Anda di halaman 1dari 15

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Praktikum Fisika Dasar


Dosen Pembimbing : Ade Sukanah Yuliawati, MPd.I

DISUSUN OLEH :

Kelompok : 2

Nama : Rendy Yogista Wihardi


Kelas : 2A
NPM : 121130010

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan Laporan Praktikum Fisika Dasar.
Laporan Praktikum ini penulis susun sebagai bentuk rasa tanggung
jawab sebagai seorang mahasiswa dalam memenuhi tugas kelompok
Praktikum Fisika Dasar yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Dengan selesainya laporan praktikum Fisika Dasar secara resmi
ini, maka tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua orang yang
sudah membantu kelompok kami. dan terima kasih juga untuk para pihak
yang sudah terlibat langsung. khususnya kami ucapkan kepada :

1. Ibu Ade Sukanah Yuliawati, MPd.I. selaku Dosen Mata Kuliah


Fisika Dasar I di Universitas Swadaya Gunung Jati..

2. Kakak-kakak asisten praktikum yang telah membimbing kami


selama praktikum berlangsung.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membantu sangat kami
harapkan.

Cirebon, 17 Oktober 2022

Rendy Yogista Wihardi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................... 2
1.4. Waktu dan Pelaksanaan Praktikum ........................................... 3
1.5. Lokasi Pelaksanaan Praktikum ................................................. 3
BAB 2 LANDASAN TEORI ....................................................................... 4

2.1. Landasan Teori ........................................................................... 4


2.1.1. Teori Pengukuran dan Kesalahan....................................... 4
2.1.2. Teori Pegas ........................................................................... 5
2.1.3. Teori Momentum .................................................................. 6
2.1.4. Gerak Melingkar ................................................................... 9
BAB 3 MODE PENELITIAN .................................................................... 10

3.1. Pengukuran dan Kesalahan ..................................................... 10


3.1.1. Teori .................................................................................... 10
BAB 4 PENUTUP .................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktikum Fisika Dasar ini merupakan salah satu


persyaratan dari kurikulum jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Swadaya Gunung Jati.
Fisika Dasar adalah ilmu pengetahuan dasar yang
mempelajari sifat-sifat atau gejala pada benda yang ada di sekitar
kita. Salah satunya penggunaan ilmu Fisika Dasar yang sering
ditemui yaitu berkaitan dengan pengukuran. Pengukuran dalam
Fisika Dasar adalah membandingkan dua hal dengan yang satunya
menjadi pembanding atau alat ukur yang besarnya distandarkan.
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda
perlu dilakukan hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat
diketahui dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda
yang akan diukur. Jenis alat ukur yang digunakan dalam pengukuran
berpengaruh terhadap keakuratan atau tingkat ketelitian suatu
perhitungan. Ukuran benda dapat ditentukan dari sekala yang
terdapat pada alat ukur yang digunakan. Karena itu penting bagi kita
mahasiswa Teknik Sipil untuk memahami mengenai pengukuran
yang akan mempermudah saat melaksanakan pekerjaan nantinya.
Praktikum Pengukuran Dasar ini akan mengenalkan
beberapa alat ukur dan cara pengukuran terhadap suatu benda
dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.

1
2

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakan di atas, dirumuskan masalah yang


diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Apa itu pengukuran?
2. Apa saja pengujian-pengujian yang dilakukan dan bagaimana
cara melakukan metode pengujian langsung di laboratorium
dengan baik dan benar?
3. Bagaimana menentukan jarak lebar, panjang, dalam suatu objek?
4. Bagaimana melakukan pengujian dengan hasil yang baik untuk
kemudian diproses dan diolah datanya?
5. Apa saja alat yang digunakan untuk menentukan besaran-
besaran tertentu?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari praktikum Fisika Dasar ini sebagai


berikut:
1. Dapat mengetahui cara penggunaan alat ukur dan membaca alat
ukur.
2. Bisa menentukan kesalahan pada pengukuran beserta
penjelasannya.
3. Dapat menggunakan metode kuadrat terkecil dalam pengolahan
data.
4. Memahami konsep hukum elastisitas hooke pada pegas spiral.
5. Menentukan besarnya konstanta pegas (k) dengan perubahan
panjang osilasi pegas.
6. Memahami hukum kekekalan momentum & tumbukan.
7. Menentukan koefisien restitusi antara benda dan lantai.
8. Menentukan kelajuan benda.
9. Menentukan kelajuan benda yang bergerak melingkar beraturan.
3

1.4. Waktu dan Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan praktikum Fisika Dasar ini dilaksanakan pada:


Tabel 1.1. Waktu Pengujian Praktikum
Nama Pengujian Waktu Pengujian

1. Pengukuran dan Kesalahan Jumat, 14 Oktober 2022


2. Pegas
3. Momentum
4. Gerak Melingkar

1.5. Lokasi Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Fisika Dasar dilakukan di Laboratorium Teknik


kampus GT Universitas Swadaya Gunung Jati.

Gambar 1.1. Gedung Tambahan UGJ


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Pengukuran dan Kesalahan

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan


sesuatu yang diukur menggunakan alat ukur dengan suatu
satuan. Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar
atau satuan tertentu. Dikatakan relatif di sini, maksudnya
adalah setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang
berbeda-beda, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh
berbeda pula. Ketelitian dapat didefinisikan sebagai ukuran
ketepatan yang dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran,
dan ini sangat berkaitan dengan skala terkecil dari alat ukur
yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran. Sebagai
contoh, pengukuran besaran panjang dengan menggunakan
penggaris (mistar), jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Ketiga alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-
beda (Zemansky).

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang


memiliki bagian utama yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Alat ukur ini memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi, yaitu
berkisar antara 0,01 mm sampai 0,05 mm. Skala panjang
yang tertera pada rahang sorong disebut nonius atau vernier.
Jangka sorong yang akan digunakan memiliki skala nonius
yang panjangnya 10 cm dan terbagi atas 20 bagian, sehingga
beda satu skala nonius dengan skala utama adalah 0,05 mm
(Sutrisno,2001).

4
5

Mikrometer sekrup juga merupakan alat ukur panjang,


biasanya alat ini digunakan untuk mengukur ketebalan suatu
benda yang memerlukan ketelitian tinggi. Sebuah mikrometer
sekrup, ditunjukkan pada gambar 2, memiliki dua macam
skala, yaitu skala tetap dan skala putar. Skala luar yang
berada di selubung luar terbagi atas50 bagian (garis). Ketika
selubung luar ini diputar lengkap 1 kali putaran, maka rahang
geser dan selubung luar akan bergerak maju atau mundur
sejauh 0,5 mm. 1bagian pada skala putar bernilai 0,01 mm,
angka ini diperoleh dari: (0,5/50) x 1 mm = 0,01 mm. Angka ini
merupakan tingkat ketelitian dari mikrometer sekrup.

Mistar termasuk alat ukur panjang yang paling


sederhana, alat ini digunakan untuk mengukur panjang
benda. Mistar memiliki 2 skala ukuran yaitu skala utama dan
skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah sentimeter
(cm) dan satuan skala terkecil adalah millimeter (mm). nilai
skala terkecil mistar yaitu 1mm. Mistar memiliki ketelitian
sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm (Ihsan, 2006).

2.1.2. Teori Pegas

Bila sebuah benda diregangkan oleh gaya, maka


panjang benda akan bertambah. Panjang atau pendeknya
pertambahan panjang benda tergantung pada elastisitas
bahan dari benda tersebut dan juga gaya yang diberikannya.
Apabila benda masih berada dalam keadaan elastis (batas
elastisitasnya belum dilampaui), berdasarkan hukum Hooke
pertambahan panjang (Δx) sebanding dengan besar gaya F
yang meregangkan benda. Asas ini berlaku juga bagi pegas
heliks, selama batas elastisitas pegas tidak terlampaui.
Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas
dihilangkan, pegas tersebut akan kembali pada keadaan
6

semula. Robert Hooke, ilmuwan berkebangsaan Inggris


menyimpulkan bahwa sifat elastis pegas tersebut ada
batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan
pertambahan panjang pegas. Dari penelitian yang dilakukan,
didapatkan bahwa besar gaya pegas pemulih sebanding
dengan pertambahan panjang pegas. Secara matematis,
dapat dituliskan sebagai:
Dengan k = tetapan pegas (N / m), tanda (-) diberikan
karena arah gaya pemulih pada pegas berlawanan dengan
arah gerak pegas tersebut. Konstanta gaya pegas adalah
suatu karakter dari suatu pegas yang menunjukkan
perbandingan besarnya gaya terhadap perbedaan panjang
yang disebabkan oleh adanya pemberian gaya tersebut.
Satuan konstanta gaya pegas adalah N/m, dimensi konstanta
pegas : [M][T]-2

Gambar2.1. Gerak Pegas

2.1.3. Teori Momentum

Momentum merupakan salah satu besaran vektor


dalam fisika. Momentum dapat dipandang sebagai ukuran
kesulitan untuk mendiamkan benda yang bergerak. Semakin
besar momentum benda tersebut maka semakin sulit pula
7

benda itu untuk dihentikan. Secara matematis momentum


didefinisikan sebagai hasil kali antara massa suatu benda, m,

dengan kecepatannya, v,

Dalam suatu proses fisika, selama tidak ada gaya luar


maka total momentum dalam sistem tersebut bersifat kekal.
Apabila terdapat dua buah benda yang saling bertumbukan
maka hukum kekekalan momentumnya dapat dituliskan

secara sebagai,

Di mana m1 adalah massa objek 1, m2 adalah massa


objek 2, v1 dan v2 adalah kecepatan masing-masing benda
sebelum tumbukan sedangkan v1'dan v2' menyatakan
kecepatan masing-masing benda tersebut setelah
bertumbukan.

Berdasarkan perubahan kecepatannya tumbukan


dibagi berdasarkan nilai koefisien restitusinya. Apabila
koefisien restitusi bernilai nol menandakan kedua benda
setelah bertumbukan akan saling berdempetan (tidak lenting
sama sekali) sedangkan apabila bernilai 1 menunjukkan
kedua benda saling memantul secara sempurna (lenting
sempurna). Kebanyakan, suatu benda yang bertumbukan
akan memiliki koefisien restitusi dalam batas tersebut dan
menghasilkan jenis tumbukan lenting sebagian.

Tumbukan lenting sebagian berlaku juga pada


sebuah benda yang bergerak jatuh bebas. Dalam kasus ini,
yang bertindak sebagai benda kedua adalah lantai.
Perhatikan Gambar 1. Dengan demikian, kecepatan benda
kedua sebelum dan sesudah tumbukan adalah nol.
8

Gambar 2.2. Tumbukan lenting sebagian pada benda jatuh bebas

Sebuah bola jatuh bebas dari ketinggian h terhadap


lantai. Kecepatan bola sesaat sebelum dan sesudah
menumbuk lantai memenuhi persamaan

Kecepatan bola sebelum dan sesudah menumbuk


lantai memenuhi persamaan

Tanda negatif pada 1 menundakan arah bola ke


bawah dan tanda positif pada v1' menandakan arah bola ke
atas. Koefisien restitusi antara bola dan lantai dapat diperoleh
dari persamaan

Persamaan tersebut di atas dapat digunakan pada


benda jatuh ke lantai dan kemudian memantul beberapa kali.
Sebagai contoh, perhatikan kasus pada Gambar 2.3. Pada
kasus tersebut, persamaan koefisien restitusi menjadi
9

Gambar 2.3. Tinggi pantulan bola yang mengalami tumbukan lenting


sebagian
2.1.4. Gerak Melingkar

Gerak melingkar beraturan adalah gerak yang


lintasannya berbentuk lingkaran dengan laju konstan dan arah
kecepatan tegak lurus terhadap arah percepatan. Arah
kecepatan terus berubah sementara benda bergerak dalam
lingkaran tersebut, tampak seperti pada Gambar . Oleh
karena percepatan didefinisikan sebagai besar perubahan
kecepatan, perubahan arah kecepatan menyebabkan
percepatan.

Gambar 2.4. Gerak melingkar


BAB 3
MODE PENELITIAN

3.1. Pengukuran dan Kesalahan

3.1.1. Teori

10
BAB 4
PENUTUP

11
DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai