Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LARUTAN NON ELEKTROLIT

HUKUM RAOULT

Oleh:
Kelompok VII
Kelas A

Farah Aulia Prihasti 1707122999


Ichsan Mahesa Hendri 1707122728
Ihsan Naufal Firdaus 1707114078
Meidhika Ghiona 1707113879

Asisten :
Wahyu Rahmadhan

Dosen Pengampu :
Dra. Silvia Reni Yenti, M.Si

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
Larutan Non Elektrolit Hukum Raoult
Dosen pengampu praktikum kimia fisika dengan ini

menyatakan bahwa :

Kelompok VII

Farah Aulia Prihasti 1707122999


Ichsan Mahesa Hendri 1707122728
Ihsan Naufal Firdaus 1707114078
Meidhika Ghiona 1707113879

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen


pengampu / Asisten Praktikum.
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Isotherm Adsorpsi
Freundlich dari praktikum kimia fisika yang disetujui oleh Dosen
Pengampu / Asisten Praktikum.

Catatan Tambahan :

Dosen Pengampu
Pekanbaru, September 2018

Dra. Silvia Reni Yenti, M.Si


NIP. 19590824 198702 2 001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv

DAFTAR TABEL..............................................................................................v

BAB I TEORI
1.1 Larutan Ideal............................................................................................1
1.2 Penyimpangan Hukum Raoult.................................................................2
1.3 Aseton......................................................................................................3
1.4 Etil Asetat................................................................................................4
1.5 Larutan Non Elektrolit.............................................................................5
1.6 Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit.....................................................6
1.7 Membuat Diagram Komposisi................................................................7
1.8 Penurunan Tekanan Uap Jenuh...............................................................9

BAB II METODOLOGI
2.1 Bahan-bahan yang Digunakan...............................................................11
2.2 Alat-alat yang Digunakan......................................................................11
2.3 Prosedur Percobaan...............................................................................11

BAB III HASIL DAN DISKUSI

3.1 Hasil Pengamatan..................................................................................13

3.2 Pembahasan...........................................................................................13

3.2.1 Grafik............................................................................................15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan............................................................................................17
4.2 Saran......................................................................................................17

ii
BAB V TUGAS/JAWABAN PERTANYAAN

5.1 Pertanyaan.............................................................................................18
5.2 Jawaban.................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA

LAMPIRAN B LEMBAR PERHITUNGAN

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Penyimpangan....................................................................2

Gambar 1.2 Aseton...............................................................................................4

Gambar 1.3 Etil Asetat.......................................................................................5

Gambar 1.4 Diagram Komposisi.......................................................................7

Gambar 1.5 Diagram fase awal..........................................................................7

Gambar 1.6 Diagram fase kedua........................................................................8

Gambar 1.7 Diagram fase ketiga.......................................................................8

Gambar 1.8 Diagram fase..................................................................................9

Gambar 2.1 Rangkaian Alat.............................................................................11

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Fraksi Mol Etil Asetat Dengan

Titik Didih Campuran........................................................................................15

Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Fraksi Mol Etil Asetat Dengan

Titik Didih Campuran........................................................................................18

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Percobaan Larutan Non Elektrolit Hukum Raoult..................13


Tabel 1 Berat molekul dan masa jenis senyawa...................................................

v
BAB I
TEORI
1.1 Larutan Ideal

Suatu larutan dikatakan ideal, jika larutan tersebut mengikuti hukum


Raoult pada seluruh kisaran komposisi dari sistem tersebut. Hukum Raoult secara
umum didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan yang
sama dengan hasil kali fugasitasnya dalam keadaan murni pada temperatur dan
tekanan yang sama serta fraksi molnya dalam larutan tersebut, yakni fi = xi
fi  [ CITATION Dog90 \l 1033 ].
Dalam larutan ideal, semua mengikuti komponen (pelarut dan zat terlarut)
mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Bunyi dari hukum
Raoult adalah: “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan
uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut”
[ CITATION Syu99 \l 1033 ].
Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai interaksi kimia diantara
komponen-komponennya, hukum Raoult berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun
tidak ideal.  Tetapi hukum Raoult tidak berlaku bagi larutan tidak ideal encer.
Perbedaan ini bersumber pada kenyataan molekul-molekul pelarut yang luar biasa
banyaknya. Hal ini menyebabkan lingkungan molekul terlarut sangat berbeda
dalam lingkungan pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tidak ideal encer
mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult [ CITATION Pet87 \l 1033 ].
Bila dua cairan bercampur maka ruang di atasnya berisi uap kedua cairan
tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen (poi) di ruangan itu lebih
kecil daripada tekanan uap jenuh cairan murni (poi), karena permukaan larutan
diisi oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk menguap
berkurang. Peluang itu setara dengan fraksi molnya masing-masing (xi) [ CITATION
Syu99 \l 1033 ].
Jika dua macam campuran dicampur dan tekanan uap parsialnya masing-
masing diukur, maka menurut hukum raoult untuk tekanan uap parsialnya berlaku,
untuk tekanan uap parsial A:
PA = XA P°A.................................................. (1.1)

