Oleh :
NPM : 19400018
Oleh :
NPM : 19400018
Menyetujui :
Pembimbing PPL,
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga pelaksanaan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan
(PKL) di PT. Cahroen Pokhpand Jaya Farm dan di Echo Farm dapat terlaksana dengan baik
dan lancar sesuai dengan jadwal yang terencanakan dan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Adapun penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara
lengkap mengenai kegiatan PKL yang telah dilaksanakan di PT. Charoen Pokhpand Jaya
Farm dan di Echo Farm.
Dalam penyelesaian laporan ini, banyak motivasi dan bantuan yang saya terima untuk
menyelesaikan laporan PKL ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis `mengucapakan
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
HKBP Nommensen Medan.
2. Bpk Dr. Parsaoran Silalahi, S. Pt, M. Si. selaku Dosen pembimbing PKL.
3. Bpk Lukas Ginting, S.Pt, selaku Manager perusahaan PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm
yang telah menerima kami melaksanakan kegiatan PKL.
4. Bpk Heri Sitepu, selaku Manager Echo Farm yang telah menerima kami melaksanakan
kegiatan PKL
5. Toho Natal Hutabarat, S.Pt, selaku Supervisor lapangan di PT. Charoen Pokhpand Jaya
Farm. Seluruh pimpinan dan karyawan ECHO Farm dan PT. Charoen Pokhpand Jaya
Farm, yang telah memberikan ilmu dan dorongan semangat kepada penulis.
6. Kepada Orang tua dan saudara-saudari saya yang telah memberikan doa, dukungan dan
semangat untuk menjalankan PKL.
7. Seluruh teman PKL yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama
menjalankan kegiatan PKL.
i
Dalam penulisan laporan PKL ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Akhir kata dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih.
Berastagi , September
2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktek Pengalaman Lapangan (PKL) .................................. 2
1.3. Kegunaan Praktek Pengalaman Lapangan (PKL).............................. 2
iii
2.2.9. Sistem Pengolahan Limbah Domba Pedaging ........................ 21
iv
4.2. Usaha Peternakan Domba pedaging ECHO Farm ............................. 50
4.2.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ 50
4.2.2. Struktur dan Organisasi Perusahaan ....................................... 51
4.2.3. Populasi Domba Pedaging .................................................... 51
4.2.4. Peralatan dan Sarana Pendukung............................................ 52
4.2.5. Reproduksi Domba ............................................................... 53
4.2.6. Sistem Perkandangan Domba ................................................ 53
4.2.7. Sistem Pemeliharaan Domba Pedaging .................................. 54
4.2.8. Sistem Manajemen Pakan dan Air Minum Domba ................. 55
4.2.9. Sistem Penanganan Kesehatan Domba Pedaging.................... 56
4.2.10. Sistem Penanganan Limbah Domba Pedaging ........................ 58
v
DAFTAR TABEL
vi
I. PENDAHULUAN
1
Program Praktek Lapangan (PKL) di PT. Cahroen Pokhpand Jaya Farm dan
Echo Farm adalah keterampilan teknis, sistem pemiliharaan dan pengkaji aspek
keterpaduan usaha dengan lingkungan sekitar Melalui Program Praktek Lapangan
(PKL) ini diharapkan mahasiswa mampu mengevaluasi secara langsung ilmu dan
penerapan teknologi yang diproleh selama perkuliahan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler berasal dari ayam hutan liar yang didomestikasi sekitar 8000
tahun yang lalu. Sejarah mencatat domestikasi ayam hutan liar ini pertama kali
dilakukan di Asia. Domestikasi berlanjut budidaya ayam dimulai pada abad 19 dan
dilakukan secara bertahap menuju sistem modern. Keuntungan dari pemeliharaan
ayam broiler adalah menghasilkan daging dalam waktu yang relatif singkat. Serta
pemeliharaannya hanya membutukan lahan yang relatif sempit. Usaha yang
diusahakan secara intensif akan meningkatkan populasi ternak dan produksi daging
(Dahlan dan Hudi, 2011).
Broiler atau ayam ras pedaging merupakan hasil persilangan dan seleksi
selama bertahun-tahun dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki performa terbaik.
Broiler mampu memproduksi daging dalam waktu yang singkat dengan konversi
ransum rendah. Strain ayam broiler yang ada di Indonesia antara lain Cobb,
Lohmann, Ross dan Hubbard. Namun, ada juga strain seperti Isa Vedette, Arbor dan
Acres yang tidak dijual di Indonesia (Tamalludin, 2012).
3
2.1.1. Taksonomi Ayam Broiler
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Strain Cobb 500 merupakan salah satu strain broiler yang ada di Indonesia
yang memiliki titik tekan pada perbaikan feed consumption rate (FCR),
pengembangan genetik diarahkan pada pembentukan daging dada, mudah beradaptasi
dengan lingkungan tropis (heat stress) serta produksinya yang efisien yaitu bobot
badan 1,8 – 2 kg dengan FCR 1,65. Saat ini bibit Cobb 500 digunakan untuk produksi
broiler lebih dari 60 negara (Anonimous, 2006).
Breeder Cobb Vantress, inc. (2008) dalam Sutrisno, (2013) melaporkan bahwa
strain Cobb 500 mulai bertelur pada umur 24 minggu dengan HDP 5%. Pada awal
masa produksi terjadi kenaikan produksi telur secara signifikan hingga mencapai
puncak produksi (peak production).
