ISOTHERM ADSORPSI
KELOMPOK 1 KELAS C
Fildzah Nurul Fajrin 2107113412
Pujingga Sheny 2107124348
Puty Najwa Anandathov 2107124357
Riki Suri Kurniadi 2107113409
Wahyuni Agustia Putri 2107124361
Asisten :
Febriani Novita Dewi
Dosen Pengampu :
Sri Rezeki Muria ST.,MP.,MsC
DAFTAR ISI............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1.2 Tujuan Praktikum......................................................................................
BAB II......................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................
2.1 Adsorpsi.....................................................................................................
2.1.1 Isotherm Adsorpsi.......................................................................5
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi............................7
2.1.3 Jenis-Jenis Adsorpsi...................................................................8
2.2 Karbon Aktif..............................................................................................
2.3 Natrium Hidroksida (NaOH)...................................................................
2.4 Asam Asetat............................................................................................
BAB III..................................................................................................................
METODOLOGI PERCOBAAN............................................................................
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................
3.1.1 Alat- Alat yang Digunakan.......................................................15
3.1.2 Bahan-bahan yang Digunakan..................................................15
3.2 Prosedur Praktikum.................................................................................
3.3 Pengamatan.............................................................................................
3.4 Rangkaian Alat........................................................................................
BAB IV..................................................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................
4.1 Hasil.........................................................................................................
4.2 Pembahasan.............................................................................................
BAB V..................................................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................
5.1 Kesimpulan.............................................................................................
5.2 Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN A.....................................................................................................
LAPORAN SEMENTARA.................................................................................
LAMPIRAN B....................................................................................................xxvi
PERHITUNGAN................................................................................................xxvi
LAMPIRAN C.....................................................................................................
TUGAS DAN PERTANYAAN...........................................................................
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses bolak-
balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya
tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben sedangkan adsorpsi kimia adalah dimana
antara adsorben dan adsorbat terjadi suatu ikatan kimia (Atkins, 1996)
Pada praktikum ini menentukan isotherm adsorpsi menurut frendlich,
Isoterm frendlich menggambarkan adsorpsi jenis fisika dimana adsorpsi terjadi
pada beberapa lapis dan ikatannya tidak kuat. Isoterm frendlich juga
mengasumsikan bahwa tempat adsorpsi bersifat heterogen. Adsorben yang
digunakan adalah arang atau norit (karbon aktif). Karbon aktif merupakan jenis
adsorben paling tua dan paling luas penggunaannya. Karbon aktif memiliki
memiliki permukaan aktif yang terdapat pori-pori yang digunakan untuk adsorpsi
(Sukardjo, 1990).
2.1 Adsorpsi
Adsopsi adalah proses dimana molekul-molekul fluida menyentuh dan
melekat pada permukaan padatan (Pungut dan Pratiwi, 2021). Adsorpsi adalah
fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan
dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul-molekul tadi
mengembun pada permukaan padatan tersebut (Suryawan, 2004). Walaupun
adsorpsi biasanya dikaitkan dengan perpindahan dari suatu gas atau cairan
kesuatu permukaan padatan, perpindahan dari suatu gas kesuatu permukaan cairan
juga terjadi. Substansi yang terkonsentrasi pada permukaan didefinisikan sebagai
adsorbat dan material dimana adsorbat terakumulasi didefinisikan sebagai
adsorben (Hines dan Robert, 1985).
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film
(lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi,
dimana fluida terserap oleh fuida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Proses adsorpsi dapat berlangsung jika suatu permukaan padatan dan molekul-
molekul gas atau cair, dikontakan dengan molekul-molekul tersebut, maka
didalamnya terdapat gaya kohesif termasuk gaya hidrostatik dan gaya ikatan
hidrogen yang bekerja diantara molekul seluruh material. Gaya-gaya yang tidak
seimbang pada batas fasa tersebut menyebabkan perubahan-perubahan
konsentrasi molekul pada interface solid/fluida.
Metode adsorpsi merupakan teknik yang paling banyak dikembangkan, hal
ini karena metode ini lebih efektif dan ekonomis (Dagdelen, dkk., 2014).
Adsorpsi merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pencemaran zat
warna. Adsorpsi merupakan terserapnya suatu zat (molekul atau ion) pada
permukaan adsorben (Mardiah, 2016). Salah satu adsorben yang paling umum
digunakan dalam proses adsorpsi adalah karbon aktif. Karbon aktif dipilih karena
luas permukaannya yang besar, kapasitas adsorpsi yang tinggi, kemudahan
4
5
(mg/L)
k dan n= Konstanta Freundlich
Bila dibuat kurva log (x/m) terhadap log Ce akan diperoleh persamaan
linear dengan intersep (log k) dan kemiringan (1/n), sehingga nilai k dan n dapat
dihitung (Maron, 1964).
x a . b . Ce
= …………………………………………………....……….(3)
m 1+ b .Ce
Bentuk linear persamaan isoterm Langmuir adalah sebagai berikut:
Ce 1
= . 𝐶𝑒 + 1 𝑎.𝑏 …………………………..…………………….…(4)
x /m a
Keterangan:
x/m = Jumlah adsorbat yang teradsorpsi tiap satuan massa adsorben (mg/g)
Ce = Konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan setelah proses adsorpsi
(mg/L)
a dan b= Konstanta langmuir
Dengan membuat kurva Ce/(x/m) terhadap Ce akan membentuk garis
lurus dan diperoleh persamaan linear dengan intersep (1/a.b) dan kemiringan atau
slope (1/a), sehingga nilai a dan b dapat dihitung (Maron, 1964).
