekeruhan sebesar 0,14 NTU, merk D
memiliki kadar kekeruhan sebesar 0,29 NTU dan merk E memiliki kadar kekeruhan
sebesar 0,17 NTU. Hal ini menunjukkan sampel AMDK dengan kadar kekeruhan
terendah adalah AMDK merk C sebesar 0,14 NTU dan sampel yang memiliki kadar
kekeruhan tertinggi adalah AMDK merk D sebesar 0,29 NTU. Pengujian kadar
kekeruhan pada kelima sampel AMDK ini menunjukkan bahwasanya kelima sampel
tersebut adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang aman dikonsumsi, karena
memiliki kadar sulfat yang sangat rendah sesuai dengan baku mutu pada SNI yang
sudah ditetapkan yaitu sebesar 1,5 NTU. Untuk hasil pelaporan dapat dilihat pada
Tabel 2.1 yang menunjukkan bahwa kelima sampel AMDK yang telah diuji
kekeruhannya menunjukkan bahwa sampel yang memiliki nilai kekeruhan dari 0-1,0
NTU nilai pelaporan yang dituliskan sebesar 0,05 NTU.
28
29
BAB V
PENUTUP
1.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian kadar Nitrat, Nitrit, Sulfat dan Kekeruhan pada
sampel Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang berasal dari 5 merk AMDK yang
berbeda-beda dapat disimpulkan bahwa kelima merek yang tersebar di Banda Aceh
yang berasal dari produsen lokal dapat dikonsumsi oleh masyarakat Banda Aceh
dikarenakan memiliki kadar nitrat, nitrit, sulfat dan kekeruhan jauh dibawah standar
maksimal SNI-3553:2015 yang sudah ditetapkan yaitu kadar nitrat maksimal sebesar
44 mg/L, kadar nitrit sebesar 0,1 mg/L, kadar sulfat sebesar 200 mg/L dan kadar
kekeruhan pada Air Minum Dalam Kemasan maksimal sebesar 1,5 NTU.
1.6 Saran
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, terdapat masukan yang bisa
pertimbangkan dalam pengujian selanjutnya yaitu:
1. Diperlukan adanya ketelitian pada uji sulfat dikarenakan larutan yang tidak stabil,
disarankan setelah preparasi larutan segera dianalisis dengan spektrofotometer.
2. Diperlukan adanya pengenceran terhadap sampel jika memiliki konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan konsentrasi standar saat pembacaan spektrofotometer.
30
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, S. (2017). Harmonisasi Standar Nasional (SNI) Air Minum Dalam Kemasan
Dan Standar Internasional (The Harmonization on the requirement of National
Standard (SNI) Bottled Drinking Water Against to International standard.
Jurnal Teknologi Agro Industri (Tegi, 9(2), 30–39.
Amanati Lutfi. (2016). Uji Nitrit Pada Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Yang Beredar Dipasaran. Jurnal Teknologi Proses Dan Inovasi Industri, VOL.
2, NO. 1.
Ardhaneswari, M., dan B. Wispriyono. Analisis Risiko Kesehatan Akibat Pajanan
Senyawa Nitrat dan Nitrit Pada Air Tanah di Desa Cihambulu Subang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(1), 65–72.
Bruton, L., Parker, dan Blumenthal, D., Buxton. 2011. Manual Farmakologi Dan
Terapi. Jakarta : EGC.
Darni, Rahmadani & Tuti Alawiyah. (2020). Analisis Kadar Sulfat SO42- Pada Air
Minum Yang Mengandung Tawas Dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri Uv-Vis. Journal of Pharmaceutical Care and Science; VOL
1 (1) 1-9.
Dinda Sekar Pramesti dan Septa Indra Puspikawati. (2020). Analisis Uji Kekeruhan
Air Minum Dalam Kemasan Yang Beredar Di Kabupaten Banyuwangi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 11 (2), 75-85.
Effendi H. (2015). Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Jurnal Limgkungan; 2(1).
