NIM : 160204005
No Tanda
Lulus/Tidak Lulus/Tidak Pengesahan
Jenis Kompetensi
Tes 1 Tes 2 Lulus Tes dari
Asisten
1 Mengetahui seluruh jenis alat gelas
sederhana di laboratorium
2 Pembacaan Meniskus
5 Penggunaan Furnace
7 Penggunaan Timbangan
9 Penanganan bahan/standar
10 Safety laboratorium
Keterangan:
1. Peserta yang berhak untuk mengikuti pelaksanaan praktikum hanya yang dinyatakan LULUS TES
Kompetensi dasar
2. Bagi yang belum lulus tes tahap 1, disediakan kesempatan untuk memperbaiki hanya pada tes
tahap 2.
Form Rekap Penilaian Praktikum Kimia Anorganik
Tanda
Tanggal Post Laporan Jumlah Nilai
No Judul Praktikum Pretest Keaktifan Sanksi tangan
Praktikum Test Akhir Nilai Akhir
Asisten
1 Uji Kompetensi 1
2 Uji Kompetensi 2
3 Pembuatan Soda
Kostik Preparatif
4 Pembuatan Dan
Pemurnian Kalium
Iodidat
5 Senyawa Kompleks
Dari Na2c2o4 Dan
H2c2o4
6 Penentuan Rumus
Molekul Senyawa
Kompleks
7 Sintesis Smart
Material Mangan
Oksida Berongga
8 Uji Korosi Pada Besi
9 Pembuktian
Penguapan Iodium
Dalam Garam Dapur
10 Kesadahan Air
11 Pembuatan Zeolit
12 Extra 1
13 Extra 2
(Prasetya, M.Si)
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
Disusun Oleh:
Sayyidah El-fatihah Salsabila
160204005
KELOMPOK 2
Dinilai Oleh:
Yola Prihardini Sasqia Putri
Jumlah:________
I. Dasar Teori
Min:5 Mak: 14
Dasar Teori hanya mencantumkan: Dasar Teori mencantumkan:
Panduan Praktikum Nilai: 5 referensi Buku
Ditambah dengan referensi 3 Jurnal Nasional (terlampir)
blok/fb/Wikipedia/sejenis 2 Jurnal Internasional (terlampir)
Natrium (Na) telah dipandeng sebagai hara esensiri bagi kelompok tanaman halofita seperti
Atritrtlex vesicaria dan tanaman kelompok C4 yang memiliki iintasan fotosintesis dikarboksilat.
Fungsi Na adalah berperan sebagai regulator nitrat redukta"e, pembukaan stomata, akumulasi
asam oksalat, sintesa dan kadar asam amino seperti prolin dan betain, komposisi mineral K, Na,
Ca, dan Mg (Anwar,2012).
Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal aluminium silikat yang mempunyai
struktur tiga dimensi, berpori dan banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti
adsorben, katalis dan lain-lain. Biasanya pori zeolit diisi oleh kation alkali atau alkali tanah dan
molekul air bila dalam keadaan basah, dalam media air kation tersebut dapat bergerak bebas dan
dapat ditukar dengan kation lain yang sesuai. Menurut Marcus dan Liquornic molekul air yang
terperangkap dalam pori dapat digantikan oleh garam tertentu yang ukurannya sesuai
(Taslimah,2003).
Berdasarkan hal tersebut bila zeolit alam direndam dalam larutan garam ammonium sulfat
diduga bahwa kation dalam pori zeolit akan tertukqr oleh kation ammonium ,sebagian molekul
air akan tergantikan oleh molekul garam ammonium sulfat, sedang adanya perlakuan panas pada
senyawa yang dihasilkan dimungkinkan terjadi perubajan struktur pada zeolit (Taslimah,2003).
Pengembangan sintesis senyawa kompleks masih terus berkembang hingga saat ini.
Kebutuhan aplikasi senyawa kompleks terutama sebagai katalis terus dikembangkan. Senyawa-
senyawa kompleks dari unsur-unsur di blok d memiliki kelebihan dibanding senyawa lain karena
memiliki orbital d yang kosong. Orbital d inilah yang umunya berperan dalam proses katalisis
(Saria,2012).
