Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA (ASAM BASA, PERUBAHAN

MATERI, SERTA LARUTAN, SUSPENSI, DAN KOLOID)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8 / 2D 1. Abdullah Anas (K7121001) 2.
Elvi (K7121090) 3. Fitriya Handayani
(K7121114) 4. Isna Nur Baeti Rahmah (K7121140) 5. Laili
Nabilah (K7121149)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manusia dan Lingkungan


Dosen Pengampu: Dr. Peduk. Rintayati, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2022
LEMBAR PENGESAHAN

A. Judul Praktikum
Praktikum Kimia (Asam Basa, Perubahan Materi, Serta Larutan, Suspensi,
dan Koloid)
B. Tempat
Laboratorium IPA Kampus IV FKIP UNS Surakarta
C. Hari, Tanggal Selasa,
29 Maret 2022

Surakarta, 29 Maret 2022


Ketua Kelompok

Laili Nabilah
K7121149

Anggota Kelompok 1 Anggota Kelompok 2

Abdullah Anas Elvi


K7121001 K7121090

Anggota Kelompok 3 Anggota Kelompok 4

Fitriya Handayani Isna Nur Baeti Rahmah


K7121114 K7121140

Mengetahui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah Manusia dan Lingkungan

Dr. Peduk Rintayati, M.Pd.

i
NIP. 19540224 198203 2 001

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PRAKTIKUM ASAM DAN BASA .............................................. 1
A. Tujuan Praktikum ..................................................................... 1
B. Landasan Teori ......................................................................... 1
C. Alat dan Bahan ......................................................................... 3
D. Langkah Kerja .......................................................................... 4
E. Hasil Praktikum ........................................................................ 5
F. Pembahasan .............................................................................. 7
G. Simpulan ................................................................................... 8
BAB II PRAKTIKUM PERUBAHAN MATERI .................................... 9
A. Tujuan Praktikum ..................................................................... 9
B. Landasan Teori ......................................................................... 9
C. Alat dan Bahan ......................................................................... 10
D. Langkah Kerja .......................................................................... 11
E. Hasil Praktikum ........................................................................ 12
F. Pembahasan .............................................................................. 13
G. Simpulan ................................................................................... 16
BAB III PRAKTIKUM LARUTAN, SUSPENSI, DAN KOLOID .......... 17
A. Tujuan Praktikum ..................................................................... 17
B. Landasan Teori ......................................................................... 17
C. Alat dan Bahan ......................................................................... 19
D. Langkah Kerja .......................................................................... 19
E. Hasil Praktikum ........................................................................ 20

ii
F. Pembahasan .............................................................................. 21
G. Simpulan ................................................................................... 22
LAMPIRAN .................................................................................................... 24
A. Praktikum Asam dan Basa ........................................................ 24
B. Praktikum Perubahan Materi .................................................... 30
C. Praktikum Larutan, Suspensi, dan Koloid ................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47

iii
BAB I PRAKTIKUM ASAM DAN BASA

A. Tujuan Praktikum
1. Melalui praktikum ini, mahasiswa dapat menjelaskan sifat larutan asam
dan basa dengan berbagai indikator dengan tepat.
2. Melalui praktikum ini, mahasiswa dapat menentukan nilai PH suatu
larutan berdasarkan hasil pengamatan dengan tepat.

B. Landasan Teori 1. Teori Asam Basa Arrhenius


Arrhenius dalam Utomo (2017) mengemukakan suatu teori dalam
disertasinya (1883) yaitu bahwa senyawa ionik dalam larutan akan
terdissosiasi menjadi ion-ion penyusunnya. Menurut Arrhenius , asam
adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+
sedangkan basa adalah zat yang apabila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion OH- ( Amry, Rahayu, Yamin, 2017 )
2. Teori Lewis
Menurut Lewis, asam adalah spesi yang mampu menerima
pasangan electron dan basa adalah spesi yang mampu mendonorkan
pasangan elektron (Silberberg & Amateis, 2012). Pada teori asam-basa
Arrhenius tidak dijelaskan perilaku asam-basa dalam larutan tidak berair
dan pada teori asam-basa Bronsted-Lowry tidak diterangkan akan adanya
sistem yang tidak terprotonasi. G.N. Lewis, pada tahun 1923,
mengemukakan teori asam-basa dalam buku Thermodynamics and the
Free Energy of Chemical Substances sebagai berikut: Asam merupakan
zat/senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari
zat/senyawa lain untuk membentuk ikatan baru. Sedangkan basa
merupakan zat/senyawa yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas
dari zat/senyawa lain untuk membentuk ikatan baru. 11 Produk dari reaksi
asam-basa Lewis merupakan senyawa kompleks. Proton merupakan asam

