Dosen Pembimbing:
Drs. H. Mahdian, M.Si
Drs. Parham Saadi, M.Si
Asisten:
Annisa Sholihah, S.Pd
Siti Jainab, S.Pd
Oleh:
Kelompok 8
Yuyun Eka Yulianti (A1C313082)
Maulida (A1C315020)
Riska Yulianti (A1C315034)
Rina Wati (A1C315054)
Linda Safitri (A1C315204)
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya serta tidak lupa pula salawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah praktikum Kimia Anorganik.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih banyak atas
semua bantuan yang telah diberikan baik secara tulisan maupun lisan kepada:
1. Bapak Drs. H. Mahdian, M.Si dan Drs. Parham Saadi, M.Si selaku dosen
pembimbing mata kuliah Praktikum Anorganik.
2. Kakak pembimbing Annisa Sholihah dan Siti Jainab selaku asisten dosen
mata kuliah Praktikum Kimia Anorganik.
3. Teman-teman dalam kelompok yang sudah menyempatkan waktu dan mau
bekerja sama agar makalah ini dapat diselesaikan.
Karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan bahan, tentunya hasil
makalah ini mempunyai kekurangan, maka dari itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman mahasiswa.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................3
METODE DAN TEKNIK ...............................................................................................6
3.1 Tempat ...................................................................................................................6
3.2 Hari / Tanggal........................................................................................................6
3.3 Alat dan Bahan ......................................................................................................6
3.4 Prosedur Kerja ......................................................................................................6
BAB VI..............................................................................................................................8
PEMBAHASAN ...............................................................................................................8
4.1 Hasil Pengamatan...................................................................................................8
4.2 Analisis Data ...........................................................................................................9
BAB V .............................................................................................................................13
PENUTUP ......................................................................................................................13
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................................13
5.2 Saran .....................................................................................................................13
A. Perhitungan ............................................................Error! Bookmark not defined.
B. Pertanyaan ..............................................................Error! Bookmark not defined.
FOTO ..............................................................................................................................16
FLOWCHART ...................................................................Error! Bookmark not defined.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, reaksinya adalah
reaksi netralisasi. Sejumlah asam dan basa murni ekuialen yang dicampur dan
larutannya diuapkan, maka akan terdapat zat kristalin yang tertinggal yang
disebu dengan garam. Garam tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau
basa, garam terdiri dari kation dan anion. Kation dan anion tersebut ada yang
merupakan ion kompleks sehingga membentuk senyawa kompleks.
Garam kompleks berlainan dengan garam rangkap. Senyawa atau
garam kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena penggabungan
dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri
sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-
ion komponennya. Pembelajaran mengenai senyawa kompleks ini merupakan
hal yang penting dalam kimia anorganik, maka perlu dilakukan percobaan
untuk mempelajari pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.
1
1. Cara pembuatan dan sifat garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat
heksanahidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O.
2. Cara pembuatan dan sifat garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat [Cu(NH3)4]H2O.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Day dan Underwood (2002), garam merupakan salah satu contoh
zat padat kristal, garam adalah produk lain di luar air yang terbentuk ketika
sebuah asam bereaksi dengan sebuah basa. Sebagai contoh, ketika asam klorida
dan natrium hidroksida bereaksi, produknya adalah garam (natrium klorida) dan
air. Reaksinya sebagai berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Ketika jumlah setara garam tertentu dicampur dalam larutan berair dan
larutan tersebut diuapkan, garam memiliki dua anion kation yang berbeda atau
mungkin terbentuk, misalnya FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O di larutan garam
berperilaku sebagai campuran dari dua individu. Garam-garam ini adalah disebut
garam ganda atau garam rangkap, untuk membedakannya dari garam kompleks,
yang menghasilkan kompleks ion dalam larutan (Daintith, 2004).
