Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
4.1 Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang memegang peranan
penting dalam meningkatkan taraf hidup manusia, serta menghasilkan devisa
negara. Koridor ekonomi Sumatera menghasilkan sekitar 65% dari produksi karet
nasional, di mana Sumut memberikan kontribusi sebesar 16% dari produksi karet
nasional. Sejak tahun 2007 kajian peluang investasi pengembangan industri karet
dan turunannya menunjukkan terdapat 5 (lima) jenis industri yang memiliki
peluang investasi dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang. Kelima jenis
industri tersebut adalah crum rubber, lateks pekat, sarung tangan lateks, conveyor
belt dan ban vulkanisir. Dari kelima jenis industri maka sarung tangan lateks
adalah salah satu produk yang memiliki potensi pasar yang luas di dalam negeri
maupun luar negeri (Kemenperin, 2011).
Sarung tangan lateks banyak digunakan untuk keperluan medis,
laboratorium, klinik, industri kimia, dan industri makanan. Permintaan kebutuhan
sarung tangan karet meningkat 20% per tahun terutama di negara-negara Afrika
dan Asia. Namun, sebagai negara pemilik lahan terluas, produk karet Indonesia
termasuk sarung tangan lateks masih kalah jumlahnya dari Negara Thailand yang
memiliki lahan lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia yang disebabkan oleh
tingginya biaya produksi. Komponen terbesar dan dominan dalam biaya produksi
sarung tangan adalah biaya bahan baku penolong berupa lateks pekat. Namun
penggunaan lateks alam sebagai bahan baku alat bantu untuk sarung tangan
menghadapi masalah karena diketahui mengandung protein alergen yang
menyebabkan penyakit kanker dan reaksi alergi. Lagi diupayakan suatu produksi
untuk menurunkan kadar protein sehingga bahan baku lateks pekat dan barang
jadi lateks rendah protein allergen (Kemenperin, 2011).
Sarung tangar karet dibuat dengan cara pembuatan dispersi pemvulkanisasi
dari lateks pekat dengan perlakuan komposisi bahan menggunakan perbandingan
bahan kimia dengan bahan pengisi titanium oksida dan tanin gambit
(Kemenperin, 2011).
4.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sarung tangan?
2. Apa saja bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sarung tangan?
3. Apa yang dimaksud dengan lateks?
4. Apa yang dimaksud dengan karet sintesis?
5. Bagaimana produksi pembuatan sarung tangan karet?
6. Apa saja jenis-jenis sarung tangan karet?
7. Bagaimana standart pengujian pada sarung tangan karet?
4.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sarung tangan.
2. Untuk mengetahui apa saja bahan yang digunakan dalam pembuatan
sarung tangan karet.
3. Untuk mengetahui lateks.
4. Untuk mengetahui karet sintesis.
5. Untuk mengetahui proses produksi sarung tangan karet.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis sarung tangan karet.
7. Untuk mengetahui standart uji pada sarung tangan karet.
BAB II
ISI
4.1 Pengertian Sarung Tangan
Sarung tangan (glove) merupakan salah satu kebutuhan di dalam bidang kerja.
Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam dan mencegah
cidera saat sedang kerja, ketika memilih glove ada beberapa faktor yang harus di
pertimbangkan antara lain bahaya terpapar, benda yang dihadapi / dikerjakan
apakah bahan korosif, panas, dingin, tajam atau kasar karena alat pelindung
tangan berbeda-beda dapat terbuat dari karet, kulit maupun kain katun. Sarung
tangan berguna sebagai alat pelindung tangan ketika bekerja di tempat atau
kondisi yang bisa mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan (Malcom, 2001).

4.2 Bahan yang digunakan


Bahan yang digunakan untuk membuat sarung tangan lateks akan
dikelompokkan menjadi bahan baku, bahan penolong, dan bahan tambahan
(Malcom, 2001).
4.2.1 Bahan baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi
untuk menghasilkan sebuah produk. Bahan yang digunakan ada 2 jenis yaitu
lateks karet alam dan lateks sintetis. Lateks karet alam merupakan leteks yang
dihasilkan dari perkebunan, sedangakan lakteks daret sintetis merupakan karet
lateks buatan yang diimpor dari Amerika serikat, jepang, dan inggris (Malcom,
2001).
Lateks diuji di laboratorium dengan parameter uji untuk menentukan mutu
lateks sebagai berikut:
a. Lateks Sintetis
1. Penentuan Total Solid Contens (TSC)
2. Penentuan pH dan Penentuan Viskositas
b. Lateks Alam
1. Penentuan Total Solid Contens (TSC)
2. Penentuan Dry Rubber Contens (DRC)
3. Penentuan waktu pemantapan Lateks
4. Penentuan pH.

Lateks yang memenuhi spesifikasi diterima dan disimpan dalam stronge tank
yang berkapasitas ±15 ton – 45 ton.

4.2.2 Bahan Penolong


Bahan penolong merupakan bahan yang ikut dalam proses produksi, tetapi
tidak terdapat dalam produksi akhir. Bahan ini secara tidak langsung
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
Adapun bahan – bahan penolong yang digunakan adalah:
1. H2O (air) digunakan untuk menetralkan campuran bahan kimia, air
merupakan bahan penolong yang paling utama dalam pembuatan sarung
tangan karet ini. Air digunakan juga digunakan sebagai media pencuci
pada cetakan serta sebagai pendingin setelah sarung tangan terbentuk.
2. ( Vulkanisir ) Sulfur atau belerang digunakan sebagai bahan untuk
mempercepat proses pematangan sarung tangan, sulfur berperan dalam
mengikat ion – ion, sehingga zat – zat yang ada menyatu. Dengan
demikian komponen yang semula lunak dan plastis diubah untuk menjadi
kare yang kuat dan elastis.
3. ZnO (Zinc Oxide) digunakan sebagai penangkal oksidasi
4. ZDEC (Zinc Diethyl Dithocarbornate) 50% digunakan sebagai bahan
akselator atau untuk mempercepat proses pelekatan sarung tangan pada
cetakan (mold) yang berfungsi untuk menghambat naiknya CTR.
5. KOH 5% (Kalium Karbonat) berfungsi untuk menstabilkan lateks dari
kandungan asam yang berlebih dan juga membuat lateks tidak
menggumpal.
6. CaCO3 (Kalium Karbonat) digunakan untuk mempermudah pencabutan
agar sarung tangan tidak lengket.
7. Filler (TiO2) berfungsi untuk meningkatkan modulus dan viscositas dari
produk, menambah berat dari sarung tangan dan juga sebagai zat pewarna
pada sarung tangan.
8. Larutan HNO3 (Asam Nitrat) berfungsi untuk membersihkan kotoran-
kotoran dan zat-zat kimia yang melekat pada hand mould.

4.2.3 Bahan Tambahan


Bahan tambahan adalah bahan yang tidak ikut dalam produksi, tetapi
merupakan bagian dalam produksi yang dihasilkan. Bahan-bahan tambahan yang
digunakan yaitu:
1. Etiket (Pembungkus produk berlogo) berbentuk kotak digunakan untuk
mengemas sarung tangan sebanyak 100 buah per kotak.
2. Karton digunakan untuk mengemas etiket sebelum diekspor , 1 karton
berisi 10 etiket
3. Isolatip digunakan untuk menutup karton dan menempel label.
4. Lakban digunakan untuk menguatkan kemasan karton pada saat
pengepalan dan penyimpanan di gudang.
5. ZDBC (Zinc Dybuthyl Dithiocarbamate) digunakan untuk
mempertahankan nilai CTR (Carbondioxide Transferred Rate) pada
compound sehingga dapat beratahan selama 24 jam.
6. TiO2(Titanium dioksida) digunakan sebagai bahan pigmen atau pemutih.
7. Ca(NO3)2 (Kalsium Nitrat) digunakan sebagai bahan penentu berat
sarung tangan.

4.3 Lateks

Karet merupakan polimer alam dengan rumus (C5H8)n yaitu gabungan dari unit-
unit pentena (C5H8) yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat
banyak. Berat molekul karet tergantung dari jumlah n, dimana n rata-rata
berjumlah antara 200-400. Semakin tinggi jumlah n maka viskositas karet
berbentuk lingkaran seperti spiral denga ikatan -C=C- di dalam rantai berputar
pada sumbernya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat
ditekan, ditarik, dan lentur. Karet tidak dapat larut dalam air tetapi larut di dalam
larutan organik karena karet merupakan senyawa organik (Ompusunggu, 1997).

Pada suhu kamar, karet alam tidak berbentuk kristal padat ataupun cairan,
ciri khusus yang membedakan karet alam dengan bahan lain adalah kelembutan,
fleksibilitas dan elastisitasnya. Namun demikian, sifat-sifat mekaniknya
menyerupai kulit binatang sehingga harus dilakukan pemutusan ranai molekulnya
menadi lebih pendek yang akan mengurangi viskositasnya sehingga memudahkan
dalam memprosesnya (Ompusunggu, 1997).

Gambar 4.1 Pohon Karet

Karet adalah suatu polimer dari hidrokarbon isoprena dengan nama kimia
cis 1,4 polyisoprena. Rumus umum karet adalah (C5H8)n polyisoprena tersebut
terdiri dari unit – unit isoprena yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya
sangat banyak. Rumus kimia isoprena dan polyisoprena adalah sebagai berikut
(Ompusunggu, 1997) :

CH3

CH2 = C – CH = CH2

Gambar 4.2 Rumus Kimia Isopropena

CH3

CH2 = C – CH = CH2 n
Gambar 4.3 Rumus Kimia Polyisoprena

Berat molekul karet tidak tepat karena harga n tidak tentu, dimana n adalah
deret polimerasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam
rantai polimer. Nilai n dalam karet berkisar antara 3000-15.000, dengan
menggunakan mikroskopis elektron besar dan bentuk karat dapat dilihat, yaitu
berbentuk bulat telur dan mempunyai diameter 0,05-3 mikro dalam keadaan
bergerak. Sebenarnya molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi
melingkar seperti spiral dan ikatan-ikatan -C-C- di dalam rantai berputar pada
sumbernya sehingga memberikan sifat-sifat karet yang fleksibel yaitu dapat
ditarik, ditekan dan lentur (Ompusunggu, 1997).

Karet ataupun lateks merupakan suatu sistem koloid dimana terdapat


partikel karet yang dilapisi oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi dalam
serum. Lateks terdiri dari 25% - 45% hidrokarbon karet selebihnya merupakan
bahan-bahan bukan karet. Lateks sebagai bahan baku berbagai bahan karet salah
satunya adalah sarung tangan karet, harus memiliki kualitas yang baik. Cairan
getah tersebut belum mengalami penggumpalan baik itu dengan tambahan atau
tanpa bahan zat anti koagulan (Ompusunggu, 1997).

Lateks dikatakan baik apabila sistem koloid stabil, yaitu tidak terjadi
koagulasi atau penggumpalan selama penyimpanan. Kemantapan lateks
disebabkan partikel karena dikelilingi oleh lapisan pelinding yaitu terdiri dari
portein dan fosfolipid. Dengan menambahkan bahan pengawet primer yaitu
amoniak maka fosfolipid akan terhidrasi menghasilkan asam lemak dan beraksi
dengan lemak amoniak membentuk sabun amoniak. Sabun ini diserap oleh
partikel karet sehingga lateks bertambah mantap selama penyimpanan. Disamping
itu, protein juga terhidrolisis membentuk polipepida dan sama amino yang larut
dalam air (Ompusunggu, 1997).

Sisitem koloid lateks terbentuk karena adanya lapisan lipid yang teradsorpsi
pada permukaan partikel karet ( lapisan primer ) dan lapisan protein pada lapisan
luar ( lapisan sekunder ) memberikan muatan pada permukaan partikel koloid.
Lapisan pelindung lipid, protein dan lapisan asam lemak tersebut bertindak
sebagai pelindung partikel karet dengan molekul air menghasilkan sistem dispersi
koloid yang mantap. Beberapa fakor yang mempengaruhi kualitas lateks,
diantaranya adalah (Ompusunggu, 1997) :

1. Faktor dikebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon dan lain- lain).
2. Iklan ( musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil).
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangutan
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
5. Kualitas air dalam pengolahan.
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan komposisi lateks
7. Komposisi lateks

Bahan baku lateks yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks
kebun. Komposisi lateks segar dapat dilihat dari tabel berikut ini (Ompusunggu,
1997) :

Komposisi lateks segar Persentase

Karet (C5H8)n/Polyprena 25,0 – 40,0 %


Karbohidrat 1,0 – 2,0 %
Protein dan senyawa Nitrogen 1,0 – 1,5 %

Lipin dan Terpen 1,0 – 1,5 %


Senyawa Anorganik 0,1 – 0,5 %
Air 60 – 75 %
4.4 Karet sintesis

Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku


minyak bumi. Pengembangan karet sintetis secara besar-besaran dilakukan sejak
zaman Perang Dunia II. Negara-negara industri maju merupakan pelopor
berkembangnya jenis-jenis karet sintetis. Sekarang banyak karet sintetis yang
dikenal. Biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang
tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara dan bahkan ada
yang kedap gas (Ompusunggu, 1997).

Berikut beberapa jenis karet yang sering digunakan untuk pembuatan part mesin
industri yaitu (Ompusunggu, 1997) :

1. SBR (Styrene Butadiene Rubber)


adalah pengganti Karet Alam (NR). Mempunyai karakteristik yang mirip
dengan Natural Rubber yaitu kenyal, tidak mudah sobek, dan tahan gesek.
Sering digunakan untuk roda, mounting, conveyor belt.
2. NBR (Butadiene Nitrile Rubber)
Adalah Karet NBR tahan terhadap minyak dan oli sehingga sering
digunakan untuk seal mesin. NBR merupakan standart material untuk
pembuatan O-Ring.
3. EPDM (Ethylene Propylene Diene Monomer)
EPDM unggul pada ketahanan terhadap ozone, steam, dan cuaca. Karet
jenis ini sering digunakan untuk outdor dan proses yang bersentuhan
dengan steam.
4. Silicone
Merupakan karet yang paling mempunyai ketahanan temperatur tinggi dan
tendah. Selain itu karet ini juga mempunyai varian food grade. Karet Jenis
ini sering digunakan untuk gasket tahan panas dan seal untuk food ontact.
5. Viton / Fluorocarbons (FKM)
Merupakan karet yang mempunyai ketahan terhadap banyak macam kimia.
Selain itu viton juga tahan terdadap oli dan temperatur tinggi. Viton
banyak digunakan untuk seal pada mesin dengan temperatur tinggi.
6. PU (polyurethanes)
Karet Jenis ini mempunyai ketahanan fisik yang sangat bagus, kuat
terhadap tekanan, kenyal, tidak mudah sobek. Sering digunakan untuk
seals, insert coupling, dan roller.
4.5 Proses Produksi
Pembuatan sarung tangan terdiri dari beberapa tahapan, antara lain (Utari,
2014) :
1. Proses Pencampuran (Compounding)
2. Proses Pencetakan sarung tangan
3. Proses Finishing

4.5.1 Proses Pencampuran (Coumponding)


Pada proses pencampuran ini, lateks yang diterima perusahaan dan telah
melewati pengujian mutu yang telah dilakukan oleh Departemen Quality
Assurance, akan dicampurkan kedalam tangki pencampuran dengan bahan-bahan
kimia pengurai (dispersion chemical) antara lain sulfur, pigmen, senyawa zinc,
dan antioksidan serta air yang sebelumnya telah dimasukkan kedalam ball mill
dan diputar selama 48 -72 jam dengan kecepatan putaran 44 rpm. Setelah
dimasukkan kedalam tangki compound, campuran akan diaduk selama 24 jam.
Selanjutnya lateks pekat 60 % dialirkan dari tangki penyimpanan lateks ke tangki
pencampuran (tangki compound) sampai tangki berisi empat ton lateks, Bahan
kimia penguraian ini lalu dicampur kedalam lateks pekat dan diaduk selama 24
jam. Hasil campuran ini dialirkan ke bak bagian produksi dengan selang untuk
digunakan pembentukan sarung tangan (Utari, 2014).
Gambar 4.4 Proses Pencampuran
4.5.2 Proses pencetakan sarung tangan
Pada proses pencetakan sarung tangan terdiri atas beberapa tahap dimana
pada setiap tahap atau proses cetakan dipindahkan dengan mengunakan conveyor
mengikuti aliran yang telah ditentukan. Tahapan-tahapan pencetakan sarung
tangan antara lain (Utari, 2014) :
1. Acid Washing
Pada tahapan ini cetakan (former atau mold) sarung tangan yang dicelupkan
ke bak yang berisi larutan HNO 3 untuk mencuci cetakan dari kotoran – kotoran
atau kerak – kerak kotoran yang berupa sisa tepung dan zat kima lainnya. Suhu
pada tangki sekitar 50o – 70oC.
2. Alkali Cleaning
Cetakan selanjutnya dibersihkan dengan cara mencelupkan pada bak yang
berisi alkali untuk menetralisir keasaman asam nitrat
3. Rinsing
Pada tahapan ini cetakan dibersihkan dengan mencelupkannya kedalam air
bersih untuk membersihkan cetakan dari larutan kimia pada proses sebelumnya.
pH air pada rinsing tank harus tetap terjaga pada skala 7, dan dijaga
kebersihannya.
4. Coagulant Dipping
Cetakan dicelupkan kedalam bak yang berisi larutan koagulan yaitu kalsium
karbonat CaCO3 dan kalsium nitrat Ca(NO3)2. Tujuannya untuk membuat lapisan
pertama pada pembuatan sarung tangan supaya hasilnya mudah dicabut dan juga
sebagai pengikat lateks. Ketinggian dari permukaan koagulan ini diatur secara
otomatis dengan hidrolik.
5. Driying 1
Proses ini dilakukan dengan menggunakan coagulant oven. Fungsi
coagulant oven adalah sebagai pengering bahan kimia yang terdapat pada cetakan
setelah dicelupkan kedalam coagulant tank. Suhu standar pada coagulant oven
adalah 100o-140oC. Setelah cetakan sarung tangan dikeringkan pada coagulant
oven, suhu cetakan harus diturunkan hingga 60o-70oC menggunakan kipas angin.
Penurunan suhu ini dimakasudkan agar ketika cetakan dicelupkan kedalam lateks
tank, tidak terlalu panas. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan sarung
tangan yang dicetak bocor.
6. Lateks Dipping
Pencelupan dilakukan pada bak yang berisi larutan lateks (lateks tank) yang
dihasilkan pada proses I (compounding). Pemeriksaan suhu dan tinggi permukaan
lateks di lateks tank harus diperhatikan terus – menerus karena sangat
mempengaruhi kualitas sarung tangan. Temperatur lateks dijaga dalam suhu yang
stabil, yaitu sekitar 200 – 330C dengan cara mengontrol suhu pada electronic
reading balance toledo oven.
7. Drying II
Cetakan yang telah dicelupkan pada larutan compound dikeringkan dengan
menggunakan oven. Bahan bakar yang digunakan adalah gas LNG dengan suhu
sekitar 2000 – 3000 C.
8. Leaching
Proses leaching adalah proses pencucian sarung tangan dengan air pada
suhu sekitar 450-650C untuk mengurangi kadar protein, lemak dan sisa karbonat
pada sarung tangan.
9. Drying II
Sarung tangan dikeringkan lagi menggunakan oven pada suhu sekitar 100 0-
1500C.
10. Beading Roll
Proses beading adalah proses pembentukan penggelapan sarung tangan
dengan cara memutar bagian bawah cetakan dari atas dimana ada beading roll
yang memutar kedepan, sehingga terbentuk gulungan pada penggelapan sarung
tangan.
11. Curing
Proses curing adalah proses pematangan sarung tangan dengan oven.
Prosesnya sama dengan proses pengeringan sebelumnya, yaitu pada suhu 1000
-1500C.
12. Powdering
Powdering merupakan proses pemberian tepung/bubuk pada sarung tangan
dengan tujuan agar sarung tangan tidak lengket dan memudahkan pencabutan.
13. Drying V
Proses ini dilakukan dengan mengguanakan oven sebagai proses
pengeringan terakhir sebelum sarung tangan dilepas dari cetakan.
14. Stripping
Stripping adalah proses pelepasan sarung tangan dari cetakan secara
manual dan memasukkannya kedalam keranjang yang telah diberi label sesuai
dengan mutunya. Proses ini dilakukan dengan cermat sehingga pada saat
pelepasan, sarung tangan tidak koyak dan cacat. Ini merupakan proses terakhir
pada pencetakan sarung tangan.
4.5.3 Proses Finishing
Pada proses finishing dilakukan setelah sarung tangan dicabut secara
manual dari cetakan dan dimasukkan kedalam keranjang – keranjang. Proses ini
meliputi dari (Utari, 2014) :
1. Proses tumbler drying
Proses tumbler drying adalah proses pembersihan sarung tangan dari tepung
dan juga untuk mengeringkan sarung tangan hingga benar-benar kering atau tidak
mengandung air lagi. Tumbler drying dilakukan dengan menggunakan mesin
tumbler dryer selama 45 menit pada temperatur 750 C dengan kapasitas 36 kg.
2. Inspection
Pemeriksaan kualitas sarung tangan dibagian inpeksi diatur oleh bagian QC
(Quality Control) untuk memisahkan sarung tangan berdasarkan mutunya.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan tes angin, yaitu dengan
menghembuskan angin pada sarung tangan dengan menggunakan kompresor.
3. Proses packing
Sarung tangan yang telah dinyatakan oleh bagian QC dengan mutu yang
baik selanjutna dikemas kedalam kotak kecil (etiket) sebanyak 100 buah per etiket
selanjutnya dikemas lagi kedalam karton berisi 10 etiket. Sarung tangan yang
telah dikemas disimpan ke gudang bahan jadi untuk menunggu proses
pengiriman.

Sarung Diangkut ke mesin tumblr Pembersihan Sarung


Tangan Tangan

Diantar ke

Melakukan tes angin dan air

Sarung tangan di packing

Dibawa ke gudang
produk

Produk disimpan digudang dan


siap diantar
Gambar 4.5 Skema Proses Finishing Sarung Tangan
v Moulding Acid Washing

Alkali Washing

Rinsing

Coagulant Dipping

Drying

Compounding Latex Dipping

Drying II

Leaching

Drying III

Bleading Roll

Curing (Drying IV)

Powdering

Drying V
Stripping

Tumbling

Invection

Packing

Gambar 4. 6 Blok Diagram Pembuatan Sarung Tangan Karet

Moulding Memilih cetakan sesuai dengan produk


yang dibuat

Cetakan yang dicelupkan kedalam bak


Acid Washing yang berisi HNO3 untuk menghilangkan
kotoran-kotoran yang ada

Cetakan dicelupkan kedalam bak yang


Alkali Washing berisi alkali untuk menetralisirkan
keasaman asam nitrat

Cetakan dibersihkan dengan


Rinsing
mencelupkan kedalam air bersih dengan
pH>7

Cetakan dicelupkan kedalam bak


Coagulant Dipping
coagulant untuk membuat lapisan
pertama pada sarung tangan dan
sebagai pengikat lateks

Drying I Cetakan dikeringkan dengan


menggunakan coagulant oven sebagai
bahan pengering terhadap coagulant
yang ada
Latex Dipping Cetakan dicelupkan kedalam latex tank
hasil dari compounding

Drying II Cetakan dikeringkan dengan


menggunakan coagulant oven sebagai
bahan pengering terhadap coagulant

Leaching Sarung tangan yang telah dikeringkan


dicuci lagi untuk menghilangkan
kadar protein lemak dan sisa karbonat
bahan pengering terhadap coagulant
Drying III Sarung tangan dikeringkan lagi
dengan menggunakan oven

Bleading Roll Sarung tangan dibentuk pergelangan


tangan

Curing (Drying IV) Sarung tangan dikeringkan lagi


dengan menggunakan oven

Powdering Sarung tangan yang telah diberi


tepung agar sarung tangan tidak
lengket dan memudahken pencabutan

Drying V Sarung tangan dikeringkan lagi


dengan menggunakan oven

Stripping Sarung tangan yang lepas dari cetakan


yang ada secara manual dan
dimasukkan ke keranjang

Gambar 4.7 Skema Pembuatan Sarung Tangan


4.6 Jenis-jenis sarung tangan karet
1. Latex Disposable Gloves

Sarung tangan latex merupakan sarung tangan yang dibuat dari bahan karet.
Biasanya karet tersebut diproses dari pohon Heaven Braziliensis. Sarung tangan
ini terbuat dari campuran bahan karet mentah dengan serum, yang menjadikannya
agar mudah digunakan, elastis, dan fleksibel. Namun demikian, sarung tangan
jenis ini dianggap masih kurang melindungi tangan dari zat kimia apabila
dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya (Prayoegho, 2012).

Untuk kelebihannya, sarung tangan latex sangat elastis dan fleksibel,


tidak mudah rusak, karena tingkat plastisinnya sangat baik. Namun dari segi
kukarangan sarung tangan bahan latex yakni tidak dapat digunakan bagi orang
yang memiliki alergi terhadap karet alami (Prayoegho, 2012).

2. Vinyl dan Neoprene Gloves

Sarung tangan ini berbahan karet sintesis dengan tipe polyvinyl klorida.
Jenis sarung tangan ini apabila dibandingkan dengan nitril dan latex, masih jauh
lebih tipis dan longgar. Bahkan, sering juga disebut sebagai sarung tangan plastik
karena bahannya seperti bahan kantong plastic. Perlindungannya cukup baik
terhadap bahan kimia, namun mudah sobek dan desainnya longgar ditangan
(Prayoegho, 2012).
3. Nitrile Gloves
Sarung tangan safety berbahan nitril merupakan salah satu yang sering
digunakan oleh pekerja kimia didunia. Bahannya merupakan kopolimer karet
(karet sintesis) yang dibuat dari zat akrilonitril serta campuran butadiene. Selain
digunakan oleh pekerja kimia, sarung tangan ini juga digunakan oleh pekerja yang
berhubungan dengan minyak, seperti pengolahan bahan bakar dan lainnya. Selain
tahan terhadap zat kimia, sarung tangan nitril juga tahan terhadap tusukan jarum,
panas, dan minyak (Prayoegho, 2012).
4.7 Pengujian sarung tangan karet

1. Tegangan putus (N/mm2 )


Tegangan putus adalah tenaga yang dibutuhkan untuk menarik cntoh uji
sampai putus per satuan luas penampang awal bagian yang sempit.
Persyaratan mutu SNI sarung tangan karet seklai pakai untuk keperluan medis,
16-2623-1992, yaitu minimal 206 N/mm2 . Penambahan tanin dan tatinium
oksida akan mempengaruhi tegangan putus sarung tangan karet, semakin
tinggi konsentrasi tanin dan titanium oksida nilai tegangan putus semakin
besar dan akan mencapai optimum. Adanya bahan pengisi berupa titanium
oksida yang mempunyai ukuran partikel kecil. Semakin kecil ukuran partikel
memungkinkan bahan terdispersi dengan baik dan merata dalam kompon
lateks, akibatnya terjadi interaksi secara fisika dan kimia dengan lebih baik
pula. Secara kimia tebentuk ikatan antara karet dengan gugus fungsional pada
permukaan tannin. Terbentuknya ikatan-ikatan mengakibatkan kompon
menjadi kaku dan kuat sehingga tegangan putusnya tinggi (Herminiwati,
2003)
2. Perpanjangan Putus, (%)
Perpanjangan putus adalah kemmapuan sarung tangan karet untuk
meregang apabila ditarik hingga putus. Pengujian perpanjangan putus
bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat tegangan dan regangan dari sarung
tangan melalui kekuatan pertambahan panjang ketika mengalami penarikan
sampai perpanjangan tertentu dan sampai putus. Persyaratan mutu SNI sarung
tangan karet sekali pakai untuk keperluan medis, SNI 16-2623-1992, yaitu
minimal 700 N/mm2. Semakin tinggi tannin dan titanium oksida yang
ditambah, semakin besar nilai perpanjangan putus sarung tangan karet
mencapai optimum (Herminiwati, 2003).
3. Modulus, (N/mm2 )
Modulus adalah tenaga yang dibutuhkan untuk menarik sarung tangan
sampai regangan tertentu per satuan luas penampang awal bagian ynag sempit.
Persyaratan mutu SNI sarung tangan karet sekali pakai untuk keperluan medis,
SNI 16-2623-1992 maksimal 2,9 N/mm2 . Nilai modulus sangat dipengaruhi oleh
ukuran partikel, struktur jumlah pengisi dan jumlah aktivator yang ditambah.
Adanya interaksi antara gugus fungsional tanin seperti gugus fenolat akan
mempengaruhi nilai modulus sarung tangan karet. Semakin tinggi struktur bahan
pengisi maka akan menaikkan viskositas kompon, sehingga meningkatkan sifat
fisis dan mekanis sarung tangan karet. Pada proses pencampuran, molekul karet
akan mengisi semua ruang kosong pada struktur TiO, sehingga terjadi adsorpsi
molekul karet dan menyebabkan naiknya viskositas kompon. Sehingga kompon
menjadi kaku dan kuat sehingga medulus meningkat (Herminiwati, 2003).
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Herminiwati, Purnomo, D. 2003. Sifat Filler Kayu Kering terhadap Vulkanisat
karet. Majalah Barang Kulit, Karet dan Plastik. 19(1): 32-35. Yogyakarta.

Malcom P. Stevens. 2001. Kimia Polimer. Pradnya Paramita:Jakarta.

Ompusunggu, M. Bsc. 1997. Pengolahan lateks pekat. Balai penilaian


perkebunan: Sungai putih.

Prayoegho, Dhodho. 2012. Penambahan Asam Formiat Pada Proses Koagulasi


Lateks Untuk Menghasilkan RSS (RIBBED SMOKED SHEET) Di PTPN
III Kebun Rantau Parapat Labuhan Batu. Sumatera Utara: Pendidikan
Teknologi Kimia Industri. Kementrian Perindustrian R.I

Utari, Tri. 2014. Perhitungan Koefisien Indikator Kemampuan Teknologi Dengan


Menggunakan Metode Teknometrik Pada PT. Shamrock Manufacturing
Corpora. Sumatera Utara: Univerisitas Sumatera Utara. Fakultas Teknik.
Departemen Teknik Industri

Anda mungkin juga menyukai