1
2
Lewis. Lewis mengembangkan reaksi asam-basa yang menyangkut
zat/senyawa yang tidak mempunyai atom H dalam senyawanya. Secara
umum, reaksi asam-basa Lewis terjadi apabila ada basa yang
mendonorkan pasangan elektronnya dan asam yang menerima pasangan
elektron tersebut untuk membentuk ikatan baru. Produk yang terjadi dari
reaksi asam-basa Lewis disebut dengan senyawa kompleks (adduct) dan
ikatan yang terjadi adalah ikatan kovalen koordinasi (Utomo, 2017).
3. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry
Pada tahun 1923, Johannes Bronsted (Denmark) dan Thomas
Lowry (Inggris) mempublikasikan tulisan yang mirip satu-sama lain secara
terpisah. Pendekatan teori asam basa Bronsted-Lowry tidak terbatas hanya
pada larutan berair, tetapi mencakup semua sistem yang mengandung
proton (H+). Menurut Bronsted-Lowry, asam merupakan zat/senyawa yang
dapat mendonorkan proton (H+) bisa berupa kation atau molekul netral
sedangkan basa merupakan zat/senyawa yang dapat menerima proton (H +),
bisa berupa anion atau molekul netral. Kata kunci pada teori asam-basa
Bronsted-Lowry: transfer proton dari asam ke basa. Mengacu teori
asambasa Bronsted-Lowry akan terjadinya transfer proton, maka dikenal
istilah pasangan asam – basa konjugasi. (Utomo, 2017).
4. Hubungan Teori Bronsted-Lowry dengan Teori Arrhenius
Teori asam-basa Bronsted-Lowry tidaklah bertentangan dengan
teori asam-basa Arrhenius, justru lebih melengkapi. Ion hidroksida tetap
bertindak sebagai basa, karena mampu menerima ion hidrogen dari asam
dan juga dari air. Asam menghasilkan ion hidrogen dalam larutan sebab
asam bereaksi dengan molekul air dengan cara memberikan protonnya
kepada air. Ketika gas hidrogen klorida dilarutkan dalam air, molekul
hidrogen klorida akan memberikan protonnya (sebagai ion hidrogen)
kepada air untuk menghasilkan asam klorida. Ikatan koordinasi terbentuk
antara satu pasang elektron bebas pada atom oksigen dengan ion hidrogen
dari HCl menghasilkan ion hidronium (H3O+) (Utomo, 2017).
Seluruh asam maupun basa mampu terdisosiasi (terionisasi).
Senyawa asam maupun basa memiliki dua pola disosiasi (ionisasai) yaitu
terionisasi sempurna dan terionisasi sebagian. Kekuatan elektrolit
ditentukan oleh besarnya derajat ionisasi, dikategorikan elektrolit kuat
3
apabila mengalami ionisasi sempurna sedangkan elektrolit lemah adalah
zat yang mengalami ionisasi tidak sempurna (Effendy, 2016). Semakin
kuat ikatan suatu senyawa semakin sulit untuk diputuskan sehingga
semakin kecil kemampuan untuk mengalami disosiasi (ionisasi).
Berdasarkan hal tersebut maka asam kuat dan basa kuat dapat
dikategorikan sebagai elektrolit kuat dan memiliki kekuatan ikatan lebih
lemah dari asam lemah maupun basa lemah. Asam lemah dan basa lemah
dapat dikategorikan sebagai elektrolit lemah dan memiliki kekuatan ikatan
lebih kuat dari asam kuat maupun basa kuat ( Amry, Rahayu, Yamin,
2017).
5. Ciri-Ciri Asam dan Basa
Sifat asam dan basa dari suatu larutan bisa dilihat dengan
menggunakan suatu indikator. Indikator asam-basa adalah zat-zat warna
yang mampu menunjukkan awarna berbeda dalam larutan asam-basa.
Misalnya lakmus merah akan berwarna merah dalam larutan asam dan
akan berawarna biru jika dalam larutan yang bersifat basa, sedangkan
lakmus biru akan berwarna merah jika dalam larutan yang bersifat asam
dan akan berwarna biru jika dalam larutan yang bersifat basa.
Sifat asam dan basa dari suatu larutan bisa juga dapat ditunjukkan
dengan mengukur pH-nya. pH adalah suatu parameter yang digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH
lebih kecil dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7. Sedangkan
larutan netral memiliki pH = 7 ( Purba & Sarwiyati, 2017)

C. Alat dan Bahan 1. Alat


a. Plat Tetes 1 buah
b. Gelas Ukur 1 buah
c. Pipa Tetes 1 buah
d. Gelas Kimia 1 buah
2. Bahan
a. Larutan NaOH 10 ml
b. Bunga Sepatu 1 buah
c. Bubuk Kunyit 1 buah
d. Susu Murni 10 ml
e. Detergen 10 gram
4
f. Shampo 10 ml
g. Minuman Bersoda 10 ml
h. Sabun Mandi Cair 10 ml
i. Sabun Cuci Piring 10 ml
j. Handsanitizer 10 ml

D. Langkah Kerja 1. Percobaan I


a. Sediakan plat tetes, masing-masing diisi dengan larutan yang telah
ditentukan secukupnya!
a. Celupkan kertas lakmus biru pada masing-masing larutan!
b. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus biru!
2. Percobaan II
a. Sediakan plat tetes, masing-masing diisi dengan larutan yang telah
ditentukan secukupnya!
b. Celupkan kertas lakmus merah pada masing-masing larutan!
c. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus merah!
3. Percobaan III
a. Sediakan plat tetes, masing-masing diisi dengan larutan yang telah
ditentukan secukupnya!
b. Tambahkan 2-3 tetes pada masing-masing larutan dengan bubuk
kunyit yang telah dilarutkan sebagai indikator alami!
c. Amati perubahannya!
4. Percobaan IV
a. Sediakan plat tetes, masing-masing diisi dengan larutan yang telah
ditentukan secukupnya!
b. Tambahkan 2-3 tetes pada masing-masing larutan dengan bunga
sepatu yang telah dihaluskan sebagai indikator alami!
c. Amati perubahannya!

