OLEH :
NAMA : NURLIAN
NIM : A1L1 19 011
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAMMAD ULUL AZMI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga laporan mingguan praktikum
Kimia Anorganik yang berjudul “Peninggkatan Kualitas Garam Rangkap Kupri
Amonium Sulfat Heksahidrat (Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) dan Garam Kompleks
Tetraammin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) melalui Proses
Kristalisasi” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini diajukan guna
memenuhi syarat untuk mengikuti praktikum kimia anorganik percobaan
selanjutnya.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat memberi manfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.................................................................................2
1.3 Prinsi Dasar Praktikum........................................................................3
1.4 Manfaat Praktikum...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Garam .................................................................................................4
2.2 Senyawa Kompleks.............................................................................4
2.3 Kristalisasi..........................................................................................5
2.4 Kristal CuSO4.5H2O…………………………………………………6
2.5 Etil Alkohol ……………………………………………………….…6
2.6 Larutan Ammonia...............................................................................7
2.7 Larutan Ammonium Sulfat ……………………………………… …7
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................9
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................9
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................12
4.1 Data Pengamatan..............................................................................12
4.2 Pembahasan.......................................................................................12
BAB V PENUTUP.............................................................................................17
5.1 Kesimpulan.......................................................................................17
5.2 Saran.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18
LAMPIRAN.......................................................................................................19
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion
positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral
(tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa, Garam
seperti yang kita kenal sehari-hari dapat didefinisan sebagai suatu kumpulan
senyawa kimia yang bagian utamanya adalah natrium klorida (NaCl) dengan zat-
zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO, MgCl, dan lain-lain. Garam dapat
diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari,
penambangan batuan garam dan dari sumur air garam. Garam hasil tambang
berbeda-beda dalam komposisinya. Tergantung pada lokasi, namun biasanya
mengandung lebih dari 95 % NaCl. Proses produksi garam di Indonesia, pada
umumnya dilakukan dengan metode penguapan air laut dengan bantuan sinar
matahari (Rositawati, dkk., 2013).
Selain garam dapur, garam dapat dibagi atas beberapa jenis diantaranya
garan tunggal, rangkap dan kompleks. Pelarutan tembaga, hidroksida, karbonat
dan sebagainya dalam asam menghasilkan ion aqua hijau kebiruan yang dapat
ditulis [Cu(H2O)6]2+. Dua molekul-molekul H2O berada lebih jauh dari pada
tempat lainnya. Diantara berbagai hidrat lainnya CuSO 4.5H2O yang paling
dikenal. Ia dapat terhidrasi menjadi anhidrat yang benar-benar putih. Penambahan
ligan terhadap logam aqua menyebabkan pembentukan kompleks dengan
pertukaran molekul air secara berurutan, misalnya dengan amonia namun
penambahan molekul amonia yang kelima dan keenam sulit. Molekul keenam
dapat ditambah hanya dalam cairan amonia, alasan ini untuk perilaku lazim ini
2+
dihubungkan dengan efek john- teller, karenanya ion Cu tidak mengikat ligan
kelima dan keenam secara kuat meskipun ada H 2O. Dengan diadakannya
percobaan ini diharapkan agar setiap praktikan mampu mengetahui sifat-sifat dan
cara pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dan
garam rangkap kupri ammonium sulfat (Harefa, 2019).
2
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui pembuatan dan sifat-
sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat (Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O)
dan garam kompleks tetramiin tembaga (II) sulfat monohidrat
(Cu(NH3)4SO4.H2O).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Garam
Garam seperti yang kita kenal sehari-hari dapat didefinisan sebagai suatu
kumpulan senyawa kimia yang bagian utamanya adalah natrium klorida (NaCl)
dengan zat-zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO, MgCl, dan lain-lain. Garam
dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari,
penambangan batuan garam dan dari sumur air garam. Garam hasil tambang
berbeda-beda dalam komposisinya. Tergantung pada lokasi, namun biasanya
mengandung lebih dari 95 % NaCl (Rositawati, dkk., 2013).
