Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk


Mengikuti Ujian Praktikum Kimia Anorganik

OLEH :

KELSI SRI RAHAYU

A1L1 19 077

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh masing-masing Asisten

Pembimbing dan Koordinator Asisten Praktikum Kimia Anorganik.

No. Nama Asisten Judul Praktikum Paraf


1. La Ode Indo, S.Pd. Pembuatan Natrium Tiosulfat

2. Muhammad Ulul Azmi Sintesis dan Pemurnian KNO3 Hasil


Reaksi KCl dengan NaNO3 melalui
Metode Rekritalisasi
3. St. Haerani, S.Si. Pemurnian Bahan melalui Rekritalisasi

4. Mardin, S.Pd. Stoikiometri Reaksi Logam dengan


Garam
5. Azrin Abdilah Stoikiometri Kompleks
Ammin-Tembaga (II)

6. Lulu Rahmatia, S.Pd. Pembuatan Garam Rangkap Kupri


Amonium Sulfat Heksahidrat
(Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) dan Garam
Kompleks Tetraamin Tembaga (II)
Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O

Kendari, Desember 2021


Mengetahui,
Koordinator Asisten Koordinator Praktikum
Kimia Anorganik

La Ashar, S.Pd., M.Pd. La Ode Indo, S.Pd.

Kepala Laboratorium
Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. La Harimu, S.Pd., M.Si.


NIP. 19720714 200012 1 001

ii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tampo, Kecamatan Napabalano, Kabupaten

Muna, Sulawesi Tenggara pada tanggal 18 Mei 2001, sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Alias dan Nusmin.

Penulis memulai pendidikannya di SD Negeri 7 Napabalano pada

tahun 2007 dan lulus di SD Negeri 13 Napabalano memiliki prestasi masuk peringkat

5 besar selama bersekolah. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP

Negeri 1 Napabalano dan lulus di SMP Negeri 1 Napabalano dan lulus pada tahun

2016. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Napabalano dan lulus

pada tahun 2019. Setelah lulus pendidikan pada menengah atas penulis melanjutkan

study masuk Perguruan Tinggi Negeri setelah mengikuti beberapa seleksi masuk PTN

Penulis Kemudian lulus disalah satu Universitas Negeri di Kota Kendari yaitu

Universitas Halu Oleo Jurusan Pendidikan kimia Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan sampai sekarang masih menumpuh pendidikannya.

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Dikesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak

terkait yang telah memberi dukungan dan serta bimbingan yang telah diberikan

selama menyusun laporan ini. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :

1. Bapak Dr. La Harimu, S.Pd., M.Si. selaku kepala Laboratorium Pengembangan

Jurusan Pendidikan Kimia.

2. Kak La Ashar, S.Pd., M.Pd. selaku koordinator asisten

3. Kak La Ode Indo, S.Pd. selaku koordinator Praktikum Kimia Anorganik.

4. Orang tua penulis, yang selalu menjadi penyemangat dalam menjalani masa

praktikum.

5. Sahabat sahabat di Pendidikan Kimia 019, yang selalu membersamai dan selalu

memberi semangat dalam mengerjakan laporan ini.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena berkat

Rahmat dan Hidayah-Nyalah yang berupa kesehatan, pikiran dan kemampuan

sehingga laporan lengkap Praktikum Kimia Anorganik ini dapat terselesaikan dengan

baik.

Laporan lengkap praktikum ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

mengikuti ujian Praktikum Kimia Anorganik. Penyusun mengucapakan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada dosen penanggungjawab mata kuliah Praktikum Kimia

Anorganik dan para asisten pembimbing serta kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan, sehingga laporan lengkap praktikum ini dapat terselesaikan

dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa laporam lengkap praktikum ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penyusun harapkan, sehingga dalam penyusunan laporan lengkap berikutnya menjadi

lebih baik. Akhir kata, semoga laporan lengkap ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kendari, Desember 2021

Penyusun

v
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul .................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ............................................................................................ ii
Riwayat Hidup .................................................................................................... iii
Ucapan Terima Kasih .......................................................................................... iv
Kata Pengantar ...................................................................................................... v
Daftar Isi............................................................................................................... vi
Daftar Tabel ........................................................................................................ vii
Daftar Gambar ................................................................................................... viii
Daftar Lampiran ................................................................................................... ix
Percobaan I : Pembuatan Natrium Tiosulfat ................................................ 1
Percobaan II : Sintesis dan Pemurnian KNO3 Hasil Reaksi KCl dengan
NaNO3 melalui Metode Rekritalisasi ................................. 19
Percobaan III : Pemurnian Bahan melalui Rekritalisasi .............................. 34
Percobaan IV : Stoikiometri Reaksi Logam dengan Garam ......................... 47
Percobaan V : Stoikiometri Kompleks Ammin-Tembaga (II) ..................... 61
PercobaanVI : Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat
Heksahidrat (Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) dan Garam
Kompleks Tetraamin Tembaga (II)Sulfat Monohidrat
(Cu(NH3)4SO4.H2O ............................................................. 78
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 95
Lampiran .................................................................................................................

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pembuatan Natrium Tiosulfat-5- Hidrat ..................................................12


Tabel 2. Reaksi dengan Iod ..................................................................................15
Tabel 3. Reaksi dengan Asam Encer ...................................................................16
Tabel 4. Pembuatan Garam Kalium Nitrat ............................................................ 30
Tabel 5. Pemurnian Kristal Kalium Nitrat ............................................................ 32
Tabel 6. Perlakuan Awal (Pemurnian) .................................................................42
Tabel 7. Kristalisasi melalui Penguapan ..............................................................42
Tabel 8. Pembuatan Larutan Fe (NH4)(SO4)2 0,02 M ..........................................57
Tabel 9. Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe3+ ..............................57
Tabel 10. Penentuan Koefisien Distribusi Amonia Antara Air dan Kloroform....74
Tabel 11. Penentuan Rumus Kompleks Cu-ammin..............................................74
Tabel 12. Pembuatan Garam Rangkap Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O.............................89
Tabel 13. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O.................................89
Tabel 14. Perbandingan Sifat-sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks ........90

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Larutan garam rangkap kupri amonium sulfat heksahidrat


(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O setelah di diamkan semalam ........................ 102
Gambar 2 .Garam kompleks tetramiin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O setelah di diamkan semalam ................................ 102
Gambar 3. Kristal Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat
(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O ..................................................................... 103
Gambar 4. Garam Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O ............................................................................. 103
Gambar 5. Garam rangkap kupri amonium sulfat heksahidrat
(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O setelah di teteskan aquades 20 mL .......... 104
Gambar 6. Garam kompleks tetramiin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O setelah di teteskan aquades 20 mL....................... 104

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Data..................................................................................... 17


Lampiran 2. Prosedur Kerja .................................................................................. 19
Lampiran 3. Reaksi Lengkap ................................................................................ 20
Lampiran 4. Referensi ........................................................................................... 21

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Garam terbentuk ketika suatu asam dan basa bereaksi dan saling menetralkan

satu sama lain sehingga hasilnya tidak mempunyai sifat-sifat asam dan basa. Ion

hidrogen (H+) dari asam dan ion hidroksida (OHˉ) dari basa dalam reaksinya satu

sama lain akan membentuk air. Natrium adalah salah satu logam alkali pembentukan

garam yang bersifat basa. Unsur ini berkilau, lunak dan merupakan konduktor listrik

yang baik. Natrium Tiosulfat ( Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat.

Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang

dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar.