4
2.1.2. Ransum Ayam Broiler
Ransum adalah campuran dari beberapa bahan pakan yang diberikan kepada
ternak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama 24 jam. Ransum merupakan faktor
yang penting di alam suatu usaha peternakan, karena ransum berpengaruh langsung
terhadap produksi ternak (Sinurat, 2000). Rasyaf (2007) menyatakan bahwa ransum
adalah campuran bahan-bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat pakan yang
seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan tidak berlebihan dan
tidak kurang. Ransum yang digunakan haruslah mengandung protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien
yang diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok,
produksi maupun reproduksi (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Ransum merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembagan yang maksimal, sehingga dalam penyusunan ransum
harus memperhatikan hasil akhir dari penyusunan ransum tersebut. Ayam
mengurangi komsumsinya apabila kandungan energi ransum tinggi dan menaikkan
konsumsinya apabila kandungan energi ransum rendah (Amrullah, 2004). Nutrisi
yang dikonsumsi berfungsi sebagai pemeliharaan kesehatan, diantaranya untuk
menjaga integritas yang lebih baik dan jaringan tubuh, untuk meningkatkan produksi,
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, dan untuk kemampuan
meningkatkan kemampuan menggantikan darah (Nova, 2008).
Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam broiler adalah untuk
menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan dan
penggemukan. Prinsip penyusunan ransum ayam adalah membuat ransum dengan
kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ayam fase tertentu. Pemberian ransum
untuk ayam pedaging atau petelur harus disesuaikan dengan tujuan dari fase
perkembanganya.
2.1.3. Pemberian Air Minum
Air merupakan salah satu sumber nutrisi yang dibutuhkan makhluk hidup,
tak terkecuali bagi ayam ross. Kebutuhan air untuk konsumsi broiler yaitu sebesar
60 – 70 %, sedangkan sisanya adalah kebutuhan akan zat kasar yang terpenuhi dari
pakan. Pemberian ar minum dilakukan secara terus menerus atau adlibitum dengan
5
tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat
optimal Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia
dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam
biasanya dua kali lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi makanya. Ayam
akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibandingkan tanpa air (Rizal, 2006).
Fungsi air bagi tubuh ross antara lain saat transportasi darah untuk
mengedarkan sari-sari makanan baik zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme dalam
tubuh, sebab mengandung molekul hidrogen dan oksigen. Secara biologis, air
berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ross. Air juga
membantu mempermudah proses pencernaan dan penyerapan nutrisi, respirasi,
membantu pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf maupun melumasi
persendian.
1. Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak yang
digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut.
Menurut Suprijatna dan Kartasudjana (2008), ayam mengkonsumsi ransum untuk
memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan
terus makan.
6
2. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan adalah selisih dari bobot badan akhir (panen)
dengan bobot badan awal pada saat tertentu. Menurut Anonimous (2006)
pertambahan bobot badan ayam broiler pada umur 1-5 minggu secara berturut-turut
yaitu 19,10 gram/ekor, 44,40 gram/ekor, 63,70 gram/ekor, 76,40 gram/ekor, 83,10
gram/ekor. Menurut Wahyu (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
adalah jenis kelamin, energi metabolisme ransum, kandungan protein ransum, dan
lingkungan.
3. Konversi Ransum
7
2.1.5. Pemeliharaan Masa Layer
1. Kebutuhan ruang
Kebutuhan ruang pada masa layer sama dengan masa grower. Setiap 1 m²
ruang bisa diisi sebanyak 6-8 ekor ayam. Sudaryani dan Santosa, (2003) menyatakan
bahwa, untuk ayam pembibit broiler 1/3 litter dan 2/3 slat membutuhkan ruangan
0,19 m (mini) dan 0,23 m (normal).
Pemberian pakan pada fase layer dibutuhkan sebagian besar untuk produksi
telur. Untuk itu ayam harus mendapat pakan dalam jumlah yang cukup, karena
apabila kekurangan walaupun dalam jumlah yang sedikit maka produksi akan
menurun. Kebutuhan pakan untuk ayam tergantung pada strain, umur, besar ayam,
aktivitas, suhu lingkungan, kecepatan tumbuh, kesehatan dan imbangan zat pakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan reproduksi (Mulyantini, 2010).
Pemberian minum juga sangat penting pada masa ini dalam pembentukan
telur. Pada fase layer jumlah air minum yang dibutuhkan 2 kali lipat dari jumlah
pakan yang diberikan (Sutrisno, 2013).
4. Pencahayaan
Program pencahayaan pada masa layer diberikan selama 13-14 jam per hari.
Pencahayaan bisa sebagian dari cahaya matahari secara langsung dan sebagian lagi
dari cahaya lampu atau cahaya buatan. Warna cahaya berpengaruh pada produksi
ayam. Warna yang mempengaruhi reproduksi adalah warna cahaya 22 merah atau
orange, sedangkan cahaya biru mempengaruhi pertumbuhan (Setyono, 2013).
Cahaya masuk melalui mata, kemudian sampai ke otak untuk merangsang
kelenjar pituitary dan memaksanya untuk mensekresikankan hormon FSH yang
meningkat jumlahnya sehingga mengaktifkan ovarium untuk menghasilkan produksi
(Suprijatna, dkk, 2008). Ayam sangat peka terhadap lama pencahayaan dan intensitas
cahaya.
Produksi telur adalah banyaknya telur yang dihasilkan oleh setiap kandang
yang dihitung dalam Hen Day Production (HDP). Total jumlah telur yang dihasilkan
dibagi dengan jumlah betina yang hidup pada hari tersebut, data perhari selama 7 hari
kemudian dikalkulasikan untuk mencari produksi telur mingguan (Sudaryani dan
Santosa, 2003).
Breeder farm merupakan faktor kunci dalam rangka menghasilkan telur tetas
yang berkualitas baik dan fertilitas yang tinggi untuk menghasilkan anak ayam
sebagai bibit pedaging maupun petelur. Telur tetas (Hatching Egg) merupakan telur
fertil atau telah dibuahi yang dihasilkan dari peternakan ayam pembibit, bukan dari
ayam petelur komersial, yang digunakan untuk ditetaskan. Fertilitas merupakan
persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan
(Suprijatna, 2008).
9
6. Puncak Produksi
Suatu peternakan yang dikelola dengan tata laksana pemeliharaan yang baik
memerluhkan sarana fisik sebagai penunjang atau kelengkapan, selain bangunan
kandang. Sarana fisik diantaranya terdapat gudang pakan dan jalan, perkandangan
adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun
prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan
(Rianto dan Purbowati, 2009).
