Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

“OPTIMASI PEMBENTUKAN GARAM RANGKAP KUPRI


AMMONIUM SULFAT HEKSAHIDRAT
(Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) DAN GARAM KOMPLEKS
TETRAAMMIN TEMBAGA (II) SULFAT MONOHIDRAT
(Cu(NH3)4SO4.H2O)”

OLEH :

NAMA : NURLIAN
NIM : A1L1 19 011
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAMMAD ULUL AZMI

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing


Praktikum Kimia Anorganik dengan judul percobaan “Optimasi Pembentukan
Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat (Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O)
dan Garam Kompleks Tetraammin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat
(Cu(NH3)4SO4.H2O)” yang dilaksanakan pada:
Hari,Tanggal : Senin, 29 November 2021
Waktu : 13.30 WITA-selesai
Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, Desember 2021


Menyetujui,
Asissten pembimbing

Muhammad Ulul Azmi

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga laporan mingguan praktikum
Kimia Anorganik yang berjudul “Peninggkatan Kualitas Garam Rangkap Kupri
Amonium Sulfat Heksahidrat (Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) dan Garam Kompleks
Tetraammin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O) melalui Proses
Kristalisasi” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini diajukan guna
memenuhi syarat untuk mengikuti praktikum kimia anorganik percobaan
selanjutnya.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat memberi manfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.

Kendari, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.................................................................................2
1.3 Prinsi Dasar Praktikum........................................................................3
1.4 Manfaat Praktikum...............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Garam .................................................................................................4
2.2 Senyawa Kompleks.............................................................................4
2.3 Kristalisasi..........................................................................................5
2.4 Kristal CuSO4.5H2O…………………………………………………6
2.5 Etil Alkohol ……………………………………………………….…6
2.6 Larutan Ammonia...............................................................................7
2.7 Larutan Ammonium Sulfat ……………………………………… …7
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................9
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................9
3.3 Prosedur Kerja....................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................12
4.1 Data Pengamatan..............................................................................12
4.2 Pembahasan.......................................................................................12
BAB V PENUTUP.............................................................................................17
5.1 Kesimpulan.......................................................................................17
5.2 Saran.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18
LAMPIRAN.......................................................................................................19

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1.1 Pembuatan Garam Rangkap Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O.........................12


Tabel 4.1.2 Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O............................14
Tabel 4.1.3 Perbandingan Sifat-sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks....15

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Diagram Alir..................................................................................20


Lampiran 2. Reaksi Kimia..................................................................................23
Lampiran 3. Analisis Data..................................................................................24
Lampiran 4. Dokumentasi ……………………………………………………..25
Lampiran 5. Tugas Praktikum……………………………………………….....27
Lampiran 6. Tugas Pendahuluan…………………………………………........28
Lampiran 7. Jurnal………………………………………………………..........29

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion
positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral
(tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa, Garam
seperti yang kita kenal sehari-hari dapat didefinisan sebagai suatu kumpulan
senyawa kimia yang bagian utamanya adalah natrium klorida (NaCl) dengan zat-
zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO, MgCl, dan lain-lain. Garam dapat
diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari,
penambangan batuan garam dan dari sumur air garam. Garam hasil tambang
berbeda-beda dalam komposisinya. Tergantung pada lokasi, namun biasanya
mengandung lebih dari 95 % NaCl. Proses produksi garam di Indonesia, pada
umumnya dilakukan dengan metode penguapan air laut dengan bantuan sinar
matahari (Rositawati, dkk., 2013).
Selain garam dapur, garam dapat dibagi atas beberapa jenis diantaranya
garan tunggal, rangkap dan kompleks. Pelarutan tembaga, hidroksida, karbonat
dan sebagainya dalam asam menghasilkan ion aqua hijau kebiruan yang dapat
ditulis [Cu(H2O)6]2+. Dua molekul-molekul H2O berada lebih jauh dari pada
tempat lainnya. Diantara berbagai hidrat lainnya CuSO 4.5H2O yang paling
dikenal. Ia dapat terhidrasi menjadi anhidrat yang benar-benar putih. Penambahan
ligan terhadap logam aqua menyebabkan pembentukan kompleks dengan
pertukaran molekul air secara berurutan, misalnya dengan amonia namun
penambahan molekul amonia yang kelima dan keenam sulit. Molekul keenam
dapat ditambah hanya dalam cairan amonia, alasan ini untuk perilaku lazim ini
2+
dihubungkan dengan efek john- teller, karenanya ion Cu tidak mengikat ligan
kelima dan keenam secara kuat meskipun ada H 2O. Dengan diadakannya
percobaan ini diharapkan agar setiap praktikan mampu mengetahui sifat-sifat dan
cara pembuatan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dan
garam rangkap kupri ammonium sulfat (Harefa, 2019).
2

