Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : MASSA JENIS

NAMA PRAKTIKAN : ENI TRISNIA


NIM/GRUP : 2012210008/2
TANGGAL PRAKTIKUM : 7 JUNI 2023
ASISTEN : M. AGIL PRASETYO

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR...................................................................................... …iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2
2.1 Pengertian Massa Jenis ............................................................................. 2
2.1.1 Hukum Archimedes ............................................................................... 3
2.2 Pengertian Volume ................................................................................... 3
2.3 Jangka Sorong ........................................................................................... 3
2.4 Mikrometer Sekrup ................................................................................... 5
2.5 Neraca Ohauss ......................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan ......................................................................................... 9
3.1.1 Alat ........................................................................................................ 9
3.2 Langkah Kerja........................................................................................... 9
3.2.2 Cara Kerja .............................................................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 6
4.1 Analisa Data .................................................................................................... 6
4.1.1 Balok Pejal ................................................................................................ 6
4.1.2 Bidang Miring ........................................................................................... 7
4.2 Hasil Pengamatan............................................................................................ 8
4.3 Pembahasan .................................................................................................... 9
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 10
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
LAMPIRAN ........................................................................................................ 11
SKEMA KERJA ................................................................................................. 12
SKEMA ALAT .................................................................................................... 13
APENDIKS .......................................................................................................... 14
BUKTI LITERATUR ......................................................................................... 19

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jangka Sorong…………………………………………………………..4
Gambar 2.2 Mikrometer Sekrup… ..............................................................................5
Gambar 2.3 Neraca Analitik… ....................................................................................7

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perlakuan dan Pengamatan Balok ......................................................... 10


Tabel 4.2 Perlakuan dan Pengamatan Silinder… .................................................. 11
Tabel 4.3 Perlakuan dan Pengamatan Kelereng Kecil… ........................................12
Tabel 4.4 Perlakuan dan Pengamatan Kelereng Bening ......................................... 14
Tabel 4.5 Perlakuan dan Pengamatan Kelereng Putih… ........................................ 15
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Balok menggunakan Jangka Sorong ......................... 16
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Balok menggunakan Mikrometer Sekrup ................. 16
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Silinder menggunakan Jangka Sorong...................... 17
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Kelereng Kecil Mikrometer Sekrup...........................17
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Kelereng Bening Mikrometer Sekrup… ................ 18
Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Kelereng Putih Mikrometer Sekrup… .................... 18

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa sekarang, penggunaan suatu alat ukur merupakan hal yang tidak asing lagi
bagi kita, karena berbagai percobaan ilmuwan seperti ilmuwan fisika maupun kimia
menggunakan salah satu dari bermacam-macam alat ukur. Para ilmuwan menggunakan
berbagai macam alat ukur untuk mendapatkan data-data. Sifat fisik suatu benda
digunakan sebagai objeknya. Benda dapat pula dikatakan sebagai suatu zat atau materi.
Salah satu sifat materi yang sangat diperlukan dalam berbagai perhitungan rumus-rumus
fisika maupun kimia adalah massa jenis materi, yang didefinisikan sebagai massa per
satuan volume materi. Pada umumnya materi dapat di bedakan menjadi tiga wujud, yaitu
padat, cair dan gas. Benda padat memiliki sifat mempertahankan bentuk dan ukuran yang
tetap. Jika gaya bekerja pada benda padat, benda tersebut tidak langsung berubah bentuk
atau volumenya. Benda cair tidak mempertahankan bentuk tetap, melainkan mengambil
bentuk seperti tempat yang di tempatinya, dengan volume yang tetap, sedangkan gas tidak
memiliki bentuk dan volume tetap melainkan akan terus berubah dan mmenyebar
memenuhi tempatnya. Karena keduanya memiliki kemampuan untuk mengalir, maka
disebut dengan zat cair atau fluida.
Massa jenis merupakan pengukuran massa persatuan volume. Cara mengukur massa
jenis pada umumnya dengan menimbang berat zat cair tersebut dan membaginya dengan
volume zat cair yang terukur, maka dengan cara ini pengukuran tidak efisien karena harus
mengukur terlebih dahulu massa zat dan volume zat yang akan diukur. Pengukuran massa
jenis zat cair berdasarkan kecepatan ultrasonik menjadi alternatif agar pengukuran dapat
dilakukan secara langsung, akurat, praktis, dan mudah.