Senyawa kompleks dilaboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan ligan yang
merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas dengan logam yang merupakan
penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan. Berdasarkan banyaknya elektron yang
didonorkan oleh ligan maka ligan dapat diklasifikasikan menjadi ligan monodentat, ligan
bidentat dan ligan multidentat. Ligan monodentat hanya dapat mendonorkan sepasang elektron
yang dimilkinya ke logam. Ligan bidentat dapat mendonorkan dua pasang elektron yang
dimilikinya ke logam, sedangkan banyak elektron yang bisa didonorkan ke logam pada ligan
multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat membentuk struktur kelat dalam kimia
koordinasi oleh karena banyaknya pasangan elektron yang bisa didonorkan ke logam
(Saria,2012).
Teknik sintesis senyawa kompleks relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan sintesis
material anorganik maupun senyawa organik. Dengan proses reaksi kimia biasa dan proses
kompleksasi ligan logam maka akan terbentuk senyawa kompleks. Dalam jurnal penelitian ini
akan diulas sintesis senyawa kompleks kobalt dengan ligan asetilasetonato yang merupakan ligan
bidentat. Selanjutnya senyawa kompleks hasil sintesis dikarakterisasi secara konvensional
spektroskopi untuk kemudian diusulkan struktur senyawa kompleks yang terbentuk dari hasil
sintesis (Saria,2012).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaCl dengan berat tertentu lalu dicampur
dengan MgCl2.6H2O (sebagai sumber MgCl2) sehingga diperoleh garam campuran MgCl2-
NaCl dengan konsentrasi (%) NaCl sesuai yang dikehendaki yaitu 30%, 50% dan 70%. Dalam
proses pemanasannya, H2O dalam MgCl2.6H2O akan hilang atau menguap (Sigit,2005).
Ion logam terkoordinasi dengan akrilamida juga meningkatkan keelektrofilikan dari
akrilamida dan meningkatkan reaktivitasnya. Nikel-mengandung 2–piridilantrasena yang
mengadung Nikel, diketahui mengkatalisis konversi akrilamida menjadi etil akrilat4. Oleh karena
itu, penelitian ini berkaitan dengan kimia koordinasi akrilamida dengan berbagai ion lain seperti
Fe (II), Co (II), Ni (II), Cu (II) dan Zn (II) (Khair,2012).
Banyak senyawa kompleks yang telah disintesis dan menghasilkan suatu senyawa antara
sebagai katalis. Salah satu senyawa yang dapat digunakan di dalam sintesis kompleks adalah
ligan yang berasal dari senyawa Schiff base, senyawa kompleks yang terbentuk tersebut
merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan di beberapa macam penerapan ilmu,
seperti dalam ilmu biologi, klinik, dan analitik (Sirumapea,2015).
II.1. Alat
Tanggal
No. Nama Alat Sertifikat Kalibrasi Faktor Koreksi
Kalibrasi
III.Cara kerja
Min:10 Mak: 14
Disusun normatif Disusun sangat spesifik dan detail
Nilai:
Kalimat deduktif (sudah dilakukan)
Ada skema
2ml Larutan
Ammonia
Beker Gelas
1,25ml Aquades
0,005mol CuSO4
Ditambahkan 4ml
1,245gr
Alkohol 50%
Ditutup dengan
aluminium foil dan
didiamkan 30menit
Disaring kristal
yang terbentuk
Ditimbang Kristal
yang didapat
0,005mol Kristal
Beker gelas 500ml
Ammonium 0,66gr
Dipanaskan
5ml aquades
sampai larut
Disaring kristal
yang terbentuk
Ditimbang Kristal
yang didapat
Hasil Praktikum
Min:10 Nilai: Mak: 15
Disusun normatif Seluruh pengamatan disusun sangat spesifik dan detail dalam tabel
Pengendalian mutu masuk batas keberterimaan
CuSO4 1,2450 gr
Ammonia 0,6688 gr
1,2450gr CuSO4
0,005 mol + 0,6688gr
Ammonia 0,005 mol
+ 5ml aquades
IV. Pembahasan
Min: 10 Nilai: Mak: 25
Disusun normatif Pembahasan sangat spesifik dan detail meliputi
Proses & reaksi
Fungsi penggunaan zat dan cara kerja
yang dilakukan
Evaluasi hasil
Kesesuaian dengan teori
Pembahasan tentang pengendalian mutu
Dasar Teori mencantumkan:
5 referensi Buku
3 Jurnal Nasional (terlampir)
2 Jurnal Internasional (terlampir)
Pengembangan sintesis senyawa kompleks masih terus berkembang hingga saat ini.
Kebutuhan aplikasi senyawa kompleks terutama sebagai katalis terus dikembangkan. Senyawa-
senyawa kompleks dari unsur-unsur di blok d memiliki kelebihan dibanding senyawa lain karena
memiliki orbital d yang kosong. Orbital d inilah yang umunya berperan dalam proses katalisis
(Saria,2012).
Senyawa kompleks dilaboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan ligan yang
merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas dengan logam yang merupakan
penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan. Berdasarkan banyaknya elektron yang
didonorkan oleh ligan maka ligan dapat diklasifikasikan menjadi ligan monodentat, ligan
bidentat dan ligan multidentat. Ligan monodentat hanya dapat mendonorkan sepasang elektron
yang dimilkinya ke logam. Ligan bidentat dapat mendonorkan dua pasang elektron yang
dimilikinya ke logam, sedangkan banyak elektron yang bisa didonorkan ke logam pada ligan
multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat membentuk struktur kelat dalam kimia
koordinasi oleh karena banyaknya pasangan elektron yang bisa didonorkan ke logam
(Saria,2012).
Garam kompleks lebih banyak jumlahnya daripada garam gangkap karena pada proses
pembuatan garam kompleks tersebut tidak ada proses pemanasan sehingga tidak ada zat yang
menguap dan juga pada saat mmenunggu pembentukan kristal garam tersebut ditutupi dengan
aluminium foil sehingga mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk
membentuk kritsal monoklin sempurna. Pada garam rangkap tersebut karena telah ada proses
pemanasan sehingga zat yang telah dicampur tersebut ada yang menguap, dan juga pada saat
didinginkan atau didiamkan selama 30menit garam rangkap tidak ditutupi dengan aluminium foil
sehingga proses penguapan tersebut terjadi dan kristal yang didapat lebih sedikit daripada garam
kompleks.
Garam kompleks yang dibuat dalam percobaan ini adalah Cu(NH3)4SO4.6H2O yang
dihasilkan dari mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan NH3
pekat. Sebelum direaksikan dengan amonia, CuSO4.5H2O dilarutkan terlebih dahulu
menggunakan aquades. Garam kupri sulfat pentahidrat mampu larut dalam air karena kandungan
garam tersebut mengandung air berupa hidrat.
CuSO4.5H2O + H2O Cu2+ + SO42- + 6H+ + 6OH-
Fungsi dilarutkannya kupri sulfat pentahidrat adalah agar garam yang larut menjadi ion-
ion yang tidak stabil sehingga ketika larutan garan kupri sulfat pentahidrat ditambahkan amonia
pekat mudah sekali untuk bereaksi membentuk garam kompleks tetramminocopper(II) sulfat
heksahidrat dengan rumus molekul Cu(NH3)4SO4.6H2O berwarna biru tua gelap. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Cu2+ + SO42- + 6H+ + 6OH-+ 4NH3 → Cu(NH3)4SO4.6H2O
Ketidakstabilan ion-ion yang terurai akibat dilarutkan, akan bereaksi dengan amonia.
Amonia yang diberikan secara berlebih merupakan energi berlebih agar garam terbentuk secara
sempurna. Ion-ion akan bereaksi dengan amonia, ion Cu2+ akan diikat oleh atom N yang
bermutan negatif parsial, dan ion sulfat akan diikat oleh atom H dalam amonia yang bermuatan
positif parsial. Ikatan tersebut diakibatkan oleh reaktifnya ion-ion yang tidak setabil sehingga
ion-ion tersebut mengikat amonia yang memiliki mutan parsial dan terbentuklah senyawa
kompleks Cu(NH3)4SO4.6H2O.
Tujuan pemanbahan alkohol sebagai pengubah wujud dari fasa larutan menjadi padatan.
Alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan dielektrik rendah dan
mengurangi energi solvasi ion-ion. Alkohol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap.
Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan alkohol langsung dilakukan penutupan
gelas bekker menggunakan alumunium foil untuk mengurangi penguapan selama pembentukkan
kristal. Kristal garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat heksahidrat sebanyak 1,8561 gram
dengan rendemen yang sebesar 185,61 %.
Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal
sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam rangkap yang dibuat dalam percobaan
ini adalah CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO 4.5H2O
dan (NH4)2SO4.
Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang berwarna biru
keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna namun
setelah pemanasan, kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan
homogen berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation
maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya
pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies
ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam pelarut
organik. Larutan segera ditutupi dengan alumunium foil sehingga dapat mencegah menguapnya
beberapa ion yang diinginkan untuk dapat membentuk kristal monoklin sempurna.
Percobaan ini didapatkan garam rangkap kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin
berwarna biru bening seberat 0,4962 gram dan persennya sebessar 49,62%. Warna biru pada
kristal-kristal tersebut merupakan warna dari ion Cu 2+ yang menjadi salah satu komponen
pembentuk garam rangkap tersebut. dengan rendemen sebesar 87,198 %. Reaksi yang terjadi
dalam pembuatan garam ini yaitu:
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
a. Garam Kompleks
Garam kompleks = kertas saring berisi – kertas saring kosong 1 x 100%
= 2,9054 gr – 1,0493gr x 100%
= 1,8561 gr x 100%
= 185,61%
b. Garam Rangkap
Garam rangkap = kertas saring berisi – kertas saring kosong 2 x 100%
= 0,9429gr –0,4467gr x 100%
= 0,4962 gr x 100%
= 49,62 %
V. Kesimpulan
Min: 2 Mak: 5
Nilai:
Disusun normatif Sangat spesifik dan sesuai tujuan
Min: 3 Mak: 5
Disusun normatif Nilai: Mencantumkan seluruh refersni yang dicantumkan dalam laporan
Penulisan daftar pustaka menggunakan Harvard style
Anwar, S. 2012. Peluang Garam Dapur (NaCI) Sebagai Alternatif Pengganti KCI Secara Parsial
dalam Teknologi Produksi Tanaman Sorghum. Jurnal Litbang Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Khair, M., dan Ningsih, S. K. W. 2012. Sintesis Senyawa Koordinasi AkrilAmida dan Asam
Adipat. Jurnal Sains.
Saria, Y., Lucyanti., Hidayati, N., dan Lesbani, A. 2012. Sintesis Senyawa Kompleks Kobalt
dengan Asetilasetonato. Jurnal Penelitian Sains. 15 (3).
Sigit., Ginting, A. B., dan Wahyono, H. 2005. Analisis Termal Garam Campuran MgCl2-NaCl. J.
Tek. Bhn. Nukl. 1(1) : 1-57.
Sirumapea, L., Asmiyanti., dan Khoirunisa, A. 2015. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Antibakteri Kompleks Fe (III) dengan Derivat Schiff Base. Jurnal Farmasi. 2(2).
Taslimah., Muharam, S., Sumardjo, D. 2003. Pemerangkapan Garam Ammonium Sulfat dalam
Zeolit. Jurnal Kimia. 6 (2).
Lampiran:
Min: 3 Mak: 10
Disusun normatif File referensi sangat sesuai
Nilai:
File referensi kurang Jawaban tugas sangat baik
Jawaban tugas normatif
1. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam rangkap kupri ammonium sulfat dilarutkan
dalam air
Jawab : Cu2+ menjadi ion pusat dan ligan nya ialah SO42- dan NH4+. Air ialah ion
terhidrasi karena sifatnya sebagai pelarut yang baik. jika dilarutkan dalam air berlebih
akan mengalami perubahan warna menjadi biru muda.
2. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam kompleks tertramintembaga(II) sulfat
dilarutkan ke dalam sedikit air.
Jawab : ion kompleks pada tetramin tembaga (II). Ion Cu2+ . dimana jika ditambahkan
dalam sedikit air akan berubah warna menjadi biru pekat sedangkan jika dilarutkan dalam
air berlebih akan mengalami perubahan warna menjadi biru muda.