MATERI
ESTERIFIKASI
Oleh :
Nur Peni Barokah NIM. 21030116140182
Alif Dzaki Wicaksono NIM. 21030116140172
Fisia Aqrorina NIM. 21030116120040
MATERI
ESTERIFIKASI
Oleh :
Nur Peni Barokah NIM. 21030116140182
Alif Dzaki Wicaksono NIM. 21030116140172
Fisia Aqrorina NIM. 21030116120040
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Proses Kimia dengan Materi Esterifikasi yang disusun oleh :
Kelompok : 4 Selasa
Hari :
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Proses
Kimia berjudul Kontrol Level dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak maka laporan ini tidak akan dapat terselesaikan. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng. selaku Dosen penanggung jawab
Laboratorium Proses Kimia.
2. Dr. Ir. Ratnawati, MT selaku Dosen Pengampu Materi Esterifikasi.
3. Nur Haniza Roviqoh Dewi, selaku Koordinator Asisten Laboratorium
Proses Kimia.
4. Muhammad Iqbal dan Tifany Minasheila selaku asisten pengampu
materi Esterifikasi.
5. Segenap asisten Laboratorium Proses Kimia.
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca. Laporan ini disadari masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari berbagai pihak diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
Ringkasan
Summary
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
k=A
dengan :
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal
Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju
reaksi dipengaruhi oleh nilai A, EA, dan T, semakin besar faktor tumbukan (A)
maka konstanta laju reaksinya semakin besar. Nilai energi aktivasi (EA)
dipengaruhi oleh penggunaan katalis, adanya katalis akan menurunkan energi
aktivasi sehingga nilai k semakin besar. Semakin tinggi suhu (T) maka nilai k juga
semakin besar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirbaskar dkk (2001)
untuk reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol menggunakan katalis asam
dengan ion exchange resin diperoleh bahwa untuk reaksi ke arah pembentukan
produk (k1) memiliki nilai EA = 104129 kJ/kmol, A = 2,6.1014 (m3)2 kmol-2 s-1 .
[ ] ⁄
⁄
Berdasarkan tinjauan termodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi
tersebut endotermis atau eksotermis dengan meninjau perubahan entalpi. Dari
perhitungan perubahan entalpi ΔH bernilai negatif yang menandakan bahwa
reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol bersifat eksotermis.
∆Gof reaksi = ∆Gof produk - ∆Gof reaktan
Diketahui data ∆Go standar (Yaws, 1997) :
⁄
⁄
⁄
⁄
[ ] ⁄
⁄
Dari persamaan Van’t Hoff :
= ( )
= ( )
Dari perhitungan energi Gibbs di dapat nilai K pada asumsi suhu 40oC
didapat nilai sebesar 6,798, maka dapat disimpulkan reaksi esterifikasi asam
asetat dengan etanol merupakan reaksi reversible.
K= ( ( ))
K=( )
6,798 = ( )
( )
5
Menghitung nilai konversi teoritis
Asumsi suhu 50oC didapatkan K = 6,1405
Pada saat kesetimbangan
K= ( ( ))
K=( )
6,798 = ( )
4,577
Sehingga pada saat kesetimbangan dengan suhu operasi 50oC secara
teoritis didapatkan nilai konversi sebesar 91,8%.
Keterangan :
K = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal
Semakin besar tumbukan, maka semakin besar pula harga
konstanta kecepatan reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih
optimal.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius, bila suhu
naik maka harga k semakin besar, sehingga reaksi berjalan cepat dan
hasil konversi makin besar.
5. Katalisator
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalisator agar
berjalan lebih cepat. Katalisator berfungsi untuk mengurangi energi
aktivasi pada suatu reaksi, sehingga pada suhu tertentu harga konstanta
kecepatan reaksi semakin besar.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Merangkai Alat
Panaskan methanol
3.2.2 Alat
1. Labu Leher Tiga
2. Pendingin Balik
3. Kompor Listrik
4. Magnetic Stirrer
5. Termometer
6. Pengaduk
7. Buret
8. Pipet Volume
9. Pipet Ukur
10. Statif dan Klem
11. Erlenmeyer
12. Beaker Glass
13. Labu Takar
Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0,5 XA suhu 40 C
0,4 XA suhu 50 C
0,3
0,2
0,1
0
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
Maka dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil praktikum hubungan
waktu terhadap konversi sesuai dengan teori yang ada.