Kandang termasuk peralatannya merupakan salah satu sarana fundamental
yang secara langsung turut serta menentukan sukses tidaknya suatu usaha peternakan.
Oleh karena itu kondisi kandang harus selalu diperhatikan dengan baik yang mengacu
pada prinsip ideal yang senangtiasa memberi perhatian pada temperatur lingkungan,
kelembaban udara dan sirkulasi atau pertukaran udara (Priyatno, 2002).
Limbah ternak atau peternakan adalah semua yang berasal dari ternak atau
peternakan baik bahan padat maupun cair, yang belum di manfaatkan dengan baik.
Adapun yang termasuk dalam limbah ternak adalah tinja atau feses dan air kencing
atau urin. Limbah ternak sangat banyak mengandung nutrien yang penting bagi tanah,
pupuk yang dihasilkan dari berbagai feses ternak pun menghasilkan nutrien seperti
fosfor dan kalium yang tinggi.
Pada peternakan ayam, salah satu limbah ekonomis adalah kotoran ternak
yang secara praktis bisa digunakan untuk pupuk tanaman. Namun belakangan ini,
mulai dikembangkan teknologi yang berfungsi meningkatkan nilai ekonomis.
Kotoran ternak bisa diproses menjadi produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
Dari kotoran ayam, ada beberapa produk yang bisa diperoleh, yaitu gas bio, pupuk
padat, dan pupuk cair.
11
2.2. Ternak Domba
Kingdom : Animalia,
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodatctyla
Famili : boviade
Upafamili : Bovinae
Genus : Ovis
Spesies : O. aries
12
impor. Domba Indonesia umumnya berekor tipis, namun ada pula yang berekor
gemuk seperti domba Donggala dan domba-domba yang berada di daerah Jawa
Timur. Menurut Mulyaningsih (1990) domba di Indonesia dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu Domba Ekor Tipis (javanesa thin tailed), Domba Priangan (pringan
of west java) dikenal juga dengan Domba Garut, dan Domba Ekor Gemuk (javanesa
fat tailed) sedangkan menurut Bradfrod dan Inounu (1996) hanya dikelompokkan ke
dalam dua kelompok yaitu Domba Ekor Tipis (DET) dan Domba Ekor Gemuk
(DEG).
DET merupakan domba berukuran tubuh kecil sehingga disebut Domba Kacang atau
Domba Jawa, memiliki ekor relatif kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih,
kadangkadang ada warna lain, misalnya belang-belang hitam di sekitar mata, hidung
atau bagian lainnya, domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan domba
jantan bertanduk kecil dan melingkar. Bobot badan DET jantan di Jonggol umur 2-3
tahun adalah 34,90 kg dan betina sebesar 26,11 kg serta ukuran tinggi pundak pada
jantan 55,66 cm dan betina 57,87 cm (Einstiana, 2006).
DEG banyak ditemukan di Jawa Timur dan Madura, serta pulau-pulau di Nusa
Tenggara dan Sulawesi Tengah (Domba Donggala). Karakteristik DEG adalah ekor
yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor yang membesar merupakan
timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu
putih, tidak bertanduk, bulu wolnya kasar. Bentuk tubuh DEG lebih besar dari pada
DET. Domba ini merupakan domba tipe pedaging, berat jantan dewasa antara 30 - 50
kg, sedangkan berat badan betina dewasa 25 - 35 kg. Tinggi badan pada jantan
dewasa antara 60 - 65 cm sedangkan pada betina dewasa 52 - 60 cm (Malewa, 2007).
Domba asli Indonesia disebut dengan bangsa domba lokal. Ternak domba
lokal memiliki beberapa keunggulan dan nilai ekonomis yang beragam
diantaranya :
Daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan (termasuk
terhadap pakan yang sangat jelek),
Menyukai hidup berkoloni sehingga memudahkan pengawasan,
Memiliki kemampuan reproduksi yang relatif tinggi,
13
Produk sampingan berupa kulit, bulu, tulang, dan kotoran ternak yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri.
Populasi ternak domba cenderung mengalami peningkatan yang cukup
tinggi (15,9 persen) yang merupakan ternak unggulan setelah kerbau
(Abidin dan Sodiq, 2002).
Adapun jenis domba yang saat ini di pelihara di kandang Echo Farm adalah:
1. Domba Dorper
Merupakan jenis bangsa komposit yang berasal dari Afrika selatan hasil dari
persilangan Domba Persia berkepala hitam (Black- Headed Persia dengan Domba
Dorser Hom). Domba ini merupakan salah satu jenis domba tak bertanduk yang
paling subur dengan badan yang Panjang, bulat, dan dalam serta perpaduan rambut
bulu dan rambut wol tpis dan pendek.
1. Domba Garut
Domba garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli
Indonesia, domba Merino dari Asia kecil dan domba ekor gemuk dari Afrika. Domba
garut jantan dapat memiliki berat sekitar 60-80 kg bahkan ada yang mencapai lebih
dari 100 kg.
2. Domba Ekor Gemuk
Domba ekor gemuk (DEG), domba ini banyak ditemui di daerah jawa timur,
Madura, Sulawesi dan Lombok, ciri khas dari domba ini adalah bentuk ekor panjang,
lebar, besar dan semakin keujung semakin kecil. Ciri lain dari DEG adalah :
Domba jantan dan betina tidak mempunyai tanduk, Sebagian besar domba
berwarna putih, tetapi ada beberapa pada anaknya yang berwarna hitam atau
kecoklatan, domba jantan mampu mencapai berat sekitar 50-70 kg, sedangkan berat
domba betina sekitar 25-40 kg (Mulyono, 2002).