Hanifah Hesty Nuur, Hilma Hendrayanti, Selvi Ratnasari. (2020). Analisis
Kandungan Ion Fluorida Pada Sampel Air Minum Dalam Kemasan Secara
Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Sabdariffarma; Vol 8 No. 2:28-33.
Hardiarti, D. 2015. Penentuan kadar sulfat pada air mineral kemasan gelas yang
beredar di pontianak dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Journal of
Pharmaceutical Care and Science, vol 1(1) 1-9.
Hasugian, Dwi Riismei Marianti. (2018). Pemeriksaan Kadar Nitrat-Nitrit Di Dalam
Air Minum Yang Berasal Dari Kecamatan Parlilitan Kab. Humbang
Hasundutan Dengan Metode Spektrofotometri Uv/Vis. 1–88.
31
Lesik Valentine Ch., Yanti Boimau & Kadek A.C Adelia. (2021). Penentuan
Konsentrasi Sulfat Dalam Air di Kelurahan Oeba Menggunakan
Spektrotometer UV-VIS. Research Journal Of Physics and It’s Application;
Volume 1, No. 2.
M. Ari Fahril, Nurhafiz Ahmad Rangkuti dan Ida Ratna Nila. (2022). Pengujian Alat
Pendeteksi Tingkat Kekeruhan Air Berbasis Mikrokontroller Atmega 8535
Sebagai Sensor Turbidity. Jurnal Fisika dan Terapan, Vol 4 (01).
Maulida Z, Nurbismi N. (2017). Pengaruh Kualitas Dan Harga Air Minuman Dalam
Kemasan Merk Ades Terhadap Kepuasan Konsumen Di Kota Banda Aceh.
Jurnal Si-Men, Vol 8 No 2.
Nababan, G. R. J. (2018). Penentuan Kadar Sulfat dalam Air Sumur Bor dan Air
Filter Medan Permai dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer. Jurnal
Litbang Pertanian, Vol 06 (11).
Natalia Lidya Ayu, Siti Harnina Bintari & Dewi Mustikaningtyas. (2014). Kualitas
Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Blora. Unnes Journal of
Life Science; Vol 3 NO 1.
N. I. Said. (2018). Uji Kinerja Pengolahan Air Siap Minum Dengan Proses Biofiltrasi,
Ultrafiltrasi Dan Reverse Osmosis (Ro) Dengan Air Baku Air Sungai. Jurnal
Air Indonesia, vol 5 (2), 144–161.
Nezhad, A. B., Emamjomeh, M. M., Farzadkia, M., Jafari, A. J., Sayadi, M., & Talab,
A. H. D. (2017). Nitrite and nitrate concentrations in the drinking groundwater
of Shiraz City, South-central Iran by statistical models. Iranian Journal of
Public Health, 46(9), 1275.
Porche, Mya. (2014). Spectrophotometric Determination of Nitrite by Derivatization
with Captopril. Oxford : Department of Chemistry and Biochemistry Miami
University.
Setiowati, S., Roto, R., & Wahyuni, E. T. (2016). Monitoring Kadar Nitrit Dan Nitrat
Pada Air Sumur Di Daerah Catur Tunggal Yogyakarta Dengan Metode
Spektrofotometri Uv-vis (Monitoring of Nitrite and Nitrate Content in Ground
Water of Catur Tunggal Region of Yogyakarta by Uv-vis Spectrophotometry).
Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 23(2), 143–148.
Wiyanti Ni Ketut Purani, I Wayan Budiasa & I Nyoman Gede Ustriyana. (2019).
Analisis Kelayakan Usaha Air Minum dalam Kemasan PT. Amiro di Desa
32
Uma Jero, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. E-Jurnal Agribisnis
dan Agrowisata; Vol. 8, No. 2.