4.2 Hubungan Suhu Terhadap Konversi
1
0,9
0,8
0,7
0,6
XA
0,5 XA suhu 40 C
0,4
XA suhu 50 C
0,3
0,2
0,1
0
0 10 20 30 40
Waktu (menit)
( )
0,005
0,004
0,003
k
0,002 K1
K2
0,001
0
Suhu 40 C Suhu 50 C
Suhu
Berdasarkan grafik hubungan suhu reaksi dan nilai konstanta laju reaksi
terlihat bahwa reaksi dengan suhu 50˚C memiliki nilai konstanta laju reaksi yang
lebih tinggi daripada reaksi dengan suhu 40˚C. Dimana reaksi dengan suhu 50˚C
memiliki harga k1 sebesar 4,1x10-4 mol/menit dan k2 sebesar 6,68×10−4mol/menit.
Sedangkan reaksi dengan suhu 40˚C memiliki harga k1 sebesar
3,986×10−3mol/menit dan k2 sebesar 5,86×10−4mol/menit.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa konstanta laju reaksi
bertambah besar seiring dengan naiknya suhu operasi. Dimana teori tersebut
sesuai dengan persamaan Arrhenius :
( )
meningkatnya suhu, reaksi ke kanan antara asam asetat dengan metanol akan
semakin cepat (k1) dan reaksi ke kiri antara senyawa ester dan air akan semakin
lambat (k2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu dapat mempercepat laju
reaksi pembentukan produk (metil asetat) dan memperlambat laju reaksi
penguraian produk (Nuryoto dkk; 2011).
Variabel K
Suhu 40 oC 6,798
Suhu 50 oC 6,145
karena dengan meningkatnya suhu maka akan meningkatkan laju reaksi ke kanan
(pembentukan produk) atau kiri (penguraian produk) dengan tanpa mengubah
nilai konstanta kesetimbangan yang ada pada suatu kesetimbangan reaksi tertentu.
Peningkatan suhu hanya akan mengubah waktu yang diperlukan suatu reaksi
untuk mencapai kesetimbangan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Konversi meningkat seiring dengan kenaikan suhu. Namun pada suhu
50ºC konversinya lebih kecil dari suhu 40ºC dikarenakan metanol telah
melewati titik didihnya, menyebabkan jumlah metanol dalam fasa cair
berkurang sehingga sedikit pula yang beraksi dengan asam asetat dan
memberikan harga konversi yang rendah.
2. Pada reaksi esterifikasi yang bersifat eksotermis, kenaikan suhu akan
menyebabkan reaksi bergeser ke arah reaksi endotermik (kiri). Sehingga
harga K pada suhu tinggi lebih rendah dari K pada suhu yang lebih
rendah.
3. Konstanta laju reaksi meningkat seiring dengan kenaikan suhu. Namun,
pada suhu 50ºC harga k rendah, dikarenakan reaksi pada 50ºC berada di
atas titik didih metanol sehingga metanol yang bereaksi lebih sedikit dan
konstanta laju reaksi yang didapatkan lebih rendah.
5.2 Saran
1. Suhu operasi dijaga konstan agar hasil yang didapatkan tepat.
2. Ketelitian saat menentukan TAT perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Arif Rahman dan Irawan S.. 2010. Kajian Awal Sintesis Biodiesel dari
Minyak Dedak Padi Proses Esterifikasi. Skripsi. Semarang : Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Undip
Haritsah, Iftironi., 2013. Regenerasi Katalis Pt/Zeolit dan H-Zeolit Serta Uji
Aktivitasnya dalam Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dan Etanol.
