Dosen Pengampu
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala nikmat-Nya yang telah melimpah ruah kepada kami. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, yang telah memberikan petunjuk dan inspirasi kepada seluruh umat
manusia.
Dalam rangka mengejar ilmu yang bermanfaat, kami, para mahasiswa Ilmu
Peternakan, dengan rasa syukur dan kesadaran akan anugerah yang diberikan oleh
Allah, telah menjalankan praktikum ilmu produksi ternak perah. Praktikum ini adalah
wujud dari nikmat ilmu yang telah Allah berikan kepada kami, dan kami bersyukur
atas kesempatan ini.
Kami berusaha menjalankan praktikum ini dengan penuh dedikasi dan rasa
tanggung jawab, seiring dengan ajaran agama Islam yang menekankan pentingnya
merawat dan memelihara hewan dengan baik. Kami percaya bahwa Allah melihat dan
menghargai usaha kami dalam memahami ilmu produksi ternak perah ini sebagai
bentuk ibadah kepada-Nya.
Dalam laporan praktikum ini, kami dengan rendah hati berbagi hasil pengalaman
kami selama menjalankan praktikum ilmu produksi ternak perah, sejalan dengan
nilai-nilai agama yang mengajarkan pentingnya etika dan kepedulian terhadap
makhluk ciptaan-Nya. Semoga laporan ini menjadi wujud kontribusi kami dalam
mengaplikasikan ilmu yang kami peroleh demi kesejahteraan dan kemajuan umat
serta bangsa.
Akhir kata, kami memohon maaf jika terdapat kekurangan dalam laporan ini, dan
kami sangat terbuka untuk menerima masukan dan saran yang membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2. Materi Praktikum...........................................................................18
3.2.1. Alat dan Bahan Praktikum...................................................18
3.3. Variabel atau Parameter.................................................................18
3.4. Metode Praktikum..........................................................................18
3.5. Analisis Data..................................................................................18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................19
4.1. Hasil Praktikum.............................................................................19
4.2. Pembahasan....................................................................................20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................21
5.1 Kesimpulan ....................................................................................21
5.2 Saran ..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................22
LAMPIRAN 1..................................................................................................24
LAMPIRAN 2..................................................................................................24
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Produksi panas sapi perah.................................................................7
Tabel 2. Hasil Pengukuran suhu, kelembaban, dan ITH..................................9
Tabel 3 Suhu rektal, denyut jantung dan frekuensi pernapasan sapi FH………….11
Tabel 4 produksi susu, volume urine, konsumsi air minum, konsumsi pakan sapi FH dan
suhu berbeda……………………………………………………………………..11
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
vii
operasional, dan membangun fondasi yang kokoh untuk inovasi di masa depan
dalam industri peternakan.
Adapun tujuan dari praktikum kali ini ialah untuk mengukur kondisi
suhu dan kelambaban udara pada kandang
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu (oC) Panas laten (W) Panas sensible (W) Total panas (W)
4,44 278,4 766,6 1.055
10,00 322,4 674,0 996
15,56 392,7 556,8 949
21,11 410,3 498,2 908
26,67 556,8 293,1 849
Sumber : Esmay and Dixon (1986 )
ix
Perolehan panas dari luar tubuh (heat gain) akan menambah beban
panas bagi ternak, bila suhu udara lebih tinggi dari suhu nyaman.
Sebaliknya, akan terjadi kehilangan panas tubuh (heat loss) apabila suhu
udara lebih rendah dari suhu nyaman. Perolehan dan penambahan panas
tubuh ternak dapat terjadi secara sensible melalui mekanisme radiasi,
konduksi dan konveksi. Pada saat suhu udara lebih tinggi dari suhu nyaman
ternak, jalur utama pelepasan panas hewan terjadi melalui mekanisme
evaporative heat loss dengan jalan melakukan pertukaran panas melalui
permukaan kulit (sweating) atau melalui pertukaran panas di sepanjang
saluran pernapasan (panting) (Purwanto, 1993) dan sebagian melalui
feses dan urin (McDowell, 1972).
