Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK


(ABKC 3708)

“PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP DARI


TEMBAGA”

Dosen Pembimbing:
Drs. H. Mahdian, M.Si
Drs. Parham Saadi, M.Si

Asisten:
Annisa Sholihah, S.Pd
Siti Jainab, S.Pd

Oleh:
Kelompok 8
Yuyun Eka Yulianti (A1C313082)
Maulida (A1C315020)
Riska Yulianti (A1C315034)
Rina Wati (A1C315054)
Linda Safitri (A1C315204)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER 2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya serta tidak lupa pula salawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah praktikum Kimia Anorganik.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terimakasih banyak atas
semua bantuan yang telah diberikan baik secara tulisan maupun lisan kepada:
1. Bapak Drs. H. Mahdian, M.Si dan Drs. Parham Saadi, M.Si selaku dosen
pembimbing mata kuliah Praktikum Anorganik.
2. Kakak pembimbing Annisa Sholihah dan Siti Jainab selaku asisten dosen
mata kuliah Praktikum Kimia Anorganik.
3. Teman-teman dalam kelompok yang sudah menyempatkan waktu dan mau
bekerja sama agar makalah ini dapat diselesaikan.
Karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan bahan, tentunya hasil
makalah ini mempunyai kekurangan, maka dari itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman mahasiswa.

Banjarmasin, Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................3
METODE DAN TEKNIK ...............................................................................................6
3.1 Tempat ...................................................................................................................6
3.2 Hari / Tanggal........................................................................................................6
3.3 Alat dan Bahan ......................................................................................................6
3.4 Prosedur Kerja ......................................................................................................6
BAB VI..............................................................................................................................8
PEMBAHASAN ...............................................................................................................8
4.1 Hasil Pengamatan...................................................................................................8
4.2 Analisis Data ...........................................................................................................9
BAB V .............................................................................................................................13
PENUTUP ......................................................................................................................13
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................................13
5.2 Saran .....................................................................................................................13
A. Perhitungan ............................................................Error! Bookmark not defined.
B. Pertanyaan ..............................................................Error! Bookmark not defined.
FOTO ..............................................................................................................................16
FLOWCHART ...................................................................Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa, reaksinya adalah
reaksi netralisasi. Sejumlah asam dan basa murni ekuialen yang dicampur dan
larutannya diuapkan, maka akan terdapat zat kristalin yang tertinggal yang
disebu dengan garam. Garam tidak memiliki ciri-ciri khas suatu asam atau
basa, garam terdiri dari kation dan anion. Kation dan anion tersebut ada yang
merupakan ion kompleks sehingga membentuk senyawa kompleks.
Garam kompleks berlainan dengan garam rangkap. Senyawa atau
garam kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena penggabungan
dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri
sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-
ion komponennya. Pembelajaran mengenai senyawa kompleks ini merupakan
hal yang penting dalam kimia anorganik, maka perlu dilakukan percobaan
untuk mempelajari pembuatan garam kompleks dan garam rangkap.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka


dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana cara pembuatan dan sifat garam rangkap tembaga (II)
amonium sulfat heksahidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O ?
2. Bagaimana cara pembuatan dan sifat garam kompleks tetraamin tembaga
(II) sulfat monohidrat [Cu(NH3)4]H2O ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam percobaan ini, yaitu untuk


mengetahui:

1
1. Cara pembuatan dan sifat garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat
heksanahidrat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O.
2. Cara pembuatan dan sifat garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat [Cu(NH3)4]H2O.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Day dan Underwood (2002), garam merupakan salah satu contoh
zat padat kristal, garam adalah produk lain di luar air yang terbentuk ketika
sebuah asam bereaksi dengan sebuah basa. Sebagai contoh, ketika asam klorida
dan natrium hidroksida bereaksi, produknya adalah garam (natrium klorida) dan
air. Reaksinya sebagai berikut:
HCl + NaOH NaCl + H2O
Ketika jumlah setara garam tertentu dicampur dalam larutan berair dan
larutan tersebut diuapkan, garam memiliki dua anion kation yang berbeda atau
mungkin terbentuk, misalnya FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O di larutan garam
berperilaku sebagai campuran dari dua individu. Garam-garam ini adalah disebut
garam ganda atau garam rangkap, untuk membedakannya dari garam kompleks,
yang menghasilkan kompleks ion dalam larutan (Daintith, 2004).
Dalam beberapa kejadian, kita mungkin dapat memisahkan garam
kompleks dari larutan. Pada fero sulfat dan KCN, kalium ferosianida yang
terbentuk dapat dipisahkan. Dalam beberapa kejadian suatu percobaan pemisahan
tidak memberi hasil yang baik dan senyawa kompleks didapatkan hanya stabil
dalam keadaan larutan. Suatu garam kompleks harus dibedakan dari garam
rangkap. Sebagai contoh sederhana dari suatu garam rangkap adalah pembentukan
fero amonium sulfat dan seluruh deretan-deretan formula tawas. Jika fero-sulfat
dan amonium sulfat dibiarkan mengkristal bersama-sama dalam perbandingan
yang sesuai, kristal dari keduannya tidak tampak terpisah. Hasil yang dibentuk
adalah satu kristal tunggal. Hal itu menandakan dua molekul terpisah telah
bergabung membentuk satu molekul tunggal. Dalam peristiwa ini garam
kompleks serupa dengan garam rangkap. Senyawa kompleks seperti kalium
ferosianida, molekul ferosianida dan kalium sianida tergabung membentuk satu
molekul tunggal. Akan tetapi, sebenarnya dua peristiwa ini adalah berbeda.
Larutan pada fero amonium sulfat mengandung ion fero sebanyak ion sulfat, dan

3
keberadaannya di dalam larutan mudah untuk diuji dalam suatu reaksi (Sjahrul,
2010).
Pembentukkan ion kompleks memberikan suatu sifat fisika dan kimia
yang baru terhadap zat. Dalam suatu penelitian, sintesis senyawa kompleks Cu
(II)-EDTA dilakukan dengan pencampuran logam Cu dari logam tembaga sulfat
pentahidrat dan ligan EDTA dari natrium etilendiamin tetraasetat dengan
perbandingan mol 1:1 (Zubaidah, 2016). Pada kejadian garam rangkap, peruraian
menjadi ion mula-mula hampir sempurna terjadi, karena itulah sifat kimia tidak
mengalami perubahan (Sjahrul, 2010). Garam kompleks merupakan garam-garam
yang mengandung ion-ion kompleks dalam larutan.
Contoh: Cu(NH3)Cl3, K3Fe(CN)6, Cu((NH3)4SO4.H2O (Khunur, 2012)
Zat padat dapat di bedakan antara zat padat kristal dan amorf. Di dalam
kristal, atom atau molekul penyusun kristal mempunyai struktur yang tetap tetapi
dalam zat amorf tidak. Zat padat amorf dapat dianggap sebagai cairan yang
membeku dengan membutuhkan waktu yang lama dengan viskositas yang sangat
besar. Zat padat kristal dan amorf dapat dibedakan dengan berbagai cara misalnya
dari titik leburnya. Kristal memilki titik lebur yang pasti, sedangkan zat amorf
titik leburnya tidak pasti, tetapi tetap berada dalam suatu interval temperatur
(Sukardjo, 1985).
Tembaga adalah merah muda, yang lunak, dapat di tempa, dan liat.
Tembaga melebur pada 10380C. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34 V)
untuk pasangan Cu atau Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam
sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan
garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak
(I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat
diturunkan dari tembaga (II) oksida CuO hitam. Namun oksidasi selanjutnya
menjadi Cu (II) adalah sulit. Garam-garam tembaga dua umumnya berwarna biru,
baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan air. Warna ini
benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Garam-
garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna
putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks

4
tetraakuo atau lebih mudah disebut dengan ion tembaga (II) Cu2+ saja (Svehla,
1990).
Tembaga di alam umumnya berupa mineral tembaga besi sulfat dan
tembaga sulfat. Bijih tembaga yang paling umum adalah sulphider, chaicocite
CuS, chalcopyrite CuFeS2, cavellite CuS dan barnite CuSFeS4 (Hernada, 2014).
Reaksi trans diamino cychohexane (idach) dengan tembaga (II) sulfat dalam air
menghasilkan pembentukan garam kompleks ganda dari tipe
[Cu(dach)2(H2O)2][Cu(dach)2(SO4)2].6H2O yang struktur rontgennya yang sama
pada kation kompleks dan anion (Kelly, Wenzel, Doert, Eloe, Weigand, Undoy,
& Gloe, 2016). Pada penelitian dilakukan sintesis senyawa kompleks Cu (II)-
kurkumin sebagai inhibitor enzim lipase pangkreas. Sintesis senyawa kompleks
Cu (II)-kurkumin dari logam tembaga (II)-asetat hidrat dan ligan kurkumin hidrat
dengan perbandingan mol sebesar 1:2 (Hermawan, 2016).
Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat dengan
mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian
dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam
tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun
tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony,
Qadariyah & Mahfud 2013).

5
BAB III

METODE DAN TEKNIK

3.1 Tempat : Laboratorium Kimia FKIP ULM Banjarmasin


3.2 Hari / Tanggal : Kamis / 8 November 2018
3.3 Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, sebagai berikut :
1. Batang Pengaduk 1 Buah
2. Neraca Analitik 4 Buah
3. Gelas Kimia 50 mL 6 Buah
4. Gelas Ukur 10 mL 3 Buah
5. Kaca Arloji 6 Buah
6. Lumpang dan Alu 3 Set
7. Hot Plate 1 Buah
8. Pipet Tetes 3 Buah
9. Spatula 3 Buah
10. Corong Buchner 1 Buah
11. Cawan Penguapan 3 Buah
12. Corong Kaca 6 Buah
13. Penangas Air 1 Buah

b. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pecobaan ini adalah :


1. CuSO4
2. Etanol
3. NH3 15 M
4. (NH4)2SO4
5. Aquades
6. Kertas Saring

3.4 Prosedur Kerja


a. Pembuatan Garam Rangkap Tembaga (II) Amonium Sulfat Heksahidrat
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

6
1. Melarutkan 10 g tembaga (II) sulfat pentahidrat CuSO 4.5H2O (249,5
g/mol) dan 5,5 g amonium sulfat (NH4)2SO4 (132 g/mol) dalam 30 mL
air. Memanaskan hingga semua garam melarut.
2. Menguapkan hingga volumenya tinggal 20 mL.
3. Membiarkan larutan menjadi dingin pada suhu kamar sampai terbentuk
kristal. Kristal besar dapat terjadi jika larutan dibiarkan (disimpan)
semalam.
4. Mendinginkan campuran ini dalam wadah berisi air dingin.
Mendekantasi larutan dan mengambil kristal yang terbentuk.
5. Mengeringkan kristal di atas kertas saring. Memperhatikan bentuk
kristal.
6. Menimbang kristal yang terbentuk dan menghitung % hasil.

b. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin tembaga (II) Sulfat Monohidrat


Cu(NH3)4.H2O
1. Ke dalam cawan penguapan, memasukkan 11,5 mL amonia pekat NH3
(aq) 15 M dan 7,5 mL air.
2. Menimbang 7,5 g CuSO4.5H2O dan gerus dengan lumpang sampai
halus, kemudian memasukkan ke dalam amonia sampai semua tembaga
(II) sulfat monohidrat melarut.
3. Menambahkan dengan hati-hati 11,5 mL etanol. Menutup cawan
dengan kaca arloji dan membiarkan (disimpan semalam).
4. Setelah semalam, mengaduk campuran, membirarkan kristal
mengendap kemudian mendekantasi.
5. Menyaring kristal dan membias dengan campuran 1,25 mL NH 3 (aq) 15
M dan 1,25 mL etanol.
6. Mengeringkan kristal pada suhu kamar.
7. Menimbang kristal kering.