1.2 Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan dari praktikum
adalah:
1. Massa jenis ini adalah menentukan massa jenis zat padat berbagai bentuk?
2. Membandingkan hasil pengukuran massa jenis zat padat dari dua metode yang
berbeda?
1.3 Tujuan Praktikum
Dapat di temukan tujuan dalam praktiku ini adalah sebagai berikut ;
1. Menentukan massa jenis zat padat berbagai bentuk

2. Membandingkan hasil pengukuran massa jenis zat padat dari dua metode yang berbeda

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Massa Jenis
Massa jenis (densitas) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total
volumenya. Densitas atau massa jenis memiliki makna sebagai hubungan dari massa
dengan volume. Benda yang memiliki densitasyang besar akan memiliki kerapatan massa
yang besar. Dengan begitu semakin mampat antar partikel penyusun benda, maka nilai
densitasnya semakin besar untuk benda yang sama. Massa jenis adalah pengukuran
massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya (Andi, 2014).
Densitas massa adalah massa benda tiap volume,secara matematis dapat di rumuskan
di mana : m= massa zat (kg) dan V= volume zat (m3),satuan massa jenis berdasarkan
sistem internasional (SI) adalah kg/m3=1g/cm3. Massa jenis atau kerapatan merupakan
karakteristik mendasar yang di miliki zat. Rapatan (densitas) adalah sifat fisik dari materi.
Rapatan di gunakan untuk membandingkan dua zat yang memiliki volume yang sama
(menempati besaran ruang yang sama,tetapi memilik massa yang berbeda). Densitas di
definisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhapa volume bahan bakar.
Densitas di ukur dengan satuan alat yang di sebut hydrometer.pengetahuan mengenai
densitas ini berguna untuk perhitungan kuantitatif dan pengkajian.massa jenis berfungsi
untuk menetukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda beda,dan zat
berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama (Andi, 2014).

2.1.1 Hukum Archimedes


Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan di atas zat
cair. Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair
akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, dimana besarnya gaya keatas
(gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan (Halliday, 1987). Pada prinsip
Archimedes, sebuah benda akan mengapung di dalam fluida jika massa jenis suatu benda
lebih kecil daripada massa jenis zat cair (Jewwet, 2009. Hukum Archimedes menyatakan
bahwa sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan
mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya.
Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan
mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida yang dipindahkan
(Syarifuudin, 2015).
Pada hukum Archimedes terdapat tiga kondisi dimana sebuah benda yang
dicelupkan ke dalam fluida dapat terapung, melayang dan tenggelam, pada penelitian ini
benda yang dimasukkan ke

2
dalam fluida termasuk pada kondisi yang pertama yaitu benda terapung. Bila kita
mencelupkan suatu benda ke dalam zat cair, maka akan ada tiga kemungkinan yang dapat
terjadi pada benda itu yaitu tenggelam, melayang atau terapung. Ketiga peristiwa itu
terutama melayang dan terapung jelas menunjukkan bahwa zat cair memberikan gaya ke
atas terhadap benda yang tercelup ke dalmnya. Gaya ke atas zat cair ini dikemukakan
pertama kali oleh Archimedes, oleh sebab itu Benda-benda yang dimasukkan ke dalam
fluida mempunyai berat yang lebih kecil dari pada saat berada di luar fluida tersebut.
Sebagai contoh sebuah batu yang besar mungkin akan terasa sulit saat diangkat dari tanah
dan terasa mudah dari dasar sungai (Syarifuudin, 2015).