LAMPIRAN
33
c. Tabel Hasil Pengujian Kadar Sulfat
34
e. Tabel Uji Baku Mutu SNI 3553-2015
f. Tabel Baku Mutu SNI Pengujian Nitrat, Nitrit, Sulfat dan Kekeruhan
Sumber: Dokumen BSPJI
35
Lampiran 2. Perhitungan
1. Kadar Nitrat
¿
Merek A Conc NO3- = Cons Rata-rata N-NO3- X Mr NO 3− Ar N ¿
14+(3 X 16)
= 0,05345 mg/L X
14
= 0,05345 mg/L X 4,43
= 0,237 mg/L
¿
Merek B Conc NO3- = Cons Rata-rata N-NO3- X Mr NO 3− Ar N ¿
14+(3 X 16)
= 0,2505 mg/L X
14
= 0,2505 mg/L X 4,43
= 1,110 mg/L
¿
Merek C Conc NO3- = Cons Rata-rata N-NO3- X Mr NO 3− Ar N ¿
14+(3 X 16)
= 0,53935 mg/L X
14
= 0,53935 mg/L X 4,43
= 2,390 mg/L
¿
Merek D Conc NO3- = Cons Rata-rata N-NO3- X Mr NO 3− Ar N ¿
14+(3 X 16)
= 0,2821 mg/L X
14
= 0,2821 mg/L X 4,43
= 1,250 mg/L
¿
Merek E Conc NO3- = Cons Rata-rata N-NO3- X Mr NO 3− Ar N ¿
14+(3 X 16)
= 0,3118 mg/L X
14
= 0,3118 mg/L X 4,43
= 1,381 mg/L
36
2. Kadar Nitrit
¿
Merek A Conc NO2- = Cons Rata-rata N-NO2- X Mr NO 2− Ar N ¿
14+(3 X 16)
= 0,00285 mg/L X
14
= 0,00285 mg/L X 3,29
= 0,0094 mg/L
¿
Merek B Conc NO2- = Cons Rata-rata N-NO2- X Mr NO 2− Ar N ¿
14+(2 X 16)
= 0,0022 mg/L X
14
= 0,0022 mg/L X 3,29
= 0,0072 mg/L
¿
Merek C Conc NO2- = Cons Rata-rata N-NO2- X Mr NO 2− Ar N ¿
14+(2 X 16)
= 0,0035 mg/L X
14
= 0,0035 mg/L X 3,29
= 0,0117 mg/L
¿
Merek D Conc NO2- = Cons Rata-rata N-NO2- X Mr NO 2− Ar N ¿
14+(2 X 16)
= 0,0013 mg/L X
14
= 0,0013 mg/L X 3,29
= 0,0043 mg/L
¿
Merek E Conc NO2- = Cons Rata-rata N-NO2- X Mr NO 2− Ar N ¿
14+(2 X 16)
= 0,0017 mg/L X
14
= 0,0017 mg/L X 3,29
= 0,0056 mg/L
37
Lampiran 3. Gambar Kegiatan PKL
a. Uji Kadar Nitrat, Nitrit dan Sulfat
Lampiran 3.1 : Pembuatan Larutan Standar dan Sampel AMDK Uji Kadar
Sumber: Dokumentasi Pribadi
38
b. Uji Kadar Kekeruhan
39
Lampiran 4. Laporan Kegiatan PKL
Senin 08:00 – 16:00 WIB Proses Destilasi dan Titrasi pada Uji
22 Januari 2024 Nitrogen Pupuk Urea
Rabu 08:00 – 16:00 WIB Uji Nitrogen pada Sampel Ban Karet
31 Januari 2024 dan Pakan
Kamis 08:00 – 16:00 WIB Uji Kadar Nitrat pada Sampel Air
1 Februari 2024
40
Jum’at 08:00 – 16:30 WIB Uji Sulfat pada Sampel Air
2 Februari 2024
Selasa 08:00 – 16:00 WIB Proses Destilasi dan Titrasi pada Uji
6 Februari 2024 Nitrogen Pupuk
Senin 08:00 – 16:00 WIB Uji Kadar Nitrat pada Sampel Air
12 Februari 2024
Selasa 08:00 – 16:00 WIB Uji Kadar Nitrit pada Sampel Air
13 Februari 2024
Kamis 08:00 – 16:00 WIB Uji Kadar Sulfat pada Sampel Air
15 Februari 2024
41