1
Sedangkan untuk tekanan uap parsial B:
PB = XB P°B.................................................. (1.2)
 XA dan XB disebut fraksi mol. Jumlah tekanan uap (P) menurut hokum Dalton
adalah:
P = XA PB.................................................... (1.3)
Penyimpangan hukum Raoult terjadi karena perbedaan interaksi antara
partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya
tarik A-B lebih besar dari A-A atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih
besar, akibatnya jumlah tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal
disebut penyimpangan negatif. Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B
lebih kecil daripada daya tarik A-A dan B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi
lebih besar dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati sifat pelarutnya jika
jumlahnya lebih besar. Akan tetapi larutan dua macam cairan dapat berkomposisi
tanpa batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau
sebagai zat terlarut tergantung pada komposisinya [ CITATION Syu99 \l 1033 ].
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik-menarik molekul-molekul
komponennya sama dengan gaya tarik-menarik masing-masing komponennya.
Jadi bila larutan zat A dan zat B bersifat ideal maka gaya tarik antara molekul A
dan A atau antara B dan B [ CITATION Hed88 \l 1033 ].
Bila dua cairan bercampur, maka ruang diatasnya berisi uap kedua cairan
zat tersebut. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen di ruangan itu lebih
kecil daripada tekanan uap jenuh cairan murni karena permukaan larutan diisi
oleh dua jenis zat sehingga peluang tiap komponen untuk menguap berkurang.
Peluang itu setara dengan fraksi mol masing-masing [ CITATION Hed88 \l 1033 ].
1.2 Penyimpangan Hukum Raoult
Penyimpangan hukum Raoult terjadi karena perbedaan interaksi antara
partikel sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya
tarik A-B lebih besar dari A-A atau B-B, akibatnya jumlah tekanan uap kedua zat
lebih kecil daripada larutan ideal disebut penyimpangan negatif. Penyimpangan
positif terjadi bila daya tarika A-B lebih kecil daripada daya tarik A-A dan B-B,
akibatnya tekanan uap lebih besar dari larutan ideal. Sifat suatu larutan mendekati
sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih besar.

2
B A
Titik
Tekanan
uap didih

A
B

100%A 100%B 100%A 100%B


0%B 0%A 0%B 0%A

Gambar 1.1 Grafik Penyimpangan [ CITATION Hed88 \l 1033 ]

Akan tetapi, larutan dua macam cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena
saling melarutkan. Kedua cairan dapat sebagai pelarut atau sebagai zat terlarut
tergantung pada kompisisinya [ CITATION Syu99 \l 1033 ].
1.3 Aseton
Aseton dikenal juga sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon adalah
senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar dan memiki
titik didih 56oC. Ia merupakan keton yang paling sederhana. Aseton larut dalam
berbagai perbandingan dalam air, etanol, dietil eter, dan lain-lain. Ia sendiri juga
merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk membuat plastik, serat,
obat-obatan dan senyawa kimia lainnya [ CITATION Pet87 \l 1033 ].
Aseton dibuat secara langsung maupun tidak langsung dari propena.
Secara umum, melalui proses kumena, benzena dialkilasi dengan propena dan
produk proses kumena (isopropilbenzena) dioksidasi untuk menghasilkan fenol
dan Aseton [ CITATION Pet87 \l 1033 ]:
C6H5CH(CH3)2 + O2 → C6H5OH + O...............................(1.4)
Konversi di atas terjadi melalui zat antara kumena hidroperoksida, C 6H5C(OOH)
(CH3)2. Aseton juga diproduksi melalui propena yang dioksidasi langsung dengan
menggunakan katalis Pd(II)/Cu(II), mirip seperti 'proses wacker'.
Dahulu, aseton diproduksi dari distilasi kering senyawa asetat, misalnya kalsium
asetat. Selama perang dunia I, sebuah proses produksi aseton dari fermentasi
bakteri dikembangkan oleh Chaim Weizmann dalam rangka membantu Britania
dalam usaha perang. Proses ini kemudian ditinggalkan karena rendahnya
aseton butanol yang dihasilkan [ CITATION Pet87 \l 1033 ].