ET = DBT + 11RD………………………………………………….(4)
ET = 0,57DBT + 0,43GT…………………………………………(5)
x
1978). McDowell (1974) menyatakan bahwa untuk kehidupan dan
produksinya, ternak memerlukan suhu lingkungan yang optimum. Zona
termonetral suhu nyaman untuk sapi Eropa berkisar 17–21oC
(Hafez,1968);13–18Oc (McDowell,1972);4–25⁰C (Yousef, 1985),5 – 25oC
(Jones & Stallings,1999). Bligh dan Johnson (1985) membagi beberapa
wilayah suhu lingkungan berdasarkan perubahan produksi panas hewan,
sehingga didapatkan batasan suhu yang nyaman bagi ternak, yaitu antara
batas suhu kritis minimum dengan maksimum (Gambar 1). Hubungan
besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa disebut “Temperature
Humidity Index (THI)” yang dapat mempengaruhi tingkat stres sapi
perah dapat dilihat pada Tabel 2. Sapi perah FH akan nyaman pada nilai
THI di bawah 72. Jika nilai THI melebihi 72, maka sapi perah FH akan
mengalami stres ringan (72 ≤ THI ≤79), stres sedang (80 ≤ THI ≤ 89)
dan stres berat ( 90 ≤ THI ≤ 97) (Wierema,1990).
xi
Kelembaban relatif (%)
⁰C 0 5 10 15 20 2 30 35 40 4 50 55 60 6 70 75 80 8 90 95 100
5 5 5 5
23,39 7 72 73 73 7 74 75 75
2 4
26,67 72 72 73 7 74 74 75 7 76 77 78 7 79 79 80
3 6 8
29,44 72 72 73 7 75 75 76 7 78 78 79 8 81 81 82 8 84 84 85
4 7 0 3
32,22 72 7 74 75 76 7 78 79 79 8 81 82 83 8 85 86 86 8 88 89 90
3 7 0 4 7
35,00 75 7 77 78 79 8 81 82 83 8 85 86 87 8 89 90 91 9 93 94 95
6 0 4 8 2
37,78 77 7 79 80 82 8 84 85 86 8 88 90 91 9 93 94 95 9 98 99
8 3 7 2 7
40,56 79 8 82 83 84 8 87 88 89 9 92 93 95 9 97
0 6 1 6
43,33 81 8 84 86 87 8 90 91 93 9 96 97
3 9 4
46,11 84 8 87 88 90 9 93 95 96 9
5 1 7
48,889 88 8 89 91 93 9 96 98
8 4
Untuk sapi perah FH, penampilan produksi terbaik akan dicapai pada
suhu lingkungan 18,3 oC dengan kelembaban 55%. Bila melebihi suhu tersebut,
ternak akan melakukan penyesuaian secara fisiologis dan secara tingkah laku
(behaviour). Secara fisiologis ternak atau sapi FH yang mengalami cekaman
panas akan berakibat pada : 1) penurunan nafsu makan; 2) peningkatan konsumsi
minum; 3) penurunan metabolisme dan peningkatan katabolisme; 4) peningkatan
pelepasan panas melalui penguapan; 5) penurunan konsentrasi hormon dalam
darah; 6) peningkatan temperatur tubuh, respirasi dan denyut jantung
(McDowell, 1972); dan 7) perubahan tingkah laku (Ingram & Dauncey, 1985)
dan 8) meningkatnya intensitas berteduh sapi (Combs, 1996).
xii
perubahan suhu yang dilihat dari respons pernapasan dan
denyut jantung merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi atau
melepaskan panas yang diterima dari luar tubuh ternak. Peningkatan denyut
jantung merupakan respons dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas
yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin
Sumber : 1) Kibler (1962). Sapi FH dengan suhu netral 21.6oC dan suhu
cekaman 32.2oC.
2) Purwanto (1993). Sapi FH dengan suhu netral 15oC dan suhu
cekaman 30oC.
