Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 1

PERCOBAAN I

KIMIA PERMUKAAN I

OLEH

NAMA : NURLIAN

STAMBUK : A1L1 19 011

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA/S1

ASISTEN PEMBIMBING : LD. MUH. ALI BONTO

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing Praktikum

Kimia Fisika I dengan percobaan “Kimia Permukaan I” yang dilakukan pada:

Hari,Tanggal : Sabtu, 21 November 2020

Waktu : 13.30 WITA-selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari.

Kendari, 21 November 2020

Menyetujui,

Asissten pembimbing

Ld. Muh Ali Bonto

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar belakang.................................................................................................1

1.2 Tujuan Praktikum............................................................................................3

1.3 Prinsip Praktikum............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................4

2.1 Adsorpsi isotermis..........................................................................................4

2.2 Adsoprsi..........................................................................................................5

2.3 Kesetimbangan adsorpsi.................................................................................5

2.4 Adsorben.........................................................................................................6

2.5 Adsorbat..........................................................................................................7

2.7 Arang Aktif.....................................................................................................8

2.8 Natrium Hidroksida (NaOH ).........................................................................9

BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................10

3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................10

3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................10

ii
3.3. Prosedur Kerja..............................................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................12

4.1 Data Hasil Praktikum.....................................................................................12

4. 2 Pembahasan....................................................................................................13

BAB V PENUTUP.....................................................................................................18

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................19

5.2 Saran...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

LAMPIRAN...............................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

kimia permukaan didefinisikan secara umum sebagai kajian reaksi kimia

di permukaan. Hal ini berkaitan erat dengan fungsionalisasi permukaan yang

bertujuan mengubah susunan kimia permukaan dengan menambahkan unsure

tertentu atau gugus fungsi yang menghasilkan berbagai dampak yang diinginkan

atau peningkatan sifat-sifat permukaan atau antar muka. Kimia permukaan juga

bertumpang tindih dengan elektrokimia. Ilmu permukaan secara khusus penting

untuk bidang katalis heterogen. Adesi molekul gas atau cairan kepermukaan

dikenal sebagai adsobsi, yang dapa di sebabkan oleh adsobsi kimia atau adsorbsi

fisik. Kedua hal ini juga tercakup dalam kimia permukaan.

Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida

(cairan maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk

suatu film (lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan

absorpsi, dimana fluida terserap oleh fuida lainnya dengan membentuk suatu

larutan. Dalam adsorbsi digunakan istilah adsorbat dan adsorben, dimana

adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari

pelarutnya, sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap yang

dalam hal ini berupa senyawa karbon. adsorpsi adalah reaksi eksoterm. Maka

dari itu tingkat adsorpsi umumnya meningkat seiring dengan menurunnya suhu.

1
2

Waktu kontak merupakan hal yang menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya

adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya

dengan karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan

proses difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung

lebih baikMekanisme adsorpsi yang terjadi dapat digambarkan sebagai

berikut permukaan adsorben dapat menarik molekul–molekul gas atau cair yang

bersinggungan dengannya secara fisika dan kimia. Pada proses fisika gaya yang

meningkat adsorbat oleh adsorben adalah gaya van der Waals, molekul terikat

sangat lemah. Sedangkan pada proses adsorpsi secara kimia, interaksi adsorbat

dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia yang diawali dengan

adsorpsi fisika, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan

adsorben melalui gaya van der Waals atau ikatan hidrogen, kemudian diikuti

oleh adsorpsi kimia dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen)

Hal-hal yang mempengaruhi proses adsorpsi antara lain adsorben, luas

permukaan adsorben, derajad keasaman (pH), waktu kontak dan konsentrasi.

Untuk suatu system adsorpsi tertentu hubungan banyaknya zat yang teradsorpsi

persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut pada

temperatur tertentu disebut adsorpsi isothermal.

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95 %

karbon, dihasilkan dari bahanbahan yang mengandung karbon dengan pemanasan

pada suhu tinggi. Arang dapat digunakan sebagai adsorben , daya serap

ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih
3

tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahan-

bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperature tinggi. Dengan

demikian arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang

tersebut disebuat sebagai arang aktif. Arang aktif merupakan senyawa karbon

amorphm yang dapat dihasilkan dari bahabahan yang mengandung karbon atau

dari arang yang di perlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan

permukaan yang lebih luas.

Berdasarkan dengan pernyataan tersebut maka perlunya dilakukan

percobaan adsorpsi untuk menentukan isotermal adsorpsi menurut freundlich

pada arang aktif

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka tujuan percobaan kimia

permukaan adalah untuk menentukan isotermal adsorpsi menurut freundlich

untuk proses adsorbsi asam klorida (HCl) pada arang aktif.

1.3 Prinsip Praktikum

Prinsip percobaan ini adalah dilakukan berdasarkan penentuan pengaruh

konsentrasi terhadap zat teradsorpsi berdasarkan persamaan freundlich.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adsorpsi isotermis

Model yang umum digunakan untuk menjelaskan adsorpsi isothermis,

yaitu isotherm Langmuir dan isotherm Freundlich. Isotherm adsorpsi Langmuir

qKCe
untuk sistem komponen tunggal dinyatakan: qe = dengan: qe :
KCe+1

jumlah adsorbat terserap/berat adsorben pada kesetimbangan (mek/g), qo :

kapasitas penyerap maksimum pada permukaan / berat padatan (mek/g), K:

konstanta kesetimbangan (L/mek), Ce : konsentrasi pada kesetimbangan

(mek/L). Isotherm Freundlich didasarkan pada asumsi bahwa adsorben

mempunyai permukaan heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi

penjerapan yang berbeda–beda serta asumsi bahwa adsorpsi terjadi secara

multilayer pada permukaan adsorben. Persamaan isotherm Freundlich sering

digunakan dalam penetapan praktis karena umumnya memberikan korelasi

yang memuaskan. Persamaannya adalah : x/m = kC1/n. Adsorpsi ion logam

oleh material padat secara kuantitatif mengikuti persamaan Langmuir.

Persamaan Langmuir merupakan tinjauan teoritis proses adsorpsi : C/(x/m) =

1/Kb + C/b . Persamaan tersebut dapat digunakan pada adsorpsi oleh padatan.

Konstanta pada persamaan adsorpsi Langmuir menunjukkan besarnya adsorpsi

4
5

maksimum (b) oleh adsorben, dan K menunjukkan konstanta yang

dihubungkan dengan energi ikat (Langenati, dkk. 2012).

2.2 Adsoprsi

Adsorpsi adalah suatu fenomena permukaan karena akumulasi suatu

spesies pada batas permukaan padat-cair. Adsorsi dapat terjadi karena adanya

gaya tarik-menarik. Ada 2 tipe adsorpsi, yaitu: Adsorpsi fisis atau Van der

Waals dan Adsorpsi kimia. Adsorpsi yang terjadi dalam hal ini adalah non-

spesifik dan non-selektif penyebab gaya tarik menarik karena adanya ikatan

koordinasi hidrogen dan gaya Van der Waals. Apabila adsorbat dan

permukaan adsorben terikat dengan gaya Van der Waals saja maka

dinamakan adsorsi fisis atau adsorpsi Van der Waals. Molekul yang

teradsorpsi terikat pada permukaan secara lemah dan panas adsorpsinya

rendah. Jika adsorbat dan permukaan adsorben bereaksi secara kimiawi maka

disebut chemisorptions. Nilai panas adsorpsi setara dengan reaksi kimia karena

adanya ikatan kimia yang terbentuk maupun yang terputus selama proses

adsorsi. Untuk membedakan kedua fenomena proses adsorpsi tersebut maka

digunakan variabel suhu. Adsorpsi fisis ditandai dengan penurunan jumlah yang

teradsorpsi dengan peningkatan suhu (Widayatno, dkk. 2017).

2.3 Kesetimbangan adsorpsi

Isoterm yang menggambarkan suatu kesetimbangan adsorpsi biasanya

tidak linear. Banyak system mengikuti persamaan freunlich, sekurang-


6

kurangnya jika kuat senyawa tersebut akan diadsopsi, jika faktor-faktor lain

sama, berat molekul yang besar menyebabkan adsorpsi, semakin polar zat

pelarut, semakin besar kecenderungan untuk mengisi tempat-tempat pada

permukaan yang diperebutkan dengan zat terlarut , dan oleh sebab itu zat terlarut

akan berkurang di adsorpsi. Penggunaan fasa stasioner polar dengan fasa

bergerak yang tidak lebih polar dari pada yang dibutuhkan dalam rangka

mengelusi zat terlarut polar dalam waktu yang cukup panjang, selama bertahun-

tahun danggap sebagai bentuk normal dan kromotografi adsorpsi (Day dan

Underwood, 2002).

2.4 Adsorben

Adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini

berupa senyawa karbon. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi besarnya

kapasitas suatu adsorben dalam menyerap adsorbat yaitu pH larutan, waktu

kontak, berat adsorben dan suhu. [12]. pH larutan akan mempengaruhi

aktivitas gugus fungsi adsorben [13]. Variasi waktu kontak perlu dilakukan

untuk melihat banyaknya arang aktif yang dibutuhkan untukmenyerap zat warna

secara optimal [14]. Berat adsorben akan mempengaruhi gugus aktif dari

adsorben itu sendiri sedangkan suhu akan mempengaruhi daya serap adsorben

terhadap adsorbat [15]. Kapasitas adsorpsi menyatakan banyaknya adsorbat

yang mampu terakumulasi pada permukaan adsorben sehingga ketika proses


7

adsorpsi berlangsung pada kondisi optimum maka akan diperoleh arang aktif

dengan kapasitas adsorpsi yang maksimum (Aisyahlika, dkk. 2018).

2.5 Adsorbat

Adsorbat adalah zat yang di adsorpsi, beberapa peneliti sering menyebut

peristiwa yang berlangsung karena fasa padat mampu menyediakan sejumlah

permukaan untuk terjadinya adsopsi zat terlarut. Spesi yang di adsorpsi oleh

adsorben dikenal dengan nama adsorbat. Perubahan karakter fasa cair yang

mengandung zat terlarut maliputi konsentrasi , pH, dan temperature, akan

menyebabkan spesi yang sudah diadsorpsi oleh adsorben akan dilepas kembali

dari permukaan adsorben dan segera dipindahkan kembali menuju fase cair.

Peristiwa ini di sebut desoprpsi yaitu peristiwa lepasnya adsorbat yang sudah di

adsorpsi oleh adsorben. Jenis adsorbat dapat mempengaruhi proses adsorpsi

misalnya polarisabilitas adsorbat, berat molekul dilihat pada beberapa tahap yaitu

tahap adsorpsi (Tahap awal) adalah prses penyerapan /adsorpsi dimana adsorbat

akan tertahan pada permukaan adsorben (gas, uap, atau molekul pada permukaan

padatan akan tertahan). Pada umunya proses adsorpsi dilakukan pada senyawa

organic yang memilki BM mlekul besar dari 46. Semakin besar BM aadsorbat

maka proses adsorpsi akan berlangsung semakin baik. Tahap desorpsi, tahap ini

adsorbat akan dilepaskan dari adsorben (Gas, uap, atau molekul pada permukaan

padatan akan dilepas). Tahap recovery, setelah prose desorpsi maka tahap
8

selanjtnya adalah tahap pengolahan dari gas, uap,atau molekul yang telah

didesorpsi (Setianingsih, 2018).

2.7 Arang Aktif

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%

karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan

pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar

tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan

yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.

Arang aktif biasanya disebut karbon aktif yang dapat menyerap beberapa jenis

zat di dalamcairan ataupun gas. Berarti arang aktif dapat digunakan sebagai

bahan penjernih ataupun untuk menghilang-kan bau busuk. Pada arang

aktif terdapat banyak pori (zone). Karbon aktif merupakan bahan adsorpsi

dengan permukaan lapisan yang luas dengan bentuk butiran (granular) atau

serbuk (powder). Kontaminan dalam air terserap karena tarikan dari permukaan

karbon aktif lebih kuat dibandingkan dengan daya kuat yang menahan di dalam

larutan. Senyawa- senyawa yang yang mudah terserap karbon aktif umumnya

memiliki nilai kelarutan yang lebih kecil dari karbon aktif. Kontaminan

dapat masuk ke dalam pori karbon aktif dan terakumulasi didalamnya, apabila

kontaminan terlarut di dalam air dan ukuran pori kontaminan lebih kecil

dibandingkan dengan ukuran pori karbon aktif (Syauqiah, dkk. 2011).


9

2.8 Natrium Hidroksida (NaOH )

NaOH adalah standar sekunder, oleh karena itu perlu pembakuan

terhadap larutan NaOH untuk mempengaruhi konsentrasinya secara pasti.

Karena NaOH akan ditentukan konsentrasinya melalui titrasi menggunakan

standar prime (asam oklsalat) sehingga penimbangan cukup menggunakan

neraca teknis. Dalam pembuatan larutan NaOH perlu digunakan akuades yang

bebas CO2 karena dengan adanya CO2 dalam air menyebabkan NaOH bereaksi

dengan gas tersebut sehingga akan membentuk garam karbonat bila NaOH

dititirasi dengan dengan asam, maka garam tersebut akan turut bereaksi

sehingga akan mengganggu penetapan konsentrasi (Wijayanti dan Kurniawati,

2019).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Fisik 1 dengan judul “Kimia Permukaan 1”

dilaksanakan pada hari Sabtu, 21 November 2020 pada pukul 13.00 WITA-

selesai, bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan porselin,

labu takar 100 mL, labu Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, pipet skala 10 mL dan

25 mL, filler, buret, statif, klem, corong, botol semprot, dan oven.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan HCl

0,25 N, 0,125 N, 0,0625 N dan 0,0156 N, arang aktif, larutan baku NaOH 0,1 N,

indikator PP, kertas saring dan aquades.

3.3. Prosedur Kerja

Arang diaktifkan dengan memanaskannya dalam cawan porselin ke dalam

oven pada suhu 100°C. Dimasukkan ke dalam 4 buah Erlenmeyer masing-masing

10
11

1 gram arang yang telah diaktifkan. Disiapkan larutan asam dengan konsentrasi

0,25 N, 0,125 N, 0,0625 N dan 0,0156 N masing-masing 100 mL. Dimasukkan

larutan tersebut kedalam labu erlenmeyer yang telah berisi arang. Ditutup

Erlenmeyer tersebut dan dibiarkan selama 25 menit sambil sesekali digojok

secara teratur selama 5 menit. Setelah 25 menit, disaring masing-masing larutan.

Arang dikumpulkan kembali dan dikeringkan. Larutan filtrat dititrasi dengan dua

larutan dengan konsentrasi yang tinggi diambil masing-masing 10 mL,

selanjutnya diambil 25 mL konsntrasi. Selanjutnya untuk dua konsentrasi yang

rendah diambil masing-masing 50 mL. Dengan ditambahkan larutan baku NaOH

0,1 N menggunakan indikator PP sebagai indikator.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

No m Konsentrasi C X (g) X/m Log Log C

(g) (HCl) (N) (N) X/m

Aawal Akhir

1 1 0,25 0,212 0,01 0,0365 0,0365 -1,4377 -2

2 1 0,125 0,0248 0,1002 0,3657 0,3657 -0,4367 -0,9991

3 1 0,0625 0,062 0,0005 0,0018 0,00182 -2,7399 -3,3010

4 1 0,0156 0,014 0,0016 0,0058 0,00584 -2,2336 -2,7959

4.2 Grafik

12
0.6

0.5
f(x) = − 0.0629 x + 0.5358
0.4 R² = 0.195005786477977

C
0.3
x/m
Linear (x/m)
0.2

0.1

0
1 2 3 4 5

13
14

4. 3 Pembahasan

Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada

permukaan zatt lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada

permukaan zat pengadsorpsi. Cairan cenderung untuk mengambil bentuk yang

dapat meminimalkan luas permukaannya. Hal ini menyebabkan tetesan cairan

cenderung bulat. Terdapat banyak perbedaan jenis-jenis adsorpsi namun yang

paling umum dijumpai adalah adsorpsi gelas ke dalam padatan (Absorben).

Adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa

senyawa karbon, sementara Adsorbat adalah zat yang di adsorpsi, beberapa

peneliti sering menyebut peristiwa yang berlangsung karena fasa padat mampu

menyediakan sejumlah permukaan untuk terjadinya adsopsi zat terlarut.

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan isotermal adsorpsi menurut

freundlich untuk proses adsorpsi asam klorida pada arang. Arang dapat

digunakan untuk menguji kemampuan adsorpsi suatu zat. Atom-atom penyusun

arang sebagian besar adalah karbon yang dapat menjadi penyerap apabila diubah

bentuknya dari bentuk amorf menjadi poli Kristal perubahan bentuk ini hanya

terjadi apabila arang berada dalam keadaan aktif. Arang umumnya mempunyai

daya adsorpsi yang rendah dan daya adsorpsi itu dapat diperbesar dengan cara

mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia. Aktivasi arang

bertujuan untuk memperbesar permukaan arang dengan membuka pori-pori yang

tertutup tar, hidrokarbon, dan zat-zat organic lainnya. Arang aktif bisasanya
15

diperoleh apabila arang dipanaskan pada suhu tinggi. Arang aktif biasanya di

sebut karbon aktif terdapat banyak pori-pori berukuran nano hingga micrometer.

Percobaan ini berkaitan dengan isotherm adsorpsi. Isoterem adsorpsi adalah

pengukuran hubungan konsentrasi fase fluida seperti larutan asam klorida dengan

konsentrasi didalam partikel adsorben seperti arang (karbon) pada tempertur

tertentu. Dalam percobaan ini menggunakan larutan asam klorida dengan

konsentrasi yang berbeda-beda antara lain HCl 0,25, HCl 0,125, HCl0,0625, dan

HCl 0,0156. Penggunaan larutan HCl dalam percobaan ini bertujuan untuk

menghilangkan oksidasi-oksidasi logam dalam arang yang menutupi pori karena

sifat dari asam ini dapat merusak jaringan adsorpsi antara adsorbat dan

adsorben.selain itu asam klorida merupakan larutan yang bersifat polar, karena

peningkatan polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik

menarik terhadap molekul lain dibandingkan molekul yang tidak dapat

membentuk dipol (nonpolar). Dengan adanya perbedaan konsentrasi aktivitor,

ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan maksimal asam

dalam memperluas pori dan arang yang akan berpengaruh terhadap daya adsorpsi

dari arang itu sendiri.

Percobaan pertama yang dilakukan yaitu mengaktifkan arang (karbon) dengan

cara memanaskan pada suhu 100 oC. Pemanasan pada arang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan adsorpsi dari arang ktif, semakin baik kualitas arang aktif

tersebut diperoleh dari tingginya temperatur pengeringan. Hal ini disebabkan karena

semakin tinggi pengeringan maka semakin sedikit kadar air yang terkandung dalam
16

arang aktif sehingga dapat menghasilkan pori yang semakin besar. Arang yang telah

diaktifkan selanjutnya direaksikan dengan larutan HCl dengan konsentrasi 0.25 N,

0.125 N, 0.0625 N, 0.0156 N terlihat pada larutan tetap berwarna bening dan arang

tidak larut dalam HCl. Larutan dengan konsentrasi tinggi yaitu dan 0.25 N dipipet

sebanyak 10 mL, larutan konsentrasi sedang (0.125 N) dipipet sebanyak 25 mL, dan

larutan dengan konsentrasi rendah (0.0156 N) dipipet sebanyak 50 mL. Larutan

tersebut kemudian didiamkan selama 25 menit, dan setiap 5 menit sekali larutan

dikocok.Langkah ini dilakukan untuk menjaga kestabilan adsorben dalam

mengadsorpsi adsorbat. Setelah 25 menit,larutan disaring dengan kertas saring hal ini

dilakukan untuk menghilangkan pengotor-pengotor dari arang aktif agar

mudah terbaca oleh mata ketikaakan dilakukan penitrasian sehingga diperoleh larutan

filtrat yang jernih.

Larutan filtrat yang dihasilkan dari pencampuran HCl dengan arang aktif

dititrasi menggunakan larutan standar NaOH 0.1 N. Titrasi harus dibandingkan

denganlarutan standar yang digunakan agar perubahan warna dengan penambahan

indikator fenolftalein.Penggunaan indikator fenolftalein bertujuan untuk mengetahui

titikakhir titrasi larutan yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna

larutanmenjadi merah muda. Alasan lain ialah karena titrasi yang dilakukan

menggunakan metode alkalimetri, yakni dititrasi dengan larutan standar basa yaitu

NaOH,sehingga digunakan indikator fenolftalein yang mempunyai rentang pH 8,3-

10,0.Volume NaOH yang dipakai pada setiap kegiatantitrasidicatat untuk menghitung

konsentrasilarutan asam klorida yang teradsorpsi.


17

Pengamatan larutan HCl yang direaksikan dengan arang aktif dalam

konsentrasi dan 0.25 N yang dipipet sebanyak 10 mL, serta ditambahkan dengann

beberapa tetes indikator fenolftalein. sehingga terlihat perubahan warna pada larutan

yang semula bening menjadi merah muda. Pengamatan larutan 0.125 N larutan HCl

dengan arang aktif yang diambil larutan filtratnya sebanyak 25 mL untuk dititrasi,

terlihat warna larutan telah berubah menjadi merah muda dengan penambahan

beberapa tetes indikator fenolftaleinpada saat titrasi pada volume.Pengamatan

selanjutnya yaitu dengan larutan filtrat 0.0625 Ndan 0.0156 N yang dipipet sebanyak

50 mL serta ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein. Larutan dititrasi

hingga larutan berubah warna menjadi merah muda.

Jumlah zat yang teradsorpsi untuk larutan dengan konsentrasi 0.25 N

sebanyak 0.212 gram, 0.125 N sebanyak 0.025 gram, 0.0625 N sebanyak 0.062 gram,

dan konsentrasi terakhir yaitu 0.0156 N sebanyak 0.0014 gram. Hal ini hal ini tidak

sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat

maka semakin besar adsorpsi yang terjadi.

Grafik hubungan antara x/m terhadap C, dimana x/m merupakan

perbandingan antara jumlah zat yang teradsorpsi (gram) dan jumlah adsorben (gram)

sedangkan C adalah konsentrasi- konsentrasi zat terlarut dalam larutan setelah

tercapai kesetimbangan adsorbsi atau konsentarasi yang teradsorpsi. Grafik terlihat

mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan zat padat yang relatif

tinggi dengan konsentrasi larutan yang rendah, artinya perpindahan massa dari karbon
18

kembali ke fase larutan asam klorida.Sedangkan grafik log x/m terhadap log C,

digunakan untuk mencari gradien kemiringan garis untuk memperoleh tetapan n yang

merupakan fungsi eksponensial, sehingga bentuk persamaan menjadi: log (x/m) + n

log C + lok K. Apabila konsentrasi asam klorida lebih pekat, maka molekul-molekul

larutan ini akan lebih cepat diserap dan lebih cepat mengalami kejenuhan, sehingga

perbandingan antara konsentrasi dengan maasa zat teradsorpsi per massa adsorben

adalah sebanding.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan

bahwa adsorbsi adalah suau proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan

maupun gas) terikat kepada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film

(lapisan tipis ) pada permukaan padatan tersebut. penyerapan larutan klorida

dengan arang dipengaruhi oleh konsentrasi asam klorida sebagai adsorben.

Semakin besar konsentrasinya maka massa adsorbat yang teradsorpsi akan

semakin besar pula.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya ajukan kepada pihak laboratorium adalah untuk

praktikum selanjutnya diharapkan Vidio praktikum diselaraskan dengan data

pengamatan yang di berikan agar praktikan dalam mengamati percobaan

tersebut dapat dilakukan dengan efektif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aisyahlika, S. Z., Firdaus, M. L., dan Rinaelvina. 2018. Kapasitas Adsorpsi Arang

Aktif Cangkang Bintaro (Cerbera odollam) Terhadap Zat Warna Sintesis

Reactive Red-120 dan Reactive Blue-198. Jurnal Pendidikan dan Ilmu

Kimia. 2(2).

Day, J. R. R. A., dan Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi

Keenam. Jakarta : Erlangga.

Langenatih, R., Mordiono, R, M., Mustika, D., Wasito, B., dan Ridwan. 2012.

