Materi :
PERPINDAHAN PANAS
Disusun Oleh :
M. WAHYU FAHRUDIN
Group : 3/KAMIS
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehigga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum unit operasi
teknik kimia yang berjudul perpindahan panas.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak maka laporan ini tidak akan dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
dalam kesempatan kali ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M. Eng. selaku dosen penanggung jawab
Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia.
2. Prof. Dr. Hadiyanto, S.T, M.Sc. selaku dosen pengampu materi Perpindahan
Panas.
3. Peter Kusnadi, selaku koordinator asisten Laboratorium Unit Operasi
Teknik Kimia.
4. Muhammad Fariz Zakly Antoni dan Muhammad Fahmi Zakaria, selaku
asisten pembimbing materi Perpindahan Panas.
5. Segenap asisten Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia.
iv
DAFTAR ISI
v
3.5 Data yang Dibutuhkan .............................................................................15
3.6 Prosedur Percobaan .................................................................................15
3.7 Pengolahan Data ......................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................24
4.1 Hubungan Flowrate terhadap Nilai Uo dan Ui .......................................... 24
4.2 Hubungan Flowrate terhadap Nilai Uc dan Ud praktis ............................. 26
4.3 Hubungan Flowrate terhadap Nilai Ud Praktis dan Ud Teoritis.............. 28
4.4 Hubungan Suhu terhadap Ud Praktis ........................................................... 30
4.5 Hubungan Laju Alir terhadap Rd ................................................................. 32
4.6 Menghitung Nilai 𝜶, p, dan q ....................................................................... 33
BAB V PENUTUP ................................................................................................37
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 37
5.2 Saran................................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................38
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara
Lembar Perhitungan
Grafik Flowrate
Grafik Hubungan Antara Re dan jH pada Shell
Grafik Hubungan Antara Re dan jH pada Tube
Tabel Holman
Perhitungan Densitas, Viskositas, Nilai k, dan Cp dari data Holman
Referensi
Lembar Asistensi
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Mampu menghitung luas perpindahan panas luar dan dalam pipa (Ao &
Ai) berdasarkan data ukuran pipa.
3. Mampu menghitung nilai Uo dan Ui berdasarkan perhitungan neraca
panas dan teori.
4. Mampu menghitung dan membandingakan nilai Uc dan Ud.
5. Mampu menggambar grafik hubungan flowrate vs U (Uc, Ud, Uo, Ui).
6. Mampu menentukan koefisien ∝, p, q dan hubungan persamaan
perpindahan panas yang digunakan terhadap bilangan Nusselt,
Reynold, dan Prandtl berdasarkan rumus:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
• Besar kecilnya konduktivitas (k)
• Berbanding lurus dengan beda suhu (∆𝑇)
• Berbanding terbalik dengan ketebalan (∆𝑥)
3. Konveksi
Merupakan perpindahan panas yang disebabkan adanya gerakan
atom/molekul suatu fluida yang bersinggungan dengan permukaan.
Dapat dihitung dengan persamaan :
𝑄 = ℎ. 𝐴. (𝑇𝑠 − 𝑇𝑣)
Dengan,
Q = laju perpindahan panas konveksi (Btu/hr)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (Btu/ft2.hr.oF)
A = luas perpindahan panas (ft2)
5
• Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang
panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya
sama.
• Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas
• Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang
diserap bila dipanaskan
Bunyi Azas Black adalah sebagai berikut: “Pada pencampuran dua zat,
banyaknya kalor yang diterima zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan
banyaknya kalor yang suhunya lebih rendah”. Dirumuskan:
𝑄ℎ = 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ. (𝑇ℎ1 − 𝑇ℎ2 )
𝑄𝑐 = 𝑚𝑐. 𝐶𝑝𝑐. (𝑇𝑐1 − 𝑇𝑐2 )
6
2. Daya hantar panas.
3. Beda suhu, semakin besar beda suhu maka U semakin besar.
4. Luas bidang permukaan panas.
7
menurunkan atau mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari
fluida tersebut.
Penyebab terjadinya fouling:
• Adanya pengotor berat yaitu kerak yang berasal dari hasil korosi atau
coke.
• Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari
dekomposisi kerak keras.
Akibat fouling:
• Mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga
meningkatkan biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan.
• Ukuran heat exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi
meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan
meningkat.
Faktor pengotoran (fouling factor) dapat dicari dari persamaan:
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 . 𝑈𝑑
Dengan:
ℎ𝑖𝑜 𝑥 ℎ𝑜 𝑄
𝑈𝑐 = 𝑑𝑎𝑛 𝑈𝑑 =
ℎ𝑖𝑜 + ℎ𝑜 𝐴 . ∆𝑇
Dimana:
Uc = koefisien perpindahan panas menyeluruh bersih
Ud = koefisien perpindahan panas menyeluruh (design)
Hio = koefisien perpindahan panas fluida di dalam tube
Ho = koefisien perpindahan panas fluida di luar tube
9
𝑑𝑞 = 𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ. ∆𝑇ℎ = −𝐶ℎ. ∆𝑇ℎ
Dimana
𝑚ℎ. 𝐶𝑝ℎ = 𝐶ℎ
Perpindahan panas melalui luasan dA dapat dinyatakan sebagai:
𝑑𝑞 = 𝑈. ∆𝑇. 𝑑𝐴
Dimana ∆𝑇 = 𝑇ℎ − 𝑡𝑐
𝑑(∆𝑇) = 𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑡𝑐
𝑑𝑞
𝑑𝑞 = −𝐶ℎ. ∆𝑇ℎ → 𝑑𝑇ℎ =
𝐶ℎ
𝑑𝑞
𝑑𝑞 = 𝐶𝑐. 𝑑𝑡𝑐 → 𝑑𝑡𝑐 =
𝐶𝑐
maka
1 1
𝑑(∆𝑇) = 𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑡𝑐 = −𝑑𝑞 ( + )
𝐶ℎ 𝐶𝑐
1 1
𝑑(∆𝑇) = −𝑑𝑞 ( + )
𝐶ℎ 𝐶𝑐
Substitusi 𝑑𝑞 = 𝑈. ∆𝑇. 𝑑𝐴, maka akan diperoleh:
1 1
𝑑(∆𝑇) = −𝑈. ∆𝑇. 𝑑𝐴 (𝐶ℎ + 𝐶𝑐)
𝑑(∆𝑇) 1 1
= −𝑈 ( + ) 𝑑𝐴
∆𝑇 𝐶ℎ 𝐶𝑐
Diintegralkan sepanjang alat penukar panas didapatkan:
2 2
𝑑(∆𝑇) 1 1
∫ = −𝑈 ( + ) ∫ 𝑑𝐴
1 ∆𝑇 𝐶ℎ 𝐶𝑐 1
(∆𝑇1 ) 1 1
𝑙𝑛 = −𝑈. 𝐴. ( + )
(∆𝑇2 ) 𝐶ℎ 𝐶𝑐
Substitusi
𝑞 𝑞
𝐶ℎ = 𝑑𝑎𝑛 𝐶ℎ =
𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖
(∆𝑇1 ) 𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜 𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖
𝑙𝑛 = −𝑈. 𝐴. ( + )
(∆𝑇2 ) 𝑞 𝑞
(∆𝑇1 ) −𝑈. 𝐴
𝑙𝑛 = ((𝑇ℎ𝑖 − 𝑇ℎ𝑜) + (𝑇𝑐𝑜 − 𝑇𝑐𝑖))
(∆𝑇2 ) 𝑞
Dimana ∆𝑇1 = 𝑇ℎ𝑖 − 𝑡𝑐𝑖 dan ∆𝑇2 = 𝑇ℎ𝑜 − 𝑡𝑐𝑜
Maka didapat
10
∆𝑇2 − ∆𝑇1
𝑞 = 𝑈. 𝐴
∆𝑇
𝑙𝑛 (∆𝑇2 )
1
Sehingga
∆𝑇2 − ∆𝑇1 ∆𝑇1 − ∆𝑇2
∆𝑇𝑚 = ∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = =
∆𝑇 ∆𝑇
𝑙𝑛 (∆𝑇2 ) 𝑙𝑛 (∆𝑇1 )
1 2
11
▪ Suhu keluar dari salah satu fluida dapat mendekati suhu masuk
fluida lain
▪ Bahan konstruksi lebih awet karena thermal stress-nya kecil
• Kekurangan
▪ Tidak dapat dipakai untuk mengubah suhu fluida dengan cepat
▪ Kurang efisien jika dipakai untuk menaikkan suhu fluida dingin
untuk batas tertentu.
12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
13
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
3.2.1 Bahan yang digunakan:
1. Air
3.2.2 Alat yang digunakan:
1. Shell and Tube heat exchanger
2. Thermometer
3. Thermostat
4. Selang
3.3 Gambar Rangkaian Alat
Keterangan gambar:
1. 1,5 Heat Exchanger
a. Inlet / Outlet Shell
b. Inlet / Outlet Tube
2. Hot Tank
a. Fluid from hot tank
b. Fluid to hot tank
3. Cold Tank
a. Fluid from cold tank
b. Fluid to cold tank
14
3.4 Respon
Perbedaan suhu fluida panas masuk dan keluar
Perbedaan suhu fluida dingin masuk dan keluar
3.5 Data yang Dibutuhkan
1. Jenis aliran
2. Flowrate hot fluid
3. Suhu awal hot fluid
4. Perubahan suhu pada flowrate tertentu, baik hot atau cold fluid tiap 1
menit selama 10 menit (Thi, Tho, Tci, Tco)
5. LMTD, Ui, Uo, Ud, Uc, dan Rd berdasarkan data
diatas lalu buatlah grafik hubungan dengan suhu awal dan flowrate hot
fluid.