Natrium Tiosulfat merupakan garam dari suatu senyawa tiosulfat dan natrium.

Garam natrium tiosulfat ini bisanya berbentuk sebuk berwarna putih. Garam ini

sering kali kita jumpai dalam bentuknya hidratnya yaitu Na2S2O3.5H2O dan Na2S2O3.

10H2O. Asam tiosulfat tidak bisa dibentuk dengan menambahkan asam kedalam

tiosulfat karena adanya dekomposisi asam bebas ini di dalam air dalam campuran S,

H2S, H2Sn, SO2, dan H2SO4 ini bisa dibuat dengan menghilangkan air, dalam

temperature rendah (-780C). Campuran garam-garam tiosulfat bersifat stabil dan

berasam. Tiosulfat dibuat dengan mendidihkan alkali atau larutan sulfat nitrat dengan

S dan oksidasi polisulfida dengan udara.


3

Pembuatan natrium tiosulfat (Na2S2O3) dapat dilakukan dalam skala

laboratorium dengan memanaskan larutan natrium sulfit dengan sulfur atau dengan

mendidihkan natrium hidroksida berair dan sulfur dengan proses refluks dan

kristalisasi filtrat. Natrium tiosulfat dapat digunakan sebagai antioksidan yaitu bahan

yang dapat menstabilkan sabun sehingga tidak menjadi rancid. Garam alkali tiosulfat

banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan bidang fotografi, dimana garam ini

digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukanlah praktikum pembuatan

garam natrium tiosulfat dengan mereaksikan natrium sulfit dengan sulfur dan

menggunakan aquades sebagai pelarut dengan proses pemanasan bersuhu tinggi yaitu

dengan teknik refluks.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah bagaimana proses pembuatan

natriun tiosulfat dan bagaimana cara mengetahui sifat-sifat natrium tiosulfat.

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum ini adalah dapat mengetahui proses pembuatan

garam natrium tiosulfat beserta sifat-sifatnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Natrium Tiosulfat

Natrium tiosulfat umumnya dibeli sebagai pentahidrat, Na2S2O3.5H2O dan

laruta-larutannya di standardisasi terhadap sebuah standar primer. Larutan-larutan

tersebut tidak stabil pada jangka waktu yang lama, sehingga borax atau natrium

karbonat seringkali ditambah sebagai bahan pengawet. Iodin mengoksidasi tiosulfat

menjadi ion tetrationat. Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi

sampingan. Berat ekivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah berat molekulnya 248,17,

Karena suatu elektron per 1 molekul hilang. Jika pH dari larutan diatas 9, tiosulfat

teroksidasi secara parsial menjadi sulfat. Dalam larutan yang netral, atau sedikit

alkaline, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul terutama jika iodin dipergunakan

sebagai titran. Banyak agen pengoksidasi kuat seperti garam permanganat, garam

dikromat, dan garam serium. Oksidasi tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak

kuantitatif (Day, 2002).

Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik

adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat

Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara

langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer, dalam beberapa

penelian penggunaan natrium sulfat sangat jarang, lebih banyak yang menggunakan
5

K2Cr2O7 sebagai standar primer karena larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk

waktu yang lama (Samsuar, 2017).

Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsik nontoksik tetapi produk

detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan toksisitas pada

pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12,5 gr biasanya

diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas. Natrium tiosulfat merupakan

komponen kedua dari antidot sianida. Antidot ini diberikan sebanyak 50 mL dalam

25% larutan. Tidak ada efek samping yang ditimbulkan oleh tiosulfat, namun

tiosianat memberikan efek samping seperti gagal ginjal, nyeri perut, mual, kemerahan

dan disfungsi pada SSP. Dosis untuk anak-anak didasarkan pada berat badan

(Sari, 2014).

2.2 Refluks

Metode refluks menggunakan prinsip pemanasan tanpa adanya senyawa yang

hilang karena penguapan. Proses refluks merupakan proses di mana terjadinya

kristalisasi dari sistem larutan. Pada tahap pembentukan kristal, adanya pemanasan

menyebabkan struktur kristal amorf mengalami penataan ulang struktur sehingga

dapat terbentuk embrio inti kristal (Anawati dkk, 2015).

Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan panas. Hal yang sangat

berpengaruh terhadap ekstraksi menggunakan refluks adalah adanya penambahan

pemanasan dan pelarut yang digunakan akan tetap dalam keadaan segar karena

adanya penguapan kembali pelarut yang terendam pada bahan. Sedangkan pada
6

metode ekstraksi menggunakan refluks, adanya penambahan panas dapat membantu

meningkatkan proses ekstraksi karena suhu merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Suhu yang tinggi dapat meningkatkan desorpsi

senyawa aktif dari tanaman karena perusakan sel pada bahan meningkat akibat suhu

pelarut yang tinggi (Laksmiani, dkk). Salah satu metode untuk mensintesis suatu

senyawa yaitu dengan menggunakan refluks kondensor. Refluks merupakan salah

satu metode dalam ilmu kimia yang digunakan untuk proses isolasi suatu senyawa,

baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-

senyawa yang mudah menguap atau volatile (Wigoeno, 2013).

2.3 Belerang (Sulfur)

Sulfur (Simbol S) atau belerang adalah unsur non-metal multivalen, tidak

berasa dan tidak berbau. Banyaknya valensi sulfur (dari S2ˉsampai S6+)

memungkinkan sulfur berpartisipasi dalam berbagai proses geokimia dan biokimia.

Dalam Tabel Periodik, unsur S terletak di Periode 3 Golongan VIA (atau Golongan

16) bersama -sama dengan unsur oksigen (O), selenium (S), telurium (Te) dan

polonium (Po) dan disebut sebagai golongan kalkogen, dari bahasa Yunani (Chalcos

= biji; gen = pembentuk). Jadi Kalkogen termasuk sulfur adalah unsur pembentuk biji

(Taroreh dkk, 2016).

Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di

alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral

sulfida dan sulfat. Belerang terdapat dua bentuk alotrop (polimorf). kedua alotrop ini
7

adalah belerang rombik, berwarna kuing yang disebut belerang -α .titik leleh 112oC.

pada suhu 95,6oC belerang rombik tidak berubah menjadi belerang monoklin yang

disebut belerang –β ( titik leleh 119,25oC). Unsur ini mendidih pada 444,6o C. Satuan

struktur kedua bentuk alotrop dalam keadaan cair mengkerut menjadi S8. Jika

belerang cair dipanaskan, viskositasnya berubah karen perubahan struktur dalam

molekul belerang. pada suhu agak diatas titik leleh, terbentuk cairan berwarna kuning

muda yang mobil dan terdiri dari satuan S8. Secara kimia, belerang dapat bereaksi

baik dengan oksidator maupun reduktor. Ia mengoksidasi hampir sebagian besar

logam dan beberapa non logam. Diantara Sifat-sifat dari Belerangyaitu Belerang

berwarna kuning pucat yang solid, Lembut dan tidak berbau, Tidak larut dalam air,

Ketika dibakar dan mencapai suhu 119° belerang akan melebur memancarkan api

berwarna biru dan meleleh ke dalam cairan berwarna merah cair, pada saat itu

partikelnya terpisah dan berubah wujud menjadi gas yang bergabung dengan oksigen

untuk membentuk gas beracun yang disebut sulfur dioksida (SO2) (Rompas, 2018).