Yogyakarta : Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Gadjah Mada.
Hikmah, Maharani Nurul dan Zuliyana. 2012. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel)
dari Minyak Dedak dan Metanol dengan Proses Esterifikasi dan
Transesterifikasi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan Metanol Menjadi
Biodiesel dengan Metode Distilasi Reaktif. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah
Levenspiel. O., 1999. Chemical reaction Engineering 3rded, Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd, Tokyo
Nuryoto, dkk. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
Menggunakan Katalisator Indion 225 Na. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada.
Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi reaksi Esterifikasi Asam Asetat dengan
1-Heksena, Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan Etanol.
Skripsi. Jakarta : Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ridwan.2013. Perancangan Pabrik Metanol Kapasitas Tinggi. Universitas
Sumatra Utara
Smith, JM, dkk. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics,
Sixth Edition. Mc Graw Hill
Supardjan. 2004. Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1 dengan Katalis Basa. J.
Pharmacon. Vol. 5, No. 2, h.48-55
LAPORAN SEMENTARA
Materi :
HIDRODINAMIKA REAKTOR
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4 / SELASA
ALIF DZAKI WICAKSONO 21030116140172
FISIA AQRORINA 21030116120040
NUR PENI BAROKAH 21030116140182
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui pengaruh perbandingan mol terhadap konversi pada proses
esterifikasi.
2. Mengetahui pengaruh perbandingan mol terhadap arah kesetimbangan (K)
pada proses esterifikasi.
3. Mengetahui pengaruh perbandingan mol terhadap konstanta laju reaksi (k)
pada proses esterifikasi.
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan Yang Digunakan
1. Asam Asetat 98% 108,79 ml
2. Metanol 89% 350,68 ml
3. H2SO4 0,2 N 2,53 ml
4. NaOH 0,35 N 3,57 gram
5. Indikator PP 30 ml
2. Menghitung Densitas
Mencari densitas
* +
=
* +
LEMBAR PERHITUNGAN
* +
* +
18,131
( )
2. Tinjauan Termodinamika
Menghitung H
⁄
⁄
⁄
⁄
[ ] ⁄
⁄
Menghitung G
⁄
⁄
⁄
⁄
[ ] ⁄
⁄
= ( )
= ( )
3. Tinjauan Stokiometri
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
∫ ∫
( )
√
=
√ –
=
= 5,58
= 0,96
Sehingga
∫ *∫ ∫ +
Maka:
(A+B)X =0
A+B =0
A = -B
Substitusi A dan B
[∫ ∫ ] ∫
[∫ ∫ ] ∫
0 *∫ ∫ + ∫
0 ( [ ] [ ] )
* [ ] [ ] [ ] [ ]+
[ ][ ]
* ( )+
[ ][ ]
[ ][ ]
Sehingga didapat * ([ ][ ]
)+ sebagai nilai y, sebagai nilai
m dan t sebagai x.
t (x) Y Xy x2
0 0 0
10 0,039 0,39 100
20 0,101 2,02 400
30 0,139 4,17 900
40 0,155 6,2 1600
∑ x =100 ∑ y = 0,4397 ∑ xy = 12,78 ∑ x2= 3000
Mencari nilai m
∑ ∑ ∑
∑ ∑
* +
* +
18,131
( )
[ ] ⁄
⁄
Menghitung G
⁄
⁄
⁄
⁄
[ ] ⁄
⁄
( )
3. Tinjauan Kinetika
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
∫ ∫
( )
√
=
√ –
=
=
= 5,7
= 0,96
Sehingga
( )
∫ ( )
*∫ ∫ +
( )
Maka:
(A+B)X =0
A+B =0
A = -B
Substitusi A dan B
[∫ ∫ ] ∫
[∫ ∫ ] ∫
[∫ ∫ ] ∫
( )
* [ ] [ ] [ ]+
[ ][ ]
* ( )+
[ ][ ]
[ ][ ]
Sehingga didapat * ([ ][ ]
)+ sebagai nilai y, sebagai
REFERENSI