FISIKA DASAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jangka Sorong…………………………………………………………..4
Gambar 2.2 Mikrometer Sekrup… ..............................................................................5
Gambar 2.3 Neraca Analitik… ....................................................................................7
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa sekarang, penggunaan suatu alat ukur merupakan hal yang tidak asing lagi
bagi kita, karena berbagai percobaan ilmuwan seperti ilmuwan fisika maupun kimia
menggunakan salah satu dari bermacam-macam alat ukur. Para ilmuwan menggunakan
berbagai macam alat ukur untuk mendapatkan data-data. Sifat fisik suatu benda
digunakan sebagai objeknya. Benda dapat pula dikatakan sebagai suatu zat atau materi.
Salah satu sifat materi yang sangat diperlukan dalam berbagai perhitungan rumus-rumus
fisika maupun kimia adalah massa jenis materi, yang didefinisikan sebagai massa per
satuan volume materi. Pada umumnya materi dapat di bedakan menjadi tiga wujud, yaitu
padat, cair dan gas. Benda padat memiliki sifat mempertahankan bentuk dan ukuran yang
tetap. Jika gaya bekerja pada benda padat, benda tersebut tidak langsung berubah bentuk
atau volumenya. Benda cair tidak mempertahankan bentuk tetap, melainkan mengambil
bentuk seperti tempat yang di tempatinya, dengan volume yang tetap, sedangkan gas tidak
memiliki bentuk dan volume tetap melainkan akan terus berubah dan mmenyebar
memenuhi tempatnya. Karena keduanya memiliki kemampuan untuk mengalir, maka
disebut dengan zat cair atau fluida.
Massa jenis merupakan pengukuran massa persatuan volume. Cara mengukur massa
jenis pada umumnya dengan menimbang berat zat cair tersebut dan membaginya dengan
volume zat cair yang terukur, maka dengan cara ini pengukuran tidak efisien karena harus
mengukur terlebih dahulu massa zat dan volume zat yang akan diukur. Pengukuran massa
jenis zat cair berdasarkan kecepatan ultrasonik menjadi alternatif agar pengukuran dapat
dilakukan secara langsung, akurat, praktis, dan mudah.
2. Membandingkan hasil pengukuran massa jenis zat padat dari dua metode yang berbeda
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Massa Jenis
Massa jenis (densitas) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Densitas atau massa jenis memiliki makna sebagai hubungan dari massa
dengan volume. Benda yang memiliki densitasyang besar akan memiliki kerapatan massa
yang besar. Dengan begitu semakin mampat antar partikel penyusun benda, maka nilai
densitasnya semakin besar untuk benda yang sama. Massa jenis adalah pengukuran
massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya (Andi, 2014).
Densitas massa adalah massa benda tiap volume,secara matematis dapat di rumuskan
di mana : m= massa zat (kg) dan V= volume zat (m3),satuan massa jenis berdasarkan
sistem internasional (SI) adalah kg/m3=1g/cm3. Massa jenis atau kerapatan merupakan
karakteristik mendasar yang di miliki zat. Rapatan (densitas) adalah sifat fisik dari materi.
Rapatan di gunakan untuk membandingkan dua zat yang memiliki volume yang sama
(menempati besaran ruang yang sama,tetapi memilik massa yang berbeda). Densitas di
definisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhapa volume bahan bakar.
Densitas di ukur dengan satuan alat yang di sebut hydrometer.pengetahuan mengenai
densitas ini berguna untuk perhitungan kuantitatif dan pengkajian.massa jenis berfungsi
untuk menetukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda beda,dan zat
berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama (Andi, 2014).
2
dalam fluida termasuk pada kondisi yang pertama yaitu benda terapung. Bila kita
mencelupkan suatu benda ke dalam zat cair, maka akan ada tiga kemungkinan yang dapat
terjadi pada benda itu yaitu tenggelam, melayang atau terapung. Ketiga peristiwa itu
terutama melayang dan terapung jelas menunjukkan bahwa zat cair memberikan gaya ke
atas terhadap benda yang tercelup ke dalmnya. Gaya ke atas zat cair ini dikemukakan
pertama kali oleh Archimedes, oleh sebab itu Benda-benda yang dimasukkan ke dalam
fluida mempunyai berat yang lebih kecil dari pada saat berada di luar fluida tersebut.
Sebagai contoh sebuah batu yang besar mungkin akan terasa sulit saat diangkat dari tanah
dan terasa mudah dari dasar sungai (Syarifuudin, 2015).
3
dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Di samping
skala utama, jangka sorong dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting
perannya di dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah
yang membedakan tingkat ketelitian jangka sorong (Wagiran,2017).
Skala ukur jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem metrik.
Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala, satu
sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat
ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan
metrik. Ketelitian jangka sorong bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk
skala pembacaan dengan sistem metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala
utama 150 mm, 200 mm, 250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm. Secara
umum konstruksi dari jangka (Wagiran,2017).
1. Rahang Luar
Terdiri dari dua rahang, rahang geser dan tetap yang berfungsi untuk mengukur bagian
luar, misalnya diameter, lebar, atau panjang bentuk benda tertentu.
2. Rahang Dalam
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap yang berfungsi untuk mengukur bagian dalam
seperti diameter lumang atau celah suatu bentuk benda.
3. Tangkai Ukuran Kedalaman
Bagian ini berfungsi untuk mengukur kedalaman lubang suatu benda tertentu
4. Skala Utama
Bagian ini berfungsi untuk menyatakan hasil ukuran utama yang biasanya dinyatakan
dengan satuan cm atau inci, biasanya panjang skala utama adalah 15 sampai 17 sm.
5. Baut Pengunci
Baut pengunci pada jangka sorong berfungsi untuk menahan agar rahang tetap pada
tempatnya sehingga objek benda yang sedang diukur bisa tertahan atau tidak terlepas dan
skalanya pun tidak bergeser saat sedang diukur.
4
6. Skala Noninus
Berfungsi untuk menambahkan tingkat akurasi ekstra pada pengukuran yang biasanya
dinyatakan dalam satuan inchi atau mm (Wagiran,2017).
5
3. Spindle
Spindle adalah batang berbentuk lebih panjang yang posisinya ada pada ujung frame
lainnya. Jadi, sekilas spindle dan anvil itu memiliki bentuk yang mirip. Namun anvil lebih
kecil dan bersifat tetap, sementara spindle lebih panjang dan dapat digeser. Fungsi spindle
adalah sebagai penjepit benda kerja yang akan diukur, setelah benda kerja dimasukan
kedalam mikrometer maka benda tersebut akan dijepit oleh anvil dan spindle.
4. Sleeve
Sleeve adalah lintasan dari thimble, sleeve berbentuk seperti tabung yang letaknya ada
diujung luar frame mikrometer. Fungsi utama sleeve sebenarnya sebagai tempat
diletakannya skala utama.
5. Thimble
Thimble adalah bagian berbentuk tabung yang terletak dibagian luar sleeve, fungsi
thimble adalah untuk meletakan skala nonius. Thimble dapat diputar, dan setiap putaran
thimble akan menggerakan spindle.
6. Rachet Knob
Rachet knob berfungsi sebagai penggerak thimble, artinya meski thimble bisa digerakan
namun ketika melakukan pengukuran, thimble ini tidak boleh disentuh apalagi diputar.
untuk menggerakan spindle agar menjepit benda kerja, maka kita memutar ratchet knob.
Ratchet knob ini memiliki mekanisme yang mencegah pergerakan berlebih spindle
terhadap benda kerja. Kalau kita putar sampai mentok, maka akan terdengar bunyi pada
ratchet knob, itu tandanya spindle telah menyentuh benda kerja. Namun dalam kondisi
ini, spindle masih bisa diputar. hanya saja, kalau itu dilakukan maka hasil pengukuran
tidak akan akurat.
7. Lock
Lock berfungsi sebagai pengunci thimble agar tidak berputar. Sehingga kita bisa leluasan
membaca hasil pengukuran secara akurat.
8. Skala Utama
Skala utama adalah nilai yang menunjukan hasil pengukuran, pada skala utama ini akan
ada banyak garis vertikal dan satu garis horizontal. Garis-garis vertikal tersebut, memiliki
nilai 1 mm tiap garisnya. Sementara garis horizontal dijadikan acuan untuk menentukan
nilai decimal.
9. Skala Nonius
Skala nonius adalah skala yang akan menunjukan nilai desimal terhadap suatu
pengukuran, letak skala ini melingkar pada thimble. Tiap garis, memiliki nilai 0,01 mm.
Oleh sebab itu, mikrometer disebut memiliki ketelitian 0,01 mm karena bisa membaca
hingga ketelitian 0,01 mm.
6
10. Komponen Tambahan
Komponen tambahan ini terletak diluar mikrometer, artinya komponen tambahan tidak
memiliki peran apapun terhadap mikrometer namun masih dibutuhkan untuk proses
kalibrasi (Minan, 2019).
7
4. Tombol Pengaturan
Di dalam timbangan analitik didapat tombol pengaturan. Tombol tersebut diantaranya
adalah mode, rezero dan uga tombol on/off. Tombol reset digunakan sebagai tombol yang
digunakan untuk mengatur neraca. Hal ini dilakukan, karena tombol pengaturan akan
mengatur neraca ada posisi nol sehingga nantinya akan mudah rusak dan tidak bisa
menghasilkan data yang akurat jika terlalu sering digunakan.
5. Tombol On/Off
Bagian ini tentu saja adalah bagian untuk menghidupkan atau mematikan timbangan
analitik. Perlu diingat, saat menggunakan alat ini, sebaiknya diamkan dulu selama 10
sampai 15 menit sebelum digunakan ya. Tombol ini bertujuan agar neraca bisa berjalan
secara maksimal dan hitungan yang dihasilkan pun akurat.
6. Tombol Mode
Bagian ini merupakan sebuah tombol yang memiliki sistem konversi satuan dalam
penimbangan. Tombol mode pada hotplate stirrer akan memudahkan anda dalam
merubah satuan dalam proses penimbangan sesuai dengan yang dibutuhkan (Fitri, 2022).
8
BAB III
METODOLOGI PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan Massa Jenis
Alat dan Bahan yang di butuhkan pada praktikum massa jenis adalah sebagai beikut:
3.1.1 Alat
1. Neraca Analitik Ohauss 1 buah
2. Gelas Ukur 50 ml 1 buah
3. Jangka Sorong 1 buah
4. Mikro Meter Sekrup 1 buah
3.1.2 Bahan
1. Silinder 1 buah
2. Balok 1 buah
3. Kelereng 1 buah
4. Air 1 buah
5. Kerikil 1 buah
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berikut adalah tabel perlakuan dan pengamatan hasil dari percobaan praktikum massa
jenis :
4.1.1 Tabel Perlakuan pada Balok Pejal
Berikut adalah hasil analisa serta table perlakuan dan pengamatan pada percobaan
massa jenis balok pejal :
Tabel 4.1 Perlakuan dan Pengamatan Balok
Perlakuan Pengamatan
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.
Menimbang Massa Balok Pejal pada Balok Pejal di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.
10
Melakukan perhitungan massa jenis pada Setelah mengukur volume di lakukan
zat padat. perhitungan massa jenis zat padat.
Menimbang Massa Silinder Pejal pada Silender Pejal di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.
11
Melakukan perhitungan massa jenis pada Setelah mengukur volume di lakukan
zat padat. perhitungan massa jenis zat padat.
12
Menimbang Massa Kelereng Kecil pada Kelereng Kecil di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.
13
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.
14
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.
Menimbang Massa Kelereng putih pada Kelereng putih di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.
15
Berikut ini merupakan perhitungan hasil dari pengamatan balok pejal menggunakan
alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup :
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Balok menggunakan Jangka Sorong
Massa Dimensi (cm) Volume Massa Jenis
Pengukuran (g) p l t (m3) (𝜌 = 𝑚/𝑣)
1 31,8 2,95 1,05 1,05 6,19×102 51,3×10-2
16
Pengukuran Massa (g) Volume (m3) Massa Jenis
(𝜌= 𝑚/𝑣)
1 55 2,1×10-6 26,19×103
4.3 Pembahasan
Pada percobaan praktikum massa jenis ini di perlukan beberapa alat dan bahan di
antaranya, balok, silinder, kelereng kecil, kelereng bening dan kelereng putih.dan alat
yang di gunakan adalah jangka sorong, micrometer sekrup, dan neraca analitik. Pada
langkah pertama percobaan praktikum di lakukan dengan menimbang menggunakan
neraca analitik. Neraca Analitik adalah jenis neraca yang dirancang untuk mengukur
massa kecil dalam rentang sub-miligram dengan presisi sebanding dengan keseimbangan
balok kimia. Piringan pengukur neraca analitik (0,1 mg atau lebih baik) berada dalam
kotak transparan berpintu sehingga tidak berdebu dan angin di dalam ruangan tidak
mempengaruhi operasional penimbangan. Dan di temukan data hasil dari penimbangan
yaitu balok sebesar 31,8 gram, Silinder 41,06, kelereng kecil sebesar 2,5 gram, kelereng
bening sebesar 5,5 gram, dan kelereng putih sebesar 5,9 gram. Setelah di dapatkan data
dari massa di lakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Jangka sorong
adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui panjang, diameter
luar, dan diameter dalam sebuah bentuk benda tertentu. Jangka sorong juga bisa
digunakan untuk mengukur kedalaman lubang atau bangun ruang tertentu, seperti
tabung.di dapatkan hasil pada balok adalah panjang 2,95 cm, lebar 1,05 cm, tinggi 1,05
cm. volume pada balok di dapatkan hasil 6,19×102
Pada silinder di temukan bahwa diameter silinder sebesar 1,37 cm, tinggi silinder 2,97
cm, jari jari 0,685. Dan di dapatkan volume berdasarkan data tersebut sebesar 4,3×10-2.
Kemudian di dapatkan massa jenis silinder sebesar 954,8×10-3 . kemudian di lanjutkan
pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup adalah alat
pengukuran yang terdiri dari sekrup terkalibrasi dan memiliki tingkat kepresisian 0.01
mm (10-5 m). Alat ini ditemukan pertama kali oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17
karena dibutuhkan alat yang lebih presisi dari jangka sorong. Pada perhitungan kelereng
kecil di dapatkan diameter sebesar 12,09 mm, jari jari 0,006045, volume 9,2×10-7 .massa
17
jenis 2,71×103 . pada kelereng bening di dapatkan data diameter sebesar 12,09 mm, jari
jari 0,0000021, volume 2,1×10-6 .massa jenis 26,19×102 . pada kelereng putih di dapatkan
data diameter sebesar 15,9 mm, jari jari 0,0000021, volume 2,1×10-6 .massa jenis
28,09×102 .
Mikrometer sekrup dan jangka sorong merupakan alat untuk mengukur suatu besaran
panjang. Yang membedakan adalah besar skala terkecil yang bisa dibaca masing-masing
alat. Mikrometer sekrup memiliki skala terkecil 0,01 mm, sedangkan jangka sorong
memiliki skala terkecil 0,01 cm. Mikrometer sekrup sendiri memiliki ketelitian 0,01 mm
atau 0,001 cm. Penggunaan mikrometer sekrup yaitu untuk mengukur ketebalan dan
diameter benda yang memiliki ukuran kecil dan tipis. keuntungan menggunakan jangka
sorong dibandingkan dengan mikrometer sekrup adalah jangka sorong bisa mengukur
diameter benda dari sisi luar dan kedalaman benda. Namun, jika dibandingkan dengan
jangka sorong, mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian 10 kali lebih tinggi.
Mikrometer sekrup bisa mengukur benda dengan ketelitian sampai 0,01 mm
(Minan, 2019).
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan praktikum massa jenis yang telah di lakukan dapat di
simpulakan bahwa :
1. Hasil pengukuran jangka sorong dan mikrometer sekrup berbeda. Micrometer
sekrup memiliki tingkat kelebihan yang lebih tinggi di bandingkan dengan jangka
sorong dan micrometer sekrup lebih akurat.
2. Massa jenis zat padat dapat kita cari saat sudah mengetahui besar massa dan
volume benda tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Andi Tri Saputra, M. A. (2014). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Untuk Pembuatan
Biodesel Menggunakan Katalis Zeolit Alat Teraktivasi. Samarinda: Universitas
Mulawarman Samarinda.
Minan Chusni, M. P. (2019). Pengenalan Alat Ukur. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Rahmah, F. (2022). Uji Kalibrasi Alat Ukur Massa Pada Neraca Analitik Menggunakan
Metode Perbandingan Langsung. Jakarta: Universitas Nasional.
20
SKEMA KERJA
Bahan
Hasil
21
SKEMA ALAT
No Skema Percobaan Keterangan
1 Menyiapkan neraca analitik untuk
menimbang massa benda
22
APENDIKS
1. Massa Benda
Balok = 31,8 gr = 318x10-3kg
Silinder = 41,06 gr = 41,06x10-5kg
Kelereng besar = 5,5 gr = 55x10-4kg
Kelereng sedang = 2,5 gr = 2,5x10-3kg
Kelereng putih = 5,9 gr = 59x10-6kg
2. Volume Benda
Pengukuran menggunakan jangka sorong :
Balok = p x l x t = 2,95 x 1,05 x 1,05 = 6,19x10-2 m3
Silinder = 𝜋r2t = 3,14 x (0,685)2 x 2,97 x 10-2 = 4,3 x10-2 m3
Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup:
Kelereng bening = 4 𝜋r3 = 4 x 3,14 x (0,00795)3 = 2,1 x10-6 m3
Kelereng kecil = 4 𝜋r3 = 4 x 3,14 x (0,006045)3 = 9,2 x10-7 m3
Kelereng putih = 4 𝜋r3 = 4 x 3,14 x (0,00795)3 = 2,1 x10-6 m3
𝑚 318 ×10−4
Balok 𝜌= = 6,19 × 10−2 = 51,3 × 10−2
𝑣
𝑚 41,06 ×10−5
Silinder 𝜌= = = 954,8 × 10−3
𝑣 4,3 × 10−2
𝑚 55 ×10−4
Kelereng bening 𝜌= = 2,1 = 26,19 × 102
𝑣 × 10−6
𝑚 59 ×10−4
Kelereng putih 𝜌= = 2,1 × 10−2 = 28,09 × 102
𝑣
𝑚 2,71 ×10−4
Kelereng kecil 𝜌= = = 2,71 × 103
𝑣 9,2 × 10−7
23
LITERARUR
24
25