Sulfur dikenal dengan nama lain Belerang yaitu kumpulan kristal kuning

padat dengan berat jenis relatif sebesar 2,07 pada suhu 20oC. Dalam keadaan padat,

struktur sulfur berbentuk belah ketupat dan tetap stabil dalam keadaan ini hingga

mencapai suhu 203 oF (95oC). Sulfur mencair pada suhu sekitar 240 oF (116oC)

hingga 300 oF (149oC). Pada pemanasan hingga 318 oF (159oC) melebihi tingkat

polimerisasi sulfur, akan meningkatkan nilaiviskositasnya. Diatas suhu 392oF

(200oC), viskositas sulfur akan mulai menurun kembali. Titik didih dari cairan sulfur

sekitar 824oF (440oC) (Setiawan, 2012).


8

2.4 Asam Klorida (HCl)

Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau

menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia

berbahaya atau B3.Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen klorida (HCl)

dalam air.Warnanya bervariasi dari tidak berwarna hingga kuning muda.Perbedaan

warna ini tergantung pada kemurniannya.

Sifat fisika asam klorida yaitu sebagaiberikut:

Berat molekul : 36,5 gr/mol

Densitas : 1,19 gr/ml

Titik didih (1 atm) : 50,5oC

Titik lebur (1 atm) : -25oC

Tekanan uap pada 20oC : 16 kPa (Yurida, 2013).

2.5 Kristalisasi

Kristalisasi merupakan suatu proses pemurnian dan pembentukan partikel

dalam bentuk padatan yang dihasilkan melalui fasa homogen. Salah satu penentu

keberhasilan dari proses kristalisasi ini yaitu tercapainya kondisi supersaturasi. Ketika

kondisi supersaturasi telah tercapai, banyak inti kristal baru (nukleus) yang akan

terbentuk dan kemudian nukleus tersebut akan tumbuh menjadi kristal baru (crystal

growth). Kondisi supersaturasi dapat diciptakan melalui metode pendinginan (cooling

crystallization). Variabel yang mempengaruhi laju pembentukan kristal adalah suhu,

viskositas, kecepatan pengadukan/agitasi, kecepatan pendinginan, adanya bahan


9

tambahan dan pengotor, serta tekanan antar permukaan antara pelarut dan zat terlarut.

dengan dilakukannya pengadukan, bentuk dan ukuran kristal yang dihasilkan

cenderung homogen, sedangkan kristal yang dihasilkan tanpa pengadukan cenderung

memiliki bentuk dan ukuran kristal yang heterogen (Khairunnisa dkk, 2019).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Anorganik “Pembuatan Natrium Tiosulfat” dilaksanakan

pada hari Senin, 1 November 2021 pukul 13.30 WITA-Selesai bertempat di

Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan,Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu 1 set alat refluks, 1 buah

batang pengaduk, 2 buah tabung reaksi, gelas kimia 100 mL, botol semprot, spatula, ,

botol timbang, pipet tetes, oven, corong kaca.

Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah natrium

sulfit (Na2SO3) 10 gram, serbuk belerang 0,5 gram , HCl 0,1M, larutan Iodin 0,1M,

kertas saring, dan aquades.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Natrium Tiosulfat-5-Hidrat

Dimasukkan 10 gram natrium sulfit ke dalam labu refluks. Ditambahkan 50

mL aquades dan 5 gram serbuk belerang, lalu direfluks selama 1,5 jam. Setelah

direfluks didinginkan larutan dan disaring. Dipindahkan filtrat kedalam gelas kimia

dan diuapkan sampai volumenya menjadi 10 mL. Dibiarkan sampai larutannya dingin
11

dan dikeringkan kristal yang terbentuk dengan menekan kristal di antara dua kertas

saring, kemudian kristal ditimbang.

3.3.2 Mempelajari Sifat-Sifat Kimia Natrium Tiosulfat

3.3.2.1 Reaksi dengan Iod

Dilarutkan 3 gram kristal natrium tiosulfat dalam 20 mL aquades dan

direaksikan 3 mL larutan iod dengan larutan natrium tiosulfat secara berlebihan.

Kemudian diamati perubahan yang terjadi.

3.3.2.2 Pengaruh Asam Encer

Dilarutkan 3 gram Kristal natrium tiosulfat dalam 20 mL Aquades dan

direaksikan 3 mL larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer dengan voume

yang sama. Setelah beberapa menit. Diamati isi tabung reaksi dan bau yang

ditimbulkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Pembuatan Natrium Tiosulfat-5-Hidrat

Tabel 1. Pembuatan Natrium Tiosulfat-5-Hidrat


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Dimasukkan 10 gram natrium sulfit ke Natrium sulfit berwarna putih,
dalam labu refluks + 50 mL aquades + belerang berwarna kuning dan
5 gram serbuk belerang tidak larut dalam aquades
2. Direfluks selama 1,5 jam Larutan berwarna keruh dan
terdapat endapan belerang
3. Didinginkan larutan yang telah Filtratnya berwarna bening
direfluks dan disaring
4. Filtrat diuapkan hingga terbentuk Terbentuk kristal berwarna
kristal putih
5. Ditimbang berat Kristal Berat kristal = 2,6846 gram

Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat.

Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang

dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Ion tiosulfat dapat diperoleh

secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara

mendekomposisi ion ditionit. karena adanya dekomposisi asam bebas ini di dalam air

dalam S, H2S, H2Sn, SO2, dan H2SO4 ini bisa dibuat dengan menghilangkan air,

dalam temperature rendah (780⁰C). Dalam campuran garam-garam tiosulfat adalah

stabil, berjumlah banyak dan berasam. Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam

analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat


13

yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin

berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan

penyaringan atau pemusingan (sentrifuge), seperti yang dilakukan pada percobaan ini

yakni pembuatan natrium tiosulfat, dimana natrium tiosulfat ini dihasilkan dengan

mereaksikan Natrium sulfit dengan belerang melalui beberapa tahapan reaksi sampai

akhirnya menghasilkan endapan. Natrium tiosulfat ini banyak digunakan dalam

fotografi dan digunakan untuk melarutkan perak yang tidak reaktif dari emulsi

dengan pembentukan kompleks [Ag(S2O3)] (Mulyono, 2005).

Praktikum yang dilakukan dengan natrium sulfit yang dilarutkan dalam air

dan ditambahkan dengan serbuk belerang akan membentuk suspense. Bentuk

polisulfur yaitu S8 (siklosulfur), dimana siklookta sulfur tersebut membentuk cincin

yang mengandung 8 atom. Cincin ini terbentuk dari bentuk struktur rombik Sehingga

ketika suspensi ini terbentuk maka dilakukan proses refluks, yang gunanya untuk

memutuskan cincin tersebut agar sulfur dapat bereaksi dengan baik. Sehingga

nantinya diperoleh Kristal yang lebih murni.

Campuran tersebut direfluks selama 1,5 jam, hal tersebut dimaksudkan untuk

mengubah struktur sulfur dari rombik menjadi monoklin, sehingga dapat bereaksi

dengan Na2SO3 membentuk Na2S2O3.5H2O. untuk mengubah rombik menjadi

monoklin dibutuhkan suhu yang relatif tinggi. Sehingga proses refluks sangat penting

dilakukan

Belerang rombik terdiri atas 16 lingkar S8 dalam satu unit selnya dan berubah

menjadi belerang monoklinik pada. belerang monoklinik dipikirkan terdiri dari 6


14

lingkar S8 dalam satu unit selnya dan meleleh menghasilkan belerang cair. Belerang

cair terdiri atas molekul-molekul S8, berwarna kuning transparan dan lingkar

S8 menjadi terbuka dan saling bergabung membentuk molekul-molekul rantai spiral.