Pengaruh Jenis Adsorben dan Konsentrasi Uranium Terhadap Pemungutan

Uranium dari Larutan Uranil Nitrat. Jurnal Teknik Bahan Nuklir. 8(2).

Setianingsih, T. 2018. Karakterisasi Pori dan Luas Muka Padatan. Malang : UB

Press.

Syauqiah, I., Amalia, M., Kartini, H. A. 2011. Analisis Variasi Waktu dan Kecepatan

Pengadukan Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat dengan Arang

Aktif. Jurnal Info Teknik. 12(1).

Widayatno, T., Yuliawati, T., dan Susilo, A. A. 2017. Adsorpsi Logam Berat (Pb)

dari Limbah Cair dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi

Bahan Alam. 1(1).


Wijayanti, I. E., dan Kurniawati, E. A. 2019. Studi Kinetika Adsorpsi Isoterm

Persamaan Langmuir Freundlich pada Abu Gosok Sebagai Adsorben. Jurnal

Educhemia. 4(2).
LAMPIRAN

1. Bagan ProsedurKerja

Arang aktif

Dimasukan dalam cawan porselen

Dipanaskan dalam oven pada suhu 100C

Dimasukandalam 4 buah Erlenmeyer masing-masing 1 gram

Erlemeyer1 Erlemeyer 2 Erlemeyer 3 Erlemeyer 4

Dimasukan Dimasukan Dimasukan Dimasuka Asam


Asam 0,25 N Asam 0,125 N Asam 0,625 0,0156 N
N

Ditutup labu erlenmeyernya

Dibiarkanselama 25 menit dan dikocok setiap 5 menit

Disaring larutannya

Dikumpulkan kembali arangnya dan dikeringkan

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


0,25 N 0,125 N 0,0625 N 0,0156,

Diambil 10 ml Diambil 25mL Diambil 50 mL Diambil50 mL


larutannya larutannya larutannya larutannya

DitambahkanlarutanbakuNaOH 0,1 N menggunakan indicator Pp

Hasil Pengamatan
2. Analisis Data

 Menentukan Konsentrasi HCl yang teradsorpsi

1) C0,25 = [HCl]awal-[HCl]akhir

= 0,25 M- 0,212 M = 0,038 M

 Log C = Log 0,01

= -2

2) C0,125 = [HCl]awal-[HCl]akhir

= 0,125 M- 0,0248 M = 0,1002 M

 Log C = Log 0,1002

= - 0,9991

3) C0,0625 = [HCl]awal-[HCl]akhir

= 0,0625 M- 0,062 M = 0,0005 M

 Log C = Log 0,0005

= -3,3010

4) C0,0156 = [HCl]awal-[HCl]akhir

= 0,0156 M- 0,0014 M = 0,00584 M

 Log C = Log 0,00584

= - 2,7959

 Menentukan massa HCl yang teradsorpsi

gram
Rumus : Mol =
Mr
X
Mol = dimana Mol = M × V (L) atau Mol = C × V (L)
Mr

Diket

V HCl = 100 mL

= 0,1 mL

Mr HCl = 36,5 g/mol

1) X 0,25 = C × Mr × VHCl (L)

= 0,01 N × 36,5 g/mol × 0,1 L

= 0,0365 gram

2) X 0,125 = C × Mr × VHCl (L)

= 0,1002 N × 36,5 g/mol × 0,1 L

= 0,3657 gram

3) X 0,065 = C × Mr × VHCl (L)

= 0,0005 N × 36,5 g/mol × 0,1 L

= 0,00182 gram

4) X 0,0156 = C × Mr × VHCl (L)

= 0,0016 N × 36,5 g/mol × 0,1 L

= 0,00584 gram

 Menentukan jumlah zat teradsorbsi perjumlah zat adsorben

X 0,0365 x
1) = = 0,0365 log =log 0,0365=−1,4377
m 1 m

X 0,3657 x
2) = = 0,3657 log =log 0,3657=−0,4367
m 1 m
X 0,00182 x
3) = = 0,00182 log =log 0,00182=−2,7399
m 1 m

X 0,00584 x
4) = = 0,00584 log =log 0,00584=−2,2336
m 1 m

Anda mungkin juga menyukai