Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pondasi merupakan tahap awal dalam membangun sebuah


bangunan. Pondasi berasal dari kata Foundation dalam kata
kesehariannya pada umumnya menggunakan kata fondasi atau lebih
sering pondasi.
Pondasi adalah salah satu elemen strukur bawah bangunan yang
lansung berhubungan dengan tanah dan berfungsi meyalurkan beban
dari struktur diatas kelapisan tahah pendukung atau tanah batuan
yang berada dibawahnya.
Menurut kamus Bebas Bahasa Indonesia (2008:414) yang
menyatakan bahwa pondasi merupakan dasar bangunan yang kuat
dan biasanya terletak dibawah permukaan tanah tempat bangunan di
dirikan.
Pondasi dikatakan bagian terendah dari bangunan oleh sebab itu
beban dari bangunan di atasnya seperti beban mati, beban hidup,
beban angina disalurkan melalui elemen struktur horizontal atau
vertical ke pondasi yang selanjutnya beban tersebut dilanjutkan ke
tanah dasar.
Pondasi memiliki 2 jenis yaitu:
a. Pondasi Dangkal
Pondasi Dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan
tanah, umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 lebah
pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3 meter
kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan baku, tetapi
merupakan sebagai pedoman.
Pemakaian pondasi dangkal biasanya untuk bangunan
rumah tinggal dan gedung bertingkat biasanya dengan beban
bangunan tidak besar dan biasa disebut dengan pondasi lansung

1
2

(Spread Footing) yaitu bangunan bagian bawah atau dinding


bangunan yang diperlebar, sehingga beban bangunan diseberkan
(spread) menjadi desakan yang lebih kecil dari pada daya dukung
tanah diijinkan.
Pondasi dangkal memiliki beberapa jenis yaitu :
1. Pad foundations (Pondasi Tapak)
Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk
mendukung beban titik individual seperti kolom
struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk bukatan
(melingkar), persegi atau rectangular.
2. Pondasi Jalur atau pondasi memanjang (Strip foundations)
Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga
pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk
mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk
mendukung beban dinding atau beban
kolom dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan
fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban
berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan.
3. Pondasi Tikar (Raft foundations)
Pondasi tikar/ pondasi raft digunakan untuk menyebarkan
beban dari struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk
seluruh area struktur. Pondasi raft digunakan ketika beban
kolom atau beban struktural lainnya berdekatan dan pondasi
pad saling berinteraksi.
b. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan
tanah dengan kedalam tertentu dimana daya dukung dasar
pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi permukaan
tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih
dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah.
3

Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang


pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi
kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke
lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu
sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur
bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat
permukaan tanah dapat dihindari.
Pondasi dalam memiliki beberapa jenis yaitu :

1. Pondasi Caissons (Bor Pile)


Pondasi Caissons (Bor Pile) adalah bentuk pondasi
dalam yang dibangun di dalam permukaan tanah, pondasi di
tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara
membuat lobang dengan sistim pengeboran atau pengerukan
tanah. Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi
pile dilakukan dengan pengecoran beton bertulang terhadap
lobang yang sudah di bor.
2. Pondasi Pile
Pondasi pile merupakan jenis pondasi yang dibuat dalam
berbentuk ramping yang ditujukan untuk mengirimkan beban
melalui jenis lapisan tanah dengan jenis daya dukung
rendah hingga tercapai jenis tanah yang lebih dalam atau
lapisan batuan yang memiliki kapasitas daya dukung
yang tinggi.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui tentang pondasi, jenis-jenis, dan manfaatnya.
2. Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi penurunan pada
pondasi.
3. Menganalisis besarnya penurunan (settlement) sehingga dapat
diketahui kemanan dari pondasi.
4

1.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran ini bertujuan untuk membantu dalam
penyusunan laporan adapun sistematis penulisan yaitu sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta
sistematis penulisan dalam penyusunan laporan.
BAB 2 DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang dasar teori pondasi, pengertia pondasi, jenis
pondasi serta fungsi pondasi.
BAB 3 METODE PERENCANAAN
Bab ini membahas tentang data-data perencanaan karakter
tanah dasar, struktur dan pembebanan, struktur pondasi dan tahapan
perencanaan pondasi dalam.
BAB 4 ANALISIS DAN DESAIN
Bab ini membahas mengenai analisis data perencanaan,
menghitung, daya dukung dan penurunan serta gambar perencanaan.
BAB 5 PENUTUP
Bab ini membahas saran dan kesimpulan yang didapat dari
hasil penelitian yang berguna untuk menjadi bahan pengembangan di
masa yang akan datang.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pondasi
2.1.1 Definisi
Pondasi
Pondasi adalah bagian dari suatu sistem struktur bawah (sub
structure) yang menahan berat sendirinya dan seluruh beban
gaya dari struktur atas, kemudian meneruskannya ke lapisan
tanah dan batuan yang terletak di bawahnya. Beban dari kolom
yang bekerja pada pondasi ini harus disebar ke permukaan
tanah yang cukup luas sehingga tanah dapat memikul beban
dengan aman.
Pondasi adalah struktur bagian paling bawah dari suatu
konstruksi (gedung, jembatan, jalan raya, tanggul, menara,
terowongan, dinding penahan tanah, dan lain-lain) yang
berfungsi menyalurkan beban vertical diatasnya (kolom) maupun
beban horizontal ke tanah (Pamungkas dan Harianti, 2013:1).
Struktur atas merupakan istilah yang biasa dipakai untuk
menjelaskan bagian-bagian dari system rekayasa yang
membawa beban kepada pondasi atau struktur dibawahnya.
Istilah struktur atas mempunyai arti khusus untuk
bangunanbangunan dan jembatan-jembatan, akan tetapi,
pondasi tersebut dapat juga hanya menopang mesin-mesin,
mendukung peralatan industrial (pipa, manara, tangka),
bertindak sebagai alas atau papan iklan dan sejenisnya. Karena
sebab inilah maka lebih baik menggambarkan pondasi sebagai
bagian dari satu system rekayasa pendukung beban yang
mempunyai bidang antara (interfacing) terhadap tanah (Joseph
E. Bowles, 1997: 1).

5
6

2.1.2 Fungsi Pondasi


Pondasi dalam suatu bangunan konstruksi mempunyai
peranan penting karena berfungsi sebagai penahan atau
penopang beban bangunan yang ada diatasnya untuk diteruskan
ke lapisan tanah yang ada dibawahnya. Untuk menghasilkan
bangunan yang kuat dan kokoh, pondasi suatu bangunan harus
direncanakan dengan baik.
Perencanaan dalam pemilihan pondasi suatu bangunan
ditentukan berdasarkan jenis tanah, kekuatan dan daya dukung
tanah dan beban bangunan itu sendiri. Pada tanah yang memiliki
daya dukung baik, maka pondasinya juga membutuhkan
konstruksi yang sederhana. Jika tanahnya labil dan memiliki
daya dukung yang jelek, maka penentuan pondasinya juga harus
lebih teliti.
Fungsi Pondasi suatu konstruksi bangunan harus mampu
menahan beban:
1. Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya
tekan tanah;
2. Beban mati/dead load, atau berat sendiri bangunan;
3. Beban hidup/live load, atau beban sesuai fungsi bangunan;
4. Beban gempa;
5. Beban angin;
6. Gaya angkat air;
7. Momen dan torsi.

2.1.3 Klasifikasi Pondasi


Klasifikasi pondasi berdasarkan kedalaman tanah baik,
secara umum adalah sebagai berikut ini.
11

1. Pondasi Telapak (Pondasi Dangkal, Shallow Foundation,


SpreadFoundation)
Pondasi telapak dipakai jika tanah dengan daya
dukung yang tinggi (tanah baik) relatifdangkal < 2,00 m.
Pondasi tersebut digunakan jika Df / B < 4 dengan Df adalah
kedalaman dasar pondasi dan B adalah lebar tersempit dari
pondasi. (Suryolelono,1994).