3
Aseton sering kali merupakan komponen utama (atau tunggal) dari cairan pelepas
cat kuku. Aseton juga digunakan sebagai pelepas lem super. Ia juga dapat
digunakan untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat dan epoksi. Ia
dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintetis. Ia sangat baik
digunakan untuk mengencerkan resin kaca serat, membersihkan peralatan kaca
gelas, dan melarutkan resin epoksi dan lem super sebelum mengeras. Selain itu,
aseton sangatlah efektif ketika digunakan sebagai cairan pembersih dalam
mengatasi tinta permanen [ CITATION Pet87 \l 1033 ].

Gambar 1.2 Aseton [ CITATION Pet87 \l 1033 ]


1.4 Etil Asetat
Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus
molekul CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak
kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa
seperti untuk eskrim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum, digunakan pada
industri tinta cetak, cat dantiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri
kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan
sebagainya. Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat
dan etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat [CITATION Fes82 \l
1033 ]
Reaksinya :
Etanol + Asam Asetat           Etil Asetat + Air.................................(1.5)
C2H5OH + CH3COOH           CH3COOC2H5 + H2O........................(1.6)
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu
kesetimbangan kimia. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa

4
menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi fischer [ CITATION Fes82 \l 1033 ].
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya
proton yang bersifat asam yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif
seperti fluor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%,
dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya
meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air
yang mengandung basa atau asam [ CITATION Fes82 \l 1033 ].
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi Fischer. Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya
digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida.
Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi
dengan etanol [ CITATION Fes82 \l 1033 ].
CH3CO2C2H5 + NaOH → C2H5OH + CH3CO2Na...........................(1.7)

Gambar 1.3 Etil Asetat [ CITATION Fes82 \l 1033 ]


1.5 Larutan Non Elektrolit
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya
dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam

5
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan
dengan mikroskop sekalipun. Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan
tertentu dapat dideteksi antara bagian-bagian atau fase-fase yang terpisah
[ CITATION Dog90 \l 1033 ].
Biasanya dengan larutan dimaksudkan fase cair. Lazimnya adalah satu
komponen (penyusun) larutan semacam itu adalah suatu campuran sebelum cairan
itu dibuat. Cairan ini disebut medium pelarut atau solven. Zat yang terlarut
disebut solute [ CITATION Dog90 \l 1033 ].
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik dan tidak menimbulkan gelembung gas. Pada larutan non elektrolit
molekul-molekulnya tidak terionisasi dalam larutan, sehingga tidak ada ion yang
bermuatan yang dapat menghantarkan arus listrik [ CITATION Oxt01 \l 1033 ].
1.6 Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
Sifat koligatif larutan adalah sifat yang tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut
(konsentrasi zat terlarut). Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh
konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non
elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit walaupun
konsentrasi keduanya sama. Hal ini di karenakan larutan elektrolit terurai menjadi
ion-ion, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion [ CITATION
Oxt01 \l 1033 ].
Sifat koligatif larutan non elektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif
larutan elektrolit. Untuk memaksimumkan kepekaan dalam pengukuran larutan
dengan hantaran tinggi diperlukan suatu sel yang tinggi. Suatu larutan dengan
konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran jenis yang berbeda, karena
volume larutan dengan konsentrasi yang berbeda mengandung ion yang berbeda.
Karena itu, untuk memperoleh ukuran kemampuan mengangkut listrik dari
sejumlah tertentu elektrolit, disebut hantaran molar. Dalam hal ini dinyatakan
dalam bentuk jumlah muatan individual yang diangkut [ CITATION Oxt01 \l 1033 ].

6
1.7 Membuat Diagram Komposisi

Gambar 1.4 Diagram Komposisi [ CITATION Oxt01 \l 1033 ]

Dalam mengubah diagram ini menjadi diagram komposisi/titik didih.


Dimulai dengan titik didih dari larutan murni A dan larutan murni B. B memiliki
tekanan uap yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa larutan B mempunyai titik didih
yang lebih rendah dari larutan A [ CITATION Oxt01 \l 1033 ].

Gambar 1.5 Diagram fase awal [ CITATION Oxt01 \l 1033 ]

Pada campuran larutan A dan B, mungkin telah menduga bahwa titik-titik


didih keduanya akan membentuk sebuah garis lurus yang menghubungkan kedua
titik didih ini. Pada kenyataannya, tidak demikian. Bukan garis lurus, tapi garis
kurvalah yang terbentuk.

7
Gambar 1.6 Diagram fase kedua [ CITATION Oxt01 \l 1033 ]

Dalam menambah sebuah garis lagi pada gambar ini yang akan
menunjukkan komposisi uap pada larutan yang mendidih. Apabila mendidihkan
sebuah campuran larutan, larutan yang lebih mudah menguap, tentunya akan
membentuk lebih banyak uap daripada larutan yang sukar menguap. Ini berarti,
akan ada lebih banyak komponen B (komponen yang lebih mudah menguap)
terdapat dalam uap daripada dalam larutannya. Untuk dapat membuktikannya
dengan memadatkan uap yang didapat dan menganalisanya [ CITATION Oxt01 \l
1033 ].

Gambar 1.7 Diagram fase ketiga [ CITATION Oxt01 \l 1033 ]

8
Perhatikan bahwa ada lebih banyak uap larutan B daripada uap larutan A
yang ada di atas campuran larutan yang mendidih ini karena larutan B lebih
mudah menguap. Apabila mengulangi proses ini dengan campuran larutan dengan
berbagai komposisi, akan dapat menggambar kurva kedua, yaitu garis komposisi
uap.

Gambar 1.8 Diagram fase [ CITATION Oxt01 \l 1033 ]


1.8 Penurunan tekanan uap jenuh
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini
adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam
zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat
terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan
penguapan berkurang [ CITATION Pet87 \l 1033 ].
Hukum Raoult adalah larutan yang data tarik menarik antara molekul-
molekul yang tidak sejenis sama dengan gaya tarik menarik antara molekul-
molekul yang sejenis. Tekanan uap dari masing-masing kompoen penyusunnya
sebanding dengan fraksi mol komponen-komponen tersebut dan sebanding pula
dengan tekanan uap murni komponen penyusunnya [ CITATION Pet87 \l 1033 ].
Suatu zat cair pada setiap temperatur mempunyai tekanan uap yang
berbeda. Semakin tinggi temperatur, semakin besar tekanan uap zat cair itu.
Berikut ini dapat dilihat tekanan uap jenuh pelarut air pada berbagai temoperatur.
Hukum Raoult suatu larutan yang sangat encer, yaitu larutan yang memiliki mol
fraksi pelarut jauh lebih besar dari mol fraksi zat terlarut [ CITATION Pet87 \l 1033 ].

9
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada sebuah
suhu, ini berarti bahwa molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut
sedang melepaskan diri dari permukaan larutan dengan mudahnya. Apabila pada
suhu yang sama, sebuah larutan lain mempunyai tekanan uap yang rendah, ini
berarti bahwa molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah
melepaskan diri. Ada dua cara untuk melihat hal ini, yaitu [ CITATION Oxt01 \l
1033 ]:
1. Apabila molekul-molekul dalam larutan sedang melepaskan diri dengan
mudahnya dari permukaan larutan, ini berarti bahwa daya tarik intermolekuler
relatif lemah. Dengan demikian,  tidak perlu memanaskannya dengan suhu
terlalu tinggi untuk memutuskan semua daya tarik intermolekuler tersebut dan
membuat larutan ini mendidih. Larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi
pada suatu suhu tertentu adalah larutan yang titik didihnya lebih rendah.
2. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan
udara luar. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada
suhu tertentu,  tidak perlu menambah tekanan uapnya supaya menjadi sama
dengan tekanan udara luar. Di lain pihak, apabila tekanan uapnya
rendah,  harus meningkatkan tekanan uapnya setinggi-tingginya sampai
besarnya menjadi sama dengan tekanan udara luar.

10
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat-alat yang digunakan


1. Alat refluks (kondensor + labu leher + Statif & klem)
2. Corong
3. Heating mantel
4. Gelas ukur 10 ml
5. Pipet tetes
6. Standar besi
7. Termometer

Gambar 2.1 Rangkaian Alat


2.2 Bahan yang digunakan
1. Aseton
2. Batu didih
3. Etil asetat

11
2.3 Prosedur Percobaan
1. Dipasang alat refluks, yang terdiri dari labu leher dua 500 ml dan sebuah
pendingin yang dipasang terbalik. Hal yang perlu diperhatikan dalam
merangkai alat refluks :

a. Termometer tercelup ditengah-tengah cairan, namun jangan sampai


menyentuh dinding gelas labu refluks. Jangan lupa tambahkan batu didih.
b. Setiap kali memasukkan kedua cairan, sumber panas/ listrik harus dimatikan,
mengingat cairan organik yang dipakai mudah terbakar.

2. Dituangkan 10 ml etil asetat dimasukkan ke dalam labu refluk dengan corong


melalui lubang pemasukan cairan. Dipanasakan sampai mendidih dan catat
suhunya.

3. Stop kontak listrik dicabut, ditunggu larutan agak dingin selanjutnya


dituangkan 2 ml aseton ke dalam labu. Dipanaskan perlahan-lahan sampai
mendidih dan setelah suhu tetap dicatat suhunya.

4. Demikian seterusnya diulangi setiap kali dengan penambahan 2 ml aseton


sampai jumlah aseton yang ditambahkan mencapai 10 ml, setiap kali sesudah
penambahan, campuran dipanaskan serta dicatat titik didihnya.

5. Kemudian dituangkan campuran ke dalam wadah kosong yang tertutup rapat


dan aman.

6. Labu refluks dikeringkan dengan cara diangin-anginkan

7. Setelah kering, dituangkan 10 ml aseton ke dalam labu refluks, panaskan dan


catat suhunya didihnya.

8. Mantel pemanas dimatikan, ditunggu larutan agak dingin lalu ditambahkan 2


ml etil asetat, dipanaskan perlahan-lahan dan dicatat suhunya. Demikian
seterusnya sampai jumlah etil asetat yang ditambahkan mencapai 10 ml.
Setiap kali penambahan etil asetat, dicatat suhu didihnya.

12
BAB III

HASIL DAN DISKUSI

3.1 Hasil Percobaan

Hasil dari percobaan Larutan Non – Elektrolit Hukum Raoult dapat dilihat
pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil Percobaan Larutan Non Elektrolit Hukum Raoult


Volume Fraksi Mol
Titik Didih
Etil Asetat Aseton Etil Asetat
10 ml 0 ml 1 87°C
10 ml 2 ml 0,79 82°C
10 ml 4 ml 0,654 77°C
10 ml 6 ml 0,557 72°C
10 ml 8 ml 0,483 68°C
10 ml 10 ml 0,421 65°C
8 ml 10 ml 0,366 62°C
6 ml 10 ml 0,303 63°C
4 ml 10 ml 0,226 65°C
2 ml 10 ml 0,124 67°C
0 ml 10 ml 0 68°C

3.2 Diskusi

Pada percobaan ini digunakan larutan non elektrolit berupa larutan etil
asetat dan aseton. Kedua larutan ini dicampurkan dan dipanaskan hingga
mendidih. Titik didih yang didapatkan pada campuran dengan komposisi yang
berbeda-beda menjelaskan bahwa komposisi mempengaruhi titik didih suatu
campuran. Pemanasan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan komposisi
yang berbeda-beda menghasilkan perbedaan fraksi mol dari kedua larutan didalam
campuran.

Percobaan dimulai dengan merangkai alat refluks. Alat refluks terdiri dari
labu didih leher 2 dengan ukuran 500 ml dan kondensor. Kondensor dipasang

13
secara terbalik agar larutan atau campuran yang menguap terkondensasi kembali
ke labu didih. Larutan etil asetat sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu didih.
Selanjutnya dimasukkan batu didih dan dipasang termometer untuk mengukur
suhu larutan saat mendidih. Kemudian mantel pemanas dihidupkan untuk
memanaskan etil asetat hingga mendidih. Titik didih larutan diukur dan dicatat.

Prosedur dilakukan secara berulang kali dengan mengubah komposisi


larutan yang berbeda-beda. Pemanasan dilakukan dengan komposisi larutan etil
asetat : aseton sebanyak 10 ml : 0 ml, 10 ml : 2 ml, 10 ml : 4 ml, 10 ml : 6 ml, 10
ml : 10 ml. Kemudian dimatikan pemanas dan didinginkan alat refluks. Setelah
dingin, dilakukan prosedur yang sama akan tetapi dengan komposisi yang berbeda
dari sebelumnya. Komposisi campuran larutan etil asetat : aseton sebanyak 8 ml :
10 ml, 6 ml : 10 ml, 4 ml : 10 ml, 2 ml : 10 ml, 0 ml : 10 ml. Setiap campuran
diukur suhu titik didihnya dan dicatat.

Berdasarkan hasil percobaan yang didapat, titik didih campuran


mengalami penurunan pada larutan etil asetat yang ditambahkan aseton dan
kenaikan pada larutan aseton yang ditambahkan etil asetat. Hal ini menunjukkan
bahwa komposisi dari larutan memiliki pengaruh terhadap titik didih campuran.
Dari hasil percobaan, titik didih dari etil asetat diperoleh 87 oC dan aseton sebesar
68oC. Titik didih tersebut tidak sesuai dengan titik didih teoritis. Berdasarkan
teoritis eti asetat meliki titi didih 77,1oC sedangkan aseton memiliki titik didih
56oC. Sebab penyimpangan ini dikarenakan pembacaan suhu yang kurang teliti
dan juga karena proses pemanasan yang kurang baik dan di dalam percobaan ini
sangat sulit untuk menentukan titik didih setiap penambahan volume yang
ditentukan untuk setiap sampelnya, sehingga mempengaruhi hasil akhir dari
percobaan ini [ CITATION Pet87 \l 1033 ].

Berdasarkan hukum Raoult, komposisi dari suatu campuran tidak


mempengaruhi langsung terhadap titik didih campuran. Namun, apabila sebuah
larutan mempunyai tekanan uap yang rendah pada suhu tertentu maka
menunjukkan bahwa molekul dalam larutan tersebut tidak mudah lepas antar
molekulnya sehingga diperlukan suhu yang lebih tinggi untuk memutuskan gaya
antar molekulnya dan membuat larutan mendidih. Jadi, larutan dengan tekanan

14
uap yang rendah pada suhu tertentu memiliki titik didih yang tinggi. Sebaliknya,
apabila larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu tertentu maka titik
didih larutannya rendah [ CITATION Pet87 \l 1033 ].

Titik didih dari etil asetat lebih tinggi dibandingkan aseton menunjukkan
bahwa tekanan uap murni dari etil asetat lebih rendah dibandingkan tekanan uap
murni dari aseton. Tekanan uap campuran etil asetat dan aseton dipengaruhi oleh
tekanan uap parsial dari masing-masing campuran. Berdasarkan hukum Raoult,
tekanan uap parsial suatu larutan dipengaruhi oleh fraksi mol dan tekanan uap
murni dari larutan tersebut [ CITATION Pet87 \l 1033 ].

3.2.1 Grafik

100
90
80
70
60
Titik Didih

50
40
30
20
10
0
1 0,79 0,654 0,557 0,483 0,421 0,366 0,303 0,226 0,124 0
Fraksi Mol Etil Asetat

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Fraksi Mol Etil Asetat Dengan Titik Didih
Campuran

Dari grafik dapat dilihat bahwa pada pencampuran larutan di dapat titik
didih campuran meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi mol etil asetat.
Pada saat penambahan aseton kedalam etil asetat atau komposisi etil asetat
dipertahankan konstan sebanyak 10 ml sementara komposisi aseton divariasikan
jumlah volumenya, titik didih etil asetat semakin lama semakin menurun dari suhu
sebesar 86oC. Namun pada saat volume aseton yang dijaga konstan namun

15
volume etil asetat divariasikan maka titik didih campuran meningkat dari suhu 62
o
C [ CITATION Pet87 \l 1033 ].

Penurunan titik didih hanya terjadi apabila fraksi mol yang didapat juga
kecil , sebaliknya apabila terjadi kenaikan titik didih yang signifikan itu
menandakan fraksi mol larutan tersebut besar atau tinggi. Sesuai grafik yang
dibuat, penyimpangan Hukum Raoult yang terjadi adalah penyimpangan positif.
Penyimpangan positif Hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masing –
masing zat lebih kuat dari pada interaksi dalam campuran zat ( A – A, B – B > A
– B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) positif
(endotermik) dan mengakibatkan terjadinya penambahan volume campuran
(ΔVmix > 0). Dari penyimpangan tersebut dapat diketahui bahwa pencampuran
antara etil asetat dan aseton bukan campuran yang ideal. Gaya antar molekul yang
terjadi pada aseton sendiri adalah gaya London, sementara gaya antar molekul
yang terjadi pada etil asetat sendiri adalah gaya Van der waals. Perbedaan gaya
antar molekul tersebut dapat mempengaruhi ikatan antar molekul campuran. Hal
inilah yang menyebabkan bahwa ikatan antar molekul campuran antara etil asetat
dan aseton sangat lemah atau kecil, namun ikatan antar molekul sejenisnya sangat
besar dan kuat [ CITATION Syu99 \l 1033 ].

Campuran yang non ideal mempunyai sifat fisika yang berubah dari
keadaan idealnya. Sifat ini disebut sebagai sifat koligatif larutan yang hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung pada sifat dan
keadaan partikel. Larutan yang memiliki sifat koligatif harus memenuhi dua
asumsi yaitu zat terlarut tidak mudah menguap sehingga tidak memberikan
kontribusi pada uapnya. Asumsi yang kedua adalah zat terlarut tidak larut dalam
pelarutnya. Sifat koligatif larutan meliputi juga penurunan tekanan uap dan
kenaikan titik didih. Dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan uap dipengaruhi
oleh gaya antar molekul, semakin besar gaya antar molekulnya maka semakin
kecil tekanan uap campurannya, namun apabila semakin kecil gaya antar
molekulnya maka semakin besar tekanan uapnya [ CITATION Hed88 \l 1033 ].

16
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara titik didih dengan fraksi mol berbanding lurus, semakin
besar titik didih maka semakin besar pula fraksi molnya atau semakin kecil
titik didih maka semakin kecil pula fraksi mol larutan.
2. Tekanan uap campuran dipengaruhi gaya antar molekul campuran
tersebut. Gaya antar molekul berbanding terbalik dengan tekanan uap
campuran. Dimana ikatan antar molekul sejenis lebih kuat daripada ikatan
antar molekul campuran.
3. Suatu zat cair pada setiap temperatur mempunyai tekanan uap yang
berbeda. Semakin tinggi temperatur, semakin besar tekanan uap zat cair
itu.
4. Larutan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan
tekanan udara luar. Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang
tinggi pada suhu tertentu,  tidak perlu menambah tekanan uapnya supaya
menjadi sama dengan tekanan udara luar.

4.2 Saran
Pada saat melakukan penambahan larutan pastikan larutan di dalam labu
refluk sudah dingin dan matel pemanas sudah dimatikan dan juga penambahan
larutan harus dilakukan dengan cepat karena larutan yang digunakan mudah
menguap sehingga memungkinkan untuk habis ketika dibuka tutupnya. Praktikan
juga diharapkan untuk menggunakan perlengkapan seperti sarung tangan dan
masker karena bahan kimia yang digunakan bersifat racun jika masuk ke dalam
saluran pernafasan.

17
BAB V

TUGAS/JAWABAN PERTANYAAN
5.1 Pertanyaan

1. Bagaimana sifat campuran dalam percobaan ini, ideal atau tidak? Kalau
tidak ideal, penyimpangan mana yang dapat dilihat?

5.2 Jawaban

Sifat campuran dalam percobaan ini merupakan larutan tidak ideal, dan
penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan positif karena grafik
yang diperoleh sesuai dengan grafik penyimpangan positif.

100
90
80
70
60
Titik Didih

50
40
30
20
10
0
1 0,79 0,654 0,557 0,483 0,421 0,366 0,303 0,226 0,124 0
Fraksi Mol Etil Asetat

Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Fraksi Mol Etil Asetat Dengan Titik Didih
Campuran

Penurunan titik didih hanya terjadi apabila fraksi mol yang didapat juga
kecil, sebaliknya apabila terjadi kenaikan titikdidih yang signifikan itu
menandakan fraksi mol larutan tersebut besar atau tinggi. Sesuai grafik yang
dibuat, penyimpangan Hukum Raoult yang terjadi adalah penyimpangan positif.
Penyimpangan positif Hukum Raoult terjadi apabila interaksi dalam masing –
masing zat lebih kuat dari pada interaksi dalam campuran zat ( A – A, B – B > A
– B). Penyimpangan ini menghasilkan entalpi campuran (ΔHmix) positif
(endotermik) dan mengakibatkan terjadinya penambahan volume campuran