7
BAB VI

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


a. Pembuatan Garam Rangkap Tembaga (II) Amonium Sulfat Heksahidrat
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
NO Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Melarukan 10 g CuSO4.5H2O dan
Larutan biru berendapan
5,5 g (NH4)2SO4 dalam 30 mL air
2. Menguapkan hingga volume
Volume larutan 20 mL
tinggal 20 mL
3. Membiarkan pada suhu kamar
Terbentuk kristal biru
sampai terbentuk kristal (semalam)
4. Mendinginkan dalam wadah berisi
Kristal berwarna biru
air dingin dan mendekantasi
5. Mengeringkan kristal di atas kertas
Kristal kering
saring
6 Menimbang kristal  Berat total = 10,1 g
 Berat kertas saring = 0,6 g
 Berat bersih = (berat total ‒
berat kertas saring)
= 10,1 g – 0,6 g = 9,5 g

b. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin tembaga (II) Sulfat Monohidrat


Cu(NH3)4.H2O
NO Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Memasukkan 11,5 mL NH3 (aq) 15
M dan 7,5 mL air ke dalam cawan Larutan bening
penguapan
2. Menimbang 7,5 g CuSO4.5H2O  CuSO4.5H2O halus

8
dan menggerus hingga halus  Warna berubah menjadi
kemudian memasukkan ke dalam biru tua dalam larutan
larutan amonia sampai semua
melarut
3. Menambahlan 11,5 mL atanol
Terbentuk 2 lapisan, endapan
dengan hati-hati dan menutup
berwarna biru muda dan filtrat
dengan kaca arloji kemudian
biru tua
dibiarkan (semalam)
4. Setelah semalam, kemudian
Filtrat dan residu terpisah
mendekantasi
5. Menyaring dan membilas dengan
 Filtrat = berwarna biru
campuran 1,25 mL NH3 (aq) 15 M
 Kristal = berwarna biru
dan 1,25 mL etanol
6. Mencuci kristal dengan 5 mL
Kristal biru
etanol
7. Menimbang kristal  Berat bersih = 5 g

4.2 Analisis Data


a. Pembuatan Garam Rangkap Tembaga (II) Amonium Sulfat Heksahidrat
(CuSO4(NH4)2SO4.6H2O)
Pada percobaan ini, tahap pertama yang dilakukan adalah
melarutkan 10 gram CuSO4.5H2O bersama dengan 5,5 gram (NH4)2SO4 ke
dalam aquades sebanyak 30 mL dan menghasilkan campuran berwarna biru.
Warna biru pada larutan disebabkan oleh ion-ion logam Cu2+ dalam air
membentuk kompleks dengan molekul-molekul pelarut yang bertindak
sebagai logam yakni Cu (H2O)42+ dengan orbital 3d berpindah ke 4p, yang
berarti ligan H2O mampu mendesak elektron yang tidak berpasangan dari 3d
ke 4p. Elektron-elektron tersebut tergantung pada kuat lemah medan dari
ligan dan kation logam. Hal ini dapat diketahui dari sifat magnet dan bentuk
molekulnya.

9
Selanjutnya menguapkan larutan sampai volume tersisa 20 mL, hal
ini dilakukan untuk melepaskan uap air yang ada dalam larutan dan juga
membuat larutan makin pekat. Semakin pekat larutan maka semakin banyak
jumlah partikel yang ada dalam larutan. Larutan tersebut menjadi berwarna
biru. Reaksinya:

CuSO4(aq) + (NH4)2SO4(aq) CuSO4(NH4)2SO4(aq)


Berwarna biru

Setelah volume larutan mencapai 20 mL, larutan didiamkan dalam


suhu kamar selama satu malam, maka campuran terbentuk kristal berwarna
biru. Kemudian mendinginkan kristal dalam wadah berisi air dingin selama
kurang lebih 15 menit hal ini bertujuan untuk mempercepat proses
pembentukan kristal dan semakin banyak kristal yang terbentuk. Tahap
selanjutnya mendekantasi hal ini dilakukan untuk memisahkan kristal
dengan larutan yang masih tersisa agar pada saat mengeringkan tidak
memerlukan waktu yang lama. Persamaan reaksi yang terjadi :

H2O
CuSO4(NH4)2SO4(aq) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Berwarna biru Berwarna biru

