EKSPERIMEN FISIKA I
PENYUSUN
Dra. Jorena, M.Si
Dra. Yulinar Adnan, M.T
Asisten 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya Buku Panduan Eksperimen Fisika I dapat diselesaikan. Buku panduan ini
diperuntukkan bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah Eksperimen Fisika I di jurusan
Fisika FMIPA.
Buku panduan ini disusun secara singkat dan padat, dengan harapan mahasiswa dapat
mengembangkan ilmunya baik dari hasil eksperimen maupun dari sumber informasi lainnya.
Buku panduan ini merupakan pembaharuan dari buku panduan sebelumnya dengan
memperbaharui salah satu mekanisme percobaan untuk disesuaikan dengan ketersediaan
peralatan-peralatan di Laboratorium Eksperimen Fisika.
Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini, kami, sebagai pelaksana kegiatan, menyampaikan terima kasih kepada pihak
jurusan yang telah banyak membantu dalam perbaikan kinerja laboratorium, laboran yang telah
membantu dalam pemeliharaan dan perbaikan alat, dan juga semua asisten yang telah bekerja
keras agar kegiatan eksperimen berjalan dengan sempurna.
Indralaya, 2022
Kepala Lab. Eksperimen Fisika
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
PERCOBAAN I RADIASI BENDA HITAM ........................................................................... 1
Tujuan Percobaan................................................................................................................... 1
Dasar Teori............................................................................................................................. 1
Alat dan Bahan ....................................................................................................................... 2
Prosedur Percobaan ................................................................................................................ 2
Tabel Pengamatan .................................................................................................................. 3
Tugas Akhir ........................................................................................................................... 4
PERCOBAAN II PENENTUAN PANJANG GELOMBANG LASER DIODA ..................... 5
Tujuan Percobaan................................................................................................................... 5
Dasar Teori............................................................................................................................. 5
Alat dan Bahan ....................................................................................................................... 6
Prosedur Percobaan ................................................................................................................ 7
Tabel Pengamatan .................................................................................................................. 7
PERCOBAAN III SPEKTROSKOPI ATOM ........................................................................... 8
Tujuan Percobaan................................................................................................................... 8
Dasar Teori............................................................................................................................. 8
Kisi Difraksi ....................................................................................................................... 8
Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 10
Prosedur Percobaan .............................................................................................................. 10
Tabel Pengamatan ................................................................................................................ 11
PERCOBAAN IV PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN ............................................... 12
Tujuan Percobaan................................................................................................................. 12
Dasar Teori........................................................................................................................... 12
Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 14
Keterangan Tombol ............................................................................................................. 14
Prosedur Percobaan .............................................................................................................. 15
Tabel Pengamatan ................................................................................................................ 15
PERCOBAAN V KARAKTERISTIK TABUNG GEIGER MÜLLER .................................. 16
Tujuan Percobaan................................................................................................................. 16
Dasar Teori........................................................................................................................... 16
Alat dan Bahan ..................................................................................................................... 17
Dasar Teori
Hukum radiasi Stefan-Boltzmann menjelaskan tentang emisi total suatu radiator benda
hitam, di mana pada keadaan tersebut, menunjukkan bahwa energi radiasi total yang
dipancarkan oleh benda hitam pada ruang terbuka per satuan waktu adalah sebanding dengan
pangkat empat dari temperatur dalam kelvin (K). Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut,
𝑅𝑏 = 𝑒𝜎𝑇 4
dengan: Rb = daya radiasi yang dipancarkan per satuan luas (W/m2)
e = emisivitas (benda hitam = 1)
σ = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67×10-8 W/m2 K4)
T = temperatur benda (K)
Diambilnya benda hitam sebagai radiator adalah suatu idealisasi karena semua
permukaannya memantulkan sebagian dari radiasi yang datang. Untuk keperluan laboratorium,
suatu benda hitam dapat dimisalkan sebagai suatu rongga seperti bola berongga yang dinding
di dalamnya dipertahankan pada suhu konstan. Radiasi dari luar masuk melalui rongga
tersebut, terjebak, dan akhirnya terserap. Rongga tersebut secara konstan terus memancarkan
dan menyerap radiasi dan inilah sifat-sifat dari radiasi benda hitam (Beiser, 2003).
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui antar variabel temperatur dan daya radiasi dari
benda hitam dengan menggunakan konsep linearitas. Adapun linieritas suatu fungsi didapatkan
dengan mengetahui slope dan intercept fungsi tersebut terlebih dahulu. Slope dirumuskan
sebagai,
𝑥̅ 𝑦̅ − 𝑥𝑦
̅̅̅
𝑎=
(𝑥̅ )2 − ̅̅̅
𝑥2
dan intercept dirumuskan sebagai,
𝑏 = 𝑦̅ − 𝑎𝑥̅
Linieritas dinyatakan sebagai suatu fungsi garis lurus dengan intercept dan slope yang telah
diketahui sebagai parameter garis lurusnya, yaitu
𝑦𝑛 = 𝑎𝑥𝑛 + 𝑏
LABORATORIUM EKSPERIMEN FISIKA 1
Modul Eksperimen Fisika I I Radiasi Benda Hitam
Prosedur Percobaan
1. Rangkailah alat-alat percobaan seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1.
2. Atur jarak termometer terhadap benda hitam (mintalah petunjuk asisten)
3. Hubungkan oven pemanas listrik pada tegangan dan nyalakan microvoltmeter. Ukur
suhu ruang lalu atur gain pada microvoltmeter sebesar 103.
4. Tunggu selama 5 menit untuk mencapai kesetimbangan termal
5. Amati microvoltmeter dan pengukur temperatur tiap saat (mintalah petunjuk asisten)
Catatan: Jangan mengubah posisi alat percobaan ketika mengambil data, sehingga panas
yang berasal dari anggota badan pengamat tidak memengaruhi termokopel atau
termometer.
Tabel Pengamatan
T0 = ..... °C = ....... K
T04 = ...........°C = ............. K
x y
No. T (°C) T (K) T4 (K4) x2 xy Rbn (W/m2)
T -To4
4
V (mV)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Σ
̅
Σ
Tabel 1.1 Data hasil Pengamatan Percobaan Radiasi Benda Hitam
Tugas Akhir
1. Buatlah grafik hubungan antara tegangan (V) dan temperatur (T) dan analisis secara
teoritis hasil percobaan yang didapatkan!
2. Dengan menggunakan metode least square, tentukan besar sudut kemiringannya!
Gambar di atas menunjukkan proses difraksi, ketika cahaya melewati celah tunggal. Pada
layar, terbentuk pola interferensi hasil penyebaran cahaya, yang ditandai dengan pola gelap-
terang. Untuk interaksi minimum, akan menghasilkan pola gelap-terang dengan rumusan,
𝑎 ∙ 𝑠𝑖𝑛 𝜃 = 𝑚𝜆
dapat ditentukan. D yang merupakan jarak antar celah dan layar, dapat dibuat sangat besar
terhadap lebar celah a, sehingga besar sudut θ mendekati 0°. Melalui pengkhususan ini,
pendekatan Fraunhofer dapat diterapkan, sehingga panjang gelombang λ dapat ditentukan
dengan rumusan,
𝑚∙𝐷∙𝑦 𝑦
𝜆= ; sin 𝜃 ≈ 𝐷 saat 𝐷 ≫ 𝑎
𝑎
Di mana, λ = panjang gelombang laser (m)
m = orde interferensi (1, 2, 3, ...)
D = jarak celah-layar (m)
y = jarak titik tengah terang pusat ke pola gelap kedua (m)
a = lebar celah (m)
(Nave, 2016).
Alat dan Bahan
1. Laser dioda berfungsi sebagai pemancar laser
2. Celah tunggal dan celah ganda berfungsi sebagai alat yang menginisiasi difraksi
3. Holder berfungsi sebagai penopang lensa dan layar pengamat
4. Bangku optik berfungsi sebagai tempat rangkaian percobaan
5. Layar pengamat berfungsi sebagai tempat mengamati pola gelap-terang yang terbentuk
6. Alat ukur panjang
Gambar 2.2 Rangkaian Percobaan Penentuan Panjang Gelombang Laser dengan Pendekatan Fraunhofer
Prosedur Percobaan
1. Susun rangkaian alat dan bahan seperti pada Gambar 2.2
2. Posisikan laser dioda pada ujung bangku optik. Letakkan celah tunggal pada bangku
optik dan posisikan 5 cm di depan laser
3. Atur jarak celah dengan layar pengamat sejauh 100 cm, 200 cm, dan 300 cm
4. Hubungkan laser dioda dengan sumber listrik dan nyalakan laser
5. Lakukan pengambilan data y pada layar pengamat untuk jarak 100 cm
6. Arahkan laser pada celah sampai pola pada layar pengamat benar-benar terbentuk
(tanyakan pada asisten perihal lebar celah)
7. Ukur nilai y untuk masing-masing orde
8. Ulangi poin 5-7 untuk jarak 200 cm dan 300 cm pada celah tunggal dan celah ganda
Tabel Pengamatan
No. D (cm) Orde y (cm) θ λ (nm) Galat (%)
m1
1 100 m2
m3
m1
2 200 m2
m3
m1
3 300 m2
m3
Tabel 2.1 Data Hasil Pengamatan Penentuan Panjang Gelombang Laser dengan Pendekatan Fraunhofer
dengan 𝜆 adalah panjang gelombang spektrum warna, 𝑑 adalah jarak antar lubang kisi, 𝜃 adalah
sudut yang dihasilkan spektrum warna terhadap garis horizontal pada gambar (𝑚 = 0), dan 𝑚
adalah orde difraksi cahaya. Dengan mengetahui nilai 𝑑 dan sudut 𝜃 (menggunakan
spektrometer), maka akan dapat ditentukan nilai 𝜆.
Tabel Pengamatan
No Warna θ1 θ2 θ3 θrerata
1
2
3
4
5
Tabel 3.1 Data hasil putaran ke kiri
No Warna θ1 θ2 θ3 θrerata
1
2
3
4
5
Tabel 3.2 Data hasil putaran ke kanan
B = Modulus bulk
ρ0 = Rapat massa dalam keadaan setimbang
t = Waktu
Dengan mengangap gelombang adalah gelombang bidang, maka solusinya adalah
𝑃 = 𝐴𝑒 𝑗(𝜔(−𝑘𝑥) + 𝐵𝑒 𝑗(𝜔𝑘𝑥)
di mana A dan B merupakan tetapan sembarang yang dapat ditentukan dengan syarat awal dan
syarat batas.
Intensitas bunyi juga berhubungan dengan kenyaringan bunyi atau tinggi nada bunyi.
Tinggi nada bunyi berhubungan dengan frekuensi. Bunyi yang tidak dikehendaki yang besifat
sangat subjektif, tergantung derajat kesehatan, funsi pekerjaan yang sedang dilakukan, disebut
bising. Bising merupakan bunyi yang tidak dikehendaki, oleh karena itu pencemaran
kebisingan hendaknya dianalisis atas konsep fisika bunyi (accustics physical).
Bunyi merupakan energi mekanik yang timbul akibat perubahan tekanan dalam medium.
Energi yang merambat dalam suatu medium terdiri dari energi kinetik dan energi potensial.
Energi kinetik berasal dari gerakan-gerakan partikel, sedangkan energi potensial berasal dari
perapatan dan perenggangan medium setelah dilalui gelombang bunyi. Medium udara dengan
partikelnya tidak bergerak jauh sewaktu dilalui gelombang bunyi, tapi akan saling
bertumbukan atau saling memantulkan. Perambatan gelombang bunyi termasuk peristiwa
pengangkutan energi. Energi yang ditransmisikan oleh sumber bunyi dalam suatu medium per
satuan waktu didefinisikan sebagai intensitas bunyi dan ditulis,
𝑊
𝐼=
𝐴
Kuat atau lemahnya suatu gelombang bunyi atau Taraf Intensitas (TI) yang biasanya
dinyatakan dalam desibell (dB) dan didefinisikan sebagai,
𝐼
𝑇𝐼 = 10 ∙ log
𝐼𝑟𝑒𝑓
di mana, W = Daya gelombang bunyi (watt/m2)
A = Luas bidang yang dilalui bunyi
TI = Taraf intensitas (dB)
Iref = Intensitas ambang (10-12 watt/m2)
2 Gangguan (noise), bising (loudness), dan intensitas adalah kata-kata yang saling
berhubungan namun dengan arti yang berbeda. Noise adalah bunyi dengan frekuensi yang
berada dalam daerah dapat didengar, tetapi tidak diperlukan. Bising adalah bunyi yang secara
individu menggangu dan bersifat sangat subjektif bagi setiap telinga. Intensitas sebaliknya
dapat dinyatakan secara matematis dan merupakan suatu besaran fisis. Bunyi dapat mempunyai
skala mulai dari “tenang” sampai “bising”. Bising dan intensitas saling berhubungan, jika
intensitas lebih besar berarti lebih bising.
3 Ukuran kebisingan dalam satuan dB (desibel) sebenarnya bukan merupakan suatu satuan,
tetapi merupakan suatu representasi kuatnya tekanan bunyi yang bila diterapkan, tidak akan
mudah memberikan informasi, karena besarnya kisaran. Skala dB berbobot A (dB A) biasanya
digunakan untuk kemampuan tangkap telinga yang tidak seragam terhadap bunyi yang
tergantung pada frekuensinya.
Sedangkan tingkat tekanan gelombang bunyi atau Sound Pressure Level (SPL) diberikan oleh.
𝑃𝑒
𝑆𝑃𝐿 = 20 log
𝑃𝑟𝑒𝑓
Prosedur Percobaan
1. Gunakan PASCO Xplorer PS-2000 dengan sensor pada titik-titik di pinggir jalan yang
dilewati oleh bis kota/angkutan mahasiswa dengan jarak 100-150 cm dari bumi, diluar
gedung perkuliahan dan dalam gedung perkuliahan.
2. Arahkan sensor ke sumber bunyi dan catat skala ukurnya (perhatikan arah bertiupnya
angin dan arah sensor menuju sasaran)
3. Data yang diperoleh berupa data kisaran, kelompokkan berdasarkan jam pengukuran dan
titik lokasi pengukuran
4. Ulangi percobaan tersebut sampai beberapa kali
Tabel Pengamatan
1. Zona 1 ( ........................................... ) 4. Zona 4 ( ............................................)
Perulangan (dB) 𝛴̅ Perulangan (dB) 𝛴̅
1 2 3 4 5 6 (dB) 1 2 3 4 5 6 (dB)
Dalam Dalam
Luar Luar
Pinggir jalan Pinggir jalan
Tabel 4.1 Data Zona 1 Tabel 4.4 Data Zona 4
2. Zona 2 ( ........................................... ) 5. Zona 5 ( ............................................)
Perulangan (dB) 𝛴̅ Perulangan (dB) 𝛴̅
1 2 3 4 5 6 (dB) 1 2 3 4 5 6 (dB)
Dalam Dalam
Luar Luar
Pinggir jalan Pinggir jalan
Tabel 4.2 Data Zona 2 Tabel 4.5 Data Zona 5
3. Zona 3 ( ........................................... ) 6. Zona 6 ( ............................................)
Perulangan (dB) 𝛴̅ Perulangan (dB) 𝛴̅
1 2 3 4 5 6 (dB) 1 2 3 4 5 6 (dB)
Dalam Dalam
Luar Luar
Pinggir jalan Pinggir jalan
Tabel 4.3 Data Zona 3 Tabel 4.6 Data Zona 6
Detektor Geiger-Müller ini terdiri dari tabung silinder yang pada pusatnya memanjang
dipasang kawat anoda dan pada selubung silinder bagian dalam dipasang lapisan logam sebagai
katoda. Apabila radiasi nuklir masuk ke dalam tabung detektor dapat menimbulkan proses
ionisasi dan eksitasi pada atom gas mulia. Jumlah ion yang terbentuk sebanding dengan tenaga
radiasi yang masuk. Apabila potensial rendah belum terjadi pulsa keluaran karena ion-ion
belum tertarik ke anoda atau katoda, apabila potensial dinaikkan baru terjadi keluaran, pulsa
ini dapat diamati dengan berbagai cara, seperti dengan tabung sinar katoda, pencacah,
elektroskop dan lain sebagainya, serta pada umumnya pulsa ini akan berubah terhadap
tegangan listrik yang diberikan.
Apabila potensial secukupnya, maka ion akan tertarik ke katoda dan anoda serta pencacah
digital akan menunjukkan cacahan dan bila potensial ditambah jumlah ion tidak dipengaruhi
fraksi gas terdapat dalam tabung. Saat potensial diberikan tegangan tinggi, maka pulsa cacahan
cepat membesar, ini akibat sudah terjadi efek lucutan dan dapat menyebabkan kerusakan
tabung detektor Geiger-Müller.
Alat dan Bahan
1. Detektor Geiger-Müller berfungsi sebagai pendeteksi radiasi nuklir
2. Sangkup pelindung tunggal berfungsi sebagai tempat diletakkannya sumber radiasi
3. Dua bahan radioaktif berfungsi sebagai objek pengamatan yang memancarkan radiasi
(tanyakan pada asisten bahan radioaktif yang digunakan)
4. Pencacah digital berfungsi alat pemberi tegangan dan pengukur cacahan radiasi
5. Stopwatch berfungsi sebagai alat ukur waktu
Prosedur Percobaan
1. Susunlah rangkaian percobaan seperti pada Gambar 5.2
2. Hidupkan peralatan dan biarkan dalam jangka waktu 5 menit
3. Atur tegangan hingga pencacah digital menunjukkan respon
4. Catat besar tegangan dan laju cacahan dengan interval 10 detik dan ambil nilai rata-ratanya
5. Ulangi poin 4 dalam tiap kenaikan 50 volt hingga tercapai tegangan ambang Geiger-Müller
6. Hentikan pembacaan bila laju cacahan menunjukkan kenaikan yang cepat, jika tidak
detektor akan rusak
7. Ulangi poin 4-6 untuk sumber radiasi radioaktif lainnya yang berbeda
Tugas Akhir
1. Gambarkan kurva karakteristik tabung Geiger-Müller antara cacahan (N) yang didapat
dengan perubahan tegangan yang diberikan (V)!
2. Gunakan statistik yang benar untuk mendapatkan kemiringan daerah plateau dan
kemiringan kurva keseluruhan!
Prosedur Percobaan
Perakitan Peralatan
1. Gantung pegas yang diinginkan dari tukikan pada lengan penunjang (gambar 1)
2. Hubungkan indikator regangan menuju bawah dari pegas
3. Luruskan ke nol pada garis penghitung skala transparan dengan indikator regangan
(gambar 1)
4. Hubungkan sebuah penggantung beban menuju bawah dari indikator regangan. Untuk
menghubungkan penggantung beban, kaitkan penjepit dari grommet ke robekan gantungan
(gambar 2). Set up selengkapnya ditunjukkan gambar 3.
Percobaan: Mencari nilai regangan untuk setiap beban dan pegas yang berbeda
1. Pilih beban yang semakin besar untuk digunakan pada percobaan. Pegas yang berbeda-
beda pada rangkaian mempunyai konstanta pegas mendekati 4 N/m, 8 N/m, dan 96 N/m.
2. Hubungkan penggantung beban menuju bawah dari indikator regangan dan letakkan
peningkatan beban yang pertama pada gantungan. Catat regangan dari pegas dan berat dari
beban yang digantungkan. Jangan lupa termasuk massa dari gantungan itu sendiri.
3. Tambahkan peningkatan beban lebih dari lima, tiap saat mencatat regangan pegas dan
berat beban yang digantung.
4. Ulangi poin 2-3 untuk sebuah pegas yang berbeda.
Tabel Pengamatan
1. Pegas: .......... N/m
𝛥𝑥 (cm) 𝑥 𝑦
No. Massa (gr) 𝛴̅ (cm) 𝛴̅ (m) No. Massa (kg)
̅ 𝑥2 𝑥𝑦
1 2 3 4 5 𝛴 (m) 𝐹 (N)
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
Tabel 6.1 Pertambahan Panjang Pegas 1 Rerata
Tabel 6.2 Gaya Pegas 1
𝛥𝑥 (cm) 𝑥 𝑦
No. Massa (gr) 𝛴̅ (cm) 𝛴̅ (m) No. Massa (kg) 𝑥2 𝑥𝑦
1 2 3 4 5 𝛴̅ (m) 𝐹 (N)
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
Tabel 6.3 Pertambahan Panjang Pegas 2 Rerata
Tabel 6.4 Gaya Pegas 2
21
Modul Eksperimen Fisika I VI Hukum Hooke
1. Pegas: N/m`
𝛥𝑥 (cm) 𝑥 𝑦
No. Massa (gr) 𝛴̅ (cm) 𝛴̅ (m) No. Massa (kg)
̅ 𝑥2 𝑥𝑦
1 2 3 4 5 𝛴 (m) 𝐹 (N)
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
Tabel 6.5 Pertambahan Panjang Pegas 3 Rerata
Tabel 6.6 Gaya Pegas 3
22
Modul Eksperimen Fisika I VII Ekspansi Termal
Prosedur Percobaan
1. Ukur panjang mula-mula tembaga, aluminium, dan kuningan
2. Letakkan tabung tembaga, aluminimum, dan kuningan secara bergiliran pada peralatan
ekspansi.
3. Pasang steam generator pada ujung-ujung alumunium, tembaga, dan kuningan
perhatikan petunjuk penggunaan (tanyakan pada asisten)
4. Nyalakan steam generator, kemudian ukur perubahan suhu minimum objek yang
terpasang pada peralatan ekspansi, saat perubahan panjang yang ditunjukkan pada
indikator panjang telah mencapai nilai maksimum.
Tabel Pengamatan
Data (mm) Perhitungan (℃)
No. Bahan
𝑙0 ∆𝑙 𝑇𝑟𝑚 𝑇ℎ𝑜𝑡 ∆𝑇
1 Tembaga
2 Aluminium
3 Kuningan
Tabel 7.1 Data Panjang Muai
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, A. (2003). Concepts of Modern Physics. In K. A. Peterson (Ed.), American Journal of
Physics (6th ed.). McGraw Hill.
Giancoli, D. C. (2011). Physics Principles with Application (7th ed.). Pearson Higher.
https://doi.org/10.1002/9781118032992.ch2
Nave, R. (2016). Fraunhofer Diffraction. HyperPhysics. Retrieved May 11, 2022, from
http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/phyopt/fraungeo.html.