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi
suatu adsorben (Treybal, 1980).
1. Jenis Adsorbat
a. Ukuran molekul adsorbat
Ukuran molekul merupakan hal yang sangat penting diperhatikan supaya
8
proses adsorpsi dapat terjadi dan berjalan dengan baik. Ukuran molekul adsorbat
nantinya mempengaruhi ukuran pori dari adsorben yang digunakan. Molekul-
molekul adsorbat yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang
diameternya lebih kecil dari diameter pori adsorben.
b. Kepolaran Zat
Sifat kepolaran dari adsorbat dan adsorben juga mempengaruhi proses
adsorpsi. Misalnya karbon aktif, adsorpsi lebih kuat terjadi pada molekul polar
dibandingkan dengan molekul non-polar pada kondisi diameter yang sama.
1. Karakteristik Adsorben
a. Kemurnian Adsorben
Sebagai zat yang digunakan untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang
lebih murni lebih diinginkan karena memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih
baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben
Jumlah molekul adsorbat yang teradsorpsi meningkat dengan
bertambahnya luas permukaan dan volume pori adsorben. Dalam proses adsorpsi,
adsorben sering kali ditingkatkan luas permukaannya karena luas permukaan
adsorben merupakan salah satu faktor utama yang memperngaruhi proses
adsorpsi.
2. Temperatur
Berdasarkan prinsip Le Chatelier, maka proses adsorpsi yang merupakan
proses eksotermis, dengan peningkatan temperatur pada tekanan tetap akan
mengurangi jumlah senyawa yang teradsorpsi.
3. Tekanan adsorbat
Untuk setiap jenis adsorpsi berdasarkan interaksi molekular yang terjadi,
tekanan adsorbat akan mempengaruhi jumlah molekul adsorbat. Pada adsorpsi
fisika, bila tekanan adsorbat meningkat, jumlah molekul adsorbat akan bertambah.
Namun pada adsorpsi kimia, jumlah molekul adsorbat akan berkurang bila
tekanan adsorbat meningkat.
2.1.3 Jenis-Jenis Adsorpsi
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan
9
adsorbat, adsorpsi dibedakan 2 jenis yaitu adsorpsi fisika dan adsropsi kimia
(Treybal, 1980).
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya gaya Van
der Waals. Gaya Van der Waals adalah gaya tarik-menarik yang relatif lemah
antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Pada adsorpsi fisika, adsorbat tidak
terikat kuat pada adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian
permukaan adsorben ke bagian permukaan adsorben lainnya dan pada permukaan
yang ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat lainnya.
Adsorpsi fisika merupakan peristiwa reversibel sehingga jika kondisi operasinya
diubah, maka akan membentuk kesetimbangan yang baru. Proses adsorpsi fisika
terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi. Ikatan yang terbentuk dalam adsorpsi
ini dapat diputuskan dengan mudah yaitu dengan pemanasan pada temperatur
sekitar 150–200oC selama 2‒3 jam.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia merupakan adsorpsi yang terjadi karena terbentuknya
ikatan kimia antara molekul-molekul adsorbat dengan adsorben. Ikatan yang
terbentuk merupakan ikatan yang kuat sehingga lapisan yang terbentuk
merupakan lapisan monolayer. Pada adsorpsi kimia yang terpenting adalah
spesifikasi dan kepastian pembentukan monolayer sehingga pendekatan yang
digunakan adalah dengan menentukan kondisi reaksi. Adsorpsi kimia tidak
bersifat reversibel dan umumnya terjadi pada suhu tinggi diatas suhu kritis
adsorbat. Oleh karena itu, untuk melakukan proses desorpsi dibutuhkan energi
yang lebih tinggi untuk memutuskan ikatan yang terjadi antara adsorben dengan
adsorbat.
pori-pori dan luas permukaan. Saat ini karbon aktif banyak digunakan sebagai
bahan penyaring, pengolahan limbah, pengolahan air, dan lain lain. Karbon aktif
umumnya mempunyai daya adsorpsi yang rendah dan daya adsorpsi dapat
diperbesar dengan mengaktifkan arang dengan menggunakan uap atau bahan
kimia, aktivitas ini bertujuan memperbesar luas permukaan arang
denganmembuka pori-pori yang tertutup (Kateren,1987).
