Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

KOMODITI TERNAK MONOGASTRIK DAN POLYGASTRIK

Oleh :

NAMA : DATTA SURA SURANTA PELAWI

NPM : 19400018

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2022
LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
KOMODITI TERNAK MONOGASTRIK DAN POLYGASTRIK

Oleh :

NAMA : DATTA SURA SURANTA PELAWI

NPM : 19400018

Menyetujui :
Pembimbing PPL,

Dr. Parsaoran Silalahi, S. Pt, M. Si


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi
Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga pelaksanaan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan
(PKL) di PT. Cahroen Pokhpand Jaya Farm dan di Echo Farm dapat terlaksana dengan baik
dan lancar sesuai dengan jadwal yang terencanakan dan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Adapun penyusunan laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara
lengkap mengenai kegiatan PKL yang telah dilaksanakan di PT. Charoen Pokhpand Jaya
Farm dan di Echo Farm.
Dalam penyelesaian laporan ini, banyak motivasi dan bantuan yang saya terima untuk
menyelesaikan laporan PKL ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis `mengucapakan
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS, selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas
HKBP Nommensen Medan.
2. Bpk Dr. Parsaoran Silalahi, S. Pt, M. Si. selaku Dosen pembimbing PKL.
3. Bpk Lukas Ginting, S.Pt, selaku Manager perusahaan PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm
yang telah menerima kami melaksanakan kegiatan PKL.
4. Bpk Heri Sitepu, selaku Manager Echo Farm yang telah menerima kami melaksanakan
kegiatan PKL
5. Toho Natal Hutabarat, S.Pt, selaku Supervisor lapangan di PT. Charoen Pokhpand Jaya
Farm. Seluruh pimpinan dan karyawan ECHO Farm dan PT. Charoen Pokhpand Jaya
Farm, yang telah memberikan ilmu dan dorongan semangat kepada penulis.
6. Kepada Orang tua dan saudara-saudari saya yang telah memberikan doa, dukungan dan
semangat untuk menjalankan PKL.
7. Seluruh teman PKL yang selalu memberikan dukungan dan semangat selama
menjalankan kegiatan PKL.

i
Dalam penulisan laporan PKL ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Akhir kata dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih.

Berastagi , September
2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan Praktek Pengalaman Lapangan (PKL) .................................. 2
1.3. Kegunaan Praktek Pengalaman Lapangan (PKL).............................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Ternak Ayam Broiler ........................................................................ 3
2.1.1. Taksonomi Ayam Broiler....................................................... 4
2.1.2. Ransum Ayam Broiler ........................................................... 5
2.1.3. Pemberian Air Minum ........................................................... 5
2.1.4. Karakteristik Produksi Ayam Broiler ..................................... 6
2.1.5. Sistem Pemeliharaan Ayam Broiler........................................ 8
2.1.6. Sistem Perkandangan Ayam Broiler ....................................... 10
2.1.7. Sistem Penanganan Kesehatan Ayam Broiler ......................... 10
2.1.8. Sistem Pengolahan Limbah Ayam Broiler.............................. 11

2.2.Ternak Domba .................................................................................. 12


2.2.1. Taksonomi Domba ................................................................ 12
2.2.2. Ransum Domba .................................................................... 15
2.2.3. Pemberian Air Minum ........................................................... 16
2.2.4. Karakteristik Produksi Domba ............................................. 17
2.2.5. Sistem Pemeliharaan Domba ................................................ 18
2.2.6. Sistem Perkandangan Domba ................................................ 18
2.2.7. Pertumbuhan Pasca Sapih ...................................................... 19
2.2.8. Sistem Penanganan Kesehatan Domba .................................. 20

iii
2.2.9. Sistem Pengolahan Limbah Domba Pedaging ........................ 21

III. METODE PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN


3.1. Waktu dan Tempat PKL ................................................................... 22
3.1.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler ............................................. 22
3.1.2. Komoditi Ternak Domba ....................................................... 22
3.2. Aspek yang Diamati ......................................................................... 22
3.2.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler ............................................. 22
3.2.2. Komuditi Ternak Domba ...................................................... 22
3.3. Metode Mengumpulkan Data ........................................................... 23
3.3.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler ............................................. 23
3.3.2. Komuditi Ternak Domba Pedaging ........................................ 23
3.4. Jadwal dan Materi Kegiatan ............................................................. 23
3.4.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler ............................................. 23
3.4.2. Komuditi Ternak Domba Pedaging ........................................ 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Usaha Peternakan Ayam Broiler PT. Charoen Pokphand Jaya Farm .. 36


4.1.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ 36
4.1.2. Struktur dan Organisasi Perusahaan ....................................... 37
4.1.3. Populasi Ayam Broiler ........................................................... 38
4.1.4. Peralatan dan Sarana Pendukung............................................ 38
4.1.5. Produksi Ayam Broiler .......................................................... 40
4.1.6. Sistem tata Laksana Pemeliharaan ......................................... 42
4.1.7. Sistem Penanganan Kesehatan Ayam Broiler ......................... 47
4.1.8. Sistem Penanganan Limbah Ayam Broiler ............................. 50

iv
4.2. Usaha Peternakan Domba pedaging ECHO Farm ............................. 50
4.2.1. Sejarah Perusahaan ................................................................ 50
4.2.2. Struktur dan Organisasi Perusahaan ....................................... 51
4.2.3. Populasi Domba Pedaging .................................................... 51
4.2.4. Peralatan dan Sarana Pendukung............................................ 52
4.2.5. Reproduksi Domba ............................................................... 53
4.2.6. Sistem Perkandangan Domba ................................................ 53
4.2.7. Sistem Pemeliharaan Domba Pedaging .................................. 54
4.2.8. Sistem Manajemen Pakan dan Air Minum Domba ................. 55
4.2.9. Sistem Penanganan Kesehatan Domba Pedaging.................... 56
4.2.10. Sistem Penanganan Limbah Domba Pedaging ........................ 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 59
5.2. Saran ............................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 61


LAMPIRAN ................................................................................................. 66

v
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


1. Kegiatan Harian PKL di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm ................... 35
2. Kegiatan Harian PKL di Echo Farm ....................................................... 24
3. Populasi Ternak Domba di Echo Farm ................................................... 38
4. Jenis, Jumlah dan Fungsi Peralatan di Echo Farm .................................. 52
5. Populasi Ternak Ayam Broiler di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm ..... 51

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang penting
karena salah satu tujuan pembangunan peternakan nasional adalah peningkatan sumber daya
manusia secara berkelanjutan melalui perbaikan gizi untuk mewujudkan keluarga mandiri
sadar gizi, sebagai dasar pembentukan manusia Indonesia di masa depan.
Selain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tujuan pembanguan
peternakan adalah untuk meningkatkan lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan
peternak, pelestarian lingkungan hidup dan menambah devisa negara. Permintaan akan
daging, dan produk ternak lainnya terus meningkat, berkaitan dengan peningkatan jumlah
penduduk dan pendapatan masyarakat serta kesadaran gizi.
Ternak domba adalah jenis ternak ruminansia kecil yang mempunyai potensi
tinggi dalam penyediaan daging dan merupakan ternak asli daerah panas dan lembab.
Dalam usaha ternak domba, ada berbagai cara pemilihaaan bibit tempat
berproduksi atau kandang cara pemberian pakan dan cara pencegahan penyakit serfta tata
laksana pemeliharaan.
Karena kemampuan menghasilkan daging yang lebih tinggi. Domba merupakan
salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat,
karena daging bernilai gizi tinggi dan mempunyai komposisi gizi yang lengkap dengan
perbandingan gizi yang sempurna, sehiingga mempunyai nilai yang sangat startegis. Daging
sebagai salah satu sumber protein hewani yang di butuhkan oleh generasi muda terutama
usia sekolah. perkembangan domba perlu mendapat pembinaan yang ketat untuk mengatasi
permasalahan diatas, perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
mempersiapkan para mahasiswa sebagai tenaga kerja yang terampil dan menyelesaikan
masalah peternakan, dimana Fakultas Ternakan menjalin hubungan kerjasama pada
perusahaan-perusahaan peternakan untuk mengikuti Pelatihan dan Program Praktek
Lapangan (PKL).

1
Program Praktek Lapangan (PKL) di PT. Cahroen Pokhpand Jaya Farm dan
Echo Farm adalah keterampilan teknis, sistem pemiliharaan dan pengkaji aspek
keterpaduan usaha dengan lingkungan sekitar Melalui Program Praktek Lapangan
(PKL) ini diharapkan mahasiswa mampu mengevaluasi secara langsung ilmu dan
penerapan teknologi yang diproleh selama perkuliahan.

1.2 Tujuan Program Praktek Lapangan (PPL)

Tujuan dilaksanakanya Program Praktek Lapangan adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam manajemen usaha


peternakan untuk komoditi ternak Domba (poligastrik) dan ternak ayam broiler
(monogastrik).
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam
manajemen usaha peternakan modern untuk komoditi ternak domba dan ternak
ayam boriler.

1.3 Kegunaan Program Praktek Lapangan(PPL)

1. Mahasiswa memproleh pengalaman nyata tentang proses pengelolaan usaha


Peternakan domba dan peternakan ayam broiler
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi dalam diri mahasiswa untuk
meningkatkan kompotensinya dalam menghadapi persaingan dunia kerja.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak Ayam Broiler

Ayam Broiler berasal dari ayam hutan liar yang didomestikasi sekitar 8000
tahun yang lalu. Sejarah mencatat domestikasi ayam hutan liar ini pertama kali
dilakukan di Asia. Domestikasi berlanjut budidaya ayam dimulai pada abad 19 dan
dilakukan secara bertahap menuju sistem modern. Keuntungan dari pemeliharaan
ayam broiler adalah menghasilkan daging dalam waktu yang relatif singkat. Serta
pemeliharaannya hanya membutukan lahan yang relatif sempit. Usaha yang
diusahakan secara intensif akan meningkatkan populasi ternak dan produksi daging
(Dahlan dan Hudi, 2011).
Broiler atau ayam ras pedaging merupakan hasil persilangan dan seleksi
selama bertahun-tahun dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki performa terbaik.
Broiler mampu memproduksi daging dalam waktu yang singkat dengan konversi
ransum rendah. Strain ayam broiler yang ada di Indonesia antara lain Cobb,
Lohmann, Ross dan Hubbard. Namun, ada juga strain seperti Isa Vedette, Arbor dan
Acres yang tidak dijual di Indonesia (Tamalludin, 2012).

3
2.1.1. Taksonomi Ayam Broiler

Menurut Rasyaf (2007), ayam broiler mempunyai klasifikasi taksonomi


sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Divisi : Carinathae
Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Family : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus gallus domesticus

Parent stock strain Cobb 500

Strain Cobb 500 merupakan salah satu strain broiler yang ada di Indonesia
yang memiliki titik tekan pada perbaikan feed consumption rate (FCR),
pengembangan genetik diarahkan pada pembentukan daging dada, mudah beradaptasi
dengan lingkungan tropis (heat stress) serta produksinya yang efisien yaitu bobot
badan 1,8 – 2 kg dengan FCR 1,65. Saat ini bibit Cobb 500 digunakan untuk produksi
broiler lebih dari 60 negara (Anonimous, 2006).
Breeder Cobb Vantress, inc. (2008) dalam Sutrisno, (2013) melaporkan bahwa
strain Cobb 500 mulai bertelur pada umur 24 minggu dengan HDP 5%. Pada awal
masa produksi terjadi kenaikan produksi telur secara signifikan hingga mencapai
puncak produksi (peak production).

4
2.1.2. Ransum Ayam Broiler

Ransum adalah campuran dari beberapa bahan pakan yang diberikan kepada
ternak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama 24 jam. Ransum merupakan faktor
yang penting di alam suatu usaha peternakan, karena ransum berpengaruh langsung
terhadap produksi ternak (Sinurat, 2000). Rasyaf (2007) menyatakan bahwa ransum
adalah campuran bahan-bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat pakan yang
seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat berarti zat makanan tidak berlebihan dan
tidak kurang. Ransum yang digunakan haruslah mengandung protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien
yang diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok,
produksi maupun reproduksi (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Ransum merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembagan yang maksimal, sehingga dalam penyusunan ransum
harus memperhatikan hasil akhir dari penyusunan ransum tersebut. Ayam
mengurangi komsumsinya apabila kandungan energi ransum tinggi dan menaikkan
konsumsinya apabila kandungan energi ransum rendah (Amrullah, 2004). Nutrisi
yang dikonsumsi berfungsi sebagai pemeliharaan kesehatan, diantaranya untuk
menjaga integritas yang lebih baik dan jaringan tubuh, untuk meningkatkan produksi,
meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit, dan untuk kemampuan
meningkatkan kemampuan menggantikan darah (Nova, 2008).
Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam broiler adalah untuk
menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan dan
penggemukan. Prinsip penyusunan ransum ayam adalah membuat ransum dengan
kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ayam fase tertentu. Pemberian ransum
untuk ayam pedaging atau petelur harus disesuaikan dengan tujuan dari fase
perkembanganya.
2.1.3. Pemberian Air Minum

Air merupakan salah satu sumber nutrisi yang dibutuhkan makhluk hidup,
tak terkecuali bagi ayam ross. Kebutuhan air untuk konsumsi broiler yaitu sebesar
60 – 70 %, sedangkan sisanya adalah kebutuhan akan zat kasar yang terpenuhi dari
pakan. Pemberian ar minum dilakukan secara terus menerus atau adlibitum dengan
5
tujuan agar ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga produksi daging dapat
optimal Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa air harus selalu tersedia
dan sangat baik disediakan dari kran-kran otomatis. Konsumsi air pada ayam
biasanya dua kali lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi makanya. Ayam
akan mampu hidup lebih lama tanpa makanan dibandingkan tanpa air (Rizal, 2006).
Fungsi air bagi tubuh ross antara lain saat transportasi darah untuk
mengedarkan sari-sari makanan baik zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme dalam
tubuh, sebab mengandung molekul hidrogen dan oksigen. Secara biologis, air
berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ross. Air juga
membantu mempermudah proses pencernaan dan penyerapan nutrisi, respirasi,
membantu pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf maupun melumasi
persendian.