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena


penggabungan dua atau lebih senyawa-senyawa yang sederhana, yang masing-
masingnya dapat berdiri sendiri. Garam rangkap merupakan garam yang dalam
kisi kristalnya mengandung kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam
rangkap biasanya lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan
garam-garam tunggal penyusunnya (Lestari, dkk., 2014).
Garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat atau
Cu(NH3)4.SO4.H2O dapat dibuat dengan cara mereaksikan CuSO4.5H2O (terusi)
dengan ammonia pekat, kemudian melalui beberapa tahapan reaksi sehingga dapat
menghasilkan endapan yang berupa kristal. Sedangkan, garam rangkap seperti
ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO 4)2(NH4)2.6H2O dapat dibuat
dengan mereaksikannya dengan CuSO4.5H2O (terusi) dan ammonium sulfat
(Khunur, dkk., 2012).
Larutan ammonium berfungsi untuk melarutkan CuSO 4.5H2O (terusi) dan
air juga dapat digunakan sebagai pelarut karena kedua garam yang bereaksi tadi
dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Berdasarkan uraian diatas
maka dilakukanlah sebuah praktikum untuk mengetahui proses pembuatan garam
kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH 3)4.SO4.H2O dan garam
rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO 4)2(NH4)2.6H2O (Putra,
dkk., 2021).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka perlu percobaan ini untuk mengetahui
bagaimana gambaran tentang proses pembuatan garam kompleks tetra amin
tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4.SO4.H2O dan garam rangkap ammonium
tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum yaitu memahami dan mempelajari sifat dan


pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat
(Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) dan garam kompleks tetramiin tembaga (II) sulfat
monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O).
3

1.3 Prinsip Dasar Praktikum

Prinsip dari praktikum ini yaitu pembuatan garam kompleks dengan


tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat yang terbentuk dari ion logam transisi
dan pembuatan garam rangkap dengan kupri ammonium sulfat heksahidrat yang
mengkristal secara bersama-sama dalam pembandingan molekul tertentu

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui pembuatan dan sifat-
sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat (Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O)
dan garam kompleks tetramiin tembaga (II) sulfat monohidrat
(Cu(NH3)4SO4.H2O).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam

Garam seperti yang kita kenal sehari-hari dapat didefinisan sebagai suatu
kumpulan senyawa kimia yang bagian utamanya adalah natrium klorida (NaCl)
dengan zat-zat pengotor terdiri dari CaSO4, MgSO, MgCl, dan lain-lain. Garam
dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari,
penambangan batuan garam dan dari sumur air garam. Garam hasil tambang
berbeda-beda dalam komposisinya. Tergantung pada lokasi, namun biasanya
mengandung lebih dari 95 % NaCl (Rositawati, dkk., 2013).
Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk
kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar
natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida,
magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain. Garam mempunyai
sifat/karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk
density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat
suhu 8010C. Larutan garam juga merupakan suatu elektrolit yang
mempunyai gerakan brown dipermukaan yang lebih besar dari gerakan
brown pada air murni sehingga bisa menurunkan air dan larutan, ini
menambah gaya kohesi antar partikel sehingga ikatan antar partikel lebih
rapat ((Wahab dan Ramli, 2020).

2.2 Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari


suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang
menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam
pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa
kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Senyawasenyawa
kompleks memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-
macam. Mulai dari bilangan koordinasi dua sampai delapan dengan
struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal
6

dan oktahedral. Garam kompleks ini berbeda dengan garam rangkap. Garam
rangkap terbentuk dari dua garam yang mengkristal secara bersama-sama dalam
perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki struktur tersendiri dan
tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Garam rangkap memiliki
struktur molekul lebih panjang dibandingkan dengan struktur garam kompleks.
Dalam larutan garam rangkap ini merupakan campuran berupa ion sederhana yang
akan mengion bila dilarutkan lagi. Jelas berbeda dengan garam kompleks yang
menghasilkan ion kompleks apabila dalam bentuk larutan (Harefa, 2019).

2.3 Kristalisasi

Kristalisasi merupakan suatu proses pemurnian dan pembentukan


partikel dalam bentuk padatan yang dihasilkan melalui fasa homogen.
Salah satu penentu keberhasilan dari proses kristalisasi ini yaitu
tercapainya kondisi supersaturasi. Ketika kondisi supersaturasi telah
tercapai, banyak inti kristal baru (nukleus) yang akan terbentuk dan
kemudian nukleus tersebut akan tumbuh menjadi kristal baru (crystal
growth). Kondisi supersaturasi dapat diciptakan melalui metode
pendinginan (cooling crystallization). Variabel yang mempengaruhi laju
pembentukan kristal adalah suhu, viskositas, kecepatan
pengadukan/agitasi, kecepatan pendinginan, adanya bahan tambahan dan
pengotor, serta tekanan antar permukaan antara pelarut dan zat terlarut.
dengan dilakukannya pengadukan, bentuk dan ukuran kristal yang
dihasilkan cenderung homogen, sedangkan kristal yang dihasilkan tanpa
pengadukan cenderung memiliki bentuk dan ukuran kristal yang heterogen
(Khairunnisa, dkk., 2019).
Prinsip dari kristalisasi terbentuk melalui dua tahap yaitu nukleasi atau
pembentukan inti Kristal dan pertumbuhan Kristal. Faktor pendorong untuk laju
nukleasi dan laju pertumbuhan. Kristal adalah supersaturasi. Baik nukleasi
maupun pertumbuhan tidak dapat berlangsung didalam larutan jenuh atau tak
jenuh. Inti Kristal dapat terbentuk dari berbagai jenis partikel : molekul, atom,
atau ion. Karena adanya gerakan dari partikel- partikel tersebut beberapa partikel
7

mungkin membentuk suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup banyak
membentuk embrio pada kondisi leat jenuh yang tinggi embrio tersebut
membentuk inti Kristal (Pinalla, 2011).

2.5 Kristal CuSO4. 5H2O

Kristal CuSO4.5H2O merupakan salah satu bahan yang banyak


dibutuhkan di industri. Pemanfaatan kristal CuSO 4.5H2O sangat luas,
diantaranya yaitu sebagai fungisida yang merupakan pestisida yang secara
spesifik membunuh atau menghambat cendawan akibat penyakit, reagen
analisa kimia, sintesis senyawa organik, pelapisan anti fokling pada kapal,
sebagai kabel tembaga, electromagnet, papan sirkuit, solder bebas timbal,
dan magneton dalam oven microwave. Tembaga (II) sulfat merupakan
padatan kristal biru dengan struktur kristal triklin. Pentahidratnya
kehilangan lima molekul air pada suhu yang berbeda. Kristal ini dapat
dibuat dengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat
yang kemudian dipanaskan hingga terbentuk kristal. Selain dengan bahan
baku logam tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga
bekas ataupun tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari larutan
CuCl2. Pada skala industri dibuat dengan memompa udara melalui
campuran tenaga panas dengan H2SO4 encer (Rodiah, dkk., 2018).
2.6 Etil Alkohol

Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol


yang paling sering digunakan dalam kehidupan seharihari. Karena sifatnya
yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia
farmasi dan industri makanan dan minuman. Sifat kimia etanol yaitu: BM
46,07, mudah menguap, mudah terbakar, tidak berasap dan nyala api
kebiru-biruan, berat jenis lebih kecil dari berat jenis air. Etanol dihasilkan
dari gula yang merupakan hasil aktivitas fermentasi sel khamir. Khamir
yang baik digunakan untuk menghasilkan etanol adalah dari genus
Saccharomyces. Adapun komponen-komponen dari etanol adalah terdiri
dari Massa molekul relatif 46.07 g/mol, Titik beku -114.10C, Titik didih
8

normal 78.320C, Densitas pada 200C 0.7893 g/mol, Kelarutan dalam air
200C Sangat larut, Viskositas pada 200C 1.17 cP, Kalor spesifik pada 200C
0.579 kal/g, Kalor pembakaran pada 250C 7092.1 kal/g, Kalor penguapan
78.320C 200.6 kal/g (Anggraini, dkk., 2017).
Etanol yang berarti sejenis alkohol yang merupakan bahan kimia
yang terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati, misalnya
ubi kayu, ubi jalar, jagung dan sagu. Etanol merupakan senyawa alkohol
yang mempunyai dua atom karbon (C2H5OH). Rumus kimia umumnya
adalah CnH2n+I OH. Karena merupakan senyawa alkohol, etanol memiliki
beberapa sifat yaitu larutan yang tidak berwarna (jernih), berfase cair pada
temperatur kamar, mudah menguap, serta mudah terbakar. Etanol
merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan
menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan. Secara
garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik
maupun anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus,
asetaldehid, antiseptik dan sebagai bahan baku pembuataneter danetil
ester, Etanol juga untuk campuran minuman dan dapat digunakan sebagai
bahan bakar (gasohol) (Wiratmaja, dkk, 2011)
2.7 Larutan Ammonia

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3 yang merupakan


salah satu indikator pencemaran udara pada bentuk kebauan. Gas amonia
adalah gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat, biasanya amonia
berasal dari aktifitas mikroba, industri ammonia, pengolahan limbah dan
pengolahan batu bara. Ammonia di atmosfer akan bereaksi dengan nitrat
dan sulfat sehingga terbentuk garam ammonium yang sangat korosif.
Amonia (NH3) dan garam-garamnya merupakan senyawa yang bersifat
mudah larut dalam air. Ion amonium merupakan transisi dari ammonia,
selain terdapat dalam bentuk gas ammonia juga dapat berbentuk kompleks
dengan beberapa ion logam. Amonia banyak digunakan dalam proses
9

produksi urea, industri bahan kimia, serta industri bubur dan kertas (Putra,
dkk., 2021).
2.8 Ammonium Sulfat

Amonium sulfat ((NH4)2SO4) merupakan salah satu sumber


nitrogen anorganik yang memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak
higroskopis, tahan disimpan dalam waktu lama, mudah larut dalam air
serta harga dapat dijangkau masyarakat. Penambahan amonium sulfat
dalam substrat fermentasi mampu manghasilkan aktivitas enzim terbaik
dibandingkan dengan sumber nitrogen yang lain seperti amonium nitrat,
amonium klorida, urea dan pepton.Untuk mengurangi biaya produksi,
amonium sulfat biasa digunakan untuk menggantikan sumber nitrogen
organik seperti pepton. Konsentrasi amonium sulfat 2 g/L menghasilkan
aktivitas enzim selulase dari Trichoderma reesei pada substrat tongkol
jagung tertinggi dibandingkan konsentrasi 4 g/L dan 1 g/L. Gula yang
dihasilkan sebesar 7,8 g/L untuk selobiosa; 65,9 g/L untuk glukosa dan 20
g/L untuk xilosa (Afriyanti, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Anorganik Percobaan VI dengan judul “Optimasi


Pembentukan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat
(Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O) dan Garam Kompleks Tetraamin Tembaga (II) Sulfat
Monohidrat (Cu(NH3)4SO4.H2O)” dilaksanakan pada hari senin, 29 November
2021 pada pukul 13.30 WITA – selesai, bertempat di Laboratorium Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu
Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu 2 buah tabung reaksi besar
dan kecil, 1 buah gelas ukur 50 mL, 1 buah gelas ukur 10 mL, 2 buah gelas ukur
100 mL, 2 buah gelas arloji, kertas saring, pipet skala 1 mL, 4 buah gelas kimia
100 mL, 1set pemanas, filler dan pipet volume 10 mL, Labu takar 10 mL, corong,
oven dan kulkas, 1 set pompa vakum.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Kristal kupri hidrat
pentahidrat, etil alkohol, aquades, Kristal ammonium sulfat dan larutan ammonia
15 M.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat heksahidrat

Ditimbang 2,495 gram CuSO4.5H2O dan 1,32 gram ammonium sulfat


(NH4)SO4 kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 mL di dalam gelas
kimia 100 mL. Setelah itu dipanaskan perlahan-lahan sampai semua garam larut
sempurna. Selajutnya larutan tersebut dibiarkan menjadi dingin pada temperature
kamar setelah dingin larutan tersebut dimasukkan kedalam kulkas selama
11

semalam. Setelah dibiarkan semalam larutan kemudian disaring menggunakan


kertas saring untuk memisahkan kristal dari larutan. Selajutnya kristal yang
diperoleh dikeringkan dalam kertas saring dengan dimasukkan didalam oven,
kristal yang diperoleh berbentuk monoklin. Setelah kristal kering kemudian
ditimbang, kemudian dihitung persennya dan dihitung rendemennya.

3.3.2 Pembuatan garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat


monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O.
4 mL larutan ammonia 15 M dan diencerkan denngan 2,5 mL aquades
didalam gelas kimia 100 mL. Selajutnya ditimbang 2,495 gram CuSO 4.5H2O dan
ditambahkan kristal tersebut didalam ammonia dan diaduk sampai semua kristal
larut sempurna. Setelah itu ditambahkan 8 mL etil alkohol secara perlahan-lahan
melalui dinding gelas kimia sehingga larutan tertutupi alkohol. Jangan diaduk atau
digoyang dan dibiarakan semalam didalam kulkas. Setelah dibiarkan semalam
diaduk pelan-pelan untuk mengendapkan secara sempurna. Selanjutnya
dipisahkan kristal yang terbetuk dengan menggunakan corong dan ketas saring.
kristal yang terbentuk kemudian dicuci didalam kertas saring dengan 3 mL
campuran larutan ammonia 15 M dengan etil alkohol yang perbandingan
volumenya sama. Dicuci sekali lagi kristal dalam corong dengan 3 mL etil alkohol
dan disaring. Kristal yang diperoleh kemudian ditempatkan didalam kertas saring
kemudian dikeringkan didalam oven. Kristal yang sudah kering kemudian
ditimbang dan dicatat kemudian dihitung rendemennya.

3.3.3 Perbandingan beberapa sifat garam tunggal, garam rangkap, dan


garam kompleks
1 mL kristal kupri sulfat anhidrat dimasukkan didalam tabung reaksi kecil.
Dicatat perubahan warna yang terjadi apa bila ditambahkan 5 mL aquades.
Kemudian ditambahkan larutan ammonia 15 M tetes demi tetes sampai 5 mL
diamati dan dicatat. Selajutnya yaitu diambil 1 mL larutan garam rangkap hasil
percobaan 1 dan dimasukkan kedalam tabung reaksi besar kemudian ditambahkan
5 mL aquades. Dilakuakan percobaan serupa terhadap garam kompleks hasil
percobaan 2. Kemudian dibandingkan warna larutan, jenis ion apa yang
12

menyebabkan perbedaan warna, setelah itu, kedua larutan tersebut diencerkan


dengan 20 mL aquades dan mencatat perubahan warna yang terjadi. Selajutnya
ditempatkan sejumlah garam kering hasil percobaan bagian 1 dan 2 dalam tabung
reaksi yang berbeda. Dipanaskan pelan-pelan masing-masing tabung dan dicatat
perubahan warnanya serta gas apa yang dibebaskan setiap sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