Dalam beberapa kejadian, kita mungkin dapat memisahkan garam
kompleks dari larutan. Pada fero sulfat dan KCN, kalium ferosianida yang
terbentuk dapat dipisahkan. Dalam beberapa kejadian suatu percobaan pemisahan
tidak memberi hasil yang baik dan senyawa kompleks didapatkan hanya stabil
dalam keadaan larutan. Suatu garam kompleks harus dibedakan dari garam
rangkap. Sebagai contoh sederhana dari suatu garam rangkap adalah pembentukan
fero amonium sulfat dan seluruh deretan-deretan formula tawas. Jika fero-sulfat
dan amonium sulfat dibiarkan mengkristal bersama-sama dalam perbandingan
yang sesuai, kristal dari keduannya tidak tampak terpisah. Hasil yang dibentuk
adalah satu kristal tunggal. Hal itu menandakan dua molekul terpisah telah
bergabung membentuk satu molekul tunggal. Dalam peristiwa ini garam
kompleks serupa dengan garam rangkap. Senyawa kompleks seperti kalium
ferosianida, molekul ferosianida dan kalium sianida tergabung membentuk satu
molekul tunggal. Akan tetapi, sebenarnya dua peristiwa ini adalah berbeda.
Larutan pada fero amonium sulfat mengandung ion fero sebanyak ion sulfat, dan
3
keberadaannya di dalam larutan mudah untuk diuji dalam suatu reaksi (Sjahrul,
2010).
Pembentukkan ion kompleks memberikan suatu sifat fisika dan kimia
yang baru terhadap zat. Dalam suatu penelitian, sintesis senyawa kompleks Cu
(II)-EDTA dilakukan dengan pencampuran logam Cu dari logam tembaga sulfat
pentahidrat dan ligan EDTA dari natrium etilendiamin tetraasetat dengan
perbandingan mol 1:1 (Zubaidah, 2016). Pada kejadian garam rangkap, peruraian
menjadi ion mula-mula hampir sempurna terjadi, karena itulah sifat kimia tidak
mengalami perubahan (Sjahrul, 2010). Garam kompleks merupakan garam-garam
yang mengandung ion-ion kompleks dalam larutan.
Contoh: Cu(NH3)Cl3, K3Fe(CN)6, Cu((NH3)4SO4.H2O (Khunur, 2012)
Zat padat dapat di bedakan antara zat padat kristal dan amorf. Di dalam
kristal, atom atau molekul penyusun kristal mempunyai struktur yang tetap tetapi
dalam zat amorf tidak. Zat padat amorf dapat dianggap sebagai cairan yang
membeku dengan membutuhkan waktu yang lama dengan viskositas yang sangat
besar. Zat padat kristal dan amorf dapat dibedakan dengan berbagai cara misalnya
dari titik leburnya. Kristal memilki titik lebur yang pasti, sedangkan zat amorf
titik leburnya tidak pasti, tetapi tetap berada dalam suatu interval temperatur
(Sukardjo, 1985).
Tembaga adalah merah muda, yang lunak, dapat di tempa, dan liat.
Tembaga melebur pada 10380C. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V)
untuk pasangan Cu atau Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam
sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan
garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak
(I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat
diturunkan dari tembaga (II) oksida CuO hitam. Namun oksidasi selanjutnya
menjadi Cu (II) adalah sulit. Garam-garam tembaga dua umumnya berwarna biru,
baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air. Warna ini
benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Garam-
garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna
putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks
4
tetraakuo atau lebih mudah disebut dengan ion tembaga (II) Cu2+ saja (Svehla,
1990).
Tembaga di alam umumnya berupa mineral tembaga besi sulfat dan
tembaga sulfat. Bijih tembaga yang paling umum adalah sulphider, chaicocite
CuS, chalcopyrite CuFeS2, cavellite CuS dan barnite CuSFeS4 (Hernada, 2014).
Reaksi trans diamino cychohexane (idach) dengan tembaga (II) sulfat dalam air
menghasilkan pembentukan garam kompleks ganda dari tipe
[Cu(dach)2(H2O)2][Cu(dach)2(SO4)2].6H2O yang struktur rontgennya yang sama
pada kation kompleks dan anion (Kelly, Wenzel, Doert, Eloe, Weigand, Undoy,
& Gloe, 2016). Pada penelitian dilakukan sintesis senyawa kompleks Cu (II)-
kurkumin sebagai inhibitor enzim lipase pangkreas. Sintesis senyawa kompleks
Cu (II)-kurkumin dari logam tembaga (II)-asetat hidrat dan ligan kurkumin hidrat
dengan perbandingan mol sebesar 1:2 (Hermawan, 2016).
Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan
mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian
dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam
tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun
tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony,
Qadariyah & Mahfud 2013).
5
BAB III
6
1. Melarutkan 10 g tembaga (II) sulfat pentahidrat CuSO 4.5H2O (249,5
g/mol) dan 5,5 g amonium sulfat (NH4)2SO4 (132 g/mol) dalam 30 mL
air. Memanaskan hingga semua garam melarut.
2. Menguapkan hingga volumenya tinggal 20 mL.
3. Membiarkan larutan menjadi dingin pada suhu kamar sampai terbentuk
kristal. Kristal besar dapat terjadi jika larutan dibiarkan (disimpan)
semalam.
4. Mendinginkan campuran ini dalam wadah berisi air dingin.
Mendekantasi larutan dan mengambil kristal yang terbentuk.
5. Mengeringkan kristal di atas kertas saring. Memperhatikan bentuk
kristal.
6. Menimbang kristal yang terbentuk dan menghitung % hasil.
7
BAB VI
PEMBAHASAN
8
dan menggerus hingga halus Warna berubah menjadi
kemudian memasukkan ke dalam biru tua dalam larutan
larutan amonia sampai semua
melarut
3. Menambahlan 11,5 mL atanol
Terbentuk 2 lapisan, endapan
dengan hati-hati dan menutup
berwarna biru muda dan filtrat
dengan kaca arloji kemudian
biru tua
dibiarkan (semalam)
4. Setelah semalam, kemudian
Filtrat dan residu terpisah
mendekantasi
5. Menyaring dan membilas dengan
Filtrat = berwarna biru
campuran 1,25 mL NH3 (aq) 15 M
Kristal = berwarna biru
dan 1,25 mL etanol
6. Mencuci kristal dengan 5 mL
Kristal biru
etanol
7. Menimbang kristal Berat bersih = 5 g
9
Selanjutnya menguapkan larutan sampai volume tersisa 20 mL, hal
ini dilakukan untuk melepaskan uap air yang ada dalam larutan dan juga
membuat larutan makin pekat. Semakin pekat larutan maka semakin banyak
jumlah partikel yang ada dalam larutan. Larutan tersebut menjadi berwarna
biru. Reaksinya:
H2O
CuSO4(NH4)2SO4(aq) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Berwarna biru Berwarna biru
10
b. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O
Tahap pertama dalam percobaan ini adalah melarutkan 7,5 gram
serbuk CuSO4.5H2O yang telah dihaluskan sebelumnya ke dalam larutan
NH3 pekat sebanyak 11,5 mL dan 7,5 mL aquades. Serbuk dari
CuSO4.5H2O digerus menggunakan lumping dan alu agar dihasilkan serbuk
yang lebih mudah larut dalam NH3 serta air. Larutan yang dihasilkan
berwarna biru tua . Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
CuSO4(aq) + 4 NH3(aq) Cu(NH3)4SO4.(aq)
11
Tahap selanjutnya adalah mencuci kristal dengan 5 mL etanol yang
gunanya untuk memberikan kristal benar-benar bersih, didapatkan kristal
berwarna biru dan kristal tersebut merupakan garam kompleks. Garam
kompleks tersebut terbentuk dari reaksi asam basa lewis dengan ligan yang
bertindak sebagai basa yang menyumbangkan sepasang elektron kepada
kation yang merupakan atom pusat.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Garam rangkap yang dihasilkan adalah berasal dari dua kation yang
berbeda yakni ion Cu2+ dan NH4+. Garam rangkap dalam larutan akan
terionisasi menjadi ion-ion komponennya.
2. Garam rangkap yang dihasilkan adalah sebesar 9,5 gram dengan rendemen
sebesar 59,45 %.
3. Garam kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena
penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masing
dapat berdiri sendiri, dalam percobaan ini digunakan CuSO4.5H2O dan
NH3 untuk membuat Garam Kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
4. Garam kompleks yang dihasilkan merupakan garam yang mengandung ion
kompleks yakni Cu(NH3)42+. Garam kompleks yang dihasilkan sebesar 5
gram dan rendemen sebesar 67,89%.
5.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A., & Underwood, A. L. (2002). Analisis kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Fitrony, Fauzi, R., Qadariyah, L., dan Mahfud. (2013). Pembuatan Kristal
Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.H2O) dari Tembaga Bekas
Kumparan, Jurnal Teknik POMITS, 1(2), 2337-3539.
Kelly, N. M., Wenzel, T.,Doert, K., Eloe, J. J., Weigand, L. F., Undoy & Gloe, K.
(2016). Unique Occurrence of cationic and anionic Bis-1,2-
diaminocyclohexane Copper (II) units in a Dounble complex salt.
Australian Journal of Chemistry, 69(5), 1-3.
Singh, R., Kulkarni, S.G., & Naik, N.H., 2013, Effect of Nano Sized Transition
Metal Salts and Metals on Thermal Decomposition Behavior of Polyvinyl
Alcohol, Journal of Chemistry, 4(1), 82-88.
14
Sjahrul, M. (2010). Dasar-Dasar Kimia Anorganik. Makassar: Umitoha Ukhuwa
Grafika.
Svehla, G. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka,.
15
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui : massa CuSO4.5H2O = 10 g
massa (NH4)2.SO4 = 5,5 g
Mr CuSO4 = 249,5 g/mol
Mr (NH4)2.SO4 = 132 g/mol
Massa Kristal Hasil Percobaan = 9,5 g
Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,5 g/mol
Maka :
mol CuSO4.5H2O
mol =
mol (NH4)2.SO4
mol =
% rendemen = x 100%
= 59,45 %
Jadi garam rangkap yang dihasilkan sebesar 59,45 %dari sampel.
16
2. Garam Kompleks Tetraamin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O
Diketahui : massa CuSO4.5H2O = 7,5g
Mr CuSO4 = 249,5 g/mol
Massa Kristal Hasil Percobaan =5g
Mr Cu(NH3)4SO4 H2O = 245,5 g/mol
Maka :
mol CuSO4.5H2O
mol =
% rendemen = x 100%
= 67,89 %
Jadi garam kompleks yang dihasilkan sebesar 67,89% dari sampel.
17
B. Pertanyaan
1. Sebutkan perbedaan antara garam rangkap dan garam kompleks !
Jawab :
a. Garam rangkap yaitu garam yang terdiri dari dua lebih kation dan
anion di dalamnya. Garam rangkap diartikan juga sebagai garam yang
kehilangan keadaan semula (identitasnya) di dalam larutan.
b. Garam kompleks yaitu garam yang terdiri dari kation dan anion dari
kompleks yang dikelilingi oleh ligan. Diartikan juga sebagai garam
yang mampu menahan keadaannya (identitasnya) dalam larutan.
18
6. Ion atau molekul bagaimana yang berfungsi sebagai ligan?
Jawab : Ion atau molekul yang berfungsi sebagai ligan adalah ion atau
molekul yang dapat memberikan pasangan elektron. Contohnya adalah Cl -,
SO42-, NO2-, NH3, H2O dan lain-lain.
19
b. Teori medan kristal (CFT)
- Interaksi antara atom pusat dengan ligan dianggap sebagai
interaksi elektrostatik
- Ligan-ligan diperlukan sebagai atom-atom bermuatan.
- Interaksi antara atom pusat dengan ligan merupakan interaksi
elektrostatik apabila ligan yang ada merupakan ligan yang netral
maka dalam interaksi tersebut ujung (-) dari dipol dalam
molekul netraldiarahkan terhadap ion logam.
- Tidak terdapat interaksi antara orbital-orbital ion logam dengan
orbitalorbital dari ligan.
20
LAMPIRAN FOTO
21
B. Pembuatan garam kompleks tetramin (II) ammonium sulfat monohidrat,
Cu(NH3)2SO4. H2O
22
FLOWCHART
PERCOBAAN VII
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
“PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP DARI
TEMBAGA”
-Melarutkan
-Memanaskan hingga semua garam
melarut
Larutan panas
-Menguapkan hingga bersisa 40 mL
40 mL larutan panas
-Meninginkan pada suhu kamar
Campuran (larutan + kristal)
-
-Mendinginkan campuran dalam wadah
berisi air dingin
-Mendekantasi
Larutan Kristal
-Mengeringkan
kristal
Kristal Kering
23
B. Pembuatan Garam Kompleks Tetramin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)2SO4.H2O
Larutan amonia
15 g CuSO4.5H2O
-Menggerus sampai halus dengan lumpang
Campuran
-Mengaduk campuran
-Membiarkan kristal mengendap
-Mendekantasi
-Menyaring kristal
-Membilas cawan dengan campuran
Kristal + 5 mL etanol
-Mencuci kristal
-Mengeringkan kristal pada suhu kamar
Kristal Kering
24