OLEH :
A1L1 19 077
Kepala Laboratorium
Jurusan Pendidikan Kimia
ii
RIWAYAT HIDUP
tahun 2007 dan lulus di SD Negeri 13 Napabalano memiliki prestasi masuk peringkat
Negeri 1 Napabalano dan lulus di SMP Negeri 1 Napabalano dan lulus pada tahun
pada tahun 2019. Setelah lulus pendidikan pada menengah atas penulis melanjutkan
study masuk Perguruan Tinggi Negeri setelah mengikuti beberapa seleksi masuk PTN
Penulis Kemudian lulus disalah satu Universitas Negeri di Kota Kendari yaitu
Universitas Halu Oleo Jurusan Pendidikan kimia Fakultas Keguruan Dan Ilmu
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
terkait yang telah memberi dukungan dan serta bimbingan yang telah diberikan
selama menyusun laporan ini. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :
4. Orang tua penulis, yang selalu menjadi penyemangat dalam menjalani masa
praktikum.
5. Sahabat sahabat di Pendidikan Kimia 019, yang selalu membersamai dan selalu
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
sehingga laporan lengkap Praktikum Kimia Anorganik ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Laporan lengkap praktikum ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
Anorganik dan para asisten pembimbing serta kepada semua pihak yang telah
dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa laporam lengkap praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
lebih baik. Akhir kata, semoga laporan lengkap ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul .................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ............................................................................................ ii
Riwayat Hidup .................................................................................................... iii
Ucapan Terima Kasih .......................................................................................... iv
Kata Pengantar ...................................................................................................... v
Daftar Isi............................................................................................................... vi
Daftar Tabel ........................................................................................................ vii
Daftar Gambar ................................................................................................... viii
Daftar Lampiran ................................................................................................... ix
Percobaan I : Pembuatan Natrium Tiosulfat ................................................ 1
Percobaan II : Sintesis dan Pemurnian KNO3 Hasil Reaksi KCl dengan
NaNO3 melalui Metode Rekritalisasi ................................. 19
Percobaan III : Pemurnian Bahan melalui Rekritalisasi .............................. 34
Percobaan IV : Stoikiometri Reaksi Logam dengan Garam ......................... 47
Percobaan V : Stoikiometri Kompleks Ammin-Tembaga (II) ..................... 61
PercobaanVI : Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat
Heksahidrat (Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) dan Garam
Kompleks Tetraamin Tembaga (II)Sulfat Monohidrat
(Cu(NH3)4SO4.H2O ............................................................. 78
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 95
Lampiran .................................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Garam terbentuk ketika suatu asam dan basa bereaksi dan saling menetralkan
satu sama lain sehingga hasilnya tidak mempunyai sifat-sifat asam dan basa. Ion
hidrogen (H+) dari asam dan ion hidroksida (OHˉ) dari basa dalam reaksinya satu
sama lain akan membentuk air. Natrium adalah salah satu logam alkali pembentukan
garam yang bersifat basa. Unsur ini berkilau, lunak dan merupakan konduktor listrik
yang baik. Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat.
Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang
Natrium Tiosulfat merupakan garam dari suatu senyawa tiosulfat dan natrium.
Garam natrium tiosulfat ini bisanya berbentuk sebuk berwarna putih. Garam ini
sering kali kita jumpai dalam bentuknya hidratnya yaitu Na2S2O3.5H2O dan Na2S2O3.
10H2O. Asam tiosulfat tidak bisa dibentuk dengan menambahkan asam kedalam
tiosulfat karena adanya dekomposisi asam bebas ini di dalam air dalam campuran S,
H2S, H2Sn, SO2, dan H2SO4 ini bisa dibuat dengan menghilangkan air, dalam
berasam. Tiosulfat dibuat dengan mendidihkan alkali atau larutan sulfat nitrat dengan
laboratorium dengan memanaskan larutan natrium sulfit dengan sulfur atau dengan
mendidihkan natrium hidroksida berair dan sulfur dengan proses refluks dan
kristalisasi filtrat. Natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai antioksidan yaitu bahan
yang dapat menstabilkan sabun sehingga tidak menjadi rancid. Garam alkali tiosulfat
banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan bidang fotografi, dimana garam ini
digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi.