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk
kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar
natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida,
magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai
sifat/karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk
density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat
suhu 8010C. Larutan garam juga merupakan suatu elektrolit yang
mempunyai gerakan brown dipermukaan yang lebih besar dari gerakan
brown pada air murni sehingga bisa menurunkan air dan larutan, ini
menambah gaya kohesi antar partikel sehingga ikatan antar partikel lebih
rapat ((Wahab dan Ramli, 2020).
dan oktahedral. Garam kompleks ini berbeda dengan garam rangkap. Garam
rangkap terbentuk dari dua garam yang mengkristal secara bersama-sama dalam
perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur tersendiri dan
tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Garam rangkap memiliki
struktur molekul lebih panjang dibandingkan dengan struktur garam kompleks.
Dalam larutan garam rangkap ini merupakan campuran berupa ion sederhana yang
akan mengion bila dilarutkan lagi. Jelas berbeda dengan garam kompleks yang
menghasilkan ion kompleks apabila dalam bentuk larutan (Harefa, 2019).
2.3 Kristalisasi
mungkin membentuk suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup banyak
membentuk embrio pada kondisi leat jenuh yang tinggi embrio tersebut
membentuk inti Kristal (Pinalla, 2011).
normal 78.320C, Densitas pada 200C 0.7893 g/mol, Kelarutan dalam air
200C Sangat larut, Viskositas pada 200C 1.17 cP, Kalor spesifik pada 200C
0.579 kal/g, Kalor pembakaran pada 250C 7092.1 kal/g, Kalor penguapan
78.320C 200.6 kal/g (Anggraini, dkk., 2017).
Etanol yang berarti sejenis alkohol yang merupakan bahan kimia
yang terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati, misalnya
ubi kayu, ubi jalar, jagung dan sagu. Etanol merupakan senyawa alkohol
yang mempunyai dua atom karbon (C2H5OH). Rumus kimia umumnya
adalah CnH2n+I OH. Karena merupakan senyawa alkohol, etanol memiliki
beberapa sifat yaitu larutan yang tidak berwarna (jernih), berfase cair pada
temperatur kamar, mudah menguap, serta mudah terbakar. Etanol
merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan
menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara
garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik
maupun anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus,
asetaldehid, antiseptik dan sebagai bahan baku pembuataneter danetil
ester, Etanol juga untuk campuran minuman dan dapat digunakan sebagai
bahan bakar (gasohol) (Wiratmaja, dkk, 2011)
2.7 Larutan Ammonia
produksi urea, industri bahan kimia, serta industri bubur dan kertas (Putra,
dkk., 2021).
2.8 Ammonium Sulfat
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu 2 buah tabung reaksi besar
dan kecil, 1 buah gelas ukur 50 mL, 1 buah gelas ukur 10 mL, 2 buah gelas ukur
100 mL, 2 buah gelas arloji, kertas saring, pipet skala 1 mL, 4 buah gelas kimia
100 mL, 1set pemanas, filler dan pipet volume 10 mL, Labu takar 10 mL, corong,
oven dan kulkas, 1 set pompa vakum.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Kristal kupri hidrat
pentahidrat, etil alkohol, aquades, Kristal ammonium sulfat dan larutan ammonia
15 M.
dengan garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat merupakan dasar
penetapan titrimetri, mencakup pembentukan kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit sekali terdisosiasi. Contoh Garam rangkap adalah adalah
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara
CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O
berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH 4)2SO4 berwarna
putih (Syabatini, dkk., 2009).
Percobaan pembuatan garam rangkap, kristal terbentuk warna biru muda
yang menunjukkan dari ion Cu2+ yang menjadi salah satu komponen pembentuk
garam rangkap tersebut. Percobaan ini didapatkan berat kristal secara praktek
yaitu 4,708 gram, sedangkan berat kristal secara teoritis yaitu 3,815 gram. Dari
hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa kristal secara
teoritis maka didapatkan rendemen sebesar 123,40 %. Dalam percoban ini
sebelum dihasilkan kristal terlebih dahulu dilarutkan dengan aquades, Penggunaan
aquades dilakukan karena air berfungsi untuk melarutkan kedua garam yang
direaksikan tadi dan juga dapat ditarik baik ke kation maupun anion untuk
membentuk ion terhidrasi karena mempunyai momen dipol yang cukup besar, dan
karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air serta tetap berupa satu
spesion ion. Selain itu juga dilakukan proses pemanasan yang bertujuan untuk
mempercepat laju proses reaksi dan menambah kelarutan zat agar garam yang
dilarutkan tadi dapat larut secara sempurna. Larutan tersebut didinginkan selama
semalaman dengan tujuan untuk mendapatkan lebih banyak endapan sehingga
lebih banyak dihasilkan garam rangkap selanjutnya langkah penyaringan yang
dimaksudkan untuk memisahkan antara kristal yang terbentuk dari campuran
larutan. untuk menghilangkan kadar air yang masih tersisa pada kristal, Kristal
yang sudah disaring kemudian dipanaskan untuk mendapatkan Kristal yang lebih
murni lagi.
15
rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil alkohol tergolong sebagai
pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol lainnya
(Wiratmaja dkk., 2011). Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan
etanol secara langsung dilakukan pada corong untuk mengurangi penguapan
selama pembentukan kristal. Sama halnya dengan pembentukan garam rangkap,
proses pembentukan garam tersebut sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan
selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan kristal dapat terjadi secara
lebih sempurna.
Selain mencegah penguapan amoniak, tujuan lain dari pencucian garam
kompleks dengan etil alkohol adalah untuk memurnikannya dari pengotor-
pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam garam yang
terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal tersebut ikut terbawa
bersama filtrat. Hal ini diakibatkan terlalu kecilnya garam yang terbentuk.
Seharusnya, kertas saring yang digunakan memiliki membran yang lebih rapat.
Pemisahan molekul air dari tumpukan kristal garam kompleks ini terjadi dengan
baik. Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan
dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil alkohol tergolong
sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol lainnya.
Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan etanol langsung
dilakukan penutupan gelas kimia menggunakan aluminium foil untuk mengurangi
penguapan selama pembentukkan kristal. Sama halnya dengan pembentukan
garam rangkap, proses pembentukan garam tersebut sangat lambat sehingga
larutan ini didiamkan selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan
kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Percobaan pembuatan garam kompleks didapatkan berat kristal secara
praktek yaitu 3,7812 gram, sedangkan berat Kristal secara teoritis yaitu 2,495
gram. Dari hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa kristal
secara teoritis didapatkan rendemen sebesar 151,55 %.
Larutan Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O+ 5 mL
1. Larutan berwarna biru muda
aquades
2. Larutan Cu(NH3)4SO4.H2O + 5 mL Larutan berwarna biru tua
aquades
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Harefa, N. 2019. Buku Penuntun Kimia Anorganik II. UKI Press : Jakarta.
Putra, R. C. S. S., Rizal, A., & Cahyadi, W. A. 2021. Rancang Bangun Sistem
Pendeteksi Kesegaran Daging Berdasarkan Sensor Bau dan Warna. e
Proceedings of Engineering. 8(1).
Rodiah, S., Budaya, A. D., Erviana, D., Ahsanunnisa, R., Oktasari, A., Wijayanti,
F., Kholidah, N., Mariyamah., Daniar, R. 2018. Pembuatan Kristal
Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat dengan Vaiasi Ukuran Tembaga Bekas.
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan.
Rositawati, A. L., Citra M. T., dan Danny S. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat
dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2. No. 4.
Wahab, N., dan Ramli, I. 2020. Analisa Pemurnian Garam dengan Metode Hodro
Ekstraksi Batch dan Kontinue Di Kaupaten Jeneponto. Jurnal Ilmiah
Techno Entrepreneur. 5(1).
Wiratmaja, G., Kusuma, G. B. W., dan Winaya, N. S. 2011. Pembuatan Etanol
Generasi Kedua dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma
Cottonii sebagai Bhan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakra. 5(1).
Prosedur Kerja Percobaan 6
4 mL amonia
Kristal
Rendemen = 151,55%
C. Perbandingan Sifat-sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks
- Masing-masing dilarutkan 5 mL
aquades
- Dibandingkan dengan warna larutan
- Dipanaskan
- Amati dan catat perubahan warna
Hasil Pengamatan
LAMPIRAN II
REAKSI KIMIA
Diketahui :
Berat kristal secara teoritis = Berat CuSO4. 5H2O + berat (NH4)2SO4
= 2,495 + 1,32
= 3,815 gram
Berat kertas saring kosong = 1,5320 gram
Berat kertas + garam = 6,2400 gram
Berat garam yang dihasilkan = (Berat kertas + garam) – Berat kertas
= 6,2400 – 1,5320
= 4,708 gram
Ditanyakan : Rendemen……….?
massa kristal praktek
Rendemen = x 100%
massa kristal teoritis
4,708
= x 100 %
3,815
= 123,40 %
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O