Oleh :
Riska Rahma Dani
2107125646
KELOMPOK VI
KELAS C
Asisten :
Lusia Alvid
Dosen Pengampu
Sri Rezeki Muria, ST. MP. MSc.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Hukum Raoult...........................................................................................3
2.2 Larutan......................................................................................................4
2.3 Larutan Elektrolit......................................................................................5
2.4 Larutan Non Elektrolit..............................................................................6
2.5 Larutan Ideal.............................................................................................6
2.6 Larutan Non Ideal.....................................................................................7
2.7 Etil Asetat..................................................................................................9
2.8 Aseton.....................................................................................................11
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM........................................................13
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................13
3.1.1 Alat-alat.......................................................................................13
3.1.2 Bahan-bahan................................................................................13
3.2 Prosedur Percobaan.................................................................................13
3.3 Pengamatan.............................................................................................14
3.4 Rangkaian Alat........................................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................16
4.1 Hasil........................................................................................................16
4.2 Pembahasan.............................................................................................16
4.2.1 Pengaruh Komposisi Terhadap Titik Didih Campuran..................16
4.2.2 Pengaruh Gaya Antar Molekul Terhadap Tekanan Uap................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................20
5.1 Kesimpulan.............................................................................................20
5.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
LAMPIRAN C PERTANYAAN
LAMPIRAN D DOKUMENTASI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Penyimpangan Negatif Hukum Raoult...............................................8
Gambar 2.2 Penyimpangan Positif Hukum Raoult................................................9
Gambar 2.3 Struktur Etil Asetat...........................................................................10
Gambar 2.4 Struktur Aseton.................................................................................12
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Reflux......................................................................15
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Fraksi Mol Etil Asetat dengan Titik Didih..........17
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Fraksi Mol Aseton dengan Titik Didih................18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat Fisika Etil Asetat...........................................................................10
Tabel 2.2 Sifat Kimia Etil Asetat..........................................................................11
Tabel 2.3 Sifat Fisika Aseton................................................................................12
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan..................................................................................14
Tabel 4.1 Hasil Praktikum Larutan Non Elektrolit Hukum Raoult.......................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
raoult pada seluruh rentang konsentrasi. Bunyi dari hukum raoult adalah "tekanan
uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap dan fraksi mol zat terlarut yang
terkandung dalam larutan tersebut" (Syukri, 1999).
Prinsip prinsip hukum Raoult digunakan untuk menentukan komposisi
dari larutan. Dengan adanya hukum Raoult dapat diprediksi berat molekul dari
suatu larutan. Hukum Raoult juga mempelajari tentang pengaruh gaya antar
molekul dari suatu campuran ideal. Oleh karena itu, dilakukan praktikum tentang
hukum Raoult pada larutan non elektrolit. Dengan demikian, dapat diketahui
apakah campuran yang digunakan adalah campuran ideal dan gaya tarik menarik
dari larutan tersebut.
Pada campuran dengan zat terlarut yang bersifat mudah menguap (volatil),
tekanan uapnya dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
0
P A =X B + PB...............................................................................................(2.2)
Keterangan :
PoA= tekanan uap A (cairan murni)
PoB= tekanan uap B
XA= fraksi mol zat A
XB= fraksi mol zat B
3
4
2.2 Larutan
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih
zat. Suatu zat yang hadir dalam jumlah lebih sedikit dalam suatu larutan disebut
zat terlarut, sedangkan zat yang hadir dalam suatu larutan lebih banyak daripada
zat lain disebut pelarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam suatu larutan
dinyatakan sebagai konsentrasi larutan, pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut disolusi (Kurniawan, 2012). Konsentrasi larutan
secara kuantitatif menyatakan komposisi larutan dan pelarut dalam larutan.
Konsentrasi biasanya dinyatakan sebagai perbandingan jumlah zat terlarut dengan
jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, mol, dan bagian
per juta. Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan
sebagai encer (konsentrasi rendah) atau pekat (konsentrasi tinggi) (Putri dkk.,
2017).
Materi adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang.
Materi terdiri dari partikel yang sangat kecil yang tidak terlihat oleh mata.
Komposisi dan sifat partikel masing-masing zat berbeda. Komposisi dan sifat
partikel menentukan keadaan agregasi. Cairan memiliki sifat berubah bentuk dan
memiliki volume tetap. Sifat-sifat larutan dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Komposisi suatu larutan dapat dinyatakan sebagai konsentrasinya, yaitu
perbandingan jumlah zat terlarut dengan pelarut. Jumlah zat terlarut yang berbeda
dalam setiap larutan membutuhkan energi panas yang berbeda, yang
mempengaruhi titik didih larutan. Titik didih larutan adalah suhu larutan di mana
tekanan uap jenuh larutan sama dengan tekanan atmosfer sekitar (tekanan yang
diberikan pada permukaan cairan) (Putri dkk., 2017).
5
Suatu larutan yang memiliki jumlah zat terlarut terbesar pada suhu tertentu
disebut larutan jenuh. Larutan sebelum titik jenuh tercapai disebut larutan tidak
jenuh, tetapi larutan tersebut mungkin mengandung lebih banyak zat terlarut
daripada yang akan larut dalam pelarut pada suhu tertentu, dan dalam keadaan
tersebut, larutan disebut larutan lewat jenuh. Kelarutan didefinisikan sebagai
jumlah zat terlarut yang dapat membentuk larutan jenuh dalam sejumlah pelarut
tertentu pada suhu konstan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat, molekul
pelarut, suhu, dan tekanan (Putri dkk., 2017).
Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut dengan larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, laruta disebut sengan
larutan tidak jenuh. Sedangkan pada suatu keadaan dimana zat terlarut lebih
banyak dari pada pelarut disebut dengan pelarut lewat jenuh (Haryono, 2019).
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
diperlukan untuk dicapainya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang
tak terlarut. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut untuk
menghasilkan suatu larutan disebut dengan kelarutan. Jika jumlah zat yang
terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh
(unsaturated). Jika jumlah zat yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka
larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated) (Roni dan Herawati, 2020).
Adalah larutan yang jumlah ion dalam larutannya sedikit sehingga daya
hantar listriknya lemah.
3. Larutan non elektrolit
Adalah larutan yang didalamnya tidak terdapat ion-ion sehingga tidak
dapat menghantarkan listrik.
Larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit dapat dibedakan secara
eksperimental berdasarkan konduktivitas listriknya. Larutan elektrolit, seperti
beberapa jenis larutan garam, asam, dan basa kuat, dapat menghantarkan listrik.
Zat non-elektrolitik seperti senyawa organik, biasanya dalam larutan berair, tidak
dapat menghantarkan listrik (Sunarya, 2012).
berisi uap dari kedua cairan tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing
komponen (poi) di ruangan itu lebih kecil daripada tekanan uap jenuh cairan
murni (poi), karena permukaan larutan diisi oleh dua zat yang berbeda, sehingga
masing-masing komponen memiliki kesempatan untuk menguap. berkurang
Kemungkinan tersebut sesuai dengan fraksi mol masing-masing (xi) (Syukri,
1999).
Larutan ideal adalah larutan yang sifat-sifatnya mengikuti Hukum Raoult.
Idealnya pada seluruh kisaran komposisi dari sistem tersebut. Hukum Raoult
secara umum didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan
yang sama dengan hasil kali fugasitasnya dalam keadaan murni pada temperatur
dan tekanan yang sama serta fraksi molnya dalam larutan tersebut, yakni (Dogra,
1990). Seluruh komponen pada larutan yang ideal harus mengikuti hukum Raoult
pada seluruh selang konsentrasi. Hukum Raoult berbunyi sebagai berikut:
“tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat
terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut” (Syukri, 1999).
Adapun syarat larutan ideal menurut Purba (2019), adalah sebagai berikut:
1. Larutannya memenuhi hukum Raoult.
2. Molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarang.
3. Pada pencampuran tidak terjadi kalor.
4. Entalpi pembentukan campuran (∆Hf) = 0, yang artinya tidak ada
perubahan entalpi sebelum dan sesudah pencampuran.
5. Komposisi sistem selalu homogen di seluruh wilayah. Fraksi mol kira-kira
0-1 (0 < x < 1).
6. Volume campuran (∆V) = 0, yang artinya tidak terjadi perubahan volume
sebelum dan sesudah pencampuran.
b. Penyimpangan Positif
Jika gaya tarik menarik antara A dan B lebih lemah daripada gaya kohesi
kedua komponen, maka Δ Hl > 0 atau reaksi disolusi bersifat endotermik.
Akibatnya, tekanan uap larutan lebih besar dari tekanan uap yang dihitung dengan
hukum Raoult dan disebut penyimpangan positif (Syukri, 1999). Seperti yang
diperlihatkan oleh gambar 2.2 dan contoh larutan tersebut adalah larutan yang
terdiri dari eter (C2H5)2O dan CCl (karbon tetraklorida). Tekanan uap larutan lebih
besar dari tekanan uap yang dihitung dengan hukum Raoult dan disebut
penyimpangan positif. Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 2.2 dan contoh
larutan tersebut adalah larutan yang terdiri dari eter (C 2H5)2O dan CCl4 (karbon
tetraklorida) (Syukri, 1999).
2.8 Aseton
Aseton memiliki gugus karbonil dengan ikatan rangkap dua karbon-
oksigen terdiri atas satu ikatan σ dan satu ikatan π. Secara umum, atom hidrogen
yang terikat pada atom karbon sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun,
atom hidrogen yang terletak pada karbon (C) dari gugus karbonil yang disebut
atom hidrogen alfa (α). Sebagai akibat penarikan elektron oleh gugus karbonil,
kerapatan elektron pada atom α-karbon semakin berkurang menyebabkan ikatan
karbon dan hidrogen melemah, sehingga hidrogen α bersifat asam dan dapat
mengakibatkan terjadinya substitusi α. α-substitusi melibatkan penggantian atom
H dari atom α-karbon dengan atom elektrofilik (Wade, 2006).
Aseton diproduksi secara langsung atau tidak langsung dari propena. Secara
umum, benzena dialkilasi dengan propena melalui proses kumena dan produk dari
proses kumena (isopropil benzena) dioksidasi menjadi fenol dan aseton (Petrucci,
1987).
C6H5CH(CH3)2 + O2 → C6H5OH + O...........................................................(2.6)
Inggris. Metode ini kemudian ditinggalkan karena rendemen aseton butanol yang
rendah (Petrucci, 1987)
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan larutan non
elektrolit hukum Raoult, yaitu :
1. Etil asetat
2. Aseton
13
14
3.3 Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan
Prosedur Pengamatan
10 mL etil asetat + 0 mL aseton Larutan bening dengan titik didih 73℃
10 mL etil asetat + 2 mL aseton Campuran bening dengan titik didih 69℃
10 mL etil asetat + 4 mL aseton Campuran bening dengan titik didih 67℃
10 mL etil asetat + 6 mL aseton Campuran bening dengan titik didih 65℃
10 mL etil asetat + 8 mL aseton Campuran bening dengan titik didih 63,5℃
10 mL etil asetat + 10 mL aseton Campuran bening dengan titik didih 63℃
Hasil pemanasan setelahh Hasil yang didapat adalah campuran
15
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Praktikum Larutan Non Elektrolit Hukum Raoult
Campuran (mL)
Fraksi Mol Etil Asetat Titik Didih (°C)
Etil Asetat Aseton
10 0 1 73
10 2 0,79 69
10 4 0,65 67
10 6 0,55 65
10 8 0,48 63,5
10 10 0,43 63
8 10 0,37 62
6 10 0,31 60
4 10 0,23 59
2 10 0,13 57
0 10 0 56
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Komposisi Terhadap Titik Didih Campuran
Pada praktikum ini digunakan larutan non elektrolit yaitu larutan etil asetat
dan aseton. Kedua larutan ini dicampurkan dan dipanaskan hingga mendidih. Titik
didih yang didapatkan pada campuran dengan komposisi yang berbeda-beda
menjelaskan bahwa komposisi mempengaruhi titik didih suatu campuran.
Pemanasan campuran larutan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dengan
komposisi yang berbeda-beda sehingga menghasilkan perbedaan fraksi mol dari
kedua larutan di dalam campuran (Khoerunnisa, 2014).
Pada percobaan ini menggunakan larutan non elektrolit etil asetat dan
aseton. Kedua larutan dicampur dan dipanaskan sampai mendidih. Kemudian titik
didih yang diperoleh dicatat untuk campuran senyawa yang berbeda menjelaskan
bahwa komposisi mempengaruhi titik didih dari campuran. Pemanasan berulang
dengan komposisi yang berbeda menghasilkan fraksi mol yang berbeda dari kedua
larutan campuran (Dewi, 2020).
16
17
70
68
66
64
62
60
58
1 0.79 0.65 0.55 0.48 0.43
Fraksi Mol Etil Asetat
tinggi titik didih campuran, semakin tinggi jumlah mol zat tersebut, sedangkan
semakin rendah titik didih campuran larutan juga menunjukkan fraksi mol yang
lebih kecil. Oleh karena itu, dikatakan bahwa komposisi larutan dan titik didihnya
berbanding lurus. Penyimpangan yang terjadi pada campuran ini adalah
penyimpangan positif dikarenakan kenaikan titik didih akan membuat larutan
mengalami penurunan tekanan uap. Penurunan tekanan uap menunjukkan banyak
partikel yang menguap sedikit dan banyaknya partikel yang menguap dipengaruhi
oleh tarikan antar senyawa yang sama dalam larutan lebih besar dari tarikan antar
senyawa yang berbeda.
Pada perlakuan kedua, dimasukkan 10 mL aseton ke dalam labu didih
leher tiga dan dilakukan proses refluks untuk mengukur titik didih aseton. Setelah
titik didih aseton didapatkan, ditambahkan 2 mL etil asetat dan dilakukan kembali
proses refluks. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang hingga jumlah etil
asetat yang ditambahkan mencapai 10 mL. Hasil pengukuran titik didih larutan
dapat dilihat pada Gambar 4.2
uap larutannya akan semakin kecil mengingat jumlah molekul pelarut persatuan
volumenya juga semakin berkurang (Wibawa, 2015).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa didapatkan pada percobaan kali ini adalah:
1. Hubungan antara titik didih berbanding lurus dengan fraksi mol larutan,
dengan titik didih yang lebih tinggi menunjukkan fraksi mol lebih besar
dan titik yang lebih rendah menunjukkan fraksi larutan yang lebih kecil.
2. Ada gaya antar molekul yang mempengaruhi tekanan uap campuran.
3. Suatu zat cair pada setiap temperature mempunyai tekanan uap yang
berbeda. Semakin tinggi temperatur, maka semakin besar tekanan uap
yang zat cair tersebut.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan kepada praktikan selanjutnya adalah:
1. Sebelum pencampuran larutan dilakukan, pastikan rangkaian alat
didingkan
2. Pastikan leher labu didih ditutup dengan erat agar tidak ada larutan yang
menguap
3. Gunakan peralatan sarung tangan dan masker yang berstandar nasional
karena bahan yang digunakan adalah bahan yang beracu.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Setyawardhani, D. A., Yoenitasari, dan Wahyuningsih, S. (2015). Kinetika
Reaksi Esterifikasi Asam Formiat dengan Etanol pada Variasi Suhu dan
Konsentrasi Katalis, Ekulibrium. Jurnal Ekuilibrum. 4(2) : hal. 64-70.
Sudarmin., Sumarni, W., dan Kurniawan, C. (2017). Kimia Larutan dan Koloid.
Semarang: CV. Swadaya Manunggal.
Sukardjo. (1990). Kimia Anorganik. Rineka Cipta. Jakarta.
Sunarya, Y. (2008). Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT Setia Purna
Inves.
Sunarya, Y. (2012). Kimia Dasar 2. Bandung: CV Yrama Widya.
Syukri. (1999). Kimia Dasar. ITB Press. Bandung.
Takeuchi, Y. (2008). Kesetimbangan Fasa Dua Komponen. Jakarta: Erlangga.
Ullmann, S. (2007). Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Wade, L.G. (2006). Organic Chemistry, 6th ed. Pearson Education International,
New Jersey.
24
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
25
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
26
0,1025
x Etil asetat=
0,1025+0,0270
27
LAMPIRAN C
PERTANYAAN
1. Bagaimana sifat campuran dalam percobaan ini ideal atau tidak? Kalau
tidak ideal, penyimpangan mana yang dapat dilihat?
Jawab:
Sifat campuran dalam percobaan ini adalah tidak ideal. Penyimpangan
negatif dari hukum Raoult dapat dilihat pada perlakuan pertama dimana etil asetat
digunakan sebagai pelarut dan aseton sebagai zat terlarut yang menyebabkan
kenaikan dan penurunan titik didih pada larutan. Penyimpangan positif dapat
dilihat pada perlakuan kedua dimana aseton digunakan sebagai pelarut dan etil
asetat sebagai zat terlarut yang menyebabkan kenaikan titik didih pada larutan.
28
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI
Gambar D.1 Rangkaian Alat Reflux Gambar D.2 Pemasukan Etil Asetat
ke Labu Didih
29
30