Menurut sumarna (2017) spesifikasi Domba ekor gemuk adalah berukuran
sedikit. lebih besar dibandingkan dengan domba lokal, memiliki pola warna tubuh
putih, wool kasar tetapi rapi, kepala ringan dengan bentuk muka melengkung
(contaf), tipe telinga kecil dengan arah menyamping dan mendatar, kebanyakan DEG
tidak bertanduk dan hanya sedikit yang memiliki tanduk kecil sedangkan betinanya
tidak bertanduk memiliki ukuran ekor yang tebal dan lebar.
14
3. Domba Ekor Tipis
Domba ekor tipis ( domba lokal ), merupakan domba asli Indonesia. Sekitar
80 persen populasinya berada di Jawa Tengah (Mulyono, 2003). Domba ini mampu
hidup di daerah gersang dan tumbuh kecil sehingga disebut domba kacang atau
domba jawa. Ciri lain dari domba ini antara lain :
Ekor relative kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih terkadang ada warna lain
seperti belang-belang hitam di sekitar mata, hidung, atau bagian lainnya. Domba
jantan bertanduk kecil sementara domba betina umumnya tidak bertanduk, berat
badan domba jantan dewasa berkisar 30-40 kg, dan berat badan domba betina dewasa
sekitar 15-20 kg. tubuh domba ini berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun
sedikit.
15
ternak dari bakalan yang sudah didapatkan, sehingga penggunaan lahan untuk
peternakan ini relative tidak luas.
Teknologi yang sederhana, program penggemukan relatif tidak memelurkan keahlian
teknologi yang tinggi. Program ini dapat dipelajari relatif lebih cepat, berbeda
dengan program reproduksi yang harus menguasai keahlian dalam seleksi serta
pemuliaan.
Namun demikian, terdapat kelemahan pada program usaha penggemukan yaitu
kemungkinan bibit unggul dapat ikut terjual serta pada masa-masa tertentu akan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan bakalan.
Kualitas pakan alami dan kosentrat yang diberikan kepada domba harus diperhatikan.
Pastikan bahwa kualitas pakan sesuai dengan kebutuhan domba dan tidak mengandung
bahan yang dapat membahayakan. Pakan alami berupa rerumputan dapat diberian dalam
kondisi segar setelah dicacah terlebih dahulu. Rumput sebaiknya diambil setiap hari dari
lahan agar domba bisa mendapatkan pakan yang masih segar (Harianto, 2010).
17
2.2.5. Sistem Pemeliharaan Domba Pedaging
c. kandang penggemukan
kandang untuk penggemukan dibuat dengan ukuran kandang domba 12 m, persegi
untuk 10 ekor domba remaja. Pembuatan kandang ini disarankan untuk melihat potensi
pengembangan, model kandang semuanya sama kandang panggun
19
2.2.8. Sistem Penanganan Kesehatan Domba
Sistem penangan kesehatan meliputi:
1. Biosecuriti
Pemeliharaan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitasternak.
Pemeliharaan yang baik dan benar akan sangat mempengaruhi keberhasilan usaha, dengan
sistem pemeliharaan yang baik akan diperoleh pertambahan bobot badan dan meningkatkan
produktivitas susu yang maksimal serta performa ternak yang optimal (Abidin, 2002).Aspek
yang berhubungandengan pemeliharaan meliputi; sanitasi, biosecurity pencegahan penyakit
dan penanganan penyakit. Biosecurity merupakan pencegahan dasar masuknya
suatupenyakit dalam hal ini peternak lebih fokus terhadap kebersihan terutamakebersihan
kandang (Nurdana, 2015).
2. Sanitasi
Sanitasi kandang merupakan usaha dalam rangka membebaskan kandang dari bibit -
bibit penyakit maupun parasit lainnya. Pembersihan kandang bertujuan untuk menjaga
kebersihan kandang dan menjaga kesehatan domba agar domba tidak mudah terjangkit
penyakit. (Nurdana, 2015).
3. Pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit merupakan usaha yang dilakukan untuk menurunkan jumlah
atau persentase penyakit menular, penggunaan bahan kimia yang membunuh induk semang
antara yang membawa bibit penyakit, dan isolasi hewan terserang dan mencegah agar tidak
menular ke hewan yang sehat.Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga tata
laksana pemeliharaan.
4. Kandang karantina
Kandang karantina merupakan kandang isolasi ternak dengan tujuan pengobatan dan
pencegahan penyebaran suatu penyakit. Karantina bertujuan untuk mendeteksi adanya gejala
penyakit tertentu yang belum diketahui ketika proses pembelian. Kadang karantina
digunakan untuk mengisolasi ternak dari ternak yang lain dengan tujuan pengobatan dan
pencegahan penyebaran suatu penyakit (Susilawati,2010).
20
2.2.9. Sistem Pengolahan Limbah Domba
Penanganan limbah di Echo Farm masih bersifat tradisional tanpa limbah
dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk, dibawa ke perkebunan milik manajer Echo Fram.
Setelah itu, limbah cair tersebut juga dapat di ambil masyarakat setempat yang
membutuhkan untuk dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk.
21
III. METODE PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN
Aspek yang diamati selama dilokasi PPL usaha ternak ayam broiler, meliputi:
pemeliharaan ternak ayam cobb, manajemen sanitasi dan kebersihan kandang,
pemberian pakan dan minum, pemberian obat dan vitamin pemberian alas kandang
dan produksi telur.
22
3.3. Metode Mengumpulkan Data
Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan karyawan , dan juga
pengamatan langsung (observasi) ke lapangan serta praktek langsung di lapangan
bergabung bersama karyawan dalam melaksanakan tugas atau kerja rutin.
1. Observasi
Metode ini di lakukan dengan cara mencari, mengamati secara langsung dan
mencatat semua kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan ternak.
Metode observasi mencakup :
a. Manajemen Kesehatan mencakup :
Sanitasi kandang
Pencegahan penyakit dan pemberian vitamin
b. Manajemen pembuatan dan pemberian pakan mencakup :
Jenis pakan yang diberikan.
Cara pemberian pakan.
2. Interview
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan proses tanya jawab langsung dengan
pekerjaan.
3. Praktek lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara mengikuti secara langsung atau ikut ambil
kegiatan di lapangan.
4. Studi pustaka
23
Studi pustaka dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan informasi atau referensi
pendukung yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan ternak domba dengan
memanfaatkan studi pustaka yang tersedia berupa, artikel, jurnal, dan buku.
1. Objek PPL
Objek yang diamati dalam PPL di usaha ternak ayam broiler meliputi: manajemen sanitasi
dan kebersihan kandang, pemberian pakan dan minum, pemberian obat dan vitamin,
pemberian alas kandang dan produksi telur.
3.4.1.1. Waktu Kegiatan
Kegiatan dimulai dari pukul 06:00-12:00 Wib dan pukul 14:00-16:00 Wib
untuk setiap harinya di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm.
Tabel 2. Kegiatan Harian PPL di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
24
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
25
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
3. Rabu, 15 Juni 2022 12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
4. Kamis, 16 Juni 2022 07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
26
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
5. Jumat, 17 Juni 2022 08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
6. Sabtu, 18 Juni 2022 06:00-07:00
sekitaran kandang melihat ayam mati
27
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Perbaikan kandang
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Minggu, 19 Juni
7. Libur
2022
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
8. Senin, 20 Juni 2022 10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
28
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
9. Selasa, 21 Juni 2022 12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
10. Rabu, 22 Juni 2022
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
29
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
11. Kamis, 23 Juni 2022 10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
12. Jumat, 24 Juni 2022
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
30
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
13. Sabtu, 25 Juni 2022
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Minggu, 26 Juni
14. Libur
2022
Pemutaran pakan dan Keliling
15. Senin, 27 Juni 2022 06:00-07:00
sekitaran kandang melihat ayam mati
31
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
Mengecek kandang becek/ lembab
dan membersihkan kotoran becek
08:00-12:00
serta menaburkan kapur
12:00-14:00 Istrahat dan makan siang
Mengecek kandang becek/ lembab
dan membersihkan kotoran becek
14:00-16:00
serta menaburkan kapur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-10:00 Pengambilan sampel darah
Menambahkan set ratio jantan dari
10:00-12:00
16. kandang 1-5
Selasa,28 Juni 2022
12:00-14:00 Istrahat dan makan siang
Menambahkan set ratio jantan dari
14:00-16.00
kandang 1-5
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
17. Rabu, 29 Juni 2022 07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-10:00 Menaburkan racun lalat
32
10:00-11:00 Mengutip telur
11:00-11:30 Grading telur
11:30-12:30 Mengutip telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Membuat perangkap lalat
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
18. Kamis, 30 Juni 2022 12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
29. Jumat, 01 Juli 2022 07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
33
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
20. Sabtu, 02 Juli 2022 08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Acara pamitan
1. Objek PKL
Objek yang diamati dalam PKL di usaha ternak domba, meliputi; manajemen sanitasi
dan kebersihan kandang, pemberian pakan dan pemberian obat cacing.
34
2. Waktu Kegiatan
Pelaksanaan PPL dilakukan pada tanggal 31 Agustus sampai tanggal 21 September
2022. Prosedur kegiatan PPL, yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang
telah di berikan pihak perusahaan dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Kegiatan
dimulai dari pukul 08:00-12:00 Wib dan pukul 14:00-17:00 Wib untuk setiap
harinya di Echo Farm.
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler PT. charoen pokphand jaya farm
36
Pro-Vite, Bintang, Bonavite, Royal Feed, Turbo Feed dan Tiji) dan produk
pengolahan daging ayam (Golden Fiesta, Fiesta, Champ, Okey, Akumo dan Asimo).
STRUKTUR ORGANISASI
Farm Manager
37
4.1.3. Populasi Ternak Ayam Broiler
Tabel 7. Populasi ternak Ayam Broiler di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm
1. Pemanas (Heater)
Sumber air di PT. Charoen pokphand Jaya Farm Medan Unit 4 berasal dari
sumur bor yang dialirkan ke bak penampungan air yang berkapasitas 100.000 liter,
kemudian dinaikkan menggunakan motor pompa ke tandon air utama, setelah itu
dialirkan ke seluruh tendon air yang ada di tiap-tiap kandang berkapasitas 1.000 liter.
Air dari tandon kemudian ditarik oleh pompa air ke pipa nipple melalui regulator.
Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan air pada nipple agar mengalir ke semua
38
ujung nipple dengan tekanan yang sama. Dalam satu kandang terdapat 800 buah
nipple karena satu nipple diasumsikan untuk 15 ekor ayam.
4. Peralatan Tempat Pakan Jantan
Tempat pakan ayam betina menggunakan trough feeder yang djalankan secara
otomatis. Trough feeder terdiri dari box pakan utama (main hopper), box pakan
tambahan (extra hopper), tempat distribusi pakan (loop), kawat besi penutup loop
(gril ) dengan tinggi 65 mm dan lebar 48 mm, rantai loop (chain), dan motor
penggerak loop. Cara menggunakan through feeder ini yaitu pakan di berikan di
masukkan ke dalam box hopper kemudian dijalankan oleh chain secara otomatis
sehingga pakan tersebar rata sepanjang loop.
6. Peralatan Ventilasi
39
kandang fungsinya untuk menjaga kecepatan udara di dalam kandang supaya tetap
baik dan stabil.
7. Peralatan-peralatan lain
40
Closed House sebagai sebuah solusi untuk peternak agar memaksimalkan
kemampuan produksi ayam.
Kandang Ayam Closed House adalah sistem kandang tertutup yang mampu
membantu mengoptimalkan syarat lingkungan yang mencakup jendela, suhu &
kelembapan. Dengan kandang Closed House terjadi pergerakan udara yang stabil
serta taraf kelembapan udara pada pada sangkar mampu diatur sinkron menggunakan
kebutuhan ayam.
Pada kandang semi closed house di perusahaan PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm ini terbagi atas 16 kandang dengan jumlah populasi ternak ayam broiler
160.00. Sistem pemeliharan ternak ayam broiler di kandang closed house ini relatif
mudah dilaksanakan dibandingkan dengan kandang sistem open house karena
sebagian kegiatannya dilakukan secara otomatis.
Kelebihan kandang system closed house:
Suhu panas dalam kandang bisa kita reda dengan hembusan kipas yang daya
sembur lebih besar.
Pengunaan kipas lebih maksimal searah tanpa kena hembusan angin dari luar.
Mengurangi ayam heatsress sebab panas dalam kandang bisa kita keluarkan
Biaya listrik lebih mahal akibat penerangan juga kipas yang nonstop
penggunaan ketika ayam besar.
41
Kipas perlu daya sembur yang besar untuk menjangkau ruangan kandang dan
jumlah kipas lebih banyak
Amoniak lebih besar akibat sinar matahari tidak bisa masuk dalam kandang.
Hal yang dilakukan pada persiapan kandang saat chick in adalah kegiatan
sanitasi untuk pembersihan lantai, gudang, cooling pad, exhaust fan, tempat pakan
dan minum. Sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan sisa-sisa pemeliharaan
sebelumnya atau kotoran yang ada dalam kandang, kemudian menyemprotkan
insectisida ke dalam dan luar kandang (kandang dalam keadaan kosong). Masa
persiapan kandang mempunyai andil yang besar terhadap keberhasilan pemeliharaan
ayam. Saat kondisi kandang kotor, konsentrasi atau tantangan bibit penyakit dalam
kandang meningkat. Kondisi ini akan memperlebar peluang ayam terinfeksi atau
terserang penyakit. Dan kebalikannya, saat kondisi kandang bersih dan telah
didesinfeksi maka konsentrasi bibit penyakit akan menurun sehingga tantangan bibit
penyakit berkurang dan ayam aman dari infeksi atau serangan penyakit (Anonymous,
2009).
2. Persiapan Brooding
42
didiamkan minimal selama dua jam untuk memaksimalkan kontak dengan
desinfektan. PT. CPJF Medan Unit 4 menggunakan serutan kayu sebagai alas litter
karena memiliki daya serap yang tinggi dan tidak mudah lembab. Pemanas (heater)
yang digunakan Farm Medan 4 adalah pemanas otomatis. Setiap kandang
menggunakan 2 heater sampai umur 9 hari, umur 10 hari sampai umur 18 hari
memakai 1 heater. Umur 20 hari sudah tidak memakai heater. Pengaturan heater
kandang lantai atas dan lantai bawah berbeda, suhu yang diperoleh heater pada
kandang bawah lebih panas dibandingkan dengan kandang lantai atas. Suhu kandang
lantai bawah cenderung lebih dingin dibandingkan dengan suhu kandang lantai atas
yang lebih panas, karena kandang lantai atas memiliki rongga atap yang mampu
menyimpan panas dari sinar matahari. Menurut Purwanto (2006) panas didalam
rongga atap yang berasal dari sinar matahari tidak terdistribusikan, sehingga
menyebabkan panas merambat ke ruang bawah atap.
3. Pelebaran Sekat Brooding
Pemberian pakan setiap hari disesuaikan dengan nilai point feed yang telah
ditentukan oleh manager kemudian supervisor tinggal menghitung kilogram pakan
yang akan diberikan pada hari tersebut. Pakan yang digunakan pada periode grower
merupakan pakan jenis crumble. Pemberian pakan pada ternak disesuaikan dengan
umur, kesukaan terhadap pakan, dan jenis pakan (Alamsyah, 2005).
Standar pemberian pakan tergantung dari nilai point feed yang ditentukan oleh
manager farm. Supervisor farm menghitung nilai point feed yang telah ditentukan
disesuaikan dengan populasi ayam yang ada dalam kandang. Point feed adalah pakan
(dalam satuan kg) untuk 100 ekor ayam. Misalkan nilai point feed adalah 10, artinya
10 kg pakan untuk 100 ekor ayam. Penentuan point feed juga memperhatikan actual
body weight, jika body weight kurang dari standar maka point feed ditambah dan jika
body weight lebih dari standar maka point feed dikurangi. Pada pemeliharaan ayam
broiler parent stock tidak terdapat istilah FCR (Feed Convertion Ratio) karena tidak
bertujuan untuk mendapatkan body weight yang maksimal.
Program puasa mulai diterapkan pada periode grower. Tujuan dari program
puasa adalah untuk memperoleh bobot badan sesuai target dan keseragaman yang
baik pada ayam. Program puasa dilakukan dengan cara memberi pakan empat hari
dan tiga hari puasa (4/3) di minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-10, pada minggu
ke-11 sampai minggu ke-13 puasa diterapkan 5/2, pada minggu ke-14 sampai minggu
ke-18 puasa diterapkan 6/1, pada minggu 35 ke-19 pakan di berikan setiap hari
hingga seterusnya. Program puasa bertujuan untuk mendapatkan bobot ayam yang
seragam (Anonymous, 2012).
Pakan yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Medan Unit 4
adalah pakan produksi sendiri dan tidak diperjualbelikan dengan kode pakan 535
untuk pakan jantan dan 5341 untuk pakan betina.
6. Pemberian Air Minum
46
4. Bentuk dada yang baik adalah berbentuk U.
Cara mengetahui dewasa kelamin pada ayam jantan antaralain dari tingkah
laku seksualnya, jengger dan pial yang lebar dan berwarna merah, serta suara khas
pejantan yang keras. Pencampuran ayam jantan dan betina dilakukan antara minggu
ke 18 hingga ke 22. Berikut rumus pencampuran ayam betina dengan ayam jantan :
Jumlah ayam betina atau ayam jantan yang akan di campur dalam pen :
Panjang Kandang
1. Pemberian Vaksin
47
tulang, otot, dan pembuluh darah karena dapat mengakibatkan cacat fisik pada ayam
(Anonymous, 2009).
Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui tingkat titer anti bodi
ayam yang berhubungan erat dengan program vaksin inaktif yang sedang dijalankan.
Kegiatan ini dilakukan pada saat tiga minggu setelah pemberian vaksin inaktif yaitu
saat titer antibodi mencapai titer protektif. Pengambilan sampel darah untuk
pemantauan titer antibodi vaksin inaktif sebaiknya dilakukan pada tiga minggu
setelah vaksinasi sesuai dengan lama pembentukan titer antibody dimana titer
antibodi protektif baru melindungi setelah tiga minggu (Anonymous, 2008).
3. Kontrol Kandang
49
4.1.8. Sistem Penanganan Limbah
Limbah ada dua macam yaitu faeces dan bangkai, pembuangan faeces
dilakukan pada saat ayam afkir dan di ambil oleh pengepul yang telah bekerja sama
dengan perusahaan. Karena pembuangan faeces di lakukan sekali selama
pemeliharaan maka jika kondisi faeces basah dan bau mulai menyengat segera di
taburkan kapur dari atas slat, untuk menghindari kadar amoniak tinggi dan
penyakit. Jumlah ayam yang mati (bangkai) di catat dalam recording di setiap
kandang, untuk mengetahui jumlah ayam jantan dan betina yang ada dalam kandang.
Jika setiap hari ayam mati lebih dari 10 ekor dan terus bertambah pada hari
berikutnya maka di lakukan bedah bangkai oleh dokter hewan farm Medan 4.
Bangkai ditangani setiap pagi pada saat kontrol kandang dan dipastikan tidak ada
bangkai yang tertinggal dalam kandang karena bangkai memiliki potensi sumber
penyakit. Bangkai di buang ke tempat pembuangan bangkai kemudian di bakar.
STRUKTUR ORGANISASI
Echo Farm
Direktur Utama
52
4.2.5. Reproduksi Domba
Usia domba siap kawin pada betina adalah 6-8bulan, pada waktu ini domba sudah
memasuki dewasa kelamin sehingga sudah bisa di kawinkan oleh pejantan. Untuk domba
jantan di echo farm usia siap kawin adakah satu tahun sehingga jantan tersebut sudah benar
benar matang dan kuat.sehingga anak yng akan di hasilkan nantinya memuaskan.
Di Echo Farm manajemen sistem pemeliharaan ternak domba ada 2 yaitu secara intensif dan
secara semi intensif.
1. Sistem Secara Intensif
Sistem secara intensif adalah sistem pemeliharaan modern melalui aspek
perkembangan teknologi dan sains, dengan pengontrolan penuh terhadap faktor lingkungan
dengan perhitungan manajemen secara rinci dimana segala kegiatan dari ternak berada di
dalam kandang.Dimana manajemen pemeliharaan secara intensif ini kebutuhan dari tenak
domba harus sepenuhnya disediakan oleh peternak. Di Echo Farm ini kebutuhan ternak
domba selalu tersedia baik itu pakan konsentrat maupun pakan hijauan segar yang
dibutuhkan oleh ternak domba. Pemberian konsentart di pada ternak domba diberikan 2 kali
dalam sehari dan pemberian hijaun segar diberikan 1 kali 2 hari, dan pemberian air minum
dilakukan dengan menampung air di bak tempat minum ternak domba.
54
2. Sistem Secara Semi Intensif
Pemeliharaan domba secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara
pemeliharaan secara ekstensif. Jadi pada pemeliharaan domba secara semi intensif ini harus
ada kandang dan tempat penggembalaan dimana domba digembalakan pada siang hari dan
dikandangkan pada sore hari.Sistem pemeliharaan domba di Echo Farm dilakukan dengan
cara semi intensif yang dimana ternak domba digembalakan di padang penggembalaan untuk
mendapatkan pakan hijaun ternak untuk kebutuhan hidup ternak dan pada sore hari
diberikan pakan silase sebagai pakan tambahan ternak domba. Penggembalaan ini akan
dimuali pada jam 12:00 Wib sampai jam 16:00 Wib.
4.1.8. Sistem Manajemen Pakan Domba
Proses pengolahan pakan disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan kelompok
domba. Ketersediaan pakan bagi ternak harus tepat terjaga kualitas maupun kuantitasnya.
Kualitas dan kuantitas pakan yang mencukupi kebutuhan dan didukung dengan kondisi
lingkungan yang sesuai pakan ternak tersebut akan berproduksi secara optimal.
Pemberian pakan konsentrat di Echo Farm untuk ternak domba yang dipelihara
dengan sistem intensif dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi dan sore. Pemberian pakan hijauan
dilakukan 1 kali 2 hari yaitu pagi hari, dan sore hari.
Pada ternak domba yang dipelihara dengan sistem semi intensif yaitu dengan cara
digembalakan dipadang pengembalan. Pada sore hari diberikan pakan silase.
Pencegahan menjadi hal yang lebih penting daripada pengobatan penyakit. Pasalnya,
55
di samping penggunaan obat akan menambah biaya produksi juga keberhasilan pengobatan
pun tidak bisa terjamin. Beberapa langkah pencegahan yang dapat anda lakukan untuk
menjaga kesehatan domba adalah sebagai berikut:
1. Selalu menjaga kebersihan domba dan kandangnya
Domba yang diberi pakan secara intensif tentu saja akan menghasilkan kotoran yang banyak
karena pakannya mencukupi. Sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika
kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
Bersihkan kandang secara rutin untuk menghilangkan kotoran yang menempel sehingga
tubuh domba tidak mudah menjadi tempat kutu, lalat, dan lain-lain.
56
1. Cacingan (haemonchosis)
Cacingan adalah penyakit yang sering menyerang hewan ternak. Gejala klinis
yang dapat diamati pada domba yang terinfeksi cacingan yaitu:
diare
mata berair
Tidak mengkilap
2. Penyakit cancingan
Penyebab : Virus
Sanitasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan
ternak domba melalui serangkaian kegiatan kebersihan. Melakukan sanitasi yang baik dan
benar secara berkala, meminimalisir kejadian penyakit pada ternak domba baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun mikroorganisme pencemar.
Adapun rangkaian kegiatan kebersihan (sanitasi) yang dapat kita lakukansetiap hari
yaitu :
57
a) Selalu membersihkan peralatan yang telah digunakan
Kadang karangtina digunakan kandang khusus mengisolasi ternak dari ternak yang
lain dengan tujuan pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit. Kandang
karangtina letaknya terpisah dari kandang yang lain..
3. Melakukan vaksinasi
Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan
prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh, sehingga tubuh dapat
menahan serangan penyakit. aksinasi dilakukan dengan tujuan untuk memicu respon tubuh ternak,
dengan memasukkan agen penyebab penyakit dengan dosis tertentu, yang diharapkan mampu
merangsang reaksi kekebalan yang akan meningkatkan sistem kekebalan hewan/ternak untuk
bereaksi secara cepat dan efektif terhadap penyakit yang mungkin menyerang ternak di lapangan.
Vaksinasi dirancang untuk mencegah penyakit yang akan datang dan tidak berarti mencegah
terjadinya infeksi.
58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang penulis ambil dalam uraian ternak domba diatas
adalah sebagai berikut:
1. Hal paling utama yang sangat diperhatikan dalam pemeliharaan domba
adalah manajemen pakannya, manajemen kesehatan dan keberisihan kandang.
2. Usaha domba pedaging merupakan suatu usaha yang paling prospek untuk
memenuhi kebutuhan protein manusia.
3. Manajemen pakan dan mepeliharaan yang baik merupakan inti dari proses
produksi.
5.2. Saran
Adapun saran yang penulis tunjukkan untuk Echo Farm adalah sebagaiberikut:
1. Agar kebutuhan logistik dan perlatan dapat dilengkapi dan di penuhi untuk
mempermudah kegiatan di perusahaan.
2. Meningkatkan dan memperketat biosecurity kandang, agar ternak terhimdar
dari berbagai penyakit terutama penyakit menular
59
5.2.2. Ternak Ayam Broiler
2. Agar ternak yang mati sebaiknya di kumpulkan dan dibuang supaya tidak
mendatangkan lalat sebagai pembawa penyakit.
3. Penggunaan obat dan vitamin agar dilakukan sesuai dengan dosis dan
kebutuhan ternak ayam broiler.
4. Agar penambahan sekam alas kandang dapat diberikan secara teratur
sehingga tidak menyebabkan ammonia naik dan lantai kandang tidak
kotor.
60
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal
Peternakan. Jakarta.
Afrawati A., Z. saam dan S. Tarumun,. 2014. Analisa Budaya Perkandangan: Sistem
Beternak Domba pedaging Berkelanjutan di Kecamatan Kirante dan singingi
KabupatenKuantan Singin
Alamsyah. 2005. Teknik Meramu Pakan Ayam dan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Amrullah, Ibnu Katsir. 2004. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi.
Bogor
Anonymous. 2005. Barang yang Dihasilkan Industri Besar dan Sedang di Jawa Timur
2002. BPS Prop. Jawa Timur.
61
etawa.html, Diakses tanggal 2 Oktober 2013.
Anonymous.2012.TataLaksanaPenetasan.http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/05/t
ata-laksana penetasan.html
Aziz, F.A. 2009. Analisis Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler Studi Kasus
Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor.
Skripsi Sarjana Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Dahlan dan Hudi, 2011 Dahlan, M, dan Hudi, N.2011. Studi Manajemen
Perkandangan Ayam Broiler diDusun Wangket Desa Kaliwates kecamatan
Kembang Bahu Kabupaten Lamongan: Jurnal Ternak, 2(1): 11-13.
Daud, M. 2005. Peforman ayam pedaging yang diberi probiotik dan prebiotic dalam
ransum. Jurnal Ilmu Ternak 5(2): 75-79.
Lacy, M. and L. R. Vest. 2000. Improving Feed Convertion in Broiler: A Guide for
Growers. Springer Science and Business Media Inc, New York.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
62
Nova K. 2008. Pengaruh Perbedaan Persentase Pemberian Ransum Antara Siang Dan
Malam Hari Terhadap Performans Broiler Strain CP 707. J Anim. Sci. 10(2):
117-121.
Nurdana, F., M. Makin dan A. Firman. 2015. Hubungan antara penerapan good dairy
farming practice dengan tingkat pendapatan peternak pada peternakan rakyat.
J. Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 4 (3) : 29-63.
63
Rusianto N. 2008. Manajemen Berternak Ayam Petelur. Tinjo Grup. Surabaya.
Sinurat, A. P. 2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras dan Itik. Pelatihan Proyek
Pengembangan Agribisnis Peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni
2000.
Sudaro, Y. dan A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sudaryani, T. dan Santoso. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng Y.B. 1998. Beternak Domba Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Sugeng, Y. B. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Hernowo, B. 2006.
Prospek Pengembangan Usaha Peternakan domba Potong di Kecamatan
Surade Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi
Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
64
Sutrisno, (2013) Sutrisno, Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan
Kelima. Yogyakarta: Prenada Media
Sutrisno, Betha. 2013. Tabel Nilai Nutrisi Bahan Pakan. http:// bumiternak-
betha.blogspot.com /2013 /04/ tabel-nilai-nutrisi-bahan-pakan.html. Diunduh
pada tanggal 16 Desember 2013.
Tamalludin, F. 2012. Ayam broiler 22 hari panen lebih untung: Penebar Swadaya,
Jakarta.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where do
we go. Prosiding 11th International Congress of the World Poultry
Association.
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan kandang PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm
Pengutipan Telur
66
Proses Grading Telur
Pemberian Pakan
67
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan kandang Echo Farm.
68
Mixer kosentrat
69