Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wata’ala. Shalawat dan


salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Shallahu’alayhi wasallam. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Proses Alat Industri Kimia.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui apa itu asam.
Makalah ini kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, dan referensi. Makalah ini di susun oleh saya dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri saya sendiri maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya
hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dan dorongan, teman teman sehingga kendala-kendala
yang saya hadapi teratasi.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Palembang, Oktober 2017

Penulis

(i)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . .1
1.2 Rumusan masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dari Bahan Kimia Oksidator. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2 Sumber Bahan Kimia Oksidator. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.3 Jenis-jenis Bahan Kimia Oksidator. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.4 Manfaat dan kegunaan Bahan Kimia Oksidator. . . . . . . . . . . . . . . 9
2.5 Efek atau bahaya dari Bahan Kimia Oksidator . . . . . . . . . . . . . . . .9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
3.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

DAFTAR PUSTAKA

( ii )
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oksidator yaitu zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami oksidasi
sehingga dirinya sendiri akan mengalami reduksi. Umumnya unsur-unsur
nonlogam merupakan oksidator yang baik karena memiliki keelektronegatifan
tinggi sehingga mudah menangkap atau menarik elektron kearah dirinya.
Walaupun demikian tidak selalu digunakan unsur dalam semua reaksi kimia.

Terutama reaksi redoks yang dilangsungkan dalam bentuk larutan yang biasa
digunakan sebagai oksidator adalah ion permangananat (MnO4–), ion kromat
(CrO42-), ion kromat (Cr2O72-). Ketiga zat tersebut merupakan oksidator yang
kuat dan mudah melepas oksigen sehingga penanganannya perlu berhati-hati.
Zat-zat ini harus disimpan ditempat tersendiri dan tidak boleh berada di dekat
zat-zat organik karena dapat menyebabkan kebakaran.

Berdasarkan latar belakang diatas kami membahas makalah ini dengan judul
Bahan Kimia Oksidator, khususnya dengan pembahasan terhadap ion
permangananat (MnO4–), ion kromat (CrO42-), dan asam sulfat (H2SO4).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Bahan Kimia Oksidator ?


2. Dari manakah sumber Bahan Oksidator diperoleh ?
3. Bagaimanakah Jenis-jenis Bahan Kimia Oksidator ?
4. Apa manfaat dan kegunaan bahan oksidator ?
5. Apa efek atau bahaya dari bahan oksidator ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari Bahan Kimia Oksidator


2. Untuk mengetahui sumber Bahan Oksidator diperoleh
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis Bahan Kimia Oksidator
4. Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan bahan oksidator
5. Untuk mengetahui efek atau bahaya dari bahan oksidator
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bahan Kimia Oksidator


Oksidator ( pengoksidasi) adalah zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu
reaksi redoks. Jadi, oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. Reduktor
(pereduksi) adalah zat yang mereduksi zat lain dalam suatu reaksi redoks. Jadi,
reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi.

Atom, ion, dan molekul yang memiliki afinitas elektron sangat besar untuk
cenderung bersifat sebagai oksidator yang baik. Misalnya unsur Fluor, adalah zat
pengoksidasi yang kuat . F2 adalah suatu zat pengoksidasi yang baik untuk logam,
kuarsa, asbes, dan bahkan air bila dimasukkan fluor dapat memberi ledakank atau
bersifat eksplosive. Oksidator yang kuat lainnya termasuk O2, O3, dan Cl2, yang
merupakan bentuk unsur – unsur yang paling elektronegatif masing-masing kedua
(oksigen) dan ketiga (klorin).

Zat lain yang berfungsi sebagai zat pengoksidasi yang baik adalah salah
senyawa dengan bilangan oksidasi yang besar, seperti ion permanganat (MnO4–),
ion kromat (CrO42-), dan ion dikromat (Cr2O72-), serta asam nitrat (HNO3),
perklorat asam (HClO4), dan asam sulfat (H2SO4). Senyawa ini merupakan
oksidator kuat karena unsur – unsurnya menjadi lebih elektronegatif yang dapat
mengoksidasi atom lainnya yang menyebabkan bertambah bilangan oksidasinya.