E. Hasil Praktikum 1.
Percobaan I
No Bahan yang Diuji Perubahan Warna Sifat Larutan
pada Kertas Lakmus
Biru
5
1. Larutan NaOH Biru Basa
2. Susu murni Biru Netral
3. Detergen Biru Basa
4. Shampo Biru Netral
5. Soda Merah Asam
6. Sabun mandi Biru Basa
7. Sabun cuci piring Biru Basa
8. Hand sanitizer Biru Netral
2. Percobaan II
No Bahan yang Diuji Perubahan Warna Sifat Larutan
pada Kertas Lakmus
Merah
1. Larutan NaOH Biru Basa
2. Susu murni Merah Netral
3. Detergen Biru Basa
4. Shampo Merah Netral
5. Soda Merah Asam
6. Sabun mandi Biru Basa
7. Sabun cuci piring Biru Basa
8. Hand sanitizer Merah Netral
3. Percobaan III
No Bahan yang Diuji Warna Setelah Sifat Larutan
Dicampur dengan
Kunyit
1. Larutan NaOH Merah bata Basa
2. Susu murni Kuning muda Netral
3. Detergen Merah bata Basa
4. Shampo Kuning Basa
5. Soda Kuning Asam
6. Sabun mandi Merah bata / coklat Basa
7. Sabun cuci piring Kuning Basa
8. Hand sanitizer Coklat Basa
6
4. Percobaan IV
No Bahan yang Diuji Warna Setelah Sifat Larutan
Dicampur dengan
Bunga Sepatu
1. Larutan NaOH Kuning Basa
2. Susu murni Merah Asam
3. Detergen Hijau Basa
4. Shampo Biru Basa
5. Soda Merah Basa
6. Sabun mandi Hijau Basa
7. Sabun cuci piring Hijau Basa
8. Hand sanitizer Merah Netral

F. Pembahasan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah dibuat di
laboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator buatan adalah
kertas lakmus yang terdiri dari lakmus erah dan lakmus biru, kertas lakmus
kertas yang diberi senyawa kimia sehingga akan menunjukkan warna yang
berbeda setelah dimasukkan pada larutan asan maupun basa. Warna kertas
lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna yang
mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya
orchein (ekstrak lichenes) yang berwarna biru di dalam kertas lakmus.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lamus yang berwarna
biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang
selanjutnya dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas
lakmus biru. Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap
biru, karena orchein merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan
anion (OH-). Sedangkan kertas lakmus merah dibuat dengan proses yang
sama dengan pembuatan kertas lakmus biru, tetapi ditambahkan sedikit asam
sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi merah.
Pada percobaan pertama, kertas lakmus biru yang mengalami perubahan
warna menjadi warna merah bersifat asam. Pada percobaan kedua, kertas
lakmus merah yang mengalami perubahan warna menjadi warna biru bersifat
7
basa. Sedangkan pada kedua percobaan tersebut, apabila hasilnya tidak
mengalami perubahan warna pada kertas lakmus berarti bersifat netral.
Selanjutnya pada percobaan ketiga, apabila ada perubahan warna pada
indikator alami yang pertama (kunyit) menjadi warna kuning berarti bersifat
asam, sedangkan warna jingga berarti bersifat basa. Pada percobaan keempat,
apabila ada perubahan warna pada indikator alami yang kedua (bunga sepatu)
menjadi warna merah berarti bersifat asam, sedangkan warna hijau berarti
bersifat basa. Lalu apabila kedua percobaan pada indikator alami bersifat
netral, hal itu akan terlihat pada warna yang dihadsilkan setelah dicampurkan,
yaitu saat warnanya tetap atau tidak berubah.

G. Simpulan
1. Selain indikator alami kita juga dapat menentukan sifat suatu larutan
dengan menggunakan kertas lakmus (indikator buatan), di mana apabila
kertas lakmus merah berubah warna biru larutan tersebut bersifat basa,
sedangkan apabila kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah
larutan tersebut bersifat asam.
2. Suatu larutan dapat diketahui sifatnya dengan menggunakan indikator
alam yaitu kunyit dan bunga sepatu. Di mana suatu larutan jika ditetesi
larutan bunga kembang sepatu dan menghasilkan perubahan warna merah
maka menunjukkan asam dan jika berwarna hijau berarti basa, sedangkan
jika ditetesi larutan kunyit dan berwarna kuning larutan tersebut bersifat
asam, jika berwarna jingga larutan tersebut bersifat basa.
BAB II PRAKTIKUM PERUBAHAN MATERI

A. Tujuan Praktikum
1. Melalui praktikum ini mahasiswa dapat menetukan berbagai jenis
perubahan materi pada berbagai jenis zat dengan tepat.
2. Melalui percobaan mahasiswa dapat mengamati perubahan fisika dan
kimia pada jenis zat dengan tepat.

B. Landasan Teori 1. Materi


Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
materi dan perubahannya. Materi adalah segala sesuatu yang
mempunyaimassa dan menepati ruang. Contoh: kursi, kapur, batu bata,
udara, danlain-lain. Yang bukan termasuk materi yaitu cahay matahari.
Massa suatu benda sama dimanapun berada. Berbeda dengan berat, berat
suatu bendatergantung pada gravitasi. Materi adalah sebagai segala sesuatu
yang memiliki masa, menempati ruang, dan memiliki sifat dapat dilihat,
dicium, didengar, dirasa, dan diraba. Perubahan materi merupakan
perubahan sifat suatu zat atau materi menjadi zat yang lain baik yang
menjadi zat baru maupun tidak. Seperti halnya dalam kehidupan kita
sehari-hari, kita selalu berhubungan dengan benda ataupun materi. Melihat
benda-benda ada banyak perubahan seperti Air mendidih berubah menjadi
uap, dan air dingin berubah menjadi es. Kertas yang terbakar
mengubahnya menjadi abu. Besi akan berkarat jika dibiarkan di udara.
Kayu telah mengalami pelapukan dan banyak peristiwa perubahan yang
terjadi di sekitar kita. (Nurhafizah, Melati, H. A., & Rasmawan, R., 2018)
2. Perubahan Materi
Perubahan materi dibedakan menjadi 2 yaitu perubahan fisika dan
kimia. (Riswahyuningsih, T., 2017). Perubahan fisika adalah perubahan
materi yang tidak disertai dengan pembentukan zat yang jenisnya baru,