garam natrium tiosulfat dengan mereaksikan natrium sulfit dengan sulfur dan
menggunakan aquades sebagai pelarut dengan proses pemanasan bersuhu tinggi yaitu
1.3 Tujuan
tersebut tidak stabil pada jangka waktu yang lama, sehingga borax atau natrium
menjadi ion tetrationat. Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi
Karena suatu elektron per 1 molekul hilang. Jika pH dari larutan diatas 9, tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat. Dalam larutan yang netral, atau sedikit
alkaline, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul terutama jika iodin dipergunakan
sebagai titran. Banyak agen pengoksidasi kuat seperti garam permanganat, garam
dikromat, dan garam serium. Oksidasi tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak
penelian penggunaan natrium sulfat sangat jarang, lebih banyak yang menggunakan
5
K2Cr2O7 sebagai standar primer karena larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk
detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada
diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas. Natrium tiosulfat merupakan
komponen kedua dari antidot sianida. Antidot ini diberikan sebanyak 50 mL dalam
25% larutan. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan oleh tiosulfat, namun
tiosianat memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan
dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada berat badan
(Sari, 2014).
2.2 Refluks
kristalisasi dari sistem larutan. Pada tahap pembentukan kristal, adanya pemanasan
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan panas. Hal yang sangat
pemanasan dan pelarut yang digunakan akan tetap dalam keadaan segar karena
adanya penguapan kembali pelarut yang terendam pada bahan. Sedangkan pada
6
meningkatkan proses ekstraksi karena suhu merupakan salah satu faktor yang dapat
senyawa aktif dari tanaman karena perusakan sel pada bahan meningkat akibat suhu
pelarut yang tinggi (Laksmiani, dkk). Salah satu metode untuk mensintesis suatu
satu metode dalam ilmu kimia yang digunakan untuk proses isolasi suatu senyawa,
berasa dan tidak berbau. Banyaknya valensi sulfur (dari S2ˉsampai S6+)
Dalam Tabel Periodik, unsur S terletak di Periode 3 Golongan VIA (atau Golongan
16) bersama -sama dengan unsur oksigen (O), selenium (S), telurium (Te) dan
polonium (Po) dan disebut sebagai golongan kalkogen, dari bahasa Yunani (Chalcos
= biji; gen = pembentuk). Jadi Kalkogen termasuk sulfur adalah unsur pembentuk biji
Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di
alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral
sulfida dan sulfat. Belerang terdapat dua bentuk alotrop (polimorf). kedua alotrop ini
7
adalah belerang rombik, berwarna kuing yang disebut belerang -α .titik leleh 112oC.
pada suhu 95,6oC belerang rombik tidak berubah menjadi belerang monoklin yang
disebut belerang –β ( titik leleh 119,25oC). Unsur ini mendidih pada 444,6o C. Satuan
struktur kedua bentuk alotrop dalam keadaan cair mengkerut menjadi S8. Jika
molekul belerang. pada suhu agak diatas titik leleh, terbentuk cairan berwarna kuning
muda yang mobil dan terdiri dari satuan S8. Secara kimia, belerang dapat bereaksi
logam dan beberapa non logam. Diantara Sifat-sifat dari Belerangyaitu Belerang
berwarna kuning pucat yang solid, Lembut dan tidak berbau, Tidak larut dalam air,
Ketika dibakar dan mencapai suhu 119° belerang akan melebur memancarkan api
berwarna biru dan meleleh ke dalam cairan berwarna merah cair, pada saat itu
partikelnya terpisah dan berubah wujud menjadi gas yang bergabung dengan oksigen
untuk membentuk gas beracun yang disebut sulfur dioksida (SO2) (Rompas, 2018).
Sulfur dikenal dengan nama lain Belerang yaitu kumpulan kristal kuning
padat dengan berat jenis relatif sebesar 2,07 pada suhu 20oC. Dalam keadaan padat,
struktur sulfur berbentuk belah ketupat dan tetap stabil dalam keadaan ini hingga
mencapai suhu 203 oF (95oC). Sulfur mencair pada suhu sekitar 240 oF (116oC)
hingga 300 oF (149oC). Pada pemanasan hingga 318 oF (159oC) melebihi tingkat
(200oC), viskositas sulfur akan mulai menurun kembali. Titik didih dari cairan sulfur
Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau
menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3.Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen klorida (HCl)
2.5 Kristalisasi
dalam bentuk padatan yang dihasilkan melalui fasa homogen. Salah satu penentu
keberhasilan dari proses kristalisasi ini yaitu tercapainya kondisi supersaturasi. Ketika
kondisi supersaturasi telah tercapai, banyak inti kristal baru (nukleus) yang akan
terbentuk dan kemudian nukleus tersebut akan tumbuh menjadi kristal baru (crystal
tambahan dan pengotor, serta tekanan antar permukaan antara pelarut dan zat terlarut.