Campuran didinginkan dan disaring. Penyaringan ini berfungsi untuk

memisahkan filtrat dengan residunya. Filtrat tersebut merupakan cairan hasil reaksi

antara Na2SO3, belerang dan air yang membentuk Na2S2O3.5H2O (senyawa yang

diinginkan). Sementara residunya merupakan bahan-bahan yang tidak bereaksi, hal

ini dimaksudkan pada belerang, bahwa belerang sulit larut dalam air, sehingga hanya

sebagian yang bereaksi. Kemudian filtrat tersebut diuapkan agar larutan lebih pekat,

penguapan ini akan terjadi proses penguapan air dalam larutan hingga sisa 10 mL dari

volume awalnya. Filtrat yang telah diuapkan hingga mencapai 10 mL Pada proses

penguapan (kristalisasi), tujuan dari proses penguapan ini yaitu untuk pemekatan

konsentrasi agar airnya menguap sehingga terbentuk kristal natrium tiosulfat. Setelah

diuapkan, larutan didinginkan agar kristal terbentuk dengan sempurna. Kristal yang

kemudian didinginkan. Selanjutnya disaring kembali larutan tersebut untuk

memisahkan kristal dengan menggunakan kertas saring. Selanjutnya Kristal pada

kertas saring di panaskan/diuapkan kembali, hal ini guna Kristal yang didapatkan

dalam keadaan kering tanpa ada sisa air. Selanjutnya ditimbang dan didapatkan

Kristal seberat 2,6846 gram dan hasil rendemen yaitu 21,43%, sedangkan berat teori

sebesar 12,5924 gram. Perbedaan ini disebabkan bisa saja disebabkan oleh faktor

bahan yang digunakan maupun faktor perlakuan. Faktor bahan seperti bahan yang

sudah terkontaminasi dengan senyawa-senyawa pengganggu. Sedangkan faktor


15

perlakuan seperti penggunaan alat yang kurang bersih, pada saat memipet bahan atau

kurang tepat dalam menimbang bahan. Sehingga berakibat pada hasil praktikum.

4.1.2 Mempelajari Sifat Kimia Natrium Tiosulfat

4.1.2.1 Reaksi dengan Iod

Tabel 2. Reaksi dengan Iod


No. Perlakuan Pengamatan
Kristal natrium tiosulfat dibagi menjadi Kristal berwarna putih
1.
dua bagian
Direaksikan dengan 3 mL larutan Larutan berwarna kekuningan
2.
Iodium dan bergelembung.
Perlakuan yang dilakukan dalam mempelajari sifat-sifat kimia natrium

tiosianat yaitu dengan menimbang 2,6846 g kristal natrium tiosulfat yang merupakan

hasil perlakuan pertama dan ditambahkan dengan 20 mL aquades. Tampak bahwa

natrium tiosulfat larut sempurna dalam aquades, Lalu direaksikan iod dengan

menambahkan 3 mL larutan iod dan menghasilkan larutan berwarna bening

kekuningan tanpa bau. Hal ini terjadi karena saat garam natrium tiosulfat dilarutkan

dalam aquades, garam natrium tiosulfat larut sempurna karena adanya persamaan

sifat kepolaran dari kedua senyawa tersebut dimana kedua senyawa tersebut bersifat

polar berdasarkan teori senyawa polar dapat larut dalam pelarut polar dan larutan

natrium tiosulfat berwarna bening. Tujuan dari pelarutan ini agar padatan Kristal

natrium tiosulfat dapat mengion sehingga pada saat ingin direaksikan dengan

senyawa Iodium lebih mudah beraksi secara sempurna.

Natrium tiosulfat dapat diidentifikasi sifat–sifat kimianya dengan

menggunakan pereaksi–pereaksi tertentu misalnya dengan larutan iod. Pada natruim


16

tiosulfat direaksikan dengan larutan iod tidak terjadi perubahan warna, tetap bening

kekuningan dan tidak berbau. Hal ini karena pada reaksi ini tidak terjadi pelepasan

ion belerang (sulfur). Berdasarkan teori bahwa larutan iod yang di reaksikan dengan

natrium tiosulfat akan menghasilkan larutan yang berwarna keruh. Karena reaksi

yang terjadi merupakan reaksi redoks (reduksi oksidasi) yang ditandai dengan adanya

perubahan warna iod. Pada parsamaan reaksi antara Kristal natrium tiosulfat dan

larutan iodine, terlihat bahwa iod berfungsi sebagai oksidator yang mengoksidasi ion

tiosulf atau natrium tiosulfat mereduksi iod, dan iod sendiri mengalami reduksi dari I2

menjadi I. Oleh karena itu dalam percobaan ini hasil yang tidak sesuai disebabkan

oleh beberapa faktor, yakni pada saat pengenceran dengan aquades terlalu banyak

menggunakan aquades sehingga tidak didapatkan hasil yang cermat pada percobaan,

disamping itu juga tidak dilakukan proses pengadukan sehingga hasil akhir dari

percobaan menandakan warna tidak merata pada larutan.

4.1.2.3 Pengaruh Asam Encer

Tabel 3. Reaksi dengan Asam Encer


No. Perlakuan Pengamatan
Kristal natrium tiosulfat dibagi menjadi Kristal berwarna putih
1.
dua bagian
Direaksikan dengan 3 mL larutan asam Larutan berwarna bening dan
2.
klorida encer berbau

Perlakuan selanjutnya adalah mencampurkan kristal natrium tiosulfat dengan

HCl encer. Natrium tiosulfat 2,6846 gram terlebih dahulu direaksikan dengan air

(aquadest) sebanyak 20ml, lalu direaksikan dengan 3ml larutan asam klorida encer.
17

Hasil praktikum menunjukan tidak terjadi perubahan warna pada reksi tersebut

namun terdapat bau yang tidak menyengat. Sedangkan berdasarkan konsep bahwa

ketika larutan kristal natrium tiosulfat bereaksi dengan HCl encer akan menghasilkan

perubahan warna larutan menjadi keruh serta tercium bau menyengat karena terdapat

gas SO2. Larutan menjadi keruh kuning karena pemisahan belerang dan terdapat asam

sulfit. Asam klorida disini berfungsi untuk menguapkan sulfur dioksida dan

mengendapkan sulfur oleh karena itu seharusnya reaksinya akan menimbulkan bau

yang menyengat.

Praktikum yang dilakukan dan teori yang ada tidak sesuai. Sama halnya pada

saat perlakuan antara iodine dan larutan kristal natrium tioslfat, kesalahan yang

dilakukan pada praktikum ini adalah penambahan aquades yang berlebihan atau

terlalu banyak yang dimana seharusnya terlebih dahulu menghitung perbandingan

yang tepat dalam mencampurkan bahan yang ada sehingga dapat meminimalisir

terjadinya kesalahan dalam hasil praktikum.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah, pembuatan natrium tiosulfat 5-hidrat

dilakukan dengan mereaksikan natrium sulfit (Na2SO3) yang berwarna putih dengan

serbuk belerang yang berwarna kuning. Menghasilkan kristal natriun tiosulfat 5-

hidrat (Na2S2O3.5H2O) yang berwarna putih dengan berat 2,6846 gram. Sifat-sifat

dari natrium tiosulfat yaitu dapat bereaksi dengan iod, dan asam klorida (HCl)

namun sedikit didapatkan endapan kuning tetapi memiliki bau menyengat dalam

larutan.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya

digunakan bahan yang lain dalam mempelajari sifat-sifat natrium tiosulfat misalnya,

asam sulfat yang digunakan untuk mempelajari reaksi dengan asam.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rini, Ardiansyah. 2020. Analisis Miskonsepsi Asam Basa Calon Guru
Kimia dengan Metode Three-Tier Test. Jurnal Pendidikan Sains (JPS). 8(1):
10-16. E-ISSN: 2502-1443. P-ISSN: 2339-0786.