Tabel 4 produksi susu, volume urine, konsumsi air minum, konsumsi pakan
sapi FH dan suhu berbeda
Parameter Suhu
o o
18 C 30 C
xiii
Konsumsi hay (kg/hari) 5.8 4.5
Sumber : McDowell (1972)
xiv
Semakin besar nilai koefisien konveksi dan kecepatan angin, maka akan semakin
cepat keseimbangan panas dalam ruangan konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi terjadi pada penutup (atap) kandang sapi FH, dinding bangunan,
kerangka bangunan, ternak (sapi FH), air minum sapi FH, tubuh sapi FH.
Perpindahan panas konduksi sangat dipengaruhi oleh konduktivitas bahan dan suhu
lingkungan. Semakin besar nilai konduktivitasnya, bahan tersebut semakin cepat
merambatkan panas (Esmay dan Dixon, 1986).
2.5 Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah FH
Distribusi suhu dan kelembaban udara (RH) pada kandang sapi perah FH
dipengaruhi oleh luas dan tinggi bangunan, jumlah ternak, suhu
lingkungan, sistem ventilasi, radiasi matahari, peralatan peternakan,
kecepatan angin, pergerakan udara di sekitar bangunan. Pada bangunan
pertanian (greenhouse), faktor desain yang sangat menentukan distribusi
suhu dan kelembaban udara adalah dimensi bangunan, posisi dinding atau
atap ventilasi, sudut pembukaan ventilasi, jumlah span dan sebagainya
(Boutet, 1987). Pertukaran udara dalam kandang sapi perah dipengaruhi oleh
besarnya suhu lingkungan, produksi panas hewan, kelembaban, konsentrasi
gas dalam kandang, jenis bahan atap bangunan, pindah panas dari lantai, sistem
dan luasan ventilasi, luas dan tinggi bangunan kandang (Hellickson dan
Walker, 1983). Pindah panas pada kandang sapi perah dapat terjadi secara
radiasi, konveksi maupun konduksi (Wathes dan Charles, 1994) yang
mengakibatkan adanya distribusi suhu dalam kandang. Pindah panas secara
radiasi dipengaruhi oleh besarnya radiasi matahari atau bahan, kecepatan angin
dan suhu lingkungan. Pindah panas pada bahan bangunan kandang
dipengaruhi oleh konduktivitas bahan, tebal bahan dan waktu, sedangkan secara
konveksi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kecepatan angin, waktu dan
luasan daerah konveksi. Analisis distribusi suhu dalam bangunan pertanian dapat
dilakukan dengan perhitungan besarnya pindah panas dan massa pada bangunan
melalui sistem ventilasi sehingga menghasilkan aliran udara yang baik di dalam
kandang. Pemecahan analisis aliran udara pada kandang sapi perah
(bangunan pertanian) dalam 2 atau 3 dimensi dapat dilakukan dengan
metode finite element, metode finite difference (Cheney dan Kincaid, 1990),
metode spectral dan finite volume dengan computational fluid dynamics atau
CFD (Versteeg dan Malalasekera,1995).
Metode finite difference menggambarkan φ yang tidak diketahui pada
titik atau node di dalam garis grid. Untuk mendapatkan nilai aproksimasi φ
digunakan deret ekspansi Taylor, sehingga menghasilkan persamaan
xv
aljabar untuk menghitung nilai φ pada tiap titik grid. Metode finite element
menggunakan fungsi sederhana (linear/kuadrat) pada elemen untuk
menggambarkan variabel aliran φ. Fungsi pendugaan dimasukkan ke dalam
persamaan atur, dan hasilnya terdapat residual untuk perhitungan error.
Selanjutnya error dikalikan dengan fungsi pembobot dan diintegralkan.
Hasilnya didapatkan persamaan aljabar yang lebih mudah untuk dipecahkan.