memiliki bentuk dan ukuran kristal yang heterogen (Khairunnisa dkk, 2019).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu 1 set alat refluks, 1 buah
batang pengaduk, 2 buah tabung reaksi, gelas kimia 100 mL, botol semprot, spatula, ,
sulfit (Na2SO3) 10 gram, serbuk belerang 0,5 gram , HCl 0,1M, larutan Iodin 0,1M,
mL aquades dan 5 gram serbuk belerang, lalu direfluks selama 1,5 jam. Setelah
direfluks didinginkan larutan dan disaring. Dipindahkan filtrat kedalam gelas kimia
dan diuapkan sampai volumenya menjadi 10 mL. Dibiarkan sampai larutannya dingin
11
dan dikeringkan kristal yang terbentuk dengan menekan kristal di antara dua kertas
direaksikan 3 mL larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer dengan voume
yang sama. Setelah beberapa menit. Diamati isi tabung reaksi dan bau yang
ditimbulkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat.
Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang
dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Ion tiosulfat dapat diperoleh
secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara
mendekomposisi ion ditionit. karena adanya dekomposisi asam bebas ini di dalam air
dalam S, H2S, H2Sn, SO2, dan H2SO4 ini bisa dibuat dengan menghilangkan air,
stabil, berjumlah banyak dan berasam. Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam
yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin
berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan
penyaringan atau pemusingan (sentrifuge), seperti yang dilakukan pada percobaan ini
yakni pembuatan natrium tiosulfat, dimana natrium tiosulfat ini dihasilkan dengan
mereaksikan Natrium sulfit dengan belerang melalui beberapa tahapan reaksi sampai
fotografi dan digunakan untuk melarutkan perak yang tidak reaktif dari emulsi
Praktikum yang dilakukan dengan natrium sulfit yang dilarutkan dalam air
yang mengandung 8 atom. Cincin ini terbentuk dari bentuk struktur rombik Sehingga
ketika suspensi ini terbentuk maka dilakukan proses refluks, yang gunanya untuk
memutuskan cincin tersebut agar sulfur dapat bereaksi dengan baik. Sehingga
Campuran tersebut direfluks selama 1,5 jam, hal tersebut dimaksudkan untuk
mengubah struktur sulfur dari rombik menjadi monoklin, sehingga dapat bereaksi
monoklin dibutuhkan suhu yang relatif tinggi. Sehingga proses refluks sangat penting
dilakukan
Belerang rombik terdiri atas 16 lingkar S8 dalam satu unit selnya dan berubah
lingkar S8 dalam satu unit selnya dan meleleh menghasilkan belerang cair. Belerang
cair terdiri atas molekul-molekul S8, berwarna kuning transparan dan lingkar
memisahkan filtrat dengan residunya. Filtrat tersebut merupakan cairan hasil reaksi
antara Na2SO3, belerang dan air yang membentuk Na2S2O3.5H2O (senyawa yang
ini dimaksudkan pada belerang, bahwa belerang sulit larut dalam air, sehingga hanya
sebagian yang bereaksi. Kemudian filtrat tersebut diuapkan agar larutan lebih pekat,
penguapan ini akan terjadi proses penguapan air dalam larutan hingga sisa 10 mL dari
volume awalnya. Filtrat yang telah diuapkan hingga mencapai 10 mL Pada proses
penguapan (kristalisasi), tujuan dari proses penguapan ini yaitu untuk pemekatan
konsentrasi agar airnya menguap sehingga terbentuk kristal natrium tiosulfat. Setelah
diuapkan, larutan didinginkan agar kristal terbentuk dengan sempurna. Kristal yang
kertas saring di panaskan/diuapkan kembali, hal ini guna Kristal yang didapatkan
dalam keadaan kering tanpa ada sisa air. Selanjutnya ditimbang dan didapatkan
Kristal seberat 2,6846 gram dan hasil rendemen yaitu 21,43%, sedangkan berat teori
sebesar 12,5924 gram. Perbedaan ini disebabkan bisa saja disebabkan oleh faktor
bahan yang digunakan maupun faktor perlakuan. Faktor bahan seperti bahan yang
perlakuan seperti penggunaan alat yang kurang bersih, pada saat memipet bahan atau
kurang tepat dalam menimbang bahan. Sehingga berakibat pada hasil praktikum.
tiosianat yaitu dengan menimbang 2,6846 g kristal natrium tiosulfat yang merupakan
natrium tiosulfat larut sempurna dalam aquades, Lalu direaksikan iod dengan
kekuningan tanpa bau. Hal ini terjadi karena saat garam natrium tiosulfat dilarutkan
dalam aquades, garam natrium tiosulfat larut sempurna karena adanya persamaan
sifat kepolaran dari kedua senyawa tersebut dimana kedua senyawa tersebut bersifat
polar berdasarkan teori senyawa polar dapat larut dalam pelarut polar dan larutan
natrium tiosulfat berwarna bening. Tujuan dari pelarutan ini agar padatan Kristal
natrium tiosulfat dapat mengion sehingga pada saat ingin direaksikan dengan
tiosulfat direaksikan dengan larutan iod tidak terjadi perubahan warna, tetap bening
kekuningan dan tidak berbau. Hal ini karena pada reaksi ini tidak terjadi pelepasan
ion belerang (sulfur). Berdasarkan teori bahwa larutan iod yang di reaksikan dengan
natrium tiosulfat akan menghasilkan larutan yang berwarna keruh. Karena reaksi
yang terjadi merupakan reaksi redoks (reduksi oksidasi) yang ditandai dengan adanya
perubahan warna iod. Pada parsamaan reaksi antara Kristal natrium tiosulfat dan
larutan iodine, terlihat bahwa iod berfungsi sebagai oksidator yang mengoksidasi ion
tiosulf atau natrium tiosulfat mereduksi iod, dan iod sendiri mengalami reduksi dari I2
menjadi I. Oleh karena itu dalam percobaan ini hasil yang tidak sesuai disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni pada saat pengenceran dengan aquades terlalu banyak
menggunakan aquades sehingga tidak didapatkan hasil yang cermat pada percobaan,
disamping itu juga tidak dilakukan proses pengadukan sehingga hasil akhir dari
HCl encer. Natrium tiosulfat 2,6846 gram terlebih dahulu direaksikan dengan air
(aquadest) sebanyak 20ml, lalu direaksikan dengan 3ml larutan asam klorida encer.
17
Hasil praktikum menunjukan tidak terjadi perubahan warna pada reksi tersebut
namun terdapat bau yang tidak menyengat. Sedangkan berdasarkan konsep bahwa
ketika larutan kristal natrium tiosulfat bereaksi dengan HCl encer akan menghasilkan
perubahan warna larutan menjadi keruh serta tercium bau menyengat karena terdapat
gas SO2. Larutan menjadi keruh kuning karena pemisahan belerang dan terdapat asam
sulfit. Asam klorida disini berfungsi untuk menguapkan sulfur dioksida dan
mengendapkan sulfur oleh karena itu seharusnya reaksinya akan menimbulkan bau
yang menyengat.
Praktikum yang dilakukan dan teori yang ada tidak sesuai. Sama halnya pada
saat perlakuan antara iodine dan larutan kristal natrium tioslfat, kesalahan yang
dilakukan pada praktikum ini adalah penambahan aquades yang berlebihan atau
yang tepat dalam mencampurkan bahan yang ada sehingga dapat meminimalisir
5.1 Kesimpulan
dilakukan dengan mereaksikan natrium sulfit (Na2SO3) yang berwarna putih dengan
hidrat (Na2S2O3.5H2O) yang berwarna putih dengan berat 2,6846 gram. Sifat-sifat
dari natrium tiosulfat yaitu dapat bereaksi dengan iod, dan asam klorida (HCl)
namun sedikit didapatkan endapan kuning tetapi memiliki bau menyengat dalam
larutan.
5.2 Saran
digunakan bahan yang lain dalam mempelajari sifat-sifat natrium tiosulfat misalnya,
Abdullah, Rini, Ardiansyah. 2020. Analisis Miskonsepsi Asam Basa Calon Guru
Kimia dengan Metode Three-Tier Test. Jurnal Pendidikan Sains (JPS). 8(1):
10-16. E-ISSN: 2502-1443. P-ISSN: 2339-0786.