Kristal tersebut merupakan garam rangkap yang berasal dari dua


jenis kation yang berbeda yakni Cu2+ dan NH4+ serta anion yang sama yakni
SO42-. Tahap selanjutnya adalah mengeringkan kristal selama beberapa
malam agar terbentuk kristal yang benar-benar kering serta memudahkan
proses penimbangan kristal dan didapatkan berat kristal sebesar 9,5 gram,
setelah itu menentukan % rendemen kristal yang terbentuk dari hasil
perhitungan (terlampir) didapat % rendemen sebesar 59,45 %. Rendemen
yang didapatkan tidak mencapai 100% hal itu mungkin dikarenakan masih
adanya kristal-kristal yang tertinggal pada alat-alat praktikum seperti gelas
kimia dan batang pengaduk. Hal tersebut dapat menyebabkan berat kristal
yang didapat berkurang.

10
b. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O
Tahap pertama dalam percobaan ini adalah melarutkan 7,5 gram
serbuk CuSO4.5H2O yang telah dihaluskan sebelumnya ke dalam larutan
NH3 pekat sebanyak 11,5 mL dan 7,5 mL aquades. Serbuk dari
CuSO4.5H2O digerus menggunakan lumping dan alu agar dihasilkan serbuk
yang lebih mudah larut dalam NH3 serta air. Larutan yang dihasilkan
berwarna biru tua . Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
CuSO4(aq) + 4 NH3(aq) Cu(NH3)4SO4.(aq)

Kemudian tahap selanjutnya adalah menambahkan dengan hati-hati


dan perlahan sebanyak 11,5 mL etanol ke dalam larutan tersebut dan
kemudian menutupnya dengan plastik serta membiarkan selama 1 malam.
Penambahan etanol bertujuan sebagai katalis yang dapat mempertahakan
sifat kebasaan larutan, sebab jika kebasaan berkurang maka tidak terbentuk
ion kompleks dan juga jumlah ammonia akan berkurang dalam larutan
tersebut. Tujuan dari menutup larutan dengan plastik adalah untuk
menghindari uap air yang dapat masuk ke dalam larutan sehingga
mengurangi kemurniaan garam kompleksnya nanti, berikut adalah
persamaan reaksinya:

CuSO4(aq) + 4 NH3(aq) [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42+(aq)

Setelah disimpan selama 1 malam, terbentuk campuran yang


berwarna biru tua. Campuran tersebut diaduk dan kemudian membiarkan
kristal mengendap lalu mendekantasi campuran untuk memisahkan kristal
dengan filtrat. Kristal yang telah terpisah dari filtratnya disaring dengan
kertas saring. Kemudian kristal dibilas dengan campuran 1,25 mL etanol
dan 1,25 mL NH3. Pembilasan tersebut bertujuan untuk memurnikan kristal
serta menghilangkan kotoran-kotoran yang tidak diinginkan agar tidak ikut
menempel pada kristal tersebut.

11
Tahap selanjutnya adalah mencuci kristal dengan 5 mL etanol yang
gunanya untuk memberikan kristal benar-benar bersih, didapatkan kristal
berwarna biru dan kristal tersebut merupakan garam kompleks. Garam
kompleks tersebut terbentuk dari reaksi asam basa lewis dengan ligan yang
bertindak sebagai basa yang menyumbangkan sepasang elektron kepada
kation yang merupakan atom pusat.

Cu2+(aq) + NH3(aq) ⇄ [CuNH3]3+(aq)


[CuNH3]3+(aq) + NH3(aq) ⇄ Cu(NH3)22+(aq)
Cu(NH3)22+(aq)+ NH3(aq) ⇄ Cu(NH3)32+(aq)
Cu(NH3)32+(aq) + NH3(aq) ⇄ Cu(NH3)42+(aq)

Maka reaksi keseluruhannya adalah:


Cu2+(aq) + 4NH3(aq) ⇄ Cu(NH3)42+(aq)

Tahap selanjutnya adalah mengeringkan kristal selama 3 malam


pada suhu kamar didapatkan berat kristal sebesar 5 gram. Selanjutnya
menentukan % rendemen berdasarkan perhitungan (terlampir) sebesar
67,89%. Rendemen yang didapat tidak mencapai 100% disebabkan tidak
semuanya menjadi kristal, dengan dilihat jumlah filtrat yang dihasilkan
lumayan cukup banyak dan % rendemen kristal dapat dikategorikan cukup
bagus sebab di atas 50%.

12
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Garam rangkap yang dihasilkan adalah berasal dari dua kation yang
berbeda yakni ion Cu2+ dan NH4+. Garam rangkap dalam larutan akan
terionisasi menjadi ion-ion komponennya.
2. Garam rangkap yang dihasilkan adalah sebesar 9,5 gram dengan rendemen
sebesar 59,45 %.
3. Garam kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena
penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masing
dapat berdiri sendiri, dalam percobaan ini digunakan CuSO4.5H2O dan
NH3 untuk membuat Garam Kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
4. Garam kompleks yang dihasilkan merupakan garam yang mengandung ion
kompleks yakni Cu(NH3)42+. Garam kompleks yang dihasilkan sebesar 5
gram dan rendemen sebesar 67,89%.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan percobaan lebih lanjut pembuatan garam kompleks


dan garam rangkap dari tembaga ini agar dapat diketahui secara jelas dan
lebih pasti proses pemisahan dan pemurnian itu sebenarnya.
2. Dalam melakukan percobaan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar
tidak terjadi kesalahan dalam menggunakan alat laboratorium.
3. Dalam melakukan pengamatan sebaiknya dilakukan dengan teliti agar
tidak terjadi kesalahan dalam hasil pengamatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Daintith, J. (2004). The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry. New


York: Market House Books Ltd.

Day, R. A., & Underwood, A. L. (2002). Analisis kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.

Fitrony, Fauzi, R., Qadariyah, L., dan Mahfud. (2013). Pembuatan Kristal
Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.H2O) dari Tembaga Bekas
Kumparan, Jurnal Teknik POMITS, 1(2), 2337-3539.

Hermawan, A. D. (2016). Sintesis dan karakterisasi Senyawa Kompleks Cu (II)-


kurkumin, serta Uji Ativitasnya sebagai Inhibitor Enzim Lipase Pankreas.
Jurnal Kedokteran Hewan, 71(4), 16-38.

Hernada, R. (2014). Ekstraksi Mineral Tembaga: Optimasi Debin Aliran Udara


Pada Tuyere Menggunakan Mini Blast Furnance. Jurnal Teknik Material
dan Metalurgi, 2(3), 1-3.

Kelly, N. M., Wenzel, T.,Doert, K., Eloe, J. J., Weigand, L. F., Undoy & Gloe, K.
(2016). Unique Occurrence of cationic and anionic Bis-1,2-
diaminocyclohexane Copper (II) units in a Dounble complex salt.
Australian Journal of Chemistry, 69(5), 1-3.

Khunur, M. 2012. Diktat Praktikum Kimia Anorganik. Malang : FMIPA


Universitas Brawijaya.

Singh, R., Kulkarni, S.G., & Naik, N.H., 2013, Effect of Nano Sized Transition
Metal Salts and Metals on Thermal Decomposition Behavior of Polyvinyl
Alcohol, Journal of Chemistry, 4(1), 82-88.

14
Sjahrul, M. (2010). Dasar-Dasar Kimia Anorganik. Makassar: Umitoha Ukhuwa
Grafika.

Svehla, G. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka,.

Zubaidah, S. N. (2016). Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Cu (II)


EDTA Sebagai Antialga Pada Cooling Water Industri. Jurnal Sains dan
Teknologi, 26(16), 7-22.

15
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui : massa CuSO4.5H2O = 10 g
massa (NH4)2.SO4 = 5,5 g
Mr CuSO4 = 249,5 g/mol
Mr (NH4)2.SO4 = 132 g/mol
Massa Kristal Hasil Percobaan = 9,5 g
Mr CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,5 g/mol
Maka :
 mol CuSO4.5H2O
mol =

 mol (NH4)2.SO4

mol =

 Reaksi pembuatan garam rangkap :


CuSO4.5H2O + (NH4)2.SO4 + H2O → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
0,04 mol 0,04 mol 0,04 mol

 Massa teoritis dari reaksi :


Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = mol x Mr
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 0,04 mol x 399,5 g/mol
Massa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 15,98 g

 % rendemen = x 100%

= 59,45 %
Jadi garam rangkap yang dihasilkan sebesar 59,45 %dari sampel.

16
2. Garam Kompleks Tetraamin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O
Diketahui : massa CuSO4.5H2O = 7,5g
Mr CuSO4 = 249,5 g/mol
Massa Kristal Hasil Percobaan =5g
Mr Cu(NH3)4SO4 H2O = 245,5 g/mol
Maka :
 mol CuSO4.5H2O

mol =

 Reaksi Pembuatan garam kompleks :


CuSO4.5H2O + NH3 + H2O → Cu(NH3)4SO4 H2O
0,03 mol 0,03 mol

 Massa teoritis dari reaksi :


Massa Cu(NH3)4SO4 H2O = mol x Mr
Massa Cu(NH3)4SO4 H2O = 0,03 mol x 245,5 g/mol
Massa Cu(NH3)4SO4 H2O = 7,365 g

 % rendemen = x 100%

= 67,89 %
Jadi garam kompleks yang dihasilkan sebesar 67,89% dari sampel.

17
B. Pertanyaan
1. Sebutkan perbedaan antara garam rangkap dan garam kompleks !
Jawab :
a. Garam rangkap yaitu garam yang terdiri dari dua lebih kation dan
anion di dalamnya. Garam rangkap diartikan juga sebagai garam yang
kehilangan keadaan semula (identitasnya) di dalam larutan.
b. Garam kompleks yaitu garam yang terdiri dari kation dan anion dari
kompleks yang dikelilingi oleh ligan. Diartikan juga sebagai garam
yang mampu menahan keadaannya (identitasnya) dalam larutan.

2. Apa sebabnya CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah garam rangkap?


Jawab : CuSO4(NH4)2SO4.6H2O disebut garam rangkap karena ada 2
garam di dalam senyawa ini atau 2 buah kation dan 2 buah anion yang
terdapat pada senyawa itu yaitu Cu2+ dan NH4+, serta 2 buah anion SO42-
dan H2O bertindak sebagai pelarut.

3. Hitung bilangan oksidasi Cu dalam CuSO4(NH4)2SO4.6H2O?


Jawab : CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Cu+ (-2) + 2(1)+ (-2) -6(0) = 0
Cu+ (-2) = 0
Cu = +2

4. Apa sebabnya Cu(NH3)4SO4.H2O adalah garam rangkap


Jawab : Cu(NH3)4SO4.H2O disebut garam kompleks karena terdiri dari
kation dan anion dan ion kompleks. Cu bertindak sebagai atom pusat, NH3
dan SO4 bertindak sebagai ligan (gugus pengeliling atom pusat) dan H2O
sebagai pelarut.

5. Apa yang dimaksud dengan Ligan?


Jawab : Ligan adalah gugus yang mengelilingi atom pusat yang dapat
memberikan (donor) pasangan elektron / basa Lewis).

18
6. Ion atau molekul bagaimana yang berfungsi sebagai ligan?
Jawab : Ion atau molekul yang berfungsi sebagai ligan adalah ion atau
molekul yang dapat memberikan pasangan elektron. Contohnya adalah Cl -,
SO42-, NO2-, NH3, H2O dan lain-lain.

7. Apa yang dimaksud dengan bilangan koordinasi?


Jawab : Bilangan koordinasi adalah banyaknya ligan yang mengelilingi
atom pusat atau jumlah ikatan kovalen koordinasi yang terbentuk dalam
ion kompleks.

8. Hibridisasi apakah yang dipakai untuk menjelaskan Cu(NH3)42+?


Jawab :
29Cu = (Ar) 3d10 4s1
Cu2+ = (Ar) 3d9 4s0 4p0

Hibridisasi dsp2 : dengan membentuk molekul bujur sangkar

9. Sebutkan dua macam teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan


senyawa kompleks (senyawa koordinasi), dimana letak perbedaan kedua
teori ini?
Jawab :
a. Teori ikatan valensi (VBT)
- Banyaknya ligan yang mengelilingi, terikat pada atom pusat
disebut bilangan koordinasi.
- Orbital-orbital atom pusat sebelum menerima pasangan elektron
dari ligan akan mengalami hibridisasi.
- Jumlah orbital hibrid yang terbentuk adalah sama dengan jumlah
orbital atom-atom yang terikat dalam hibridisasi.

19
b. Teori medan kristal (CFT)
- Interaksi antara atom pusat dengan ligan dianggap sebagai
interaksi elektrostatik
- Ligan-ligan diperlukan sebagai atom-atom bermuatan.
- Interaksi antara atom pusat dengan ligan merupakan interaksi
elektrostatik apabila ligan yang ada merupakan ligan yang netral
maka dalam interaksi tersebut ujung (-) dari dipol dalam
molekul netraldiarahkan terhadap ion logam.
- Tidak terdapat interaksi antara orbital-orbital ion logam dengan
orbitalorbital dari ligan.

10. Hitung bilangan oksidasi Cu dalam Cu(NH3)4SO4. H2O?


Jawab : Cu(NH3)4SO4. H2O = 0
Cu + (4 . 0 ) + (-2) + 0 = 0
Cu = +2

20
LAMPIRAN FOTO

A. Pembuatan garam rangkap tembaga (II) ammonium sulfat heksahidrat


CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

Melarutkan 10 g Menguapkan hingga Setelah didiamkan


CuSO4.5H20 dan 5,5 g volumenya tinggal 20 semalam,
(NH4)2SO4 dalam 30 mL mendinginkan
mL air campuran selama 15
menit

Mendekantasi larutan Mengeringkan kristal Setelah 3 malam,


di atas kertas saring diperoleh kristal
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

21
B. Pembuatan garam kompleks tetramin (II) ammonium sulfat monohidrat,
Cu(NH3)2SO4. H2O

Memasukkan 11,5 mL Menimbang 7,5 gram Menggerus hingga


amonia pekat NH3 15 M CuSO4. 5H2O halus CuSO4. 5H2O
dan 7,5 mL air ke dalam
cawan penguapan

Memasukkan CuSO4. 5H2O Menambahkan 11,5 Mengeringkan kristal di


ke dalam larutan amonia mL etanol dengan atas kertas saring dan
sampai semua melarut hati-hati Setelah 3 malam, diperoleh
Kristal Cu(NH3)2SO4. H2O

22
FLOWCHART
PERCOBAAN VII
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
“PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP DARI
TEMBAGA”

A. Pembuatan Garam Rangkap Tembaga (II) Amonium Sulfat Heksahidrat


CuSO4(NH4)2SO4.6H2O

0,08 mol CuSO4.5H2O + 0,08 mol (NH4)3SO4 + 60 mL aaquades

-Melarutkan
-Memanaskan hingga semua garam
melarut

Larutan panas
-Menguapkan hingga bersisa 40 mL

40 mL larutan panas
-Meninginkan pada suhu kamar
Campuran (larutan + kristal)
-
-Mendinginkan campuran dalam wadah
berisi air dingin
-Mendekantasi

Larutan Kristal
-Mengeringkan
kristal

Kristal Kering

NB:- Menimbang kristal yang terbentuk


- Menghitung % hasil

23
B. Pembuatan Garam Kompleks Tetramin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)2SO4.H2O

22,5 mL NH3 pekat 15 M + 15 mL air


-Memasukkan kedalam cawan penguapan

Larutan amonia

15 g CuSO4.5H2O
-Menggerus sampai halus dengan lumpang

Serbuk CuSO4.5H2O + larutan amonia


-Melarutkan

Larutan + 22,5 mL etanol


-Menambahkan dengan hati-hati
-Menutup cawan dengan kaca arloji
-Membiarkan selama semalam

Campuran
-Mengaduk campuran
-Membiarkan kristal mengendap
-Mendekantasi

Kristal + 2,5 mL NH3 (aq) Larutan


15 M + 2,5 mL etanol

-Menyaring kristal
-Membilas cawan dengan campuran
Kristal + 5 mL etanol
-Mencuci kristal
-Mengeringkan kristal pada suhu kamar

Kristal Kering

NB: -Menimbang kristal kering

24

Anda mungkin juga menyukai