9
9
Komposisi materi tidak berubah, dan hanya terjadi perubahan wujud,
perubahan bentuk atau perubahan ukuran. Perubahan Fisika terjadi
beberapa proses yaitu Mencair, Membeku, Mengkristal, Menguap,
Menyumblim, dan Mengembun. Contoh perubahan fisika:
- Pembentukan es adalah perubahan fisik: penurunan suhu mengubah
uap air (air berbentuk gas) di udara lembab menjadi kristal es (air
padat).
- Penguapan keringat adalah perubahan fisik: air dalam keringat berubah
wujudnya, dari cair menjadi gas, tetapi tidak komposisinya.
Perubahan kimia adalah perubahan materi yang disertai dengan
terbentuknya zat baru, komposisi materi sebelum dan sesudah reaksi
mengalami perubahan, dan terjadi perubahan suhu, waktu, bau, dan rasa.
Selama terjadi perubahan kimia, massa zat sebelum reaksi sama dengan
massa zat sesudah reaksi (Siregar, E. J., 2017). Perubahan kimia terjadi
beberapa proses yaitu keterbakaran, membusuk, kereaktifan, mudah
meledak, beracun, dan terlarut (Wibowo, A. M., 2016). Contoh perubahan
kimia:
- Penanaman benih melibatkan perubahan kimiawi: benih menggunakan
air, zat dari udara, pupuk, tanah, dan energi dari sinar matahari untuk
membuat perubahan komposisi yang kompleks.
- Pembakaran korek api adalah perubahan kimiawi: zat yang mudah
terbakar di kepala korek api diubah menjadi zat lain
- Pewarnaan adalah perubahan kimiawi: perak berubah menjadi perak
sulfida dengan bereaksi dengan zat yang mengandung belerang di
udara

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung Reaksi 1 Buah
b. Penjepit Tabung 1 Buah
c. Lilin 2 Buah

d. Pengaduk 1 Buah
10
e. Sendok 1 Buah
2. Bahan
a. Gula Pasir ±40 gram
b. Garam ±20 gram
c. Belerang ±40 gram
d. Pita Magnesium 1 Buah
e. Larutan H2S04 10ml
f. Larutan HCL 10ml
g. Larutan NaOH 10ml
h. Larutan KMnO 10ml
i. Kawat 15cm

D. Langkah Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan
2. Nyalakan lilin dan amati lilin yang menyala
3. Panaskan sendok, potong lilin kecil-kecil letakkan diatas sendok, amati
perubahannya
4. Panaskan kawat sampai menyala merah dan amati perubahannya
5. Panaskan sendok, Potong kawat kecil kecil letakkan diatas sendok,
amati perubahannya
6. Masukkan serbuk belerang ke dalam tabung, lalu panaskan sampai
dingin amati perubahanya
7. Masukkan gula ke dalam tabung, lalu panaskan sampai dingin amati
perubahanya
8. Masukkan garam ke dalam tabung, lalu panaskan sampai dingin amati
perubahanya
9. Panaskan Mg pada api menggunakan penjepit tabung, amati
perubahannya
10. Pita Mg dipotong kurang lebih 2 cm, kemudian dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi HCL 5ml, amati perubahannya
11. Ulangi tahapan tersebut pada setiap larutan.

E. Hasil Praktikum
No Bahan yang Diuji Perubahan Fisika Perubahan Kimia
11
1. Lilin Meleleh -
2. Gula pasir Mencair seperti -
gulali/caramel dan
berubah warna kuning
kecolatan

3. Garam - -
4. Belerang - Mencair dan tercium
aroma khas

5. Mg (Magnesium) - Ada myala pijar dan


menjadi abu-abu

6. Larutan H2SO4 - Berasap


7. Larutan HCl - -
8. Larutan NaOH Mencair -
9. Larutan KMnO - Berkarat
10. Kawat - Warna berubah
menjadi hitam

11. Gula pasir & HCl - Berwarna merah


12 Garam & HCl - Mengkristal
13. Mg (Magnesium) - Berasap & hijau
& HCl
14. Larutan H2SO4 & - Berasap
HCl
15. Larutan NaOH & - Mengkristal atau
HCl berwarna putih