Beberapa senyawa dapat bertindak baik sebagai oksidator. Salah satu


contoh adalah gas hidrogen,yang bertindak sebagai zat pengoksidasi ketika
bereaksi dengan logam.

2Na (s) + H2 (g) → 2 NaH (s)


2.2 Sumber Bahan Oksidator

Sumber utama bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan
oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa
bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan
jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu
kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap
dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus
dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang
memiliki titik api rendah.

Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan


kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini
dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.

larutan basa dan berwarna hijau. Pada penetralannya tejadi reaksi


disproporsionasi, tebentuk endapan mangan dikosida dan ion manganat (VII) atau
permanganat. Jika mangan (VI) oksida diolah dengan asam, terbentuk ion-ion
mangan (II). Senyawa mangan (VII) mengandung ion manganat (VII) atau
permangantat MNO4–. Permanganat alkali adalah senyawa yang stabil yang
menghasilkan larutan warna lembayung. Semuanya merupakan zat pengoksidasi
yang kuat .

2.3 Jenis-jenis Bahan Oksidator

A. Ion Permangananat (MnO4–)

Ion permanganat berwarna ungu demikian pula larutan yang mengandung


ion permanganat. Warna tersebut merupakan ciri khas dari ion permanganat.
Biasanya dalam laboratorium ion permanganat diperoleh dari garam kalium
permanganat (KMnO4). KMnO4 merupakan suatu kristal berwarna hitam
keunguan.

untuk membuat tdk berwarna kaca. Ini Magnes feminin kemudian disebut
magnesia, yang dikenal sekarang di zaman modern seperti pyrolusite (MnO2)
atau mangan dioksida.
Bila terkena cahaya atau dipanaskan pada suhu 230°C, kalium
permanganat akan terurai sesuai reaksi berikut.

2 KMnO4 → K2MnO4 + MnO2 + O2

Bilangan oksidasi mangan dalam KMnO4 adalah +7. Ketika terjadi reaksi
kimia bilangan oksidasi mangan turun atau mengalami reduksi. Reaksi reduksi
mangan dalam KMnO4 bergantung pada keasaman larutan. Dalam suasana
larutan asam kuat mangan direduksi menjadi Mn2+ dan warna larutan memudar
(hampir tidak berwarna). Setengah reaksi reduksi ion permanganat dalam
suasana asam.

8H+ + MnO4– + 5e → Mn2+ + 4H2O

Dalam suasana netral atau sedikit basa ion MnO4– direduksi menjadi MnO2
yang tidak larut dalam larutan atau membentuk endapan. Oleh sebab itu dalam
melakukan titrasi pada suasana basa atau suasana alkalis, larutan yang
mengandung ion MnO4– tidak disarankan karena endapan MnO2 yang terbentuk
dapat mengaburkan titik akhir titrasi. Setengah reaksi reduksi ion permanganat
dalam suasana netral atau alkalis.

2H2O + MnO4– + 3e → MnO2 + 4OH–

Untuk membuat suasana asamsebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam


ini tidak menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida
dapat terjadi kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi
ini mengakibatkan dipakainya larutan permanganat dalam jumlah berlebih.
Meskipun untuk beberapa reaksi dengan arsen(III) oksida, antimon(II) dan
hidrogen peroksida, karena pemakaian asam sulfat justru akan menghasilkan
beberapa tambahan kesulitan.
Kalium pemanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada
dalam HCl akan mengoksidasi ion Cl– yang menyebabkan terbentuknya gas klor
dan kestabilan ion ini juga terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1
N. Namun, beberapa zat memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat
reaksi. Seandainya banyak reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak
kesulitan dalam menggunakan reagen ini.

Reaksi reduksi ion permanganat juga dapat berlangsung dalam suasana


netral dan basa kuat, Perekasi kalium permanganat tidak merupakan pereaksi
baku primer. Sangat sukar untuk mendapatkan pereaksi dalam keadaan murni,
bebas dari mangan(IV) oksida (mangan dioksida). Lagi pula air dipakai sebagai
pelarut sangat mungkin masih mengandung zat pengotor lain yang dapat
mereduksi permanganat menjadi mangan dioksida.