2.2 Pengertian Volume


Volume atau juga bisa disebut dengan kapasitas merupakan seberapa banyak ruang
yang bisa ditempati dalam suatu objek tertentu. Objek tersebut bisa saja berasal dari benda
yang bentuknya beraturan maupun tidak beraturan. Volume juga bisa digunakan untuk
menentukan massa jenis suatu benda. Setiap bangun ruang memiliki isi yang dimuat oleh
bangun ruang tersebut. Baik bangun tersebut padat atau kosong, bangun ruang tersebut
masih memiliki isi. Volume merupakan kombinasi 3 besaran panjang, yaitu
panjang,lebar, timgi,volume juga merupakan perhitungan seberapa banyak ruamg yang
bisa di tempati suatu obyek, obyek itu bisa berupa benda yang beraturan ataupun tidak
beraturan, volume di gunakan untuk menentukan massa jenis suatu benda. Menghitung
volume dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu meggunakan satuan baku dan tak baku.
Satuan baku dari volume yang sudah di tetapkan ata yang biasa kita kenal dengan satuan
internasional yaitu meter kubik (m3) (Ali, 2013).
Beberapa bentuk benda padat dapat diukur berdasarkann ukuran bentuk fisiknya atau
berdasarkan ukuran sisi-sisinya.Volume balok, silinder, ataupun bola, dapat dihitung
berdasarkan ukuran fisiknya. Volume benda cair cenederung akan tetap sebagaimana
bentuk dari wadah atau penampungannya. Sedangkan bahan curah cenderung berubah
volumenya apabila dipindahkan ke tempat penampungan yang berbeda. Perubahan
volume tersebut terjadi karena adanya perubahan kepadatan penyusun butir-butir bahan
curah atau kesarangannya. Oleh karena itu, ukuran volume benda padat dengan
menggunakan bahan curah akan menghasilkan volume yang berbeda dengan hasil
pengukuran volume menggunakan cara baku berdasarkan desakan bahan cair (Ali, 2013).

2.3 Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat ukur ini
mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar sorong, mistar
geser, schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya terdapat skala utama dengan
cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua
rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur
tetap dan rahang ukur gerak maka jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur

3
dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Di samping
skala utama, jangka sorong dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting
perannya di dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah
yang membedakan tingkat ketelitian jangka sorong (Wagiran,2017).
Skala ukur jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem metrik.
Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala, satu
sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat
ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan
metrik. Ketelitian jangka sorong bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk
skala pembacaan dengan sistem metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala
utama 150 mm, 200 mm, 250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm. Secara
umum konstruksi dari jangka (Wagiran,2017).

Gambar.1 gambar jangka sorong dan bagian bagianya.

1. Rahang Luar
Terdiri dari dua rahang, rahang geser dan tetap yang berfungsi untuk mengukur bagian
luar, misalnya diameter, lebar, atau panjang bentuk benda tertentu.
2. Rahang Dalam
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap yang berfungsi untuk mengukur bagian dalam
seperti diameter lumang atau celah suatu bentuk benda.
3. Tangkai Ukuran Kedalaman
Bagian ini berfungsi untuk mengukur kedalaman lubang suatu benda tertentu
4. Skala Utama
Bagian ini berfungsi untuk menyatakan hasil ukuran utama yang biasanya dinyatakan
dengan satuan cm atau inci, biasanya panjang skala utama adalah 15 sampai 17 sm.
5. Baut Pengunci
Baut pengunci pada jangka sorong berfungsi untuk menahan agar rahang tetap pada
tempatnya sehingga objek benda yang sedang diukur bisa tertahan atau tidak terlepas dan
skalanya pun tidak bergeser saat sedang diukur.

4
6. Skala Noninus
Berfungsi untuk menambahkan tingkat akurasi ekstra pada pengukuran yang biasanya
dinyatakan dalam satuan inchi atau mm (Wagiran,2017).

2.4 Mikrometer Sekrup

Gambar 2. Gambar Mikormeter Sekrup dan bagiannya (Minan, 2019).


Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang cukup presisi
Mikrometer mempunyai tingkat ketelitian hingga 0,01 mm. Penggunaan mikrometer
sekrup biasanya untuk mengukur diameter benda melingkar yang kecil seperti kawat atau
kabel. Prinsip kerja mikrometer sekrup, adalah dengan memanfaatkan gerakan putaran
ulir kedalam satuan panjang. Artinya, satu putaran pada thimble mikrometer itu akan
menggerakan spindle pada nilai tertentu. Nilainya 0,50 mm. artinya satu putaran thimble
sama dengan pergerakan 1 mm. Ada tiga jenis mikrometer, yakni : Inside micrometer,
Outside micrometer, Depth micrometer (Minan, 2019).
Bagian bagian dari micrometer sekrup adalah sebagai berikut :
1. Mikrometer Frame
Frame adalah rangka dari mikrometer sekrup, fungsinya sebagai rangka untuk meletakan
komponen mikrometer lainnya juga sebagai pegangan terhadap mikrometer.
Micrometer frame terbuat dari baja tuang yang menyerupai huruf C. Sehingga profilnya
terlihat kuat dan solid. Selain harus kuat, frame ini juga harus tahan terhadap pemuaian.
Hal ini dikarenakan kalau frame memuai maka akan ada penambahan jarak antara anvil
dengan spindle. Imbasnya tentu hasil pengukuran kurang akurat.
2. Anvil
Anvil adalah batang kecil yang terletak diujung frame, anvil bersifat tetap artinya batang
kecil ini tidak bisa digerakan. Fungsi anvil adalah sebagai penahan terhadap benda kerja
yang akan diukur.

5
3. Spindle
Spindle adalah batang berbentuk lebih panjang yang posisinya ada pada ujung frame
lainnya. Jadi, sekilas spindle dan anvil itu memiliki bentuk yang mirip. Namun anvil lebih
kecil dan bersifat tetap, sementara spindle lebih panjang dan dapat digeser. Fungsi spindle
adalah sebagai penjepit benda kerja yang akan diukur, setelah benda kerja dimasukan
kedalam mikrometer maka benda tersebut akan dijepit oleh anvil dan spindle.
4. Sleeve
Sleeve adalah lintasan dari thimble, sleeve berbentuk seperti tabung yang letaknya ada
diujung luar frame mikrometer. Fungsi utama sleeve sebenarnya sebagai tempat
diletakannya skala utama.
5. Thimble
Thimble adalah bagian berbentuk tabung yang terletak dibagian luar sleeve, fungsi
thimble adalah untuk meletakan skala nonius. Thimble dapat diputar, dan setiap putaran
thimble akan menggerakan spindle.
6. Rachet Knob
Rachet knob berfungsi sebagai penggerak thimble, artinya meski thimble bisa digerakan
namun ketika melakukan pengukuran, thimble ini tidak boleh disentuh apalagi diputar.
untuk menggerakan spindle agar menjepit benda kerja, maka kita memutar ratchet knob.
Ratchet knob ini memiliki mekanisme yang mencegah pergerakan berlebih spindle
terhadap benda kerja. Kalau kita putar sampai mentok, maka akan terdengar bunyi pada
ratchet knob, itu tandanya spindle telah menyentuh benda kerja. Namun dalam kondisi
ini, spindle masih bisa diputar. hanya saja, kalau itu dilakukan maka hasil pengukuran
tidak akan akurat.
7. Lock
Lock berfungsi sebagai pengunci thimble agar tidak berputar. Sehingga kita bisa leluasan
membaca hasil pengukuran secara akurat.
8. Skala Utama
Skala utama adalah nilai yang menunjukan hasil pengukuran, pada skala utama ini akan
ada banyak garis vertikal dan satu garis horizontal. Garis-garis vertikal tersebut, memiliki
nilai 1 mm tiap garisnya. Sementara garis horizontal dijadikan acuan untuk menentukan
nilai decimal.
9. Skala Nonius
Skala nonius adalah skala yang akan menunjukan nilai desimal terhadap suatu
pengukuran, letak skala ini melingkar pada thimble. Tiap garis, memiliki nilai 0,01 mm.
Oleh sebab itu, mikrometer disebut memiliki ketelitian 0,01 mm karena bisa membaca
hingga ketelitian 0,01 mm.

6
10. Komponen Tambahan
Komponen tambahan ini terletak diluar mikrometer, artinya komponen tambahan tidak
memiliki peran apapun terhadap mikrometer namun masih dibutuhkan untuk proses
kalibrasi (Minan, 2019).

2.5 Neraca Ohauss

Gambar 3. Gambar Neraca Analitik dan Bagiannya (Fitri, 2022).