Aditya, T., & Ghofur, A. 2019. Catalytic Converter Berbahan Gipsum dengan
Campuran Serbuk Tembaga terhadap Emisi Gas Buang. Jtam Rotary,
Vol. 1(2).

Anggraeni, F., dan Ardhaneswari, G. 2018. “Perancangan Pabrik Natrium Nitrat dari
Natrium Hidroksidaa dan Asam Nitrat dengan Kapasitas 32.000 Ton/Tahun”.
Skripsi. Fakultas Teknologi Industry. Program Study Teknik Kimia.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Azizah, M., dan Humairoh, Mira. 2015. Analisis kadar ammonia (NH3) dalam air
Sungai Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva. 15(1): 47-57.
Christina, M., Hidayat, R.N., Setiawan, D. 2016.Pemisahan Renium-188 dari Sasaran
Wolfram-188 dengan Metode Ektraksi menggunakan Pelarut Metil Etil Keton.
Jurnal Forum Nuklir (JFN). 10(1): 1-1.

Cunico, L.P., Sun, M., Rui, Y., Ghirmai, S., Enekvist, M., Lundegard, S., Sandah, M.,
Turner, C. 2020. Enhanced Distribution Kinetics in Liquid-Liquid Extraction
by CO2-Expanded Solvents.J. of Supercritical Fluids. 163: 1-8.
Day R.A. dan Underwood A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisisi Keenam.
Erlangga : Jakarta.

Dina., M. 2020. Diwan kerinduan. Jawa Barat. CV Jejak, anggota IKAPI.

Elmila, Izza, Fahimah Martak. 2011. “Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks Polimer
Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3] dengan Menggunakan Kation Organik
Tetrabutil Amonium”. Jurnal Prosiding Skripsi Kimia FMIPA. SK-091304.

Fajarika, R. U. 2014. “Penambahan Garam Kalium Klorida (KCl) dam Lama Waktu
Pemeraman dalam Pembuatan Telur Bebek Asin Terhadap Kadar Air, pH,
dan Total Mikroba”. Skripsi. Fakultas Peternakan. Bagian Teknologi Hasil
Ternak. Universitas Brawijaya Malang.
97

Fachry A. R., Tumanggor J., dan Yuni L. N. P. E. 2015. Pengaruh Waktu Kristalisasi
dengan Proses Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal Amonium Sulfat
dari Larutannya. Jurnal Teknik Kimia. 15(2).

Fernanda, Rosa Alves and Watson Loh. 2011. Vesicles prepared with thecomplex
salts dioctadecyldimethylammonium polyacrylates. Journal ofColloid and
Interface Science.

Goel, V., dkk. 2018. A Non-destructive FTIR Methor for the Determination of
Ammonium and Sulfate in Urban PM2.5 Samples. Journal of Metrology
Society of india.

Ishartono, B., Ashadi, A., & Susilowati, E. 2014. Implementasi model pembelajaran
problem solving berbantuan peer tutoring dilengkapi hierarki konsep untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar materi stoikiometri pada siswa
kelas x ipa 6 sman 1 sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Kimia, Vol. 4(1).

Justiani, A.A. 2021. Hubungan Paparan Gas Amonia terhadap Gangguan Pernapasan
pada Pekerja Peternakan Ayam. Jurnal Medika Hutama. 2(2): 750-756. E-
ISSN: 2715-9728. P-ISSN: 2715-8039.
Jones, A.G. (2002). Crystallization Process System. Departement of Chemical
Engineering,UCL (University College London). London.

Khairunisa, L.F., Asri, W., dan Sarifah, N. 2019. Kajian Pengaruh Kecepatan
Pengadukan terhadap Rendemen dan Mutu Kristal Patchouli Alcoholdengan
Metode Cooling Crystallization. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem. 7(1).

Khairunisa, L. F., Widyasanti, A., dan Nurjanah, S. 2019. Kajian Pengaruh


Kecepatan Pengadukan terhadap Rendemen dan Mutu Kristal Patchouli
Alcohol dengan Metode Cooling Crystallization. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem. 7(1).
Khan, R., Usman, M. 2016. A Comparative Study of Physical and Chemical Method
for Separation of Benzoic Acid from Industrial Waste Stream. Journal of
Advanced Chemical Engineering. 7(1): 1-11. ISSN: 2090-4568.

Kulkarni, S.J. 2015. A Review on Studies and Research on Crystallization.


International Journal of Research & Review. Vol.2. E-ISSN: 2349-9788; P-
ISSN: 2454-2237
98

Laksmiani, N. P. L., Susanti, N, M. P., Rismayanti, A. A. M. L., Wirasuta, M. A. G.


2015. Pengembangan Metode Refluks untuk Ekstraksi Andrografolid dari
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.)Nees). Jurnal Farmasi
Udayana. IV (2).
Listyorini, R., Murtiono, E.S., Agustin, R.S. 2018. Pengaruh Konsentrasi Asam
Sulfat dan Lama Perendaman terhadap Kuat Lentur Kayu Kelapa
Implementasi pada Mata Kuliah Ilmu Bahan Bangunan. IJCEE. 4(1): 79-89.
ISSN: 2598-2931.
Mittal, A., Malviya, A., Kaur, D., Mittal, J., & Kurup, L. (2007). Studies On The
Adsorption Kinetics And Isotherms For The Removal And Recovery Of Methyl
Orange From Wastewaters Using Waste Materials. Journal of hazardous
materials, 148(1-2), 229-240.

Normah, I., Cheow, C. S. dan Chong, C. L. 2013. Crystal Habit During


Crystallization Of Palm Oil: Effect Of Time And Temperature. International
Food Resesarch Journal. 20(1).

Nugroho, A., Athiek, S. R. 2015. Pengaruh Waktu Pemanasan Pada Pembuatan


Senyawa Alum Dari Limbah Foil Blister Untuk Keperluan Industri Farmasi.
Konversi. 4(2).

Okuduwa, S.I.R., Mbora, L.O., Adu, M.E., Adeyi, A.A. 2015. Comparative Analisys
Of The Properties Of The Properties Of Acid-Base Indicator Of Rose (Rosa
Setigera), Allamanda (Allamanda Cathartica), Andhibiscus (Hibiscux
Rosasinensis) Flower. Biochemistry Research International. (6).
Oxtoby, David W., H. P. Gillis dan Norman H. Nachtrieb.1986. Prinsip-prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Erlangga: Jakarta.

Pinalia., A. 2011. Kristalisasi Amonium Perklorat (AP) dengan Sistem Pendingin


Terkontrol untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat. Jurnal Teknologi
Dirgantara. 9(2).
Pierre, D. 2019. Acid-Base Titration.Undergraduate Journal of Mathematical. 10(8).

Praja, D. I. 2015. Zat Aditif Makanan Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta :


Garudhawaca.

Prassanti, R., dan Guswita, A. 2018. Recovery Natrium Fosfat dari Hasil Samping
Pengolahan Monasit Secara Basa dengan Metode Kristalisasi. Seminar
Nasional SDM Teknologi Nuklir. ISSN 1978-0176.
99

Pratama, Y., Prasetya, A. T., & Latifah, L. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati
sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Indonesian Journal of Chemical
Science, Vol. 4(2).

Purwani, M.V. dan Prayitno. 2014. Ekstraksi Konsentrat Neodimium Memakai Tri
Oktil Amin. Jurnal Iptek Nuklir Genendra. 17(1): 17-23.

Rodiah, S., Budaya, A.W., Erviana, D., Ahsanunnisa, R., Oktasari, A., Wijayanti, F.,
Kholidah, N., Mariyamah, Daniar, R. 2018. “Pembuatan Kristal Tembaga (II)
Sulfat Pentahidrat Dengan Variasi Ukuran Tembaga Bekas”. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan:167-171.
Rompas, C. Th., 2018. Pengaruh Pencampuran Belerang terhadap Kuat Geser Tanah.
Jurnal Sipil Statik.
Rosbiono, Momo. 2012. Terminologi– Karakteristik– Metode Pendeteksian–
Aplikasi, Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi. Modul
Kimia Anorganik.

Rositawati, A. L., Taslim C. M. dan Soetrisnanto D. 2013. Rekristalisasi Garam


Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. 2(4).

Samsuar, Mariana F. dan Setyowati M. 2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2) sebagai
Pemutih pada Rumput Laut (Eucheuma Cottoni) yang Beredar di
Lampung. Jurnal Farmasi Lampung. 6(2).

Sari, Parwatha dan Parthaseutema. 2014. Pengaruh Ion Tiosulfat terhadap


Pengukuran Kadar Klorida Metode Argentometri. Chemistry
Laboratory. 1(2).
Sarwani, M., Darmawan, M. T. 2019. Prarancangan Pabrik Natrium Nitrat
dari Natrium Klorida dan Asam Nitrat dengan Proses Sintesis Kapasitas
3.000 Ton/Tahun. Jurnal Tugas Teknik Kimia. 2(1).

Setiawan, A. 2012. Pengaruh Sulfur Terhadap Karakteristik Marshall Asphaltic


Concrete Wearing Course (Ac-Wc). Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Transportasi. 2 (1).
Setiono, L., dan A. Hindayana Pudjaatmaka.1985. Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. PT. Kalman Media Pustaka:
Jakarta.
100

Stanley, R. E., Chad, G. B., dan Gary, A. S. 2017. Influence Of Sodium Chloride
Reduction And Replacement With Potassium Chloride Based Salts On The
Sensory And Physico-Chemical Characteristics Of Pork Sausage Patties.
International Journal Meat Science. 133 (2017) 36–42.

Tan, W. L., Azlan, A., and Noh, M.F.M. 2016. Sodium and Potassium Contents in
Selected Salts and Sauces. International Food Research Journal. 23(5): 2181-
2186.

Taroreh, F. L., Jubhar, C., Mangimbulude., dan Karwur, F. F. 2016. Evolutionary


Perspective Of Sulfur Dynamics In Tomohon and Implications on Microbial
Corrosion. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia Yogyakarta.
Wibowo, H. B., & Abdillah, L. H. 2014. Penentuan Tetapan Kecepatan Dan Suhu
Reaksi Untuk Memilih Proses Pembuatan Butadien (Determination Of
Reaction Rate Constant And Temperature For Selecting Butadiene Processes).
Jurnal Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara, Vol. 9(1).

Wigeono Y.A., Azrianingsih R. dan Roosdiana A. 2013. Analisis Kadar Glukomanan


Umbi Porang (Amorphophalus Muelleri Blume) Menggunakan Refluks
Kondensor. Jurnal Biotropika. 1(5).

Wulandari, W.A., Soedjono, E.S. 2017. Penurunan COD dan Deterjen pada Saluran
Kalidami Kota Surabaya dengan Oksidator H2O2 dan KMnO4. Jurnal Teknik
ITS. 6(2):5-10. E-ISSN: 2337-3539. P-ISSN: 2301-9271.
Yufron, A. 2019. Analisis Perubahan Suhu Ruangan Dan Prosentase Pemakaian
H2SO4 (Asam Sulfat) Dalam Mempengaruhi Pengujian Ratio Cover Dan
Kekuatan Filament Polyester Benang Core-Spun 128 D-Tex Di Mesin Core
Spinning Merk Rieter Type G-5. Jurnal Qua Teknika, Vol. 9(1).

Yurida, M., Evi A., dan Susila A.R. 2013. Pengaruh Kandungan Cao dari Jenis
Adsorben Semen Terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia 19(2).

Yusuf, Y. 2018. Kimia Dasar Panduan untuk Belajar. Edu Center Indonesia : Jakarta

Yusuf, Yusnidar. 2018. Kimia Dasar. Penerbit Educenter Indonesia : Jakarta.


Zaenudin, Misbah. 2014. Studi Pendahuluan Interaksi Campuran Daun Sanga (Abrus
Precatorius L.), Gambir (Uncaria Gambir R.) dan Kapur Sirih (CaO), dengan
101

Metode Spektroskopi UV-Sinar Tampak dan Inframerah. Skripsi. Universitas


Islam Negri Sunan Gunung Jdati Press: Bandung.
DOKUMENTASI

1. Larutan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat


(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O dan Garam Kompleks Tetramiin Copper (II)
Sulfat Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O Setelah di Diamkan Semalam

Gambar 1. Larutan garam rangkap kupri amonium sulfat heksahidrat


(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O setelah di diamkan semalam

Gambar 2. Garam kompleks tetramiin copper (II) sulfat monohidrat


Cu(NH3)4SO4.H2O setelah di diamkan semalam
103

2. Kristal Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat


(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O dan Garam Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat
monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O

Gambar 3. Kristal Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat


(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

Gambar 4. Garam Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat


Cu(NH3)4SO4.H2O
104

3. Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat


(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O dan Garam Kompleks Tetramiin Copper (II) Sulfat
Monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O setelah di Teteskan Aquades 20 mL
Gambar 5. Garam rangkap kupri amonium sulfat heksahidrat
(Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O setelah di teteskan aquades 20 mL

Gambar 6. Garam kompleks tetramiin copper (II) sulfat monohidrat


Cu(NH3)4SO4.H2O setelah di teteskan aquades 20 mL
LAMPIRAN 1. ANALISIS DATA

PERCOBAAN I

Berat Teoritis
Diketahui : Berat Na2SO3 :10 gram
Mr Na2SO3 : 126 gram/mol
Berat S : 5 gram
Ar S : 32 gram/mol

Ditanyakan : Berat Na2S2O3= .... ?

berat
Mol Na SO =
Mr
10 gram
=
126 gram/mol
= 0,0793 mol
berat
Mol S =
Mr
5 gram
=
32 gram/mol
= 0,15625 mol

Mol Na SO ≈ Mol Na S O
0,0793 ≈ 0,0793
Mol Na S O = Mol Na S O
Berat Na S O = 0,0793 mol x 158 gram/mol
= 12,5294 gram

Berat Hasil Percobaan


Berat kertas saring = 1,2886 gram
106

Berat kristal = 2,6846 gram

% Rendemen
berat kristal
% Rendemen= x 100%
berat secara teori
2,6846 gram
= x100%
12,5294 gram
=0,2143 x 100%
=21,43%
107

PERCOBAAN II

KCl + NaNO3 NaCl + KNO3

Berat KCl yang di timbang = 7,5019 gram

Berat NaNO3 yang ditimbang = 8,5012 gram

),*+,-
mol KCl = 74,5
= 0,1006 mol

.,*+,
mol NaNO3 =
85
= 0,1000 mol

koefisien KNO
mol KNO3 = koefisien NaNO3 x mol NaNO3
3

1
= 1 x 0,1000= 0,1

Berat teoritis KNO3 = mol KNO3 x Mr KNO3

= 0,1 mol x 101 gram/mol = 10,1 gram

Berat kristal KNO3 praktek = /0123 4156327 8124304 9 /0123 401326 6215:; 4<6<:;

= 7,0032 gram – 1,2002 gram

= 5,803 gram

berat praktek
% Rendemen = x 100 %
berat teoritis

5,803 gram
= 10,1 gram
x 100 %

= 57,45 %
108

PERCOBAAN III

Dik : Berat garam dapur kasar = 20,1240 gram

Berat gelas beker A kosong = 124,3150 gram

Berat gelas kimia A + garam dapur = 138,4727 gram

Dit : Rendemen = ?