Timbulnya mangan dioksida justru akan mempercepat reaksi reduksi


permanganat. Demikian juga adanya ion mangan(II) dalam larutan akan
mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan dioksida, reaksi tersebut
berlangsung sangat cepat dalam suasana netral. Dengan adanya alasan-alasan
tersebut maka pembuatan larutan baku permanganat dilakukan sebagai berikut.
Larutkan sejumlah(gram) pereaksi dalam air kemudian didihkan selama satu jam
diatas penangas air. Selanjutnya disaring lewat penyaring yang bebas dari zat
pereduksi.

Wadah bertutupkan sumbat kaca yang dipakai untuk menyimpan larutan,


harus benar-benar bebas dari zat pengotor seperti lemak atau zat pengotor lain.
Untuk keperluan ini biasanya wadah tersebut dicuci bersih memakai campuran
larutan kalium dikromat dan asam sulfat pekat, diikuti pembilasan dengan
aquades. Larutan ini sebaiknya disimpan ditempat gelap, terhindar dari cahaya,
karena itu sebaiknya dipakai botol berdinding gelap.

Reaksi asam sulfat pekat dengan KMnO3 membentuk Mn2O7. Reaksi ini
berlangsung sangat eksotermsis dan dapat meledak. Demikian juga dengan asam
klorida membentuk gas glor yang sangat beracun. Reaksi antara asam nitrat
dengan alkena akan memutuskan ikatan rangkap dua dan diperoleh suatu asam
karboksilat.

CH3(CH2)17CH=CH2 + 2KMnO4 + 3H2SO4 → CH3(CH2)17COOH + CO2 +


4H2O + K2SO4 + 2MnSO4
KMnO4 juga dapat mengoksidasi aldehida menjadi asam karboksilat.
Misalnya mengoksidasi n-heptanal menjadi asam heptanoat.

5C6H13CHO + 2KMnO4 + 3 H2SO4 → 5C6H13COOH + 3H2O + K2SO4 +


2MnSO4

Selain itu KMnO4 juga dapat mengoksidasi gugus metil yang terikat pada
cincin benzena. Misalnya mengoksidasi toluena menjadi asam benzoat.

5C6H5CH3 + 6KMnO4 + 9H2SO4 → 5C6H5COOH + 14H2O + 2K2SO4 +


6MnSO4

Gambar Kristal kalium permanganat dan larutan kalium permanganat

B. Ion Kromat (CrO42-) dan Dikromat (Cr2O42-)

Dalam laboratorium pasti dijumpai garam yang mengandung ion kromat


dan dikromat. Garam yang sering dijumpai yaitu kaliium dan natrium kromat
atau dikromat dengan rumus kimia Na2CrO7 (natrium kromat), K2CrO7 (kalium
kromat) dan Na2Cr2O7 (natrium dikromat), K2Cr2O7 (kalium dikromat).

Baik ion kromat maupun dikromat mengandung kromium dengan bilangan


oksidasi +6 yang merupakaan keadaan oksidasi tertinggi dari krom dalam
senyawaaannya. oleh sebab itu dalam reaksi kimia ion kromat dan dikromat akan
mengalami reaksi reduksi. Reaksi reduksi ion kromat dan dikromat bergantung
pada keasaman larutan.
Warna kuning merupakan ciri khas adanya ion kromat dalam larutan
sedangkan warna merah merupakan ciri khas adanya ion dikromat. Larutan yang
mengandung ion kromat yang berwarna kuning bila diasamakan, akan diperoleh
larutan yang berwarna merah jingga karena ion CrO42- berubah menjadi Cr2O72-.

2CrO42- + 2H+ → Cr2O72- + H2O

Sebaliknya jika larutan yang mengandung ion dikromat dibasakan maka


ion Cr2O72- berubah menjadi ion CrO42-.

Cr2O72- + 2OH– → 2CrO42- + H2O

Oleh sebab itu, jika reaksi berlangsung dalam suasana asam yang bertindak
sebagai oksidator adalah Cr2O72- dan sebaliknya bila reaksi dilangsungkan dalam
suasana basa yang bertindak sebagai oksidator adalah CrO42-.

Dalam reaksi kimia bila ion kromat dan dikromat bertindak sebagai
oksidator (ketika direaksikan dengan suatu reduktor) bilangan oksidasi kromium
turun menjadi +3 dan produk yang diperoleh bergantung pada keadaan keasaman
larutan.