16. Larutan Kmno & - Berwarna unggu


HCl kehitaman

F. Pembahasan
Pertama percobaan lilin. Sebelum lilin dibakar, lilin tersebut berbentuk
padat dan berwarna putih. Setelah dibakar lilin yang semula padat berubah
menjadi cair dan setelah dingin, lilin yang cair menjadi padat lagi.
Pembahasan lilin tidak menghasilkan jenis zat baru. Lilin yang dibakar dapat
kembali berubah seperti keadaan semula. Hal itu menandakan bahwa
perubahan materi yang terjadi merupakan perubahan fisika. Karena dalam
12
pembakaran tersebut tidak menghasilkan zat baru, zat yang berubah dapat
kembali ke bentuk semula dan hanya diikuti oleh perubahan sifat fisika saja
Kedua percobaan gula pasir. Sebelum gula pasir dipanaskan, gula
tersebut berbentuk kristal berwarna putih. Setelah dipanaskan gula yang
semula butir-butir berubah menjadi mencair seperti gulali/caramel, terciu bau
hangus,dan warnanya berubah menjadi kuning kecoklatan. Hasil dari gula
dipanaskan tidak dapat kembali ke bentuk semula, terbentuk jenis zat baru
dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal tersebut menandakan bahwa
pembakaran gula pasir merupakan perubahan kimia.
Ketiga percobaan garam. Sebelum garam dipanaskan, garam tersebut
berbentuk butir-butir berwarna putih. Setelah dipanaskan Garam tidak
mengalami perubahan apapun baik fisika maupun perubahan kimia.
Keempat percobaan serbu belerang. Sebelum serbuk belerang
dipanaskan serbuk padat, berwana kuning dan tidak terlalu berbau. Saat
dipanaskan serbuk menjadi mencair warna tetap kuning tercium bau
menyengat seperti serbuk petasan yang dibakar. Pembahasan Pembakaran
serbuk belerang menghasilkan zat cair yang berbau menyengat. Hasil dari
serbuk belerang dipanaskan tidak dapat kembali ke bentuk semula, terbentuk
jenis zat baru dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal tersebut menandakan
bahwa pembakaran serbuk belerang merupakan perubahan kimia
Kelima percobaan pita Mg. Sebelum pita magnesium dipanaskan
bentuknya padat, seperti kawat dan warnanya abu-abu. Saat dibakar pita
magnesium menjadi putih kemudian berpijar. Saat berpijar disertai dengan
percikan api berwarna orange. Setelah dibakar pita magnesium menjadi abu
putih. Hasil dari pita magnesium dipanaskan berupa abu putih tidak bisa
berubah menjadi zat semula sebelum dibakar. Hal tersebut menandakan
perubahan yang terjadi merupakan perubahan kimia.
Keenam percobaan H2SO4, sebelum dipanaskan H2SO4 berbentuk
cairan. Setelas dipanaskan H2SO4 berubah menjadi berasap. Maka Hasil dari
H2SO4 dipanaskan berupa asap tidak bisa berubah menjadi zat semula
sebelum dibakar. Hal tersebut menandakan perubahan yang terjadi
merupakan perubahan kimia.
13
Ketujuh percobaan Hcl. Sebelum Hcl dipanaskan, Hcl tersebut
berbentuk cairan berwarna bening. Setelah dipanaskan Hcl tidak mengalami
perubahan apapun baik fisika maupun perubahan kimia.
Kedelapan percobaan NaOH, sebelum NaOH dipanaskan, NaOH
berbentuk seperti kristal. Setelah dipanaskan Naoh berubah menjadi cair.
Hasil dari NaOH dipanaskan berubah menjadi cair tidak bisa berubah menjadi
zat semula sebelum dipanaskan. Hal tersebut menandakan perubahan yang
terjadi merupakan perubahan kimia.
Kesembilan percobaan KMnO, sebelum KMnO dipanaskan, KMnO
berbentuk kristal. Setelah dipanaskan KMnO berubah menjadi berkarat. Hasil
dari KMnO dipanaskan berubah menjadi berkarat tidak bisa berubah menjadi
zat semula sebelum dipanaskan. Hal tersebut menandakan perubahan yang
terjadi merupakan perubahan kimia.
Kesepuluh percobaan Kawat. Sebelum kawat dibakar berbentuk padat
dan berwarna abu-abu. Setelah dibakar kawat berubah warna menjadi hitam.
Hasil dari kawat dipanaskan tidak dapat kembali ke bentuk semula, terbentuk
jenis zat baru dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal tersebut menandakan
bahwa pembakaran kawat merupakan perubahan kimia
Kesebelas percobaan gula pasir & HCl. Sebelum gula pasir & HCl
dipanaskan berbentuk kristal dan berwarna bening. Setelah dipanaskan gula
pasir & HCl berubah warna menjadi kuning kemerahan. Hasil dari gula pasir
& HCl dipanaskan tidak dapat kembali ke bentuk semula, terbentuk jenis zat
baru dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal tersebut menandakan bahwa
pembakaran kawat merupakan perubahan kimia.
Kedua belas percobaan Garam & HCl Sebelum Garam & HCl
dipanaskan kristal dan cair Setelah dipanaskan Garam & Hcl berubah menjadi
mengkristal. Hasil dari Garam & HCldipanaskan tidak dapat kembali ke
bentuk semula, terbentuk jenis zat baru dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal
tersebut menandakan bahwa pembakaran kawat merupakan perubahan kimia.
Ketiga belas percobaan pita Mg & HCl. Sebelum pita magnesium dan
Hcl dipanaskan warnanya bening. Setelah dipanaskanr muncul buih-buih,
warna Hcl menjadi agak putih kecoklatan. termasuk perubahan kimia karena
menghasilkan zat baru dari potongan pita magnesium dimasukkan ke dalam
larutan HCl 1. Muncul buih ketika pita magnesium dimasukkan ke dalam
larutan HCl dan warna menjadi agak putih (keruh). Suhu dalam tabung reaksi
14
meningkat, tabung reaksi panas ketika dipegang. Lama-kelamaan potongan
pita magnesium menghilang karena larut dalam HCl. Hasil dari pita Mg &
Hcl dipanaskan tidak dapat kembali ke bentuk semula, terbentuk jenis zat
baru dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal tersebut menandakan bahwa
pembakaran serbuk pita Mg & Hcl merupakan perubahan kimia
Keempat belas percobaan H2SO4 & HCl. Sebelum H2SO4 & Hcl
dipanaska berbentu cair tidak berwarna setelah dipanaskan H2SO4 & Hcl,
berubah menjadi berasap. Hasil dari H2SO4 & HCl dipanaskan tidak dapat
kembali ke bentuk semula, terbentuk jenis zat baru dan diikuti perubahan sifat
kimia. Hal tersebut menandakan bahwa pembakaran H2SO4 & HCl merupakan
perubahan kimia
Kelima belas percobaan NaOH & HCl. Sebelum NaOH dan HCl
dipanaska berbentuk kristal dan warnanya bening, setelah dipanaskan NaOH
& HCl, berubah mengkristal dan warnanya menjadi putih. Hasil dari NaOH &
HCl dipanaskan tidak dapat kembali ke bentuk semula, terbentuk jenis zat
baru dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal tersebut menandakan bahwa
pembakaran NaOH & HCl merupakan perubahan kimia
Keenam belas percobaan KMnO & HCl, Sebelum KMnO dan HCl
dipanaska berbentuk kristal dan warnanya bening, setelah dipanaskan KMnO
& HCl, berubah warna menjadi unggu kehitaman. Hasil dari KMnO & HCl
dipanaskan tidak dapat kembali ke bentuk semula, terbentuk jenis zat baru
dan diikuti perubahan sifat kimia. Hal tersebut menandakan bahwa
pembakaran KMnO & HCl merupakan perubahan kimia

G. Simpulan
1. Dalam percoban pertama, ada 2 jenis perubahan yaitu: Perubahan kimia
dan perubahan fisika. Di dalam perubahan fisika hanya diikuti perubahan
sifat fisika saja, sedangkan dalam perubahan kimia, terbentuk jenis zat
baru dan diikuti oleh perubahan sifat kimia melalui reaksi kimia.
2. Percobaan kedua dapat disimpulkan bahwa semua larutan yang
dicampurkan dengan Hcl berubah dan tidak dapat Kembali kebentuk
aslinya. Menandakan bahwa percobaan kedua termasuk perubahan kimia.
BAB III PRAKTIKUM LARUTAN, SUSPENSI, DAN KOLOID

A. Tujuan Praktikum
1. Melalui kegiatan praktikum, mahasiswa dapat mengetahui perbedaan
larutan, koloid, dan suspensi.
2. Melalui kegiatan praktikum, mahasiswa dapat memahami sifat-sifat
larutan, koloid, dan suspensi.
3. Melalui kegiatan praktikum, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara
membuat larutan, koloid, dan suspensi.

B. Landasan Teori 1. Larutan


Larutan merupakan campuran homogen, artinya campuan yang
serba sama, tidak terdapat batas yang jelas antara komponen yang satu
dengan yang lainnya. Partikel-partikel zat terlarut berupa molekul-molekul
dengan ukuran yang begitu kecil. Sehingga partikel-pertikel zat terlarut
tidak akan dapat dilihat dengan mata biasa maupun dengan mikroskop
elektron. Contoh larutan adalah cuka dalam air, gula dalam air, dan garam
dalam air. Larutan gula tidak akan mengendap bila didiamkan dan tidak
dapat dipisahkan dari air dengan penyaringan (Rohmatun, 2020). Menurut
Larutan yaitu campuran yang tidak dapat dibeda-kan antara zat terlarut dan
zat pelarutnya serta bersifat homogen. (Astutik, Rudibyani, & Efkar,
2013).
2. Suspensi
Suspensi yaitu campuran heterogen yang terdiri atas
partikelpartikel kecil padat dalam suatu cairan yang bila dibiarkan akan
mengendap ke bawah. Suspensi disebut juga campuran heterogen yaitu
campuran yang tidak serba sama dan terdapat batas yang jelas antara
komponen satu dengan lainnya. Menurut Astutik, Rudibyani, & Efkar
(2013), suspensi yaitu campuran yang dapat di bedakan zat terlarut dan

17
16
pelarutnya serta bersifat heterogen. Berdasarkan sifat dari kedua campuran
tersebut, campuran air dengan gula termasuk larutan sedangkan campuran
air dengan pasir termasuk suspensi. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar
dari 100 nm (nanometer) sehingga dapat dipisahkan melalui penyaringan.
3. Koloid
Koloid adalah suatu campuran yang terdiri dari dua atau lebih zat
yang salah satunya tersuspensi dan ukuran partikel koloid lebih besar dari
pada larutan tetapi lebih kecil dari pada suspensi, jika diamati secara
langsung koloid seolah bersifat homogen tetapi kenyataannya koloid
bersifat heterogen (Hayati dkk., 2014). Koloid merupakan suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Koloid
adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain. Di antara campuran
homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau
bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.
Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada
setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan.
Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki
sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak.
Salah satu contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari yaitu santan.
(Rohmatun, 2020).
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang
dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu
partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri
dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih
terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly,
dll.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
b. Gelas Kimia 1 buah
c. Gelas Ukur 1 buah
17
d. Pengaduk 1 buah
e. Lilin 2 buah
f. Corong 1 buah
g. Korek Api 1 buah
h. Tabung Reaksi 1 buah
i. Penjepit Tabung Reaksi 1 buah
2. Bahan
a. Gula Putih ±40 gram
b. Tanah Liat ±75 gram
c. Tepung Tapioka ±30 gram
d. Agar-Agar Bubuk ±7 gram
e. Telur Ayam 1 butir
f. Air ±500 ml
g. Minyak Goreng ±1/4 liter
h. Kertas Saring 5 buah

D. Langkah Kerja
1. Siapkan gula putih dan air dengan perbandingan banyak air:gula; 5:45;
5:15; 10:15. Campurkan kedua bahan, aduk, dan amati serta catat apa yang
terjadi!
2. Siapkan tanah liat yang telah dihaluskan lalu tambahkan air dengan
perbandingan tanah liat:air yaitu 1:4. Campurkan kedua bahan, aduk, dan
amati serta catat apa yang terjadi!
3. Siapkan minyak goreng dan air, perbandingan 1:1. Campurkan kedua
bahan, aduk, dan amati serta catat apa yang terjadi!
4. Siapkan tepung tapioka dan air dengan perbandingan tapioka:air; 1:5.
Campurkan kedua bahan, aduk, dan amati serta catat apa yang terjadi!
5. Campuran antara tepung tapioka dan air yang telah dibuat, diambil
sebagian untuk dipanaskan. Amati serta catat apa yang terjadi!
6. Langkah 1-4, campuran disaring, lalu amati, dan catat hasilnya!
7. Masukkan agar-agar bubuk 2 gram kedalam 100 ml air, panaskan sambil
diaduk sampai mendidih, diamkan sampai beku, amati permukaannya, dan
catat!
18
8. Siapkan putih telur, amati cairan tersebut. Setelah itu, putih telur
dipanaskan sampai beku. Amati apa yang terjadi, amati pula
permukaannya, dan catat!

E. Hasil Praktikum
No Bahan Hasil Penyaringan Pemanasan Keterangan
1. Air:Gula Larutan Tercampur/tidak - Cair, warna
45:5 ada endapan kuning, jernih

2. Air:Gula Larutan Tercampur/tidak - Agak cair,


15:5 ada endapan warna
kuning, jernih

3. Air:Gula Larutan Tercampur/tidak - Agak kental,


15:10 ada endapan warna kuning
kecoklatan,
jernih

4. Air:Tan Suspens Ada - Ada tanah


ah liat i endapan/mengen yang tersisa
dap
4:1 pada kertas
saring dan
tidak
menyatu
sebagian,

keruh

5. Air:Min Suspens Terpisah/tidak - Minyak dan


yak i tercampur air tidak
dapat
goreng menyatu
1:1
6. Air:Tep Koloid Tercampur/tidak Menggumpal Menggumpal,
ung ada endapan membentuk warnanya
tapioka gel putih bening,
5:1 jernih-keruh
19
7. Air:Aga Koloid - Memadat/ Warna
r-agar menggumpal merah, padat,
jernih-keruh
100
ml:2gr

8. Putih Koloid - Memadat/ Warna putih,


telur menggumpal memadat,
jernih-keruh

F. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat dinyatakan bahwa
percobaan pertama yaitu air dan gula dengan perbandingan 45:5 menghasilkan
larutan. Hasil larutan setelah disaring menunjukkan bahwa larutan tercampur
atau tidak terdapat endapan pada kertas saring. Larutan air dan gula dengan
perbandingan 45:5 menghasilkan larutan cair (encer) dan berwarna kuning.
Percobaan kedua yaitu air dan gula dengan perbandingan 15:5 juga
menghasilkan larutan. Hasil larutan setelah disaring menunjukkan bahwa
larutan tercampur atau tidak terdapat endapan pada kertas saring. Larutan air
dan gula dengan perbandingan 15:5 menghasilkan larutan agak cair dan
berwarna kuning.
Begitu pula dengan percobaan ketiga yaitu air dan gula dengan
perbandingan 15:10 menghasilkan larutan. Hasil larutan setelah disaring
menunjukkan bahwa larutan tercampur atau tidak terdapat endapan pada kertas
saring. Larutan air dan gula dengan perbandingan 15:10 menghasilkan larutan
agak kental dan berwarna kuning kecoklatan.
Pada percobaan keempat yaitu air dan tanah liat dengan perbandingan
4:1 menghasilkan suspensi (campuran) karena air dan tanah liat dapat terpisah.
Hal tersebut terlihat dari hasil setelah disaring bahwa ada endapan tanah liat
pada kertas saring.
Pada percobaan kelima yaitu air dan minyak goreng dengan
perbandingan 1:1 menghasilkan suspensi (campuran). Setelah dicampur air dan
minyak goreng tidak dapat menyatu (terpisah) karena memiliki molekul yang
berbeda dan tidak bisa saling mengikat. Minyak memiliki jenis molekul
nonpolar, sedangkan air jenis molekulnya polar.
20
Pada percobaan keenam yaitu air dan tepung tapioka dengan
perbandingan 5:1 menghasilkan koloid. Setelah disaring, tidak terdapat adanya
endapan, dalam hal ini antara air dan tepung tapioka dapat tercampur. Ketika
campuran air dan tepung tapioka dipanaskan maka akan terjadi penggumpalan
(koagulasi) dan menghasilkan warna bening. Hasil setelah dipanaskan
membentuk gel dan sistem koloidnya dinamakan emulsi padat.
Pada percobaan ketujuh yaitu air dan agar-agar dengan perbandingan
100 ml:2 gram menghasilkan koloid. Campuran antara air dan agar-agar setelah
dipanaskan, lalu didiamkan, akan menggumpal dan memadat. Sistem koloid
dari agar-agar dinamakan emulsi padat.
Pada percobaan yang terakhir, yaitu putih telur yang dipanaskan
menghasilkan koloid. Ketika dipanaskan, putih telur lama-kelamaan akan
menggumpal dan memadat. Sebelum dipanaskan warna putih telur yang
semula bening berubah menjadi putih susu.

G. Simpulan
1. Larutan adalah campuran homogen yang zat terlarut dengan pelarutnya
tidak dapat dibedakan lagi. Koloid adalah campuran yang terletak antara
larutan dan suspensi. Suspensi adalah campuran heterogen yang
komponen-komponen penyusunnya masih dapat dibedakan dan dapat
dipisahkan dengan penyaringan biasa.
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, larutan memiliki sifat-sifat
antara lain yaitu komponen-komponennya tidak dapat dipisahkan dan
penampilannya jernih. Koloid memiliki sifat-sifat antara lain yaitu secara
kasat mata komponen-komponennya tidak dapat dipisahkan, dan
penampilannya jernih-keruh. Suspensi memiliki sifat-sifat antara lain yaitu
secara kasat mata komponen-komponennya dapat dipisahkan dan
penampilannya keruh.
3. Larutan gula dan air dapat dibuat dengan mencampurkan keduanya sampai
gula terlarut sempurna. Koloid air dan tepung tapioka, air dan agar-agar,
dan putih telur dapat dibuat dengan cara memanaskannya sampai berubah
bentuk menjadi padat/menggumpal. Suspensi antara air dan tanah liat dan
antara air dan minyak dapat dibuat hanya dengan mencampurkan kedua
21
bahan lalu terlihat endapan atau antar komponennya terpisah/tidak
tercampur.
LAMPIRAN

A. Praktikum Asam dan Basa


a) Alat dan Bahan Alat:
1. Plat Tetes

2. Gelas Ukur
23
24
3. Pipa Tetes

4. Gelas Kimia

Bahan:
1. Larutan NaOH (dari lab)

2. Bunga Sepatu (indikator alami)


24

3. Kunyit (indikator alami)

4. Susu Murni

5. Detergen
25

6. Shampo

7. Minuman Bersoda

8. Sabun Mandi Cair


26

9. Sabun Cuci Piring

10. Handsanitizer

b) Hasil Pengamatan
1. Lakmus Biru 2. Lakmus Merah
27

3. Kunyit 4. Bunga Sepatu

B. Praktikum Perubahan Materi


a) Alat dan Bahan Alat:
1. Tabung Reaksi
28

2. Penjepit Tabung Reaksi

3. Lilin

4. Pengaduk

5. Sendok
29
Bahan:
1. Gula Pasir

2. Garam

3. Belerang

4. Pita Magnesium
30

5. Larutan H2SO4

6. HCl

7. NaOH

8. KMnO
31

9. Kawat

b) Hasil Pengamatan
1. Lilin meleleh

2. Gula pasir

3. Garam
32

4. Belerang

5. Pita Mg(magnesium)

6. Larutan H2SO4

7. Larutan NaOH
33

8. Larutan KMnO

9. Kawat

10. Gula pasir & HCl

11. Garam & HCl


34

12. Mg & HCl

13. Larutan H2SO4 & HCl

14. Larutan NaOH & HCl


35

15. Larutan KMnO & HCl

C. Praktikum Larutan, Suspensi, dan Koloid


a) Alat dan Bahan Alat:
1. Gelas Kimia

2. Gelas Ukur
36

3. Pengaduk

4. Lilin

5. Corong

6. Korek Api
37

7. Tabung Reaksi

9. Penjepit Tabung Reaksi

Bahan:
1. Gula Pasir

2. Tanah Liat
38

3. Tepung Tapioka

4. Agar-agar Bubuk

5. Telur Ayam

6. Air
39

7. Minyak Goreng

8. Kertas Saring

b) Hasil Pengamatan
1. Larutan gula 45:5

2. Larutan gula 15:5


40

3. Larutan gula 15:10

4. Penyaringan larutan gula 45:5

5. Penyaringan larutan gula 15:5


41

6. Penyaringan larutan gula 15:10

7. Campuran tanah liat dan air

8. Penyaringan campuran tanah liat dan air


42

9. Campuran tanah air dan tepung tapioka

10. Penyaringan campuran air dan tapioka

11. Campuran air dan tapioka setelah dipanaskan


43

12. Campuran minyak dan air

13. Penyaringan campuran air dan minyak

14. Agar-agar setelah dipanaskan


44

15. Putih telur setelah dipanaskan


DAFTAR PUSTAKA

Amry, U. W., Rahayu, S., & Yahmin, Y. (2017). Analisis miskonsepsi asam basa
pada pembelajaran konvensional dan dual situated learning model (DSLM).
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 2(3), 385-391.
Astutik, L., Rudibyani, R. B., & Efkar, T. (2013). Analisis Kemampuan
Merumuskan Hipotesis Dan Mengkomunikasikan Siswa Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Koloid. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Kimia, 2(3).
Effendy. 2016. Ilmu Kimia untuk Siswa SMA dan MA Kelas X. Malang:
Indonesia Academic.
Hayati, D.K., Sutrisno & Lukman A. (2014). Pengembangan Kerangka Kerja
TPACK pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran
dalam Mencapai HOTS Siswa. Jurnal Edukasi Sains, 3(1), 53-61.
Nurhafizah, Melati, H. A., & Rasmawan, R. (2018). Deskripsi Pemahaman
Konsep Materi dan Perubahannya Siswa Kelas X SMK SMTI Pontianak.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(9), 11.
Purba, M., & Sarwiyati, E. (2017). KIMIA 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Rohmatun, Y. (2020). Ensiklopedia Sistem Koloid dan Senyawa Hidrokarbon.
Alprin.
Riswahyuningsih, T. (2017). Mengembangkan Bahan Ajar Klasifikasi Materi dan
Perubahannya Bermuatan Science-Technology-Society-Environment. Tri
Riswahyuningsih, 1(1), 107–123.
Silberberg & Amateis. 2012. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change, Seventh Edition. New York: McGrawHill Education.
Siregar, E. J. (2017). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Pada
Pokok Bahasan Perubahan Materi. Jurnal Education and Development,
5(3), 1–4.
Utomo, M. P. (2008). Teori Asam-Basa. Makalah Pengabdian Pada Masyarakat.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Wibowo, A. M. (2016). Peningkatan Pemahaman Konsep Perubahan Materi
Melalui Perbaikan Bahan Ajar. Madrasah, 6(2), 14.
https://doi.org/10.18860/jt.v6i2.3296
47

Anda mungkin juga menyukai