2.1.4. Karakteristik Produksi Ayam Broiler

1. Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak yang
digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut.
Menurut Suprijatna dan Kartasudjana (2008), ayam mengkonsumsi ransum untuk
memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi ayam akan
terus makan.

Faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah kandungan energi


dalam pakan dan keadaan suhu lingkungan. Pakan dengan energi metabolis yang
lebih rendah akan memacu ayam pedaging untuk mengkonsumsi pakan tambahan
untuk memenuhi kebutuhan energi. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi pakan
pada ayam pedaging adalah bobot badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman,
aktivitas ternak, kandungan energi dalam pakan dan suhu lingkungan. Selain itu,
bertambahnya umur dan bobot badan selama periode pertumbuhan, konsumsi akan
terus meningkat sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan zat makanan untuk
hidup pokok dan pertumbuhan.

6
2. Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan adalah selisih dari bobot badan akhir (panen)
dengan bobot badan awal pada saat tertentu. Menurut Anonimous (2006)
pertambahan bobot badan ayam broiler pada umur 1-5 minggu secara berturut-turut
yaitu 19,10 gram/ekor, 44,40 gram/ekor, 63,70 gram/ekor, 76,40 gram/ekor, 83,10
gram/ekor. Menurut Wahyu (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
adalah jenis kelamin, energi metabolisme ransum, kandungan protein ransum, dan
lingkungan.

3. Konversi Ransum

Konversi Ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang habis dikonsumsi


dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Lacy dan Vest (2000), semakin tinggi konversi pakan menunjukkan semakin
banyak pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan per satuan berat,
sebaliknya jika semakin rendah angka konversi pakan berarti kualitas pakan semakin
baik untuk menghasilkan bobot badan.

7
2.1.5. Pemeliharaan Masa Layer

Masa layer merupakan masa pemeliharaan saat ayam berumur 24 atau 25


minggu dan sudah mulai menghasilkan telur. Pada masa ini banyak hal yang harus
diperhatikan agar tercapainya produksi telur yang maksimal yang biasa disebut
dengan produksi puncak. Hal yang paling penting diperhatikan pada masa layer
antara lain :

1. Kebutuhan ruang

Kebutuhan ruang pada masa layer sama dengan masa grower. Setiap 1 m²
ruang bisa diisi sebanyak 6-8 ekor ayam. Sudaryani dan Santosa, (2003) menyatakan
bahwa, untuk ayam pembibit broiler 1/3 litter dan 2/3 slat membutuhkan ruangan
0,19 m (mini) dan 0,23 m (normal).

2. Pemberian pakan dan minum

Pemberian pakan pada fase layer dibutuhkan sebagian besar untuk produksi
telur. Untuk itu ayam harus mendapat pakan dalam jumlah yang cukup, karena
apabila kekurangan walaupun dalam jumlah yang sedikit maka produksi akan
menurun. Kebutuhan pakan untuk ayam tergantung pada strain, umur, besar ayam,
aktivitas, suhu lingkungan, kecepatan tumbuh, kesehatan dan imbangan zat pakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan reproduksi (Mulyantini, 2010).
Pemberian minum juga sangat penting pada masa ini dalam pembentukan
telur. Pada fase layer jumlah air minum yang dibutuhkan 2 kali lipat dari jumlah
pakan yang diberikan (Sutrisno, 2013).

3. Kontrol berat badan dan keseragaman (uniformity)

Untuk mendapatkan produksi yang baik, perlu dilakukan pengontrolan berat


badan dan keseragaman ayam. Hal ini dapat dilakukan dengan penimbangan body
8
weight setiap minggu. Penimbangan dilakukan dengan cara pengambilan
sampel.secara acak disetiap sudut. Keseragaman diukur ±10% dari rata-rata berat
populasi(Sudaryani dan Santosa, 2003).

4. Pencahayaan

Program pencahayaan pada masa layer diberikan selama 13-14 jam per hari.
Pencahayaan bisa sebagian dari cahaya matahari secara langsung dan sebagian lagi
dari cahaya lampu atau cahaya buatan. Warna cahaya berpengaruh pada produksi
ayam. Warna yang mempengaruhi reproduksi adalah warna cahaya 22 merah atau
orange, sedangkan cahaya biru mempengaruhi pertumbuhan (Setyono, 2013).
Cahaya masuk melalui mata, kemudian sampai ke otak untuk merangsang
kelenjar pituitary dan memaksanya untuk mensekresikankan hormon FSH yang
meningkat jumlahnya sehingga mengaktifkan ovarium untuk menghasilkan produksi
(Suprijatna, dkk, 2008). Ayam sangat peka terhadap lama pencahayaan dan intensitas
cahaya.

5. Produksi Telur (Egg Production)

Produksi telur adalah banyaknya telur yang dihasilkan oleh setiap kandang
yang dihitung dalam Hen Day Production (HDP). Total jumlah telur yang dihasilkan
dibagi dengan jumlah betina yang hidup pada hari tersebut, data perhari selama 7 hari
kemudian dikalkulasikan untuk mencari produksi telur mingguan (Sudaryani dan
Santosa, 2003).
Breeder farm merupakan faktor kunci dalam rangka menghasilkan telur tetas
yang berkualitas baik dan fertilitas yang tinggi untuk menghasilkan anak ayam
sebagai bibit pedaging maupun petelur. Telur tetas (Hatching Egg) merupakan telur
fertil atau telah dibuahi yang dihasilkan dari peternakan ayam pembibit, bukan dari
ayam petelur komersial, yang digunakan untuk ditetaskan. Fertilitas merupakan
persentase telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu penetasan
(Suprijatna, 2008).

9
6. Puncak Produksi

Produksi telur diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 3 hari


berturut-turut persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi 23
(Rahayu, dkk, 2011). Cobb, (2008) dalam Sutrisno, (2013) menambahkan bahwa
puncak produksi adalah saat dimana produksi telur sudah mencapai maksimal dan
tidak terjadi kenaikan produksi berlangsung selama 2-3 minggu berturut-turut.
Standar puncak produksi untuk strain Ross 308 yaitu 86% dan strain Cobb 500 yaitu
83% (PT. Charoen Pokphand Jaya Farm 3 Pekanbaru, 2015).
Sesuai dengan pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi,
sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan
dalam jangka waktu cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur).
Laju penurunan produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu.

2.1.6. Sistem Perkandangan Ayam Broiler

Suatu peternakan yang dikelola dengan tata laksana pemeliharaan yang baik
memerluhkan sarana fisik sebagai penunjang atau kelengkapan, selain bangunan
kandang. Sarana fisik diantaranya terdapat gudang pakan dan jalan, perkandangan
adalah segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun
prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan
(Rianto dan Purbowati, 2009).
Kandang termasuk peralatannya merupakan salah satu sarana fundamental
yang secara langsung turut serta menentukan sukses tidaknya suatu usaha peternakan.
Oleh karena itu kondisi kandang harus selalu diperhatikan dengan baik yang mengacu
pada prinsip ideal yang senangtiasa memberi perhatian pada temperatur lingkungan,
kelembaban udara dan sirkulasi atau pertukaran udara (Priyatno, 2002).

2.1.7. Sistem Penanganan Kesehatan Ayam Broiler

Broiler merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan sebagai sumber


pemenuhan kebutuhan protein hewani, serta dapat menghasilkan daging yang cepat
10
dibandingkan dengan unggas lainya. Broiler memiliki kelemahan yaitu rentan
terhadap serangan penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus, bahkan
dapat menyebabkan kematian broiler (Saputo, et al., 2012).
Salah satu cara untuk pencegahan penyakit yang disebabkan oleh virus dapat
dilakukan dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan proses memasukkan
mikroorganisme penyebab penyakit yang telah dilemahkan ke dalam tubuh hewan.
Penyakit yang dimasukan dalam tubuh ternak ini, tidak akan menimbulkan penyakit,
melainkan dapat merangsang pembentukan zat-zat kekebalan (antibodi) terhadap
agen penyakit tersebut Vaksin merupakan salah satu cara pengendalian penyakit
menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika memberikan vaksin, yaitu ayam yang divaksinkan harus dalam
keadaan sehat, dosis harus tepat, vaksin masih terkemas dengan baik, dan
menggunakan alat–alat yang steril atau bersih (Kartasudjana, 2006).

2.1.8. Sistem Pengolahan Limbah Ayam Broiler

Limbah ternak atau peternakan adalah semua yang berasal dari ternak atau
peternakan baik bahan padat maupun cair, yang belum di manfaatkan dengan baik.
Adapun yang termasuk dalam limbah ternak adalah tinja atau feses dan air kencing
atau urin. Limbah ternak sangat banyak mengandung nutrien yang penting bagi tanah,
pupuk yang dihasilkan dari berbagai feses ternak pun menghasilkan nutrien seperti
fosfor dan kalium yang tinggi.
Pada peternakan ayam, salah satu limbah ekonomis adalah kotoran ternak
yang secara praktis bisa digunakan untuk pupuk tanaman. Namun belakangan ini,
mulai dikembangkan teknologi yang berfungsi meningkatkan nilai ekonomis.
Kotoran ternak bisa diproses menjadi produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
Dari kotoran ayam, ada beberapa produk yang bisa diperoleh, yaitu gas bio, pupuk
padat, dan pupuk cair.

11
2.2. Ternak Domba

Domba dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia,

Phylum : Chordata

Class : Mammalia

Ordo : Artiodatctyla

Famili : boviade

Upafamili : Bovinae

Genus : Ovis

Spesies : O. aries

Menurut Tomaszewska et al. (1993), ternak domba mempunyai beberapa


keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, yaitu cepat berkembangbiak, dapat
beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali dalam setahun, berjalan
dengan jarak yang lebih dekat saat digembalakan sehingga mudah dalam pemberian
pakan, pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan
merasa tajam sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan, sumber pupuk kandang
dan sebagai sumber keuangan untuk membeli keperluan peternak.

2.2.1. Taksonomi dan Bangsa Domba Pedaging

Ternak domba lokal mempunyai posisi yang strategis di masyarakat karena


mempunyai fungsi ekonomis, sosisial dan budaya, merupakan sumber genetik yang
khas untuk digunakan dalam perbaikan bangsa domba lokal maupun dengan domba

12
impor. Domba Indonesia umumnya berekor tipis, namun ada pula yang berekor
gemuk seperti domba Donggala dan domba-domba yang berada di daerah Jawa
Timur. Menurut Mulyaningsih (1990) domba di Indonesia dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu Domba Ekor Tipis (javanesa thin tailed), Domba Priangan (pringan
of west java) dikenal juga dengan Domba Garut, dan Domba Ekor Gemuk (javanesa
fat tailed) sedangkan menurut Bradfrod dan Inounu (1996) hanya dikelompokkan ke
dalam dua kelompok yaitu Domba Ekor Tipis (DET) dan Domba Ekor Gemuk
(DEG).
DET merupakan domba berukuran tubuh kecil sehingga disebut Domba Kacang atau
Domba Jawa, memiliki ekor relatif kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih,
kadangkadang ada warna lain, misalnya belang-belang hitam di sekitar mata, hidung
atau bagian lainnya, domba betina umumnya tidak bertanduk, sedangkan domba
jantan bertanduk kecil dan melingkar. Bobot badan DET jantan di Jonggol umur 2-3
tahun adalah 34,90 kg dan betina sebesar 26,11 kg serta ukuran tinggi pundak pada
jantan 55,66 cm dan betina 57,87 cm (Einstiana, 2006).
DEG banyak ditemukan di Jawa Timur dan Madura, serta pulau-pulau di Nusa
Tenggara dan Sulawesi Tengah (Domba Donggala). Karakteristik DEG adalah ekor
yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor yang membesar merupakan
timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil tidak berlemak. Warna bulu
putih, tidak bertanduk, bulu wolnya kasar. Bentuk tubuh DEG lebih besar dari pada
DET. Domba ini merupakan domba tipe pedaging, berat jantan dewasa antara 30 - 50
kg, sedangkan berat badan betina dewasa 25 - 35 kg. Tinggi badan pada jantan
dewasa antara 60 - 65 cm sedangkan pada betina dewasa 52 - 60 cm (Malewa, 2007).