Dalam larutan asam ion kromium direduksi menjadi ion Cr3+, dalam
larutan sedikit basa produk reduksinya adalah Cr(OH)3 yang tidak larut dan
dalam larutan sangat basa ion kromat direduksi menjadi ion kromit (CrO2–).
Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.

Larutan asam

6e + 14H+ + Cr2O7 → 2Cr3+ + 7H2O

Larutan sedikit basa

3e + 4H2O + CrO42- → Cr(OH)3 + 5OH–

Larutan sangat basa

3e + 2H2O + CrO42- → CrO2– + 4OH–


Baik Na2CrO7 (natrium kromat), K2CrO7 (kalium kromat), Na2Cr2O7
(natrium dikromat) mapun K2CrO7 (kalium dikromat) bersifat higoskopis
sehingga dapat membentuk tetra-, heksa-, dan dekahidrat.

Natrium kromat (Na2CrO4) digunakan sebagai inhibitor korosi dalam


industri minyak bumi, sebagai reagen pencelupan dalam industri tekstil, sebagai
pengawet kayu. Dengan memanfaatkan isotop Cr-51 dengan waktu paruh 27,8
hari, larutan natrium kromat (VI) digunakan dalam obat-obatan untuk penentuan
volume sirkulasi sel darah merah, waktu kelangsungan hidup sel dan evaluasi
kehilangan darah.

Campuran kalium dikromat dengan asam nitrat 35% diperoleh suatu


larutan yang disebut larutan Schwerter’s yang digunakan untuk menguji
keberadaan berbagai logam terutama perak. Perak murni mengubah larutan
menjadi merah terang, perak sterling (paduan 92,5% perak dengan logam lain
biasanya tembaga atau emas) mengubah larutan menjadi merah gelap, larutan
menjadi berwarna coklat bila kandungan tembaga tinggi bahkan menjadi hijau.

2.4 Manfaat dan Kegunaan Mangan


Disamping asam nitrat, asam sulfat, H2SO4, juga merupakan asam
mineral (anorganik) yang kuat. Asam ini sering digunakan dalam berbagai
praktikum biologi maupun kimia. Adapun asam sulfat yang digunakan bisa
konsentrat (pekat) atau encer. Dalam keadaan encer, belum menunjukkan
sifatnya sebagai oksidator, jadi masih bersifat seperti asam-asam biasanya,
seperti asam halida. Walaupun encer, larutan asam sulfat dapat membuat kulit
kita gatal. Pernah membeli air aki? Air aki merupakan larutan asam sulfat yang
encer, lho, sekitar 30% kadarnya. Jadi, berhati-hati menggunakannya. Encer aja
bisa iritasi, gimana kalu pekat ya? Dalam keadaan pekat, sifat oksidator dari
asam ini muncul. Saya pernah tidak sengaja menumpahkan beberapa tetesan ke
tekel (lantai porselin), tidak lama kemudian muncul busa dan asap hijau dengan
bau tidak enak dari tempat tumpahan itu. Jangan coba-coba ya. Kalu cobanya
karena tidak sengaja, ya hati-hati. he3x. Asam sulfat pekat biasanya digunakan
untuk reaksi senyawa-senyawa organik, karena senyawa organik lambat
reaksinya. Jadi, butuh yang kuat-kuat untuk reaksi senyawa organik tersebut.

2.5 Efek atau Bahaya bahan oksidator


Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada
suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya
dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.
Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada
peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari
bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api
rendah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah yang kami buat dapat kami simpulkan bahwa bahan
kimia oksidator adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar,
tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-
bahan lainnya.

3.2 Saran

Kiranya pembaca tidak hanya sekedar mengetahui atau menghafalkan apa


yang dijelaskan dalam makalah ini. Namun, besar harapan kami pembaca dapat
memahami ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA

James E. Brady. Kimia universitas asas dan struktur edisi keliama jilid 1.

Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro (terjemahan Setiono &
Pudjaatmaka) Edisi kelima.

Underwood, A. L & R. A Day, Jr. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan A.


Hadyana Pudjaatmaka) Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai