Disusun oleh :
Kelompok 7A
Faizal Pambayun (40040119650014)
Jelita Mutiara Hati (40040119650018)
Shahnaz Kintan Parameswari (40040119650032)
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pengganti praktikum Kimia Fisika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sifat koligatif larutan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Eng. Vita P, ST, MM, M.Eng,
selaku dosen pembimbing praktikum Kimia Fisika materi Kenaikan Titik Didih
dan Penurunan Titik Beku yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Dan juga untuk Anggraito Putra T selaku Asisten Laboratorium praktikum
Kimia Fisika materi Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
Halaman Judul..........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
Daftar Tabel............................................................................................................vi
Daftar Gambar.......................................................................................................vii
Ringkasan.............................................................................................................viii
Summary.................................................................................................................ix
BAB I.......................................................................................................................1
Pendahuluan.............................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
Tinjauan Pustaka......................................................................................................3
2.1 Larutan.......................................................................................................3
2.2.3 Molaritas..................................................................................................4
2.2.4 Molalitas..................................................................................................4
2.2.6 Normalitas................................................................................................5
2.2.7 Pengenceran.............................................................................................5
iii
2.3 Macam-Macam Larutan............................................................................6
iv
2.9 Pengaruh Bahan Terhadap Hubungannya Dengan Vapor Pressure
Larutan Maupun Pelarut Murni..........................................................................20
Bab III....................................................................................................................21
Penutup...................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..............................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................22
Halaman Pengesahan.............................................................................................24
v
Daftar Tabel
Tabel 2.4.1 Perbedaan Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit………
9
vi
Daftar Gambar
Gambar 2.4.3.1 Daftar Nilai Kb………………………………...………………..11
vii
Ringkasan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya lebih
sedikit disebut zat terlarut dan zat yang lebih banyak jumlahnya disebut zat
pelarut. Jenis-jenis larutan dikelompokkan lagi berdasarkan sifat yang
dimilikinya. Berdasar daya hantar listrik larutan dibedakan menjadi larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Berdasarkan kejenuhannya larutan dibedakan
menjadi larutan jenuh, lewat jenuh, dan tak jenuh.
Saat berbicara mengenai larutan, maka tak lepas dari materi sifat koligatif larutan.
Sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis
zat terlarut tetapi bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan
(Rusdiani et al., 2019a). Sifat koligatif larutan terdiri atas penurunan tekanan uap,
tekanan osmosis, kenaikan titik didih, dan penuruna titik beku. Perbedaan titik
didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih.
Sedangkan, penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dengan
titik beku larutan.
viii
Summary
Solution is a homogeneous mixture consisting of two or more substances in
various compositions (Petrucci. 1985). Substances which are less in number are
called solutes and substances in greater amounts are called solvents. The types of
solutions are grouped again based on their properties. Based on the electrical
conductivity of solutions can be divided into electrolyte solutions and non-
electrolyte solutions. Based on its saturation the solution is divided into saturated,
saturated, and unsaturated solutions.
ix
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kamus, kimia didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
komposisi, struktur, sifat, dan reaksi dari senyawa terutama atom dan sistem
molekular. Salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia adalah larutan.
Larutan sendiri didefinisikan sebagai suatu campuran homogen yang terdiri
dari dua atau lebih zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985).
Jenis-jenis larutan dikelompokkan lagi berdasarkan sifat yang dimilikinya
seperti daya hantar listrik dan kejenuhannya.
Saat berbicara mengenai larutan, maka tak lepas dari materi sifat koligatif
larutan. Sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan yang tidak bergantung
pada jenis zat terlarut tetapi bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut
dalam larutan. Sifat koligatif larutan terdiri atas, penurunan tekanan uap,
tekanan osmosis, kenaikan titik didih, dan penuruna titik beku. Dalam
makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai kenaikan titik didih dan
penurunan titik beku.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.1.1 Apa yang dimaksud dengan larutan?
1.1.2 Bagaimanakah sifat koligatif larutan?
1.1.3 Apa yang dimaksud dengan kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan ditulisnya
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari larutan.
1
1.3.2 Untuk mengetahui penjelasan dari sifat koligatif larutan.
1.3.3 Untuk mengetahui penjelasan dari kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya lebih
sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. (Putri et al.,
2015)
3
Beberapa cara dapat digunakan untuk menyatakan konsentrasi suatu larutan,
di antaranya:
Apabila zat terlarut adalah zat A dan pelarut adalah zat B, maka fraksi mol A
secara simbolis dihitung dengan rumus:
(Purwiyanto, 2013)
2.2.3 Molaritas
Molaritas didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut dibagi volume total
larutan (liter), sehingga satuan molaritas adalah mol per liter. Satuan mol per
liter ini diberi simbol M (huruf besar M). Molaritas larutan dapat dihitung
dengan rumus:
2.2.4 Molalitas
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dibagi massa pelarut dalam
4
satuan kilogram, sehingga satuan molalitas adalah mol per kg. Satuan mol per
kg ini diberi simbol m (huruf kecil m). Molalitas larutan dapat dihitung
dengan rumus:
(Yahmin, 2018)
2.2.6 Normalitas
Normalitas adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan .
Rumus: 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = Molaritas x Valensi
2.2.7 Pengenceran
Pengenceran adalah proses pembuatan larutan yang awalnya pekat menjadi
encer (kurang pekat).
Mc × mLc = Mb × mLb
5
Mb = molaritas larutan yang lebih encer (larutan baru) yang akan dibuat,
- Elektrolit Kuat
- Elektrolit Lemah
6
dari larutan non elektrolit adalah urea (CO(NH2)2), larutan glukosa
(C6H12O6), dan larutan alkohol (C2H5OH). (Wibawa, 2011)
Larutan sangat jenuh atau biasa disebut larutan lewat jenuh adalah
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga
terjadi endapan. Larutan lewat jenuh mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion lebih besar dari pada Ksp berarti larutan lewat
jenuh (mengendap). (Wibawa, 2011)
Larutan dikatakan ideal bila partikel zat terlarut dan partikel pelarut
tersusun sembarang, pada proses pencampurannya tidak terjadi
efek kalor. Untuk larutan biner, proses pencampuran tidak terjadi
7
efek kalor bila energi interaksi antara partikel zat terlarut dan
partikel pelarut sama dengan energi interaksi antara sesama
partikel zat terlarut maupun sesama partikel pelarut. Secara umum
larutan ideal akan memenuhi hukum Raoult.
2. Larutan Basa
3. Larutan Garam
Larutan garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif
(kation) dan ion negatif (anion). Larutan garam memiliki pH=7
atau disebut netral. Contoh garam adalah NaCl (garam dapur).
8
2.4 Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan.
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung
pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada
jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. (Rusdiani et al., 2019a)
Sifat koligatif larutan terdiri atas dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Sifat koligatif larutan
nonelektrolit lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit. Hal ini
disebabkan karena elektrolit itu terurai menjadi ion-ion, sehingga banyaknya
partikel-partikel di dalam larutan menjadi bertambah. Dengan demikian
penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan menjadi lebih besar.
(Marheni, 2018)
Tabel 2.4.1 Perbedaan Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
i disebut juga factor van’t Hoff yang akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
Sifat koligatif larutan merupakan sifat fisika suatu larutan yang hanya
dipengaruhi oleh konsentrasi zat yang terlarut di dalam larutan tersebut dan
tidak dipengaruhi oleh jenis, ukuran, atau masa zat. Sifat koligatif larutan ini
meliputi penurunan tekanan uap, tekanan osmosis, kenaikan titik didih, dan
penurunan titik beku.
9
uap dari pelarut murninya, artinya tekanan uap larutan, P lebih kecil
dibandingkan dengan tekanan uap pelarut murninya, P°, maka P < P°.
Apabila konsentrasi zat terlarut dinyatakan sebagai fraksi mol xB,
tekanan uap pelarut murni dinyatakan sebagai P°, dan tekanan uap
larutan adalah P, maka penurunan tekanan uap (∆P), adalah ∆P = P°– P
= xB P° (Rusdiani et al., 2019a)
P° – P= (1 – xA) P°
P° – P = P° – xA P°
P = xA P°
π=MxRxT
π = tekanan osmotik
M = molaritas larutan
T = suhu mutak
10
2.4.3 Kenaikan Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada
suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya
sehingga zat cair akan menguap. Titik didih zat cair diukur pada
tekanan 1 atmosfer. Hasil penelitian menyatakan titik didih larutan
selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan
adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan yang
menghalangi partikel- partikel pelarut untuk menguap.
ΔTb = m x Kb
Keterangan :
m = molalitas
11
2.4.4 Penurunan Titik Beku
Apabila pada sebuah zat pelarut ditambahkan zat terlarut maka akan
terjadi proses penurunan tekanan uap jenuh larutan. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan titik beku larutan. Jadi, penurunan titik beku
larutan adalah selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku
larutan. Besarnya penurunan titik beku larutan diberi lambang ∆Tf.
(Rohayati & Safitri, 2010)
ΔTf = m x Kf
Keterangan :
m = molalitas
12
komponen (XA) yang menguap dalam larutan pada suhu yang sama.
(Widjajanti, 2017)
Misalkan suatu larutan yang terdiri dari komponen A dan B
menguap, maka tekanan uap A (PA) dinyatakan sebagai :
PA = PA o . XA
PA adalah tekanan uap di atas larutan
XA adalah fraksi mol komponen A
PA o adalah tekanan uap A murni
Larutan yang memenuhi hukum ini disebut sebagai larutan ideal.
Pada kondisi ini, maka tekanan uap total (P) akan berharga
P = PA + PB = XA. PA o + XB. PB o
2.5.2 Hukum Dalton
Jumlah tekanan tekanan dari suatu campuran campuran gas-gas
adalah jumlah dari tekanan tekanan parsial parsial dari tiap gas yang
membentuk membentuk campuran campuran tersebut tersebut.
Tekanan parsial dari suatu gas di dalam campuran campuran
diperoleh diperoleh dengan mengalikan mengalikan presentasi
presentasi gas dengan tekanan tekanan total. (Harahap, 2012)
2.5.3 Hukum Van’t Hoff
Van’t Hoff mengungkapkan bahwa ada hubungan antara sifat gas
dan larutan. Bila hukum gas dapat dinyatakan dengan : P.V = n R T
Untuk larutan : π V = n R T
π = tekanan osmotik suatu larutan yang mengandung n mol zat
terlarut dalam volume V liter pada suhu T
karena n/V = M (molar) maka persamaan di atas dapat ditulis : π = M
R T di mana :
R = tetapan yang besarnya 0,082 L. atm K -1mol-1 (Marheni,
2018)
2.5.4 Faktor Van’t Hoff
Faktor van’t Hoff ( i ) menyatakan perbandingan banyaknya zat
sesudah dan sebelum ionisasi, yang besarnya i = 1 + (n – 1) α
13
i disebut juga factor van’t Hoff
n adalah jumlah koefisien kation
α adalah derajat ionisasi
2.5.5 Asaz Black
“Jika dua macam zat yang berbeda suhunya dicampurkan, maka zat
yang suhunya lebih tinggi akan melepaskan kalor yang sama
banyaknya dengan kalor yang diserap oleh zat yang suhunya lebih
rendah”. Pernyataan ini disebut sebagai Asas Black. Asas Black
merupakan bentuk lain dari Hukum Kekekalan Energi.
Persamaan asaz black dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima
M1 x C1 x ∆T1 = M2 x C2 x ∆T2
M = massa zat
C = kalor jenis
∆T = perubahan suhu (Rizkianawati, 2015)
2.6 Diagram Fase Larutan
Diagram fase atau biasa disebut juga diagram P – T adalah diagram yang
menyatakan hubungan antara suhu (T) dan tekanan (P) dengan fase zat (padat,
14
cair, dan gas). Diagram fase menyatakan batas-batas suhu dan tekanan di
mana suatu bentuk fase dapat stabil. Ada empat titik pemotongan pada gambar
diagram fase larutan di atas, yaitu titik beku dan titik didih pelarut murni dan
titik beku dan titik didih zat terlarut dalam larutan. Titik beku zat terlarut
menurun, sedangkan titik didihnya meningkat.
Garis didih dan garis beku larutan berada di bawah garis didih dan garis beku
pelarutnya. Penurunan tekanan uap tersebut berpengaruh terhadap titik didih
dan titik beku larutan. seperti yang tampak pada diagram P – T larutan di atas,
tekanan uap larutan belum 760 mmHg pada suhu 100oC. Oleh karena itu
belum mendidih. Larutan akan mendidih pada suhu di atas 100oC yaitu ketika
tekanan uapnya mencapai 760 mmHg. Dengan kata lain, larutan mempunyai
titik didih lebih tinggi dari pada pelarutnya. Sebaliknya, penurunan tekanan
uap menyebabkan titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik
beku pelarutnya. (Sakinah, 2011)
Air dapat berada pada fase cair, padat, dan gas. Hal ini bergantung pada suhu
dan tekanan. Ketiga fase tersebut dapat dirangkum pada diagram di atas. Pada
15
diagram fase air terdapat 3 kurva yang membagi wilayah fase padat, cair, dan
gas.
Kurva AB membagi wilayah padat dan cair. Terdapat titik yang merupakan
titik leleh zat padat dan titik beku zat cair pada suhu dan tekanan tertentu.
Kurva AC membagi wilayah cair dan gas. Dalam kurva ini dapat diketahui
tekanan penguapan air di berbagai suhu. Titik leleh dan titik didih air pada
tekanan 1 atm ditunjukkan dengan garis putus-putus, berada pada suhu 0 °C
dan 100 °C. Kurva AD membagi wilayah padat dan gas. Pada kurva AD dapat
diketahui tekanan penguapan zat padat pada berbagai suhu.
Ketiga kurva berpotongan pada titik A. Titik A disebut juga dengan titik tripel,
yaitu titik di mana pada suhu dan tekanan tersebut terjadi kesetimbangan fasa
antara gas, cair, dan padat secara bersama-sama. Titik tripel untuk air terjadi
pada suhu 0,01 °C dan tekanan 0,006 atm (4,58 mmHg).