Aditya, T., & Ghofur, A. 2019. Catalytic Converter Berbahan Gipsum dengan
Campuran Serbuk Tembaga terhadap Emisi Gas Buang. Jtam Rotary,
Vol. 1(2).
Anggraeni, F., dan Ardhaneswari, G. 2018. “Perancangan Pabrik Natrium Nitrat dari
Natrium Hidroksidaa dan Asam Nitrat dengan Kapasitas 32.000 Ton/Tahun”.
Skripsi. Fakultas Teknologi Industry. Program Study Teknik Kimia.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Azizah, M., dan Humairoh, Mira. 2015. Analisis kadar ammonia (NH3) dalam air
Sungai Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva. 15(1): 47-57.
Christina, M., Hidayat, R.N., Setiawan, D. 2016.Pemisahan Renium-188 dari Sasaran
Wolfram-188 dengan Metode Ektraksi menggunakan Pelarut Metil Etil Keton.
Jurnal Forum Nuklir (JFN). 10(1): 1-1.
Cunico, L.P., Sun, M., Rui, Y., Ghirmai, S., Enekvist, M., Lundegard, S., Sandah, M.,
Turner, C. 2020. Enhanced Distribution Kinetics in Liquid-Liquid Extraction
by CO2-Expanded Solvents.J. of Supercritical Fluids. 163: 1-8.
Day R.A. dan Underwood A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisisi Keenam.
Erlangga : Jakarta.
Elmila, Izza, Fahimah Martak. 2011. “Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer
Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3] dengan Menggunakan Kation Organik
Tetrabutil Amonium”. Jurnal Prosiding Skripsi Kimia FMIPA. SK-091304.
Fajarika, R. U. 2014. “Penambahan Garam Kalium Klorida (KCl) dam Lama Waktu
Pemeraman dalam Pembuatan Telur Bebek Asin Terhadap Kadar Air, pH,
dan Total Mikroba”. Skripsi. Fakultas Peternakan. Bagian Teknologi Hasil
Ternak. Universitas Brawijaya Malang.
97
Fachry A. R., Tumanggor J., dan Yuni L. N. P. E. 2015. Pengaruh Waktu Kristalisasi
dengan Proses Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal Amonium Sulfat
dari Larutannya. Jurnal Teknik Kimia. 15(2).
Fernanda, Rosa Alves and Watson Loh. 2011. Vesicles prepared with thecomplex
salts dioctadecyldimethylammonium polyacrylates. Journal ofColloid and
Interface Science.
Goel, V., dkk. 2018. A Non-destructive FTIR Methor for the Determination of
Ammonium and Sulfate in Urban PM2.5 Samples. Journal of Metrology
Society of india.
Ishartono, B., Ashadi, A., & Susilowati, E. 2014. Implementasi model pembelajaran
problem solving berbantuan peer tutoring dilengkapi hierarki konsep untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar materi stoikiometri pada siswa
kelas x ipa 6 sman 1 sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Kimia, Vol. 4(1).
Justiani, A.A. 2021. Hubungan Paparan Gas Amonia terhadap Gangguan Pernapasan
pada Pekerja Peternakan Ayam. Jurnal Medika Hutama. 2(2): 750-756. E-
ISSN: 2715-9728. P-ISSN: 2715-8039.
Jones, A.G. (2002). Crystallization Process System. Departement of Chemical
Engineering,UCL (University College London). London.
Khairunisa, L.F., Asri, W., dan Sarifah, N. 2019. Kajian Pengaruh Kecepatan
Pengadukan terhadap Rendemen dan Mutu Kristal Patchouli Alcoholdengan
Metode Cooling Crystallization. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem. 7(1).
Okuduwa, S.I.R., Mbora, L.O., Adu, M.E., Adeyi, A.A. 2015. Comparative Analisys
Of The Properties Of The Properties Of Acid-Base Indicator Of Rose (Rosa
Setigera), Allamanda (Allamanda Cathartica), Andhibiscus (Hibiscux
Rosasinensis) Flower. Biochemistry Research International. (6).
Oxtoby, David W., H. P. Gillis dan Norman H. Nachtrieb.1986. Prinsip-prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Erlangga: Jakarta.
Prassanti, R., dan Guswita, A. 2018. Recovery Natrium Fosfat dari Hasil Samping
Pengolahan Monasit Secara Basa dengan Metode Kristalisasi. Seminar
Nasional SDM Teknologi Nuklir. ISSN 1978-0176.