Metode spektral menduga variabel yang tidak diketahui menggunakan deret
Fourier atau deret polinomial Chebyshev. Pendekatan pendugaannya secara
menyeluruh pada semua domain perhitungan (tidak per titik). Terdapat
residual dan fungsi pembobot seperti metode finite element. Metode finite
volume dikembangkan dari finite difference khusus dan dapat diaplikasikan pada
kode CFD (FLUENT, PHOENICS, FLOW3D dan STAR-CD). Algoritma
numeriknya terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut : (1) integrasi
persamaan atur sepanjang volume kontrol domain perhitungan; (2)
diskretisasi yang meliputi substitusi berbagai tipe aproksimasi finite difference
sehingga menghasilkan persamaan aljabar (tahapan kunci); (3) penyelesaian
persamaan aljabar dengan metode iterasi.
2.6 Vetilasi
xvi
luar dan di dalam kandang (Mastalerz, 1977).Kontrol manual sistem ventilasi
alami dapat dilakukan dengan pembukaan dan penutupan lubang ventilasi serta
pengaturan bukaan pada dinding (Takakura, 1979). Pengaturan ventilasi
alami agar tetap kontinyu sulit dilakukan karena dipengaruhi oleh
temperatur, kecepatan dan arah angin yang tidak mudah
dikendalikan.
xvii
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah suatu analisis sistem
yang meliputi aliran fluida, pindah panas dan massa, serta fenomena lain seperti
reaksi kimia dengan menggunakan simulasi berbasis komputer. CFD telah
digunakan sejak tahun 1960 untuk mendesain mesin jet dan aircraft. CFD
merupakan pemanfaatan komputer untuk memprediksi secara kuantitatif
apa yang terjadi pada saat fluida mengalir sehingga prediksi aliran fluida
pada berbagai sistem dapat dilakukan dengan biaya murah dan waktu relatif
singkat dibandingkan dengan metode eksperimen. Untuk memprediksi
aliran fluida pada kondisi tertentu, program CFD harus dapat
menyelesaikan persamaan yang mengatur aliran fluida sehingga pemahaman
tentang sifat-sifat dasar aliran fluida sangat penting. Persamaan pengatur
aliran fluida adalah persamaan differensial parsial dan komputer digital tidak
dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan tersebut secara langsung
sehingga persamaan tersebut harus ditransformasikan ke dalam persamaan
aljabar sederhana dengan metode diskritisasi (Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Ada beberapa teknik distritisasi yang digunakan dan masing-masing
memiliki prinsip yang berbeda seperti : 1) metode beda hingga (finite
different methode); 2) metode elemen hingga (finite element methode) dan
3) metode volume hingga (finite volume methode). Dalam simulasi pola aliran
udara, udara digambarkan secara kuantitatif dalam besaran suhu dan
kecepatan dalam persamaan diferensial, dalam koordinat kartesian dan
dipecahkan dengan teknik CFD (tiga dimensi) berdasarkan analisis numerik
menggunakan metode volume hingga (Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Persamaan diskrit yang dihasilkan dari persamaan diferensial umumnya
dalam bentuk implisit. Pada persamaan implisit, satu set pernyataan simultan
atas banyak persamaan individual dihasilkan, dan persamaan tersebut harus
diselesaikan dengan persamaan tertentu dan salah satunya menggunakan
iterasi. Proses iterasi adalah membuat sebuah tebakan nilai variabel-
variabel yang terdapat pada implisit. Iterasi terus dilakukan sampai selisih
antara ruas kiri dengan ruas kanan persamaan mendekati nol (konvergen).
Untuk menyelesaikan persamaan diferensial diperlukan boundary
condition dan initial condition seperti kecepatan, tekanan, variabel turbulensi.