Domba asli Indonesia disebut dengan bangsa domba lokal. Ternak domba
lokal memiliki beberapa keunggulan dan nilai ekonomis yang beragam
diantaranya :
 Daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan (termasuk
terhadap pakan yang sangat jelek),
 Menyukai hidup berkoloni sehingga memudahkan pengawasan,
 Memiliki kemampuan reproduksi yang relatif tinggi,

13
 Produk sampingan berupa kulit, bulu, tulang, dan kotoran ternak yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri.
 Populasi ternak domba cenderung mengalami peningkatan yang cukup
tinggi (15,9 persen) yang merupakan ternak unggulan setelah kerbau
(Abidin dan Sodiq, 2002).

Adapun jenis domba yang saat ini di pelihara di kandang Echo Farm adalah:
1. Domba Dorper
Merupakan jenis bangsa komposit yang berasal dari Afrika selatan hasil dari
persilangan Domba Persia berkepala hitam (Black- Headed Persia dengan Domba
Dorser Hom). Domba ini merupakan salah satu jenis domba tak bertanduk yang
paling subur dengan badan yang Panjang, bulat, dan dalam serta perpaduan rambut
bulu dan rambut wol tpis dan pendek.
1. Domba Garut
Domba garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli
Indonesia, domba Merino dari Asia kecil dan domba ekor gemuk dari Afrika. Domba
garut jantan dapat memiliki berat sekitar 60-80 kg bahkan ada yang mencapai lebih
dari 100 kg.
2. Domba Ekor Gemuk
Domba ekor gemuk (DEG), domba ini banyak ditemui di daerah jawa timur,
Madura, Sulawesi dan Lombok, ciri khas dari domba ini adalah bentuk ekor panjang,
lebar, besar dan semakin keujung semakin kecil. Ciri lain dari DEG adalah :
Domba jantan dan betina tidak mempunyai tanduk, Sebagian besar domba
berwarna putih, tetapi ada beberapa pada anaknya yang berwarna hitam atau
kecoklatan, domba jantan mampu mencapai berat sekitar 50-70 kg, sedangkan berat
domba betina sekitar 25-40 kg (Mulyono, 2002).
Menurut sumarna (2017) spesifikasi Domba ekor gemuk adalah berukuran
sedikit. lebih besar dibandingkan dengan domba lokal, memiliki pola warna tubuh
putih, wool kasar tetapi rapi, kepala ringan dengan bentuk muka melengkung
(contaf), tipe telinga kecil dengan arah menyamping dan mendatar, kebanyakan DEG
tidak bertanduk dan hanya sedikit yang memiliki tanduk kecil sedangkan betinanya
tidak bertanduk memiliki ukuran ekor yang tebal dan lebar.
14
3. Domba Ekor Tipis
Domba ekor tipis ( domba lokal ), merupakan domba asli Indonesia. Sekitar
80 persen populasinya berada di Jawa Tengah (Mulyono, 2003). Domba ini mampu
hidup di daerah gersang dan tumbuh kecil sehingga disebut domba kacang atau
domba jawa. Ciri lain dari domba ini antara lain :
Ekor relative kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih terkadang ada warna lain
seperti belang-belang hitam di sekitar mata, hidung, atau bagian lainnya. Domba
jantan bertanduk kecil sementara domba betina umumnya tidak bertanduk, berat
badan domba jantan dewasa berkisar 30-40 kg, dan berat badan domba betina dewasa
sekitar 15-20 kg. tubuh domba ini berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun
sedikit.

2.2.2. Karakteristik Produksi Ternak Domba


Usaha penggemukan adalah usaha pembesaran anak domba lepas sapih (bakalan)
secara intensif (dikandang dan pemberian pakan protein tinggi) dalam 3-4 bulan untuk
memperoleh pertumbuhan yang cepat sehingga diperoleh domba hasil penggemukan dengan
karkas yang berkualitas. Program ini yang banyak dilakukan oleh para peternak saat ini.
Program penggemukan relative lebih simple jika dibandingkan dengan program produksi.
Program ini ditekankan pada upaya peningkatan bobot tubuh ternak dengan bakalan yang
sengaja didatangkan dari luar peternakan. Beberapa keunggulan dari program ini adalah:
 Hasil yang cepat, karena program ini tidak menangani reproduksi maka dengan
usaha ini pendapatan sudah dapat dihitung pada waktu kurang lebih tiga bulan, sesuai
dengan lam waktu yang diperlukan untuk penggemukan.
 Modal relative kecil, modal yang diperlukan pada usaha ini tidak sebesar dari
program reproduksi, karena pada program ini tidak diperlukan upaya membeli ternak
unggul yang dijadikan sebagai bibit, selain itu tidak dikeluarkan biaya untuk
pemeliharaan ternak yang bunting dan menyusuhi.
 Lahan yang sedikit, karena dalam usaha ini ternak domba dikandangkan secara
intensif dengan floor space yang sangat efisien untuk meningkatkan bobot tubuh

15
ternak dari bakalan yang sudah didapatkan, sehingga penggunaan lahan untuk
peternakan ini relative tidak luas.
 Teknologi yang sederhana, program penggemukan relatif tidak memelurkan keahlian
teknologi yang tinggi. Program ini dapat dipelajari relatif lebih cepat, berbeda
dengan program reproduksi yang harus menguasai keahlian dalam seleksi serta
pemuliaan.
Namun demikian, terdapat kelemahan pada program usaha penggemukan yaitu
kemungkinan bibit unggul dapat ikut terjual serta pada masa-masa tertentu akan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan bakalan.

2.2.3. Karakteristik Reproduksi Ternak Domba


Manajemen reproduksi merupakan suatu proses perkembang biakan suatu makhluk
hidup, dimulai sejak bersatunya sel telur dengan sel sperma. Hasil penggabungan kedua sel
ini membentuk zigot. Zigot ini akan terus berkembang selama kebuntingan dan diakhiri
dengan kelahiran anak. Faktor - faktor yang
mempengaruhi proses reproduksi yaitu jarak antar beranak, jarak antar melahirkan
sampai bunting kembali (masa kosong), angka kebuntingan, rata-rata jumlah
perkawinan per kebuntingan (Hardjopranjoto, 1995).
suatu proses perkembang biakan suatu makhluk
hidup, dimulai sejak bersatunya sel telur dengan sel sperma. Hasil penggabungan
kedua sel ini membentuk zigot. Zigot ini akan terus berkembang selama
kebuntingan dan diakhiri dengan kelahiran anak. Faktor - faktor yang
mempengaruhi proses reproduksi yaitu jarak antar beranak, jarak antar melahirkan
sampai bunting kembali (masa kosong), angka kebuntingan, rata-rata jumlah
perkawinan per kebuntingan (Hardjopranjoto, 1995).
Domba beranak pertama kali pada umur 17-20 bulan, hal tersebut jika perkawinan
dilakukan pada umur 12-15 bulan. Umur beranak pertama sangat erat hubungannya dengan
umur mulai dikawinkan. Umur domba betina saat dikawinkan pertama kali dipengaruhi oleh
kondisi tubuh ternak dan pakan yang diperoleh ternak. Secara umum, interval kelahiran yang
baik adalah dua tahun dengan tiga kali melahirkan. Interval kelahiran dibuat dengan alasan
bahwa setiap jarak kelahiran memerlukan waktu selama delapan bulan, yaitu lama bunting
16
lima bulan ditambah masa menyusui tiga bulan.
Perkawinan pertama erat sekali kaitanya dengan kedewasaan tubuh.
Walaupun domba telah matang seksual pada umur 6 - 8 bulan, tetapi domba
tersebut belum boleh dikawinkan karena dipandang belum cukup umur dan masih
terlalu muda untuk dikawinkan. Apabila domba dikawinkan pada usia muda,
dapat mengakibatkan induk domba betina dan anak yang dilahirkan menjadi
kurang sehat dan kuat. Berdasarkan alasan tersebut, sebaiknya perkawinan
pertama bagi domba-domba betina dilakukan pada umur 12-15 bulan. Dengan
demikian, ketika induk beranak sudah memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat.

2.2.4. Pakan Domba

Kualitas pakan alami dan kosentrat yang diberikan kepada domba harus diperhatikan.
Pastikan bahwa kualitas pakan sesuai dengan kebutuhan domba dan tidak mengandung
bahan yang dapat membahayakan. Pakan alami berupa rerumputan dapat diberian dalam
kondisi segar setelah dicacah terlebih dahulu. Rumput sebaiknya diambil setiap hari dari
lahan agar domba bisa mendapatkan pakan yang masih segar (Harianto, 2010).

Hijauan merupakan sumber pakan yang sangat penting bagi ruminansia.


Hijauan mengandung hampir semua nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak selain
sebagai bulk atau pengenyang (Awabien, 2007). Menurut Mulyono dan Sarwono
(2008), pakan hijauan mengandung nutrisi yang dapat menentukan skor
pertumbuhan, status reproduksi dan kondisi kesehatan ternak. Pakan hijauan segar
dikatakan baik bila komposisi pemberiannya diatur antara yang mengandung
protein rendah dan protein tinggi. Hijauan merupakan sumber serat kasar yang
tinggi bagi ternak ruminansia.

17
2.2.5. Sistem Pemeliharaan Domba Pedaging

Sistem pemeliharaan intensif yaitu domba yang dipelihara dilakukan


secara intensif dengan membutuhkan perhatian penuh dari pemiliknya, berupa
kegiatan rutin sehari-hari dan kegiatan insidental. Seumur hidup ternak berada di
kandang dan tidak bisa berkeliaran kemana-mana (Mulyono dan Sarwono, 2008).
Sistem pemeliharaan semi-intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak
domba dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik,
dalam kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh dan baik dalam kondisi
tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak domba yang
dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk
dipotong dengan mengurus ternak domba selama sehari penuh. Dalam hal ini
pemilik sudah mulai menjaga kebersihan kandang memberikan obat-obatan dan
kosentrat sebagai tambahan makanan (Mulyono dan Sarwono, 2008).
Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak domba secara
tradisional yaitu campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir
tidak ada. Domba dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan
pengembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput
dan sumber pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, domba menyukai pakan dari
tanaman di daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono, 2008).

2.2.6. Sistem Perkandangan Domba Pedaging


Perkandangan merupakan suatu lokasi atau lahan khusus yang diperuntukkan sebagai sentra
kegiatan peternakan yang di dalamnya terdiri atas bangunan utama perlengkapan lainnya
(Sugeng, 1998).
Pembuatan kandang domba tidak bisa dilakukan secara asal, butuh pengukuran yang
jelas, menentukan jenis, membuat sistem, dan melengkapai semua peralatan agar kandang
bisa berfungsi dengan optimal sebagai tempat tinggal domba. Jenis kandang domba yang di
gunakan di Echo Farm, yakni sebagai berikut: a. Kandang panggung
Kandang yang baik meliputi bagian-bagian yang harus di lakukan dengan benar agar
ternak nyaman yaitu, memiliki atap yang baik agar ternak terhindar dari sengatan matahari
ataupun hujan. Lantai kandang untuk memijakkan kaki ternak harus memiliki yang kuat,
nyaman dan jarak antar papan yang tepat agar kotoran jatuh dan kaki ternak tidak
terperosok. Kerangka kandang yaitu berbahan kayu, ruang kandang atau sekat harus
18
memiliki ukuran tempat yang pas untuk aktivitas ternak yaitu makan, minum ,dan tidur.
Tempat pakan dan minum harus memiliki bahan yang tidak berbahaya bagi ternak dan
nyaman bagi ternak.
Sistem kandang pangung terbuka dan kandang panggung semi terbuka di Echo Farm
digunakan untuk proses perkawinan domba dengan perbandingan 1:10. Kandang panggung
terbuka di Echo Farm yang memiliki luas 13,7 m X 2,5 m.
a. Kandang melahirkan
Ukurannya 6 x 6 m, perlengkapannya sama dengan kandang domba dewasa,
Lantainya berbahan semen agar kuat dan tahan lama juga kaki ternak yang baru lahir tidak
terperosok. Sebaiknya kandang melahirkan ini tidak dekat dengan tempat pengadukan
pakan.
b. Kandang anak betina
kandang untuk betina yang belum beranak dibuat dengan dengan ukuran Panjang 300
cm, lebar 150 cm, dan tinggi 175-225 cm. kandang dengan ruangan cukup luas akan
membuat kambing bisa bergeraak leluasa sehingga kondisinya tetap kuat dan aktif.

c. kandang penggemukan
kandang untuk penggemukan dibuat dengan ukuran kandang domba 12 m, persegi
untuk 10 ekor domba remaja. Pembuatan kandang ini disarankan untuk melihat potensi
pengembangan, model kandang semuanya sama kandang panggun

2.2.7. Pertumbuhan Pasca Sapih


Pertambahan bobot badan lepas sapih dipengaruhi oleh jumlah pakan yang
tersedia, tingkat nutrisi pakan, status fisiologis ternak (bunting, menyusui, dll).
Pertambahan bobot badan lepas sapih juga dipengaruhi oleh lingkungan dan
kemampuan individu ternak. Lingkungan yang nyaman dan optimal sesuai
kebutuhan ternak berpengaruh pada produktifitas ternak. Pertambahan bobot
badan lepas sapih dihitung mulai umur 3 bulan (Rasidi, 2014).
Pada umur 5 bulan kambing jantan sudah dikatakam mencapai pubertas.
pubertas yaitu tingkat atau keadaan ternak jantan memiliki kemampuan untuk
menciptakan keturunan. Faktor yang mempengaruhi pubertas yaitu tergantung
pada interaksi umur, bobot badan, komposisi tubuh dan genetik (Mastika, 1993).