Gambar 2.1 Pondasi Telapak

2. Pondasi Agak Dalam (Pondasi Sumuran)


Pondasi tersebut digunakan bila beban yang bekerja
cukup berat dan letak tanah dengan daya dukung tinggi
terletak pada kedalaman relatif dalam. Biasanya dinyatakan
dengan hubungan 4 Df / B <10 .(Suryo1elono,1994).

Gambar 2.2 Pondasi Sumuran


8

3. Pondasi Dalam (Pondasi Tiang)


Pondasi tersebut digunakan apabila letak tanah baik
sangat dalam (Df / B > 10) dan di atasnya adalah lapisan
tanah dengan daya dukung yang rendah (tanah lunak, tanah
humus ataupun tanah organik). Pondasi tersebut selain
mendukung beban yang bekerja, juga harus mampu
menahan beban lentur dan taTik pada struktur tiangnya.
(Suryolelono, 1994).

Gambar 2.3 Pondasi Tiang

2.1.4 Pertimbangan dalam Pemilihan Tipe Pondasi


1. Pemilihan Pondasi Berdasar Daya Dukung Tanah :
• Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3
meter di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya
adalah pondasi dangkal.
(misal: pondasi jalur, pondasi telapak atau pondasi strauss).
• Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter
atau lebih di bawah permukaan tanah maka
jenis pondasinya adalah pondasi tiang minipile atau pile
kecil, pondasi sumuran atau pondasi bored pile.
• Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau
lebih di bawah permukaan tanah maka jenis pondasinya
adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.
9

2. Pemilihan Pondasi Berdasarkan Jenis Tanah:


1. Pondasi pada Tanah Pasir
Permasalahan yang sering terjadi pada perletakan pondasi
diatas tanah pasir adalah penurunan yang tidak seragam.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai tes atau pengujian tanah
seperti uji Soil Penetration Test (SPT), uji kerucut statis,
dan uji beban pelat.
2. Pondasi pada Tanah Lempung
Pada tanah lempung perangcangan pondasi agak sulit
dilakukan karena jenis tanah ini menyatu dengan air hingga
tanah dengan mudah menjadi jenuh air. Pada tanah jenis
ini disarankan menggunakan pondasi dalam, sehingga
tanah tidak mudah terpengaruhi dengan iklam dan kondisi.
3. Pondasi pada Tanah Lanau
Tanah Lanau merupakanjenis tanah yang terdapat
diperalihan antara pasir dan lemmpung. Dalam kondisi
alam, tanah jenis lanau ditemukan dalam kondisi longgar
dan kurang padat. Sehingga jika dijadikan sebagai tempat
perletakan pondasi, maka akan terjadi penurunan yang
besar.
4. Pondasi pada Tanah Organik
Tanah Organik sangat tidak disarankan untuk dijadikan
tempat perletakan pondasi, karena jenis tanah ini akan
mengakibatkan penurunan terlalu besar. Karena tanah ini
sangat sulit dipadatkan.
5. Pondasi pada Tanah Timbunan
Tanah Timbunan merupakan tanah yang diangkut dari
daerah lain ke lokasi pembangunan. Tanah Timbunan yang
akan dijadikan dasar pondasi harus diperikas terlebih
10

dahulu kapasitas dukungnya. Dan jika digunakan tanah


timbunan harus dipadatkan terlebih dahulu.
6. Pondasi pada Batu
Sebenarnya pondasi pada batu tidak perlu dikhawatirkan
karena sifat batu sangat keras dipastikan mampu menahan
beban bangunan dengan baik. Namun pada batuan
berkapur dan memiliki lubang-lubang, stabilitas bangunan
harus diperhatikan. Karena akan membahayakan
bangunan.

2.2 Pondasi Dalam


2.2.1 Definisi Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah jenis pondasi dibedakan dari pondasi
dangkal dengan kedalaman mereka tertanam ke dalam tanah.
Ada banyak alasan seorang insinyur geoteknik akan
merekomendasikan pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi
beberapa alasan umum adalah beban desain yang sangat besar,
tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau kendala situs
(seperti garis properti).
Ada istilah yang berbeda digunakan untuk menggambarkan
berbagai jenis pondasi yang mendalam, termasuk tumpukan
(yang analog dengan tiang), tiang jembatan (yang analog
dengan kolom), poros dibor, dan caisson.
Tumpukan umumnya didorong ke dalam tanah di situ;
pondasi mendalam lainnya biasanya diletakkan di tempat
dengan menggunakan penggalian dan pengeboran. Pondasi
dalam dapat terbuat dari kayu, baja, beton bertulang dan beton
pratekan.
1
1

2.2.1.1 Fungsi Pondasi Dalam


Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer
beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai
kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang
mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis
tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari.

2.2.1.2 Jenis – Jenis Pondasi Dalam


Adapun macam jenis pondasi dalam yang diantaranya
sebagai berikut ini.
1. Pondasi sumuran Pondasi sumuran merupakan pondsi
yang memiliki bentuk peralihan diantara pondasi
dangkal dan pondasi tiang. Pondasi sumuran sangat
tepat digunakan pada tanah kurang baik dan lapisan
tanah kerasnya berada pada kedalaman lebih dari 3m.
Diameter sumuran biasanya antara 0,8 hingga 1,00 m
dan ada kemungkinan dalam satu bangunan
diameternya berbeda-beda, ini dikarenakan masing-
masing kolom berbeda bebannya. \

Gambar 2.4 Pondasi Sumuran


12

2. Pondasi bor Pondasi bor (borepile), merupakan bentuk


pondasi dalam yang dibangun di dalam permukaan
tanah, pondasi ditempatkan di kedalaman yang telah
sesuai dari perencanaan dengan cara membuat lobang
yang telah di bor. Besar diameter dan kedalaman serta
penulangan beton bertulang didesar berdasarkan daya
dukung dari tanah tersebut dan beban yang akan
dipikul. Fungsional pondasi ini hampir sama dengan
pondasi pile yang mana juga ditujukan untuk menahan
beban struktur melawan gaya angkat dan juga
membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya
lateral dan gaya guling.

Gambar 2.5 Pondasi Bore Pile

3. Pondasi tiang pancang Pondasi tiang pancang pada


dasarnya sama dengan pondasi bor, hanya saja yang
membedakan dari jenis ini adalah pada bahan dasarnya
saja. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang
lansung ditancapkan lansung kedalam tanah dengan
menggunakan mesin pemancang. Dikarenakan bentuk
1
3

pondasi tiang yang memiliki ujung runcung, maka tidak


memerlukan pengeboran pada proses awalnya. Pondasi
tiang pancang biasa dipergunakan untuk kondisi tanah
yang lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya
dukung tanah yang kecil, kondisi air yang tinggi, tanah
keras yang dalam dan kondisi lingkungan yang jauh dari
rumah penduduk.

Gambar 2.6 Pondasi Tiang Pancang


14

2.2.1.3 Kekakuan Tiang Selama Pembebanan


Tiang yang diperhitungkan akan menerima gaya
horizontal hendaknya direncanakan sehingga baik
tegangan-tegangan maupun perpindahan-perpindahan
ujung atas tiang (kepala tiang) tidak akan melebihi
ketentuan-ketentuan yang diijinkan. Beban lateral yang
diijinkan pada pondasi tiang diperoleh berdasarkan salah
satu dari dua kriteria berikut:
1. beban lateral ijin ditentukan dengan membagi beban
ultimit dengan suatu faktor keamanan.
2. beban lateral ditentukan berdasarkan defleksi maksimum
yang diijinkan. (Rahardjo, 2005).
1
5

2.2.1.4 Pengaruh Pekerjaan Pemasangan Pondasi Dalam


Pada umumnya pancang tiang secara dipukul atau di
tekan dapat menimbulkan dampak dorongan yang
dihasilkan oleh pukulan atau tekanan yang dapat
menghasilkan suatu gelombang tekan yang menyebar dari
atas tiang sampai ujung tiang. Getaran yang ditimbulkan
akibat dari aktivitas pemancangan pasti akan berdampak
pada lingkungan sekitarnya dimana dampak terhadap tanah
dan dampak terhadap bangunan dan struktur.
Pengaruh pemasangan pondasi dalam memiliki
beberapa pengaruh, yaitu :
1. Berat bangunan yang didukung.
2. Jenis tanah dan daya dukungnya.
3. Bahan penyusun pondasi.
4. Alat dan tenaga kerja pembuat.
5. Lokasi dan situasi pondasi yang dibuat.
6. Biaya pembuatan pondasi.

2.2.2 Mekanisme Keruntuhan pada Pondasi Tiang


Berdasarkan pengujian model vesic (1963) membagi mekanisme
keruntuhan pondasi menjadi 3 macam:
1. Keruntuhan Geser Umum (general shear failure)
Keruntuhan pondasi terjadi menurut bidang runtuh yang
diidentifikasikan dengan jelas. Suatu baji tanah berbentuk
tepat pada dasar pondasi zona A yang menekan tanah ke
bawah hingga menyebabkan aliran tanah secara plastis pada
zona B. Gerakan kearah luar dikedua zona tersebut ditahan
oleh tahanan tanah pasir dibagian C. Saat tahanan tanah
pada pasir bagian C terlampaui, terjadi gerakan tanah yang
16

mengakibatkan penggelembungan tanah di sekitar pondasi.


Saat keruntuhan, terjadi gerakan massa tanah ke luar dan ke
atas (Gambar 2.10). Keruntuhan geser umum terjadi relatif
mendadak yang diikuti oleh penggulingan pondasi.

Gambar 2.10 Keruntuhan Geser Umum


2. Keruntuhan Geser Lokal (local shear failure)
Tipe keruntuhan hampir sama dengan keruntuhan geser
umum, namun bidang runtuh yang terbentuk tidak sampai ke
permukaan tanah. Jadi bidang runtuh yang kontinu tidak
berkembang. Pondasi tenggelam akibat bertambahnya beban
pada kedalaman yang relatif dalam, yang menyebabkan
tanah yang didekatnya mampat (Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Keruntuhan Geser Lokal


1
7

3. Keruntuhan Penetrasi (penetration failure)


Pada tipe keruntuhan ini, dapat dikatakan keruntuhan geser
tanah tidak terjadi. Akibat beban pondasi hanya menembus
dan menekan tanah kesamping yang menyebabkan
pemampatan tanah didekat pondasi.

Gambar 2.12 Keruntuhan Penetrasi

2.2.3 Daya Dukung Batas Pondasi Tiang


Pondasi tiang adalah pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan.
Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan
menyatukan pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi,
dengan tumpuan pondasi ( Ir. Suyono Sosrodarsono, Kazuto
Nakazawa, 2000 ).
Pondasi tiang dipergunakan bilamana lapisan-lapisan bagian
atas tanah begitu lembek, dan kadang-kadang diketemukan
keadaan tanah dimana lapisan keras sangat dalam sehingga
pembuatan dan pemancangan tiang sampai lapisan tersebut sukar
dilaksanakan. Dalam hal ini mungkin dapat dipergunakan friction
pile yaitu tiang yang tertahan oleh perlekatan antara tiang dengan
tanah, tiang semacam ini disebut juga dengan tiang terapung (
floating piles ).
18

Apabila tiang ini dimasukkan dalam lapisan lempung maka


perlawanan ujung akan jauh lebih kecil daripada perlawanan
akibat perlekatan antara tiang dan tanah maka perlawanan ujung
akan jauh lebih kecil daripada perlawanan akibat perlekatan
antara tiang dan tanah.
2.2.3.1 Tiang Tunggal
Menurut peraturan SNI 4153 (2008:5) dalam desain
struktur tanah fondasi sering dilakukan analisis stabilitas
dan perhitungan desain fondasi suatu bangunan dengan
menggunakan parameter tanah baik tegangan total
maupun tegangan efektif, dan identifikasi tanah. Dalam
melakukan uji penetrasi lapangan dengan SPT ini
digunakan metode pengujian penetrasi dengan SPT (SNI
03-4153-1996) yang dapat berlaku untuk tanah.
Daya dukung tiang pada tanah pondasi umumnya
diperoleh dari jumlah daya dukung terpusat tiang dan
tahanan geser pada dinding tiang. Perkiraan satuan unit
daya dukung terpusat qd diperoleh dari hubungan antara
L/D dan qd/D. L adalah panjang ekuivalen penetrasi pada

lapisan pendukung, D adalah diameter tiang, N¯


adalah harga rata-rata N pada ujung tiang, yang
didasarkan pada persamaan berikut (Sosrodarsono dan
Nakazawa, 2005: 100).

N¯ = Harga N untuk perencanaan tanah pondasi pada


ujung tiang.
N1 = Harga N pada ujung tiang.
N2 = Harga rata-rata N pada jarak 4D dari ujung tiang.
1
9

2.2.3.2 Tiang Kelompok


Pada keadaan sebenarnya jarang sekali kita dapati
tiang pancang yang berdiri sendiri (single pile) seperti
keadaan di atas, akan tetapi kita sering mendapat
pondasi tiang pancang kelompok (pile group). Di atas
pile group biasanya kita letakkan suatu konstruksi poer
(footing) yang mempersatukan kelompok tiang tersebut.
(Sardjono, 1991:51). Dalam perhitungan – perhitungan
poer dianggap/dibuat kaku sempurna sehingga:

 Bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang


tersebut menimbulkan penurunan maka setelah
penurunan bidang poer tetap akan merupakan bidang
datar.
 Gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus
dengan penurunan tiang-tiang tersebut. (Sardjono,
1991:51)
Menurut Hardiyatmo (2010: 212) kapasitas
kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah
kapasitas tiang tunggal yang berada dalam
kelompoknya. Hal ini terjadi jika tiang dipancang dalam
lapisan pendukung yang mudah mampat atau
dipancang pada lapisan yang tidak mudah mampat,
namun dibawahnya terdapat lapisan lunak. Dalam
kondisi tersebut, stabilitas kelompok tiang tergantung
dari dua hal, yaitu:
1. Kapasitas dukung tanah di sekitar dan di bawah
kelompok tiang dalam mendukung beban total struktur.
2. Pengaruh penurunan konsolidasi tanah yang terletak di
bawah kelompok tiang.
20

Jika tiang-tiang dipancang pada lapisan yang agak


kuat tapi dapat mampat (misalnya lempung kaku), atau
dipancang pada lapisan yang tidak mudah mampat
(misalnya pasir padat), tetapi lapisan tersebut berada di
atas lapisan tanah lunak, maka kapasitas kelompok
tiang mungkin lebih rendah dari jumlah kapasitas
masing-masing tiang. Hal ini karena kapasitas dukung
ijin pondasi tiang akan dibatasi oleh penurunan
toleransi. (Hardiyatmo 2010: 212).
Kapasitas dukung kelompok tiang dinyatakan
dengan persamaan (Terzaghi dan Peck, 1948):

Dimana:
Qg = kapasitas ultimit kelompok, nilainya harus tidak
melampaui nQu (dengan n = jumlah tiang dalam
kelompoknya) (KN)
C = kosehi tanah di sekeliling kelompok tiang (kN/m2)
Cb = kohesi tanah di bawah dasar kelompok tiang
(kN/m2)
B = lebar kelompok tiang, dihitung dari pinggir tiang-
tiang (m)

2.2.4 Efisiensi Tiang Kelompok


Menurut Coduto (1983), efisiensi tiang bergantung
pada beberapa faktor, yaitu :
1. Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.
2. Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan
dukung ujung).
3. Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang.
2
1

4. Urutan pemasangan tiang.


5. Waktu setelah pemasangan.
6. Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.
7. Arah dari beban yang bekerja.
Persamaan untuk menghitung efisiensi kelompok
tiang adalah sebagai berikut :
1. Converse – Lebarre

Dimana :
ɳ = Efisiensi kelompok tiang 𝜃 (deg) = tan -1 (D / s)
m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu baris
s = Jarak pusat ke pusat tiang (m)

Gambar 2.13 Efisiensi Tiang Kelompok

2. Los Angeles Group – Action Formula :

Dimana :

ɳ = Efisiensi kelompok tiang 𝜃 (deg) = tan -1 (D / s)


m = Jumlah baris tiang
n = Jumlah tiang dalam satu
baris D = Diameter tiang (m)
s = Jarak pusat ke pusat tiang (m)
22

Kapasitas ultimit kelompok tiang dengan memperlihatkan


faktor efisiensi tiang yang dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :

Qg = ɳ x n’ x Qu

Dimana :
Qg = Kapasitas ultimit kelompok tiang (KN)
ɳ = Efisiensi kelompok tiang
n’ = Jumlah tiang dalam kelompok
Qu = Kapasitas dukung ijin tiang (KN)

2.2.5 Gesek Dinding Negatif


Bila sebuah tiang berada di dalam tanah timbunan yang
cukup tebal dan ditempatkan di atas tanah yang kompresibel,
maka tanah akan cenderung bergerak ke bawah. Akibat beban
timbunan, terjadi peningkatan tekanan air pori sehingga tanah
tersebut mengalami konsolidasi dan penurunan yang cukup
besar. Jika penurunan tanah di sekitar tiang lebih besar daripada
penurunan tiang, maka akan timbul geseran antara selimut tiang
dengan tanah ke arah bawah yang menyebabkan tiang pancang
tertarik ke bawah.
Gaya geser ke bawah ini dikenal sebagai gesekan negatif
(negative skin friction) atau downdrag. Pada berbagai kondisi,
khususnya pada tanah lempung, distribusi penurunan tanah
akan berubah terhadap waktu karena adanya perubahan
tekanan pori yang mengakibatkan konsolidasi pada tanah.
Berkaitan dengan penyebab penurunan tanah, besamya
gesekan negatif bertambah dengan besamya gerakan relatif
antara selimut tiang dan tanah. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan penurunan tanah adalah profil tanah
dan elevasi muka air tanah, sifat-sifat tanah (kompresibilitas dan
2
3

konsolidasi), serta besamya beban dan lamanya pembebanan.

Gambar 2.14 Skematis Gesekan Negatif pada Pondasi Tiang

2.2.6 Pembebanan Tiang


Untuk mendapatkan nilai gaya-gaya yang bekerja pada
pondasi, perlu dilakukan perhitungan pembebanan struktur.
Pembebanan struktur dihitung perlantai dari struktur paling atas
sampai struktur bawah.
2.2.6.1 Beban Mati
Menurut peraturan SNI (1727:18) beban mati adalah
berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang
terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga,
dinding partisi lengkap, finishing, klading gedung dan
komponen arsitektural dan struktural lainnya serta
peralatan layan terpasang lain termasuk berat keran.
Dalam menentukan beban mati untuk perancangan,
harus digunakan berat bahan dan konstruksi yang
sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika tidak ada
informasi yang jelas, nilai yang harus digunakan adalah
nilai yang disetujui oleh pihak yang berwenang. (SNI
1727:18)
24

2.2.6.2 Beban Hidup


Menurut peraturan SNI 1727 (2013:18) Beban hidup
adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan
penghuni bangunan gedung atau stuktur lain yang tidak
termasuk beban konstruksi dan beban lingkungan,
seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban
banjr, atau bebanmati.
Selain beban hidup adapula beban yang perlu
diperhitungkan dalam perencanaan bangunan atau
struktur lain yaitu beban hidup atap. Menurut peraturan
SNI 1727 (2013:18), beban hidup atap adalah beban
hidup pada atap yang diakibatkan pelaksanaan
pemeliharaan oleh pekerja, peralatan, dan material, dan
selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh
benda bergerak, seperti tanaman atau benda dekorasi
kecil yang tidak berhubungan dengan penghunian.
2.2.6.3 Beban Angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja
pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan
oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin
ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif
dan tekanan negatif (isapan) yang bekerja tegak lurus
pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan
positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m 2,
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup. (Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung No. 3 Tahun
1983).
2
5