3.6 Prosedur Percobaan
1. Nyalakan heater dan unit refrigerasi pada hot dan cold tank. Atur knop
thermostat sesuai suhu yang ingin dicapai pada hot tank.
2. Pasang thermometer pada aliran masuk dan keluar HE untuk cold fluid dan
hot fluid.
3. Pompa dalam keadaan mati, hubungkan keempat flexible hose dengan
socket yang ada di atas bench. Periksa sekali lagi apakah aliran hot/cold
fluid sudah sesuai variabel percobaan. Jaga jangan sampai aliran hot fluid
dihubungkan silang dengan cold fluid karena akan merusak alat.
4. Setelah semua terpasang, cek kebocoran dengan cara menyalakan hot dan
cold pump. Jika terjadi kebocoran, matikan hot dan cold pump dan ulangi
langkah nomor 3 hingga tidak terjadi kebocoran.
5. Setelah tidak terjadi kebocoran tunggu suhu pada hot dan cold tank
tercapai, kemudian nyalakan hot dan cold pump.
6. Dengan valve pengatur flowrate, atur aliran hot dan cold fluid yang masuk.
7. Setelah flowrate sesuai, operasi mulai dijalankan dan catat data perubahan
suhu setiap 1 menit selama 10 menit.
8. Variabel yang di variasikan dalam percobaan ini adalah:
a. Jenis aliran : co-current dan counter-current
b. Suhu awal hot fluid : 63°C dan 72°C
15
c. Skala hot fluid : 16, 18, dan 20
9. Bila percobaan telah selesai, matikan kedua pompa, heater, dan unit
refrigerasi. Lepaskan flexible hose dan thermometer.
16
∆T1 : Tho – tci (°C)
∆T2 : Thi –tco (°C)
4. Flow Area
a. Flow area sisi tube
𝑁𝑡𝑢 𝑥𝑎𝑡 ′
𝑎𝑡 =
𝑛𝑡
Keterangan:
17
at’ : Flow area per tube (inch2) (Table 10-Kern)
Ntu : Jumlah tube
Nt : Jumlah pass
Keterangan:
5. Mass Velocity(G)
𝑊𝑠
𝐺𝑠 =
𝑎𝑠
𝑊𝑡
𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
Keterangan:
19
b. Koefisien Perpindahan Panas di shell (ho)
1
𝑘 𝐶𝑝 𝑥 𝜇 3
ℎ𝑜 = 𝑗𝐻 𝑥 ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 𝜑𝑡
𝐷𝑒 𝑘
Keterangan:
ho : Koefisien perpindahan panas shell(J/s m2oC)
k : Konduktivitas termal di shell (J/s m oC)
De : Diameter ekuivalen shell (m)
Cp : Specific heat fluida di shell(J/kg oC)
𝜇 : Viskositas fluida di shell(Pa.s)
Φs : Viskositas ratio [(µ/µw)0.14]
Keterangan:
20
lebih kecil daripada nilai Uc. Sebelumnya harus menghitung nilai Uo dan
Ui secara teoritis.
a. Menghitung Ui teoritis
1
𝑈𝑖 =
1 𝑟𝑖 𝑟𝑜 𝑟𝑖 1
+ 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + (𝑟𝑜)
ℎ𝑖 𝑘 ℎ𝑜
Keterangan:
b. Menghitung Uo teoritis
1
𝑈𝑜 =
1 𝑟𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜 1
+ 𝑙𝑛 ( 𝑟𝑖 ) + ( 𝑟𝑖 )
ℎ𝑜 𝑘 ℎ𝑜
Keterangan:
c. Menghitung Ud teoritis
𝑈𝑜 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑈𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑈𝑑 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 =
2
21
fluida dengan dinding pipa Heat Exchanger. Akan tetapi setelah
digunakan beberapa lama, Rd akan mengalami akumulasi. Hal ini tidak
baik untuk heat exchanger itu sendiri, karena Rd yang besar akan
menghambat laju perpindahan panas antara fluida panas dan fluida dingin.
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐. 𝑈𝑑
Keterangan:
12. Perhitungan 𝜶, p, q
Peristiwa perpindahan panas disini terjadi dengan cara gabungan
konduksi dan konveksi, tidak ada perubahan fase dan tidak ada radiasi
yang signifikan. Persamaannya :
ℎ𝐷 𝐷𝑐 𝐺𝑠 𝑃 𝐶𝑝 𝜇 𝑞
= 𝛼( ) ( )
𝑘 𝜇 𝑘
Nu = ∝ x 𝑅𝑒 𝑃 x 𝑅𝑒 𝑞
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
280
250
U (J/s.m³.℃)
130
100
0,0004 0,0005 0,0006
flowrate (m³/s)
Gambar 4.1 Hubungan flowrate terhadap nilai Ui dan Uo pada suhu 63oC
24
260
240
220
200
U (J/s.m³.℃)
180 Ui Counter Current
160 Uo Counter Current
140 Ui Co Current
120 Uo Co Current
100
80
0,0004 0,0005 0,0006
flowrate (m³/s)
Gambar 4.2 Hubungan flowrate terhadap nilai Uo dan Ui pada suhu 72oC
Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2, hubungan flowrate terhadap nilai Uo
dan Ui pada suhu 63℃ dan 72℃ aliran co-current adalah semakin besar
flowrate, maka semakin besar pula nilai Uo dan Ui. Sementara itu, pada aliran
counter-current terjadi peningkatan flowrate, namun pada flowrate 0,0006
m3/s dengan suhu 63℃ terjadi penurunan menyebabkan nilai Ui turun juga.
Pada suhu 72℃ aliran co-current terjadi penurunan, sehingga nilai Uo dan Ui
juga turun.
Berdasarkan literatur, semakin besar flowrate maka nilai Uo dan Ui akan
semakin besar pula. Hal tersebut sesuai dengan persamaan:
𝑄ℎ 𝑄ℎ
𝑈𝑖 = 𝐴𝑖 𝑥 ∆𝑇 dan 𝑈𝑖 = 𝐴𝑖 𝑥 ∆𝑇
𝐿𝑀𝑇𝐷 𝐿𝑀𝑇𝐷
𝑄ℎ = 𝑚ℎ 𝑥 𝐶𝑝ℎ 𝑥 ∆𝑇ℎ
Karena nilai U berbanding lurus dengan flowrate, maka dapat
disimpulkan bahwa semakin besar nilai flowrate maka nilai Uo dan Ui juga
semakin besar. Selain itu, semakin besar laju alir massa fluida berarti kecepatan
rata-rata aliran fluida juga bertambah maka waktu kontak antara fluida panas
yang berada di shell dengan dinding tube luar sebagai media perantara semakin
kecil. Hal ini mengakibatkan perpindahan panas secara konduksi menjadi lebih
besar sehingga akan meningkatkan nilai koefisien perpindahan panasnya
(Basri, 2011). Dengan teori yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin
25
besar flowrate, maka nilai Uo dan Ui juga akan meningkat. Nilai Uo dan Ui
memiliki hubungan yang berbanding lurus dan terjadi kenaikan kecepatan rata-
rata aliran fluida.
Adapun beberapa hasil yang tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain panas yang ditransfer oleh alat
penukar panas belum maksimal, terjadinya penyumbatan pada bagian tube
yang disebabkan oleh zat pengotor/korosi dan adanya kebocoran pada tube alat
penukar panas. (Mara, 2016).
26
1100
900
Uc CounterCurrent
U (J/s.m².◦C )
300
100
0,0004 0,0005 0,0006
flowrate (m³/s)
Gambar 4.3 Hubungan flowrate terhadap nilai Uc dan Ud praktis pada suhu 63oC
1050
850
Uc CounterCurrent
U (J/s.m².◦C )
250
50
0,0004 0,0005 0,0006
flowrate (m³/s)
Gambar 4.4 Hubungan flowrate terhadap nilai Uc dan Ud praktis pada suhu
72oC
Berdasarkan Gambar 4.3 dan 4.4, hubungan flowrate terhadap nilai Uc
dan Ud praktis pada suhu 63℃ dan 72℃ aliran counter-current dan co-current
adalah semakin besar flowrate, maka semakin besar pula nilai Uc dan Ud
praktis.
Uc adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh tanpa
memperhatikan hambatan dari kotoran. Sedangkan Ud adalah koefisien
27
perpindahan panas menyeluruh yang telah memperhatikan hambatan dari
kotoran yang ada dalam alat. Pada gambar diketahui bahwa nilai Uc dan Ud
cenderung meningkat seiring dengan bertambah besarnya flowrate. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya laju alir, maka transfer panas dari fluida panas
ke fluida dingin menjadi lebih cepat. Sesuai dengan persamaan:
𝑄ℎ = 𝑄ℎ
𝑈. 𝐴. ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷 = 𝑣ℎ . 𝑝ℎ . 𝐶𝑝ℎ . ∆𝑇ℎ
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien perpindahan
panas (U) berbanding lurus dengan flowrate fluida (vh), sehingga semakin
besar laju alir maka nilai U akan semakin besar. Selain itu, dari gambar juga
menyatakan bahwa nilai Uc dan Ud ada yang mengalami penurunan. Hal ini
berarti mungkin terdapat hambatan dari pengotor berupa fouling dan scaling.
Fouling adalah peristiwa dimana impuritas lain yang berupa suspended solid
terakumulasi dalam heat exchanger selama pemakaian. Sedangkan scaling
adalah peristiwa terakumulasinya mineral-mineral pembuat kerak. Tapi pada
kasus ini yang menjelaskan bahwa kedua perisitiwa tersebut membuat Ud
selalu lebih rendah dari nilai Uc (Muchammad, 2011).
Maka semakin besar flowrate fluida panas maka nilai Uc dan Ud praktis
akan semakin besar pula karena dengan meningkatnya flowrate, maka
perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin menjadi lebih cepat.
counter-current co-current
Suhu flowrate Ud Ud
(°C) (m3/s) Ud Praktis Ud Praktis
Teoritis Teoritis
(J/s.m2.°C) (J/s.m2.°C)
(J/s.m2.°C) (J/s.m2.°C)
0,000467 184,539 1401,533 163,334 1588,454
63 0,000533 281,031 954,144 201,535 949,174
0,0006 204,093 764,413 195,583 769,117
28
0,000467 126,532 1058,901 101,940 1056,753
72 0,000533 188,711 840,597 142,196 837,868
0,0006 149,102 804,269 126,892 809,677
1800
1600
1400
Ud (J/s.m².◦C )
1200
1000 Ud P Counter Current
800 Ud T Counter Current
600
Ud P Co Current
400
200 Ud T Co Current
0
0,0004 0,0005 0,0006 0,0007
flowrate (m³/s)
Gambar 4.5 Hubungan flowrate terhadap nilai Ud praktis dan teoritis pada
suhu 63°C
1200
1000
Ud P Counter
Ud (J/s.m².◦C )
800 Current
400
Ud P Co Current
200
Ud T Co Current
0
0,0004 0,0005 0,0006 0,0007
flowrate (m³/s)
Gambar 4.6 Hubungan flowrate terhadap nilai Ud praktis dan teoritis pada
suhu 72°C
Berdasarkan Gambar 4.5 dan 4.6, dapat dilihat bahwa nilai Ud praktis
pada variabel suhu 63°C dan 72℃ dengan aliran co-current dan counter current
menunjukan nilai Ud praktis lebih besar daripada nilai Ud teoritisnya. Nilai Ud
teoritis pada variabel suhu 63°C maupun 72°C pada aliran co-current maupun
counter-current cenderung turun terhadap perubahan nilai flowrate, sedangkan
nilai Ud praktis pada variabel suhu 72°C aliran co-current mengalami
penurunan.
29
Semakin besar laju alir massa fluidanya, maka semakin besar nilai
koefisien konveksinya,karena laju alir massa mempengaruhi harga dari
bilangan Reynolds (NRe), dengan persamaan (Mc Cabe, 1993, dalam
Syaichureozi dkk, 2014).
𝜌𝑣𝐴
𝑁𝑅𝑢 =
𝜋𝑑𝜇
Harga NRe ada hubungannya dengan bilangan Nusselts (Nnu) yaitu:
𝑁𝑁𝑢 = 𝐶 𝑁𝑅𝑒 𝑚 𝑃𝑟 𝑛
Semakin besar bilangan Nusselt, maka semakin besar pula harga koefisien
konveksi yang didapatkan, sehingga harga dari koefisien perpindahan overall
(U) yang didaptkan akan semakin besar pula. Dimana nilai U berbanding lurus
dengan koefisien konveksi(h) (Chengel, 2003, dalam Syaichureozi dkk, 2014).
Tetapi dalam percobaan ini nilai dari U tidak sesuai teori yaitu
hasilnya menurun. Hal ini disebabkan oleh Fouling. Fouling secara kasar dapat
didefinisikan sebagai faktor penghambat. Secara umum Fouling dapat
didefinisikan sebagai pembentukan lapisan deposit pada permukaan
perpindahan panas dari suatu bahan atau senyawa yang tidak diinginkan.
Pembentukan lapisan deposit ini akan terus berkembang selama alat penukar
kalor dioperasikan. Akumulasi deposit pada permukaan alat penukar kalor
menimbulkan kenaikan tekanan dan menurunkan efisiensi perpindahan panas
(Hendri dkk ,2018).
Ud Praktis (J/s.m2.°C)
3
Aliran flowrate (m /s)
63°C 72°C
0,000466667 200,8042347 142,0517245
co-current 0,000533333 200,2821171 197,4475552
0,0006 257,4561985 200,9163354
30
0,000466667 231,736871 161,5364025
counter-current 0,000533333 276,8707904 142,9533733
0,0006 243,7183238 135,2910233
300
250
200
Ud
150
100
50
0
0,000467 T= 0,000533 T= 0,0006 T= 63 0,000467 T= 0,000533 0,0006 T= 72
63 63 72
Flowrate (m3/s)
0,01
0,008
0,006
RD
0,004
0,002
0
0,000466667 0,000533333 0,0006
FLOWRATE (M³/S)
32
Nilai Uc pada aliran counter-current lebih besar dari Uc aliran co-
current, dan nilai Ud aliran counter-current lebih besar dari Ud aliran co-
current.
Dari data Rd yang didapat, baik itu aliran co-current maupun counter-
current, untuk kelayakan dari Heat Exchanger ini sudah diambang batas dari
fouling yang didapat, hal ini dikarenakan nilai Rd yang sudah melebihi batas
dari yang sudah direkomendasikan dari referensi yaitu nilai Rd = 0,003.
(Kern, 1980).
Suhu flowrate
Aliran Nu Re Pr 𝛼 p q
(0C) (m3/s)
0,000467 56,93 12691,7 2,883 10-7,48
Counter-
0,000533 71,22 14472,9 2,890 1,596 5,843
Current
0,0006 85,43 16302,5 2,8867
62
0,000467 56,99 12654,8 2,8930 10-7,01
Co-
0,000533 71,28 14439,9 2,8981 1,636 4,456
Current
0,0006 85,43 16302,5 2,8867
10-
0,000467 67,86 14379,9 2,5006 17,33
Counter- -
2,663
Current 0,000533 81,46 16417,8 2,5034 155,2
72 0,0006 84,2 18440,4 2,5078
0,000467 67,85 14384,4 2,4998 1052,54
Co- 0,737 40,45
0,000533 81,48 16407,6 2,5051
Current
0,0006 84,16 18481,6 2,5017
33
ℎ𝑖 𝐷𝑖 𝐷𝐺𝑠 P 𝐶𝑝 𝜇 q
=∝( ) ( 𝑘 )
𝐾 𝜇
Setelah itu dapat dihitung persen error dari Nu praktis yang diperoleh
dan Nu teoritisnya, seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Data Nu teoritis, Nu praktis, dan % error
Suhu flowrate
Aliran Nu Teoritis Nu Praktis % error
(oC) (m3/s)
0,000467 56,93472772 76,33903009 55,9347
Counter-
0,000533 71,22656268 81,91643282 70,2265
63 Current
0,0006 85,43200991 87,24342465 84,4320
0,000467 56,99619101 76,33903009 55,9961
34
Co- 0,000533 71,28671343 81,91643282 70,2867
Current 0,0006 85,43200991 87,24342465 84,4320
0,000467 67,86657133 77,85262908 66,8665
Counter-
0,000533 81,46967253 83,54816357 80,4696
Current
0,0006 84,2352436 88,90618864 83,235
72
0,000467 67,85881109 81,6150105 66,8588
Co-
0,000533 81,48827978 87,58156303 80,4882
Current
0,0006 84,16609318 93,24154397 83,1660
100
90
80 Nu P Counter
Corrent
70
Nu T Counter
Nu
60
Current
50
40 Nu P Co Current
30
Nu T Co Current
20
0,00040,000450,00050,000550,00060,00065
flowrate (m³/s)
60
Current
50
Nu P Co Current
40
30
Nu T Co Current
20
0,00040,000450,00050,000550,00060,00065
flowrate (m³/s)
(Kern, 1980)
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir, maka nilai Ui dan Uo juga semakin besar. Hal ini
disebabkan karena semakin besar laju alir massa, maka kontak antara fluida
panas dan fluida dingin akan semakin cepat pula, sehingga koefisien
perpindahan panas akan semakin besar pula.
2. Semakin besar laju alir akan mempengaruhi nilai dari Uc dan Ud, dan nilai
Uc selalu lebih besar daripada nilai Ud Praktis.
3. Nilai Ud yang didapat tidak sesuai dengan teori karena hasilnya menurun,
hal ini disebabkan adanya fouling.
4. Harga Ud akan meningkat dan berbanding lurus dengan tingginya suhu
awal fluida panas. Hal ini membuktikan bahwa teori dan hasil percobaan
sesuai teori.
5. Harga Rd naik dari kondisi counter-current menjadi co-current.
6. Harga Nu praktis lebih besar daripada harga Nu teoritis.
5.2 Saran
1. Pengecekan selang sirkulasi secara berkala, supaya fluida dingin dapat
mengaling dengan lancer.
2. Sebaiknya alat heat exchanger dibersihkan sebelum proses perpindahan
panas dilakukan agar tidak ada zat pengotor.
3. Sebaiknya sebelum praktikum dimulai alat dikalibrasi ulang terhadap
ukuran dan dimensi heat exchanger.