18
(ΔVmix > 0). Dari penyimpangan tersebut dapat diketahui bahwa pencampuran
antara etil asetat dan aseton bukan campuran yang ideal. Gaya antar molekul yang
terjadi pada aseton sendiri adalah gaya London, sementara gaya antar molekul
yang terjadi pada etil asetat sendiri adalah gaya Van der waals. Perbedaan gaya
antar molekul tersebut dapat mempengaruhi ikatan antar molekul campuran. Hal
inilah yang menyebabkan bahwa ikatan antar molekul campuran antara etil asetat
dan aseton sangat lemah atau kecil, namun ikatan antar molekul sejenisnya sangat
besar dan kuat [ CITATION Syu99 \l 1033 ].

19
DAFTAR PUSTAKA

Dogra, S. (1990). Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta: UI Press.

Fessenden. (1982). Kimia Organik JIlid I. Jakarta: Erlangga.

Hedricson. (1988). Kimia Organik. Bandung: ITB.

Oxtoby. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Petrucci. (1987). Kimia Dasar Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Syukri. (1999). Kimia Dasar. Bandung: ITB.


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Tabel 1 Berat molekul dan masa jenis senyawa
Senyawa Berat Molekul Massa jenis
Etil asetat 88,12 g/mol 0,897 g/cm3
Aseton 58,08 g/mol 0,79 g/cm3

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dihitung fraksi mol etil asetat sebagai berikut
a) Campuran 10 ml etil asetat dengan 0 ml aseton
n me ρ e× V 0,897 g /cm3 × 10 cm3
e= = e
= =0,102mol
Mre Mre 88,12 g / mol

x e =1
b) Campuran 10 ml etil asetat dengan 2 ml aseton
0,79 g /cm3 .2 cm3
n a= =0,027 mol
58,08 g /mol
n 0,102mol
x e= e = =0,79
ne + na 0,102mol +0,027 mol
c) Campuran 10 ml etil asetat dengan 4 ml aseton
0,79 g /cm3 .4 cm 3
n a= =0,054 mol
58,08 g/mol
n 0,102mol
x e= e = =0,654
ne + na 0,102mol +0,054 mol
d) Campuran 10 ml etil asetat dengan 6 ml aseton

0,79 g /cm3 .6 cm 3 ne 0,102 mol


n a= =0,081 mol x e = = =0,557
58,08 g /mol ne + na 0,102mol +0,081 mol

e) Campuran 10 ml etil asetat dengan 8 ml aseton


0,79 g /cm3 .8 cm 3
n a= =0,109 mol
58,08 g /mol
0,102 mol
x e= =0,483
0,102mol +0,109 mol
f) Campuran 10 ml etil asetat dengan 10 ml aseton
0,79 g /cm3 .10 cm3
n a= =0,14 mol
58,08 g /mol
n 0,102mol
x e= e = =0,421
ne + na 0,102mol +0,14 mol
g) Campuran 8 ml etil asetat dengan 10 ml aseton
0,897 g/cm 3 .8 cm3
n e= =0,081mol
88,12 g /mol
n 0,081mol
x e= e = =0,366
ne + na 0,081mol +0,14 mol
h) Campuran 6 ml etil asetat dengan 10 ml aseton

0,897 g/cm3 .6 cm3 ne 0,061mol


n e= =0,061mol x e = = =0,303
88,12 g /mol ne + na 0,061mol +0,14 mol

i) Campuran 4 ml etil asetat dengan 10 ml aseton


0,897 g/cm 3 .4 cm3
n e= =0,041 mol
88,12 g /mol
ne 0,041mol
x e= = =0,226
ne + na 0,041mol +0,14 mol
j) Campuran 2 ml etil asetat dengan 10 ml aseton
0,897 g/cm3 .2 cm3
n e= =0,0203 mol
88,12 g/mol
ne 0,0203mol
x e= = =0,124
ne + na 0,0203 mol+0,14 mol
k) Campuran 0 mL etil asetat : 10 mL aseton
ne 0 mol
x e= = =0
ne + na 0 mol+0,14 mol

LAMPIRAN C

DOKUMENTASI
No Gambar Keterangan
.
1 10 ml larutan etil asetat

2 10 ml larutan aseton

3 Alat refluk dan mantel


pemanas, serta labu didih
250 ml yang
disambungkan ke
kondensor
4 Proses pemanasan 10 ml
etil asetat

Anda mungkin juga menyukai