Anda di halaman 1dari 30

Bab II - Tinjauan Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan

tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya.

Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar bangunan yang kuat yang terdapat dibawah

konstruksi. Pondasi dapat didefinisikan sebagai bagian paling bawah dari suatu

konstruksi yang kuat dan stabil (solid). Dalam perencanaan pondasi untuk suatu struktur

dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan pondasi berdasarkan fungsi

bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut, besarnya

beban dan beratnya bangunan atas, keadaan tanah dimana bangunan tersebut didirikan

dan berdasarkan tinjauan dari segi ekonomi.

Semua konstruksi yang direncanakan, keberadaan pondasi sangat penting mengingat

pondasi merupakan bagian terbawah dari bangunan yang berfungsi mendukung

bangunan serta seluruh beban bangunan tersebut dan meneruskan beban bangunan itu,

baik beban mati, beban hidup dan beban gempa ke tanah atau batuan yang berada

dibawahnya. Bentuk pondasi tergantung dari macam bangunan yang akan dibangun dan

keadaan tanah tempat pondasi tersebut akan diletakkan, biasanya pondasi diletakkan

pada tanah yang keras.

Pemilihan jenis struktur bawah (sub-structure) yaitu pondasi, menurut Suyono

(1984) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

- Keadaan tanah pondasi

II-1
Bab II - Tinjauan Pustaka

Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang sesuai.

Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras

dan sebagainya.

- Batasan-batasan akibat struktur di atasnya

Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal ini

meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban) dan sifat

dinamis bangunan di atasnya (statis tertentu atau tak tentu, kekakuannya, dll.)

- Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya

Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek, dimana perlu diingat

bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun membahayakan bangunan

dan lingkungan yang telah ada di sekitarnya.

- Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan

Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan biaya

pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan

pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan.

2.2 Macam-macam Pondasi

Pondasi adalah bagian terendah bangunan yang meneruskan beban bangunan ketanah

atau batuan yang berada dibawahnya. Klasifikasi pondasi dibagi 2 (dua) yaitu:

2.2 1. Pondasi dangkal

Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung seperti:
a. Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom

(Gambar 2.1b).

II - 2
Bab II - Tinjauan Pustaka

b. Pondasi memanjang yaitu pondasi yang digunakan untuk mendukung

sederetan kolom yang berjarak dekat sehingga bila dipakai pondasi telapak

sisinya akan terhimpit satu sama lainnya (Gambar 2.1a).


c. Pondasi rakit (raft foundation) yaitu pondasi yang digunakan untuk

mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila

susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat disemua arahnya, sehingga

bila dipakai pondasi telapak, sisi-sisinya berhimpit satu sama lainnya

(Gambar 2.1c).

2.2 2. Pondasi dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras

atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:


a. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan

antara pondasi dangkal dan pondasi tiang (Gambar 2.1d), digunakan bila

tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relative dalam, dimana

pondasi sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4,

sedangkan pondasi dangkal Df/B≤ 1.


b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada

kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah

kerasnya terletak pada kedalaman yang sangat dalam (Gambar 2.1e).

Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang

disbanding dengan pondasi sumuran (Bowles, 1991).

II - 3
Bab II - Tinjauan Pustaka

Gambar 2.1. Macam-macam tipe pondasi: (a) Pondasi memanjang, (b) Pondasi
telapak, (c) Pondasi rakit, (d) Pondasi sumuran, (e) Pondasi tiang.
(H. C. Hardiyatmo)

2.3 Pondasi Tiang

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya

orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat

menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat

di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi.


Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat

terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat juga digunakan untuk mendukung

II - 4
Bab II - Tinjauan Pustaka

bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan

tingkat yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin. Tiang-

tiang juga digunakan untuk mendukung bangunan dermaga. Pada bangunan ini, tiang–

tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan kapal dan gelombang air.


Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang adalah untuk memindahkan atau

mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (upper struktur) ke lapisan tanah

keras yang letaknya sangat dalam. Kebanyakan pondasi tiang dipancangkan ke dalam

tanah, akan tetapi ada beberapa type yang dicor setempat dengan cara dibuat lubang

terlebih dahulu dengan mengebor tanah, pondasi ini dikategorikan sebagai pondasi

Bore Pile.

2.4 Pondasi Tiang Pancang

Pemakaian pondasi tiang pancang dipergunakan untuk suatu bangunan apabila

tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing

capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila

tanah keras yang mana mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat

bangunan dan letaknya sangat dalam. Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk

memindahkan atau mentransferkan beban – beban dari konstruksi diatasnya (uper

structure) kelapisan tanah yang lebih dalam.


Menurut bahan yang digunakan, tiang pancang dibagi 4 yakni :
1. Tiang pancang kayu
2. Tiang pancang beton
3. Tiang pancang baja
4. Tiang pancang composite

2.5 Pondasi Bored Pile

Bore pile dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu,

baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya, dipakai pada tanah

yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil

II - 5
Bab II - Tinjauan Pustaka

dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan

dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah

yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan

dukung ujung tiang.


Daya dukung Bored pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity)

yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau selimut (friction

bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara

bored pile dan tanah disekelilingnya. Bored pile berinteraksi dengan tanah untuk

menghasilkan daya dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada

struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu

penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam

penentuan kapasitas daya dukung bored pile yaitu dengan menggunakan metode

statis dan metode dinamis.


Ada berbagai jenis pondasi bore pile yaitu:
a. Bore pile lurus untuk tanah keras (Gambar 2.2a)
b. Bore pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel (Gambar 2.2b)
c. Bore pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapezium (Gambar 2.2c)
d. Bore pile lurus untuk tanah berbatu-batuan (Gambar 2.2d)

Gambar 2.2. Jenis pondasi bore pile


Ada beberapa alasan digunakannya pondasi bore pile dalam konstruksi :
1. Bore pile tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
2. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
3. Bore pile dapat didirikan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya.

II - 6
Bab II - Tinjauan Pustaka

4. Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah akan mengakibatkan

kerusakan pada bangunan yang ada di dekatnya, tetapi dengan penggunaaan

pondasi bore pile hal ini dapat dicegah.


5. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan

membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya

bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi bore pile.
6. Selama pelaksanaan pondasi bore pile tidak ada suara yang ditimbulkan oleh

alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang pancang.
7. Karena dasar dari pondasi bore pile dapat diperbesar, hal ini memberikan

ketahanan yang besar untuk gaya keatas.


8. Permukaan diatas dimana dasar bore pile didirikan dapat diperiksa secara

langsung.
9. Pondasi bore pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
Beberapa kelemahan dari pondasi bore pile :
1. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran,

dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai

keadaan cuaca memungkinkan atau memasang tenda sebagai penutup.


2. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa

pasir atau tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan

longsor.
3. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak

dapat dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa tremie

berjarak 25-50 cm dari dasar lubang pondasi.


4. Pembesaran ujung bawah tiang tidak dapat dilakukan bila tanah berupa pasir.
5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan

tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang, maka air

yang mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali ke dalam kolam air.
6. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak

dilakukan maka dipasang casing untuk mencagah kelongsoran.

II - 7
Bab II - Tinjauan Pustaka

7. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton, untuk

pekerjaan kecil mengakibatkan biayanya sangat melonjak, maka ukuran tiang

bored pile disesuaikan dengan beban yang dibutuhkan.


8. Walaupun peneterasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah

terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna

karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar, maka dipasang pipa paralon

pada tulangan bored pile untuk pekerjaan base grouting.

2.6 Metode Pelaksanaan Pondasi Bored Pile

Pondasi bore pile dilaksanakan dengan menggali lubang bor dan mengisinya

dengan material beton. Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing

di bawah tanah. Untuk menjaga stabilitas dinding lubang bor agar tanah tidak

mengalami longsoran, dapat digunakan casing atau slurry. Bila lubang bor telah siap

maka tulangan dimasukkan diikuti dengan memasukkan tremi dan beton siap dicor ke

dalamnya. Metode konstruksi bore pile beragam disesuaikan dengan kondisi tanah di

lapangan. Berikut tiga metode konstruksi bore pile yang umum digunakan:

2.6 1. Pelaksanaan dengan cara kering

Cara ini sesuai untuk tanah kohesif dan pada tanah dengan elevasi muka air tanah

di bawah dasar lubang bor, atau jika pemeabilitas tanah sangat kecil sehingga

pengecoran beton dapat dilakukan sebelum air tanah masuk ke dalam lubang bor.

Ilustrasi metode konstruksi dengan cara kering ditunjukkan pada Gambar 2.3.

II - 8
Bab II - Tinjauan Pustaka

Gambar 2.3. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor dengan Cara Kering (a)
Pemboran Tanah, (b) Pengisian Material Beton, (c) Penempatan
Tulangan, (d) Tiang Bor yang Telah Selesai (Sumber:
Bowles,1996)

2.6 2. Pelaksanaan dengan casing

Casing diperlukan untuk menahan runtuhan tanah ke dalam lubang bor pada

pengecoran di atas tanah atau di tengah air, misalnya pada pondasi dermaga atau

jembatan. Panjang casing perlu mencakup seluruh bagian tanah yang dapat

runtuh akibat penggalian. Casing tidak boleh dicabut mendahului elevasi beton

karena tekanan air di sekeliling dinding dapat menyebabkan curing beton tidak

sempurna dan mungkin saja casing tidak dicabut karena kesulitan di lapangan.

Ilustrasi metode konstruksi dengan menggunakan casing ditunjukkan pada

Gambar 2.4.

II - 9
Bab II - Tinjauan Pustaka

Gambar 2.4. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor dengan Menggunakan


Casing (a) Pemboran Tanah, (b) Instalasi Casing, (c) Pemboran
Tanah sampai Kedalaman Rencana, (d) Pengisian Material Beton
dan Pengeluaran Casing (Sumber: Bowles, 1996)

2.6 3.Pelaksanaan dengan slurry

Metode ini diperlukan untuk kondisi yang sama halnya dengan kondisi yang

membutuhkan casing. Tinggi slurry dalam lubang bor harus mencukupi untuk

memberikan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan air di sekitar lubang bor.

Bahan yang umum digunakan sebagai slurry adalah bentonite. Slurry tidak dapat

dibiarkan terlalu lama berada pada lubang galian agar mencegah pembentukan

bahan kental pada dinding lubang bor yang dapat mengurangi kapasitas gesekan

selimut tiang bor. Langkah-langkah pelaksanaan pondasi tiang bor menggunakan

slurry ditunjukkan pada Gambar 2.5.

II - 10
Bab II - Tinjauan Pustaka

Gambar 2.5. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor dengan Menggunakan


Slurry (a) Pembuatan Lubang Bor Disertai dengan Pengisian
Slurry, (b) Penempatan Tulangan, (c) Pengisian MaterialBeton,
dan (d) Tiang Bor yang Telah Selesai (Sumber: Bowles, 1996)

2.7 Kapasitas Daya Dukung Bore Pile Dari Data SPT

Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis dengan

memasukkan suatu alat yang dinamakan split spoon kedalam tanah. Dengan percobaan

ini akan diperoleh kepadatan relatif (relative density), sudut geser tanah (Ф)

berdasarkan nilai jumlah pukulan (N).

Daya dukung aksial pondasi tiang bor merupakan penjumlahan daya dukung

akibat friksi sepanjang tiang dan daya dukung ujung tiang. Secara umum kapasitas

daya dukung ultimit pondasi tiang (Qu) terhadap beban aksial dapat dihitung dengan

rumus:
II - 11
Bab II - Tinjauan Pustaka

Qu = Qp + Qs

Dimana:
Qu = daya dukung ultimit tiang (ton)
Qp = daya dukung ultimit ujung tiang (ton)
Qs = daya dukung ultimit selimut tiang (ton)
Perkiraan kapasitas daya dukung pondasi bore pile pada tanah pasir dan silt didasarkan

pada data uji lapangan SPT, ditentukan dengan perumusan sebagai berikut :

1. Daya dukung ujung pondasi bore pile (end bearing), (Meyerhof).

Qp = 40 x Nb x Ap

Dimana :
Ap = Luas penampang bore pile, (m²)
Nb = Nilai N – SPT pada elevasi dasar tiang.
Qp = Daya dukung ujung tiang, (ton)
Keterangan :
Untuk N ≤ 60 maka qp = 7 N (t/m²)< 400 (t/m²)
Untuk N > 60 maka qp = 400 (t/m²)

2. Daya dukung selimut bore pile (skin friction), (Meyerhof).

Qs = 0.2 N x As

Dimana :
As = Luas selimut tiang (m2), (As = Li x p)
Li = Panjang lapisan tanah (m)
p = Keliling tiang (m)
Qs = Daya dukung selimut tiang, (ton)
N = Harga N – SPT rata – rata.

II - 12
Bab II - Tinjauan Pustaka

3. Daya dukung ujung pondasi bored pile (end bearing), (Resse & Wright)

Qp = Ap . qp

qp = 9 . cu
cu = (N-SPT x 2/3 x 10)
Dimana :
Qp = Daya dukung ujung tiang (ton).
Ap = Luas penampang bored pile (m2).
qp = Tahanan ujung per satuan luas (ton/m).
cu = Kohesi tanah (ton/m2).

4. Daya dukung selimut bored pile (skin friction), (Resse & Wright)
Qs = f . L . p

Dimana :
f = Tahanan satuan skin friction, (ton/m2)
L = Panjang tiang (m)
P = Keliling tiang (m)
Qs = Daya dukung selimut tiang (ton)

Pada tanah kohesif :

f = α . cu

dimana :
α = Faktor adhesi.
- Berdasarkan penelitan Reese & Wright (1977) α = 0,55.

- Metode Kulhaway (1984), berdasarkan Grafik Undrained Shearing Resistance

vs. Adhesion Factor.

Cu= Kohesi tanah (ton/m2).


II - 13
Bab II - Tinjauan Pustaka

Gambar 2.6. Tahanan geser selimut bored pile pada tanah pasiran

2.8 Pile Driving Analyzer (PDA)

Pile driving analyzer (PDA) adalah alat uji untuk mengevaluasi daya dukung tiang

pondasi, baik berupa tiang pancang maupun tiang bor. PDA test merupakan salah satu

jenis pengujian pondasi dengan memberikan impact/tumbukan kepada pondasi dengan

hammer dimana pondasi tersebut telah dipasangi sensor transducer (velocity) dan

Accelerometer (Force). PDA merekam regangan dan percepatan gelombang yang

terjadi akibat tumbukan dari palu yang dijatuhkan diatas kepala tiang dari ketinggian

tertentu. Daya dukung tiang dari hasil PDA akan dianalisa lebih lanjut dengan

menggunakan program CAPWAP (Case Pile Wave Analysis Program), yaitu metoda

untuk menentukan persamaan gelombang berdasarkan parameter tanah aktif akibat

beban impact.

Adapun hasil yang didapat dari PDA test adalah :

1. Kapasitas daya dukung tiang

2. Nilai keutuhan tiang

II - 14
Bab II - Tinjauan Pustaka

3. Penurunan /displacemen tiang

4. Efisiensi dari transfer energy pukulan palu/hammer terhadap tiang

2.9 Uji Pembebanan Statik

Untuk mengetahui daya dukung aksial actual dari podasi bored pile juga

penurunan yang terjadi, maka dilakukan pengujian beban static skala penuh dengan

kentledge di lapangan. Prosedur uji pembebanan dilakukan berdasarkan American

Standart for Testing Material “ Standar Method of Testing Pile Under Axial

Compressive Load” ASTM Destignation D. 1143-81.

Pembebanan dilakukan dengan menggunkan blok-blok beton yang disusun diatas

rangka baja. Blok blok beton ini dimaksudkan berfungsi sebagai beban kontra untuk

uji aksial. Pemberian beban dilakukan dengan menggunkan hydraulic jack dan

pembacaan beban dilakukan dengan memasang manometer. Penurunan kepala tiang

bor diukur dengan menggunakan dial gauge.

2.9.1 Prosedur Pengujian


Proses pelaksanaan pengujian ada beberapa tahapan-tahapan yang terdiri dari :
1. Besar beban maksimum untuk uji aksial tekan adalah 200% dari beban

rencana dengan langkah-langkah penambahan beban : 0%, 25%, 50%, 75%,

125%, 150%, 175%, 200%.


2. Pertahankan penambahan beban hingga kecepatan penurunan tidak lebih dari

0,25 inch/jam, tetapi tidak lebih dari 2 (dua) jam.


3. Pertahankan beban 200% hingga 24 jam.

4. Setelah pembebanan pada massa tersebut, lalu beban dikurangi 25% dengan interval
waktu 1(satu) jam untuk setiap pengurangan.

II - 15
Bab II - Tinjauan Pustaka

4. Setelah pembebanan selesai hingga pengurangan menjadi 0%, tiang kembali

dibebani dengan kenaikan beban 50% dari beban rencana yaitu 50% dari

beban rencana yang diizinkan dengan interval waktu 20 menit untuk setiap

penambahan beban.
5. Tambahkan beban setiap 10% dari beban rencana dengan interval waktu 20

menit sampai terjadi keruntuhan.


Dalam hal ini, uji pembebanan vertical dilaksanakan 4 cycle yaitu :
Cycle I : 0%, 25%, 50%, 25%, 0%
Cycle II : 0%, 50%, 75%, 100%, 75%, 50%,0%
Cycle III : 0%, 50%, 75%, 100%, 125%, 150%, 125%, 100%, 50%, 0%
Cycle IV : 0%, 50%, 75%, 100%, 150%, 175%, 200%, 175%, 150%, 100%,

75%, 50%, 0%

2.9.2 Interpretasi Data Uji Pembebanan (Loading Test) untuk Daya Dukung

dengan Metode Davisson


Jika kurva beban penurunan telah diperoleh dari uji beban tiang, maka dapat

diestimasi beban ultimit yang menyebabkan runtuhnya tiang. Bila tiang pada

lembung lunak penentuan beban ultimit relative mudah karena kurvanya akan

berbentuk serperti kurva A (Gambar 2.7), di mana beban yang menyebabkan

kerunthan tiang adalah pada beban yang konstan namun penurunan yang terjadi

berlebihan. Akan etapi, bila tiang pada psir, tanah-tanah campuran atau lembpung

kaku, untuk menentukan titik keruntuhan tiang pada kurva beban penurunan

menjadi sulit karena kurva B (Gambar 2.8)

II - 16
Bab II - Tinjauan Pustaka

Gambar 2.7. Kurva beban penurunan untuk tanah tertentu (Hardiyatmo,2002)

Davisson (1983), mengusulkan cara yang telah banyak dipakai pada saat ini, Cara
mendefenisikan kapasitas ultimit tiang pada penurunan tiang sebesar (Gambar 2.8).

Gambar 2.8. Metode Davisson (Hardiyatrmo, 2002)

0,012 dr + 0,1 d/dr +QD/(AE)


Dimana : d : diameter/lebar tiang
dr : lebar referensi = 1ft = 300 mm
Q : beban yang bekerja pada tiang
D : kedalaman tiang
II - 17
Bab II - Tinjauan Pustaka

A : Luas tampang tiang


E : modulus elastis tiang
σr : 0,1 Mpa

2.10 Faktor Aman

Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas

ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud :

1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang

digunakan.

2. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas

tanah.

3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban

yang bekerja.

4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau

kelompok tiang masih dalam batas-batas toleransi.

5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di anatara tiang-tiang masih

dalam batas-batas toleransi (Hardiyatmo,2006).

Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan diameter < 2 m:

Untuk tiang tanpa pembesaran di bagian bawahnya:

II - 18
Bab II - Tinjauan Pustaka

Bila diameter tiang lebih dari 2 m, kapasitas tiang ijin perlu dievaluasi dari

pertimbangan penurunan tiang. Selanjutnya, penurunan struktur harus pula dicek

terhadap persyaratan besar penurunan toleransi yang masih diijinkan. Faktor aman

(F) untuk tiang bor juga bergantung terutama pada informasi dari hasil uji beban

statis, keseragaman kondisi tanah, dan ketelitian program penyelidikan tanah. Nilai-

nilai tipikal faktor aman untuk tiang bor yang disarankan, ditunjukkan dalam Tabel .

Nilai-nilai dalam tabel tersebut berlaku untuk bangunan-bangunan pada umumnya.

Untuk bangunan-bangunan yang khusus, maka nilai-nilai faktor amannya dapat

ditambah atau dikurangi.

Tabel 2.1 Faktor aman

Sumber : Hardiyatmo, 2010

Pada umumnya, faktor aman untuk beban tarik lebih besar dari beban tekan. Hal

ini, dikarenakan keruntuhan akibat beban tarik lebih bersifat segera dan

merusakkan terutama pada saat gempa

II - 19
Bab II - Tinjauan Pustaka

2.11 Kerangka Berfikir

Dalam tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yang dianggap penting sebagai

modal awal dalam melakukan studi secara keseluruhan. Kegiatan-kegiatan tersebut

antara lain studi literatur dan penentuan lingkup studi. Studi literatur dilakukan

dengan tujuan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang studi yang akan

dilaksanakan, sedangkan dalam penentuan lingkup studi terdapat tiga bagian utama

yang dilakukan yaitu identifikasi masalah, penentuan tujuan dan batasan studi.

II - 20
Bab II - Tinjauan Pustaka

Tempat/
No. Peneliti Judul Tujuan Variabel Kesimpulan
Tahun

1. Ully Nurul Universitas ANALISA DAYA Menghitung daya dukung Metode perhitungan Dari hasil perhitungan

Fadilah, Persada DUKUNG PONDASI dan penurunan pondasi rumus Reese & diperoleh bahwa daya

Halimah Indonesia YAI / BORED PILE dari data N-SPT Wright(Variable X) dukung ultimate menurut

Tunafiah, November 2018 BERDASARKAN DATA Daya dukung dan metode konvensional

N-SPT MENURUT penurunan bored lebih kecil daripada daya

RUMUS REESE pile(Variable Y) dukung hasil PDA test.

WRIGHT DAN

PENURUNAN

2. Livia, dan Universitas STUDI KAPASITAS 1. Menghitung kapasitas Metode perhitungan Nilai rata-rata persentase

Andrian Tarumanegara / TIANG BOR daya dukung pondasi manual dan PDA test perbedaan daya dukung

Suhendra Agustus 2018 BERDASARKAN bored pile dari hasil SPT, (Variable X) Kapasitas pondasi tiang bor secara

METODE PILE dan data parameter kuat daya dukung pondasi keseluruhan untuk tanah

DRIVING ANALYZER geser tanah. (Variable Y) kohesif dan non-kohesif


II-21
Bab II - Tinjauan Pustaka

(PDA) DAN LOAD 2. Membandingkan hasil paling besar

CELL perhitungan daya dukung menggunakan metode

tiang bor dengan hasil dari Kulhawy yaitu 42% dan

pile driving analyzer 34% sedangkan yang

dan/atau load cell. paling kecil untuk tanah

3. Menganalisa kohesif menggunakan

perhitungan kapasitas daya metode Meyerhof yaitu

dukung pondasi bored 19%, untuk tanah non-

pile. kohesif menggunakan

metode Decourt yaitu

28%.

3. Eko Universitas ANALISIS DAYA Mengetahui daya dukung Perhitungan dengan Daya dukung ultimit

Yuliawan, Muhammadiyah DUKUNG DAN dan penurunan pondasi berbagai metode terbesar berdasarkan

Tanjung jakarta / Juli PENURUNAN bored pile dengan (Variable X) daya pengujian SPT diperoleh

PONDASI TIANG berbagai metode dan data dukung dan melalui perhitungan
II - 22
Bab II - Tinjauan Pustaka

rahayu 2018 BERDASARKAN sekunder penurunan (Variabel dengan metode Meyerhof,

PENGUJIAN SPT Y) diikuti oleh metode

ResseWright.

II - 23
Bab II - Tinjauan Pustaka

4. Astrya Universitas ANALISIS DAYA Menghitung nilai daya Perhitungan daya Terdapat sedikit

Simalango, Sumatera Utara/ DUKUNG DAN dukung ultimit aksial dan dukung dan penuruan perbedaan daya dukung

Rudi Iskandar 2014 PENURUNAN daya dukung ijin pondasi dengan metode dan penurunan dengan

PONDASI TIANG secara analitis dan metode analitis dan metode beberapa metode yang

PANCANG DENGAN elemen hingga , tak hingga (Variable digunakan. Perbedaan

METODE ANALITIS menghitung daya dukung X) perbandingan daya tersebut disebabkan oleh

DAN METODE ultimit lateral tiang dukung dari dua perbedaan jenis tanah,

ELEMEN HINGGA pancang menghitung metode perhitungan kedalaman yang ditinjau,

PADA BORE HOLE II efisiensi kelompok tiang (Variable Y) cara pelaksanaan

pancang,menghitung pengujian, faktor

penurunan tiang pancang keamanan dan perbedaan

dan tiang pancang parameter yang

kelompok digunakan dalam

perhitungan.

5. Mhd Zulfadli Universitas ANALISIS DAYA mencari hasil evaluasi dan Daya dukung dari Hasil perhitungan nilai
II - 24
Bab II - Tinjauan Pustaka

batubara, Sumatera DUKUNG PONDASI perbandingan daya hasil perhitungan daya dukung ultimate

Roesyanto Utara / 2015 BORED PILE DENGAN dukung aksial perencanaan manual, aplikasi dan untuk pada bore hole -21

MENGGUNAKAN pondasi bored pile tes lapangan (Variable berdasarkan SPT

METODE ANALITIS berdasarkan data SPT X) Perbandingan dan menggunakan metode

DAN PROGRAM menggunakan metode evaluasi nilai daya Reese and Wright

PLAXIS V.8.6 (STUDI Reese and Wright dengan dukung (Variable Y) didapatkan Qu = 1794,00

KASUS JALAN daya dukung Softwere ton, menggunakan Plaxis

LAYANG KERETA Plaxis. versi 8.6 Qu = 822,99 ton

APIMEDAN – BANDAR dan Berdasarkan PDA

KHALIPAH KM 0+800) didapatkan Qu = 800,00

ton.

6. Ulfa jusi Sekolah Tinggi ANALISA KUAT 1. Menghitung kuat Data penyelidikan Dari hasil perhitungan

Teknologi DUKUNG PONDASI dukung pondasi bored pile tanah sondir, dan SPT kapasitas kuat dukung

Pekanbaru / BORED PILE tunggal dari data hasil (Variable X) bored pile dari data sondir

2015 BERDASARKAN DATA sondir, dan hasil N-SPT. Perbandingan kuat pada studi kasus tersebut,
II - 25
Bab II - Tinjauan Pustaka

PENGUJIAN 2. Membandingkan hasil dukung dari berbagai metode Schertmann dan

LAPANGAN (CONE kuat dukung bored pile metode (Variable Y) Nottingham lebih optimis,

DAN N-STANDARD dengan metode begitu pula metode

PENETRATION TEST) penyelidikan dari data O’Neil dan Reese untuk

sondir, dan data N-SPT. data N-SPT dengan safety

factor yang relatif kecil.

7. Livia, Universitas STUDI KAPASITAS Mengetahui perbandingan Perhitungan kuat Berdasarkan perhitungan

Ansryan Tarumanegara / TIANG BOR nilai kapasitas dukung dukung dengan terdapat perbedaan antara

Suhendra Agustus 2018 BERDASARKAN tiang bor menggunakan manual dan PDA test hasil daya dukung dari

METODE PILE perhitungan manual (Variable X) perhitungan manual

DRIVING ANALYZER (metode Reese&Wright, Perbandingan kuat dengan hasil daya dukung

(PDA) DAN LOAD Meyerhof, Decourt, dukung dari berbagai dari PDA dan/atau load

CELL Kulhawy, Tomlinson) serta metode (Variable Y) cell. Perbedaan tersebut

hasil tes PDA dan/atau disebabkan oleh beberapa

Load Cell. faktor baik faktor dari


II - 26
Bab II - Tinjauan Pustaka

lapangan maupun faktor

secara teori.

8. Shita Rosita Universitas PERBANDINGAN Menentukan kapasitas Perhitungan kuat Perbandingan kapasitas

Lailaningrum Sebelas Maret/ KAPASITAS DUKUNG dukung pondasi minipile dukung dengan data dukung pondasi minipile

, Niken Silmi September 2014 PONDASI MINIPILE dengan analisis SPT dan data PDA yang didapat dengan

Sujandari, DENGAN RUMUS perhitungan berdasarkan test (Variable X) rumus statis, hasil uji

Yusep Muslih STATIS, HASIL UJI SPT, rumus statis dan data SPT Perbandingan Qu(lab) SPT, dan hasil uji PDA

Purwana DAN HASIL UJI PDA yang dihitung dengan dan Qu(STP)(Variable mengalami perbedaan

beberapa metode. Data Y) yang satu dengan lainnya.

yang digunakan untuk Hal ini ditinjau dari nilai

penelitian adalah data rasio kapasitas dukung

penyelidikan tanah dengan Qu(lab), dan Qu(SPT),

uji SPT, dan uji PDA. adalah kurang dari 1.

Nilai ini menunjukkan

bahwa Qu(lab) dan


II - 27
Bab II - Tinjauan Pustaka

Qu(SPT) yang didapat

mendekati dengan

kapasitas dukung pondasi

yang sudah terpasang dan

telah diuji pembebanan

dengan uji PDA.

9. Gogot Setyo Universitas Bearing capacity of pile To to study the accuracy Static Load Test (SLT) The ultimate bearing

Budi, Melisa Kristen petra / foundations embedded in of bearing capacity of and Pile Driving capacity of the piles

Kosasi, Dewi 2015 clays and sands piles foundation predicted Analyzer (PDA) test embedded in clays layer
layer predicted using
Hindra using PDA test compared (Variable X) the that predicted using PDA
PDA test and static load
Wijaya to that determined from comparation of test varies significantly
test
Sumajouw, S. Static Load Test. In ultimate bearing high compared to that

O. Dapas, R. addition, the effect of soil capacity of pile determined from SLT

S. Windah type on the bearing foundations by two results. While the ultimate

capacity of piles predicted bearing capacity of the


II - 28
Bab II - Tinjauan Pustaka

using PDA is also method(Variable Y). piles embedded in sands

presented layer that predicted by

PDA test is smaller

compared to that

determined from SLT

results.

10. Wojciech Opole Methods for Estimating To present the selected The variation of soil The results obtained open

Kozowski, University of the Load Bearing methods of estimating the test(Variable X) the up various possibilities

Dariusz Technology/ Capacity of Pile load bearing capacity tests using several for use in all types of land
Foundation Using the
Niemczynski 2016 based on direct parameters field methods, investigations for
Results of Penetration
obtained from the results compare and correlate engineering design
Tests - Case Study of
Road Viaduct Foundation of static probing test of them, and verify them practices. each method

ground, which are mainly wiht the results of has its own accuracy and

used in engineering in laboratory tests weaknesses.

Poland and Europe and


II - 29
Bab II - Tinjauan Pustaka

which form the basis for (Variable Y)

new ideas and concepts for

calculation.

II - 30

Anda mungkin juga menyukai