19
2.2.8. Sistem Penanganan Kesehatan Domba
Sistem penangan kesehatan meliputi:
1. Biosecuriti
Pemeliharaan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitasternak.
Pemeliharaan yang baik dan benar akan sangat mempengaruhi keberhasilan usaha, dengan
sistem pemeliharaan yang baik akan diperoleh pertambahan bobot badan dan meningkatkan
produktivitas susu yang maksimal serta performa ternak yang optimal (Abidin, 2002).Aspek
yang berhubungandengan pemeliharaan meliputi; sanitasi, biosecurity pencegahan penyakit
dan penanganan penyakit. Biosecurity merupakan pencegahan dasar masuknya
suatupenyakit dalam hal ini peternak lebih fokus terhadap kebersihan terutamakebersihan
kandang (Nurdana, 2015).

2. Sanitasi
Sanitasi kandang merupakan usaha dalam rangka membebaskan kandang dari bibit -
bibit penyakit maupun parasit lainnya. Pembersihan kandang bertujuan untuk menjaga
kebersihan kandang dan menjaga kesehatan domba agar domba tidak mudah terjangkit
penyakit. (Nurdana, 2015).
3. Pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit merupakan usaha yang dilakukan untuk menurunkan jumlah
atau persentase penyakit menular, penggunaan bahan kimia yang membunuh induk semang
antara yang membawa bibit penyakit, dan isolasi hewan terserang dan mencegah agar tidak
menular ke hewan yang sehat.Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga tata
laksana pemeliharaan.
4. Kandang karantina
Kandang karantina merupakan kandang isolasi ternak dengan tujuan pengobatan dan
pencegahan penyebaran suatu penyakit. Karantina bertujuan untuk mendeteksi adanya gejala
penyakit tertentu yang belum diketahui ketika proses pembelian. Kadang karantina
digunakan untuk mengisolasi ternak dari ternak yang lain dengan tujuan pengobatan dan
pencegahan penyebaran suatu penyakit (Susilawati,2010).

20
2.2.9. Sistem Pengolahan Limbah Domba
Penanganan limbah di Echo Farm masih bersifat tradisional tanpa limbah
dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk, dibawa ke perkebunan milik manajer Echo Fram.
Setelah itu, limbah cair tersebut juga dapat di ambil masyarakat setempat yang
membutuhkan untuk dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk.

21
III. METODE PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN

3.1. Waktu dan Tempat PPL


3.1.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler

Aspek yang diamati selama dilokasi PPL usaha ternak ayam broiler, meliputi:
pemeliharaan ternak ayam cobb, manajemen sanitasi dan kebersihan kandang,
pemberian pakan dan minum, pemberian obat dan vitamin pemberian alas kandang
dan produksi telur.

3.1.2. Komoditi Ternak Domba


Program Praktek Lapangan (PKL) komoditi ternak domba (poligastrik)
dilaksanakan di Echo Farm Berastagi, Jalan Udara, Guru Singa Berastagi, Kabupaten
Karo Sumatra Utara. Program Praktek Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 3
minggu dimulai pada tanggal 31 Agustus sampai dengan 21 September 2022.

3.2. Aspek yang Diamati


3.2.1. Komoditi Ternak Ayam broiler
Aspek yang diamati selama dilokasi PKL usaha ternak ayam broiler, meliputi:
pemeliharaan ternak ayam cobb, manajemen sanitasi dan kebersihan kandang,
pemberian pakan dan minum, pemberian obat dan vitamin pemberian alas kandang
dan produksi telur.
3.2.2. Komoditi Ternak
Aspek yang diamati selama di lokasi PKL usaha ternak domba, meliputi:
manajemen, sanitasi dan kebersihan kandang, pengadukan silase ternak.

22
3.3. Metode Mengumpulkan Data

3.3.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler

Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan karyawan , dan juga
pengamatan langsung (observasi) ke lapangan serta praktek langsung di lapangan
bergabung bersama karyawan dalam melaksanakan tugas atau kerja rutin.

3.3.2. Komoditi Ternak Domba


Metode pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan ini yaitu dengan mengikuti secara
langsung semua kegiatan dilapangan. Dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan cara :

1. Observasi
Metode ini di lakukan dengan cara mencari, mengamati secara langsung dan
mencatat semua kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan ternak.
Metode observasi mencakup :
a. Manajemen Kesehatan mencakup :
 Sanitasi kandang
 Pencegahan penyakit dan pemberian vitamin
b. Manajemen pembuatan dan pemberian pakan mencakup :
 Jenis pakan yang diberikan.
 Cara pemberian pakan.
2. Interview
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan proses tanya jawab langsung dengan
pekerjaan.

3. Praktek lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara mengikuti secara langsung atau ikut ambil
kegiatan di lapangan.

4. Studi pustaka

23
Studi pustaka dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan informasi atau referensi
pendukung yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan ternak domba dengan
memanfaatkan studi pustaka yang tersedia berupa, artikel, jurnal, dan buku.

3.4. Jadwal dan Materi Kegiatan PPL


3.4.1. Komoditi Ternak Ayam broiler

1. Objek PPL

Objek yang diamati dalam PPL di usaha ternak ayam broiler meliputi: manajemen sanitasi
dan kebersihan kandang, pemberian pakan dan minum, pemberian obat dan vitamin,
pemberian alas kandang dan produksi telur.
3.4.1.1. Waktu Kegiatan

Kegiatan dimulai dari pukul 06:00-12:00 Wib dan pukul 14:00-16:00 Wib
untuk setiap harinya di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm.
Tabel 2. Kegiatan Harian PPL di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan


Penyambutan dan Perkenalan Diri
Kepada Maneger Perusahaan PT.
08:00-09:00
Charoen Pokphan Jaya Farm
Penaburan pakan dari depan sampai
09:00-10:00
ujung kandang
10:00-11:00 Mengutip Telur
Menaburkan pakan dari depan
11:00-12:00
hingga ujung kandang
12:00-14:00 Istrahat dan makan siang
1. Senin, 13 Juni 2022
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15:00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai

24
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi

2. Selasa, 14 Juni 2022 08:00-08:30 Menaburkan pakan


08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur

25
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
3. Rabu, 15 Juni 2022 12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
4. Kamis, 16 Juni 2022 07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi

26
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
5. Jumat, 17 Juni 2022 08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
6. Sabtu, 18 Juni 2022 06:00-07:00
sekitaran kandang melihat ayam mati

27
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Perbaikan kandang
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan pakan
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Minggu, 19 Juni
7. Libur
2022
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
8. Senin, 20 Juni 2022 10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait

28
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
9. Selasa, 21 Juni 2022 12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
10. Rabu, 22 Juni 2022
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur

29
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
11. Kamis, 23 Juni 2022 10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
12. Jumat, 24 Juni 2022
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur

30
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
13. Sabtu, 25 Juni 2022
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Grading telur
16:00 Kegiatan selesai
Minggu, 26 Juni
14. Libur
2022
Pemutaran pakan dan Keliling
15. Senin, 27 Juni 2022 06:00-07:00
sekitaran kandang melihat ayam mati

31
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
Mengecek kandang becek/ lembab
dan membersihkan kotoran becek
08:00-12:00
serta menaburkan kapur
12:00-14:00 Istrahat dan makan siang
Mengecek kandang becek/ lembab
dan membersihkan kotoran becek
14:00-16:00
serta menaburkan kapur
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-10:00 Pengambilan sampel darah
Menambahkan set ratio jantan dari
10:00-12:00
16. kandang 1-5
Selasa,28 Juni 2022
12:00-14:00 Istrahat dan makan siang
Menambahkan set ratio jantan dari
14:00-16.00
kandang 1-5
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
17. Rabu, 29 Juni 2022 07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-10:00 Menaburkan racun lalat

32
10:00-11:00 Mengutip telur
11:00-11:30 Grading telur
11:30-12:30 Mengutip telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Membuat perangkap lalat
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
18. Kamis, 30 Juni 2022 12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
29. Jumat, 01 Juli 2022 07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi

33
08:00-08:30 Menaburkan pakan
08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Menaburkan pakan
10:30-11:30 Mengutip telur
11:30-12:30 Grading telur
12:30-14:00 Istrahat dan makan siang
14:00-14:30 Menaburkan batu grait
14:30-15.00 Mengutip telur
15:00-16:00 Menimbang ayam
16:00 Kegiatan selesai
Pemutaran pakan dan Keliling
sekitaran kandang melihat ayam mati
06:00-07:00
dan sakit
07:00-07:30 Mengutip telur
07:30-08:00 Istrahat dan sarapan pagi
08:00-08:30 Menaburkan pakan
20. Sabtu, 02 Juli 2022 08:30-09:30 Mengutip telur
09:30-10:00 Grading telur
10:00-10:30 Acara pamitan

3.4.2. Komoditi Ternak Domba

1. Objek PKL
Objek yang diamati dalam PKL di usaha ternak domba, meliputi; manajemen sanitasi
dan kebersihan kandang, pemberian pakan dan pemberian obat cacing.

34
2. Waktu Kegiatan
Pelaksanaan PPL dilakukan pada tanggal 31 Agustus sampai tanggal 21 September
2022. Prosedur kegiatan PPL, yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal yang
telah di berikan pihak perusahaan dan harus dipatuhi oleh mahasiswa. Kegiatan
dimulai dari pukul 08:00-12:00 Wib dan pukul 14:00-17:00 Wib untuk setiap
harinya di Echo Farm.

Table 2. Waktu Kegiatan PPL di Echo Farm


Waktu Kegiatan
Jam 08:00 wib Pemberian pakan
Jam 09:00 wib Pembersihan kandang
Jam 11:00 wib Pemberian pakan
Jam 13:00 wib Pembuatan pakan
Jam 16:00 wib Pemberian pakan

35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler PT. charoen pokphand jaya farm

4.1.1. Sejarah Perusahaan

Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) didirikan 07 Januari 1972 dalam


rangka Penanaman Modal Asing (“PMA”) dan beroperasi secara komersial mulai
tahun 1972. Kantor pusat Charoen Pokphand Indonesia Tbk terletak di Jl. Ancol VIII
No. 1, Jakarta 14430 – Indonesia dengan kantor cabang di Sidoarjo, Medan,
Tangerang, Cirebon, Serang, Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Bandung,
Makassar, Salatiga, Gorontalo dan Demak.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Charoen Pokphand
Indonesia Tbk (31-Mei-2022), yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia Group, dengan
persentase kepemilikan sebesar 55,53%.
Pemilik manfaat akhir (ultimate beneficial owner) Charoen Pokphand
Indonesia Tbk adalah Keluarga Jiaravanon.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CPIN
terutama meliputi pembibitan ayam ras, kegiatan rumah potong dan pengepakan
daging bukan unggas, kegiatan rumah potong dan pengepakan daging unggas,
industri pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas, industri
pembekuan buahbuahan dan sayuran, industri tepung campuran dan adonan tepung,
industri makanan dan masakan olahan, industri bumbu masak dan penyedap masakan,
industri ransum makanan hewan, industri produk farmasi untuk hewan, industri
barang dari plastik untuk pengemasan, industri perlengkapan dan peralatan rumah
tangga (tidak termasuk furnitur), perdagangan besar binatang hidup, perdagangan
besar daging ayam dan daging ayam olahan, pergudangan dan penyimpanan, aktivitas
cold storage.
Merek-merek yang dimiliki Pokphand, antara lain: pakan ternak (HI-Pro, HI-

36
Pro-Vite, Bintang, Bonavite, Royal Feed, Turbo Feed dan Tiji) dan produk
pengolahan daging ayam (Golden Fiesta, Fiesta, Champ, Okey, Akumo dan Asimo).

4.1.2. Struktur dan Organisasi Perusahaan

Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan didalam


menjalankan kegiatan operasinya yaitu dengan adanya struktur organisasi. Struktur
organisasi dapat memperhatikan atau memperjelas batasan-batasan tugas dan
tanggung jawab masing-masing personil yang merupakan anggota dan organisasi
perusahaan. Struktur organisasi adalah bagian yang penting dari perusahaan karena
struktur organisasi memiliki fungsi yang berbeda dan memiliki tujuan yang sama
untuk mencapai keberhasilan.

STRUKTUR ORGANISASI

Farm Manager

PGA (Personalia Staff AHL (Animal


General Affair) Health Laboratory)

Supervisor Chief Mekanik Koordinator Harian

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

Gambar 1. Struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Medan

37
4.1.3. Populasi Ternak Ayam Broiler

Tabel 7. Populasi ternak Ayam Broiler di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

No Status ternak Strain Jumlah


1. Ayam broiler Cobb 70.000 ekor
2. Ayam broiler Ross 90.000 ekor
Jumlah 160.000 ekor
Sumber: PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

4.1.4. Peralatan dan Sarana Pendukung

1. Pemanas (Heater)

Proses brooding menggunakan pemanas ruangan berupa dua unit heater


dengan merk purafire dalam satu kandang. Heater dilengkapi dengan system
thermoregulator sehingga dapat hidup dan mati dengan sendirinya. Jika suhu ruangan
lebih dari suhu maksimum yang telah disetel, maka heater akan mati. Heater akan
menyala kembali jika suhu ruangan kurang dari suhu minimum yang telah disetel.
2. Panel Kontrol

Panel kontrol berfungsi untuk memprogram kerja peralatan secara otomatis


yang ada di tiap-tiap kandang. Panel kontrol terdiri atas, electric switch, saklar lampu,
saklar nipple, saklar exhaust fan, saklar cooling pad, saklar tempat pakan jantan, dan
saklar tempat pakan betina.
3. Peralatan Air dan Tempat Minum

Sumber air di PT. Charoen pokphand Jaya Farm Medan Unit 4 berasal dari
sumur bor yang dialirkan ke bak penampungan air yang berkapasitas 100.000 liter,
kemudian dinaikkan menggunakan motor pompa ke tandon air utama, setelah itu
dialirkan ke seluruh tendon air yang ada di tiap-tiap kandang berkapasitas 1.000 liter.
Air dari tandon kemudian ditarik oleh pompa air ke pipa nipple melalui regulator.
Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan air pada nipple agar mengalir ke semua
38
ujung nipple dengan tekanan yang sama. Dalam satu kandang terdapat 800 buah
nipple karena satu nipple diasumsikan untuk 15 ekor ayam.
4. Peralatan Tempat Pakan Jantan

Tempat pakan jantan menggunakan pan feeder yang dijalankan secara


otomatis. Satu buah tempat pakan jantan diasumsikan untuk 8 ekor ayam jantan. Pada
saat pemberian pakan, tempat pakan ayam jantan di turunkan setinggi 30 cm. Pan
feeder disetiap kandang berjumlah 140 buah yang dapat di naik turunkan secara
otomatis melalui panel kontrol.

5. Peralatan Tempat Pakan Betina

Tempat pakan ayam betina menggunakan trough feeder yang djalankan secara
otomatis. Trough feeder terdiri dari box pakan utama (main hopper), box pakan
tambahan (extra hopper), tempat distribusi pakan (loop), kawat besi penutup loop
(gril ) dengan tinggi 65 mm dan lebar 48 mm, rantai loop (chain), dan motor
penggerak loop. Cara menggunakan through feeder ini yaitu pakan di berikan di
masukkan ke dalam box hopper kemudian dijalankan oleh chain secara otomatis
sehingga pakan tersebar rata sepanjang loop.
6. Peralatan Ventilasi

Komponen peralatan yang membantu sirkulasi di dalam kandang antara lain


terdiri dari dua macam yaitu peralatan ventilasi utama yang terdiri dari exhaust fan
dan cooling pad, dan peralatan ventilasi pendukung yaitu temptron dan spoiler.
Exhaust fan merupakan kipas angin berdiameter 48 inchi yang berada di kandang
bagian belakang yang berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor di dalam kandang.
Jumlah exhaust fan dalam tiap kandang ada 7 buah. Cooling pad merupakan bantalan
pendingin yang terbuat dari karton bercelah sebagai lubang untuk penyalur udara
segar dari luar ke dalam kandang. Cooling pad dapat menurunkan suhu udara yang
masuk ke dalam kandang sebesar 1,50 – 20 C.
Temptron dan spoiler merupakan alat tambahan yang ada di dalam kandang.
Jumlah temptron di dalam tiap-tiap kandang sebanyak dua buah yang memiliki fungsi
secara otomatis untuk pengatur aktivitas exhaust fan dan cooling pad. Spoiler adalah
alat yang terbuat dari plastik berbentuk segitiga yang dipasang dekat dengan atap

39
kandang fungsinya untuk menjaga kecepatan udara di dalam kandang supaya tetap
baik dan stabil.
7. Peralatan-peralatan lain

Peralatan-peralatan lain seperti timbangan, waring (cover slat), debeaker,


sangkar (nest box), sepatu boot, sapu, alat tulis, buku recording dan lori berada di
ruang grading. Lori adalah rel kereta gantung, yang di pasang menggantung pada besi
WF, rel membentang dari ujung depan hingga ujung belakang kandang. Lori
berfungsi sebagai alat pengangkut pakan dan telur.

4.1.5. Sistem Perkandangan Ayam Broiler

Kandang merupakan faktor penting dalam usaha peternakan ayam broiler.


Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa produksi. Pada prinsipnya
kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan
memenuhi persyaratan teknis dan nyaman bagi ternak. Bentuk kandang dan kondisi
tempat yang tersedia, keadaan tahan yang dipergunakan, biaya yang tersedia dan
bahannnya harus menjadi pertimbangan demi kenyamanan ayam. Kandang berfungsi
antara lain untuk berlindung ternak dari panas dan hujan, dan mempermudah
tatalaksana dan untuk melindungi bahaya dari predator. Suhu dan kelembaban udara
sangat berpengaruh terhadap produktifitas, karena suhu dan kelembaban menentukan
tingkat kenyamanan bagi ayam. Perusahaan peternakan PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm memiliki kandang ternak ayam broiler sistem closed house.
 Sistem Closed House

Dalam dunia peternakan, kandang Closed House sudah lumrah dibicarakan.


Pada dasarnya, kandang merupakan pondasi utama yang menjadi komponen penting
di sebuah usaha peternakan. Dengan memiliki kandang yang nyaman, proses
pertumbuhan dan produktivitas ayam akan optimal. Pada kandang ini, seluruh
kebutuhan tumbuh wajib tersedia, diantaranya ialah sistem jendela udara yang baik,
udara yang optimal serta air minum hingga makanan yang relatif berkualitas. Panas
pada pada kandang didapatkan oleh ayam ketika fase produksi dan sisanya
berdasarkan atap, dinding bangunan, serta lampu. Penggunaan kandang tertutup atau

40
Closed House sebagai sebuah solusi untuk peternak agar memaksimalkan
kemampuan produksi ayam.
Kandang Ayam Closed House adalah sistem kandang tertutup yang mampu
membantu mengoptimalkan syarat lingkungan yang mencakup jendela, suhu &
kelembapan. Dengan kandang Closed House terjadi pergerakan udara yang stabil
serta taraf kelembapan udara pada pada sangkar mampu diatur sinkron menggunakan
kebutuhan ayam.
Pada kandang semi closed house di perusahaan PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm ini terbagi atas 16 kandang dengan jumlah populasi ternak ayam broiler
160.00. Sistem pemeliharan ternak ayam broiler di kandang closed house ini relatif
mudah dilaksanakan dibandingkan dengan kandang sistem open house karena
sebagian kegiatannya dilakukan secara otomatis.
Kelebihan kandang system closed house:

 Mudah mengontrol sirkulasi udara baik masuk maupun keluar dengan


mengunakan kipas
 Kita bisa mengontrol kelembaban skam saat musim panas.

 Suhu panas dalam kandang bisa kita reda dengan hembusan kipas yang daya
sembur lebih besar.
 Pengunaan kipas lebih maksimal searah tanpa kena hembusan angin dari luar.

 Mengurangi ayam heatsress sebab panas dalam kandang bisa kita keluarkan

 Mencegah penyakit dari luar yang masuk ke dalam kandang

 Jarang terkena penyakit malaria

 Pekejaan lebih ringan akibat suhu dalam kandam terjaga


Kekurangan kandang system closed house:
 sulit mengendalikan amoniak saat musim hujan , akibat udara dingin masuk
yang mengakibatkan skam basah
 Skam / liter lebih lama kering saat basah akibat kotoran ayam.

 Biaya listrik lebih mahal akibat penerangan juga kipas yang nonstop
penggunaan ketika ayam besar.

41
 Kipas perlu daya sembur yang besar untuk menjangkau ruangan kandang dan
jumlah kipas lebih banyak
 Amoniak lebih besar akibat sinar matahari tidak bisa masuk dalam kandang.

 Biaya awal pembuatan kandang lebih besar.

 Saat listrik padam pekerja lebih cepat menghidupkan jenset.

 Penjagaan ayam lebih nonstop karena faktor listrik.

4.1.6. Tata Laksana Pemeliharaan

1. Persiapan Kandang Sebelum Chick in

Hal yang dilakukan pada persiapan kandang saat chick in adalah kegiatan
sanitasi untuk pembersihan lantai, gudang, cooling pad, exhaust fan, tempat pakan
dan minum. Sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan sisa-sisa pemeliharaan
sebelumnya atau kotoran yang ada dalam kandang, kemudian menyemprotkan
insectisida ke dalam dan luar kandang (kandang dalam keadaan kosong). Masa
persiapan kandang mempunyai andil yang besar terhadap keberhasilan pemeliharaan
ayam. Saat kondisi kandang kotor, konsentrasi atau tantangan bibit penyakit dalam
kandang meningkat. Kondisi ini akan memperlebar peluang ayam terinfeksi atau
terserang penyakit. Dan kebalikannya, saat kondisi kandang bersih dan telah
didesinfeksi maka konsentrasi bibit penyakit akan menurun sehingga tantangan bibit
penyakit berkurang dan ayam aman dari infeksi atau serangan penyakit (Anonymous,
2009).
2. Persiapan Brooding

Kegiatan persiapan brooding yaitu menyiapkan waring (cover slat) dan


memasang waring sebagai alas dasar litter, menabur serutan kayu di atas waring
dengan ketebalan 3-5cm, menutup serutan kayu dengan koran, memasang tirai plastik
di dalam kandang bagian depan, menyemprot kandang dengan desinfektan, dan
memasang pemanas (heater) yang sudah disemprot desinfektan. Bahan-bahan yang
digunakan sebagai alas litter sebaiknya mempunyai sifat daya serap yang baik, tidak
berdebu, dan tidak berjamur (Anonymous, 2013). Litter yang sudah didesinfeksi

42
didiamkan minimal selama dua jam untuk memaksimalkan kontak dengan
desinfektan. PT. CPJF Medan Unit 4 menggunakan serutan kayu sebagai alas litter
karena memiliki daya serap yang tinggi dan tidak mudah lembab. Pemanas (heater)
yang digunakan Farm Medan 4 adalah pemanas otomatis. Setiap kandang
menggunakan 2 heater sampai umur 9 hari, umur 10 hari sampai umur 18 hari
memakai 1 heater. Umur 20 hari sudah tidak memakai heater. Pengaturan heater
kandang lantai atas dan lantai bawah berbeda, suhu yang diperoleh heater pada
kandang bawah lebih panas dibandingkan dengan kandang lantai atas. Suhu kandang
lantai bawah cenderung lebih dingin dibandingkan dengan suhu kandang lantai atas
yang lebih panas, karena kandang lantai atas memiliki rongga atap yang mampu
menyimpan panas dari sinar matahari. Menurut Purwanto (2006) panas didalam
rongga atap yang berasal dari sinar matahari tidak terdistribusikan, sehingga
menyebabkan panas merambat ke ruang bawah atap.
3. Pelebaran Sekat Brooding

Pelebaran sekat brooding dilakukan dengan memperhatikan kondisi DOC


dalam area brooding. Pelebaran sekat brooding harus selalu memperhatikan
pertumbuhan DOC. Menurut Anonymous (2010), pelebaran sekat brooding dimulai
pada umur 3 hari, kemudian dilanjutkan tiap 3 hari sekali dengan menyesuaikan
kenyamanan dari DOC.
4. Potong Paruh (Debeaking)

Farm Medan 4 melakukan debeaking pada ayam umur 6 hari. Pemotongan


paruh dilakukan menggunakan electric debeaker. Paruh yang sudah dipotong
dipanaskan kembali pada pisau debeaker agar tidak terjadi pendarahan kemudian
diberikan betadine. Sebelum dan sesudah pemotongan paruh, DOC diberikan
multivitamin melalui air minum untuk mencegah stres. Anonymous (2005)
menyatakan bahwa pemotongan paruh yang dilakukan pada DOC atau ayam yang
berumur dibawah satu minggu juga memberikan keuntungan dalam hal penanganan
yang jauh lebih mudah dan paruh yang masih lunak, disamping itu apabila ayam
mengalami stres akibat pemotongan paruh maka masih tersedia waktu yang cukup
panjang untuk mengembalikan kondisinya seperti semula. Pemberian vitamin
sebelum pemotongan paruh dapat mencegah pendarahan (Rusianto, 2008).
43
5. Pemberian Pakan

Pemberian pakan setiap hari disesuaikan dengan nilai point feed yang telah
ditentukan oleh manager kemudian supervisor tinggal menghitung kilogram pakan
yang akan diberikan pada hari tersebut. Pakan yang digunakan pada periode grower
merupakan pakan jenis crumble. Pemberian pakan pada ternak disesuaikan dengan
umur, kesukaan terhadap pakan, dan jenis pakan (Alamsyah, 2005).