Penyelesaian:

Berat kristal garam dapur = (Berat gelas beker + garam dapur) – Berat gelas

beker kosong = 138,4727 gram− 124,3150 gram

= 14,1577 gram

/0123 4156327
Rendemen = /0123 62>807 × 100%

,@,,*)) ;12>
= +,, @+ ;12>
× 100%

= 70,35231564%

Pengotor = 100 % -rendemen

= 100 % - 70,3523%

= 29,6477 %
109

PERCOBAAN IV

1. Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe (III)

Berat serbuk Cu = 0,2246 gram


BM Cu = 63,54 g/mol
V Fe (NH4)(SO4)2 0,02 M = 10 mL
V H2SO4 = 15 mL
V larutan Cu = 25 mL / 1 erlenmeyer
V KMnO4 = 50 mL
Hasil Titrasi :

V1 KMnO4 = 2 mL
V2 KMnO4 = 1 mL
V3 KMnO4 = 1 mL
Reaksi yang dominan : Cu + Fe3+ Cu+ + Fe2+
Pers. Reaksi : 5 Fe2+ + 2MnO4- + 8H+ Fe3+ + 2Mn2+ + 4H2O
Penyelesaian :

v1 +v2+v3 2+1+1
Vrata-rata = = = 1,333 mL
3 3

Mol KMnO4 = V KMnO4 × M KMnO4

= 1,333 × 10-3 L × 0,02 mol/L

= 0,02666 mol

Mol Fe3+ = 5 × mol MnO4-

= 5 × 0,02666 mol

= 0,1333 mol
Berat Cu
Mol Cu =
BM Cu

0,2246 g
=
63,54 g/mol

= 0,003543 mol
110

mol Fe3+
r =
mol Cu

0,1333 mol
=
0,003543 mol

= 37,623 mol
[Cu+] 2-r
=
[Cu2+] r-1

2- 37,623
=
37,623-1

35,623
=-
37,622

= -0,9468
111

PERCOBAAN V

 Penentuan Koefisien Distribusi Amonia Dalam Air dan Kloroform

Diketahui : Volume HCl yang dipakai = 3 mL

[HCl]baku = 0,055 M

Volume NH3 dalam CHCl3 = 10 mL

Ditanyakan : Kd Amonia ?

Penyelesaian :

Mol HCl = mol NH3

V1 x M1 = V2 x M2
CD × ED
M2 = CF

3 × 0,055
= 10

M2 = 0,165 M

[NH3]kloroform = 0,01 M

[NH3]air = [NH3]awal – [NH3]kloroform

[NH3]air = (1 - 0,165) M

= 0,835 M
[HIJ ]LMNONPNOQ
Kd = [HIJ ]RSO

+,,T* E
=
+,. * E

= 0,1976
112

 Penentuan Rumus Molekul Ammin tembaga (II)

Diketahui : Volume HCl yang dipakai = 5 mL

[HCl]baku = 0,055 M

Volume NH3 dalam CHCl3 = 10 mL

Ditanyakan : Rumus molekul ammin-tembaga (II) ?

Penyelesaian :

Mol HCl = mol NH3

V1 x M1 = V2 x M2
CD × ED
M2 =
CF

*× +,+**
= ,+

M2 = 0,275 M

[NH3]kloroform = 0,275 M

[NH3]air = [NH3]awal – [NH3]kloroform

[NH3]air = (1 – 0,275) M

= 0,725 M

[Cu– NH3] =
><7 UV
= [NH3]awal – [NH3]kloroform + mol [NH3]air
><7 UV 9HIJ

= (1 – 0,275) M + 0,8355

= 1,56
,,*T
Mol Cu = +,) =2
*

Jadi, rumus senyawa kompleksnya adalah [Cu(NH3)2]2+


113

PERCOBAAN VI

 Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat

Diketahui :

Berat kertas saring kosong = 0,521 gram

Berat kertas + garam = 2,632 gram

Berat garam yang dihasilkan = (Berat kertas + garam) – Berat kertas

= 2,632 – 0,521

= 2,114 gram

Ditanyakan : Rendemen……….?

massa kristal praktek


Rendemen = x 100%
massa kristal teoritis
,,,@
= ,.,*
W 100%

= 55%
114

 Pembuatan Garam Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat


Cu(NH3)4SO4.H2O
Diketahui :

Berat kertas saring kosong = 0,521 gram

Berat kertas + garam = 2,740 gram

Berat garam yang dihasilkan = (Berat kertas + garam) – Berat kertas

= 2,740 – 0,521

= 2,119 gram

Ditanyakan : Rendemen……….?

massa kristal praktek


Rendemen = x 100%
massa kristal teoritis
, ,-
= W 100%
,@-*

= 88 %
115

LAMPIRAN 2. PROSEDUR KERJA

PERCOBAAN I

 Diagram Alir

Natrium sulfit
- Ditimbang 10 gr
- Dimasukkan kedalam labu alas bulat
- Dilarutkan dengan aquades 50 ml
- Ditambahkan 5 gr serbuk belerang
- Direfluks selama 1,5 jam
- Dinginkan
- Disaring

Filtrate Residu
- Dipindahkan ke gelas kimia
- Diuapkan sempai 20 ml
- Didinginkan lalu disaring dan dikeringkan kristal yang
terbentuk
- Ditimbang kristal yang terbentuk
- Dihitung persen rendemennya

Rendemen = 21,43 %
116

PERCOBAAN II

 Pembuatan Garam Kalium Nitrat

Padatan KCl Padatan NaNO3

Ditimbang sebanyak 7,5019 Ditimbang sebanyak 8,5012

- Masing-masing di larutkan dalam 25 mL air


panas
- Dicampurkan kedua larutan tersebut.
- Diuapkan sampai volume larutan menjadi 20
mL (menggunakan penangas air).
- Disaring dalam keadaan panas .
- Diuapkan sampai volumenya menjadi 10 mL.
- Didinginkan larutan tersebut
- Disaring kristal kalium yang terbentuk.

Kristal Kalium Nitrat


117

 Pemurnian Kristal Kalium Nitrat

Kristal Kalium Nitrat

- Dilarutkan dengan sedikit aquades dengan


cara pemanasan.
- Didinginkan larutan tersebut.
- Disaring larutan kristal kalium nitrat bebas
ion klorida.
- Ditimbang kristal yang dihasilkan.
- Dihitung hasil rendemennya.

