PROPOSAL PENELITIAN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis Ilmiah
mahasiswa program strata-1 kedokteran umum
Disusun oleh
Telah disetujui
Pembimbing I
Penguji
Nama mahasiswa
NIM
Program studi
Judul KTI
1) KTI ini ditulis sendiri, tulisan asli saya sendiri tanpa bantuan orang lain
selain pembimbing dan narasumber yang diketahui oleh pembimbing
2) KTI ini sebagian atau seluruhnya belumpernah dipublikasi dalam bentuk
artikel maupun tugas ilmiah lain di Universitas Diponegoro maupun di
perguruan tinggi lain
3) Dalam KTI ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis orang
lain kecuali secara tertulis dicantumkan sebagai rujukan dalam naskah dan
tercantum pada daftar kepustakaan
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
ASI
BBLR
ICU
IgA
: Immunoglobulin A
KMK
KPD
MMP
: Matriks Metaloproteinase
MRSA
nCPAP
NICU
PBP 2a
PCR
PICU
RSUP
SIRS
SPSS
SSSS
TIMP-1
TSST
WHO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infeksi neonatal merupakan penyebab penting morbiditas, lamanya tinggal
di rumah sakit, dan kematian pada bayi.1 Pola penyakit penyebab kematian
menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal pada bulan pertama
adalah infeksi (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare) sebesar 57,1%,
prematur dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 35%,
kemudian
meliputi: ketuban pecah dini (KPD) dan infeksi selama kehamilan. Faktor
nosokomial yang dapat menjadi predisposisi neonatal terkena infeksi meliputi:
lama rawat, prosedur invasif, ruang perawatan penuh, staf perawatan, dan
prosedur cuci tangan. Faktor neonatal meliputi: BBLR, jenis kelamin dan kelainan
kongenital.7
Pada umunya, mikroorganisme penyebab infeksi pada bayi baru lahir dan
neonatal adalah Streptococcus grup B, E. coli, Staphylococcus aureus,
Streptococcus
faecalis,
Staphylococcus
epidermidis,
Methicillin-Resistant
1.2
Permasalahan Penelitian
Apakah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), ketuban pecah dini, metode
persalinan seksio sesarea, usia kehamilan, dan pemberian ASI yang tidak eksklusif
berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi baru lahir?
1.3
1.3.1
1.3.2
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi
baru lahir.
Tujuan Khusus
1. Menganalisa apakah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi baru
lahir.
2. Menganalisa apakah ketuban pecah dini merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi baru lahir.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan memberikan informasi mengenai faktor
yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi baru lahir..
2. Menjadi bahan bagi praktisi kesehatan dalam upaya pencegahan
terjadinya infeksi MRSA terutama pada bayi baru lahir.
3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian
selanjutnya.
1.5
Keaslian penelitian
Setelah dilakukan upaya penelusuran pustaka, terdapat sejumlah penelitian
Penelitian
1.
Metode Penelitian
Case control study
Hasil Penelitian
Semua
didapatkan
sampel
yang
berjenis
Risk
factors
sampai
Staphylococcus
memiliki
Juni
2004
onset
dan selangkangan.
Secara
kulit
dan memiliki
rerata
lama
Cambridge Journals.
2007; 2816
pada
2.
dan
telah
dkk
1,9%
Database
MRSA
pada
Colonization dan
PubMed
Embase
dikonsultasikan.
Pediatric
ICU:
Studi
Meta-analysis
masuk
ke
Neonatal
17
sejak
lahir.
Ada
risiko
untuk
berlanjut
Penelitian
Puspitasari
Notohatmodjo
Metode Penelitian
Cross sectional study
Data diperoleh dari catatan
Hasil Penelitian
Cara persalinan pervaginam
merupakan
terjadinya
faktor
risiko
kolonisasi
Faktor
Kolonisasi
Staphylococcus
terdapat
aureus
di
Neonatus
2011 18
pengaruh
yang
terhadap
Staphylococcus
dan
eksklusi
diteliti
di
laboratorium mikrobiologi
untuk
mengidentifikasi
Staphylococcus aureus.
Pada penelitian pertama, memiliki desain dan subyek penelitian yang sama
dengan peneliti. Perbedaan terletak pada tempat subyek berada, dimana peneliti
memilih RumahSakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang sebagai tempat
penelitian. Selain lokasi penelitian, perbedaan lainnya ada pada variabel bebas
yang akan diteliti. Pada penelitian kali ini,peneliti ingin menganalisis apakah Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR), ketuban pecah dini, metode persalinan, usia
kehamilan, dan pemberian ASI merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya infeksi MRSA pada bayi baru lahir.16
Desain penelitian, subyek penelitian, dan juga variabel bebas yang akan
diteliti merupakan perbedaan antara penelitian kedua dengan penelitian yang
dilakukan peneliti. Pada penelitian ketiga, subyek penelitian adalah neonatal yang
terkolonisasi MRSA dan dirawat di NICU/PICU sedangkan pada penelitian kali
ini, subyek penelitian adalah bayi baru lahir yang dirawat di bangsal perawatan
level 2 dan 3 RSUP dr. Kariadi Semarang.17
Perbedaan penelitian ketiga terletak pada desain dan subyek penelitian.
Peneliti mengambil desain penelitian kasus kontrol dan sebagai subyek penelitian
adalah bayi baru lahir.18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Staphylococcus aureus
2.1.1
seprei, pakaian, dan alat pencukur jenggot orang yang terinfeksi Staphylococcus
aureus.18
Staphylococcus
aureus
dapat
menimbulkan
penyakit
melalui
Esterase
yang
dihasilkan
dapat
meningkatkan
aktivitas
dalam
patogenesis
pada
manusia
tidak
jelas,
karena
epidermis,
sehingga
menyebabkan
pemisahan
pada
makanan
yang
mengandung
penicillin,
dan
oxacillin,
sehingga
menyulitkan
dalam
2.2
2.2.1
dari 2500 gram tanpa melihat masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.25
Bayi berat lahir rendah bisa merupakan bayi yang lahir aterm (masa
gestasi antara 37-42 minggu) maupun preterm atau prematur (masa gestasi 37
minggu). Untuk bayi berat lahir rendah yang lahir aterm bisa disebut dengan bayi
kecil untuk masa kehamilan (KMK), yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
< 10 persentil menurut grafik Lubchenco.26
Berat lahir yang rendah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya infeksi. Berat badan lahir rendah menjadi faktor yang berpengaruh
dengan menurunkan sistem imun bayi. Fungsi imun pada bayi dengan berat badan
lahir rendah masih belum berfungsi dengan baik. Gangguan fungsi imun dapat
terjadi secara sendiri ataupun merupakan bagian dari kekurangan nutrisi semasa
bayi, seperti besi, zink, dan tembaga.27
Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah
terkena penyakit terutama penyakit infeksi.28
2.2.2
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal atau neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden
seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.30
Sejak masa kehamilan sampai ketuban pecah, janin relatif terlindungi dari
flora mikroba ibu oleh membran/dinding korioamniotik, plasenta, dan faktor
antibakteria dalam air ketuban. Beberapa tindakan medis yang mengganggu
integritas isi rahim, dapat memudahkan organisme normal kulit atau vagina masuk
sehingga menyebabkan korioamnionitis dan infeksi sekunder pada janin termasuk
dapat berkembang menjadi hiperbilirubinemia.30
2.2.3
Metode Persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan yang
ditandai dengan perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran
plasenta.31
Secara umum, metode persalinan dikenal dengan dua macam, yaitu
persalinan pervaginam dan persalinan seksio sesarea. Persalinan pervaginam,
biasa disebut oleh orang awam dengan persalinan normal, adalah proses keluarnya
janin dari dalam rahim melalui jalan lahir/vagina. Sedangkan persalinan seksio
sesarea adalah proses keluarnya janin dalam rahim ibu melalui dinding perut ibu
melalui suatu operasi pembedahan yang dikenal dengan istilah bedah sesar.18
World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir
dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur
terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan. Usia kehamilan ini dihitung dari hari
pertama setelah siklus menstruasi terakhir.35
imunoglobulin
serum
terus
menurun,
menyebabkan
bulan selama usia bulan-bulan pertama, yang berisi antibodi bakteri dan virus,
termasuk kadar antibodi IgA sekretori yang relatif tinggi, yang mencegah
mikroorganisme melekat pada mukosa usus.37
Kolostrum (sering disebut ASI jolong) adalah ASI pertama yang
diproduksi payudara ibu selama hamil. Komposisi kolostrum berbeda dengan ASI
yang keluar pada hari ke 4-7 sampai hari ke-10 14 kelahiran (ASI transisi) dan
juga berbeda dengan ASI yang keluar setelah hari ke-14 (ASI matang). Kolostrum
berisi full antibodi dan immunoglobulin. Kolostrum mengandung sejumlah besar
sel-sel hidup sehingga kolostrum bisa dianggap sebagai vaksin alami pertama
yang aman. Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak
dibandingkan susu matang yang berfungsi melindungi bayi dari diare dan
infeksi.38
Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) sudah dibuktikan dapat mencegah
terjadinya infeksi pada bayi. Bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko lebih
kecil untuk memperoleh infeksi daripada bayi yang mendapat susu formula.
Efektifitas ASI tergantung dari jumlah yang diberikan, semakin banyak ASI yang
diberikan semakin sedikit risiko untuk terkena infeksi. Insidensi infeksi
nosokomial pada bayi prematur yang mendapat ASI (29,3%) lebih kecil
dibandingkan dengan bayi prematur yang mendapat susu formula (47,2%).36
2.3
2.3.1
BAB III
3.1
Kerangka Teori
Kontaminasi bakteri
Metode Persalinan
Pemberian ASI
Sistem imun
Infeksi MRSA
Immaturitas organ
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
3.2
Kerangka Konsep
Infeksi MRSA
Metode Persalinan
Pemberian ASI
Gambar 4. Kerangka Konsep
3.3
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian
adalah:
3.3.1
Hipotesis Mayor
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), ketuban pecah dini, metode persalinan
seksio sesarea, usia kehamilan, dan pemberian ASI yang tidak eksklusif
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi baru
lahir.
3.3.2
Hipotesis Minor
1. BBLR merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian MRSA
pada bayi baru lahir.
2. Ketuban pecah dini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian MRSA pada bayi baru lahir.
3. Metode persalinan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian MRSA pada bayi baru lahir.
4. Usia kehamilan berpengaruh terhadap kejadian MRSA pada bayi baru
lahir.
5. Pemberian ASI merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
MRSA pada bayi baru lahir.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
4.2
perawatan bayi level 2-3 dan ruang Rekam Medik. Penelitian akan dilakukan
mulai bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015.
4.3
4.4
4.4.1
Populasi Target
a. Kelompok kasus: bayi baru lahir dengan MRSA.
b. Kelompok kontrol: bayi baru lahir tanpa MRSA.
4.4.2
Populasi Terjangkau
a. Kelompok kasus: bayi baru lahir dengan MRSA yang dirawat di
RSUP dr. Kariadi Semarang.
b. Kelompok kontrol: bayi baru lahir tanpa MRSA yang dirawat di
RSUP dr. Kariadi Semarang.
4.4.3
Sampel Penelitian
4.4.4
Cara Sampling
Tempat pengambilan sampel dipilih peneliti yaitu RSUP dr. Kariadi
Semarang. Kemudian bayi baru lahir yang dirawat di tempat tersebut akan dipilih
secara consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.4.5
Besar Sampel
Sesuai dengan rancangan penelitian yaitu penelitian kasus kontrol, maka
besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitan
kasus kontrol. Penetuan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
uji hipotesis terhadap Odds Ratio (OR) yaitu studi kasus-kontrol tidak
berpasangan.
n 1=n 2=
( Z 2 PQ + Z P 1 Q1+ P 2 Q2 )
( P 1P 2)2
Keterangan :
n1
n2
P1
x P2
Q 2+( x P2)
P2
= ( P1 + P2)
Q1
= 1 P1
Q2
= 1 P2
= ( Q1 + Q2 )
n 1=n 2=
( Z 2 PQ + Z P 1 Q1+ P 2 Q2 )
( P 1P 2)2
42
sebesar 0,3
32
43
14
4.5
Variabel Penelitian
4.5.1
Variabel Bebas
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
b. Ketuban pecah dini
c. Metode persalinan
d. Usia kehamilan
e. Pemberian ASI
4.5.2
Variabel Terikat
Bayi baru lahir yang terinfeksi MRSA
Rendah
(BBLR)
Skala
Nominal
Definisi Operasional
Didapatkan dari hasil kultur.
Kriteria
Skala
Infeksi MRSA Nominal
Usia
kehamilan
Nominal
Pertama
ultrasonografi
Haid
Terakhir
(USG).
atau
Dibagi
persalinan
pervaginam:
pervaginam
proses Secara seksio
dinding
perut
(dengan pembedahan).
ibu
Nominal
Variabel
Ketuban
Pecahnya
Definisi Operasional
Kriteria
selaput ketuban sebelum KPD (+)
Skala
Nominal
Pemberian
ASI
(+)
lama
pemberian
4.7
ataupun
saat
ekslusif
4.8
Alur Penelitian
Analisa data
4.9
Analisis Data
Data yang terkumpul telah dilakukan data cleaning, coding, tabulasi, dan
data entry ke dalam komputer. Analisis data meliputi analisis univariat yaitu
analisis deskriptif dan uji hipotesis. Setelah dilakukan analisis univariat,
dilanjutkan dengan analisis bivariat uji hipotesis komperatif terhadap variabel
kategorikal yang dilanjutkan dengan uji multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil analisis deskriptif data yang berskala nominal dinyatakan dalam distribusi
frekuensi dan persen.
Uji hipotesis menggunakan X2 dan besar risiko. Uji X2 dipilih karena
variabel bebas dan terikat berskala nominal. Uji hipotesis dianalisis dengan
analisis bivariat pada data berskala kategorikal yang diuji dengan menggunakan
uji Chi-square untuk mencari asosiasi antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Nilai p < 0,05 dianggap bermakna. Jika tidak memenuhi syarat untuk
dilakukan uji Chi-square, data dianalisis dengan uji Fischer.
Besarnya hubungan kejadian MRSA pada bayi baru lahir dinyatakan
sebagai OR (Odds Ratio). Hanya variabel yang pada analisis bivariat dengan nilai
p < 0,05, kemudian dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis
regresi logistik dimana variabel tergantung adalah kejadian MRSA sedangkan
variabel bebas adalah variabel-variabel yang menjadi faktor yang berpengaruh.
Hasil dari uji multivariat dinyatakan dengan Odss Ratio (OR) dengan 95%
interval kepercayaan. Nilai OR > 1 dan dengan rentang kepercayaan > 1 dianggap
sebagai faktor yang berhubungan. Analisis data semuanya dilakukan dengan
program SPSS for windows.
.
4.10
Etika Penelitian
2)
3)
4.11
Jadwal Penelitian
Kegiat
an
Bulan
Mingg
u
Konsultasi dan
bimbingan
proposal
Studi literatur
Novemb
er
Desemb
er
Januari
Februar
i
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
proposal
Seminar
proposal
Pengajuan
ethical clearance
Kegiat
an
Bulan
Mingg
u
Pengumpulan
data
Konsultasi dan
bimbingan hasil
Analisis data dan
evaluasi
Penyusunan
laporan hasil
Seminar hasil
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
DAFTAR PUSTAKA
yang
berhubungan
dengan
kejadian
from:
http://www.sswahs.nsw.gov.au/rpa/neonatal
%5Ccontent/pdf/guidelines/earlyinf.pdf
9. Tiflah. Bakteremia pada Neonatus: Hubungan pola kuman dan kepekaan
terhadap antibiotik inisial serta faktor risikonya di Bangsal Bayi Risiko Tinggi
(BBRT) RS dr. Kariadi tahun 2004. Semarang (Indonesia): Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2006. Available from: Eprints Undip.
10. The Neonatal Unit. John Radcliffe Hospital [pamphlet]. Oxford (England):
Oxford Radcliffe Hospitals; 2009.
11. Burke RE, Halpern MS, Baron EJ, Gutierrez K. Pediatric and neonatal
staphylococcus aureus bacteremia: epidemiology, risk factors, and outcome.
Infection control and hospital epidemiology [Internet]. 2009; 30(7):636-644.
Available from: Chicago Journals.
12. Yuwono. Pandemi resistensi antimikroba: belajar dari MRSA. JKK [Internet].
2010; 42(1):2840. Available from: Eprints Unsri.
13. Maranani ZZ. Pengaruh health care terhadap kejadian infeksi dan pola
resistensi staphylococcus aureus pasien RSUP dr. Kariadi Semarang Periode
2008-2009.
Semarang
(Indonesia):
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro; 2010.
14. Yochay GR, Rubinstein E, Barzilai A, Carmeli Y, Kuint J, Etienne J, Blech M,
et al. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus in neonatal intensive care
unit. Emerging Infectious Disease Journal [Internet]. 2005; 11(3): 453-6
15. Maraqa NF, Aigbivbalu L, Masnita-Iusan C, Wludyka P, Shareef Z, Bailey C,
et al. Prevalence of and risk factors for Methicillin-resistant Staphylococcus
aureus colonization and infection among infants at a level III neonatal
intensive care unit. American Journal of Infection Control [Internet]. 2011;
39(1): 35-41
16. Nguyen DM, Bancroft E, Mascola L, Guevara R, Yasuda L. Risk factors for
neonatal Methicillin-resistant Staphylococcus aureus infection in a well-infant
survey. Cambridge Journals [Internet]. 2007; 28(04):406-411. Available from:
Cambridge Journals.
17. Zervou FN, Zacharioudakis IM, Ziakas PD, Mylonakis E. MRSA colonization
and risk of infection in the neonatal and pediatric ICU: a meta analysis.
Pediatrics [Internet]. 2014; 133(4):e1015-e1023. Available from: Pediatrics.
18. Notohatmodjo P. Faktor risiko kolonisasi staphylococcus aureus pada
neonatus.
Semarang
(Indonesia):
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro; 2011.
19. Harris LG, Foster SJ, Richards RG. An introduction to staphylococcus aureus,
and techniques for identifying and quantifying S. aureus adhesins in relation to
adhesion to biomaterials: review. European Cells and Materials [Internet].
2002 [cited 2015 Feb 6];4:39. Available from: eCM Journal.
20. The Bacteriology of the Staphylococci [Internet]. [cited 2015 Feb 6].
Available
from:
http://cmgm.stanford.edu/micro/MI209/Staphylococcus
%20aureus.pdf
21. Kusuma SA. Staphylococcus aureus : Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran
[Internet]; 2009 [cited 2015 Feb 6]. Available from: Pustaka Unpad
22. What is MRSA? How can MRSA be Treated? [Internet]. 2014 [ cited 2015
Feb 6]. Available from: http://www.medicalnewstoday.com/articles/10634.php
23. Nurkusuma DD. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Methicillinresistant staphylococcus aureus (MRSA) pada kasus infeksi luka pasca operasi
di ruang perawatan bedah Rumah Sakit dr.Kariadi Semarang [Thesis].
Semarang (Indonesia): Universitas Diponegoro; 2009. Available from: Eprints
Undip.
24. WebMD. Understanding MRSA Infection The Basics. [Internet]. [cited 2015
Feb
6].
Available
from:
http://www.webmd.com/skin-problems-and-
treatments/understanding-mrsa-methicillin-resistant-staphylococcus-aureus
25. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah dalam:
standar pelayanan medis kesehatan anak. Edisi I. Jakarta. 2004;307-313.
26. Sunardi A. Pola pertumbuhan bayi berat lahir rendah kecil masa kehamilan
dan sesuai masa kehamilan pada 6 bulan pertama kehidupan [Thesis].
Semarang (Indonesia): Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2013.
27. Tamba RAP. Faktor risiko infeksi respiratorik akut bawah pada anak di RSUP
dr. Kariadi [Thesis]. Semarang (Indonesia): Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2009.
28. Novitasari D. Faktor-faktor risiko kejadian gizi buruk pada balita yang dirawat
di RSUP dr.Kariadi Semarang. Semarang (Indonesia): Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2012. Available from: Eprints Undip.
29. Suspimantari C, Pramono BA. Faktor risiko prematuritas yang berpengaruh
terhadap luaran maternal dan perinatal berdasarkan usia kehamilan studi kasus
di RSUP dr. Kariadi Semarang tahun 2013. Semarang [Indonesia]: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2014. Available from: Eprints Undip
30. Putri RA, Setiawati EMM, Rini AE. Faktor risiko hiperbilirubinemia pada
neonatus.
Semarang
(Indonesia):
Fakultas
Kedokteran
Universitas
[cited
2015
Feb
6].
Available
from:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8730.0;wap
35. Ulfah K. Hubungan antara periodontitis periodontitis dengan kelahiran bayi
prematur berberta badan lahir rendah ditinjau dari aspek destruksi periodontal.
Medan (Indonesia): Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia
Universitas Sumatera Utara; 2011. Available from: Repository USU.
36. Sitompul AT. Karakteristik penderita sepsis neonatorum yang di rawat inap di
RSU dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009. Medan (Indonesia): Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2010. Available from: Repository
USU.
37. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Volume I. Jakarta: EGC. 2000.
38. Peraturan
Menteri
Kesehatan
2406/MENKES/PER/XII/201
Republik
[Internet].
Indonesia
Available
Nomor
from:
http://www.binfar.depkes.go.id/dat/Permenkes_Antibiotik.pdf
39. Farida H. Kualitas penggunaan antibiotik pada anak dengan demam [Thesis].
Semarang (Indonesia): Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2005.
Available from: Eprints Undip.
40. Rogers K. Methicillin: Encyclopaedia britannica [Internet]; 2014 [cited 2015
Feb
6].
Available
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1522060/methicillin
41. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
from:
Nomor
Feb
6].
Available
from:
http://www.binfar.depkes.go.id/dat/Permenkes_Antibiotik.pdf
42. Armin S, Karimi A, Fallah F, Fahimzad A, Kiomarci F. Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus: a phantom or true menace in our neonates?. Journal of
Pediatric Infectious Diseases [Internet]. 2009; 4: 261-5
43. Carey AJ, Duchon, Della-Latta P, Saiman L. The epidemiology of Methicillinsusceptible and Methicillin-resistant Staphylococcus aureus in a neonatal
intensive care unit, 20002007. Journal of Perinatology [Internet]. 2010; 30:
135-9