Karbon aktif adalah suatu bahan sejenis adsorben (penyerap) berwarna
hitam, berbentuk granular, butir ataupun bubuk yang mempunyai luas permukaan
yang sangat besar yaitu 200 sampai 2000 m2/g. Karbon aktif merupakan salah satu
adsorben yang paling sering digunakan pada proses adsorpsi. Hal ini disebabkan
karena karbon aktif mempunyai daya adsorpsi dan luas permukaan yang lebih
baik dibandingkan adsorben lainnya. Luas permukaan yang besar ini disebabkan
karena mempunyai struktur pori-pori. Pori-pori inilah yang menyebabkan karbon
aktif mempunyai kemampuan untuk menyerap (Sudibandriyo, 2003). Berdasarkan
hasil analisis Energy Dispersive X-ray (EDX) jenis dan komposisi senyawa pada
karbon aktif diantaranya terdiri dari senyawa C, Na2O, MgO, Al2O3, SiO2, Cl,
CaO, TiO2, FeO, CuO, dan K2O.
Karbon aktif memiliki luas permukaan serta ukuran pori yang berbeda untuk
setiap jenisnya. Ukuran pori karbon aktif biasa dinyatakan dalam ukuran mesh.
Luas permukaan dan ukuran pori ini sangat menentukan proses adsorpsi yang
mungkin terjadi. Semakin besar luas permukaan suatu karbon aktif, maka semakin
besar juga daya adsorpsinya terhadap molekul. Ukuran pori pada karbon aktif
menentukan dapat masuk atau tidaknya suatu molekul terhadap pori tersebut. Jika
ukuran pori karbon aktif yang tersedia lebih kecil dibandingkan ukuran molekul
yang akan diadsorpsi, maka proses adsorpsi tidak dapat terjadi karena molekul
tidak dapat masuk ke dalam pori karbon aktif (Vogel, 1985)
karbonat yang berasal dari abu tanaman yang tumbuh di tanah yang kaya akan
sodium dengan batu gamping yang telah dikalsinasi menghasilkan natrium
hidroksida dan metode ini telah dikenal pada awal budaya afro-oriental. Guci
yang terbuat dari alabaster yang mengandung 3% natrium hidroksida telah
ditemukan di makam Mesir kuno dan diperkirakan berasal dari abad ke-3 sebelum
masehi. Bukti tertulis tentang caustic soda atau natrium hidroksida pada awal
abad masehi berasal dari India dan Mesir (Bährle, 2007). Sifat fisika dari natrium
hidroksida dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sifat Fisika Natrium Hidroksida
Parameter Nilai
Densitas 2,1 g/cm3
Titik Leleh 318°C
Bentuk fisik Padat
Titik didih 1390°C
(Sumber : Medina, dkk., 2022)
Banyak senyawa kimia lain yang terbuat dari asam asetat sebagai salah
satu bahan utamanya salah satunya yaitu etil asetat. Etil asetat banyak dipakai
sebagai pelarut dan penghilang kafein pada kopi dan teh yang merupakan hasil
reaksi antara olefin atau alkohol dengan asam asetat, asetamida yang biasa dipakai
sebagai pembentuk plastik. Untuk produk komersial, asam asetat merupakan
bahan baku untuk membuat produk vinil klorida untuk membuat PVC, sebagai
bahan dasar pembuat asam asetat anhidrat (Hitt, 2003).
Asam asetat tersedia dalam bentuk larutan terlarut dalam tubuh hewan
ataupun tanaman. Secara biologis, asam asetat diproduksi sebagai hasil
pencernaan etanol dari Acetobacter atau dari pencernaan glukosa oleh bakteri
Clostridium (Elliott, 2009). Asam asetat digunakan untuk banyak industri seperti
makanan, kimia, farmasi, tekstil, kosmetik, dan lain sebagainya (Mokhena, dkk.,
2016).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
14
15
Konsentrasi Pengamatan
0,5 M Suhu pengovenan arang 100oC. Pada
proses pengenceran, volume asam
asetat yang digunakan sebanyak 2,85
mL dalam 100 mL larutan. Pada saat
titrasi ditambahkan 2 tetes indikator
pp dan dibutuhkan 42,5 mL larutan
titrasi NaOH 0,1 M. Larutan awal
bewarna bening. Warna larutan saat
dilakukan adsorpsi bewarna abu-abu
16
4.2 Pembahasan
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan isoterm adsorpsi asam asetat pada arang diperoleh
persamaan garis lurus, maka percobaan ini termasuk ke dalam isoterm Freundlich.
Diperoleh nilai tetapan pada persamaan Freundlich yaitu k sebesar 0,013 dan nilai
tetapan n sebesar -35,71.
5.2 Saran
Adapun saran pada percobaan isotherm adsorsi yaitu:
1. Praktikan diharapkan untuk lebih hati-hati dan teliti dalam menentukan titik
akhir titrasinya agar larutan tidak melewati titik jenuhnya.
2. Praktikan sebaiknya memahami cara penggunaan buret yang baik dan benar
sebelum praktikum dilaksanakan.
19
DAFTAR PUSTAKA
23
24