57,45 %
118

PERCOBAAN III

 Perlakuan Awal

100 mL aquades

- Dimasukkan ke dalam gelas


beaker
- Dipanaskan hingga mendidih
pada suhu 100° C
- Ditambahkan 20 gram garam
dapur
- Dipanaskan sampai mendidih
- Disaring larutan
Larutan garam
119

 Kristalisasi Melalui Penguapan

Larutan Garam
- Ditambahkan 0,5 gram CaO
- Ditambahkan larutan Ba(OH)2 encer
hingga tidak terbentuk endapan
- Ditambahakan larutan (NH4)2CO3
- Disaring larutan garam
Filtrat hasil
penyaringan

- Dinetralkan dengan menggunakan larutan


HCl encer
- Dinetralkan dengan menggunakan larutan
Ba(OH)2 encer
- Dinetralkan dengan menggunakan larutan
NaOH
-
Filtrat pH Netral

- Diuji kenetralannya menggunakan kertas


lakmus
- Diuapkan larutan tersebut pada pemanas
sampai kering

Kristal NaCl
120

PERCOBAAN IV

 Pembuatan larutan Fe(NH4)(SO4)2 0,02 M

Serbuk Fe(NH4)(SO4)2

- Ditimbang sebanyak 0, 2246


gram
- Dilarutkan di dalam gelas beaker
- Diencerkan dengan aquades ke
dalam labu takar 25 mL dan
dihomogenkan

Hasil Pengamatan
121

 Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe3+

Serbuk Tembaga Fe(NH4)(SO4)2 0,02 M


- Ditimbang 0,2246 gram - Dipipet 15 mL larutan
serbuk Cu Fe(NH4)(SO4)2

- Ditambahkan H2SO4
sebanyak 15 mL

Larutan Campuran

- Ditutup menggunakan gelas arloji


kemudian dipanaskan
- Diamati perubahan warna yang terjadi
- Diangkat dan didinginkan
- Diencerkan ke dalam labu takar 100 mL
- Dimasukkan KMnO4 0,02 M dalam
buret sebanyak 50 mL
- Dipipet 25 mL larutan dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Dititrasi dengan larutan standar KMnO4
0,02 M dan diulangi sebanyak 3 kali
- Dihitung konsentrasi Fe2+ yang
dihasilkan dalam reaksi
- Dihitung pula jumlah perbandingan mol
(r)
- Di catat hasil pengamatan

Hasil Pengamatan
122

PERCOBAAN V

 Penentuan Koefisien Distribusi Amonia Dalam Air dan Kloroform

10 mL NH3 + 10 mL aquades

- Dimasukkan ke dalam corong pisah 250 mL


- Ditambahkan 25 mL kloroform
- Dikocok selama 5 menit

10 mL NH3 + 10 mL aquades
+ 25 mL kloroform

- Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan


- Dipisahkan kedua lapisan

Lapisan amonia Lapisan amonia


dalam kloroform dalam air
- Dipindahkan 10 mL ke erlenmeyer
yang berisi 10 mL air
- Ditambahkan indicator MO
- Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,055 M
- Diulangi titrasi dengan sisanya
- Dihitung Kd Amonia
Kd amonia = 0,1976
123

 Penentuan Rumus Kompleks Ammin-Tembaga (II)

10 mL NH3 + 10 mL aquades +
10 mL Cu2+

- Dimasukkan ke dalam corong pisah 250 mL


- Ditambahkan 25 mL kloroform
- Dikocok selama 5 menit
- Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan
- Dipisahkan kedua lapisan

Lapisan amonia Lapisan amonia


dalam kloroform dalam air

- Dipindahkan 10 mL ke erlenmeyer
yang berisi 10 mL air
- Ditambahkan indicator MO
- Dititrasi dengan larutan standar HCl 0,055 M
- Diulangi titrasi dengan sisanya
- Ditentukan rumus Kompleks Ammin-Tembaga (II)

[Cu(NH3)2]2+
124

PERCOBAAN VI

 Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat

2,495 gram CuSO4.5H2O 1,32 gram (NH4)SO4

- Dilarutkan dengan 5 mL aquades


dalam gelas kimia 100 mL
- Dipanaskan sampai semua garam
larut sempurna
- Didiamkan selama semalam, sampai
terbentuk kristal yang banyak

Kristal yang terbentuk

- Disaring dengan menggunakan


kertas saring
- Dikeringkan
- Ditimbang berat kristal

Rendemen 55%
125

 Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat


Cu(NH3)4SO4.H2O

4 mL amonia

- Diencerkan dengan 2,5 aquadest


dalam cawan pengupan
- Dimasukkan 2,495 gram CuSO4.5H2O
dan ditambahkan larutan amonia,
kemudian diaduk
- Ditambahkan 8 mL etanol
- Didinginkan selama semalam
- Disaring kristal menggunakan kertas
saring
Kristal

- Ditambahkan 5 mL etil alkohol


- Ditambahkan 5 mL amonia 15 M
- Kristal dikeringkan dalam pemanas
- Ditimbang kristal

Rendemen = 88%
126

 Perbandingan Sifat-Sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks

kristal kupri sulfat anhidrat

- Dimasukkan dalam tabung reaksi


- Ditambahkan aquadest 5 mL
- Dicatat perubahan warna

larutan berwana biru muda

kristal kupri sulfat anhidrat

- Kemudian, ditambahkan larutan


ammonia 6 M tetes demi tes sebanyak 5
mL
- Dicatat hasil yang diamati

Larutan berwarna biru tua


127

LAMPIRAN 3. REAKSI LENGKAP

PERCOBAAN I

a. Reaksi pembentukan natrium tiosulfat-5-hidrat

Na2SO3 + S + 5H2O Na2S2O3.5H2O

b. Reaksi dengan Iod

2Na2S2O3 + 4KI4 NaI + 2K2S2O3


128

PERCOBAAN II

1. KCl + H2O → KOH + HCl

2. NaNO3 + H2O → NaOH + HNO3

3. KCl + NaNO3 → NaCl + KNO3


129

PERCOBAAN III

1. NaCl + CaO → Na2O + CaCl2

2. NaCl + Ba(OH)2 → BaCl2 + NaOH

3. NaCl + (NH4)2CO3 → Na2CO3 + NH4Cl


130

PERCOBAAN IV

Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Fe (III)


Cu + Fe3+ → Cu+ + Fe2+

Cu + 2Fe3+ → Cu2+ + 2Fe2+

MnO4- + 8H+ + 5e-→ Mn2+ + 4H2O .................x1

Fe2+ → Fe3+ + e- ......................... x5

MnO4- + 5Fe2+ + 8H+→ 5Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+


131

PERCOBAAN V

Cu2+ + 2NH3 [Cu(NH3)2]2+

[Cu(OH)5]2+ + 2NH3 [Cu(NH3)2]2++ 2H2O


132

PERCOBAAN VI

1. CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O à (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O


2. CuSO4.5H2O + 4NH4OH à Cu(NH4OH)SO4 + H2O

3. CuSO4 .5H2O + 2 (NH4)2SO4àCu (NH3)4 + (SO4)3


4. CuSO4 + 4H2O → (Cu(OH)4)2+ + SO42-
5. Cu (NH3)4 (SO4)3 → Cu 2+ + 3SO4 2- + 4 NH3
6. (NH4)2Cu(SO4)2→2NH4+ + Cu2+ + 2SO42-
7. Cu(NH3)4SO4.H2O→ [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + H2O
8. [Cu(H2O)5]SO4 + 4NH3→ [Cu(NH3)4]SO4 + 5H2O

Anda mungkin juga menyukai