4.1.1 Pembuatan Garam Rangkap Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O

Tabel 4.1.1 Pembuatan Garam Rangkap Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O

No Perlakuan Hasil Pengamatan


2,495 gram CuSO4.5H2O + 1,32 gram
1. Larut, berwarna biru muda
amonium sulfat + 10 mL aquades dipanaskan
2. Didinginkan dalam suhu ruang dan disaring Terbentuk kristal biru
Berar kertas saring kosong
= 1,5320
Berat kertas + garam =
3. Kristal ditimbang
6,2400 g
Berat garam = 6,2400 –
1,5320 = 4,708 g
4. Rendemen 123,40 %

Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion


komponennya. Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Salah satu tipe
reaksi kimia yang dapat merupakan dasar penetapan titrimetri, mencakup
pembentukan kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit sekali
terdisosiasi. Satu contoh adalah reaksi ion perak dengan ion sianida untuk
membentuk ion kompleks Ag(CN)2- yang sangat stabil (Harefa, 2019).
Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama
dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion
kompleks dan dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam
rangkap yang dibuat adalah CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai
hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat
CuSO4.5H2O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH 4)2SO4
berwarna putih. Sedang garam kompleks adalah garam yang mengandung ion-ion
kompleks sedangkan garam rangkap dibentuk bila dua garam mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam rangkap dalam
larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Garam kompleks berbeda
14

dengan garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat merupakan dasar
penetapan titrimetri, mencakup pembentukan kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit sekali terdisosiasi. Contoh Garam rangkap adalah adalah
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara
CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O
berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH 4)2SO4 berwarna
putih (Syabatini, dkk., 2009).
Percobaan pembuatan garam rangkap, kristal terbentuk warna biru muda
yang menunjukkan dari ion Cu2+ yang menjadi salah satu komponen pembentuk
garam rangkap tersebut. Percobaan ini didapatkan berat kristal secara praktek
yaitu 4,708 gram, sedangkan berat kristal secara teoritis yaitu 3,815 gram. Dari
hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa kristal secara
teoritis maka didapatkan rendemen sebesar 123,40 %. Dalam percoban ini
sebelum dihasilkan kristal terlebih dahulu dilarutkan dengan aquades, Penggunaan
aquades dilakukan karena air berfungsi untuk melarutkan kedua garam yang
direaksikan tadi dan juga dapat ditarik baik ke kation maupun anion untuk
membentuk ion terhidrasi karena mempunyai momen dipol yang cukup besar, dan
karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air serta tetap berupa satu
spesion ion. Selain itu juga dilakukan proses pemanasan yang bertujuan untuk
mempercepat laju proses reaksi dan menambah kelarutan zat agar garam yang
dilarutkan tadi dapat larut secara sempurna. Larutan tersebut didinginkan selama
semalaman dengan tujuan untuk mendapatkan lebih banyak endapan sehingga
lebih banyak dihasilkan garam rangkap selanjutnya langkah penyaringan yang
dimaksudkan untuk memisahkan antara kristal yang terbentuk dari campuran
larutan. untuk menghilangkan kadar air yang masih tersisa pada kristal, Kristal
yang sudah disaring kemudian dipanaskan untuk mendapatkan Kristal yang lebih
murni lagi.
15

4.1.2 Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

Tabel 4.1.2. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

No Perlakuan Hasil pengamatan

1. 4 mL amonia + 2,5 mL aquades Larutan berwarna bening


2. 2,495 g CuSO4.5H2O + Larutan
Ungu bening menjadi biru tua
ammonia
3. Ditambahkan 8 mL etanol Terbentuk 2 lapisan dan ada endapan
4. Didinginkan selama semalam Terbentuk kristal warna biru tua
5. Kristal disaring Kristal terpisah dari larutan
6. Kristal + 3 mL etil alkohol + 3 mL
Kristal berwarna biru tua
amonia 15 M
7. Kristal dikeringkan dalam pemanas Kristal terpisah dari sisa larutan
Berat kertas kosong = 1,5320 g
8. Berat kertas + garam = 5,3344 g
Kristal ditimbang
Berat garam = 5,3344 – 1,5320 =
3,8024 gram
9. Randemen 151,55 %

Percobaan untuk Garam kompleks yang telah dibuat dihasilkan dengan


cara mereaksikan antara garam CuSO 4.5H2O yang berwarna biru tua (hamoir
ungu) dengan larutan NH4OH yang telah diencerkan dengan aquades yang berupa
larutan bening. Campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan biru tua. Reaksi
antara senyawa-senyawa ini menyebabkan timbulnya gas yang menyengat. Bau
menyengat tersebut berasal dari larutan amoniak pekat. Endapan berupa kristal
yang terbentuk kemudian disaring lalu dicuci dengan ammonia 15 M dan etil
alkohol. Larutan ammonium berfungsi untuk melarutkan CuSO4.5H2O (terusi) dan
air juga dapat digunakan sebagai pelarut karena kedua garam yang bereaksi tadi
dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Adapun fungsi etil alkohol
yaitu mencegah terjadinya penguapan pada ammonia, karena apabila ammonia
menguap, maka ligan akan habis sebab ammonia merupakan penyedia ligan. Etil
alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan dielektrik
16

rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil alkohol tergolong sebagai
pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol lainnya
(Wiratmaja dkk., 2011). Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan
etanol secara langsung dilakukan pada corong untuk mengurangi penguapan
selama pembentukan kristal. Sama halnya dengan pembentukan garam rangkap,
proses pembentukan garam tersebut sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan
selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan kristal dapat terjadi secara
lebih sempurna.
Selain mencegah penguapan amoniak, tujuan lain dari pencucian garam
kompleks dengan etil alkohol adalah untuk memurnikannya dari pengotor-
pengotor yang tidak diinginkan yang mungkin saja terdapat dalam garam yang
terbentuk pada saat dilakukan penyaringan sebagian kristal tersebut ikut terbawa
bersama filtrat. Hal ini diakibatkan terlalu kecilnya garam yang terbentuk.
Seharusnya, kertas saring yang digunakan memiliki membran yang lebih rapat.
Pemisahan molekul air dari tumpukan kristal garam kompleks ini terjadi dengan
baik. Etil alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan
dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Etil alkohol tergolong
sebagai pelarut yang mudah menguap, sama halnya dengan sifat alkohol lainnya.
Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan etanol langsung
dilakukan penutupan gelas kimia menggunakan aluminium foil untuk mengurangi
penguapan selama pembentukkan kristal. Sama halnya dengan pembentukan
garam rangkap, proses pembentukan garam tersebut sangat lambat sehingga
larutan ini didiamkan selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan
kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.
Percobaan pembuatan garam kompleks didapatkan berat kristal secara
praktek yaitu 3,7812 gram, sedangkan berat Kristal secara teoritis yaitu 2,495
gram. Dari hasil perbandingan massa kristal secara praktek dengan massa kristal
secara teoritis didapatkan rendemen sebesar 151,55 %.

4.1.3 Perbandingan Sifat-sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks

Tabel 4.1.3. Perbandingan Sifat-sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks


No Perlakuan Hasil pengamatan
17

Larutan Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O+ 5 mL
1. Larutan berwarna biru muda
aquades
2. Larutan Cu(NH3)4SO4.H2O + 5 mL Larutan berwarna biru tua
aquades

Berwarna biru muda lapisan


bening
5. Panaskan garam Cu(NH4)2(SO4)2.6H2O
6. Panaskan garam Cu(NH3)4SO4.H2O Berwarna biru tua pekat

Percobaan selanjutnya yaitu membandingkan beberapa sifat garam


tunggal, garam rangkap, dan garam kompleks. Dimana kristal yang terbentuk
pada percobaan 1 dan perbaan 2 tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
kemudian dilarutkan dalam aquades, sehingga kristal yang semula berbentuk
padat larut sempurna dan membentuk cairan. Selain ditambahkan aquades kristal
yang ada dalam tabung reaksi juga kemudian dipanaskan, tujuan pemanasan yaitu
untuk mempercepat laju proses reaksi dan menambah kelarutan zat agar garam
yang dilarutkan tadi dapat larut secara sempurna. Dari percobaan inilah terlihat
perubahan warna pada masing-masing garam rangkap dan garam kompleks. pada
garam rangkap ketika dipanaskan akan terbentuk ion Cu2+, Cu+ dan 2NH4 + dan
2SO42 dan memperlihatkan warna larutan menjadi warna biru tua seharusnya
Perubahan yang terjadi bila dilarutkan dalam air berlebihan yaitu warna larutan
biru tua berubah menjadi larutan biru muda, tetapi dalam percobaan ini larutan
hanya ditambahkan aquades sebanyak 5 mL sehingga kemungkinan garam belum
sepenuhnya larut sempurna. Pada garam kompleks ketika dipanaskan mengalami
perubahan warna menjadi warna biru tua kehitaman dan larutan menjadi keruh,
hal ini disebabkan karena terbentuk ion (Cu(NH3)4)2+ dan SO42-. Hal ini tidak
sesuai teori seharusnya Perubahan yang terjadi bila dilarutkan dalam air
berlebihan yaitu warna larutan biru tua berubah menjadi larutan biru muda dan.
Namun dalam percobaan ini larutan tidak ditambahkan dengan aquades secara
berlebih sehingga warna larutan masih berwarna biru tua.
18

Percobaan dalam pembuatan garam rangkap dan garam kompleks juga


selain dihasilkan perubahan warna yang tidak sesuai, namun juga diperoleh
jumlah rendemen yang lebih besar dari 100%. hasil ini menunjukkan bahwa
didalam kristal masih terdapat pengotor, ketidakberhasilan ini dimungkinkan
karena pada saat penimbangan kristal masih terdapat molekul air pada kertas
saring sehinga hasil rendemen yang diperoleh terlampau besar berat pada kristal
bukan hanya semata-mata berat air tetapi masih ada kadar air yang terikut dalam
proses penimbangan, hal ini dapat diminimalisir dengan menguapkan terlebih
dahulu kertas saring dengan memastikan kertas saring benar-benar sudah kering
sehingga pada saat penimbangan berat kristal dapat didapat dengan jumlah
rendemen dibawah 100 %. Besarnya nilai rendemen yang dihasilkan dari garam
rangkap dan garam komples juga dapat dipengaruhi oleh laju filtrasi. Semakin
rendah laju filtrasi yang dihasilkan maka rendemen kristal yang dihasilkan
semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Semakin sedikit filtrat yang dihasilkan
maka kristal yang didapat memiliki massa yang lebih besar, tekstur yang
mengumpal,dan sedikit basah. Kondisi tersebut merupakan indikasi bahwa masih
ada cairan induk yang belum terpisah dari kristal. Volume pelarut juga sangat
mempengaruhi rendemen yang dihasilkan, dimana semakin banyak pelarut yang
digunakan maka semakin sedikit rendemen yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah kristal


garam rangkap kupri ammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna
biru muda seberat 4,708 gram dan rendemennya 123,40 %. Garam
kompleks tetrammin copper (II) sulfat monohidrat, Kristal garam
kompleks sebesar 3,7812 gram dengan rendemen sebesar 151,55 %.

5.2 Saran

Saran yang dapat diajukan dalam praktikum ini yaitu sebaiknya


digunakan corong buchner agar proses penyaringan akan lebih efisiensi
waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, 2016. Pengaruh Ammonium Sulfat terhadap Pertumbuhan dan


Kemampuan Trichoderma Reesei PK1J1 dalam Menghidrolisis Batang
Pohon Singkong. Jurnal Ilmiah Teknosains. 2(2).

Anggraini, A., Yuniningsih, S., Sota, M. M. 2017. Pengaruh pH terhadap Kualitas


Produk Etanol dari Molases melalui Proses Fermentasi. Jurnal Reka
Buana. 2(2).

Harefa, N. 2019. Buku Penuntun Kimia Anorganik II. UKI Press : Jakarta.

Khairunisa, L. F., Widyasanti, A., dan Nurjanah, S. 2019. Kajian Pengaruh


Kecepatan Pengadukan terhadap Rendemen dan Mutu Kristal Patchouli
Alcohol dengan Metode Cooling Crystallization. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem. 7(1).

Pinalla, A. 2011. Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) dengan Sistem


Pendinginan Terkontrol untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat.
Jurnal Teknologi Dirgantara. 9(2).

Putra, R. C. S. S., Rizal, A., & Cahyadi, W. A. 2021. Rancang Bangun Sistem
Pendeteksi Kesegaran Daging Berdasarkan Sensor Bau dan Warna. e
Proceedings of Engineering. 8(1).

Rodiah, S., Budaya, A. D., Erviana, D., Ahsanunnisa, R., Oktasari, A., Wijayanti,
F., Kholidah, N., Mariyamah., Daniar, R. 2018. Pembuatan Kristal
Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat dengan Vaiasi Ukuran Tembaga Bekas.
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan.

Rositawati, A. L., Citra M. T., dan Danny S. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat
dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2. No. 4.

Wahab, N., dan Ramli, I. 2020. Analisa Pemurnian Garam dengan Metode Hodro
Ekstraksi Batch dan Kontinue Di Kaupaten Jeneponto. Jurnal Ilmiah
Techno Entrepreneur. 5(1).
Wiratmaja, G., Kusuma, G. B. W., dan Winaya, N. S. 2011. Pembuatan Etanol
Generasi Kedua dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma
Cottonii sebagai Bhan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakra. 5(1).
Prosedur Kerja Percobaan 6

A. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Ammonium Sulfat Heksahidrat

2,495 gram CuSO4.5H2O 1,32 gram (NH4)SO4

- Dilarutkan dengan 10 mL aquades


dalam gelas kimia 100 mL
- Dipanaskan sampai semua garam
larut sempurna
- Didiamkan selama semalam, sampai
terbentuk kristal yang banyak

Kristal yang terbentuk

- Disaring dengan menggunakan


kertas saring
- Dikeringkan
- Ditimbang berat kristal

Rendemen 123, 40%


B. Pembuatan Garam Kompleks Tetraamin Copper (II) Sulfat Monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O

4 mL amonia

- Diencerkan dengan 2,5 aquadest


dalam cawan pengupan
- Dimasukkan 2,495 gram CuSO4.5H2O
dan ditambahkan larutan amonia,
kemudian diaduk
- Ditambahkan 8 mL etanol
- Didinginkan selama semalam
- Disaring kristal menggunakan kertas
saring

Kristal

- Ditambahkan 3 mL etil alkohol


- Ditambahkan 3 mL amonia 13 M
- Kristal dikeringkan dalam pemanas
- Ditimbang kristal

Rendemen = 151,55%
C. Perbandingan Sifat-sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks

Kristal Kupri Sulfat Anhidrat

- Dimasukkan dalam tabung reaksi


- Ditambahkan aquades 5 mL
- Dicatat perubahan warna

Larutan berwarna biru muda

Kristal Kupri Sulfat Anhidrat

- Kemudian, ditambahkan larutan


ammonia 15 M tetes demi tetes
sebanyak 5 mL
- Dicatat hasil yang diamati

Larutan berwarna biru muda

Kristal Kupri Sulfat Anhidrat

- Masing-masing dilarutkan 5 mL
aquades
- Dibandingkan dengan warna larutan
- Dipanaskan
- Amati dan catat perubahan warna

Hasil Pengamatan
LAMPIRAN II
REAKSI KIMIA

1. CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O → (NH4)2Cu(SO4)2.6H2O


2. CuSO4.5H2O + 4NH4OH → Cu(NH4OH)SO4 + H2O
3. CuSO4 .5H2O + 2 (NH4)2SO4 → Cu (NH3)4 + (SO4)3
4. CuSO4 + 4H2O → (Cu(OH)4)2+ + SO42-
5. Cu (NH3)4 (SO4)3 → Cu 2+ + 3SO4 2- + 4 NH3
6. (NH4)2Cu(SO4)2 → 2NH4+ + Cu2+ + 2SO42-
7. Cu(NH3)4SO4.H2O → [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + H2O
8. [Cu(H2O)5]SO4 + 4NH3 → [Cu(NH3)4]SO4 + 5H2O
LAMPIRAN III
ANALISIS DATA

1. Pembuatan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat

Diketahui :
Berat kristal secara teoritis = Berat CuSO4. 5H2O + berat (NH4)2SO4
= 2,495 + 1,32
= 3,815 gram
Berat kertas saring kosong = 1,5320 gram
Berat kertas + garam = 6,2400 gram
Berat garam yang dihasilkan = (Berat kertas + garam) – Berat kertas
= 6,2400 – 1,5320
= 4,708 gram
Ditanyakan : Rendemen……….?
massa kristal praktek
Rendemen = x 100%
massa kristal teoritis
4,708
= x 100 %
3,815
= 123,40 %
2. Pembuatan Garam Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat
Cu(NH3)4SO4.H2O

Diketahui : Berat secara teoritis = 2,495 gram


Berat kertas saring kosong = 1,55320 gram
Berat kertas + garam = 5,3344 gram
Berat garam yang dihasilkan = (Berat kertas + garam) – Berat kertas
= 5,3344 – 1,55320
= 3,7812 gram
Ditanyakan : Rendemen……….?
massa kristal praktek 3,7812
Rendemen = x 100% = x 100 % =
massa kristal teoritis 2,495
151,55%
LAMPIRAN 1V
DOKUMENTASI

1. Larutan Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat dan


Garam Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4
SO4.H2O setelah di diamkan semalaman

2. Kristal Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat dan Garam


Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4 SO4.H2O
3. Garam Rangkap Kupri Amonium Sulfat Heksahidrat dan Garam
Kompleks Tetramiin copper (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4 SO4.H2O
setelah di teteskan aquades 5 mL
LAMPIRAN V
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1. Dalam langkah bagian 3. a, tentukan ion-ion Cu yang terbentuk dan tuliskan


strukturnya!
Jawab: CuSO4.5 H2O [Cu( H2O)5]2 + SO42-
CuSO4 + H2O [Cu( H2O)5] + SO42-
2. Jenis ion apa saja yang ada apabila garam rangkap kupri ammonium sulfat
dilarutkan dalam air?
Jawab: Akan terbentuk ion Cu2+ , Cu+ dan 2NH4 + dan 2SO42-
3. Jenis ion apa saja yang ada, apabila kompleks tetraamincupper (II) sulfat
dilarutkan ke dalam sedikit air. Bagaimana perubahan yang terjadi bila
dilarutkan dalam air berlebihan?
Jawab: Akan terbentuk ion (Cu(NH3)4)2+ dan SO42-. Perubahan yang terjadi
bila dilarutkan dalam air berlebihan yaitu warna larutan biru tua berubah
menjadi larutan biru muda dan keruh.
4. Jelaskan perubahan-perubahan yang terjadi apabila garam-garam itu
dipanaskan!
Jawab: Ketika garam kompleks dipanaskan tercium bau menyengat sebagai
tanda bahwa larutan melepaskan gas ammonia, kristal awal berwarna ungu
berubah menjadi kristal coklat. Ketika garam rangkap dipanaskan, kristal tetap
berwarna biru tidak tercium bau menyengat.

Anda mungkin juga menyukai