Neraca analitik memiliki fungsi untuk menimbang bahan atau zat yang akan digunakan
sebelum melakukan suatu percobaan serta membutuhkan suatu penimbangan. Alat ini
sering digunakan untuk menimbang massa suatu bahan kimia dengan akurat di
laboratorium,.Prinsip kerja neraca analitik untuk menimbang massa suatu bahan kimia
dengan tanpa adanya pengaruh udara bebas, sehingga dapat dihasilkan pengukuran secara
akurat. Prinsip kerja dari timbangan analitik adalah mengukur tekanan (gaya tolak) yang
dibutuhkan untuk menghitung massa, bukan mengukur massa real. Prinsip kerja dari alat
ini juga berhubungan penerapan teknologi elektromagnetik Elektromagnetik tersebut
akan menghasilkan gaya tolak pada bahan yang ditimbang. Dengan begitu, timbangan
akan memberikan nilai hasil berupa angka (Fitri, 2022).
Bagian bagian neraca analitik sebagai berikut:
1.Piringan Timbangan
Piringan timbangan pada timbangan analitik memiliki fungsi untuk meletakkan benda
atau zat yang akan ditimbang. Bagian ini juga bisa dibersihkan dengan menggunakan
kuas atau menggunakan tisu sebelum dibersihkan.
2. Anak Timbangan
Anak timbangan biasa terdapat pada neraca analitik. Bagian ini digunakan dalam hal
kalibrasi dengan menentukan bobot yang sudah diketahui. Namun berbeda pada analitik
biasa, anak timbangan tidak dijumpai pada tipe digital. Hal ini yang menjadikan
timbangan analitik digital pilihan di berbagai tempat penelitian ataupun laboratorium.
3. Waterpass
Bagia yang satu ini memiliki fungsi yang digunakan untuk mengetahui isi dari piringan
timbangan apakah sudah stabil atau belum.

7
4. Tombol Pengaturan
Di dalam timbangan analitik didapat tombol pengaturan. Tombol tersebut diantaranya
adalah mode, rezero dan uga tombol on/off. Tombol reset digunakan sebagai tombol yang
digunakan untuk mengatur neraca. Hal ini dilakukan, karena tombol pengaturan akan
mengatur neraca ada posisi nol sehingga nantinya akan mudah rusak dan tidak bisa
menghasilkan data yang akurat jika terlalu sering digunakan.
5. Tombol On/Off
Bagian ini tentu saja adalah bagian untuk menghidupkan atau mematikan timbangan
analitik. Perlu diingat, saat menggunakan alat ini, sebaiknya diamkan dulu selama 10
sampai 15 menit sebelum digunakan ya. Tombol ini bertujuan agar neraca bisa berjalan
secara maksimal dan hitungan yang dihasilkan pun akurat.
6. Tombol Mode
Bagian ini merupakan sebuah tombol yang memiliki sistem konversi satuan dalam
penimbangan. Tombol mode pada hotplate stirrer akan memudahkan anda dalam
merubah satuan dalam proses penimbangan sesuai dengan yang dibutuhkan (Fitri, 2022).

8
BAB III
METODOLOGI PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan Massa Jenis
Alat dan Bahan yang di butuhkan pada praktikum massa jenis adalah sebagai beikut:
3.1.1 Alat
1. Neraca Analitik Ohauss 1 buah
2. Gelas Ukur 50 ml 1 buah
3. Jangka Sorong 1 buah
4. Mikro Meter Sekrup 1 buah
3.1.2 Bahan
1. Silinder 1 buah
2. Balok 1 buah
3. Kelereng 1 buah
4. Air 1 buah
5. Kerikil 1 buah

3.2 Langkah Kerja Massa Jenis


Berikut merupakan cara kerja yang dilakukan untuk uji praktikum massa jenis:
1. Menimbang zat padat dengan neraca.
2. Mengukur volume zat padat dengan dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah berisi
air sampai benda tersebut tenggelam.
3. Mengulangi langkah kerja 1 dan 2 sebanyak 2 kali.
4. Menghitung massa jenis dari zat padat.
5. Mengukur zat padat dengan menggunakan metode yang berbeda, menggunakan
jangka sorong dan micrometer sekrup sebanyak 3 kali.
6. Menghitung massa jenis dari data satu dan empat.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berikut adalah tabel perlakuan dan pengamatan hasil dari percobaan praktikum massa
jenis :
4.1.1 Tabel Perlakuan pada Balok Pejal
Berikut adalah hasil analisa serta table perlakuan dan pengamatan pada percobaan
massa jenis balok pejal :
Tabel 4.1 Perlakuan dan Pengamatan Balok
Perlakuan Pengamatan
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.

Menimbang Massa Balok Pejal pada Balok Pejal di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.

Mengukur volume balok dengan Volume balok pejal di ukur dengan


menggunakan metode yang berbeda yaitu menggunakan jangka sorong dan
jangka sorong dan micrometer sekrup. micrometer sekrup.

10
Melakukan perhitungan massa jenis pada Setelah mengukur volume di lakukan
zat padat. perhitungan massa jenis zat padat.

4.1.2 Tabel Perlakuan pada Silinder Pejal


Berikut adalah hasil analisa serta tabel perlakuan dan pengamatan pada percobaan
massa jenis silinder pejal :
Tabel 4.2 Perlakuan dan Pengamatan Silinder
Perlakuan Pengamatan
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.

Menimbang Massa Silinder Pejal pada Silender Pejal di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.

Mengukur volume silinder dengan Volume silinder pejal di ukur dengan


menggunakan metode yang berbeda yaitu menggunakan jangka sorong dan
jangka sorong dan mikrometer sekrup. mikrometer sekrup.

11
Melakukan perhitungan massa jenis pada Setelah mengukur volume di lakukan
zat padat. perhitungan massa jenis zat padat.

4.1.3 Tabel Perlakuan pada Kelereng Kecil


Berikut adalah hasil analisa serta table perlakuan dan pengamatan pada percobaan
massa jenis kelereng kecil :
Tabel 4.3 Perlakuan dan Pengamatan Kelereng Kecil
Perlakuan Pengamatan
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.

12
Menimbang Massa Kelereng Kecil pada Kelereng Kecil di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.

Mengukur volume kelerng kecil Volume kelereng kecil di ukur dengan


mikrometer sekrup. menggunakan mikrometer sekrup.

Melakukan perhitungan massa jenis pada Setelah mengukur volume di lakukan


zat padat. perhitungan massa jenis zat padat.

4.1.4 Tabel Perlakuan Kelereng Bening


Berikut adalah hasil analisa serta tabel perlakuan dan pengamatan pada percobaan
massa jenis kelereng bening :
Tabel 4.4 Perlakuan dan Pengamatan Kelereng Bening
Perlakuan Pengamatan

13
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.

Menimbang Massa Kelereng sedang pada Kelereng sedang di timbang dengan


Neraca Analitik. neraca analitik dan di dapatkan hasil.

Mengukur volume kelereng sedang Volume kelereng sedang di ukur dengan


mikrometer sekrup. menggunakan mikrometer sekrup.

Melakukan perhitungan massa jenis pada Setelah mengukur volume di lakukan


zat padat. perhitungan massa jenis zat padat.

4.1.5 Tabel Perlakuan Kelereng Putih


Berikut adalah hasil analisa serta table perlakuan dan pengamatan pada percobaan
massa jenis kelereng putih :
Tabel 4.5 Perlakuan dan Pengamatan Kelereng Putih
Perlakuan Pengamatan

14
Menyiapkan Alat dan Bahan yang di Alat dan Bahan di siapakan yang meliputi
perlukan pada saat praktikum. Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup,
Balok Pejal, Silinder Pejal, Kelereng
Kecil, Sedang, dan Putih.

Menimbang Massa Kelereng putih pada Kelereng putih di timbang dengan neraca
Neraca Analitik. analitik dan di dapatkan hasil.

Mengukur volume kelereng putih Volume kelereng putih di ukur dengan


mikrometer sekrup. menggunakan mikrometer sekrup.

Melakukan perhitungan massa jenis pada Setelah mengukur volume di lakukan


zat padat. perhitungan massa jenis zat padat.

4.2 Hasil Pengamatan


Berdasarkan pecobaan praktikum yang telah di lakukan, di dapatkan data hasil
pengamatan sebagai berikut :
4.2.1 Balok Pejal

15
Berikut ini merupakan perhitungan hasil dari pengamatan balok pejal menggunakan
alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup :
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Balok menggunakan Jangka Sorong
Massa Dimensi (cm) Volume Massa Jenis
Pengukuran (g) p l t (m3) (𝜌 = 𝑚/𝑣)
1 31,8 2,95 1,05 1,05 6,19×102 51,3×10-2

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Balok menggunakan Mikrometer Sekrup


Massa Dimensi (cm) Volume Massa Jenis
Pengukuran (g) p l t (m3) (𝜌 = 𝑚/𝑣)
1 31,8 2,95 1,05 1,05 6,19×102 51,3×10-2

4.2.2 Silinder Pejal


Berikut ini merupakan perhitungan hasil dari pengamatan silinder pejal
menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup :
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Silinder menggunakan Jangka Sorong
Pengukuran Massa Dimensi (cm) Volume Massa
3
(gr) (m ) Jenis
d r T
(kg/m3)
1 41,06 1,259 0,62 2,681 4,054x10-6 12,71x10-3

4.2.3 Kelereng Kecil


Berikut ini merupakan perhitungan hasil dari pengamatan kelereng kecil
menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup :
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Silinder menggunakan Jangka Sorong

Pengukuran Massa (g) Volume (m3) Massa Jenis


(𝜌= 𝑚/𝑣)
1 2,5 9,2×10-7 2,71×103

4.2.4 Kelereng Bening


Berikut ini merupakan perhitungan hasil dari pengamatan kelereng bening
menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup :
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan kelereng bening menggunakan micrometer sekrup

16
Pengukuran Massa (g) Volume (m3) Massa Jenis
(𝜌= 𝑚/𝑣)
1 55 2,1×10-6 26,19×103

4.2.5 Kelereng Putih


Berikut ini merupakan perhitungan hasil dari pengamatan kelereng putih
menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup :
Tabel 4.11 Hasil Pengamatan kelereng putih menggunakan micrometer sekrup

Pengukuran Massa (g) Volume (m3) Massa Jenis


(𝜌= 𝑚/𝑣)
1 5,9 2,1×10-7 26,19×103

4.3 Pembahasan
Pada percobaan praktikum massa jenis ini di perlukan beberapa alat dan bahan di
antaranya, balok, silinder, kelereng kecil, kelereng bening dan kelereng putih.dan alat
yang di gunakan adalah jangka sorong, micrometer sekrup, dan neraca analitik. Pada
langkah pertama percobaan praktikum di lakukan dengan menimbang menggunakan
neraca analitik. Neraca Analitik adalah jenis neraca yang dirancang untuk mengukur
massa kecil dalam rentang sub-miligram dengan presisi sebanding dengan keseimbangan
balok kimia. Piringan pengukur neraca analitik (0,1 mg atau lebih baik) berada dalam
kotak transparan berpintu sehingga tidak berdebu dan angin di dalam ruangan tidak
mempengaruhi operasional penimbangan. Dan di temukan data hasil dari penimbangan
yaitu balok sebesar 31,8 gram, Silinder 41,06, kelereng kecil sebesar 2,5 gram, kelereng
bening sebesar 5,5 gram, dan kelereng putih sebesar 5,9 gram. Setelah di dapatkan data
dari massa di lakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong. Jangka sorong
adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui panjang, diameter
luar, dan diameter dalam sebuah bentuk benda tertentu. Jangka sorong juga bisa
digunakan untuk mengukur kedalaman lubang atau bangun ruang tertentu, seperti
tabung.di dapatkan hasil pada balok adalah panjang 2,95 cm, lebar 1,05 cm, tinggi 1,05
cm. volume pada balok di dapatkan hasil 6,19×102
Pada silinder di temukan bahwa diameter silinder sebesar 1,37 cm, tinggi silinder 2,97
cm, jari jari 0,685. Dan di dapatkan volume berdasarkan data tersebut sebesar 4,3×10-2.
Kemudian di dapatkan massa jenis silinder sebesar 954,8×10-3 . kemudian di lanjutkan
pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup adalah alat
pengukuran yang terdiri dari sekrup terkalibrasi dan memiliki tingkat kepresisian 0.01
mm (10-5 m). Alat ini ditemukan pertama kali oleh Willaim Gascoigne pada abad ke-17
karena dibutuhkan alat yang lebih presisi dari jangka sorong. Pada perhitungan kelereng
kecil di dapatkan diameter sebesar 12,09 mm, jari jari 0,006045, volume 9,2×10-7 .massa

17
jenis 2,71×103 . pada kelereng bening di dapatkan data diameter sebesar 12,09 mm, jari
jari 0,0000021, volume 2,1×10-6 .massa jenis 26,19×102 . pada kelereng putih di dapatkan
data diameter sebesar 15,9 mm, jari jari 0,0000021, volume 2,1×10-6 .massa jenis
28,09×102 .
Mikrometer sekrup dan jangka sorong merupakan alat untuk mengukur suatu besaran
panjang. Yang membedakan adalah besar skala terkecil yang bisa dibaca masing-masing
alat. Mikrometer sekrup memiliki skala terkecil 0,01 mm, sedangkan jangka sorong
memiliki skala terkecil 0,01 cm. Mikrometer sekrup sendiri memiliki ketelitian 0,01 mm
atau 0,001 cm. Penggunaan mikrometer sekrup yaitu untuk mengukur ketebalan dan
diameter benda yang memiliki ukuran kecil dan tipis. keuntungan menggunakan jangka
sorong dibandingkan dengan mikrometer sekrup adalah jangka sorong bisa mengukur
diameter benda dari sisi luar dan kedalaman benda. Namun, jika dibandingkan dengan
jangka sorong, mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian 10 kali lebih tinggi.
Mikrometer sekrup bisa mengukur benda dengan ketelitian sampai 0,01 mm
(Minan, 2019).

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan praktikum massa jenis yang telah di lakukan dapat di
simpulakan bahwa :
1. Hasil pengukuran jangka sorong dan mikrometer sekrup berbeda. Micrometer
sekrup memiliki tingkat kelebihan yang lebih tinggi di bandingkan dengan jangka
sorong dan micrometer sekrup lebih akurat.
2. Massa jenis zat padat dapat kita cari saat sudah mengetahui besar massa dan
volume benda tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA
Andi Tri Saputra, M. A. (2014). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Untuk Pembuatan
Biodesel Menggunakan Katalis Zeolit Alat Teraktivasi. Samarinda: Universitas
Mulawarman Samarinda.

Hidayatullah, S. (2015). Aplication Of Archimedes Law For Measuring Mass Of Object


on Ship Based on Arduino Unowith Rotary Encoder. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.

Minan Chusni, M. P. (2019). Pengenalan Alat Ukur. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Rahmah, F. (2022). Uji Kalibrasi Alat Ukur Massa Pada Neraca Analitik Menggunakan
Metode Perbandingan Langsung. Jakarta: Universitas Nasional.

Syahbana, A. (2013). Alternatif Pemahaman Konsep Umum Volume Suatu Bangun


Ruang. Palembang: Universitas PGRI Palembang.

Wagiran, D. (2017). Penggunaan Alat Alat Ukur Metrologi Indsutri. Yogyakarta:


deepublish.

20
SKEMA KERJA

Bahan

Ditimbang zat padat menggunakan neraca analitik

Diukur zat padat menggunakan jangka sorong

Diukur zat padat menggunakan mikrometer sekrup

Diamati dan dicatat hasil hasilnya

Hasil

21
SKEMA ALAT
No Skema Percobaan Keterangan
1 Menyiapkan neraca analitik untuk
menimbang massa benda

2 Mengukur benda menggunakan


jangka sorong

3 Mengukur benda menggunakan


mikrometer sekrup

22
APENDIKS
1. Massa Benda
Balok = 31,8 gr = 318x10-3kg
Silinder = 41,06 gr = 41,06x10-5kg
Kelereng besar = 5,5 gr = 55x10-4kg
Kelereng sedang = 2,5 gr = 2,5x10-3kg
Kelereng putih = 5,9 gr = 59x10-6kg

2. Volume Benda
Pengukuran menggunakan jangka sorong :
Balok = p x l x t = 2,95 x 1,05 x 1,05 = 6,19x10-2 m3
Silinder = 𝜋r2t = 3,14 x (0,685)2 x 2,97 x 10-2 = 4,3 x10-2 m3
Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup:
Kelereng bening = 4 𝜋r3 = 4 x 3,14 x (0,00795)3 = 2,1 x10-6 m3
Kelereng kecil = 4 𝜋r3 = 4 x 3,14 x (0,006045)3 = 9,2 x10-7 m3
Kelereng putih = 4 𝜋r3 = 4 x 3,14 x (0,00795)3 = 2,1 x10-6 m3

3. Massa Jenis Benda


Pengukuran menggunakan jangka sorong :

𝑚 318 ×10−4
Balok 𝜌= = 6,19 × 10−2 = 51,3 × 10−2
𝑣

𝑚 41,06 ×10−5
Silinder 𝜌= = = 954,8 × 10−3
𝑣 4,3 × 10−2

Pengukuran menggunakan mikirometer sekrup:

𝑚 55 ×10−4
Kelereng bening 𝜌= = 2,1 = 26,19 × 102
𝑣 × 10−6

𝑚 59 ×10−4
Kelereng putih 𝜌= = 2,1 × 10−2 = 28,09 × 102
𝑣

𝑚 2,71 ×10−4
Kelereng kecil 𝜌= = = 2,71 × 103
𝑣 9,2 × 10−7

23
LITERARUR

24
25

Anda mungkin juga menyukai