99
Pratama, Y., Prasetya, A. T., & Latifah, L. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati
sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Indonesian Journal of Chemical
Science, Vol. 4(2).
Purwani, M.V. dan Prayitno. 2014. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Tri
Oktil Amin. Jurnal Iptek Nuklir Genendra. 17(1): 17-23.
Rodiah, S., Budaya, A.W., Erviana, D., Ahsanunnisa, R., Oktasari, A., Wijayanti, F.,
Kholidah, N., Mariyamah, Daniar, R. 2018. “Pembuatan Kristal Tembaga (II)
Sulfat Pentahidrat Dengan Variasi Ukuran Tembaga Bekas”. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan:167-171.
Rompas, C. Th., 2018. Pengaruh Pencampuran Belerang terhadap Kuat Geser Tanah.
Jurnal Sipil Statik.
Rosbiono, Momo. 2012. Terminologi– Karakteristik– Metode Pendeteksian–
Aplikasi, Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi. Modul
Kimia Anorganik.
Samsuar, Mariana F. dan Setyowati M. 2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2) sebagai
Pemutih pada Rumput Laut (Eucheuma Cottoni) yang Beredar di
Lampung. Jurnal Farmasi Lampung. 6(2).
Stanley, R. E., Chad, G. B., dan Gary, A. S. 2017. Influence Of Sodium Chloride
Reduction And Replacement With Potassium Chloride Based Salts On The
Sensory And Physico-Chemical Characteristics Of Pork Sausage Patties.
International Journal Meat Science. 133 (2017) 36–42.
Tan, W. L., Azlan, A., and Noh, M.F.M. 2016. Sodium and Potassium Contents in
Selected Salts and Sauces. International Food Research Journal. 23(5): 2181-
2186.
Wulandari, W.A., Soedjono, E.S. 2017. Penurunan COD dan Deterjen pada Saluran
Kalidami Kota Surabaya dengan Oksidator H2O2 dan KMnO4. Jurnal Teknik
ITS. 6(2):5-10. E-ISSN: 2337-3539. P-ISSN: 2301-9271.
Yufron, A. 2019. Analisis Perubahan Suhu Ruangan Dan Prosentase Pemakaian
H2SO4 (Asam Sulfat) Dalam Mempengaruhi Pengujian Ratio Cover Dan
Kekuatan Filament Polyester Benang Core-Spun 128 D-Tex Di Mesin Core
Spinning Merk Rieter Type G-5. Jurnal Qua Teknika, Vol. 9(1).
Yurida, M., Evi A., dan Susila A.R. 2013. Pengaruh Kandungan Cao dari Jenis
Adsorben Semen Terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia 19(2).
Yusuf, Y. 2018. Kimia Dasar Panduan untuk Belajar. Edu Center Indonesia : Jakarta
PERCOBAAN I
Berat Teoritis
Diketahui : Berat Na2SO3 :10 gram
Mr Na2SO3 : 126 gram/mol
Berat S : 5 gram
Ar S : 32 gram/mol
berat
Mol Na SO =
Mr
10 gram
=
126 gram/mol
= 0,0793 mol
berat
Mol S =
Mr
5 gram
=
32 gram/mol
= 0,15625 mol
Mol Na SO ≈ Mol Na S O
0,0793 ≈ 0,0793
Mol Na S O = Mol Na S O
Berat Na S O = 0,0793 mol x 158 gram/mol
= 12,5294 gram
% Rendemen
berat kristal
% Rendemen= x 100%
berat secara teori
2,6846 gram
= x100%
12,5294 gram
=0,2143 x 100%
=21,43%
107
PERCOBAAN II
),*+,-
mol KCl = 74,5
= 0,1006 mol
.,*+,
mol NaNO3 =
85
= 0,1000 mol
koefisien KNO
mol KNO3 = koefisien NaNO3 x mol NaNO3
3
1
= 1 x 0,1000= 0,1
Berat kristal KNO3 praktek = /0123 4156327 8124304 9 /0123 401326 6215:; 4<6<:;
= 5,803 gram
berat praktek
% Rendemen = x 100 %
berat teoritis
5,803 gram
= 10,1 gram
x 100 %
= 57,45 %
108
PERCOBAAN III
Dit : Rendemen = ?
Penyelesaian:
Berat kristal garam dapur = (Berat gelas beker + garam dapur) – Berat gelas
= 14,1577 gram
/0123 4156327
Rendemen = /0123 62>807 × 100%
,@,,*)) ;12>
= +,, @+ ;12>
× 100%
= 70,35231564%
= 100 % - 70,3523%
= 29,6477 %
109
PERCOBAAN IV
V1 KMnO4 = 2 mL
V2 KMnO4 = 1 mL
V3 KMnO4 = 1 mL
Reaksi yang dominan : Cu + Fe3+ Cu+ + Fe2+
Pers. Reaksi : 5 Fe2+ + 2MnO4- + 8H+ Fe3+ + 2Mn2+ + 4H2O
Penyelesaian :
v1 +v2+v3 2+1+1
Vrata-rata = = = 1,333 mL
3 3
= 0,02666 mol
= 5 × 0,02666 mol
= 0,1333 mol
Berat Cu
Mol Cu =
BM Cu
0,2246 g
=
63,54 g/mol
= 0,003543 mol
110
mol Fe3+
r =
mol Cu
0,1333 mol
=
0,003543 mol
= 37,623 mol
[Cu+] 2-r
=
[Cu2+] r-1
2- 37,623
=
37,623-1
35,623
=-
37,622
= -0,9468
111
PERCOBAAN V
[HCl]baku = 0,055 M
Ditanyakan : Kd Amonia ?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
CD × ED
M2 = CF
3 × 0,055
= 10
M2 = 0,165 M
[NH3]kloroform = 0,01 M
[NH3]air = (1 - 0,165) M
= 0,835 M
[HIJ ]LMNONPNOQ
Kd = [HIJ ]RSO
+,,T* E
=
+,. * E
= 0,1976
112
[HCl]baku = 0,055 M
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
CD × ED
M2 =
CF
*× +,+**
= ,+
M2 = 0,275 M
[NH3]kloroform = 0,275 M
[NH3]air = (1 – 0,275) M
= 0,725 M
[Cu– NH3] =
><7 UV
= [NH3]awal – [NH3]kloroform + mol [NH3]air
><7 UV 9HIJ
= (1 – 0,275) M + 0,8355
= 1,56
,,*T
Mol Cu = +,) =2
*
PERCOBAAN VI
Diketahui :
= 2,632 – 0,521
= 2,114 gram
Ditanyakan : Rendemen……….?
= 55%
114
= 2,740 – 0,521
= 2,119 gram
Ditanyakan : Rendemen……….?
= 88 %
115
PERCOBAAN I
Diagram Alir
Natrium sulfit
- Ditimbang 10 gr
- Dimasukkan kedalam labu alas bulat
- Dilarutkan dengan aquades 50 ml
- Ditambahkan 5 gr serbuk belerang
- Direfluks selama 1,5 jam
- Dinginkan
- Disaring
Filtrate Residu
- Dipindahkan ke gelas kimia
- Diuapkan sempai 20 ml
- Didinginkan lalu disaring dan dikeringkan kristal yang
terbentuk
- Ditimbang kristal yang terbentuk
- Dihitung persen rendemennya
Rendemen = 21,43 %
116
PERCOBAAN II
57,45 %
118
PERCOBAAN III
Perlakuan Awal
100 mL aquades
Larutan Garam
- Ditambahkan 0,5 gram CaO
- Ditambahkan larutan Ba(OH)2 encer
hingga tidak terbentuk endapan
- Ditambahakan larutan (NH4)2CO3
- Disaring larutan garam
Filtrat hasil
penyaringan
Kristal NaCl
120
PERCOBAAN IV
Serbuk Fe(NH4)(SO4)2
Hasil Pengamatan
121
- Ditambahkan H2SO4
sebanyak 15 mL
Larutan Campuran
Hasil Pengamatan
122
PERCOBAAN V
10 mL NH3 + 10 mL aquades
10 mL NH3 + 10 mL aquades
+ 25 mL kloroform
10 mL NH3 + 10 mL aquades +
10 mL Cu2+
- Dipindahkan 10 mL ke erlenmeyer
yang berisi 10 mL air
- Ditambahkan indicator MO
- Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,055 M
- Diulangi titrasi dengan sisanya
- Ditentukan rumus Kompleks Ammin-Tembaga (II)
[Cu(NH3)2]2+
124
PERCOBAAN VI
Rendemen 55%
125
4 mL amonia
Rendemen = 88%
126
PERCOBAAN I
PERCOBAAN II
PERCOBAAN III
PERCOBAAN IV
PERCOBAAN V
PERCOBAAN VI