16
Titik didih larutan lebih tinggi dibanding titik didih pelarut air. Titik didih
larutan ditunjukkan pada titik B’.
Semakin besar penurunan titik beku maka semakin besar pula berat jenisnya.
Hal tersebut sesuai dengan sifat koligatif larutan yang menyatakan bahwa
jumlah zat terlarut dalam larutan mempengaruhi penurunan titik beku, jadi
makin banyak jumlah zat terlarut maka titik beku dari larutan tersebut makin
rendah. Sama halnya pada tekanan osmosis, karena pada tekanan osmosis
berbanding lurus dengan berat jenis, maka penurunan titik beku akan
berbanding lurus pula dengan berat jenis.
Kenaikan titik didih meningkat seiring dengan meningkatnya berat jenis. Hal
dikarena titik didih suatu larutan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada titik
didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap
dibandingkan dengan pelarutnya. Jika suatu zat terlarut sulit untuk menguap,
maka larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi dari pada titik didih
pelarutnya. Sebaliknya, jika zat terlarutnya mudah untuk menguap, maka
larutan akan mendidih pada suhu di bawah titik didih pelarutnya.
Berat jenis terhadap sifat koligatif (tekanan osmosis, penurunan titik beku, dan
kenaikan titik didih) berbanding lurus karena dipengaruhi oleh banyaknya zat
terlarut. Makin banyak zat terlarut yang terdapat dalam suatu larutan maka
akan makin tinggi juga berat jenisnya. Begitupun juga makin tinggi berat
jenisnya maka akan makin tinggi juga nilai sifat koligatifnya pada tekanan
osmosis, penurunan titik beku, dan kenaikan titih didih. Pada rumus yang
17
sudah didapat, tekanan osmosis berbanding lurus dengan penurunan titik beku
dan kenaikan titik didih. (Rusdiani et al., 2019)
18
2.8.3 Kenaikan Titik Didih
Jika kita memasak air tentu akan mendidih pada suhu 100°C, namun
jika kita masukkan garam ke dalamnya terjadi perubahan suhu
mendidihnya. Dalam hal ini tentunya akan terjadi penambahan energi
tidak hanya untuk meningkatkan suhu air, namun juga untuk
meningkatkan suhu garam.
2. Antibeku
19
mengurangi penguapan.
Tekanan uap saat kondisi setimbang disebut tekanan uap jenuh. Seperti pada
diagram fase larutan yang telah dijelaskan sebelumnya, tekanan uap jenuh
larutan lebih rendah dibanding tekanan uap jenuh air. Hal inii dikarenakan
dalam larutan terdapat partikel zat terlarut yang menghambat gerak molekul
pelarut untuk menguap. Pemanasan air akan lebih cepat mencapai titik
didihnya dibandingkan dengan pemanasan larutan garam karena terdapat
partikel garam yang menghalangi partikel air untuk menguap. Semakin
20
banyak partikel dalam zat cair maka semakin banyak pula gaya tarik-
menarik molekul zat cair, begitu juga sebaliknya. Semakin kecil gaya tarik-
menarik molekul zat cair, maka semakin tinggi tekanan uap jenuhnya yang
berarti semakin mudah zat cair tersebut untuk menguap. (Septiyani,2016)
21
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut,
sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut. Konsentrasi larutan memiliki definisi sebagai jumlah
zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Konsentrasi larutan dapat
dinyatakan dalam persen massa, molaritas, molalilats, fraksi mol, dan part per
million. Larutan dikelompokkan menjadi berbagai macam berdasar sifat yang
dimilikinya, seperti larutan elektrolit dan non elektrolit, larutan ideal dan non
ideal, serta larutan jenuh, lewat jenuh, dan tak jenuh.
22
Daftar Pustaka
Afriadma, Nuryuda. (2015). Penerapan Sifat Koligatif Larutan
Rohayati, & Safitri, N. (2010). Penurunan Titik Beku Larutan. Jurnal Sains Kimia
Rusdiani, S., Suhendar, D., & Sudiarti, T. (2019a). Perbandingan Sifat Koligatif
Campuran Larutan Garam (NaCl, KCl, dan Na-Benzoat) dengan Air
Zamzam Berdasarkan Berat Jenisnya. Al-Kimiya, 4(1), 9–16.
https://doi.org/10.15575/ak.v4i1.5078
23
Wibawa, A.A. Putu Putra. (2015). Mata kuliah Kimia Biofisika. February, 1–3.
24
Halaman Pengesahan
Makalah Praktikum Kimia-Fisika Materi Kenaikan Titik Didih dan Penurunan
Titik Beku dengan judul “Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku” telah
diperiksa dan disetujui,
25