37
DAFTAR PUSTAKA
Basri. 2011. Pengaruh Laju Aliran Massa terhadap Koefisien Perpindahan Panas
Rata-rata pada Pipa Kapiler di Mesin Refrigerasi Focus 808. Jurnal
Mekanikal, 2(1), 16-22
Brown, G. G. 1976. Unit Operations, Moderns Asia Edition. John Willey and Sons
Inc. New York.
Holman, J.D. 1997. Perpindahan Kalor edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.
Lubis, Amru Fathony, Suhengki, Hendri. 2018. Pengaruh Fouling Terhadap Laju
Perpindahan Panas Pada Superheated Boiler CFB PLTU Sebalang.
Jurusan Teknik Mesin, STT-PLN. Jakarta Barat
Muchammad. 2017. Analisis Penurunan Performa Heat Exchanger Stabilizer
Reboiler 011E120 di PT. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap. Momentum
13(2), 72-77.
Kern, D. G. 1980. Process Heat Transfer. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha,
Tokyo.
Perry, R. H. and Chilson. Chemical Engineering Handbook. 5th ed. Mc Graw Hill
Book.
38
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA
Materi :
PERPINDAHAN PANAS
Disusun Oleh :
M. WAHYU FAHRUDIN
Group : 3/KAMIS
Aliran Co-Current
T=72°C
flowrate hot flowrate 𝜌 hot 𝜌 cold m hot m cold
(m³/s) cold (m³/s) (kg/m³) (kg/m³) (kg/s) (kg/s)
Aliran Counter-Current
T=63°C
flowrate hot flowrate 𝜌 hot 𝜌 cold m hot m cold
(m³/s) cold (m³/s) (kg/m³) (kg/m³) (kg/s) (kg/s)
Aliran Counter-Current
T=72°C
flowrate hot flowrate 𝜌 hot 𝜌 cold m hot m cold
(m³/s) cold (m³/s) (kg/m³) (kg/m³) (kg/s) (kg/s)
C. Perhitungan Ao dan Ai
Ao = 𝜋 x Do x L x ntu
= 3,14 x 0,0219964 m x 0,5994 m x 5 = 0,2069988 m2
Ai = 𝜋 x Di x L x ntu
= 3,14 x 0,020066m x 0,5994 m x 5 = 0,1888326 m2
Aliran co-current
T= 63°C
flowrate hot flowrate Δ𝑇1 Δ𝑇2 Δ𝑇LMTD Uo praktis
(m³/s) cold (m³/s) (°C) (°C) (°C) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
Ui praktis Ud praktis
(𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
170,830 163,334
201,535 201,535
204,559 195,583
Aliran co-current
T= 72°C
flowrate hot flowrate Δ𝑇1 Δ𝑇2 Δ𝑇LMTD Uo praktis
(m³/s) cold (m³/s) (°C) (°C) (°C) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
Ud praktis Ud praktis
(𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
106,618 101,940
142,196 142,196
132,715 126,892
Aliran counter-current
T= 63°C
flowrate hot flowrate Δ𝑇1 Δ𝑇2 Δ𝑇LMTD Uo praktis
(m³/s) cold (m³/s) (°C) (°C) (°C) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
193,008 184,539
281,031 281,031
213,459 204,093
Aliran counter-current
T= 72°C
flowrate hot flowrate Δ𝑇1 Δ𝑇2 Δ𝑇LMTD Uo praktis
(m³/s) cold (m³/s) (°C) (°C) (°C) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
Ud praktis Ud praktis
(𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
132,339 126,532
188,711 188,711
155,945 149,102
Dimana :
Menghitung Gt, Re, hi, dan hio pada aliran co-current, T=72°C,
flowrate hot = 0,000466667 m³/s
𝑊𝑡
𝐺𝑡 =
𝑎𝑡
0,455858801 𝑘𝑔/𝑠
= = 284,805 𝑘𝑔/𝑠𝑚2
0,0016006 𝑚2
Di × Gt
𝑅𝑒𝑡 =
μ
0,020066 m × 284,805 𝑘𝑔/𝑠𝑚2
= = 14384,452
0,00040 𝑘𝑔/𝑚𝑠
1
𝑗𝐻𝑡 𝑥 𝑘 𝐶𝑝 𝑥 μ 3
ℎ𝑖 = 𝑥 ( ) 𝑥 𝜑𝑡
Di 𝑘
1
𝐽 𝐽 𝑘𝑔 3
50 𝑥 0,665383 ( ) 763,4064 °C 𝑥0,00040 𝑚𝑠
𝑚𝑠°C 𝑘𝑔
= 𝑥 ( ) 𝑥1
0,020066 m 𝐽
0,665383 ( )
𝑚𝑠°C
𝐽
= 2250,179689
𝑚2 𝑠°C
ℎ𝑖 𝑥 𝐷𝑖
ℎ𝑖𝑜 =
OD
𝐽
2250,179689 𝑥 0,020066 m 𝐽
= 𝑚2 𝑠°C = 2052,704335
0,0219964 m 𝑚2 𝑠°C
Aliran co-current
T= 63°C
Tube side, Hot fluid
Flowrate hot 𝜌 hot Wt Gt 𝜇 Re
(m³/s) (kg/m³) (kg/s) (kg/s (kg/s m)
m³)
jH 𝑘 ho
(J/s.m. °C) (J/s.m2. °C)
jH 𝑘 hi hio
(J/s.m. °C) (J/s.m2. °C) (J/s.m2. °C)
Aliran counter-current
T= 63°C
Tube side, Hot fluid
Flowrate hot 𝜌 hot Wt Gt 𝜇 Re
(m³/s) (kg/m³) (kg/s) (kg/s m³) (kg/s m)
jH 𝑘 hi hio
(J/s.m. °C) (J/s.m2. °C) (J/s.m2. °C)
jH 𝑘 ho
(J/s.m. °C) (J/s.m2. °C)
Aliran counter-current
T= 72°C
Tube side, Hot fluid
Flowrate hot 𝜌 hot Wt Gt 𝜇 Re
(m³/s) (kg/m³) (kg/s) (kg/s (kg/s m)
m³)
jH 𝑘 ho
(J/s.m. °C) (J/s.m2. °C)
F. Perhitungan Uc
ℎ𝑖𝑜 𝑥 ℎ𝑖
𝑈𝑐 =
hio + hi
Aliran co-current
T= 72°C
Flowrate hot Flowrate Uc
(m³/s) cold (m³/s) ( 𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
Aliran counter-current
T= 63°C
Flowrate hot Flowrate Uc
(m³/s) cold (m³/s) ( 𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
3568,502 − 391,5947187
𝑈𝑑 =
2
= 1588,454
Aliran co-current
T= 63°C
flowrate hot flowrate Ui teoritis Uo teoritis Ud teoritis
(m³/s) cold (m³/s) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
Aliran co-current
T= 72°C
flowrate hot flowrate Ui teoritis Uo teoritis Ud teoritis
(m³/s) cold (m³/s) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
Aliran counter-current
T= 63°C
flowrate hot flowrate Ui teoritis Uo teoritis Ud teoritis
(m³/s) cold (m³/s) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶) (𝐽/𝑠. 𝑚². °𝐶)
H. Perhitungan Rd
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑
Menghitung Rd aliran co-current, T=72°C pada flowrate = 0,000466667 m³/s
890,667−101,940
𝑅𝑑 = 890,667 𝑥101,940 =0,008687
Aliran counter-current
T= 63°C
flowrate hot flowrate cold Rd
(m³/s) (m³/s)
Aliran co-current
T= 72°C
flowrate hot flowrate cold Rd
(m³/s) (m³/s)
Aliran counter-current
T= 72°C
flowrate hot flowrate cold Rd
(m³/s) (m³/s)
I. Perhitungan a, p, q
Persamaan Teoritis:
𝑁𝑢 = 𝛼 × 𝑅𝑒𝑝 × 𝑃𝑟𝑞
ℎ 𝑥 𝐷𝑖 𝐷𝑒 𝑥 𝐺𝑠 𝑝 𝐶𝑝 𝑥 𝜇 𝑞
=𝛼𝑥 ( ) 𝑥 ( )
𝑘 𝜇 𝑘
Dengan persamaan logaritma menjadi :
log 𝑁𝑢 = log 𝛼 + 𝑝 log 𝑅𝑒 + 𝑞 log 𝑃𝑟
Persamaan Praktis:
ℎ𝑖 𝑥 𝐷𝑖
𝑁𝑢 =
𝑘
𝐶𝑝 𝑥 𝜇
𝑃𝑟 =
𝑘
De × G
𝑅𝑒 =
μ
Untuk bilangan Nu teoritis dan praktis diperoleh dengan memasukkan
bilangan Re dan bilangan Pr ke dalam persamaan dengan nilai α, p, dan q praktis
dari literatur buku Kern. Kemudian bilangan Nu teoritis dan praktis dihitung
untuk mencari persen errornya.
Variabel yang diambil untuk contoh perhitungan adalah pada suhu 63oC dengan
aliran co-current:
Menghitung Nu, Pr, dan Re untuk flowrate 0,000466667 m³/s
1863,530805 𝑥 0,020066
𝑁𝑢 = = 56,9961
0,656072072
4180,657658 𝑥 0,00045
𝑃𝑟 = = 2,893060566
0,656072072
0,136017 × 286,326
𝑅𝑒 = = 12654,84685
0,00045
Aliran Co-current
T= 63 oC
Aliran Co-current
T= 72 oC
Aliran Counter-current
T= 72 oC
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL