Anda di halaman 1dari 34

DIFRAKSI

(Laporan Praktikum Eksperimen Fisika)

Oleh
Kelompok VII

LABORATORIUM EKSPERIMEN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Judul Percobaan : Difraksi

Tanggal percobaan : 23 April 2018

Tempat Percobaan : Laboratorium Eksperimen Fisika

Jurusan : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : VII (Tujuh)

Nama Kelompok : Yani Silvianingsih (1617041065)


Chandra Pratiwi (1617041069)
Dyah Ayu Kusumaningati (1617041071)
Qori Sari Dewi (1657041001)

Bandarlampung, 23 April 2018


Menyetujui,
Kepala Laboratorium Eksperimen
Fisika

Prof.. Posman Manurung, M.Si, Ph.D


NIP. 19590303 199103 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum fisika eksperimen dengan judul
Difraksi ini dengan baik. Laporan ini merupakan hasil percobaan fisika eksperimen yang
kami lakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Difraksi ini.
Dalam kesempatan ini tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada asisten
yang telah membimbing kami dalam melakukan percobaan Difraksi. Kami juga
menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah fisika eskperimen atas kesempatan
yang diberikan kepada kami untuk melakukan percobaan
Akhir kata laporan ini kami buat dengan sebaik-baiknya. Semoga laporan ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Kelompok VII
DIFRAKSI

Oleh
Kelompok VII

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan difraksi. Percobaan ini dilakukan untuk mengamati peristiwa
difraksi pada celah tunggal dan kisi difraksi. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan difraksi ini antara lain sumber cahaya dari laser, grating (celah), celah tunggal (single
slit), layar penangkap bayangan, penggaris, statif untuk memegang slit dan kisi, serta filter
cahaya tampak untuk warna hijau dan merah. Difraksi adalah kecenderungan gelombang yang
dipancarkan dari sumber melewati celah yang terbatas untuk menyebar ketika merambat.
Dalam percobaan ini kita menggunakan sumber cahaya dari laser dan menggunakan dua celah
yaitu celah banyak (grating) dan celah tunggal. Dari percobaan difraksi yang telah dilakukan
tersebut maka dapat diketahui bahwa difraksi terjadi apabila seberkas cahaya melalui sebuah
bukaan kecil (small opening) di sekitar rintangan atau melewati sisi yang tajam. Untuk celah
tunggal nilai y yang diperoleh tidak stabil pada setiap pengulangan yang dilakukan, diperoleh
nilai y yang paling besar yaitu 0,055 m pada celah tunggal dan 0,421 m pada percobaan kisi
dengan L = 0,15 m sedangkan pada L = 0,2 m besar y adalah 0,400 m. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan, diperoleh nilai kesalahan relatif pada percobaan celah tunggal sebesar
12,07 % sedangkan untuk percobaan menggunakan kisi sebesar 30,02 % dan 26 %. Sehingga
dapat dikatakan percobaan tentang difraksi ini kurang berhasil membuktikan bahwa sinar laser
dapat menyebarkan cahaya. Kurang berhasilnya percobaan ini dipengaruhi oleh beberapa
kendala. Pada celah tunggal, semakin besar nilai y maka semakin besar panjang gelombangnya.
Untuk difraksi kisi, semakin besar nilai y maka semakin besar pula panajng gelombangnya.
Jika pada celah tunggal dilewati oleh cahaya monokromatik yang sejajar maka akan terjadi
peristiwa pelenturan sehingga terjadi pola difraksi yang berupa garis-garis terang pada layar.
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

ABSTRAK ................................................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ v

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Tujuan Percobaan ..................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUASTAKA


A. Kisi Difraksi ............................................................................................................. 3
B. Difraksi dan Resolusi Alat Optik ............................................................................. 4
C. Difraksi Franhoufer Celah Tunggal .......................................................................... 5
D. Pola Interferensi ........................................................................................................ 7
E. Pengukuran Jarak Antar Celah Kisi Difraksi dengan Metoda Deviasi .................... 9

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan ....................................................................................................... 10
B. Prosedur Percobaan ................................................................................................ 11
C. Sketsa Alat .............................................................................................................. 12

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan ................................................................................................... 13
B. Hasil Perhitungan ................................................................................................... 13
C. Pembahasan ............................................................................................................ 14

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Cahaya datang pada kisi difraksi ............................................................................ 3

Gambar 2. Pola terang pusat disk Airy ...................................................................................... 4

Gambar 3. Difraksi Franhoufer pada gelombang cahaya menggunakan celah yang memiliki

ukuran lebih besar di banding panjang gelombang cahaya..................................... 5

Gambar 4. Pola Difraksi Franhoufer celah tunggal yang tampak pada layar. .......................... 6

Gambar 5. Pola interferensi pada gelombang air yang dilewatkan pada papan bercelah ......... 7

Gambar 6. Pola difraksi yang dihasilkan dari cahaya yang dilewatkan pada celah tunggal. .... 8

Gambar 7. Sumber Cahaya dari Laser .................................................................................... 10

Gambar 8. Grating atau Celah................................................................................................. 10

Gambar 9. Celah Tunggal (Single Slit) dari Bahan Silet Goal ............................................... 10

Gambar 10. Layar Penangkap Bayangan ................................................................................ 10

Gambar 11. Penggaris ............................................................................................................. 10

Gambar 12. Statif untuk memegang slit dan kisi .................................................................... 11

Gambar 13. Filter Cahaya untuk Warna Hijau dan Merah ..................................................... 11

Gambar 14. Sketsa Alat (Posisi Minimum untuk pola difraksi Fraunhofer dari slit tunggal

berlebar a) ............................................................................................................ 11
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Celah Tunggal .................................................................... 13

Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Celah Banyak (Kisi) ........................................................... 13

Tabel 3. Hasil Perhitungan pada Celah Tunggal .................................................................... 13

Tabel 4. Hasil Perhitungan pada Kisi ..................................................................................... 14