2.2.7 Penurunan Pondasi Tiang


Pada waktu pondasi tiang dibebani, tiang akan mengalami
pemendekan dan tanah disekitarnya akan mengalami penurunan
(Hardiyatmo, 2015). Perhitungan penurunan pondasi dilakukan
untuk pencegahan terhadap penurunan pondasi berlebihan
sehingga terjadi kegagalan struktur bangunan.
2.2.7.1 Penurunan Pondasi Tiang Tunggal
Penurunan yang terjadi pada tiang sangat sangat
dipengaruh oleh mekanisme pengalihan beban, maka
penyelesaian untuk perhitungan penurunan hanya bersifat
pendekatan. Perhitungan penurunan pondasi tiang
tunggal dapat diselesaikan dengan menggunakan metode
empiris yang diihitung dengan menggunakan Persamaan
berikut ini.

dengan :
S = penurunan total di kepala tiang (m)
D = dimaeter tiang
Q = beban yang bekerja (kN)
AP= luas penampang tiang (m2 )
L = panjang tiang (m)
EP= modulus elasttisitas tiang (kN/ m2)
2.2.7.2 Penurunan Pondasi Tiang Kelompok
Pada kondisi tertentu, kapasitas dukung ijin tiang lebih
didasarkan pada persyaratan penurunan. Penurunan tiang
terutama bergantung pada nilai banding tahanan ujung
dengan beban tiang. Jika beban yang didukung per tiang
lebih kecil atau sama dengan tahanan ujung tiang,
penurunan yang terjadi akan sangat kecil.
26

Sebaliknya, bila beban per tiang sangat melebihi


tahanan ujung tiang, maka penurunan yang terjadi akan
besar. Pada tiang yang dipancang dalam lapisan
pendukung yang relatif keras dan tidak mudah mampat,
penurunan yang terjadi adalah akibat pemendekan badan
tiang sendiri ditambah penurunan tanah yang berada di
bawah dasar tiang.
Pada keadaan ini, penurunan kelompok tiang akan
kurang lebih sama dengan penurunan tiang tunggal.
Penurunan kelompok tiang terdiri atas 2, antara lain :
1. Penurunan seketika
Penurunan yang dihasilkan oleh distorsi masa tanah
yang tertekan dan terjadi pada volume konstan.
Penurunan pada tanah-tanah berbutir kasar dan tanah
berbutir halus yang tidak jenuh termasuk tipe
penurunan segera setelah terjadi penerapan beban.
Penurunan segera dapat dihitung dengan Persamaan
berikut.

dengan :
μi = faktor koreksi untuk lapisan tanah dengan tebal
terbatas H
μo = faktor koreksi untuk kedalaman pondasi
q = tekanan netto pondasi (P/A)
ES = Modulus elastis tanah
2. Penurunan Jangka Panjang
Penurunan kelompok tiang menggunakan prosedur
sebagai berikut :
a. Tentukan beban kerja.
2
7

b. Beban kerja di atas dialihkan pada kedalaman 2/3


D. Di bawah pile cap. Penurunan tanah di atas
kedalaman tersebut amat kecil dan dapat
diabaikan.
c. Beban kerja disebarkan ke bawah pondasi tiang
dengan perkiraan pola penyebaran vertikal :
horizontal = 2: 1.
d. Tanah dibagi atas lapis – lapis dengan masing-
masing lapis ditentukan parameter kompresibelnya,
tegangan efektif awal (Po’) dan besarnya beban
luar (∆P). Kemudian settlement tiap lapis
dijumlahkan.
Perhitungan penurunan pada masing-masing lapis
dihitung menggunakan Persamaan berikut ini.

dengan :
Spg= penurunan kelompok tiang (m)
Cc = indeks kompresi
∆H = tebal lapisan
(m) eo = angka pori
Po’ = tegangan efektif tanah (kN/ m2)
∆P = tegangan efektif tanah pada lapisan ke-1
(kN/ m2)

Anda mungkin juga menyukai