Standar pemberian pakan tergantung dari nilai point feed yang ditentukan oleh
manager farm. Supervisor farm menghitung nilai point feed yang telah ditentukan
disesuaikan dengan populasi ayam yang ada dalam kandang. Point feed adalah pakan
(dalam satuan kg) untuk 100 ekor ayam. Misalkan nilai point feed adalah 10, artinya
10 kg pakan untuk 100 ekor ayam. Penentuan point feed juga memperhatikan actual
body weight, jika body weight kurang dari standar maka point feed ditambah dan jika
body weight lebih dari standar maka point feed dikurangi. Pada pemeliharaan ayam
broiler parent stock tidak terdapat istilah FCR (Feed Convertion Ratio) karena tidak
bertujuan untuk mendapatkan body weight yang maksimal.
Program puasa mulai diterapkan pada periode grower. Tujuan dari program
puasa adalah untuk memperoleh bobot badan sesuai target dan keseragaman yang
baik pada ayam. Program puasa dilakukan dengan cara memberi pakan empat hari
dan tiga hari puasa (4/3) di minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-10, pada minggu
ke-11 sampai minggu ke-13 puasa diterapkan 5/2, pada minggu ke-14 sampai minggu
ke-18 puasa diterapkan 6/1, pada minggu 35 ke-19 pakan di berikan setiap hari
hingga seterusnya. Program puasa bertujuan untuk mendapatkan bobot ayam yang
seragam (Anonymous, 2012).
Pakan yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Medan Unit 4
adalah pakan produksi sendiri dan tidak diperjualbelikan dengan kode pakan 535
untuk pakan jantan dan 5341 untuk pakan betina.
6. Pemberian Air Minum

Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum dengan penambahan


chlorine sebanyak 3 ppm. Pemberian minum secara adlibitum bertujuan
memperlancar proses pencernaan. Pemberian chlorine bertujuan untuk menetralisir
air dan membunuh bakteri dan kuman yang ada dalam air. Hal ini sesuai dengan
44
pendapat Anonymous (2011) yaitu tujuan dari klorinasi (pemberian kaporit/ klorin)
adalah sebagai upaya sanitasi air minum supaya dapat membunuh bakteri dan
mikroorganisme lain yang mencemari air dengan cara memasukkan klorin sebanyak
3-5 ppm ke dalam air minum.
7. Program Pencahayaan (Lighting Program)

Adanya pencahayaan pada ayam dapat menstimulasi hipotalamus pada otak


ayam, kemudian cahaya akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar tubuh, seperti hipofisa,
tiroid, dan paratiroid untuk menstimulasi disekresikannya hormon. Adanya sinyal
cahaya menstimulasi kelenjar tiroid mensekresikan hormone tiroksin yang berfungsi
mengatur kecepatan metabolisme tubuh sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan.
Kelenjar paratiroid juga terstimulasi oleh adanya cahaya untuk mensekresikan
hormon paratiroksin yang berperan dalam pengaturan metabolisme kalsium (Ca) dan
fosfor (P). Pada periode grower keberadaan cahaya memungkinkan ayam untuk
mampu melihat lingkungan sekitar, terutama makanan dan air minum yang tersedia
sehingga keberadaan cahaya tersebut tentu saja akan meningkatkan jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh ayam (Anonymous, 2009). Sementara, jumlah makanan yang
masuk kedalam tubuh (feed intake), juga berpengaruh besar terhadap proses produksi.
8. Program Ventilasi

Sistem ventilasi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Medan Unit 1


menggunakan sistem tekanan negatif (Negative Pressure System) yaitu udara
mengalir dari dalam kandang menuju keluar akibat adanya daya sedot dari exhaust
fan sehingga terjadi tekanan negatif. Udara dari luar masuk ke dalam kandang melalui
cooling pad. Sistem ventilasi yang paling baik untuk model kandang close house
adalah sistem tekanan negatif, yaitu udara masuk ke dalam kandang melalui cooling
pad, kemudian udara di dalam kandang yang biasanya bercampur dengan amonia dan
CO2 disedot oleh exhaust fan untuk dibuang ke luar kandang (Fadilah, 2013).
Sementara itu dinding kandang ditutup rapat menggunakan tirai. Sistem ventilasi
udara yang baik akan menjaga kualitas udara tetap optimal bagi ayam.
9. Uniformity

Penimbangan sampel BW (body weight) dilakukan setiap minggu sekali


untuk mengetahui tingkat uniformity atau disebut juga dengan tingkat keseragaman
45
BW. Menurut Rasyaf (2003), penimbangan dilakukan secara acak dengan jumlah
sampel lebih kurang 10% dari populasi ayam. Penimbangan dilakukan sebelum ayam
diberi makan. Tujuan dilakukan penimbangan yaitu untuk mengethui Gain Weight
(laju pertumbuhan), kesesuaian body weight dengan standar, dan mengetahui
keseragaman bobot badan. Penimbangan yang dilakukan di PT. Charoen Pokphand
Jaya Farm Medan Unit 4 memiliki sampel yang
kurang dari 10%, hal ini dikarenakan populasi yang sangat banyak sehingga
menghabiskan banyak waktu dalam proses penimbangannya. Prosentase nilai
uniformity merupakan gambaran prosentase nilai produksi telur di periode layer.
10. Grading dan Fleshing

Kegiatan grading dilakukan untuk mengelompokkan ayam yang ukurannya


lebih kecil dari yang lainnya ke area small pen. Harrison (2006) menyatakan bahwa
mengelola ayam yang berukuran lebih kecil dari yang lain pada area tersendiri akan
lebih mudah karena dapat mengatur konsumsi pakannya supaya pertumbuhannya
sama dengan ayam yang lainnya. Grading dilakukan dengan cara menyeleksi ayam
setiap kandang secara rutin tiap minggu, dengan memisahkan ayam yang mengalami
masalah seperti berat badan kurang, kelebihan berat badan, warna pucat, cacat, sakit
dan kelainan (error sex) dari ayam yang sehat. Ayam yang tidak memenuhi standart
segera dipindahkan ke small pen sampai kondisi ayam normal, jika ayam tidak
kunjung normal maka ayam segera di keluarkan (culling).
Fleshing yaitu program yang dilakukan untuk mengetahui prosentase ayam-
ayam betina yang matang organ reproduksinya, dan juga untuk mengidentifikasi
produktifitas ayam melalui konformasi tubuhnya. Fleshing dilakukan dengan cara
mengumpulkan ayam secara acak dari setiap pen sebanyak 12 %. Hal yang dilakukan
pada proses fleshing ayam betina adalah:
1. Menimbang berat badan, berat badan yang baik adalah berat badan yang mencapai
standart berdasarkan umur.
2. Mengukur jarak tulang pubis dengan jari tangan dimana nilai yang baik adalah
berjarak tiga jari.
3. Mengukur jarak antara tulang dada dengan tulang pubis yaitu berjarak tiga sampai
empat jari.

46
4. Bentuk dada yang baik adalah berbentuk U.

Cara mengetahui dewasa kelamin pada ayam jantan antaralain dari tingkah
laku seksualnya, jengger dan pial yang lebar dan berwarna merah, serta suara khas
pejantan yang keras. Pencampuran ayam jantan dan betina dilakukan antara minggu
ke 18 hingga ke 22. Berikut rumus pencampuran ayam betina dengan ayam jantan :
Jumlah ayam betina atau ayam jantan yang akan di campur dalam pen :

Total ayam x Ukuran Pen

Panjang Kandang

4.1.7. Sistem Penanganan Kesehatan Ayam Broiler

1. Pemberian Vaksin

Keberhasilan vaksinasi dipengaruhi oleh cara memberikannya. Jika


pemberiannya tidak tepat sasaran maka titer antibodi tidak akan terbentuk. Begitu
pula jika terdapat kesalahan yang biasanya dilakukan oleh caretaker pada cara
pemberiannya yang dapat menyebabkan cacat fisik dan bahkan kematian pada ayam.
Vaksin yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Medan Unit 1 yaitu
vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif diberikan dengan cara meneteskan
langsung di mata ayam. Vaksin inaktif diaplikasikan dengan cara injeksi dibawah
kulit, di bawah otot, dan tusukan pada sayap. Pemberian vaksin aktif dan inaktif harus
dilakukan dengan cara yang hati-hati karena jika terjadi kesalahan akan berakibat
fatal pada ayam, seperti yang dilakukan oleh para caretaker karena banyaknya ayam
yang harus divaksin maka mereka tergesa-gesa dalam proses pemberian vaksin. Pada
pemberian vaksin tusuk sayap, beberapa ayam ada yang ditusuk sampai mengenai
tulang sehingga menyebabkan cacat pada ayam. Vaksinasi dengan metode tusuk
sayap harus dilakukan dengan cara hati-hati yaitu jarum penusuk yang telah
dicelupkan pada larutan vaksin ditusukkan pada sayap ayam yang telah direntangkan,
diusahakan menusuknya pada lipatan sayap yang tipis dan jangan sampai mengenai

47
tulang, otot, dan pembuluh darah karena dapat mengakibatkan cacat fisik pada ayam
(Anonymous, 2009).

2. Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui tingkat titer anti bodi
ayam yang berhubungan erat dengan program vaksin inaktif yang sedang dijalankan.
Kegiatan ini dilakukan pada saat tiga minggu setelah pemberian vaksin inaktif yaitu
saat titer antibodi mencapai titer protektif. Pengambilan sampel darah untuk
pemantauan titer antibodi vaksin inaktif sebaiknya dilakukan pada tiga minggu
setelah vaksinasi sesuai dengan lama pembentukan titer antibody dimana titer
antibodi protektif baru melindungi setelah tiga minggu (Anonymous, 2008).
3. Kontrol Kandang

Kontrol kandang dilakukan untuk mengetahui kondisi ayam-ayam di kandang


sedang sakit atau tidak. Kontrol kandang dapat dilakukan setiap waktu. Menurut
Anonymous (2009), kontrol kandang hendaknya rutin dilakukan, bisa waktu pagi,
siang, sore, atau malam hari. Kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah ada ayam
yang memiliki gejala klinis terserang suatu penyakit, apabila ditemukan ayam yang
tampak sakit maka akan diambil dan dibawa ke luar kandang untuk kemudian
dilakukan bedah bangkai.
4. Program Biosecurity

Dalam pemeliharaan ayam broiler parent stock, program biosecurity


merupakan suatu hal yang penting yang harus dijlankan. Biosekuritas merupakan
suatu sistem untuk mencegah penyakit yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
produksi unggas secara keseluruhan dan merupakan bagian untuk mensejahterakan
hewan (Winkel, 1997). Terdapat 3 aspek biosecurity yang dilakukan di PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Medan Unit 4 yaitu biosecurity pada kendaraan, barang, dan
manusia.
Biosecurity pada kendaraan dilakukan dengan menyemprotkan antiseptik pada
semua kendaraan yang masuk area farm. Barang-barang yang akan masuk area farm
disemprot dengan antiseptik dan dilewatkan pada box ultraviolet. Setiap karyawan
48
dan pengunjung yang masuk ke area farm diwajibkan mandi dan disemprot dengan
antiseptik. Jika karyawan atau pengunjung memasuki pintu kandang maka diwajibkan
mencelupkan kaki dengan antiseptik dan menyemprot tangan dengan alkohol 70%
serta memakai perlengkapan alat pelindung seperti sepatu boot, topi, dan seragam
yang telah disediakan. Sistem biosecurity yang dilakukan oleh PT. Charoen
Pokphand Jaya Farm Medan Unit 4 sesuai dengan pendapat Hadi (2010) yaitu
pengunjung farm didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju
penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi. Tangan orang juga harus
didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang ataupun meninggalkannya. Sistem
biosecurity dilakukan untuk menghindari kontaminasi lingkungan luar terhadap area
kandang. Sesuai prosedur yang ada di Farm Bali 1, karyawan dan tamu telah
menerapkan program biosecurity dengan baik dan benar, terutama caretaker yang
paling sering ke kandang harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap produktifitas
ayam bibit dengan program biosecurity.
5. Pemberian Obat-Obatan

Pemberian obat-obatan sesuai dengan cara penerapan dosisnya. Obat-obatan


memiliki peranan penting dalam merangsang pertumbuhan dan memperbaiki efisiensi
di dalam saluran pencernaan (Daud, 2005). Berbagai macam obat-obatan yang
diberikan salah satunya dengan mencampurkan ke dalam pakan dan air minum.
Penggunaan obatobatan dibutuhkan untuk mengatasi penyakit, meningkatkan
kekebalan tubuh, dan menunjang pertumbuhan ayam broiler (Aziz, 2009).
6. Kontrol Kandang

Kontrol kandang dilakukan untuk mengetahui kondisi ayam-ayam di kandang


sedang sakit atau tidak. Kontrol kandang dapat dilakukan setiap waktu. Contoh
penyakit yang pernah ditemukan pada saat kontrol kandang adalah snot (ayam yang
berkepala bengkak, mata ngantuk, dan mata berair). Ayam yang terkena snot diberi
obat bernama quinabic dengan cara disemprotkan ke dalam mulut ayam
menggunakan injektor tanpa jarum. Pengawasan terhadap ayam harus dilakukan
dengan teliti karena jika ada ayam yang terkena penyakit bisa menular ke ayam yang
lain.

49
4.1.8. Sistem Penanganan Limbah

Limbah ada dua macam yaitu faeces dan bangkai, pembuangan faeces
dilakukan pada saat ayam afkir dan di ambil oleh pengepul yang telah bekerja sama
dengan perusahaan. Karena pembuangan faeces di lakukan sekali selama
pemeliharaan maka jika kondisi faeces basah dan bau mulai menyengat segera di
taburkan kapur dari atas slat, untuk menghindari kadar amoniak tinggi dan
penyakit. Jumlah ayam yang mati (bangkai) di catat dalam recording di setiap
kandang, untuk mengetahui jumlah ayam jantan dan betina yang ada dalam kandang.
Jika setiap hari ayam mati lebih dari 10 ekor dan terus bertambah pada hari
berikutnya maka di lakukan bedah bangkai oleh dokter hewan farm Medan 4.
Bangkai ditangani setiap pagi pada saat kontrol kandang dan dipastikan tidak ada
bangkai yang tertinggal dalam kandang karena bangkai memiliki potensi sumber
penyakit. Bangkai di buang ke tempat pembuangan bangkai kemudian di bakar.

2.2. Usaha Peternakan Domba Echo Farm


4.1.1. Sejarah Perusahaan
Echo Farm merupakan salah satu peternakan rakyat (mandiri) yang di dirikan tanggal
15 januari 2005 di kabupaten karo. Usaha peternakan ini khusus memelihara domba
pedaging, pada tahun 2005 populasi ternak domba di tanah karo masih sangat kurang bahkan
jarang di pelihara oleh masyarakat karena kurang tau pemasaran dan masyarakat lebih
memilih memelihara kambing pedaging lokal (kambing kacang). Echo Farm merupakan
salah satu pendiri kelompok ternak domba di tanah karo dan pengimpor domba f1dari new
zeland domba dorper f1.
Bapak heri sitepu adalah salah satu lulusan terbaik di ITB maka tidak heran
pengalamannya sangat banyak dalam urusan berusaha, sehingga usaha yang di jalani saaat
ini sangat berkembang pesat permintaan anak maupun indukan domba yang sangat banyak
sehingga usahanya sangat laris. Di echo farm sendiri yang menjadi pedaging justru hanya
jantan saja, betina hanya di jadikan kembali sebagai indukan, maka tidak heran indukan
beliau sekarang sudah mencapai ratusan. Jumlah permintaan domba potong di saat hari
qurban sangat tinggi dari sini lah usaha ini tetap berdiri sampai sekarang.
50
4.1.2. Struktur dan Organisasi Perusahaan
Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan didalam menjalankan
kegiatan operasinya yaitu dengan adanya struktur organisasi. Struktur organisasi dapat
memperhatikan atau memperjelas batasan-batasan tugas dan tanggung jawab masing-masing
personil yang merupakan anggota dan organisasi perusahaan. Struktur organisasi adalah
bagian yang penting dari perusahaan karena struktur organisasi memiliki fungsi yang
berbeda dan memiliki tujuan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

STRUKTUR ORGANISASI
Echo Farm

Direktur Utama

Manager Wakil Manager

Bidang Produksi Bidang Manajemen Bidang Manajemen


Pakan Kandang Padang
Pengembalaan

Gambar 1. Struktur organisasi Echo Farm

4.1.3. Populasi Ternak Domba


Tabel 3. Populasi ternak Domba di Echo Farm
No Status ternak Jumlah
1. Induk 188 ekor
2. Jantan 27 ekor
3. Anak Jantan 37 ekor
4. Anak Betina 59 ekor
Jumlah 311 ekor
Sumber: Echo Farm
51
4.2.4. Peralatan dan Sarana Pendukung
Peralatan merupakan salah satu penunjang dalam kelancaran pemeliharaan usaha
peternakan. Peralatan penunjang saat pemeliharaan dan produksi yang digunakan di Echo
Farm yaitu:

No. Jenis Jumlah (unit) Fungsi


1. Sekop 4 Peralatan ini untuk
mengangakat kotoran dan
mengaduk pakan.
2. Gerobak 3 Peralatan ini fungsinya
untuk membawa kotoran ke
tempat yang di sediakan.
3. Sapu lidi 5 Peralatan ini fungsinya
membersihakn kandang
4. Goni 50 Peralatan ini fungsinya
tempat kotoran.
5. Cangkul 2 Peralatan ini fungsinya
membersihkan parit
kotoran
6. Mesin mixer 1 Peralatan ini fungsinya
mengaduk pakan silase
maupun kosentrat.
7. Tong drum 100 Peralatan ini digunakan
untuk media penyipanan
silase dan kosentrat.

52
4.2.5. Reproduksi Domba
Usia domba siap kawin pada betina adalah 6-8bulan, pada waktu ini domba sudah
memasuki dewasa kelamin sehingga sudah bisa di kawinkan oleh pejantan. Untuk domba
jantan di echo farm usia siap kawin adakah satu tahun sehingga jantan tersebut sudah benar
benar matang dan kuat.sehingga anak yng akan di hasilkan nantinya memuaskan.

4.2.6. Sistem Perkandangan Domba


Kandang adalah struktur atau bangunan di mana hewan ternak dipelihara. Fungsi
utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan
pemantauan serta perawatan ternak. Untuk memelihara domba kandang harus benar-benar
disiapkan dengan baik . selain kebersihanya terjaga, perlu juga mempertimbangkan
kenyamanan domba, domba tidak boleh stress, harus dalam keaadaan nyaman. semakin
nyaman keadaan, semakin tinggi produktivitas daging.
Tinggi kandang yang dianjurkan untuk memelihara domba sekitar 4-4,5 meter.
Struktur kandang harus dibuat dari kayu dan lantai kandang sterbuat dari bahan yang kuat,
besih dan dan tidak membahayakan domba. Lantai harus nyaman dari rebahan ketika domba
ingin berbaring.
Tempat makan dan minum harus di desain agar domba mudah mengaksesnya namun
tidak bisa menginjak-nginjaknya. Saluran drainase atau pembuangan air kotoran dan
kotoran. Domba menuntut kebersihan kandang setiap waktu, oleh karena itu saluran
pembuangan kotoran harus benar-benar lancar.
Dalam pembangunan kandang atau perkandangan diperlukan perencanaan yang
seksama.Perencanaan tersebut perlu dipertimbangkan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi dari sebuah bangunan perkandangan. Kandang yang memiliki persyaratan akan
membuat usaha ternak semakin baik. Karena dengan semakin baiknya persyaratan kandang,
ternak yang dipelihara akan semakin sehat (Rianto dan Purbowati, 2009).
Tipe kandang untuk domba di Echo Farm adalah tipe kandang kelompok yang
dimana tiap kandang terisi 20-50 ekor ternak domba. Kadang kelompok atau dikenal dengan
koloni/komunal merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan
53
beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat. Keunggulan model kandang kelompok
dibanding kandang individu adalah efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja rutin terutama
pembersihan kotoran kandang, deteksi birahi dan perkawinan alam. Dalam hal ini satu orang
tenaga kandang mampu menangani sekitar 80 ekor domba. Tipe kandang kelompok ini
beratap seluruhnya yang bertujuan agar ternak terhindar dari pengaruh hujan dan matahari
langsung. Lantai kandang terbuat dari kayu sehingga dapat mempermudah dalam
membersikan kotoran ternak domba.
4.1.7. Sistem Pemeliharaan Domba
Manajemen pemeliharaan domba meliputi tiga sistem yaitu pemeliharaan secara
intensif, pemeliharaan secara semi intensif dan pemeliharaan secara ekstensif. Pemeliharaan
intensif paling sering digunakan di Indonesia, karena pemeliharaan sepenuhnya dilakukan di
kandang. Domba yang dipelihara secara intensif lebih efisien karena memperoleh perlakuan
lebih teratur dalam hal pemberian pakan, pembersihan kandang, (Sugeng, 2006). Sistem
pemeliharaan semi intensif adalah ternak dipelihara dengan cara dikandangkan dan
digembalakan. Sistem pemeliharaan semi intensif yaitu domba diternak di kandang dari awal
sampai panen. Sistem pemeliharaan ekstensif adalah ternak dipelihara dengan cara dilepas di
padang penggembalaan. Sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dilepas di padang
penggembalaan selama pemeliharaan (Hernowo, 2006).

Di Echo Farm manajemen sistem pemeliharaan ternak domba ada 2 yaitu secara intensif dan
secara semi intensif.
1. Sistem Secara Intensif
Sistem secara intensif adalah sistem pemeliharaan modern melalui aspek
perkembangan teknologi dan sains, dengan pengontrolan penuh terhadap faktor lingkungan
dengan perhitungan manajemen secara rinci dimana segala kegiatan dari ternak berada di
dalam kandang.Dimana manajemen pemeliharaan secara intensif ini kebutuhan dari tenak
domba harus sepenuhnya disediakan oleh peternak. Di Echo Farm ini kebutuhan ternak
domba selalu tersedia baik itu pakan konsentrat maupun pakan hijauan segar yang
dibutuhkan oleh ternak domba. Pemberian konsentart di pada ternak domba diberikan 2 kali
dalam sehari dan pemberian hijaun segar diberikan 1 kali 2 hari, dan pemberian air minum
dilakukan dengan menampung air di bak tempat minum ternak domba.

54
2. Sistem Secara Semi Intensif
Pemeliharaan domba secara semi intensif merupakan perpaduan antara kedua cara
pemeliharaan secara ekstensif. Jadi pada pemeliharaan domba secara semi intensif ini harus
ada kandang dan tempat penggembalaan dimana domba digembalakan pada siang hari dan
dikandangkan pada sore hari.Sistem pemeliharaan domba di Echo Farm dilakukan dengan
cara semi intensif yang dimana ternak domba digembalakan di padang penggembalaan untuk
mendapatkan pakan hijaun ternak untuk kebutuhan hidup ternak dan pada sore hari
diberikan pakan silase sebagai pakan tambahan ternak domba. Penggembalaan ini akan
dimuali pada jam 12:00 Wib sampai jam 16:00 Wib.
4.1.8. Sistem Manajemen Pakan Domba
Proses pengolahan pakan disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan kelompok
domba. Ketersediaan pakan bagi ternak harus tepat terjaga kualitas maupun kuantitasnya.
Kualitas dan kuantitas pakan yang mencukupi kebutuhan dan didukung dengan kondisi
lingkungan yang sesuai pakan ternak tersebut akan berproduksi secara optimal.
Pemberian pakan konsentrat di Echo Farm untuk ternak domba yang dipelihara
dengan sistem intensif dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi dan sore. Pemberian pakan hijauan
dilakukan 1 kali 2 hari yaitu pagi hari, dan sore hari.
Pada ternak domba yang dipelihara dengan sistem semi intensif yaitu dengan cara
digembalakan dipadang pengembalan. Pada sore hari diberikan pakan silase.

Di dalam suatu usaha peternakan harus dilakukan upaya pencegahan penyakit


dengan tujuan agar ternak yang dipelihara tidak terganggu oleh berbagai jenis penyakit
sehingga temak dapat berproduksi dengan baik. Di Echo Farm telah melakukan upaya
pencegahan penyakit agar temak domba yang dipelihara dapat memproduksi daging secara
maksimal sehingga dapat memberikan keuntungan kepada perusahaan.
Pencegahan penyakit yang dilakukan di Echo Farm adalah:
a. Proses sanitasi dan kebersihan kandang
b. Pembersihan lingkungan kandang
Penanganan penyakit biasanya dilakukan dengan pemberian obat cacing dan
mengobati penyakit ternak yang sedang diderita domba tersebut.