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Difraksi pada gelombang cahaya oleh celah sempit, dapat diamati dengan mudah bila
digunakan cahaya dengan sinar-sinar yang sejajar dan kuat, misalnya sinar laser dan digunakan
celah sempit kira-kira sepersepuluh millimeter, kemudian cahaya yang keluar dan celah
ditangkap dengan layar pada jarak 5 m dari celah. Difraksi seperti ini disebut Difraksi
Franhoufer atau Difraksi Medan jauh. Difraksi terjadi pada semua gelombang, yaitu
gelombang pada permukaan air, gelombang bunyi, cahaya, gelombang mikro dan sebagainya.
Bila jarak antara sumber dan celah, celah dan layar, atau keduanya tak terlalu besar, akan kita
dapatkan pola bayangan lain daripada Difraksi Franhoufer. Difraksi yang terjadi pada keadaan
terakhir disebut Difraksi Fresnel, diambil dari nama Augustin Jaan Fresnel, yang pertama kali
membahasnya secara kuantitatif pada tahun 1818. Peristiwa difraksi terjadi karena
penjumlahan atau interferensi gelombang-gelombang yang berasal dari titik-titik di dalam
celah. Bila celah sempit, maka pengaruh titik bagian tepi adalah kuat, sehingga memberikan
sinar arah yang masuk daerah bayangan yaitu membelok. Difraksi terjadi pada celah tunggal,
ganda dan majemuk(kisi). Kisi adalah celah sangat sempit yang dibuat dengan menggores
sebuah lempengan kaca dengan intan. Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dan
tegak lurus kisi, dan di belakang kisi ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan
terdapat garis terang dan gelap, jika cahaya yang dipakai adalah monokromatik. Kemudian
akan terbentuk deretan spektrum warna, jika cahaya yang digunakan sinar putih (polikromatik).
Garis gelap dan terang atau pembentukan spektrum akan lebih jelas dan tajam jika celabar
celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya semakin banyak/besar. Garis gelap dan terang
dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari cahaya yang berasal dari kisi tersebut
yang jatuh pada layar titik/tempat tertentu. Pada dasarnya setiap gelombang cahaya yang
melalui suatu penghalang akan mengalami pembelokan arah rambat. Berdasarkan eksperimen
yang dilakukan para ilmuwan, difraksi dapat juga diamati jika cahaya dilewatkan pada banyak
celah. Kita telah mempelajari mengenai interferensi dan difraksi pada celah tunggal dan ganda.
Dari dua konfigurasi tersebut selalu diperoleh pola gelap-terang pada layar. Difraksi
merupakan permasalahan elektronika yang merupakan salah satu petunjuk yang dapat
mengungkap tentang peristiwa pembelokan energi cahaya yang dibawa oleh gelombang ke
daerah bayang-bayang, sehingga perlu untuk melakukan eksperimen ini.

B. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah mengamati peristiwa difraksi pada celah tunggal
dan kisi difraksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kisi Difraksi

Jika cahaya dilewatkan pada sebuah celah maka cahaya tersebut akan mengalami difraksi yang
pada gilirannya akan mengalami interferensi, ditandai dengan adanya pola gelap-terang yang
terlihat pada layar. Pada dasarnya setiap gelombang cahaya yang melalui suatu penghalang akan
mengalami pembelokan arah rambat. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan para ilmuwan,
difraksi dapat juga diamati jika cahaya dilewatkan pada banyak celah. Kita telah mempelajari
mengenai interferensi dan difraksi pada celah tunggal dan ganda. Dari dua konfigurasi tersebut
selalu diperoleh pola gelap-terang pada layar. Suatu penghalang yang terdiri dari banyak sekali
celah dimana jarak antara celah tersebut seragam (jarak antar celah sama dan teratur) disebut
dengan kisi difraksi. Jumlah celah dalam suatu kisi dapat mencapai orde ribuan celah tiap cm. Kisi
difraksi memiliki beberapa kelebihan dibanding celah tunggal atau ganda. Ketika cahaya melalui
kisi, setiap celah pada kisi tersebut dapat dianggap sebagai sumber gelombang cahaya. Setiap
cahaya dibelokkan dengan besar sudut tertentu sehingga cahaya tersebut memiliki lintasan yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Perubahan pola gelap-terang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Cahaya datang pada kisi difraksi.

Pada layar terbentuk pola gelap terang, jika demikian maka cahaya yang mengalami interferensi
akan lebih banyak dibanding interferensi yang terjadi pada celah ganda dan tunggal. Jumlah
interferensi yang lebih banyak ini menghasilkan pola gelap terang yang lebih kuat (intensitasnya
lebih kuat) pada layar sehingga pengukuran dan identifikasi terhadap pola-pola interferensi tersebut
menjadi lebih akurat. Pola gelap dipenuhi jika beda fase antara gelombang cahaya tersebut 1800.
Beda fase tersebut sebanding dengan beda lintasan ½ λ. Untuk Sembarang posisi pada layar, pola
gelap teramati pada beda fase ½ λ dan kelipatan bilangan bulat. Gelombang Cahaya yang
mengalami interferensi atau difraksi pada dasarnya tidak mengalami penambahan atau
pengurangan (Mooney, 2000).

B. Difraksi dan Resolusi Alat Optik

Pada pembahasan sebelumnya telah kita tunjukkan bahwa lebar celah yang digunakan untuk
difraksi cahaya mempengaruhi pola difraksi yang terbentuk pada layar. Pada difraksi Franhoufer
diperoleh interferensi maksimum terlokalisir pada satu titik yaitu pada saat sudut 𝜃 = 0. Namun
demikian, di sekitar terang maksimum terdapat pola terang lainnya walaupun intensitasnya sangat
kecil. Dalam aplikasinya, munculnya pola terang di sekitar terang pusat menunjukkan keterbatasan
suatu alat optik untuk memisahkan objek. Yang dimaksud dengan memisahkan objek adalah
melihat objek dengan jelas. Tingkat akurasi alat optik yang digunakan untuk melihat objek dengan
jelas/melihat jelas dua atau lebih objek yang berdekatan disebut resolusi. Contoh sederhana yang
dapat kita gunakan sebagai ilustrasi adalah melihat lampu sebuah mobil yang berada pada jarak
yang sangat jauh. Jika kita berada dekat dengan mobil, mata kita dapat dengan mudah membedakan
dan mendeteksi bahwa kedua lampu mobil tersebut terpisah. Namun jika kita berada pada jarak
yang sangat jauh, lampu mobil seolah-olah menjadi satu. Mata kita memiliki keterbatasan dalam
melihat dua benda atau atau lebih yang terpisah. Kebanyakan alat optik menggunakan cermin atau
lensa yang berbentuk lingkaran. Pada tahun 1830-an, Goerge Airy mengadakan eksperimen terkait
fenomena difraksi pada cahaya yang dilewatkan pada celah berbentuk lingkaran. Yang
mana D adalah diameter celah yang digunakan sebagai celah difraksi. Pola difraksi yang diamati
oleh Geroge Airy dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pola terang pusat Disk Airy.

Konsep Airy tidak dapat diterapkan untuk menganalisis objek yang saling berdekatan karena
difraksi Airy menghasilkan pola interferensi tunggal saja. Agar dua objek terpisah dapat dikenali
sebagai dua objek yang terpisah, bukan objek yang menyatu, maka difraksi dari objek pertama
harus saling tumpang tindih dalam konfigurasi interferensi minimum dengan difraksi objek kedua.
Keadaan tersebut dipenuhi jika sudut pisah antara dua objek minimum adalah 𝜃min. Untuk dua
objek yang terpisah sejauh S berada pada jarak L dari suatu alat optik yang berdiameter D maka
syarat agar dua objek tersebut dapat terlihat dengan jelas. Berdasarkan Gambar 2 sekitar 85% dari
seluruh intensitas cahaya terkonsentrasi pada area disk Airy tersebut (Keiser, 1991).

C. Difraksi Franhoufer Celah Tunggal

Difraksi dapat dihasilkan dari sumber cahaya koheren yang dilewatkan pada sebuah celah kecil.
Iustrasi gelombang air telah menunjukkan bahwa gelombang yang melalui sebuah celah
didifraksikan dan hasil difraksi tersebut menyebabkan interferensi karena setiap elemen gleombang
air menempuh lintasan yang berbeda. Pada subbab sebelumnya kita telah membahas mengenai
Difraksi Franhoufer dimana konsep dasar difraksi tersebut adalah pembentukan difraksi oleh
cahaya yang dibelokkan dalam arah yang hampir sejajar dengan arah rambat gelombang datang.
Jika lebar celah ditambah sehingga lebih besar dibanding dengan panjang gelombang cahaya maka
tentu saja cahaya yang masuk melalui celah tersebut mau tidak mau akan dibelokkan dengan sudut
tertentu. Pembelokan cahaya denagn sudut relative dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Difraksi Franhoufer pada gelombang cahaya menggunakan celah yang memiliki
ukuran lebih besar di banding panjang gelombang cahaya.

Seperti terlihat pada Gambar 3, seberkas cahaya dilewatkan pada celah dimana lebar celah tersebut
memiliki ukuran lebih besar dibanding panjang gelombang cahaya yang melewatinya. Sistem
difraksi yang digunakan adalah Difraksi Franhoufer. Perhatikan bahwa ketika fokus pada berkas
cahaya yang dibelokkan di sekitar celah, kita lihat bahwa berkas cahaya tersebut dibelokkan dalam
sudut tertentu, dalam gambar di atas cahaya dibelokkan sebesar 𝜃. Ketika berkas cahaya jatuh pada
layar, berkas cahaya tersebut dianggap menempuh lintasan yang sama, ingat kembali konsep
difraksi Franhoufer. Perhatikan segmen F, kita ambil tiga berkas gelombang cahaya yaitu berkas
cahaya (1), (2), dan (3). Pada batas lintasan op,berkas cahaya (1), cahaya menempuh lintasan sejauh
pq. Kita misalkan lintasan pq sebanding dengan ½ 𝜆. Pada segmen ½ oq berkas cahaya (2)
menempuh lintasan rt dimana berkas cahaya yang melampui lintasan itu sebanding dengan ¼ 𝜆.
Beda fase antara berkas cahaya (1) dan (2) adalah 1800 dan ini berarti berkas cahaya tersebut
mengalami interferensi destruktif, pola difraksi yang tampak pada titik A adalah gelap
(Allard, 1990).

Semakin kecil perbandingan λ/d maka semakin kecil penyimpangan lintasan cahaya. Dalam
ungkapan yang berbeda, semakin besar lebar celah maka semakin kecil penyimpangan lintasan dan
akibatnya pola difraksi yang tampak pada layar hanya menghasilkan satu pola terang saja. Hal ini
menjadi logis karena untuk nilai n = 0, cahaya yang ditransmisikan dari celah ke layar sejajar
dengan cahaya datang dan dengan demikian, kalaupun ada interferensi, menghasilkan pola terang.
Pola difraksi yang terjadi pada difraksi Franhoufer dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pola Difraksi Franhoufer celah tunggal yang tampak pada layar.

Pola gelap terang hasil interferensi yang tampak pada layar merepresentasikan energi gelombang
elektromagnetik yang jatuh suatu titik. Seperti yang telah dikemukakan pada, intensitas
berhubungan dengan tingkat kecerahan cahaya. Pada titik dimana terdapat terang pusat, disitulah
intensitas cahaya paling besar. Dalam konteks energi elektromagnetik, pada titik itu pula energi
gelombang elektromagnetik terakumulasi secara maksimum (Dood, 2000).
D. Pola Interferensi

Gelombang air mula-mula datang dalam formasi yang bias dikatakan membentuk muka gelombang
datar. Sebuah papan penghalang yang terdapat celah kecil digunakan untuk menahan gelombang
air menyebabkan hanya sebagian kecil saja dari air yang di”transmisikan”. Pola gelombang dari
air yang ditransmisikan tersebut berbentuk lingkaran, pola semacam ini dapat dipahami dengan
prinsip Huygens. Karena air terus menerus mengalir maka gelombang-gelombang tersebut saling
mengalami interferensi satu sama lain. Interferensi disebabkan oleh adanya beda lintasan antar
gelombang sehingga beda fase gelombang-gelombang tersebut juga berbeda menghasilkan pola
muka gelombang yang lebih besar dan pola muka gelombang minimum, perhatikan dengan
seksama Gambar 5.

Gambar 5. Pola interferensi pada gelombang air yang dilewatkan pada papan bercelah.
Pada peristiwa interferensi, untuk menghasilkan sumber yang koheren, secara prinsip, selalu
digunakan satu sumber gelombang dimana gelombang tersebut kemudian dipecah menjadi dua atau
lebih dan diset sedemikian rupa sehingga lintasan antar gelombang-gelombang tersebut berbeda.
Karena gelombang pada umumnya merambat lurus, terutama gelombang elektromagnetik, maka
untuk menghasilkan beda lintasan arah rambat gelombang tersebut dibelokkan. Peristiwa dimana
arah rambat gelombang elektromagnetik dibelokkan ketika mengenai suatu penghalang disebut
sebagai difraksi. Peristiwa difraksi yang sangat mudah kita jumpai adalah difraksi sinar matahari
oleh pintu rumah atau jendela. Jika kita perhatikan, di lantai atau dinding akan jumpai wilayah
yang terang dan agak gelap. Wilayah yang terang disebabkan oleh sinar matahari yang masuk
sedangkan wilayah yang agak gelap karena sinar matahari tidak dapat menjangkau wilayah
tersebut. Terlihat bahwa seolah-olah terdapat garis miring yang memisahkan kedua wilayah
tersebut. Garis batas tersebut menunjukkan bahwa cahaya matahari dibelokkan oleh daun pintu
atau jendela. Itu merupakan salah satu contoh peristiwa difraksi. Berdasarkan literatur, pengamatan
terhadap fenomena difraksi tercatat pertama kali dilakukan oleh Leonardo da Vinci, si pelukis
terkenal yang hidup antara 1452–1519. Studi yang lebih ekstensif dilakukan oleh Grimaldi yang
hasil pengamatannya kemudian dibukukan dan resmi dipublikasikan pada tahun 1665, dua tahun
setelah kepergiannya ke alam baka. Namun demikian teori-teori yang dicetuskan oleh Grimaldi
sebatas menjelaskan bagaimana cahaya merambat, belum dapat menjelaskan fenomena difraksi
dengan memuaskan.

Baru setelah pada tahun 1818 Fresnel menunjukkan bahwa fenomena difraksi dapat dijelaskan
dengan merujuk pada teori Huygens digabung dengan konsep interferensi. Hasil kerja keras Fresnel
ditindaklanjuti oleh Kirchhoff yang pada tahun 1882 mencetuskan cara pandang baru dalam
memahami fenomena difraksi. Teorema Krchhoff ini terimplementasi dalam suatu persamaan yang
disebut sebagai integral Kirchhoff. Integral Kirchhoff ditarik dari prinsip Hurgens–Fresnel yang
menyatakan bahwa rambatan gelombang cahaya dari suatu muka gelombang dihasilkan dari
superposisi muka gelombang sebelumnya. Fenomena difraksi terkenal sebagai salah satu bidang
optik yang sarat dengan matematika yang rumit sehingga solusi-solusi persamaan-persamaan
matematis yang digunakan sebagai penjelas fenomena difraksi pada saat itu tidak ada satupun yang
dianggap paling ampuh. Hingga pada tahun 1896 Sommerfeld berhasil membuat formulasi yang
dianggap “ampuh” untuk menjelaskan fenomena difraksi. Sommerfeld melakukan investigasi
terhadap fenomena difraksi yang terjadi pada gelombang bidang yang dirambatkan melalui cermin
reflektor-transmiter. Pola difraksi yang dihasilkan dari cahaya yang dilewatkan pada celah tunggal
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pola difraksi yang dihasilkan dari cahaya yang dilewatkan pada celah tunggal.
Namun, kembali pada masalah teknis, karena kerumitan model matematika yang digunakan oleh
Sommerfeld dan teman-temannya maka sebagai implifikasi digunakanlah pendekatan-pendekatan
yang, paling tidak, mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif fenomena difraksi. Dari model-model
yang telah diuji, model pendekatan Huygens dan Fresnel adalah yang paling banyak digemari para
ilmuwan karena disamping sederhan, metode tersebut juga cukup ampuh untuk digunakan sebagai
analisis fenomena difraksi (Halliday, 1987).
E. Pengukuran Jarak Antar Celah Kisi Difraksi dengan Metoda Deviasi Minimum

Kisi difraksi banyak digunakan untuk mengukur panjang gelombang cahaya. Pengukuran
dilakukan dengan melewatkan cahaya pada kisi difraksi yang sudah diketahui jarak antar celah
kisinya. Hubungan antara jarak antar celah kisi difraksi, panjang gelombang dan sudut difraksi
untuk berbagai orde dibahas dalam buku teks fisika dasar dan buku optika. Hubungan ini berlaku
untuk sinar yang datang secara tegak lurus terhadap kisi difraksi atau sinar dengan sudut datang
sama dengan nol. Hal ini ditunjukkan dalam gambar yang menyertai perumusannya, akan tetapi
penjelasannya tidak dinyatakan secara tegas. Oleh karena itu pengukuran-pengukuran yang
berdasar pada hubungan tersebut, harus memenuhi persyaratan sudut datang sama dengan nol.
Buku buku untuk eksperimen fisika pada umumnya juga menggunakan hubungan tersebut untuk
menentukan jarak antar celah kisi difraksi ataupun panjang gelombang cahaya. Keterangan tentang
syarat berlakunya hubungan tersebut tidak disajikan secara nyata; akan tetapi hanya ditampilkan
dengan gambar set up percobaanya. Secara khusus Armitage memberikan petunjuk perlakuan
eksperimen yang benar agar memenuhi persyaratan dalam rumus yang akan dipakai. Namun, untuk
keperluan ini diperlukan alat ukur sudut yang baik. Di lain pihak pada metoda sederhana (yang
banyak digunakan), tidak diperlukan pengukuran sudut secara langsung, karena yang diperlukan
adalah sinus sudutnya yang dapat diperoleh lewat pengukuran jarak. Sudut difraksi akan sama
dengan sudut deviasi bila sudut datang sama dengan nol. Cara konvensional untuk menentukan
jarak antar celah kisi dengan menggunakan rumus d sin θ = nλ, memerlukan sudut difraksi. Hal ini
mempersyaratkan bahwa sudut datangnya sama dengan nol. Karena itu dalam setiap eksperimen,
perlu diperhatikan kedudukan kisi terhadap sinar datang. Jadi sangat mungkin bahwa pengukuran
sudut difraksinya tidak tepat, karena yang terukur adalah sebarang sudut deviasi.Berbeda dengan
pengukuran sudut difraksi, pengukuran pada kondisi deviasi minimum tidak mempersyaratkan
kedudukan kisi tegak lurus arah sinar datang. Meskipun tampaknya relatif lebih banyak
pekerjaannya, metode ini mempunyai patokan yang jelas yaitu perlu dicari kedudukan kisi yang
menghasilkan deviasi minimum. Tingkat kesulitan ini sebanding dengan cara standart untuk
menentukan indeks bias prisma dengan deviasi minimum (Santoso, 2012).
III. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan difraksi ini adalah sebagai berikut:

Gambar 7. Sumber Cahaya dari Laser

Gambar 8. Grating atau Celah

Gambar 9. Celah Tunggal (Single Slit) dari Bahan Silet Goal


Gambar 10. Layar Penangkap Bayangan

Gambar 11. Penggaris

Gambar 12. Statif untuk memegang slit dan kisi

Gambar 13. Filter Cahaya untuk Warna Hijau dan Merah

B. Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum difraksi adalah sebagai berikut :
1. Celah Tunggal
1. Mengatur keluaran sinar LASER dengan slit dari pudak sama tinggi.
2. Menentukan lebar celah dengan melihat skala yang menempel pada slit.
3. Menghidupkan LASER dan mengamati pola difraksi pada dinding (membuat jarak laser
dengan slit sekitar beberapa cm dan jarak slit dengan dinding sekitar 4 m).
4. Mengukur jarak antara pola bayangan.
5. Mengukur jarak antara celah dengan dinding dan jarak antara pola satu dengan yang lain.
Mengukur nilai 𝜃 dengan menggunakan rumus sinus. Mengkonfirmasi hasil percobaan
dengan perhitungan.
6. Mengulang percobaan no 2 dengan lebar celah yang berbeda dan mengukur jarak antara
pola bayangan. Mengaturnya dengan memutar baut pada celah tunggal.

2. Celah Banyak atau Kisi


1. Mengatur keluaran sinar LASER dengan kisi sama tinggi.
2. Menempatkan kisi didepan LASER sejauh beberapa cm dan jarak layar sekitar 20 cm.
3. Menghidupkan LASER dan mengamati bayangan pada layar untuk maksimum orde ke-
nol, ke-1, dan ke-2. Menentukan sudut orde ke-nol, ke-1, dan ke-2. Mengukur sudut harus
pada layar yang melingkar atau dengan menggunakan rumus tangen 𝜃.
4. Mengganti LASER dengan lampu cahaya tampak yang telah difilter dengan warna hijau
dan merah dan menentukan berapa sudut orde ke-nol, ke-1, dan ke-2.
5. Merubah jarak kisi dan layar serta mengamati hasilnya.

C. SKETSA ALAT
Sketsa alat yang digunakan pada percobaan difraksi ditunjukkan pada Gambar 18.

θ Y1 = L sinθ = L λ/a
θ

a
Y0 = L sinθ = 0
slit
L
-Y1 = -L sinθ =- L λ/a
Gambar 14. Sketsa Alat (Posisi Minimum untuk pola difraksi Fraunhofer dari slit tunggal berlebar
a)
Keterangan :
a = slit
𝜃 = sudut
𝐿 = panjang antara layar dengan kisi
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Celah Tunggal


No. y (m) m l (m) a (m) λ (m)

1. 0,004 1 3,48 0,0002 3 × 10−7


2. 0,017 2 3,48 0,0002 4,89 × 10−7
3. 0,031 3 3,48 0,0002 5,93 × 10−7
4. 0,045 4 3,48 0,0002 6,46 × 10−7
5. 0,055 5 3,48 0,0002 6,32 × 10−7

Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Celah Banyak (Kisi)

L ( m) M y (m) N (m) d λ (m)


(garis/m)
0,15 1 0,251 0,6 1,66 1,716 × 10−4
2 0,334 0,6 1,66 0,912 × 10−4
3 0,421 0,6 1,66 0,628 × 10−4
0,20 1 0,205 0,6 1,66 1,4316 × 10−4
2 0,305 0,6 1,66 0,8363 × 10−4
3 0,400 0,6 1,66 0,5968 × 10−4

B. Hasil Perhitungan

Berdasarkan hasil pengamatan didapat hasil perhitungan sebagai berikut :


Tabel 3. Hasil Perhitungan pada Celah Tunggal
No. Nilai Besar
1. 𝜆1 3 × 10−7 𝑚
2. 𝜆2 4,89 × 10−7 𝑚
3. 𝜆3 5,93 × 10−7 𝑚
4. 𝜆4 6,46 × 10−7 𝑚
5. 𝜆5 6,32 × 10−7 𝑚
6. 𝜆̅ 5,32 × 10−7 𝑚
7. Ʃ𝜆̅2 149 × 10−14 𝑚2
8. ∆𝜆̅ 0,642 × 10−7 𝑚
9. KR 12,07 %
10. 𝑁𝑇1 5,962 × 10−7 𝑚
11. 𝑁𝑇𝟐 4,67 × 10−7 𝑚

Tabel 4. Hasil Perhitungan pada Kisi


No. Nilai L(15× 10−2 𝑚) L(20× 10−2 𝑚)
1. 𝜆1 1,716 × 10−4 𝑚 1,4316 × 10−4 𝑚
2. 𝜆2 0,912 × 10−4 𝑚 0,8363 × 10−4 𝑚
3. 𝜆3 0,628 × 10−4 𝑚 0,5968 × 10−4 𝑚
4. 𝜆̅ 1,0853 × 10−4 𝑚 0,9547 10−4 𝑚
5. Ʃ𝜆2̅ 4,1708 × 10−8 𝑚2 3,1044 × 10−8 𝑚2
6. ∆𝜆̅ 0,3259 × 10−4 𝑚 0,2483 × 10−4 𝑚
7. KR 30,02 % 26 %
8. 𝑁𝑇1 1,4112 × 10−4 𝑚 1,203 × 10−4 𝑚
9. 𝑁𝑇𝟐 0,7544 × 10−4 𝑚 0,7064 × 10−4 𝑚

C. Pembahasan

Difraksi adalah kecenderungan gelombang yang dipancarkan dari sumber melewati celah yang
terbatas untuk menyebar ketika merambat. Menurut prinsip Huygens, setiap titik pada front
gelombang cahaya dapat dianggap sebagai sumber sekunder gelombang bola. Gelombang ini
merambat ke luar dengan kecepatan karakteristik gelombang. Gelombang yang dipancarkan
oleh semua titik pada muka gelombang mengganggu satu sama lain untuk menghasilkan
gelombang berjalan. Prinsip Huygens juga berlaku untuk gelombang elektromagnetik. Lalu
proses terjadinya difraksi yakni karena pembelokkan arah rambat cahaya oleh suatu
penghalang. Penghalang yang dipergunakan biasanya berupa kisi, yaitu celah sempit. Semakin
kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip
Huygens. Pada pelajaran gerak gelombang, telah diperkenalkan pula bahwa gelombang
permukaan air yang melewati sebuah penghalang berupa celah sempit akan mengalami lenturan
(difraksi). Peristiwa yang sama terjadi jika cahaya dilewatkan pada celah sempit sehingga
gelombnag cahaya itu akan mengalami difraksi. Selain disebabkan oleh celah sempit, peristiwa
difraksi juga disebabkan oleh kisi. Kisi adalah sebuah penghalang yang terdiri atas banyak
celah sempit. Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai ribuan pada daerah selebar 1 cm. Kisi
difraksi adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis sumber-sumber cahaya.
Macam-macam difraksi antara lain :
1. Difraksi fresnel terjadi bila sumber gelombang dan titik pengamatan yang berada dekat
dengan lubang atau penghalang yang akan mendifraksikan gelombang datang. Fresnel
number 𝐹 merupakan besaran tanpa satuan, terdapat pada optika dan pada beberapa
teori difraksi. Fresnel Number didefinisikan sebagai berikut :
𝐹 = 𝑎2 /𝐿𝜆
dengan 𝜆 merupakan panjang gelombang, 𝑎 ialah ukuran yang memiliki karakteristik
(misalnya jari-jari) dari sebuah penghalang dan 𝐿 merupakan jarak dari sumber menuju
layar. Dimana beberapa topik yang dibahas difraksi Fresnel adalah difraksi oleh lubang
bulat, celah persegi, penghalang berbentuk piringan dan penghalang berbentuk lancip
(tajam)
a. Difraksi oleh Sebuah Lubang Bulat Fresnel
Menurut Huygens muka gelombang itu dapat dibagi-bagi menjadi elemen-elemen
permukaan yang berbentuk cincin-cincin dengan pusatnya di Q. Proyeksi titik P di
bidang S yang merupakan muka gelombang. Maka gelombang di P dinyatakan
sebagai superposisi gelombang-gelombang yang datang dari setiap cincin. Elemen-
elemen permukaan ini dinamakan daerah (zona) Fresnel, dengan cara membuat garis-
garis r0, r1, r2, dst. yang berurutan selalu berbeda ½ 𝜋, yaitu :
r1 – r0 = π
r2 – r1 = π dst
b. Difraksi oleh Piringan Fresnel
Jika lubang berjari-jari 𝑎 diganti dengan piringan, maka ada kemungkinan
beberapa daerah Fresnel tertutup oleh piringan, sehingga pengiriman cahaya ke titik
pengamatan dimulai dari daerah yang tidak tertutupi. Pola difraksi yang terjadi sama
dengan pola difraksi oleh lubang, tetapi bagia tengah yang merupakan pusat
bayangan geometris selalu tedapat titik terang, karena titik ini selalu memperoleh
cahaya dari daerah Freesnel yang tidak tertutupi
2. Difraksi Fraunhofer
Letak sumber cahaya dan layar jauh sekali dari celah. Berkas yang memasuki celah harus
sejajar dan yang keluar dari celah harus sejajar pula. Dimana beberapa topik yang dibahas
pada difraksi fraunhofer diantaranya adalah difraksi oleh celah tunggal (single slit),
lubang bulat (circular aperture), dua celah sempit dan Kisi (celah banyak). Namun, jika
sebuah difraksi fresnel ditempatkan lensa cembung pada sinar yang masuk dan sinar yang
keluar dari celah maka sinar akan dianggap sejajar dan disebut
sebagai difraksi franhoufer.
a. Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal
Salah satu jenis difraksi Fraunhofer, yaitu difraksi dengan sumber cahaya dan layar
penerima berada pada jarak yang tak terhingga dari benda penyebab difraksi,
sehingga muka gelombang tidak lagi diperlakukan sebagai bidang sferis, melainkan
sebagai bidang datar. Dengan kata lain, difraksi ini melibatkan berkas cahaya sejajar.
b. Difraksi Celah Ganda
Kedua celah ini sejajar, identik dan sama-sama berjarak d. Masing-masing celah ini
akan menghasilkan pola difraksi, karena itu intensitas pola diperkuat. Gelombang
dari kedua celah ini nantinya akan berinterferensi juga, jadi di sini terjadi gabungan
antara difraksi celah dengan interferensi dari kedua buah celah. Interferensi masuk
dalam pola difraksi sehingga pada suatu tempat terdapat pola interferensi maksimum
yang tidak terlihat disebut orde yang hilang.
c. Kisi Difraksi atau Difraksi Celah Majemuk Fraunhofer
Pola interferensi celah ganda young berbentuk garis adalah kurang
tajam (terlalu menyebar) sehingga pengukuran panjang gelombang yang diperoleh
menjadi kurang teliti. Agar pola interferensi
yang dihasilkan pada layar lebih tajam maka digunakan peralatan yang serupa dengan celah
ganda young, yang mengandung celah celah pararel yang ukurannya sama dan berjumlah sangat
banyak. Peralatan seperti itu disebut kisi. Sebuah kisi sendiri dapat terdiri dari ribuan garis per
cm, misalnya sebuah kisi terdiri dari 10.000 garis/cm, maka kisi ini dikatakan memiliki lebar
celah d, sehingga d = (1/10.000) cm. jadi, jika N menyatakan banyak garis atau goresan per
satuan panjang (misalnya dalam cm) maka lebar celah d adalah kebalikan dari N.
Difraksi dan interferensi merupakan dua fenomena cahaya yang keduanya memiliki beberapa
perbedaan antara lain Difraksi adalah pelenturan muka gelombang ketika melewati celah
sempit, sedangkan interferensi adalah efek gabungan (superposisi) dari beberapa gelombang.
Difraksi membutuhkan hambatan (celah) tetapi interferensi tidak. Jalur gelombang tetap utuh
setelah interferensi, tetapi difraksi mengubah jalur gelombang datang. Namun, dari perbedaan
dua fenomena gelombang itu, baik difraksi maupun interferensi menghasilkan pola yang sama.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara difraksi dan
interferensi. Kita menggunakan istilah interferensi untuk efek yang melibatkan gelombang-
gelombang dari sejumlah kecil sumber, biasanya dua sumber. Sedangkan difraksi biasanya
melibatkan sebuah distribusi kontinu dari gelombang-gelombang kecil Huygens yang
menyeberang area sebuah celah, atau yang melibatkan sejumlah besar sumber atau celah. Tetapi
kedua kategori fenomena itu diatur oleh prinsip fisika dasar superposisi dan prinsip Huygens
yang sama.

Pada percobaan difraksi kali ini, yang akan dilakukan adalah mengamati cahaya yang terjadi
ketika melewati celah tunggal dan kisi. Pada celah tunggal, mula-mula menghidupkan sumber
cahaya laser dan kemudian mengatur posisi celah terhadap seumber
cahaya dan setelah itu melihat apakah sudah terbentuk dengan baik difraksi cahaya pada dinding
yang menjadi pengganti layar, jika brlum atur celah hingga benar-benar mendapatkan hasil
difraksi yang baik. Jarak antara celah dengan layar penangkap bayangan yaitu L, kemudian
setelah hasil baying diambil, megukur jarak antara bsayangan orde ke-1, ke-2, ke-3 yang mana
sebagai y. Setelah semua data diambil maka diperoleh panjang gelombang pada difraksi celah
tunggal.

Pada kisi, langkah-alangkahnya tidak jauh dari percobaan pada celah tunggal. Yakni
menghidupkan sinar dari laser. Kemudian memasang kisi, pada percobaan ini jarak antara kisi
dengan layar penangkap bayangan sebesar 15 cm dan 20 cm, dengan kisi yang digunakan
sebesar N=600 mm. Kemudian mengukur jarak pola bayangan yang terjadi dan
menampilkannya pada data pengamatan. Setelah semua data diambil, maka akan diperoleh
panjang gelombang pada kisi.

Dari data pengamatan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Pada percobaan celah
tunggal, panjang gelombang 𝜆1 sebesar 3 × 10−7 𝑚, 𝜆2 sebesar 4,89 × 10−7 𝑚, 𝜆3 sebesar
5,93 × 10−7 𝑚, 𝜆4 sebesar 6,46 × 10−7 𝑚, 𝜆5 sebesar 6,32 × 10−7 𝑚 sehingga diperoleh 𝜆̅
sebesar 5,32 × 10−7 𝑚. Ʃ𝜆2̅ sebesar 149 × 10−14 𝑚2 , ∆𝜆̅ sebesar 0,642 × 10−7 𝑚, dengan
nilai kesalahan relative sebesar 12,07%. Serta nilai pendekatan terbaik antara
5,962 × 10−7 𝑚 dan 4,67 × 10−7 𝑚. Kemudian pada kisi dengan L sebesar 15 cm, diperoleh 𝜆1
sebesar 1,716 × 10−4 𝑚, 𝜆2 sebesar 0,912 × 10−4 𝑚, 𝜆3 sebesar 0,628 × 10−4 𝑚 sehingga
didapat 𝜆̅ sebesar 1,0853 × 10−4 𝑚. Ʃ𝜆2̅ sebesar 4,1708 × 10−8 𝑚2, ∆𝜆̅ sebesar 0,3259 ×
10−4 𝑚, dengan kesalahan relatif sebesar 30,02%. Dengan nilai terbaik antara 0,7544 ×
10−4 𝑚 sampai 1,4112 × 10−4 𝑚. Kemudian pada kisi dengan L sebesar 20 cm, diperoleh 𝜆1
sebesar 1,4316 × 10−4 𝑚, 𝜆2 sebesar 0,8363 × 10−4 𝑚, 𝜆3 sebesar 0,5968 × 10−4 𝑚
sehingga didapat 𝜆̅ sebesar 0,9547 × 10−4 𝑚. Ʃ𝜆̅2 sebesar 3,1044 × 10−8 𝑚2, ∆𝜆̅2 sebesar
3,1044 × 10−8 𝑚², dengan kesalahan relatif sebesar 26%. Dengan nilai terbaik antara
0,7064 × 10−4 𝑚 sampai 1,203 × 10−4 𝑚. Sehingga dapat dikatakan bahwa panjang
gelombang dipengaruhi oleh lebar celah dan jarak antara pola bayangan. Persentase error yang
lebih dari 10% pun dipengaruhi oleh beberapa kendala.

Aplikasi difraksi cahaya pada celah tunggal, bila cahaya monokhromatik (satu warna)
dijatuhkan pada celah sempit, maka cahaya akan di belokan (dilenturkan). Difraksi pada celah
sempit, bila cahaya yang dijatuhkan polikhromatik (cahaya putih/banyak warna), selain akan
mengalami peristiwa difraksi, juga akan terjadi peristiwa interferensi, hasil interferensi
menghasilkan pola warna pelangi. Difraksi cahaya pada kisi/celah banyak, sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk dinding bangunan. Kisi difraksi yang ada di
laboratorium fisika adalah kaca yang digores dengan intan, sehingga dapat berfungsi sebagai
celah banyak. Jika seberkas sinar monokromatik jatuh pada kisi difraksi, akan terjadi peristiwa
difraksi dan interferensi.
Pada pengambilan data percobaan difraksi, mengalami kendala-kendala seperti sinar yang tidak
dapat diam mempertahankan kedudukannya sehingga saat melakukan pengukuran untuk
mencari jarak antara sinar dari orde ke orde hasil pengukuran yang didapat tidak sempurna.
Selain itu, perlatan yang digunakan seperti layar penangkap bayangan yang digunakan
seadanya, serka celah tunggal dan kisi juga sudah tua sehingga menyebakan sinar yang
dihasilkan tidak sempurna atau kurang berfungsi dengan baik. Oleh sebab itulah diperoleh hasil
KR atau percentase errornya kebih dari 10%.
V. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan, diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sinar Laser terbukti dapat menyebarkan cahaya


2. Difraksi adalah kecenderungan gelombang yang dipancarkan dari sumber melewati celah
yang terbatas untuk menyebar ketika merambat
3. Pada celah tunggal dan kisi, semakin besar nilai y maka semakin besar panjang
gelombangnya.
4. Jika pada celah tunggal dilewati oleh cahaya monokromatik yang sejajar maka akan terjadi
peristiwa pelenturan sehingga terjadi pola difraksi yang berupa garis-garis terang pada
layar.
5. Kesalahan relatif pada celah tunggal sebesar 17,6% dan pada kisi 26%
DAFTAR PUSTAKA

Allard, Frederick c. 1990. Fiber Optics Handbook for Engineer and Scientist. Mc Graw Hill.
USAPe

Baiguni. 1985. Fisika Modern. PN Balai Pustaka. Jakarta.

Dood, Annadel Z. 2000. Panduan Pokok untuk Telekomunikasi. Erlangga. Yogyakarta.

Keiser, Gerd. 1991. Optical Fiber Communications. McGrav Hill Inc. USA

Mooney, William J. 2000. Optoelectronic Devices an Principle. Prentice-Hall International Inc.


USA

Santosa, Ign Edi. 2012. Pengukuran Jarak antar Celah Kisi Difraksi dengan Metode Deviasi
Minimum. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI. ISSN : 0853-0823
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

1) Difraksi pada Celah Tunggal

𝑌 𝑌
-) tan 𝜃 = 𝐿𝑛 , 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝐿𝑛
𝑛 𝑛

0,004
 𝜃1 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 0,0015 = 0,086°
3,48
0,017
 𝜃2 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 0,00439 = 0,280°
3,48
0,031
 𝜃3 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 0,00891 = 0,510°
3,48
0,045
 𝜃4 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 0,0129 = 0,740°
3,48
0,055
 𝜃5 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 0,0158 = 0,905°
3,48

𝑎 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑛
-) 𝜆𝑛 = 𝑚𝑛

2 ×10−4 ∙sin 0,086°


 𝜆1 = = 3 × 10−7 𝑚
1
2 ×10−4 ∙ sin 0,280°
 𝜆2 = = 4,89 × 10−7 𝑚
2
2 ×10−4 ∙ sin 0,510°
 𝜆3 = = 5,93 × 10−7 𝑚
3
2 ×10−4 ∙ sin 0,740°
 𝜆4 = = 6,46 × 10−7 𝑚
4
2 ×10−4 ∙ sin 0,905°
 𝜆5 = = 6,32 × 10−7 𝑚
5

𝜆1 +𝜆2 +𝜆3 +𝜆4 +𝜆5


-) 𝜆̅ = 5

𝜆̅ = 5,32 × 10−7 𝑚

-) ∑ 𝜆̅² = 𝜆1 2 + 𝜆2 2 + 𝜆3 2 + 𝜆4 2 + 𝜆5 2 = 149 × 10−14 𝑚2

̅ +𝑛( 𝜆
∑𝜆 ̅ )2
-) ∆𝜆 = √ = √0,412 × 10−16 = 0,642 × 10−7 𝑚
𝑛(𝑛−1)

∆𝜆 0,642 ×10−7
-) KR = ̅ × 1 00% = × 100% = 12,07 %
𝜆 5,32 ×10−7

-) 𝑁𝑇2 = 5,32 × 10−7 + 0,642 × 10−7 = 5,962 × 10−7 𝑚

-) 𝑁𝑇1 = 5,32 × 10−7 − 0,642 × 10−7 = 4,67 × 10−7


2) Percobaaan pada kisi

*) Pada L = 15 cm = 0,15 m
𝑌 𝑌
-) tan 𝜃 = 𝐿𝑛 , 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝐿𝑛
𝑛 𝑛

0,251
 𝜃1 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 1,673 = 59,13°
0,15
0,334
 𝜃2 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 2,227 = 65,82°
0,15
0,421
 𝜃3 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 2,807 = 70,39°
0,15

𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑛
-) 𝜆𝑛 = 𝑚𝑛

0,0002 sin 59,13


 𝜆1 = = 1,716 × 10−4 𝑚
1
0,0002 sin 65,82
 𝜆2 = = 0,912 × 10−4 𝑚
2
0,0002 sin 70,39
 𝜆3 = = 0,628 × 10−4 𝑚
3
𝜆 +𝜆 +𝜆
-) 𝜆̅ = 1 32 3
𝜆̅ = 1,0853 × 10−4 𝑚
-) ∑ 𝜆̅ = 𝜆1 2 + 𝜆2 2 + 𝜆3 2 = 4,1708 × 10−8 𝑚2
̅ +𝑛( 𝜆
∑𝜆 ̅ )2 (4,1708×10−8 )−3 (1,0853 × 10−4 )2
-) ∆𝜆 = √ =√ = 0,3259 × 10−4 𝑚
𝑛(𝑛−1) 6
∆𝜆 0,3259 × 10−4
-) KR = ̅ × 100% = 1,0853 × 10−4 × 100% = 30,02 %
𝜆
-) 𝑁𝑇1 = (1,0853 × 10−4 ) + (0,3259 × 10−4 ) = 1,4112 × 10−4 𝑚
-) 𝑁𝑇2 = (1,0853 × 10−4 ) − (0,3259 × 10−4 ) = 0,7544 × 10−4 𝑚

*) Pada L = =20 cm = 0,2 m


𝑌 𝑌
-) tan 𝜃 = 𝐿𝑛 , 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝐿𝑛
𝑛 𝑛

0,205
 𝜃1 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 1,025 = 45,71°
0,2
0,305
 𝜃2 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 1,525 = 56,75°
0,2
0,400
 𝜃3 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan 2 = 63,43°
0,2

𝑑 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑛
-) 𝜆𝑛 = 𝑚𝑛

0,0002 sin 45,71


 𝜆1 = = 1,4316 × 10−4 𝑚
1
0,0002 sin 56,75
 𝜆2 = = 0,8363 × 10−4 𝑚
2
0,0002 sin 63,43
 𝜆3 = = 0,5968 × 10−4 𝑚
3
𝜆 +𝜆 +𝜆
-) 𝜆̅ = 1 32 3
𝜆̅ = 0,9547 10−4 𝑚
-) ∑ 𝜆̅ = 𝜆1 2 + 𝜆2 2 + 𝜆3 2 = 3,1044 × 10−8 𝑚2
̅ +𝑛( 𝜆
∑𝜆 ̅ )2
-) ∆𝜆 = √ = 0,2483 × 10−4 𝑚
𝑛(𝑛−1)
∆𝜆 0,2483 ×10−8
-) KR = ̅ × 100% = 0,9547 ×10−4 × 100% = 26 %
𝜆
-) 𝑁𝑇1 = (0,9547 × 10−4 ) + (0,9547 × 10−4 ) = 1,203 × 10−4 𝑚
-) 𝑁𝑇2 = (0,9547 × 10−4 ) + (0,9547 × 10−4 ) = 0,7064 × 10−4

Anda mungkin juga menyukai