PENDAHULUAN
4.1 Latar Belakang
Karet alam merupakan salah satu hasil pertanian yang memegang peranan
penting dalam meningkatkan taraf hidup manusia, serta menghasilkan devisa
negara. Koridor ekonomi Sumatera menghasilkan sekitar 65% dari produksi karet
nasional, di mana Sumut memberikan kontribusi sebesar 16% dari produksi karet
nasional. Sejak tahun 2007 kajian peluang investasi pengembangan industri karet
dan turunannya menunjukkan terdapat 5 (lima) jenis industri yang memiliki
peluang investasi dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang. Kelima jenis
industri tersebut adalah crum rubber, lateks pekat, sarung tangan lateks, conveyor
belt dan ban vulkanisir. Dari kelima jenis industri maka sarung tangan lateks
adalah salah satu produk yang memiliki potensi pasar yang luas di dalam negeri
maupun luar negeri (Kemenperin, 2011).
Sarung tangan lateks banyak digunakan untuk keperluan medis,
laboratorium, klinik, industri kimia, dan industri makanan. Permintaan kebutuhan
sarung tangan karet meningkat 20% per tahun terutama di negara-negara Afrika
dan Asia. Namun, sebagai negara pemilik lahan terluas, produk karet Indonesia
termasuk sarung tangan lateks masih kalah jumlahnya dari Negara Thailand yang
memiliki lahan lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia yang disebabkan oleh
tingginya biaya produksi. Komponen terbesar dan dominan dalam biaya produksi
sarung tangan adalah biaya bahan baku penolong berupa lateks pekat. Namun
penggunaan lateks alam sebagai bahan baku alat bantu untuk sarung tangan
menghadapi masalah karena diketahui mengandung protein alergen yang
menyebabkan penyakit kanker dan reaksi alergi. Lagi diupayakan suatu produksi
untuk menurunkan kadar protein sehingga bahan baku lateks pekat dan barang
jadi lateks rendah protein allergen (Kemenperin, 2011).
Sarung tangar karet dibuat dengan cara pembuatan dispersi pemvulkanisasi
dari lateks pekat dengan perlakuan komposisi bahan menggunakan perbandingan
bahan kimia dengan bahan pengisi titanium oksida dan tanin gambit
(Kemenperin, 2011).
4.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sarung tangan?
2. Apa saja bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sarung tangan?
3. Apa yang dimaksud dengan lateks?
4. Apa yang dimaksud dengan karet sintesis?
5. Bagaimana produksi pembuatan sarung tangan karet?
6. Apa saja jenis-jenis sarung tangan karet?
7. Bagaimana standart pengujian pada sarung tangan karet?
4.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sarung tangan.
2. Untuk mengetahui apa saja bahan yang digunakan dalam pembuatan
sarung tangan karet.
3. Untuk mengetahui lateks.
4. Untuk mengetahui karet sintesis.
5. Untuk mengetahui proses produksi sarung tangan karet.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis sarung tangan karet.
7. Untuk mengetahui standart uji pada sarung tangan karet.
BAB II
ISI
4.1 Pengertian Sarung Tangan
Sarung tangan (glove) merupakan salah satu kebutuhan di dalam bidang kerja.
Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam dan mencegah
cidera saat sedang kerja, ketika memilih glove ada beberapa faktor yang harus di
pertimbangkan antara lain bahaya terpapar, benda yang dihadapi / dikerjakan
apakah bahan korosif, panas, dingin, tajam atau kasar karena alat pelindung
tangan berbeda-beda dapat terbuat dari karet, kulit maupun kain katun. Sarung
tangan berguna sebagai alat pelindung tangan ketika bekerja di tempat atau
kondisi yang bisa mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan (Malcom, 2001).
Lateks yang memenuhi spesifikasi diterima dan disimpan dalam stronge tank
yang berkapasitas ±15 ton – 45 ton.
4.3 Lateks
Karet merupakan polimer alam dengan rumus (C5H8)n yaitu gabungan dari unit-
unit pentena (C5H8) yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat
banyak. Berat molekul karet tergantung dari jumlah n, dimana n rata-rata
berjumlah antara 200-400. Semakin tinggi jumlah n maka viskositas karet
berbentuk lingkaran seperti spiral denga ikatan -C=C- di dalam rantai berputar
pada sumbernya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat
ditekan, ditarik, dan lentur. Karet tidak dapat larut dalam air tetapi larut di dalam
larutan organik karena karet merupakan senyawa organik (Ompusunggu, 1997).
Pada suhu kamar, karet alam tidak berbentuk kristal padat ataupun cairan,
ciri khusus yang membedakan karet alam dengan bahan lain adalah kelembutan,
fleksibilitas dan elastisitasnya. Namun demikian, sifat-sifat mekaniknya
menyerupai kulit binatang sehingga harus dilakukan pemutusan ranai molekulnya
menadi lebih pendek yang akan mengurangi viskositasnya sehingga memudahkan
dalam memprosesnya (Ompusunggu, 1997).
Karet adalah suatu polimer dari hidrokarbon isoprena dengan nama kimia
cis 1,4 polyisoprena. Rumus umum karet adalah (C5H8)n polyisoprena tersebut
terdiri dari unit – unit isoprena yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya
sangat banyak. Rumus kimia isoprena dan polyisoprena adalah sebagai berikut
(Ompusunggu, 1997) :
CH3
CH2 = C – CH = CH2
CH3
CH2 = C – CH = CH2 n
Gambar 4.3 Rumus Kimia Polyisoprena
Berat molekul karet tidak tepat karena harga n tidak tentu, dimana n adalah
deret polimerasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam
rantai polimer. Nilai n dalam karet berkisar antara 3000-15.000, dengan
menggunakan mikroskopis elektron besar dan bentuk karat dapat dilihat, yaitu
berbentuk bulat telur dan mempunyai diameter 0,05-3 mikro dalam keadaan
bergerak. Sebenarnya molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi
melingkar seperti spiral dan ikatan-ikatan -C-C- di dalam rantai berputar pada
sumbernya sehingga memberikan sifat-sifat karet yang fleksibel yaitu dapat
ditarik, ditekan dan lentur (Ompusunggu, 1997).
Lateks dikatakan baik apabila sistem koloid stabil, yaitu tidak terjadi
koagulasi atau penggumpalan selama penyimpanan. Kemantapan lateks
disebabkan partikel karena dikelilingi oleh lapisan pelinding yaitu terdiri dari
portein dan fosfolipid. Dengan menambahkan bahan pengawet primer yaitu
amoniak maka fosfolipid akan terhidrasi menghasilkan asam lemak dan beraksi
dengan lemak amoniak membentuk sabun amoniak. Sabun ini diserap oleh
partikel karet sehingga lateks bertambah mantap selama penyimpanan. Disamping
itu, protein juga terhidrolisis membentuk polipepida dan sama amino yang larut
dalam air (Ompusunggu, 1997).
Sisitem koloid lateks terbentuk karena adanya lapisan lipid yang teradsorpsi
pada permukaan partikel karet ( lapisan primer ) dan lapisan protein pada lapisan
luar ( lapisan sekunder ) memberikan muatan pada permukaan partikel koloid.
Lapisan pelindung lipid, protein dan lapisan asam lemak tersebut bertindak
sebagai pelindung partikel karet dengan molekul air menghasilkan sistem dispersi
koloid yang mantap. Beberapa fakor yang mempengaruhi kualitas lateks,
diantaranya adalah (Ompusunggu, 1997) :
1. Faktor dikebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon dan lain- lain).
2. Iklan ( musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau
keadaan lateks tidak stabil).
3. Alat-alat yang digunakan dalam penggumpalan dan pengangutan
4. Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu).
5. Kualitas air dalam pengolahan.
6. Bahan-bahan kimia yang digunakan komposisi lateks
7. Komposisi lateks
Bahan baku lateks yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks
kebun. Komposisi lateks segar dapat dilihat dari tabel berikut ini (Ompusunggu,
1997) :
Berikut beberapa jenis karet yang sering digunakan untuk pembuatan part mesin
industri yaitu (Ompusunggu, 1997) :
Diantar ke
Dibawa ke gudang
produk
Alkali Washing
Rinsing
Coagulant Dipping
Drying
Drying II
Leaching
Drying III
Bleading Roll
Powdering
Drying V
Stripping
Tumbling
Invection
Packing
Sarung tangan latex merupakan sarung tangan yang dibuat dari bahan karet.
Biasanya karet tersebut diproses dari pohon Heaven Braziliensis. Sarung tangan
ini terbuat dari campuran bahan karet mentah dengan serum, yang menjadikannya
agar mudah digunakan, elastis, dan fleksibel. Namun demikian, sarung tangan
jenis ini dianggap masih kurang melindungi tangan dari zat kimia apabila
dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya (Prayoegho, 2012).
Sarung tangan ini berbahan karet sintesis dengan tipe polyvinyl klorida.
Jenis sarung tangan ini apabila dibandingkan dengan nitril dan latex, masih jauh
lebih tipis dan longgar. Bahkan, sering juga disebut sebagai sarung tangan plastik
karena bahannya seperti bahan kantong plastic. Perlindungannya cukup baik
terhadap bahan kimia, namun mudah sobek dan desainnya longgar ditangan
(Prayoegho, 2012).
3. Nitrile Gloves
Sarung tangan safety berbahan nitril merupakan salah satu yang sering
digunakan oleh pekerja kimia didunia. Bahannya merupakan kopolimer karet
(karet sintesis) yang dibuat dari zat akrilonitril serta campuran butadiene. Selain
digunakan oleh pekerja kimia, sarung tangan ini juga digunakan oleh pekerja yang
berhubungan dengan minyak, seperti pengolahan bahan bakar dan lainnya. Selain
tahan terhadap zat kimia, sarung tangan nitril juga tahan terhadap tusukan jarum,
panas, dan minyak (Prayoegho, 2012).
4.7 Pengujian sarung tangan karet