Pencegahan menjadi hal yang lebih penting daripada pengobatan penyakit. Pasalnya,
55
di samping penggunaan obat akan menambah biaya produksi juga keberhasilan pengobatan
pun tidak bisa terjamin. Beberapa langkah pencegahan yang dapat anda lakukan untuk
menjaga kesehatan domba adalah sebagai berikut:
1. Selalu menjaga kebersihan domba dan kandangnya
Domba yang diberi pakan secara intensif tentu saja akan menghasilkan kotoran yang banyak
karena pakannya mencukupi. Sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika
kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
Bersihkan kandang secara rutin untuk menghilangkan kotoran yang menempel sehingga
tubuh domba tidak mudah menjadi tempat kutu, lalat, dan lain-lain.

2. Membuat kandang karantina


Domba yang baru lahir dan domba yang sakit sebaiknya dipisahkan terlebih dahulu
dengan domba lainnya dan dikarantina di kandang tersendiri. Lama karantina bisa dilakukan
selama 1 minggu. Hal ini bertujuan untuk memonitoring keadaan domba baru tersebut, dan
juga sebagai cara untuk membuat domba beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

4.2.9. Sistem Kesehatan Domba

Di dalam suatu usaha peternakan harus dilakukan upaya pencegahan penyakit


dengan tujuan agar ternak yang dipelihara tidak terganggu oleh berbagai jenis penyakit
sehingga temak dapat berproduksi dengan baik. Di Echo Farm telah melakukan upaya
pencegahan penyakit agar temak Domba potong dan kurban yang dipelihara dapat
memproduksi daging secara maksimal sehingga dapat memberikan keuntungan kepada
perusahaan.
Pencegahan penyakit yang dilakukan di Echo Farm adalah

a. Proses sanitasi dan kebersihan kandang

b. Pemberisihan lingkungan kandang

Penanganan penyakit biasanya dilakukan dengan penyuntikan antibiotika dan


mengobati penyakit ternak yang sedang diderita domba tersebut. Penyakit yang sering
menyerang Domba potong di Echo Farm yaitu cacingan, kudis (scabies),kembung
perut(bloat), paru-paru (pneumonia), orf dan koksidosis.

56
1. Cacingan (haemonchosis)

Cacingan adalah penyakit yang sering menyerang hewan ternak. Gejala klinis
yang dapat diamati pada domba yang terinfeksi cacingan yaitu:
 diare

 tidak mau makan

 bobot badan menurun hari ke hari

 mata berair

 bulu kusam dan

 Tidak mengkilap

2. Penyakit cancingan

 Penyebab : Virus

 Gejala : lesu,mata sayu,rambut kusam,dan mudah rontok.


3. Pencegahan dan pengobatan

 Pemberiaan obat cacing secara rutin

 Pemberiaan vitamin dan.


 Kebersihan kandang.
Pencegahan menjadi hal yang lebih penting daripada pengobatan penyakit.
Pasalnya, di samping penggunaan obat akan menambah biaya produksi juga keberhasilan
pengobatan pun tidak bisa terjamin. Beberapa langkah pencegahan yang dapat anda
lakukan untuk menjaga kesehatan domba adalah sebagai berikut:
1. Selalu menjaga kebersihan domba potong dan kandangnya

Sanitasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan
ternak domba melalui serangkaian kegiatan kebersihan. Melakukan sanitasi yang baik dan
benar secara berkala, meminimalisir kejadian penyakit pada ternak domba baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun mikroorganisme pencemar.
Adapun rangkaian kegiatan kebersihan (sanitasi) yang dapat kita lakukansetiap hari
yaitu :

57
a) Selalu membersihkan peralatan yang telah digunakan

b) Menjaga kebersihan kandang

c) Menjaga Kebersihan areal diluar kandang

d) Membersihkan badan ternak domba bila dibutuhkan

e) Menjaga Kebersihan Petugas kandang

f) Selalu memperhatikan pakan yang diberikan kepada ternak sap

2. Membuat kandang karantina

Kadang karangtina digunakan kandang khusus mengisolasi ternak dari ternak yang
lain dengan tujuan pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit. Kandang
karangtina letaknya terpisah dari kandang yang lain..
3. Melakukan vaksinasi
Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan
prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh, sehingga tubuh dapat
menahan serangan penyakit. aksinasi dilakukan dengan tujuan untuk memicu respon tubuh ternak,
dengan memasukkan agen penyebab penyakit dengan dosis tertentu, yang diharapkan mampu
merangsang reaksi kekebalan yang akan meningkatkan sistem kekebalan hewan/ternak untuk
bereaksi secara cepat dan efektif terhadap penyakit yang mungkin menyerang ternak di lapangan.
Vaksinasi dirancang untuk mencegah penyakit yang akan datang dan tidak berarti mencegah
terjadinya infeksi.

4.2.10. Sistem Penanganan Limbah Domba


Penanganan limbah di Echo Farm masih bersifat tradisional tanpa limbah
dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk, dibawa ke perkebunan milik manajer Echo Fram.
Setelah itu, limbah cair tersebut juga dapat di ambil masyarakat setempat yang
membutuhkan untuk dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk.

58
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Ternak Domba Pedaging

Adapun kesimpulan yang penulis ambil dalam uraian ternak domba diatas
adalah sebagai berikut:
1. Hal paling utama yang sangat diperhatikan dalam pemeliharaan domba
adalah manajemen pakannya, manajemen kesehatan dan keberisihan kandang.
2. Usaha domba pedaging merupakan suatu usaha yang paling prospek untuk
memenuhi kebutuhan protein manusia.
3. Manajemen pakan dan mepeliharaan yang baik merupakan inti dari proses
produksi.

5.1.2. Ternak Ayam Broiler

Sistem biosecurity yang diterapkan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm


Medan Unit 4 sudah baik dan kegiatan kontrol kandang yang dilakukan secara rutin
dapat mengantisipasi lolosnya penyakit yang masuk area farm.

5.2. Saran

5.2.1. Ternak Domba

Adapun saran yang penulis tunjukkan untuk Echo Farm adalah sebagaiberikut:
1. Agar kebutuhan logistik dan perlatan dapat dilengkapi dan di penuhi untuk
mempermudah kegiatan di perusahaan.
2. Meningkatkan dan memperketat biosecurity kandang, agar ternak terhimdar
dari berbagai penyakit terutama penyakit menular

59
5.2.2. Ternak Ayam Broiler

Adapun saran yang penulis tunjukkan untuk PT.CHAROEN POKPHAND JAYA


FARM 2 adalah sebagai berikut:
1. Agar peralatan yang rusak sebaiknya diganti dengan yang baru.

2. Agar ternak yang mati sebaiknya di kumpulkan dan dibuang supaya tidak
mendatangkan lalat sebagai pembawa penyakit.
3. Penggunaan obat dan vitamin agar dilakukan sesuai dengan dosis dan
kebutuhan ternak ayam broiler.
4. Agar penambahan sekam alas kandang dapat diberikan secara teratur
sehingga tidak menyebabkan ammonia naik dan lantai kandang tidak
kotor.

60
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal
Peternakan. Jakarta.

Abidin, Z.2002. Penggemukan domba. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Afrawati A., Z. saam dan S. Tarumun,. 2014. Analisa Budaya Perkandangan: Sistem
Beternak Domba pedaging Berkelanjutan di Kecamatan Kirante dan singingi
KabupatenKuantan Singin

Alamsyah. 2005. Teknik Meramu Pakan Ayam dan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Amrullah, Ibnu Katsir. 2004. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi.
Bogor

Anonimous 2010. Populasi Ternak di Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik


Indonesia, Jakarta.

. 2008. Mengenal Mesin Tetas Otomatis (Modern). Direktorat pembinaan


SMK.

Anonimous 2010. Populasi Ternak di Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik


Indonesia, Jakarta.

. 2011. Program Vaksinasi. http://www.infomedion. Com

Anonymous. 2005. Barang yang Dihasilkan Industri Besar dan Sedang di Jawa Timur
2002. BPS Prop. Jawa Timur.

Anonymous. 2009. Hijauan Makan Ternak Kambing Etawa. Tersedia pada


http://kambingetawa.blogspot.com/2009/05/hijauan-makan-ternak- kambing-

61
etawa.html, Diakses tanggal 2 Oktober 2013.

Anonymous.2012.TataLaksanaPenetasan.http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/05/t
ata-laksana penetasan.html

Aziz, F.A. 2009. Analisis Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler Studi Kasus
Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor.
Skripsi Sarjana Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Dahlan dan Hudi, 2011 Dahlan, M, dan Hudi, N.2011. Studi Manajemen
Perkandangan Ayam Broiler diDusun Wangket Desa Kaliwates kecamatan
Kembang Bahu Kabupaten Lamongan: Jurnal Ternak, 2(1): 11-13.

Daud, M. 2005. Peforman ayam pedaging yang diberi probiotik dan prebiotic dalam
ransum. Jurnal Ilmu Ternak 5(2): 75-79.

Ellis, 2002 Ellis. 2002. Penggemukan Domba Potong dan Pengendalian


Penyakit.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Fadilah, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Agro Media Pustaka. Bogor.

Gunawan (2010) Gunawan dkk. 2010. Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba.

Kartasudjana, R. Dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Lacy, M. and L. R. Vest. 2000. Improving Feed Convertion in Broiler: A Guide for
Growers. Springer Science and Business Media Inc, New York.

Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

62
Nova K. 2008. Pengaruh Perbedaan Persentase Pemberian Ransum Antara Siang Dan
Malam Hari Terhadap Performans Broiler Strain CP 707. J Anim. Sci. 10(2):
117-121.

Nurdana, F., M. Makin dan A. Firman. 2015. Hubungan antara penerapan good dairy
farming practice dengan tingkat pendapatan peternak pada peternakan rakyat.
J. Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 4 (3) : 29-63.

Prihadi, S. (1996). Tatalaksana dan Produksi Ternak Domba. Yogyakarta: Jurusan


Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Wangsamanggala.

Priyatno. 2002. Membuat Kandang Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purwanto, H. dan D. Muslih.2006. Tatalaksana Pemeliharaan Domba. Temu Teknis


Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006. Bogor (Indonesia): Kementrian
Pertanian

Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.


Rasyaf. 2007. Manajemen peternakan ayam petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Riyanto, E., & Purbowati, E. (2009). Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hernaman I., N. Ainunisa., R. Hidayat., A. R. Tarmidi., T. Dhalika., A.Budiman., D.
Rahmat. 2019. Perbandingan Model Pendugaan Total Digestible Nutrients (TDN)
dan Protein Tercerna pada Domba Garut Jantan yang Diberi Ransum Berbasis
Bahan Pakan Lokal.Fakultas Peternakan – Universitas Padjadjaran.

Sugeng dan Sudarmono. 2011. Beternak Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.

63
Rusianto N. 2008. Manajemen Berternak Ayam Petelur. Tinjo Grup. Surabaya.

Surya. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Domba Potong di Kecamatan Stabat


Kabupaten Langkat. Laporan hasil penelitian Fakultas
pertanian. USU

Setyono, D. J. dkk. 2013. Sukses Meningkatkan Produksi Ayam Petelur. Jakarta :


Penebar Swadaya

Sinurat, A. P. 2000. Penyusunan Ransum Ayam Buras dan Itik. Pelatihan Proyek
Pengembangan Agribisnis Peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni
2000.

Sudaro, Y. dan A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Sudaryani, T. dan Santoso. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng Y.B. 1998. Beternak Domba Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Sugeng, Y. B. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Hernowo, B. 2006.
Prospek Pengembangan Usaha Peternakan domba Potong di Kecamatan
Surade Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi
Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono, R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.

Penebar Swadaya, Jakarta. 163-165

Susilawati, E. Masito. 2010. Teknologi pembibitan ternak. Agro inovasi. Jambi.

64
Sutrisno, (2013) Sutrisno, Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan
Kelima. Yogyakarta: Prenada Media

Sutrisno, Betha. 2013. Tabel Nilai Nutrisi Bahan Pakan. http:// bumiternak-
betha.blogspot.com /2013 /04/ tabel-nilai-nutrisi-bahan-pakan.html. Diunduh
pada tanggal 16 Desember 2013.

Syarief, M. Z. dan Sumoprastowo, C. D. (1990). Ternak Domba. Jakarta: CV.


Yasaguna.

Tamalludin, F. 2012. Ayam broiler 22 hari panen lebih untung: Penebar Swadaya,
Jakarta.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where do
we go. Prosiding 11th International Congress of the World Poultry
Association.

Manshur. 2009. Metode PenelitianDomba Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan kandang PT. Charoen Pokphand Jaya
Farm

Foto bersama pimpina dan maneger

Pengutipan Telur

66
Proses Grading Telur

Pemberian Pakan

67
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan kandang Echo Farm.

Foto bersama pemilik Echo Farm

Pemberian Obat Cacing Domba

68
Mixer kosentrat

Pengadukan bahan bahan kosentrat

69

Anda mungkin juga menyukai