Kondisi batas pada inlet, outlet, bukaan ventilasi, dan material penyusun
kandang harus memiliki acuan dalam penyelesaian persamaan diferensial
parsial. Dalam simulasi aliran fluida, jenis grid yang digunakan menjadi suatu
hal yang sangat diperhatikan. Kompleksitas domain aliran, ketersediaan program
solver dan numerical diffusion (suatu kesalahan diskritisasi yang dapat timbul
jika grid tidak sejajar dengan arah aliran) menjadi pertimbangan dalam
penentuan jenis grid yang akan digunakan.Ada beberapa software yang
xviii
digunakan dalam CFD untuk menyelesaikan permasalahan aliran udara pada
kandang sapi perah FH yaitu software Fluent6.2.16, Gambit 2.2.30 dan Auto
CAD 2005. Penggunaan software Auto CAD untuk mempermudah
penggambaran geometri kandang sebelum diproses lebih lanjut dalam
software Gambit 2.2.30 (pembuatan mesh dan penentuan kondisi batas
geometri kandang yang akan disikulasikan).Adapun sofware Fluent 6.2.16
digunakan untuk analisis distribusi suhu dan pola alirannya. Software
Fluent 6.2.16 telah banyak beredar di pasaran dan telah banyak digunakan untuk
analisis pola aliran udara dan distribusi suhu pada berbagai kondisi dengan
tingkat validasi yang tinggi. Pada pemecahan masalah aliran dan distribusi
fluida dua fase atau lebih seperti kelembaban relatif (udara dan uap air)
software Fluent 6.2.16 belum dapat digunakan sehingga diperlukan teknik
perhitungan untuk menentukan besarnya kelembaban relatif (RH) yang
terdistribusi dalam kandang. Perhitungan distribusi RH dalam kadang
didasarkan pada terjadinya proses pemanasan dalam kandang akibat panas
konveksi dari atap dan material bahan penyusun kandang, dimana kondisi
tekanan uap dan kelembaban mutlak tetap dan tidak terjadi penambahan uap air
pada kondisi kandang kosong.
2.9 Simulasi
Simulasi adalah teknik penyusunan dari kondisi nyata (sistem)
dan kemudian melakukan percobaan pada model yang dibuat dari sistem.
Simulasi merupakan alat yang fleksibel dari model atau kuantitatif.
Simulasi cocok diterapkan untuk menganalisa interaksi masalah yang
rumit dari sistem. Simulasi berguna untuk mengetahui pengaruh atau
akibat suatu keputusan dalam jangka waktu tertentu (Avissar, et.all.,
1982).
Dalam melakukan simulasi, terlebih dahulu harus dibuat model yang
akan dijadikan acuan untuk melakukan simulasi agar diperoleh nilai
ekonomis, efektif, mudah, resiko kecil. Kriteria umum agar model simulasi
efektif adalah : 1) model simulasi dapat memprediksi proses fisik dan
fisiologi dalam sistem dengan ketepatan yang masuk akal dan dapat
dibuktikan dengan percobaan; 2) model simulasi bersifat umum dan
cukup fleksibel untuk diaplikasikan pada sistem tertentu yang memiliki
kondisi lingkungan yang beragam. Untuk mengetahui kriteria tersebut,
parameter lingkungan yang digunakan adalah kondisi batas yang mudah
diukur dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan sistem. Skala waktu,
xix
parameter, initial condition dapat dengan mudah diubah-ubah, serta dapat
dengan mudah menyelesaikan persamaan-persamaan yang tidak linier dan
dapat mengkaji sistem secara utuh (Avissar, et.all., 1982).
Simulasi dapat dilakukan dengan pembuatan model persamaan
matematika, program komputer, atau pembuatan model prototipe sehingga
sistem yang akan disimulasikan dapat terwakili oleh model yang
disimulasikan. Simulasi analisis distribusi suhu dan kelembaban udara
(RH) pada kadang sapi perah FH dapat dilakukan dengan persamaan
matematika, dan program komputer. Parameter yang harus
diperhitungkan dalam simulasi analisis distribusi suhu dan kelembaban
udara (RH) pada kandang sapi perah antara lain suhu lingkungan, suhu
udara dalam kandang, suhu tanah, radiasi matahari, kecepatan angin,
sistem dan besaran ventilasi, bahan-bahan bangunan (konduktivitas panas,
emisivitas, koefisien pindah panas, absorpsivitas), suhu diurnal ternak
(sapi perah) seperti suhu kulit, rektal, pernafasan (Esmay dan Dixon, 1986).
Simulasi distribusi parameter iklim mikro seperti suhu, kelembaban,
kecepatan angin, sudut datang radiasi matahari telah banyak dilakukan pada
bangunan pertanian terutama greenhouse baik menggunakan persamaan-
persamaan matematika, program komputer maupun model atau prototipe.
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at, 17 November 2023 pada pukul
07:00-18:00 WITA, di Gedung A Lantai 3.2 Fakultas Peternakan Universitas
Mataram.
3.2 Materi Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini ialah Hydro
Thermometer
3.3 Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan pada praktikum ini ialah dengan cara
mengamati hydro thermometer pada suatu ruangan untuk mengetahui suhu dan
kelembaban ruangan tersebut.
xx
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil praktikum
Suhu
No. Nama Alat (oC)
Pagi Siang Sore Rata/Hr
1.
Thermo -Hygrometer
Digital Clock 28.2 29.1 28.5 28.6
Kelembaban (%)
Pagi Siang Sore Rata/Hr
xxi
06.00 12.00 12.00
17.00-18.00
53 49 35 45,6
ITH
Rata/Hr
06.00 12.00 12.00
=1,8 x 28,2 –(1-0,53)x (28,2- =1,8 x 29,1 –(1-0,49)x (29,1 =1,8 x 28,5 –(1-0,35)x (28,5-
13,3) +32 14,3) +32 13,3) +32
=50,76 –( 0,47) x (13,9) + 32 =52,3 – (0,51) x ( 14,8) + 32 =51,3 –( 0,65) x (14,2) + 32
=50,76 – 6,53 + 32 =52,3– 7,54 + 32 =51,3 – 9,23+ 32
=76,23 =76,76 =74,07 75,68
4.2 Pembahasan
xxii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa suhu rata – rata pada ruangan tersebut dapat
membuat sapi mengalami stres ringan, jika suhu ruangan melebihi nilai rata-
rata.Suhu udara pada pagi hingga sore hari pada ruangan tersebut berpotensi
mengakibatkan ternak mengalami stres ringan karna suhu ruangan dan
kelembaban melibihi suhu ideal untuk ternak.
xxiii
1.2 SARAN
Sebaiknya pada peraktikum selanjutnya di lakukan dengan lebih
teliti dan hati hati, agar mendapatkan hasil yang lebiih maksimal.
xxiv
DAFTAR PUSTAKA
Brockett, B.L and Albright, L. D 1987 Natural ventilatiok in single air span building.
Journal off Agricultural Engineering Research(37) 141-154
Bligh, E.G. & Dyer, W.J. 1959. A rapid method of total lipid extraction and purification.
Can. J. Biochem. Physiol. 37 (8): 911–917.
Boutet, Terry S. 1987. Controlling Air Movement. A Manual for Architects and
Builders. McGraw-Hill.
Cheney, W., and Kincaid, D. 1999. Numberical Mathematics and Computing. Brooks
Cole Publishing. California.
Esmay, 1960. Pengaruh termal pada struktur ternak. Transaksi di ASAE, 24 (4): 1030-
1034.
Hellickson, M.A dan Walker, J.N. 1983. Ventilation of Agricultural Structures. The
American Society of Agricultural Engineers, Michigan, USA.
Mastalerz, J.W. 1977. The Greenhouse Environment. John Wiley and Sons, Inc. USA
Purwanto A. Y., dan Sutrisno. 2015. Pengaruh Jenis Kemasan dan Penyimpanan Suhu
Rendah terhadap Perubahan Kualitas Cabai Merah Keriting Segar. JTEP Jurnal
Keteknikan Pertanian, 3 (2): 145-152.
25
Versteeg, H.K. and Malalasskera, W. 1995. An Introduction to Computational Fluid
Dynamic The Finite Volume Method. Longman Scientific and Thecnical. Malaysia
Mastalerz, J.W. 1977. The Greenhouse Environment. John Wiley and Sons, Inc. USA
Wierema, 1990. Feeding Strategies to Combat Heat Stress. Ontario Ministry of Agriculture
and Food. Ontario. Francais.
West, J.W. 2003. Effects of Heat Stress on Production in Dairy Cattle. J. Dairy
Sci. 86:2131-2144
26
LAMPIRAN
27
28
29
30
31